Balantidiasis

November 19, 2017 | Author: devioka | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

balantidium sp, balantidiasis,...

Description

2009

BALANTIDIASIS A Pharmacotherapy Approach of Parasitic Infection

By: FAJRI GAFAR BP. 06131019

Faculty of Pharmacy Andalas University Padang, 2009

BALANTIDIASIS A. Definisi Balantidiasis atau disebut juga Balantidiosis didefinisikan sebagai infeksi saluran intestinal yang disebabkan oleh spesies Balantidium coli, yang merupakan protozoa bercilia yang paling banyak menginfeksi manusia. B. coli adalah parasit penginfeksi kolon, dan babi adalah reservoir utamanya. B. Epidemiologi Balantidiasis ditemukan hampir di seluruh dunia yang beriklim tropis dan subtropis, dengan perkiraan prevalensi sebesar 1%. Balantidiaasis lebih banyak terjangkit pada peternak babi. Penyakit ini dilaporkan paling banyak berkembang di amerika latin, asia tenggara, dan papua nugini. Infeksi pada manusia jarang terjadi namun wabah yang bersifat “water borne” biasa terjadi pada daerah yang sanitasi lingkungannya sangat buruk. Kontaminasi lingkungan dengan tinja dapat mengakibatkan peningkatan jumlah kasus. Pada tahun 1971, balantidiasis pernah menjangkiti lebih dari 100 orang di Turki. Wabah besar pernah terjadi di Equador pada tahun 1978. C. Daur Hidup

1) Kista adalah tahap parasit bertanggung jawab untuk transmisi balantidiasis. 2) Tuan rumah yang paling sering memperoleh kista melalui penelanan makanan atau air yang terkontaminasi . Setelah proses menelan, excystation terjadi di usus halus, dan menjajah trophozoites usus besar. 3) Trophozoites berada dalam lumen usus besar manusia dan hewan, di mana mereka replikasi oleh fisi biner, selama konjugasi dapat terjadi . 4) Trophozoites mengalami infeksi encystation untuk menghasilkan kista . 5) Beberapa trophozoites menginvasi dinding usus besar dan berkembang biak. 6) Beberapa kembali ke lumen dan hancur. Mature kista yang lulus dengan kotoran. D. Patofisiologi Cara penularan dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi. Pada saat wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi. Penularan sporadis terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan makanan yang terkontaminasi. Masa inkubasi belum diketahui, mungkin hanya beberapa hari. B. coli hidup sebagai trophozoid dan cyst yang banyak ditemui pada usus besar mulai dari pangkal usus hingga rectum. Trophozoites bereplikasi melalui binary fission dan konjugasi. Biasanya protozoa ini masuk setelah manusia mencerna infective cyst, yang kemudian masuk ke dalam saluran intestinal, caecum, dan terminal ileum. Organisme ini lebih banyak hidup di lumen, tetapi bisa juga berpenetrasi melewati mucosa sehingga menyebabkan ulkus (luka). B.coli menghasilkan enzim hyaluronidase yang meningkatkan kemampuan menginvasi mukosa. E. Gejala Klinik Kebanyakan kasus yang terjadi tidak menimbulkan gejala, akan tetapi beberapa kondisi klinis berikut ini dapat terjadi seperti: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Diare Mual Muntah Nyeri pada bagian perut Anoreksia Kehilangan berat badan Sakit kepala Colitis Demam

10. Kehilangan cairan tubuh Pasien dengan balantidiasis dapat juga mengalami abdominal tenderness, demam, diare yang terus menerus, hingga dehidrasi. F. Faktor Resiko Sebagian besar orang sepertinya memiliki kekebalan alami. Orang dengan keadaan umum yang jelek karena suatu penyakit sebelumnya, bila terinfeksi oleh parasit ini akan menjadi serius bahkan fatal. Faktor resiko untuk balantidiasis meliputi kontak langsung dengan babi, kontak langsung dengan pupuk yang mengandung kotoran babi, dan tinggal di area dimana suplai airnya terkontaminasi dengan kotoran hewan yang terinfeksi. Faktor resiko lain meliputi makanan dengan nutrisi rendah, achlorhydria, alcoholism, dan penggunaan obat-obat immunosupressan. G. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan trophozoite pada koleksi sampel feces atau koleksi sampel jaringan selama endoscopy. Sejumlah kecil cyst dapat ditemukan pada pemeriksaan. Koleksi sampel harus dilakukan berulang, agar deteksi parasit lebih akurat. Beberapa cara yang digunakan untuk diagnosis balantidiasis: 1. Studi laboratorium. Dengan cara pulasan specimen feces basah. 2. Imaging studies a. Chest Radiography: menunjukkan kerusakan parenkim paru pada pasien balantidiasis b. Computed Tomography (CT) scanning: menunjukkan kerusakan parenkim paru, kerusakan nodus limfa, dan kerusakan organ lain. 3. Colonoscopy: dapat menunjukkan adanya biopsy ulcers 4. Bronchoalveolar Lavage (BAL): dapat mengidentifikasikan sejumlah mikroorganisme pada secret bronchial. 5. Sigmoidoscopy: berupa pengambilan langsung jaringan intestinal.

H. Mikroskopis Both Balantidium coli trophozoites and cysts are found in stool. Trophozoites are characterized by: their large size (40 µm to 200 µm), the presence of cilia on the cell surface, a cytostome, and a bean shaped macronucleus which is often visible and a smaller, less conspicuous micronucleus. Cysts are seen less frequently and range in size from 50 µm to 70 µm. B. coli can also invade tissue.

A

B

A: B. coli trophozoite in a Mann's hematoxylin stained smear, 500× magnification. Note the cytosome (black arrow) and the bean shaped macronucleus. B: B. coli trophozoite in a wet mount, 1000× magnification. Note the visible cilia on the cell surface. Image contributed by the Oregon Public Health Laboratory.

C

D

C: B. coli trophozites in tissue stained with hematoxylin and eosin. D: B. coli cyst in a wet mount, unstained.

I. Pencegahan 1) 2)

Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan. Beri penyuluhan dan bimbingan kepada penjamah makanan melalui instansi kesehatan.

3) 4) 5)

Pembuangan kotoran pada jamban yang memenuhi persyaratan sanitasi. Kurangi kontak dengan kotoran babi. Lindungi tempat penampungan/sumber air untuk masyarakat dari kontaminasi kotoran babi. Filter pasir/tanah dapat menyaring semua kista, klorinasi air dengan cara yang biasanya dilakukan tidak menghancurkan kista. Air dalam jumlah sedikit untuk diminum lebih baik dimasak.

J. Treatment Tujuan pengobatan adalah mengurangi morbidity dan untuk menghindari komplikasi. Terapi jangka panjang disyaratkan pada pasien balantidiasis yang juga terinfeksi HIV atau pasien yang menggunakan immunosuppressan. Pilihan obat utamanya adalah tetrasiklin, dan alternative terapi digunakan metronidazole dan iodoquinol. Tetrasiklin kontraindikasi pada penggunaan oleh wanita hamil dan anak-anak dibawah usia 8 tahun.

References: 1. Abdi, Yakoub Aden, et.all. Hanbook of Drugs for Tropical Parasitic Infections. 2nd edition. London: Taylor & Francis Ltd, 2003. 2. Drugs For Parasitic Infections Article, Drug Used To Treat Parasitic Infection. http://www.medicalletter.org/parasitic_cdc. 3. Laboratory Identification of Parasites of Public health Concern. Balantidiasis. http://www.cdc.gov 4. Chijide, Valda M. Balantidiasis. Regina, Canada: University of Saskatchewan, 2008. http://www.searchmedica.com 5. Balantidiasis. Free Online Medical Dictionary. 2008. http://medicaldictionary.thefreedictionar.co

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF