Bahan Medis Hbis Pakai PDF
August 19, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Bahan Medis Hbis Pakai PDF...
Description
ANALISIS PROSES PERENCANAAN PENGADAAN KEBUTUHAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
DI RUMAH SAKI SAKIT T UMUM
DAERAH BOLAANG MONGONDOUW UTARA
Meigi Mantang*, Jimmy Posangi**, A. Joy M. Rattu** *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado AB STR AK
Sediaan farmasi dan bahan medis medis habis pakai memiliki peranan sangat penting dalam menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu di Rumah Sakit. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit di Indonesia pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai har harus us mempertimbangkan ketersedi ketersediaan aan anggaran, penetapan prioritas, memantau sisa persediaan, memantau pemakaian data lalu serta waktu tunggu pemesanan. Pada observasi awal salah satu permasalahan pada RSUD Bolaang Mongongow Utara adalah sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai masih kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses perencanaan pengadaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit Daerah Daerah Bolaang Mongondow Utara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Informan berjumlah 6 orang ditentukan secara Purposive Sampling, yaitu Direktur RSUD Bolaang Mongondow Utara, Kepala Bidang Perencanaan dan Keuangan RSUD, Kepala UPTD Instalasi Farmasi, Kepala Gudang Obat RSUD, Dokter Spesialis, dan Kepala UGD RSUD. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan, dan data sekunder diperoleh dari laporan dokumen yang ada di Rumah Sakit dan di Instalasi Farmasi Kabupaten. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Data dirangkum dalam bentuk matriks dari hasil wawancara, kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan perencanaan sediaan farmasi dan kebutuhan bahan medis habis pakai RSUD Bolaang Mongondow Utara belum dilaksanakan oleh RSUD karena anggaran pengadaan terdapat di UPTD Instalasi Farmasi Kabupaten. Anggara ini merupakan dana DAK (Dana Alokasi Khusus) yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan. Segala kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di RSUD Bolaang Mongondow Utara masih diambil dari UPTD Instalasi Farmasi Kabupaten sehingga terdapat masalah kekurangan dan kekosongan di Gudang Obat Rumah Sakit. Penetapan prioritas sudah disusun oleh Tim Perencana Obat tetapi tetapi setelah melalui proses pengadaan ada saja bahan medis yang tidak sesuai atau kurang. Waktu tunggu pengadaan merupakan masalah karena dinilai terlalu lama memakan waktu 5 sampai 6 bulan sampai sediaan farmasi dan bahan medis diterima di Gudang Obat Rumah Sakit. Penelitian ini dapat disimpulkan proses perencanaan pengadaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di RSUD Bolaang Mongondow Utara belum dilaksanakan dengan baik. Disarankan agar segala keperluan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai untuk bisa di anggarkan di APBD RSUD Bolaang Mongondow Utara dan dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang terdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014. AB STR AC T
Pharmaceutical preparations and consumable medical materials have a very important role in supporting quality health services at the hospital. Based on the Regulation of Health Minister No. 58 of 2014 about Standards of Hospital Pharmaceutical Services in Indonesia that procurement of pharmaceutical preparation and consumable medical materials must consider the availability of budget, prioritization, monitoring of the remaining inventory, compare the data usage as well as the booking of waiting time. At the first observation one of the problems in Regional General Hospitals of North Bolaang Mongondow are pharmaceutical preparations and consumable medical materials are still lacking. The aim of this study to analyze the needs procurement planning process of pharmaceutical preparation and consumable medical materials at Regional General Hospital of North Mongondow Bolaang. This research was conducted using the qualitative. In the set of respondents using purposive sampling technique, involves 6 respondents is Director Dir ector of Regional General Hospital of North Bolaang Mongondow, Head of Planning and Financial of Regional General Hospital, Chief of Pharmacy Area Integrated Service Unit, The Chief of Medicine Warehouse Hospital, Physician Specialist, and Head of Emergency Room of the Regional General Hospital. The primary data
47
obtained by indepth interviews and observation checklist and Secondary data were obtained from the observation checklist form of pharmaceutical activities include reporting, planning and procurement. Validation data using triangulation and triangulation methods Data are summarized in the form of a matrix of interviews. The results showed the planning of pharmaceutical and consumables medical material needs of Regional General Hospital of North Bolaang Mongondow has not been implemented by the hospitals because there is a procurement budget in the Area Integrated Service Uni of District Pharmacy installation. These budgets are from Special Allocation Fund established by the Health Ministry. All needs of pharmaceutical and consumable medical materials in Regional General Hospitals of North Bolaang Mongondow still taken of Area Integrated Service Unit of District Pharmacy Installation so that there is a shortage problem in medicine warehouse of hospital. The priority setting has been collated by the planning of medicine team but after going through the procurement process there are medical material that is not appropriate or less. The waiting time procurement is also a problem because it is considered too old to take 5 to 6 months to pharmaceutical and medical materials received received at the hospital medicine warehouse. This research was concluded the Needs Procurement Planning Process of Pharmaceutical Preparation and Consumable Medical Material Needs at Regional General Hospital of North Bolaang Mongondow has Mongondow has not implemented. It is recommended that all the needs of pharmaceutical and consumbales medical materials can be budgeted in the Local Government Budget at Regional General Hospital of North Bolaang Mongondow and implemented according to the guidelines contained in the Regulation of Health Ministry No. 58 of 2014. PENDAHULUAN
etik dan standard pelayanan profesi yang
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, mendefinisikan rumah sakit adalah
ditetapkan (Azwar, 1996). Undang-undang RI Nomor 36
institusi
Tahun
pelayanan
kesehatan
yang
2009
tentang
kesehatan, jaminan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
menjelaskan
bahwa
perorangan
yang
ketersediaan,
pemerataan
inap,
keterjangkauan
secara
menyediakan
paripurna
pelayanan
rawat
perbekalan
dan kesehatan
rawat jalan, dan gawat darurat (Anonim,
yaitu pengadaan obat dan alat kesehatan.
2009a).
Pasal 98 dan 104 yang tercantum
Laporan
pelayanan adalah
WHO
kesehatan kesehatan
pelayanan
mengenai
yang
yang
bermutu
menyebutkan
dibutuhkan
bahwa
pengelolaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
(needed care) care) yang diberikan dengan
aman,
cara kompeten (sesuai dengan standard),
terjangkau
memuaskan, tepat waktu, dengan resiko
pengamanan pengama nan sediaan farmasi farmasi dan alat
minimal, yang tercapai dengan tujuan
kesehatan
yang diinginkan. Pelayanan kesehatan
melindungi masyarakat dari bahaya
bermutu
yang
memuaskan
adalah setiap
pelayanan
sesuai
kepuasan
rata-rata
pelayanan pemakai dengan penduduk,
yang jasa
bermanfaat, bagi
bermutu, masyarakat
diselenggarakan
disebabkan
oleh
dan serta
untuk
penggunaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
tingkat
tidak
memenuhi
persyaratan
mutu,
serta
keamanan dan manfaatnya (Anonim,
penyelenggaraannya penyelengg araannya sesuai dengan kode
2009b). Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak
48
terpisahkan
dari
sistem
pelayanan
tenaga.
Pelayanan
yang
ditunjang
kesehatan rumah sakit yang berorientasi
dengan unit penunjang lain yaitu unit
kepada pelayanan pasien, penyediaan
laboratorium dan farmasi serta instalasi
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
rawat darurat yang melayani selama 24
bahan medis habis pakai yang bermutu
jam. Walaupun sumber daya yang ada
dan
cukup memadai namun pada tahun-
terjangkau
bagi
semua
lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi
tahun
klinik.
kecenderungan adanya RS dan klinik
Rumah (RSUD)
Sakit
adalah
Umum
swasta
yang
terdapat
memberikan
pelayanan sejenis disatu sisi sebagai
(UPTD)
mitra tapi dapat menjadikan kompetitor
Kesehatan
yang potensial apabila RSUD tidak
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
segera berbenah akan mengkibatkan
yang
masalah yang besar bagi pengelolaan RS
Teknis
dilingkungan
satu
kesehatan
ini
Unit
Pelaksana
salah
Daerah
terakhir
Dinas
Dinas
merupakan
penyelenggaraan penyelengg araan
unsur
petunjuk
Pemerintah Pemerintah
daerah
dimasa mendatang.
dibidang kesehatan yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan
masyarakat
berupa
barang/jasa
yang
kepada
METODE PENELITIAN
penyediaan dijual
Penelitian ini yaitu penelitian kualitatif
tanpa
yang
bertujuan
untuk
mendapatkan
mengutamakan mencari keuntungan dan
informasi yang lebih mendalam tentang
dalam
kegiatannya
analisis proses perencanaan kebutuhan
didasarkan pada prinsip efisiensi dan
sediaan farmasi dan habis pakai di
produktifitas. Hal tersebut bertujuan
Rumah Sakit Umum Daerah Bolaang
meningkatkan
Mongondouw
melakukan
kualitas
pelayanan
memberikan
fleksibilitas
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum
dalam pengelolaan keuangan dan sejalan
Daerah Bolaang Mongondouw Utara,
dengan Praktek bisnis yang sehat.
dan dilakukan mulai bulan Desember
masyarakat,
RSUD
Penelitian
ini
Mongondow
2016 sampai Maret 2017. Informan
Utara termasuk dalam kategori kelas D
dalam penelitian ini adalah 1 Direktur
namun Rumah Sakit ini masih belum
Rumah Sakit, 1 Kasubag Perencanaan
terakreditas.
dan Keuangan Rumah Sakit, 1 Kepala
pelayanan
Bolaang
Utara.
RSUD rawat
jalan
memberikan dan
juga
UPTD Instalasi Farmasi Kabupaten, 1
pelayanan rawat inap. Pelayanan Pelayanan rawat
Kepala Gudang Obat Rumah Sakit, 1
jalan dilakukan oleh poliklinik masih di
Dokter Spesialis dan 1 Kepala Unit
lakukan seadanya karena keterbatasan
Gawat Darurat. Total jumlah informan
49
sebanyak 6 informan. Pemilihan sampel
habis pakai maka pemenuhan kebutuhan
pada penelitian ini berdasarkan berdasarkan prinsip
sediaan farmasi dan bahan medis habis
kesesuaian
pakai di Rumah Sakit Daerah Bolaang
(appropriatness)) (appropriatness
dan
Mongondow
kecukupan (adequency (adequency). ).
maksimal.
Proses
tidak
terpenuhi
pengadaan
bahan
medis yang melekat pada dana DAK di
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Utara
Dalam
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Pengadaan Bahan Medis Habis
di laksanakan dengan cara menyusun
Pakai
kebutuhan penggunaan bahan medis dari
Ketersediaan
Hasil dengan
Anggaran
wawancara
informan
seluruh Fasyankes dan Rumah Sakit
mendalam
bahwa
kemudian
ketersdiaan
direncanakan
oleh
Tim
anggaran dalam pengadaan bahan medis
Perencana Obat Kabupaten yang terdiri
habis pakai di Rumah Sakit Daerah
dari seluruh kepala pusat pelayanan
Bolaang
melalui
kesehatan dan direktur serta dilibatkan
Kabupaten
pula instansi terkait seperti Inspektorat
UPTD
Mongondow Instalasi
Bolaang
Utara
Farmasi
Mongondow
Utara,
sebagai pengawas dan PPKAD. Setelah
yaitu
menggunakan dana DAK (Dana Alokasi
dirumuskan apa
Khusus)
yang
kebutuhan disampaikan ke pusat untuk
bersumber dari pusat (melekat (melekat pada
di tentukan Pagu Anggaranya, tetapi
Kementrian Kesehatan). Anggaran yang
berdasarkan berdasarka n
tersedia
dengan
untuk
di
pengadaan
Rumah
Sakit
hanya
kebutuhan sediaan farmasi dan bahan anggaran
ditetapkan
pada
rumah tahun
sakit 2017
yang menjadi
wawanc wawancara ara
informan
mendalam
anggaran
tersebut
seringkali tidak cukup.
menganggarkan sebagian kecil untuk
medis,
saja
Unit Pelaksana Teknis Instalasi
baru
Farmasi Kabupaten Dinas Kesehatan
tahun
mempunyai
tugas
melaksanakan
sebelumnya belum pernah ada anggaran
sebagian tugas Dinas Kesehatan di
yang menganggarkan sediaan farmasi
bidang
dan
pakai.
pengadaan, penerimaan, penerimaan, penyimpanan, penyimpanan,
sangat
pemeliharaaan, pemeliharaa an,
bahan
Ketersediaan
medis
habis
anggaran
Pelaksanaan, Pelaksanaan,
perencana perencanaan, an,
pengelolaan
dan
menentukan jumlah dan kuantitas dari
pendistrubusian
bahan medis yang akan di adakan,
monitoring dan evaluasi obat yang
karena
yang
diperlukan dalam pelayanan kesehatan
ditetapkan dari Pemerintah Pusat dalam
diPuskesmas dan Fasyankes lainya.
hal ini Kementrian Kesehatan untuk
(Anonim 2010)
keterbatasan
anggaran
alokasi sediaan farmasi dan bahan medis
50
serta
melaksanakan melaksanakan
Menurut
Penelitian Suciati (2006) di RSU
Supriyono,
penganggaran
Karya Husada Cikampek Jawa Barat
merupakan
menjelaskan bahwa alokasi anggaran
perusahaan yang dipakai sebagai dasar
obat rumah sakit sangat tergantung pada
pengendalian (pengawasan) (pengawasan) keuangan
kesesuaian dari perencanaan kebutuhan
perusahaan untuk periode yang akan
obat,
datang (Anonim, 2012). Jadi, anggaran
dan
salah
satu
mekanisme
perencanaan
keuangan
adalah
sediaan farmasi dan bahan medis habis
yaitu
pakai adalah suatu perencanaan perencanaan yang
obat
disusun berdasarkan kebutuhan sediaan
berdasarkan berdasark an nilai investasi, utilisasi dan
farmasi dan bahan medis yang akan
kekritisan obat.
diadakan dalam suatu instalasi farmasi
perencanaan perencan aan melalui
kebutuhan obat
teknik
mengetahui
ABC
Indeks,
pengelompokan
Penganggaran
merupakan
(Anonim, 2012).
suatu
Fungsi
mekanisme penting pengelolaan obat.
penganggaran,
semua
Untuk dapat melakukan penganggaran
rencana-rencana dari fungsi perencanaan
yang sesuai dengan kebutuhan, maka
dan penentu kebutuhan dikaji lebih
diperlukan adanya suatu data pendukung
lanjut
yang memadai. Salah satu komponen
besarnya biaya dari dana-da dana-dana na yang
penunjang yang sangat vital dalam
tersedia. Dengan mengetahui hambatan-
pengelolaan perbekalan perbekalan farmasi adalah
hambatan dan keterbatasan yang dikaji
ketersediaan anggaran yang memadai
secara seksama maka anggaran tersebut
dan sesuai dengan kebutuhan untuk
merupakan
penyediaan perbekalan perbekalan farmasi di rumah
Sumber anggaran di suatu rumah sakit
sakit.
bermacam-macam bermacam -macam,, Penganggaran n (budgetting), adalah Penganggara
semua
kegiatan
merumuskan kebutuhan
dan
usaha
perincian dalam
suatu
untuk
institusi
untuk
disesuaikan
anggaran
yang
dengan
yang
reliable.
tergantung
ada
apakah
pada milik
pemerintah atau swasta. Pada Rumah
penentu
sakit
skala
dapat
Pemerintah, berasal
sumber
dari
Dana
anggaran Subsidi
tertentu/skala standar yaitu skala mata
(Bappenas, Depkes, Pemda) dan dari
uang dan jumlah biaya (Subagya &
penerimaan penerimaa n rumah sakit. Sedangkan
Mustikasari).
pada
Menurut
Mulyadi,
rumah
sakit
swasta
sumber
anggaran merupakan suatu rencana kerja
anggaran berasal dari Dana Subsidi
yang dinyatakan secara kuantitatif yang
(Yayasan dan Donatur), Penerimaan
diukur dalam satuan moneter standar
rumah sakit dan Dana dari pihak ketiga
dan satuan ukuran yang lain yang
(Mustikasari 2007).
mencakup jangka waktu satu tahun.
51
Alokasi anggaran logistik Rumah
diperhatikan.
Secara
global,
sektor
Sakit 40 % – 50 % dalam bentuk obat-
farmasi sangat rentan terhadap praktek
obatan dan bahan farmasi, alat tulis
intransparansi
kantor, cetakan, alat rumah tangga,
negara
bahan makana makanan, n, alat kebersihan dan
pasokan obat di rumah sakit hilang
suku cadang. Perencanaan perbekalan
karena
farmasi adalah salah satu fungsi yang
penyelewengan. penyeleweng an.
menentukan dalam proses pengadaan
pejabat senior di bidang regulasi obat
perbekalan farmasi di rumah sakit.
menyebabkan
Biaya
tidak aman di pasaran yang berakibat
yang
diresepkan
untuk
penyediaan obat merupakan merupakan kompone komponen n
laporan
dari
banyak
menginformasikan
bahwa
intransparansi
dan
Penyuapa Penyuapan n
beredarnya
terhadap
obat
yang
kematian.
terbesar dari pengeluaran rumah sakit.
Perencanaan
merupakan
proses
pemeliharaan
jenis,
Di banyak negara berkembang belanja
kegiatan
obat di rumah sakit dapat menyerap
jumlah dan harga sediaan farmasi dan
sekitar 40-50% biaya keseluruhan rumah
alat kesehatan yang sesuai dengan
sakit. Belanja perbekalan farmasi yang
kebutuhan dan anggaran dalam rangka
demikian besar tentunya harus dikelola
pengadaan
dengan efektif dan efisien, hal ini
kekosongan obat dengan metode yang
diperlukan mengingat dana kebutuhan
dapat dipertanggungjawabkan dipertanggungjawabkan dan dasar-
obat di rumah sakit tidak seslalu sesuai
dasar pelaksanaan yang telah ditentukan.
dengan kebutuhan. Kondisi di atas
Perencanaan berpedoman pada DOEN
tentunya harus disikapi dengan sebaik-
(Daftar
baiknya. Saat ini pada tataran global
formularium RS, standart terapi RS, data
telah dirintis program Good Governance
catatan medik, anggaran yang tersedia,
In Pharmaceutical Pharmaceutical Sector atau lebih
penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa
dikenal dengan Tata Kelola Obat yang
persediaan, data
Baik di Sektor Farmasi. Indonesia
yang lalu dan rencana pengembangan
termasuk
(Quick,1997).
salah
berpartisipasi
satu
dalam
negara
yang
program
ini
dalam
Obat
Tujuan
bersama 19 negara lainnya. lainnya.
untuk
Esensial
menghindari
Nasional),
pemakaian periode
perencanaan
perbekalan
farmasi adalah untuk menetapkan jenis
Besaran alokasi anggaran secara
dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
kuantitas akan mempengaruhi jumlah
dengan pola penyakit dan kebutuhan
obat yang tersedia di Rumah Sakit,
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
namun
obat
Pelayanan farmasi merupakan salah satu
penting
kegiatan di rumah sakit yang menunjang
dengan
kesesuaian alokasi
kebutuhan anggaran
52
pelayanan kesehatan kesehatan bermutu. Menurut
yang tidak baik dari kegiatan tersebut
Keputusan Menteri Kesehatan RI (2004)
dapat mempengaruhi efektifitas kegiatan
tentang standar pelayanan rumah sakit
pengelolaan persediaan obat Rumah
menyatakan bahwa pelayanan farmasi
Sakit Sitti Khodjah Sepanjang.
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari
sistem
Peraturan
Presiden
Nomor
95
pelayanan
tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh
kesehatan rumah sakit yang utuh dan
atas Keputusan Presiden Nomor 80
berorientasi
pada
tahun
penyediaan
obat
pelayanan pelayanan yang
pasien, bermutu,
2003
Pelaksanaan
tentang Pengadaan
termasuk pelayanan farmasi klinik yang
Pemerintah
terjangkau
pengadaan dan
bagi
semua
lapisan
Pedoman Barang/Jasa
menyatakan
bahwa
distribusi obat
masyarakat. Pelayanan farmasi sekaligus
perbekalan kesehatan dalam
merupakan revenue centre utama. Hal
menjamin
tersebut
pelaksanaan pelaksanaa n
mengingat
bahwa
90%
ketersediaan
obat
peningkatan
dan
rangka untuk
pelayanan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
kesehatan kepada masyarakat yang jenis,
menggunakan perbekalan farmasi (obat-
jumlah dan harganya telah ditetapkan
obatan, bahan kimia, bahan radiologi,
oleh Menkes RI dapat dilakukan dengan
bahan alat kesehatan habis pakai, alat
penunjukan langsung. Berdasarkan Berdasarkan hal
kedokteran, dan gas medik), dan sekitar
tersebut di atas dipandang perlu untuk
50% dari seluruh pemasukan rumah
menyesuaikan
sakit
Pengadaan
berasal
dari
pengelolaan
Pedoman
Obat
Dan
Teknis Perbekalan
perbekalan farmasi. Untuk itu, jika
Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan
masalah
Dasar yang sudah ada, mengacu kepada
dikelola
perbekalan secara
farmasi
cermat
dan
tidak penuh
peraturan
perundang-undangan perundang-undangan
yang
tanggung jawab maka dapat diprediksi
berlaku dalam melaksanakan melaksanakan pengadaan
bahwa pendapatan rumah sakit akan
barang/jasa bagi instansi pemerintah
mengalami
(Anonim, 2016).
penurunan
(Yusmainita,
2.
2005). Penelitian menunjukkan
Febrani
2016
pelaksanaan
metode
Prioritas
Dalam
Perencanaan
Kebutuhan
Bahan
Medis Habis Pakai
dalam perencanaan, penimpanan dan pencatatan serta
Penetapan
Hasil
wawancara
mendalam
pelaporan terhadap
dengan informan dapat di analisis bahwa
pengelolaan persediaan persediaan obat Rumah
penetapan prioritas dalam perencanaan perencanaan
Sakit Sitti Khodijah Sepanjang belum
kebutuhan sediaan farmasi dan bahan
tergolong kategori baik. Pelaksanaan
medis habis pakai di Rumah Sakit
53
Daerah
Bolaang
selalu
dilaksanakan
pengadaan,
Mongondow
Utara
dan alat kesehatan dimana didapati
proses
proses perencanaan perencanaan di Dinas Kesehatan
prioritas
Kabupaten Minahasa Tenggara belum
dalam
penetapan penetapan
kebutuhan ini di susun oleh Tim
sesuai
Perencana Obat Kabupaten. Sebelum
pengelolaan dan pengadaan obat publik
rencana anggaran dikirim kepusat tim
dan
perencanaa obat mengadakan perencan mengadakan pertemuan pertemuan
ditetapkan
untuk menyusun apa saja yang menjadi
Berdasarkan
prioritas, hanya saja walaupun sudah
perencanaan perencana an alat kesehatan kesehatan di rumah
dikirimkan sesuai prioritas kebutuhan
sakit
pengadaan tidak sesuai dengan list l ist yang
perencanaan perencana an
dibutuhkan.
kesehatan diawali dengan kompilasi data
Sehingga
kekurangan
atau
menyebabkan
pedoman
perbekalan oleh
Menteri
hal
perlu
kesehatan
ini,
teknis
yang
Kesehatan.
maka
dioptimalkan. pengadaan pengadaan
proses
Proses
perbekalan
lengkap
yang disampaikan Puskesmas kemudian
kebutuhan bahan medis yang di perlukan
oleh Instalasi Farmasi kabupaten/kota
di
diolah
Rumah
Sakit
tidak
dengan
Daerah
Bolaang
Mongondou Utara.
menjadi
perbekalan
Perencanaan
kebutuhan
rencana
kebutuhan
kesehatan kesehatan
dengan
menggunakan
merupakan kegiatan untuk menentukan
teknik-teknik
perhitungan.
jumlah dan periode pengadaan Sediaan
Hasil penelitian Mongi (2015)
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
menunjukkan RSAD Robert Wolter
Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil
Mongisidi Manado dalam pemilihan
kegiatan
belum membentuk Tim Farmasi dan
pemilihan
untuk
menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat
Terapi,
jumlah,
formularium obat, diperoleh pemilihan
tepat
Perencanaan
waktu
dan
efisien.
dilakukan
untuk
dan
(2,60%),
belum
perencanaan
menyusun
kebutuhan
menghindari kekosongan Obat dengan
(3,90%) berdasarkan metode konsumsi,
menggunakan
dapat
pengadaan obat (6,49%) dibeli secara
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
langsung di PBF dan ada obat dropping
perencanaan perencan aan
ditentukan
dari Kesdam dan Pusat, penerimaan
antara lain konsumsi, epidemiologi,
(15,58%) tidak ada panitia khusus,
kombinasi
penyimpanan
(14,29%)
epidemiologi dan disesuaikan dengan
FIFO
FEFO,
anggaran yang tersedia (Anonim, 2014).
(3,90%) obat untuk rawat jalan secara
metode
yang
metode
yang
telah
konsumsi
dan
Penelitian dilakukan oleh Rumbay
individu
(2012) tentang analisis perencanaan perencanaan obat
dan
dan
menggunakan
54
untuk metode
obat
secara
pendistribusian
rawat
inap
kombinasi,
pemusnahan pemusnaha n dan penarikan obat (1,30%)
berdasarkan berdasarka n rapat bersama Dokter dan
yang sudah kadaluwarsa dan rusak tidak
Paramedis di RSUD namun karena
pernah dilakukan, pengendalian (3,90%)
pengadaan sediaan farmasi dan bahan
belum
medis habis pakai melalui Instalasi
sesuai
administrasi
dengan
(19,48%)
standar,
dalam
Farmasi
hal
Kabupaten
formularium
pencatatan dan dan pelaporan belum belum berjalan
mengikuti stok yang tersedia di Instalasi
optimal karena kurangnya pengawasan
Farmasi
dan evaluasi dari manajemen rumah
wawancara
sakit.
nilai
formularium Rumah Sakit hanya sebatas
diperoleh 72,73% digolongkan sedang.
rapat interen di Rumah Sakit tidak
Penelitian
dengan Instalasi Farmasi Kabupaten.
Hasil
observasi
ini
implementasi
dapat
total
disimpulkan
penerapan
Kabupaten.
Fedrini
pelayanan
Berdasarkan
mendalam
(2015)
sistem
dalam
analisis
kefarmasian yang dilakukan di IFRSAD
sistem formularium 2013 Rumah Sakit
R.W. Mongisidi Manado belum sesuai
St.Elisabeth Bekasi hasilnya
dengan standar pelayanan kefarmasian
proses penyusunan formularium 2013
di rumah sakit yang ditetapkan dalam
masih
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58
pengendalian persediaan persediaan belum ada, dan
Tahun 2014. Saran yang diajukan harus
rumah sakit belum menemukan sistem
membentuk Tim Farmasi dan Terapi dan
control yang sesuai untuk mengawasi
menyusun
jalanya sistem formularium. Ditemukan
formularium
obat,
dan
belum
optimal,
adalah
sistem
membuat standar prosedur operasioanal
70860
(SPO) serta melakukan perbaikan dan
formularium terdapat 114 golongan obat
peningkatan
kefarmasian
yang ada di DOEN namun tidak ada di
pelayanan
formularium. 65,89 % obat formularium
sesuai
pelayanan
dengan
kefarmasian
di
standar
obat
non
2013 adalah slow moving, ada 100 item
ditetapkan dalam Peraturan Menteri
(14%) memiliki nilai investasi 69,86%
Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014.
dari seluruh nilai investasi. Hanya 21
merencanakan
sakit
(5%)
yang
Penetapan
rumah
pemakaian
prioritas
pada
pengadaan
saat
jenis obat (3,05%) yang sangat kritis
sediaan
terhadap pelayanan pasien.
farmasi dan bahan medis habis pakai sangat
diperlukan,
salah
satu
Budiman
(2016)
menganalisis
cara
persediaan dan biaya pemakaian pemakaian obat
penentuan prioritas pengadaan adalah
pasien JKN di Puskesmas Puskesmas Wilayah
sistem
formularium.
Daerah
Bolaang
Rumah
Sakit
Cibeunying Kota Bandung. Penelitian
Mongondow
Utara
dilaksanakan dari bulan September 2015
sudah ada formularium yang ditetapkan
hingga Februari 2016, menggunakan
55
desain observasional deskriptif dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
pendekatan cross sectional dan teknik
Republik
pengambilan pengamb ilan data secara retrospektif.
Nomor1197/Menkes/SK/X/2004 Nomor1197/Menk es/SK/X/2004 ttentang entang
Analisis data dengan metode Analisis
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
ABC Indeks Kritis untuk melihat nilai
Sakit menyebutkan bahwa perencanaan
persediaan dan pemakaian pemakaian obat. Data
pengadaan merupakan merupakan proses kegiatan
yang digunakan yaitu data primer dari
dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
kuesioner nilai kritis obat, data sekunder
perbekalan farmasi yang sesuai dengan
diperoleh dari data pemakaian obat
kebutuhan
LPLPO
menghindari kekosongan obat dengan
(Laporan
Pemakaian
dan
Indonesia
dan
anggaran,
untuk
Lembar Permintaan Obat) Puskesmas
menggunakan
Wilayah Cibeunying Kota Bandung.
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
Pengelolaan obat di rumah sakit
perencanaan perencana an
metode
yang
yang
telah
dapat
ditentukan
yang baik akan berdampak terhadap
antara lain konsumsi, epidemiologi,
ketersediaan
kombinasi
obat
yang
dibutuhkan
metode
konsumsi
dan
pasien. Upaya perencanaan perencanaan juga penting
epidemiologi
karena analisis kebutuhan obat untuk
anggaran yang tersedia (Anonim, 2004).
tahun
berikutnya
perencanaan perencan aan
tergantung
tahun
disesuaikan
dengan
pada 3.
sebelumnya. sebelumnya.
Pemantauan
Sisa
Persediaan
Perencanaan yang kurang baik akan
Bahan Medis Habis Pakai
berdampak pada ketersediaan ketersediaan obat yang
Hasil
wawancara
mendalam
tidak sesuai dengan kebutuhan pasien,
dengan informan, dapat dianalisis untuk
adanya penumpukkan obat digudang.
dapat memantau sisa persediaan sediaan
Selain itu dapat berakibat pada adanya
farmasi dan bahan medis habis pakai di
stock out jika terjadi perubahan pola
Rumah
kebutuhan obat dibandingkan tahun
Mongondow
sebelumnya. Perubahan kebutuhan obat
Instalasi
cenderung
menerapkan sistem pelaporan yang baik
meningkatkan
kekosongan
obat
yang
resiko
berlangsung
sehingga
Sakit Utara
Farmasi
dapat
Daerah dan
Bolaang di
Kabupaten
dievaluasi
UPTD sudah
data
lama. Kekosongan obat dapat merugikan
pemakaian pemaka ian dan sisa stok. Kegiatan stock Kegiatan stock
rumah sakit, karena banyak resep tak
opname juga sering dilaksanakan untuk opname
terlayani
sakit
dapat mengetahui sisa persediaan dan
sehingga mengurangi pendapatan rumah
selisih stok sediaan farmasi dan bahan
sakit (Maimun, 2008).
medis habis pakai di Rumah Sakit
dan
keluar
rumah
Umum Daerah Bolaang Mongondow
56
Utara dan UPTD Instalasi Farmasi
pengadaan obat pada instalasi farmasi
Kabupaten.
rumah sakit dapat disimpulkan bahwa
Dalam
pemantauan
sisa
persediaan ini diketahui bahwa sediaan
implementasi
farmasi dan bahan medis yang terdapat
pengadaan obat di Instalasi Farmasi
di Gudang Obat Rumah Sakit dan UPTD
Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar
Instalasi Farmasi ada yang tersisa dalam
Malang yang telah dijalankan ternyata
jumlah banyak dan ada yang memang
memiliki beberapa kelemahan yaitu
kosong sudah sejak lama. Hal ini
dalam memberikan beberapa informasi
menyebabkan ketidakseimbangan antara
ke bagian gudang. Dalam hal ini, pihak
bahan apa saja saja yang harusnya harusnya disediakan disediakan
gudang
lebih ataupun disediakan secukupnya.
secara manual dalam menyampaikan
Untuk itu pemantauan sisa persediaan
informasi ke bagian kantor, selain itu
perlu dilaksanakan dilaksanakan secara berkelanjutan
terdapat tugas yang merangkap dalam
agar bisa di evaluasi bahan apa saja yang
melakukan pekerjaanya sehingga perlu
bisa dikurangi pada saat pengadaan
dilakukan
sediaan farmasi dan bahan medis habis
pengadaan barang barang pada rumah sakit agar
pakai setiap tahunya. tahunya.
pihak
masih
sistem
menggunakan
analisa
farmasi
Informasi
terhadap
dapat
sistem
sistem
memperoleh memperoleh
Sisa persediaan bisa dilihat dalam
informasi dengan lebih cepat akurat
pencatatan dan pelapolan pada sistem
serta pembagian wewenang kerja yang
informasi Rumah Sakit, RSUD Bolaang
jelas.
Mongondow
Utara
sudah
memiliki
Penelitian
Irlyana
(2016)
sistem informasi tetapi masih sebatas
perhitungan persediaan persediaan obat dengan
internal Gudang Obat Rumah Sakit.
Metode Economic Order Quantity dan
Instalsi Farmasi Kabupaten juga sudah
Reorder Point di Instalasi Farmasi
memiliki Sistem Informasi yang hanya
Rumah
mengelolah data internal pada Instalasi
penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa jenis
Farmasi
proses
obat dengan kelas terapi obat saluran
pencatatan dan pelaporan pemakaian
nafas memiliki EOQ terbesar yaitu 25%.
dan
menggunakan
Demikian pula pada hasil perhitungan
laporan manual berupa lembaran kertas
ROP menunjukkan bahwa jenis obat
laporan yang disampaikan dari Gudang
dengan kelas terapi obat saluran nafas
Obat Rumah Sakit ke Instalasi Farmasi
memiliki nilai ROP terbanyak yaitu
Kabupaten.
44%.
Kabupaten,
sisa
pada
persediaan
Penelitian implementasi
Aji
(2016)
sistem
Sakit
Paru
Perhitungan
Jember,
EOQ
dan
hasil
ROP
analisis
berbanding lurus dengan permintaan,
informasi
maka semakin besar permintaan maka
57
nilai EOQ dan ROP juga akan semakin
obat yang masuk dan yang keluar,
besar.
sehingga bisa dijadikan perencanaan Devky ( 2014) dalam penelitian
evaluasi
proses
dan
Farmasi sudah berjalan dengan baik,
pengadaan obat di Instalasi Farmasi
karena pihak Instalasi Farmasi dalam
Rumah
merencanakan kebutuhan menggunakan
Sakit
perencanaan
berikutnya. Tahap kalkulasi di Instalasi
Umum
Daerah
Kota
Semarang hasil penelitian menunjukkan
metode konsumsi.
perencanaan perencan aan dibuat oleh Kepala Kepala Instalasi
Proyeksi Kebutuhan Obat adalah
Farmasi Rumah Sakit dan Koordinator
perhitungan
Gudang Farmasi menggunakan metode
komprehensif
konsumsi dan epidemiologi, sudah ada
mempertimbangkan
Panitia dan Terapi, formularium rumah
obat dan jumlah sisa stok pada periode
sakit, pengadaan obat dengan pembelian
yang masih berjalan dari berbagai
langsung dari Pedagang Besar Farmasi,
sumber anggaran.
anggaran dana tersedia 100%-113,5%,
kegiatan
presentase jumlah item obat dengan
Menetapkan
yang direncanakan 91,36% frekuensi
periode yang akan datang. Stok akhir
pengadaan tiap item obat pertahun 3-19
diperkirakan
kali, frekuensi kesalhan faktur 5 kali dari
perkalian antara waktu tunggu dengan
30 sampel, dan frekuensi tertundanya
estimasi
pembayaran pembaya ran rata-rata 16,8 hari. Hasil
ditambah stok pengaman. Ada 2 sistem
penelitian
pencatatan
ini
menunjukkan menunjukkan
bahwa
kebutuhan
obat
secara dengan
yang
data
pemakaian
Pada tahap ini dilakukan
perkiraan
sama
stok
dengan
pemakaian
yang
adalah akhir
hasil
rata-rata/bulan
digunakan
dalam
perencanaan perencan aan dan pengadaan pengadaan obat belum
pencatatan persediaan yaitu, Metode
efisien. Seperti penelitian Febriawati
Fisik/Periodic yaitu pada setiap akhir
2015
periode dilakukan perhitungan secara
analisis
Instalasi
perencanaan
Farmasi
Rumah
obat
di
Sakit
phisik
untuk
menentukan menentukan
jumlah
Bhayangkara Bengkulu diperoleh hasil
persediaan
penelitian perencanaan perencanaan obat di Instalasi
Buku/Perpectual
Farmasi
pembukuan atas persediaa persediaan n secara terus
Rumah
Sakit
Bhayangkara
akhir. yaitu
Metode melakukan
Bengkulu pada tahap seleksi belum
menerus
berjalan maksimal maksimal karena masih ada
setiap
sebagian tahap-tahap belum terlaksana.
pembelian maupun penjualan (Anonim,
Pada tahap rekapitulasi sudah berjalan
2014).
yaitu
dengan
transaksi
membukukan
persediaan
baik
dengan baik, dengan adanya perekapan
Tujuan pengelolaan obat yang
pihak Instalasi Farmasi bisa mengetahui mengetahui
baik di rumah sakit adalah agar obat
58
4.
yang diperlukan selalu tersedia setiap
Perbandingan Data Pemakaian
Universitas Sumatera Utara saat, dalam
Periode Lalu
jumlah yang cukup dan terjamin untuk
Hasil
wawancara
mendalam
mendukung pelayanan yang bermutu
dengan
(Maimun 2008). Penelitian Ilham (2009)
merencanakan
di RSU Gunung Sitoli juga menjelaskan
farmasi dan bahan medis habis pakai di
bahwa perencanaan obat belum berjalan
Rumah
dengan baik, metode yang digunakan
Mongondow
juga
hasil
perbandingan data pemakaian periode
penelitian Kesesuaian Kesesuaian item obat yang
lalu. Perbandingan data yang terdapat di
tersedia masuk dalam DOEN masih
Rumah
rendah, pada tahun 2005 39%, tahun
Mongondow Utara dilihat dari data
2006 41% dan tahun 2007 39%. Selain
laporan pemakaian yang di buat setiap
itu
bulannya
belum
efektif,
diketahui
dengan
ketersediaan
obat
informan,
untuk
kebutuhan
Sakit
sediaan
Daerah
Bolaang
Utara,
Sakit
oleh
diperlukan
Daerah
Petugas
dapat
Bolaang
di
Ruang
diInstalasi farmasi masih dijumpai stok
Perawatan selanjutnya di rekapitulasi
obat mati 33%, over stock 0,9% dan
oleh
stock out.
dilaporkan ke UPTD Instalasi Farmasi
Instalasi
farmasi
rumah
sakit
Petugas
Gudang
Obat
dan
Kabupaten. Dari data itu bisa dilihat
merupakan satu-satunya unit di rumah
berapa
sakit yang mengadakan barang farmasi,
perbulan sehingga dapat diupayakan
mengelola
mendistribusikannya
untuk menjadi referensi pada pengadaan
kepada pasien, bertanggung jawab atas
yang akan datang. Dari hasil observasi
barang farmasi yang beredar di rumah
terdapat peningkatan penggunaan sedian
sakit serta bertanggung jawab atas
faarmasi dan bahan medis habis pakai
pengadaan dan penyajian informasi obat
karena adanya peningkatan kunjungan
yang siap pakai bagi semua pihak di
pasien ke Rumah Sakit Daerah Bolaang
rumah
Mongondow Utara.
dan
sakit,
baik
petugas
maupun
pasien. Instalasi farmasi di rumah sakit harus
memiliki
organisasi
banyak
pekamaian
rata-rata
Fatra (2011) dalam penelitian
yang
analisis
perencanaan
dan
pengadaan
memadai serta dipimpin oleh seorang
persediaan
apoteker
lain,
metode ABC Indeks Kritis di Instalasi
meliputi para apoteker, asisten dokter,
Rumah Sakit Besemah Kota Pagaralam
tenaga
memperoleh
dengan
administrasi
personalia
serta
tenaga
penunjang medis medis (Aditama, (Aditama, 2002).
obat
antibiotic
hasil
melalui
manajemen
persediaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Basemah belum berjalan
59
dengan baik, hal ini terlihat dengan
logistik,
adanya
pengadaan
kekosongan
obat.
Dengan
dimana
unsurnya
meliputi
yang
terencana,
menggunakan Analisis Indeks Kritis
pengangkutan eksternal yang terjamin,
ABC didapat kelompok A sebanyak 8
distribusi internal yang selamat dan
item obat, pada kelompok B sebanyak
aman
21
C
yang teliti. Perencanaan pengadaan obat
sebanyak 32 item. Kesimpulan secara
dan bahan medis merupakan proses
umum
dan
kegiatan penentuan jenis dan jumlah
pengadaan persediaan persediaan obat yang telah
obat dan bahan medis yang disediakan
dilakukan di Rumah Sakit Besemah
yang bertujuan untuk mendapatkan mendapatkan jenis
belum berjalan dengan baik hal ini
dan jumlah obat dan bahan medis yang
terlihat
sesuai dengan kebutuhan, menghindari
item,
sedangkan
sistem
adanya
kelompok
perencanaan
kekosongan
selama
serta
pengendalian
persediaan
periode 2010 sehingga perlu adanya
terjadinya
perencanaan perencan aan yang lebih efektif dan
mengupayakan peningkatan rasionalitas
efisien.
penggunaan obat dan bahan medis.
Febriawati (2013), dalam buku
stok
kosong
dan
Pemilihan (perencanaan) yang kurang
manajemen logistik farmasi rumah sakit,
baik
penentuan dan perhitungan kebutuhan
persediaan yang menumpuk atau tidak
logistik ada beberapa hal yang menjadi
dapat melayani pasien karena stok
pertimbangan pertimbanga n
kosong. Bila persediaan menumpuk
pemakaian pemaka ian
yaitu lalu,
berdasarkan berdasarkan
perkiraan
dengan
dapat
maka
menggunakan analisa SWOT, statistik
menyebabkan menyebabkan
biaya
jumlah
penyimpanan
juga
meningkat (Quick, 1997).
dan anggaran serta epidemiologi yang 5.
mencakup tren penyakit dan informasi catatan
medik,
sisa
persediaan,
Lamanya waktu tunggu pemesanan pemesana n bahan medis medis habis
rekomendasi dari komite medis dan
pakai
prioritas berdasarkan berdasarkan pedoman pedoman teknis
Hasil
wawancara
mendalam
rumah sakit yang berlaku. Dengan
dengan informan, lamanya waktu tunggu
demikian, perencanaan dan pengadaan
pemesanan pemesana n sediaan farmasi dan bahan
kebutuhan alat kesehatan menjadi efektif
medis habis pakai di Rumah Sakit
dan efisien.
Daerah
Manajemen
rumah
sakit
perlu
Bolaang
diperoleh
bahwa
Mongondow pengadaan
Utara melalui
dilengkapi dengan manajemen farmasi
UPTD
yang sistematis. Manajemen farmasi
dengan dana yang berasal dari dana
tidak terlepas dari konsep menajemen
DAK waktu tendernya biasanya pada
60
Instalasi
Farmasi
Kabupaten
bulan 5 atau bulan 6 setiap tahunya,
1,28;0,40;0,36).
Berdasarkan
kemudian setelah tender waktu tunggu
penelitian
dapat
pemesananya pemesan anya
ketersediaan obat di RSUD H Boejasin
sekitar
5
lumayan
bulan
kekosongan
sehingga
yaitu
terdapat
sistem
pengadaan
obat
menggunakan dana APBD Pemerintah
medis yang diperlukan. Selama waktu
Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2006-
tunggu dari proses tender sampai bahan
2008 di RSUD Boejasin kurang baik.
di
terima
kekurangan
dan
disimpulkan
bahan
medis
atau
lama
ini
hasil
di
Rumah
Sakit
Suciati (2006) Lead
time time atau
biasanya terjadi terjadi kekosongan, solusi yang
masa tenggang yang dibutuhkan dari
di tempuh pihak rumah sakit yaitu
mulai pemesanan obat dilakukan sampai
memberikan membe rikan resep apotik luar.
pengiriman barang. Lead time time obat di
Aprianti (2011) hasil penelitian
RS. Karya Husada rata-rata 1 – 3 hari.
menunjukkan bahwa proses pengadaan
Bila proses di instalasi farmasi farmasi cepat dan
obat
stok
menggunakan
dana
APBD
obat
sesuai
antara
yang
Pemerintah Kabupaten Tanah Laut di
dicantumkan pada form permintaan obat
RSUD H Boejasin kurun waktu 2006-
dengan stok yang ada dalam sistem
2008 sudah berdasarkan kepres No.8 th.
komputerisasi, maka tidak ditemukan
2003 dengan metode pelelangan umum,
masalah pada pemesanan barang dan
pemilihan langsung dan penunjukan
pembayaran pembaya ran obat. Bila pembayaran pembayaran obat
langsung. Hasil evaluasi menunjukkan
sesuai dengan jatuh temponya, maka
bahwa waktu pengadaan obat cukup
tidak ada penundaan pengiriman barang
lama (1-3 bulan), frekuensi pengadaan
yang telah dipesan. Masalah terjadi bila
obat kecil (1-2) kali setahun, prosedur
pembelian obat dirasa sudah cukup
pengadaan melalui beberapa tahapan
tinggi, maka beberapa pesanan obat
yang baku. Hal tersebut mengakibatkan,
dengan
tingkat ketersediaan obat yang lebih dari
dilakukan penundaan pemesanan, dan
21 bulan tinggi (tahun 2006; 2007; 2008
hal
nilainya
ketersediaan obat.
84%;84%;66%),
rusak/kadaluarsa
tinggi
obat
pertimbangan
tersebut
tertentu
akan
akan
mengganggu
(tahun
Budi dan Pudjaningsih (2006),
nilainya
Pengelolaan obat di farmasi rumah sakit
0,84%;0,80%;1,90%), stock mati tinggi
harus efektif dan efisien karena obat
(tahun
nilainya
harus ada saat dibutuhkan, dalam jumlah
5,95%;11,11%;9,40%), stock out obat
yang cukup, mutu terjamin dan harga
lama (1-10 bulan) dan nilai TOR setiap
yang
tahun rendah (2006;2007;2008 nilainya
pengelolaan obat di farmasi rumah sakit
2006;2007;2008
2006;2007;2008
61
terjangkau.
Pada
dasarnya
meliputi
perencanaan,
pengadaan,
yang
berjudul
Analisa
Sistim
penyimpanan penyimpana n dan distribusi, keempat
perencanaan perencana an obat dan Alat Kesehatan Kesehatan
tahap
Kebutuhan dasar yang menyebutkan
ini
saling
salingmempengaruhi
terkait
dan
sehingga
harus
bahwa
perencanaan perencanaan
obat
dan
alat
terkoordinasi dengan optimal. Tingkat
kesehatan kebutuhan dasar ruangan pada
kualitas pengelolaan obat di farmasi
Instalasi Farmasi RSUD Ciawi Bogor
rumah sakit perlu dinilai dan salah satu
tidak akurat yang disebabkan adanya
tolok
hambatan
ukur
menilai
yang
adalah
digunakan
yang
terjadi
pada
SDM,
distribusi,
organisasi, kebijakan, prosedur, laporan
keempat tahap ini saling terkait dan
pemakaian pemaka ian obat dan alat kesehatan, kesehatan,
salingmempengaruhi
harus
penentuan perencanaan jumlah obat dan
terkoordinasi dengan optimal. Tingkat
alat kesehatan dasar ruangan. Penelitian
kualitas pengelolaan obat di farmasi
yang dilakukan oleh Vanya (2010)
rumah sakit perlu dinilai dan salah satu
dalam Evaluasi Pelaksanaan Manajemen
tolok
Logistik Alat Kesehatan di Puskesmas
ukur
indikator.
untuk
yang
sehingga
digunakan
untuk
menilai adalah indikator. Yuliningsih penelitiannya pengelolaan
Biaro Kabupaten Agam menyebutkan
(2001) mengenai
belum ada petugas khusus yang ditunjuk
sistem
untuk
pengelolaan
alat
kesehatan,
obat/alat
pengelolaan alat dipegang oleh petugas
kesehatan persediaan ruangan di Rumah
laboratorium. Dana berasal dari APBD
Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita
melalui dinas kesehatan. Sarana dan
menyebutkan bahwa ketidaktersediaan
prasarana sudah
obat/alkes
ruangan
gudang tempat penyimpanan, lemari
pengelolaan
kabinet di setiap ruangan, dan kendaraan
yang sangat dipengaruhi oleh unsur-
untuk pendistribusian alat. Metode yang
unsur
digunakan mengacu pada Kepmendagri
tergantung
perbekalan
dalam
persediaan pada
sistem
manajemen
pelayanan,
yaitu
kebijakan
organisasi,
SDM,
nomor
152
cukup terdiri
tahun
2004.
dari
Untuk
sarana/prasarana, metode dan sistem
komponen
informasi, serta aspek logistik yang
perencanaan, perencana an, pengangga penganggaran, ran, pengadaan, pengadaan,
meliputi proses perencanaan, pengadaan,
penyimpanan
penerimaan, penerima an,
Penyimpanan, Penyimpanan,
pemeliharaan, pemeliharaa n,
pengawasan/ pengawasan/
pengendalian.
pendistribusian
dan
proses
dan
mencakup
pendistribusian,
penghapusan penghapusan,,
dan
pengendalian. KESIMPULAN
Penelitian serupa juga dilakukan
Kesimpulan oleh Kalterina (2011) dalam skripsinya
yang
diperoleh
dari
penelitian analisis proses perencanaan perencanaan
62
pengadaan kebutuhan kebutuhan bahan medis habis
memantau sisa persediaan sediaan
pakai di RSUD Bolaang Mongondow
farmasi dan bahan medis habis pakai
Utara dari wawancara dan observasi
yang terdapat di UPTD Instalasi
secara
Farmasi Kabupaten dan pada Gudang
keseluruhan
diperoleh
kesimpulan sebagai sebagai berikut : 1. Ketersediaan
Obat Rumah Sakit. Pada observasi
anggaran
dalam
langsung digudang obat diperoleh
pengadaan sediaan sediaan farmasi farmasi dan bahan
ada banyak sisa persediaan yang
medis habis pakai di RSUD Bolaang
overstock dan ada juga bahan medis
Mongondow Utara baru di anggarkan
yang tidak ada sama sekali. 4. Hasil
pada tahun 2017, sedangka sedangkan n pada
wawancara
mendalam
dan
tahun-tahun sebelumnya tidak pernah
observasi langsung system pelaporan
tertata pada APBD RSUD. Anggaran
untuk proses perencanaan pengadaan
pengadaan
sudah
melekat
di
UPTD
sesuai
pedoman
yaitu
Instalasi Farmasi Kabupaten Bolaang
membandingkan data yang lalu dan
Mongondow
karena
estimasi pemakaian yang akan datang
merupakan dana DAK (Dana Alokasi
yaitu dilihat pada laporan pemakaian
Khusus) sehingga sediaan farmasi
apakah ada peningkatan pemakaian
dan bahan medis habis pakai sering
seiring dengan peningkatan jumlah
kosong atau kurang.
kunjungan
Utara
2. Perencanaan
pengadaan
pasien
tetapi
metode
sediaan
peritungan yang dilakukan di gudang
farmasi dan bahan medis habis pakai
obat menggunakan metode konsumsi
di RSUD Bolaang Mongondow Utara
dan
menurut hasil wawancara mendalam
diterapkan karena hanya menganfrak
sudah dilaksanakan sesuai pedoman
bahan medis dari UPTD Instalasi
yaitu
Farmasi Kabupaten.
menentukan
selanjutnya
ditentukan
prioritas, apa
epidemologi
5. Kekurangan
saja
belum
begitu
sediaan farmasi dan
kebutuhan yang menjadi prioritas
bahan medis habis pakai di Rumah
untuk di adakan, tetapi setelah tender
Sakit
ada saja barang yang dibutuhkan
Mongondow Utara berdasarkan hasil
tidak diadakan atau tidak cukup.
wawancara
3. Proses
Umum
Daerah
mendalam
Bolaang
juga
pengadaan
disebabkan waktu tunggu setelah
sediaan farmasi dan bahan medis
tender yang cukup lama sekitar 5
habis
sampai
perencanaan
pakai
Mongondow
RSUD
Bolaang
Utara
sudah
6
bulan
sampai
barang
diterima di UPTD Instalasi Farmasi
dilaksanakan sesuai pedoman yaitu
63
Kabupaten kemudian disalurkan ke
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Gudang Obat Rumah Sakit.
Aji, R.P. 2016. Analisis Implementasi Sistem Infromasi Pengadaan Obat Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar
SARAN
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, diharapkan agar dapat
memperbaiki
untuk
Malang. Tesis. Pascasarjana Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya.
infrastruktur
peningkatan
kualitas
Ahyari, A. 2000. Anggaran Perusahaan. Pendekatan Kuantitatif. Buku II. Penerbit BPFE UGM. Yogyakarta.
perbekalan farmasi terutama yang ada di RSUD Bolaang Mongondow Utara,
serta
memperhatikan
Amrollahi, M.H. 2012. Comparative Study of Procurement, Distribution, Maintenance, Maintenance, and Control of Medical Equipment in General Teaching Hospital Affiliated with Tehran. Tehran. University of Medical Sciences. Annals of
ketersediaan anggaran dalam rangka menunjang pengelolaan farmasi di RSUD Bolaang Mongondow Utara. 2. Bagi RSUD Bolaang Mongondow Utara
disarankan
untuk
Biological Research. Vol.3(5):2248-2254.
dapat
Tehran.
membentuk Tim Farmasi, Menyusun Angkasawati, Astuti, dan Arifin. 2008. Perspektif Provider Terhadap Manajemen Alat Kesehatan. Buletin Panel Kesehatan. Vol. 36(4): - . Anonimous. 2007a. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan. Departemen
Formularium Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai,
Prosedur
Membuat
Operasional
Standar
Pengadaan
sesuai Permenkes No.58 Tahun 2014 tentang
standar
pelayanan
kefarmasian
di
Rumah
mengusulkan
perbaikan
Sakit, faasilitas
sarana dan prasarana instalasi farmasi dan
gudang
farmasi
Kesehatan RI Sekretariat Jendral. Jakarta. Anoimous 2007b. Peraturan Presiden RI Nomor 95 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa. Departemen Keuangan. Jakarta. Anonimous. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1121 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan. Deparemen Kesehatan. Jakarta.
serta
menggunakan system informasi yang terintegrasi. 3. Bagi
Peneliti
untuk
dapat
mengembangkan penelitian di RSUD Bolaang Mongondow Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aditama,
T.Y. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi
Kedua.
Penerbit
64
Anonimous. 2009a. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang t entang Rumah Sakit. Biro Hukum Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. J akarta.
Fedrini,
S. 2015. Analisis Sistem Formularium 2013 Rumah Sakit St. Elisabeth – Bekasi. Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan Vol.1.No.2.
Irlyana,
A.R. 2016. Perhitungan Persediaan Obat Dengan Metode Economic Order Quantity dan Reorder Quantity dan Reorder Point di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Jember. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember.
Apriyanti, A. 2011. Evaluasi Pengadaan dan Ketersediaan Obat di RSUD H.Boejasin Pelaihari 2006-2008. Tesis. Program Studi Ilmu Farmasi Magister Manajemen Farmasi Rumah Sakit. Universitas Gajah Mada. Azwar,
A. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Penerbit Sinar Harapan. Jakarta.
Maimun, A. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi dengan Analisis ABC dan Reorder Point terhadap Nilai Persediaan dan Turn Over
Budi, S., dan D. Pudjianingsih. 2006. Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah Sakit. Majalah Logika. Vol.3(1):1410-2315.
Ratio di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal. Pascasarjana. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit. Universitas Diponegoro. Semarang.
Budiman, 2016. menge mengetahui tahui nilai persediaan dan biaya pemak pemakaian aian obat pasien JKN di Puskesmas Wilayah Cibeunying Kota Bandung. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Jatinangor-Sumedang
Mongi, J. 2012. Implementasi Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Angkatan Darat Robert Wolter Wonginsidi Manado. Tesis. Pascasarjana. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Devky, D., Kurnia. 2014. Evaluasi Proses Perencanaan dan Pengadaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Fatra. 2011. Analisis Perencanaan dan Pengadaan Persediaan Obat Antibiotik melalui metode ABC Indeks Kritis di Instalasi Rumah Sakit Besemah Kota Pgaralam. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sriwijaya.
Quick, J.D., et al.. 1997. Managing Drug Supply, The Selection, Procurement, Procureme nt, Distribution and Use of nd Pharmaceutical Pharmaceutic al . 2 Edition. Management Science for Health, Kumarin Press. USA. pp:250-305.
Febriawati, H. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Penerbit Jakarta.
Gosyen
Rumbay, I. 2015. Analisis Perencanaan
Publishing.
Obat
65
di
Dinas
Kesehatan
dan Alat Kesehatan Persediaan Ruangan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kabupaten Minahasa Tenggara. Pascasarjana UNSRAT. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol.5(2b): - . Suciati, B., B. Susi, dan W. Adisasmito. 2006. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol. 9(1):19-26.
Yusmainita, 2005, Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah, available at http:// www.tempo.co.id/medika/arsi p/012003/ top-1-htm (diakses 22 Agustus 2010).
Yuliningsih. 2001. Analisa Sistem Pengelolaan Perbekalan Obat
66
View more...
Comments