Bagaimana Cara Menulis Buku Fiksi - EDITED.doc

March 20, 2018 | Author: aqmnov | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Bagaimana Cara Menulis Buku Fiksi - EDITED.doc...

Description

Prakata Banyak orang yang ingin menulis novel, namun sering tidak mampu diwujudkan dengan berbagai alasan. Mulai dari merasa tidak mampu hingga tidak sabar menyelesaikan tulisan. Jika Anda punya keinginan besar untuk menjadi seorang penulis, mengapa tidak berusaha mewujudkannya? E-book ini saya harap bisa memberi sedikit pencerahan. Isinya berdasarkan pengalaman pribadi saya dalam menuntaskan beberapa novel. Percayalah, tidak ada yang terlalu sulit untuk diwujudkan jika memang Anda berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya. Kerja keras itu dekat sekali dengan keajaiban, itu prinsip saya. Dan Anda akan melihat buktinya jika tidak mudah putus asa. Jadi, selamat membaca dan meraih mimpi menjadi seorang penulis fiksi!

Page 1 of 118

Daftar Isi Prakata

1

Daftar Isi

2

Bab 1. Serba-Serbi Fiksi

4

A. Apa Itu Fiksi?

5

B. Jenis-Jenis Fiksi

6

C. Aneka Genre Dalam Fiksi

8

D. Penulis dan Karya Fiksi Populer

14

Bab 2. Bakat Versus Latihan

20

A. Kelebihan Utama Jika Berbakat Besar

20

B. Apa Guna Latihan?

23

Bab 3. Syarat Mutlak Menjadi Penulis Berkualitas

25

A. Membaca, Membaca, Membaca

25

B. Jangan Hanya Sekadar “Ingin Menulis”

26

C. Disiplin dan Konsistensi

28

D. Sabar

29

E. Tidak Mudah Putus Asa

31

F. Selalu Berpikir “Out of the Box”

33

G. Memilih Waktu untuk Menulis

34

H. Riset, Faktor Penting dalam Sebuah Cerita

36

I. Temukan Gaya Orisinal

38

J. Kreatif Memilih Kata

39

K. Tidak Pernah Takut

41

L. Belajar EYD dan Standar Penulisan yang Bagus

42

Bab 4. Step by Step : Dari Ide Hingga Menjadi Novel

50

A. Menggali Ide

51

B. Menyiapkan Karakter

55

C. Bermain-Main dengan Seting

60

D. Membuat Sinopsis

62

E. Mulai Merangkai Kata

64

F. Masa Pengendapan

68

G. Edit dan Sempurnakan

68 Page 2 of 118

Bab 5. Sebelum Mengirim Naskah ke Penerbit

71

A. Kenali Selera Penerbit Terlbih Dahulu

71

B. Kirim Sesuai Ketentuan

74

C. Menunggu dan Tetap Menulis

76

D. Saat yang Tepat untuk Menanyakan Kabar Naskah

77

E. Ditolak atau Diterima?

80

Bab 6. Ketika Novel (Akhirnya) Diterbitkan

83

A. Jangan Lupa Promosi

83

B. Pertahankan Eksistensi

84

C. Royalti

86

Bab 7. Yang Tidak Boleh Dilupakan Saat Menulis Fiksi

89

A. Hidup Kadang Lebih Aneh dari Sinetron

90

B. Keunikan adalah Amunisi Terbaik

91

C. Referensi Tak Harus dari Bacaan

93

D. Membangun Cerita yang Proporsional

95

E. Writer’s Block? AH, Itu Sih Cemen!

96

F. Menundukkan Mood

99

Penutup

101

Bonus Cerpen

102

Tentang Penulis

110

Page 3 of 118

Bab Satu Serba-Serbi Fiksi

Page 4 of 118

Penulis adalah profesi yang belakangan ini terdengar begitu seksi dan menjanjikan. Banyak orang yang ingin menjadi penulis fiksi dewasa ini. Kalau tidak percaya, coba saja cek di berbagai jejaring sosial. Banyak sekali grup-grup kepenulisan yang sengaja didirikan. Tujuannya antara lain memberi pemahaman yang tepat kepada para anggota bagaimana caranya menulis fiksi. Saya sendiri baru menghasilkan beberapa buah karya fiksi. Jumlahnya masih sedikit, bisa dihitung dengan jari. Namun saya memberanikan diri membuat tulisan ini. Mengapa? Bukan karena sok tahu, loh! Bukan juga karena merasa sudah hebat. Sama sekali bukan itu alasannya. Saya merangkai kata di sini dengan harapan bisa membagi sedikit saja pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Sehingga―semoga saja bisa bermanfaat bagi orang lain, yaitu pembaca.

Gambar 1. Mendua adalah novel perdana saya yang diterbitkan oleh GagasMedia tahun 2010. Sumber : dok. pri Jika kita pergi ke toko buku, rak yang memajang buku-buku fiksi cenderung lebih banyak dibanding buku lainnya. Hal itu memberi indikasi bahwa fiksi merupakan bentuk tulisan yang banyak peminatnya. Istilahnya, fiksi itu nggak ada matinya. Terus berkembang sekaligus digilai. Fiksi memang selalu menawan. Karena fiksi membawa pembacanya mengarungi luasnya imajinasi. Dan itu bisa menjadi “perjalanan” yang sangat spesial. Efek satu buku terhadap seseorang mungkin tidak akan sama dengan orang lain. Namun akan tetap memberi jejak yang istimewa.

Page 5 of 118

A.Apa Itu Fiksi? Secara umum fiksi diartikan sebagai sebuah karya yang didasarkan pada imajinasi penulisnya. Jadi, di sini penulis benar-benar bebas membuat tulisan sesuai dengan kemauannya sendiri. Namun tentu saja harus berpijak pada banyak realita sehingga pembaca tidak merasa tulisan yang dibacanya aneh. Tidak boleh keluar dari logika dan terjadi tanpa penjelasan. Ada kalanya fiksi juga dipetik dari pengalaman nyata sehingga tidak murni fiktif. Supaya lebih menarik, penulis pun biasanya akan “mendandaninya” dengan berbagai bumbu sehingga menjadi lebih menawan. Oh ya, ada yang berpendapat keliru dalam membedakan fiksi dan nonfiksi. Fiksi cenderung dianggap ditulis dengan bahasa yang ringan sementara nonfiksi sebaliknya. Padahal, tidak ada korelasi antara keduanya. Fiksi bisa saja ditulis dengan bahasa yang sesuai dengan EYD. Tersusun dalam kalimat yang rapi dan baku. Sementara nonfiksi sebaliknya. Itu wajar-wajar saja. Tidak ada aturan kaku yang mengharuskan penggunaan gaya bahasa tertentu. Semua terserah kepada penulisnya. Menulis fiksi memang mengasyikkan. Salah satunya karena penulis diberi kebebasan untuk berimajinasi. Tidak ada yang melarang Anda untuk menciptakan karakter tertentu. Tidak juga ada yang kuasa menghalangi Anda karena penulislah yang menjadi sutradara untuk kisahnya. Bebas campur tangan dari pihak lain kecuali sedang menulis naskah duet atau diminta melakukan revisi oleh editor. Namun, meski kebebasan di tangan kita begitu luar biasa, bukan berarti kita bisa berlaku seenaknya. Kita tetap harus memastikan bahwa cerita fiksi kita sangat masuk akal. Intinya, halal saja untuk berimajinasi. Akan tetapi, seliar apapun tetap harus patuh pada akal sehat. Jadi, tidak membuat kita semena-mena memelintir nasib tokoh-tokoh kita. Karena hukum sebab dan akibat itu berlaku, loh. Apa pun yang terjadi, pasti ada alasan yang melatarinya. Fiksi sendiri tidak melulu berdasarkan bangunan imajinasi penulisnya. Ada juga yang mendasarkan ceritanya pada analisa ilmiah. Apapun pilihan penulisnya, harus memenuhi kebenaran yang logis. Untuk lebih jelasnya, kita akan jelaskan di bagian selanjutnya. Jadi, jangan berhenti membaca di halaman ini, ya?

Page 6 of 118

B.Jenis-Jenis Fiksi Anda pasti hapal tulisan apa saja yang termasuk dalam genre fiksi. Karena memang fiksi sangat diminati. Tapi, ada baiknya kita ulas lagi sekilas seputar topik ini. Ada puisi, prosa, cerpen, novella atau novelet, novel, serta skenario. Masalah seputar ini kadang masih diperdebatkan. Karena ada yang menganggap kalau puisi atau prosa tidak perlu dibedakan, misalnya. Demikian juga sebaliknya. Tapi memang bila menyebut kata “fiksi”, kita cenderung melekatkannya pada cerpen dan novel. Mungkin karena dua jenis tulisan ini sangat populer di masyarakat. Cerpen nyaris selalu tersedia di media cetak. Mulai dari surat kabar, tabloid, hingga majalah. Sementara novel bertebaran di toko buku. Apa pembeda utama keduanya? Sudah pasti terletak pada panjangnya. Sebuah cerpen biasanya ditulis sepanjang 6 hingga 10 halaman A4. Tentunya dengan spasi normal yaitu 1,5 dan huruf Times New Roman 12. Ada beberapa media yang mensyaratkan sedikit berbeda. Mulai dari font dan ukurannya, hingga spasi. Demikian juga dengan novel. Tiap penerbit memiliki kriteria tersendiri dalam menentukan persyaratan teknis dalam naskah yang akan diterbitkan. Jadi Anda harus mencermati penerbit yang disasar jika ingin mengirimkan naskah ke sana. Mulai dari genre novel hingga aturan teknisnya. Pembeda lain cerpen dan novel adalah medianya. Jika ingin cerpen Anda dimuat di media, maka naskah harus dikirim ke media yang menyediakan rubrik cerpen. Sementara novel sedikit berbeda. Naskah novel harus dikirimkan kepada penerbit yang banyak bertebaran di Indonesia. Jika kelak novel Anda diterbitkan, akan menjadi sebuah buku yang pasti akan sangat dibanggakan oleh penulisnya. Tidak perlu berbagi halaman dengan tulisan lain. Istimewa, bukan? Dalam menulis fiksi, ada beberapa unsur yang harus dipenuhi oleh penulis. Unsurunsur itu dikenal dengan nama unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang secara langsung membangun sebuah karya. Cara mengenalinya sangat mudah karena unsur intrinsik ini akan segera kita jumpai tatkala sedang membaca sebuah karya fiksi. Unsur-unsur intrinsik ini antara lain : •

Tema



Alur Page 7 of 118



Penokohan



Seting



Sudut pandang Semua unsur di atas dapat Anda temukan ketika membaca sebuah karya fiksi. Tanpa

hal-hal di atas, tulisan tersebut tidaklah disebut fiksi. Sebagai contoh, ada alur di setiap tulisan fiksi. Ada beberapa pilihan alur, penulis dibebaskan untuk memilih yang dirasanya paling nyaman. Ada yang memilih alur maju, mundur, serta gabungan keduanya. Hal tersebut sah-sah saja. Karena memang kadang ada bagian yang mengharuskan penulis untuk melihat peristiwa yang telah lalu atau flashback. Novel-novel yang saya tulis menggunakan alur campuran. Novel berjudul “Jungkir Balik Dunia Mel” misalnya, mengadopsi alur yang tidak biasa. Mengapa tidak biasa? Karena saya menyusun tiap bab dengan acak. Jika selama ini novel dibuka dengan bab satu, maka saya membukanya dengan bab 4. Bingung? Novel ini memang merupakan persembahan istimewa dari saya untuk para pembaca setia. Novel “Jungkir Balik Dunia Mel” ini bisa dibaca dengan dua cara : berdasarkan halaman atau berdasarkan urutan bab. Semuanya sama-sama seru dan memberi efek yang (mungkin) sedikit berbeda.

Gambar 2. Novel “Jungkir Balik Dunia Mel” yang tidak biasa. Sumber : dok. pri Bila novel ini dibuka dengan bab 4, selanjutnya berturut-turut diisi dengan bab 1, 6, 7, 9, 2, dan seterusnya. Kalaupun dibaca berdasarkan urutan halaman, tidak akan membingungkan. Apalagi jika pembaca lebih suka membaca berdasarkan urutan bab. Sampai Page 8 of 118

detik ini reaksi pembaca cukup positif. Umumnya merasa cara menulis seperti itu cukup unik dan tidak biasa. Jadi, penulis dipersilakan memilih sendiri bagaimana caranya menyampaikan cerita. Begitu juga dengan sudut pandang. Tidak ada yang melarang Anda untuk menyajikan beberapa sudut pandang berbeda dalam sebuah cerita. Tapi mungkin ini lebih nyaman jika disajikan dalam novel. Karena halaman cerpen yang sangat terbatas membuat penulis agak sulit bereksplorasi. Setting, tema, serta penokohan pun menjadi kebebasan penulis. (Terkecuali penulis sedang mengerjakan naskah pesanan dari penerbit yang menginginkan cerita tertentu). Ramuan apa pun yang Anda pilih, itu merupakan kekuasaan penulis. Selama proses penyelesaian naskah, tidak ada yang berhak memenjara imajinasi Anda. Lain halnya ketika naskah sudah tiba di meja redaksi dan ada banyak masukan untuk membuat beberapa perubahan. Itu contohnya. Nah, selain unsur intrinsik juga ada unsur ekstrinsik. Unsur-unsur ini adalah unsur yang berada di luar karya namun secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap tulisan seseorang. Antara lain : •

Sikap, pandangan hidup, atau keyakinan penulis.



Kondisi sosial ketika sebuah karya dibuat



Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Rasanya penjelasan tentang jenis-jenis fiksi sudah cukup, ya? Masyarakat awam pun

dengan mudah bisa membedakannya. Karena secara fisik sudah terlihat apa saja membuat satu jenis berbeda dengan yang lainnya. Uraian di atas tidak perlu dihapal, itu hanya paparan dari segi teori belaka. Nah, selanjutnya kita akan lebih fokus pada novel, sesuai dengan judul e-book ini.

C.Aneka Genre dalam Fiksi Bicara tentang fiksi tentu tidak bisa dilepaskan dari genre yang dianut. Ada banyak genre di dunia fiksi, yang dipilih oleh penulisnya karena berbagai pertimbangan. Ada penulis yang mengkhususkan diri menulis di satu genre saja. Sementara ada pula yang menjajal banyak genre. Setiap genre memiliki penikmatnya masing-masing. Seseorang bisa saja tertarik pada buku-buku beragam genre, tak hanya terpatok pada satu jenis tertentu belaka. Selera seseorang tentu berperan besar. Page 9 of 118

Beberapa genre dalam dunia fiksi antara lain : •

Roman Sesuai dengan namanya, genre ini menitik beratkan pada kisah cinta. Untuk novelnovel yang berasal dari luar negeri, genre ini diselipi dengan aneka bumbu berbau seks yang cukup kental. Untungnya bagi penulis-penulis dalam negeri, novel roman bisa diramu sedemikian rupa tanpa harus melibatkan kontak fisik yang (mungkin) berlebihan. Dapat dikatakan kalau novel bergenre roman adalah jenis bacaan yang abadi. Artinya tidak terpengaruh pada tren yang sedang berlaku di dunia perbukuan. Novel roman mempunyai tempat yang istimewa, tidak pernah kehilangan penggemar selama ini. Novel-novel karya Ilana Tan tentu saja memenuhi syarat untuk disebut sebagai novel romance. Saya sendiri menulis beberapa novel di genre ini, misalnya saja Mendua (GagasMedia, 2010) dan Cinta Tanpa Jeda (Bukune, 2012)



Komedi Novel jenis komedi tentu akan membuat pembacanya terhibur dengan rangkaian kalimat yang mengocok perut. Novel kategori ini cukup diminati karena temanya yang ringan dan tidak membuat kepala berdenyut. Pembaca tidak perlu memeras otak untuk mengerti buku yang dibacanya. Di tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an, Hilman Hariwijaya adalah nama yang sangat populer. Novel-novelnya dengan nama tokoh bernama Lupus digilai anak muda. Saking populernya, Lupus pun diangkat ke layar lebar dan melambungkan nama almarhum Ryan Hidayat.



Sci-fi Sci-fi merupakan singkatan dari science fiction. Dari nama itu dapat ditebak kan isi novel-novel yang mengusung genre ini? Tidak akan jauh-jauh dari dunia sains dan teknologi. Sci-fi mengajak pembacanya mengarungi dunia ajaib yang menarik dan mungkin selama ini tidak pernah terbayangkan. Sains memberi banyak sekali kejutan dan “keajaiban” yang tak terduga. Novel sci-fi yang beredar di Indonesia umumnya merupakan terjemahan. Penulis lokal belum banyak yang merambah genre ini. Entah apa alasannya.

Page 10 of 118

Nama-nama tenar seperti Jules Verne atau Michael Crichton merupakan penulis yang banyak menulis novel genre ini. karya-karya menonjol di lini ini pun banyak juga yang dijadikan film. •

Horor Film horor pasti dipenuhi oleh adegan menakutkan yang membuat bulu kuduk meremang. Oh ya, cerita horor tidak selalu berarti hantu. Novel horor juga bisa diwakili dengan kisah pembunuhan berantai, misalnya. Novel tipe ini banyak yang bermain di bagian psikologis. Jadi, ada banyak tema yang bisa diangkat. Intinya, membuat pembaca “ketakutan”. Siapa yang bisa mengabaikan nama Stephen King? Puluhan buku yang ditulisnya adalah bergenre horor. Banyak di antaranya yang sudah diangkat ke layar lebar dan sukses di pasaran. Kalau di film, buah karya M Night Shyamalan adalah contoh yang sempurna untuk menggambarkan kisah horor. Namun Shyamalan tidak memilih adegan penuh darah atau teriakan menakutkan. Akan tetapi dia memainkan sisi psikologis dari penonton. Contohnya di film The Sixth Sense yang dibintangi oleh aktor laga Bruce Willis dan Haley Joel Osment. Oh ya, agak melenceng dari topik. Ada kisah menarik dibalik pribadi Shyamalan yang pernah ditayangkan oleh sebuah televisi luar negeri. Ceritanya, sebuah stasiun televisi bergengsi meminta izin untuk mewawancarai sang sutradara. Mereka ingin menampilkan profil Shyamalan dalam sebuah film dokumenter. Singkatnya, izin pun didapat. Dari berbagai hasil investigasi kemudian diketahui kalau sosok sutradara pendiam ini agak misterius. Diketahui pula ketika kecil dia sempat tenggelam beberapa menit di sebuah danau yang terletak di dekat rumahnya. Sebelumnya, ada anak lelaki lain yang mengalami peristiwa serupa di tempat yang sama pula. Konon, sejak itu Shyamalan mengalami perubahan. Nah, dari berbagai penelusuran ke masa lalunya yang tertutup, kru berita mengambil kesimpulan kalau Shyamalan memiliki indera ke-enam setelah “kembali dari kematian”. Bahkan dia dianggap bisa berbicara dengan orang yang sudah wafat, anak yang tenggelam itu. Shyamalan akhirnya menolak melanjutkan wawancara dan mengusir kru dari tempat dia membuat film. Bahkan bintang-bintangnya yang tadinya sudah setuju Page 11 of 118

untuk melakukan wawancara, mendadak membatalkan persetujuan mereka. Namun hal itu tidak bisa membuat orang berhenti berpikir bahwa dia memang punya “kelebihan”. Film-film yang ditanganinya umumnya memang membahas tentang hal tersebut. Gelap dan membuat merinding.

Gambar 3. M. Night Shyamalan, sutradara berdarah India yang piawai membesut film horor cerdas. Sumber : imstars.aufeminin.com •

Misteri Umumnya novel misteri merujuk pada cerita ala detektif. Di mana ada misteri yang membingungkan dan baru terungkap di akhir cerita. Di tiap bagian ada clue yang tampak sepele namun menjadi petunjuk bagi pembaca. Dan memang banyak sekali novel detektif yang membuat penasaran. Bicara tentang novel detektif, berarti bicara tentang Sir Arthur Conan Doyle dan Agatha Christie. Keduanya menghasilkan tokoh-tokoh detektif terhebat sepanjang masa. Doyle dengan tokoh fenomenal bernama Sherlock Holmes. Sementara Christie dengan Hercule Poirot dan Miss Marple. Saya agak tertarik membahas kedua penulis hebat ini. Agatha Christie sepertinya tidak setuju dengan cara Sherlock Holmes menyelidiki kejahatan. Holmes biasa datang ke TKP dan juga melakukan penyelidikan dari aspek psikologis. Hal berbeda diterapkan oleh Poirot. Detektif fiktif yang berasal dari Belgia ini memilih untuk memanfaatkan otaknya yang biasa disebutnya dengan “sel-sel kelabu”. Poirot tidak selalu datang untuk melihat TKP karena dirasanya tidak perlu. Aspek psikologis korban dan lingkungannya yang menjadi titik berat dari penelitian Poirot. Poirot bahkan terangterangan menertawai sahabatnya yang merasa perlu menyelidiki TKP. Page 12 of 118

Bukannya ingin membantah pendapat penulis hebat, tapi memang saya lebih setuju dengan pendekatan yang dilakukan oleh Sherlock Holmes. Belakangan ini kan ada banyak sekali tontonan yang menyajikan kisah detektif. Sebut saja Criminal Minds, Castle, Bones, atau CSI. Dari beberapa serial top di atas, penonton menyadari satu hal. Nyaris mustahil bisa memecahkan sebuah misteri jika tidak datang ke TKP. Para petugas di CSI bahkan menghabiskan banyak rol film untuk memotret semua yang ada di TKP sebagai bahan penyelidikan. Bahkan sering terjadi benda-benda sepele yang sepertinya tidak penting justru membantu memecahkan kejahatan. Belum lagi laboratorium yang dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mengolah hasil penyelidikan. Mereka tidak pernah menolak datang ke TKP dan hanya memecahkan misteri dari ruang kerja. Dari sini kita bisa melihat kesamaan ide dengan Sherlock Holmes, kan? Sejak dulu, Holmes selalu ditempatkan sebagai detektif nomor satu di dunia. Bahkan kisahnya sudah diangkat ke layar lebar dan layar gelas. Versi layar lebarnya dibintangi oleh Robert Downey Jr. yang secara fisik jauh berbeda dengan penggambaran Sir Arthur Conan Doyle. Sementara serial televisinya –menurut sayajauh lebih menarik. Benedict Cumberbatch sangat pas memainkan tokoh ini. Di tangannya, semua kesinisan, kejeniusan, dan ketidakpedulian Holmes digambarkan dengan sangat sempurna. •

Sejarah Anda pasti sudah bisa menebak isi dari genre ini, kan? Tentu saja novel yang ditulis berdasarkan sejarah yang memang terjadi. Tentunya butuh riset dan penelitian yang mendalam agar tidak salah menuliskan peristiwa apa yang sebenarnya terjadi. Karena bisa menimbulkan perang opini atau protes hebat jika yang ditulis dianggap tidak sesuai kenyataan. Menulis novel sejarah tidaklah mudah. Dan sudah pasti memakan waktu yang panjang. Jadi memang harus angkat topi untuk para penulis yang sudah memiliki keberanian menulis novel sejarah. Contoh novel sejarah misalnya Gajah Mada. Penulisnya tentu harus bekerja ekstra keras untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang patih terbesar dari kerajaan Majapahit itu.



Petualangan

Page 13 of 118

Novel betema petualangan tidak selalu berhubungan dengan perjalanan (travel). Melainkan seputar pengalaman hebat yang mempengaruhi kehidupan tokoh-tokoh utamanya. Menyebut novel petualangan tidak lengkap tanpa membahas buah karya Enid Blyton. Penulis asal Inggris ini piawai dengan buku-bukunya yang menyasar pembaca cilik dan remaja. Berkisah tentang berbagai petualangan yang menarik. Contohnya adalah novel-novel Lima Sekawan. Tokoh utamanya adalah empat orang saudara sepupu dengan satu ekor anjing. Mereka bertualang untuk memecahkan kejahatan atau misteri. Perjalanan mereka sungguh

mengasyikkan

dan

membuat

pembaca

turut

terhanyut.

Apalagi

penggambaran akan pedesaan Inggris yang menjadi setting cerita, sangat memikat. Nah, sudah jelas kalau genre fiksi itu ada cukup banyak. Anda bisa menambahkannya dengan beberapa genre lainnya yang luput dituliskan di sini. Karena pada dasarnya ada cukup banyak genre yang datang dari pemikiran para ahli fiksi. Satu dan yang lainnya kadang berbeda pendapat. Selain masalah genre, ada juga pembagian novel berdasarkan kategori usia pembaca. Yaitu : •

Buku anak



Pra remaja (pre-teens)



Remaja (teenlit)



Dewasa muda (young adult)



Dewasa Tentu ada rambu-rambu di tiap kategori usia. Misalnya saja di buku untuk usia pra

remaja, kurang pas jika membahas tentang cinta, kan? Dalam hal ini tentu saja cinta terhadap lawan jenis. Intinya, cerita disesuaikan dengan tingkatan usia. Lihat saja sekeliling kita, problema itulah yang diangkat.

"Tulislah novel yang paling membuat Anda merasa bahagia. Mulai dari genre hingga kategori usia.

Karena

bahagia

itu Page 14 of 118

membuat

kita

nyaman

untuk

menulis. Dan biasanya tulisan pun akan mengalir deras, seakan berasal dari suatu tempat di dalam diri kita." Sekadar saran, tulislah novel yang paling membuat Anda merasa bahagia. Mulai dari genre hingga kategori usia. Karena bahagia itu membuat kita nyaman untuk menulis. Dan biasanya tulisan pun akan mengalir deras, seakan berasal dari suatu tempat di dalam diri kita. Tangan pun mengetik nyaris tanpa henti. Intinya sama saja dengan pekerjaan lainnya. Segala yang diminati selalu memberi gairah yang besar untuk kita. Jadi, jangan lupa bertanya pada diri sendiri, mana yang paling ingin Anda tulis.

D.

Penulis dan Karya Fiksi Populer

Dulu mungkin pekerjaan sebagai penulis akan dianggap tidak menjanjikan. Sekarang? banyak orang yang menangguk kesuksesan material setelah menulis karya yang fenomenal dan meledak di pasaran. Sebut saja Joanne Kathleen Rowling atau J.K. Rowling. Sebelum menulis Harry Potter, Rowling sedang terlilit masalah finansial yang serius. Novel perdananya bahkan sempat ditolak beberapa kali. Dan begitu diterbitkan, novel ini pun mengguncang dunia! Hingga kemudian Harry Potter diangkat ke layar lebar dan menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa. Singkatnya, J.K. Rowling pun menjelma menjadi salah satu wanita terkaya di dunia berkat novel ini. Kisah senada dialami oleh Andrea Hirata. Novel Laskar Pelangi meledak luar biasa dan mencatat angka penjualan mencengangkan. Laskar Pelangi sendiri merupakan buku pertama dari 4 seri. Laskar Pelangi kemudian difilmkan dan lagi-lagi mencatat angka yang fantastis. Laskar Pelangi ditonton lebih dari 4 juta orang! Sehingga tidak heran kalau film dan bukunya begitu populer. Memang, menulis novel tidak menjamin akan laku keras. apalagi ada banyak sekali pesaing dengan penerbit yang jumlahnya pun tidak sedikit. Menerbitkan novel di penerbit Page 15 of 118

besar tidak berarti akan selalu berimbas pada tingginya angka penjualan. Di lain pihak, menerbitkan novel melalui penerbit kecil tidak menjamin bahwa angka penjualannya jeblok. Tidak selalu seperti itu.

Resep kesuksesan komersil sebuah karya fiksi tidak ada. Novel yang bagus belum tentu laku. Sementara banyak karyakarya kacangan yang laris manis. Faktor penentu bahkan kadang sulit untuk dijelaskan. Jadi, tidak perlu membebani diri untuk menulis novel yang akan meledak. Karena tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut. Pasar selamanya akan sulit untuk ditebak.

Resep kesuksesan komersil sebuah karya fiksi tidak ada. Novel yang bagus belum tentu laku. Sementara banyak karya-karya kacangan yang laris manis. Faktor penentu bahkan kadang sulit untuk dijelaskan. Jadi, tidak perlu membebani diri untuk menulis novel yang akan meledak. Karena tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut. Pasar selamanya akan sulit untuk ditebak. Bicara tentang kesuksesan finansial, tahukah Anda buku apa saja yang menjadi buku terlaris di dunia? Berikut ini beberapa judul buku yang berhasil mencaat angka penjualan yang sangat fantastis dan layak menyandang predikat sebagai buku terlaris dunia. •

Harry Potter Novel dengan tokoh utama seperti judulnya ini terdiri atas tujuh buah buku. Semuanya mencatat angka penjualan yang fantastis. Wajar saja kalau novel ini ditasbihkan sebagai novel terlaris di dunia. Semuanya sudah diterjemahkan ke lebih dari 63 bahasa. Petualangan Harry Potter, Hermione Granger, serta Ron Weasley merupakan jalinan peristiwa tidak terduga dan penuh kejutan. Melihat aksi ketiganya benar-benar mengasyikkan.

Page 16 of 118

Gambar 4. Harry Potter adalah ikon dunia sihir yang paling populer di dunia. Sumber : images1.wikia.nocookie.net •

The Lord of The Ring Buku ini merupakan buah karya dari J.R.R. Tolkien yang terdiri atas 3 jilid. Yaitu The Fellowship of The Ring, The Two Towers, serta The Return of The King. Buku ini dianggap sebagai salah satu karya sastra terbaik yang dihasilkan sepanjang masa. Novel ini pula yang dijadikan rujukan oleh beberapa novel bergenre fantasi lainnya yang terbit kemudian. Salah satunya adalah Harry Potter. Seperti halnya novel-novel populer lainnya, The Lord of The Ring sudah diterjemahkan kedalam puluhan bahasa di dunia. Filmnya pun berhasil memukau jutaan pasang mata sehingga mengantar trilogi ini menjadi salah satu film terlaris sepanjang sejarah. Disutradarai Peter Jackson, trilogi karya J.R.R. Tolkien ini memang sangat mempesona. Menjadi film kolosal yang sangat megah dengan gambar-gambar yang mencengangkan. Karakter Frodo, Gandalf, dan Aragorn adalah beberapa tokoh yang paling dikenang. Di film ini, Orlando Bloom memerankan karakter Legolas yang menawan. Menurut saya, di sinilah Orlando Bloom tampil dengan fisik paling menawan. Bahkan dibanding aslinya. 



A Tale of Two Cities Novel ini merupakan karya gemilang dari Charles Dickens. Berhasil terjual hingga ratusan ribu kopi, novel ini menempati tempat yang istimewa di deretan novel-novel yang paling laku. Mengambil setting di dua kota Eropa yang paling menawan, Paris dan London. Berlatar pada peristiwa besar yang mengubah benua itu, terutama Prancis. Peristiwa itu adalah Revolusi Prancis.



To Kill a Mockingbird

Page 17 of 118

Novel ini merupakan buah pena dari Harper Lee. Belakangan karya luar biasa ini dinobatkan sebagai salah satu buku yang harus dibaca sebelum mati. Wah, bisa dibayangkan betapa istimewanya, kan? Buku ini sepertinya memang ditakdirkan untuk mendapatkan kejayaan yang luar biasa. Banyak sekali penghargaan yang berhasil diraih. Yang paling bergengsi tentu saja Pulitzer untuk kategori fiksi di tahun 1961. Di tahun 1999, novel ini kembali meraih penghargaan sebagai “Best Novel of the Century”. Salah satu keistimewaan novel ini adalah bahasa yang digunakan oleh pengarangnya. To Kill a Mockingbird dibalut kata-kata yang hangat, meski isi di dalamnya sendiri bukan hal-hal sederhana. •

The Da Vinci Code The Da Vinci Code adalah karya gemilang dari Dan Brown yang mengantarnya memuncaki popularitas. Memang isinya menjadi perdebatan yang sangat panjang, namun tidak menyurutkan minat orang untuk membacanya. Kontroversi yang muncul malah

menjadi

semacam

pendorong

sehingga

orang

berbondong-bondong

membelinya. Mengapa bisa demikian? Karena tidak ada yang lebih hebat dari rasa penasaran, kan? The Da Vinci Code bahkan sudah difilmkan dengan bintang utamanya Tom Hanks. Ceritanya mungkin sedikit rumit sehingga membutuhkan konsentrasi penuh saat membaca dan menonton filmnya. Pengekornya pun tidak sedikit, namun seorang pionir selalu di depan, kan? Nah, buku-buku di atas merupakan produk yang laris di seluruh dunia. Indikasinya adalah terjual hingga ratusan juga eksemplar dan diterjemahkan ke berbagai bahasa dari seluruh penjuru dunia. Lalu, bagaimana dengan novel di tanah air? Indonesia juga memiliki beberapa penulis top yang mendapat royalti dalam jumlah luar biasa. Itu karena hasil karya mereka laris manis dan dicari para pembaca. Ingin tahu siapa saja mereka serta buku fenomenal yang mereka tulis? Anda pasti sudah familiar dengan nama mereka. 1. Andrea Hirata Siapa yang tak kenal nama ini? Bagi pencinta novel, Andrea Hirata adalah penulis yang menempati posisi istimewa. Itulah sebabnya tetralogi Laskar Pelangi miliknya Page 18 of 118

sukses membius para pembaca. Novek-novelnya membuat Anda tertawa dan menangis tanpa gengsi. Hingga saat ini, Laskar Pelangi telah diterbitkan di lebih dari 20 negara. Laskar Pelangi menempatkan Andrea Hirata sebagai penulis paling top di republik ini. Dan tentunya dengan jumlah penghasilan yang mencengangkan. Dua dari empat kisah pada buku tetralogi Laskar Pelangi telah diangkat di layar kaca. Dan keduanya pun mencatatkan prestasi yang luar biasa, ditonton oleh jutaan pasang mata yang berbondong-bondong datang ke bioskop. Lepas dari Laskar Pelangi, Andrea Hirata menulis novel lainnya. Dan sepertinya pembaca masih menaruh minat besar terhadap karya-karyanya. Buktinya, Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas pun mampu meraih predikat sebagai novel laris. Meski belum melampaui pencapaian Laskar Pelangi. 2. Habiburrahman El Shirazy Nama yang satu ini identik dengan novel laris “Ayat-Ayat Cinta” yang kemudian diangkat ke layar lebar. Istimewanya, penulis yang satu ini tidak hanya berprofesi sebagai penulis. Namun juga menjadi dai dan sutradara. Tak hanya Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy pun menulis beberapa novel yang semuanya menjadi best seller. Ada yang kemudian diangkat ke layar lebar mengikuti jejak Ayat-Ayat Cinta. Sebut saja judul Ketika Cinta Bertasbih dan Dalam Mighrab Cinta. Buku-bukunya yang laris manis diyakini memberi royalti hingga mencapai miliaran rupiah kepada sang penulis. 3. Dewi Lestari Dulu, masyarakat lebih mengenal Dewi Lestari sebagai penyanyi bersuara indah bersama Rida dan Sita. Trio ini cukup sukses di blantika musik Indonesia. Album pertama kelompok vokal yang juga dikenal dengan nama RSD ini pun terbilang sukses. “Antara Kita” diangkat sebagai judul album untuk memperkenalkan ketiga penyanyi muda ini.

Page 19 of 118

Gambar 5. Dewi Lestari dan novel perdanya, Supernova. Sumber : kumpulanfoto.net Penggemar Dewi pun terpana ketika di suatu ketika perempuan ini meluncurkan novel berjudul “Supernova” yang meledak di pasaran. Novel yang banyak mengangkat istilah sains ini pun mengantar Dewi Lestari ke posisi yang berbeda. Dia pun mulai dikenal dengan nama Dee. Yang terbaru, novel Dewi yang berjudul Perahu Kertas diangkat ke layar kaca dan banyak digemari. 4. Raditya Dika Menyebut nama Raditya Dika tentu tidak bisa lepas dari “Kambing Jantan”. Raditya Dika memulai kariernya dengan menulis di blog. Hingga kemudian tulisannya dibukukan dengan judul Kambing Jantan. Tulisan-tulisan Raditya Dika selalu diminati pembaca. Gaya bahasanya yang ringan dan cair membuat pembaca tertawa tanpa henti selama membaca tulisannya. Tulisannya dianggap menjadi genre baru di ranah komedi. Kini, masyarakat tidak hanya mengenal Raditya Dika sebagai penulis. Dia juga tampil di televisi dan menjadi bintang iklan. 5. Mira W. Novel-novel bertema cinta mengingatkan pembaca pada Mira W. Beliau sudah berkarya selama puluhan tahun dengan novel-novel laris. Nama Mira W. menjadi jaminan untuk kisah fiksi roman. Karya-karyanya sudah diangkat ke layar lebar atau layar kaca. Yang patut diacungi jempol dari Mira W. adalah bahwa beliau masih tetap menyempatkan diri mengaplikasikan ilmunya sebagai dokter. Jadi, selain sebagai novelis produktif yang menghasilkan karya-karya best seller, Mira W. juga masih aktif mengobati pasien. Karena itu, tidak heran kalau umumnya buku-bukunya mengangkat kisah cinta tokoh utama yang berprofesi sebagai dokter. Page 20 of 118

Bab Dua Bakat vs Latihan

Page 21 of 118

Apakah Anda sering mendengar pernyataan “1% bakat, 99% latihan”? Umumnya banyak yang berpendapat bahwa hasil yang gemilang bisa dicapai dengan latihan yang luar biasa keras. Thomas Alva Edison sudah membuktikan itu. Meski hanya bersekolah sebentar dan dianggap sebagai anak yang bodoh, Edison membuktikan sebaliknya. Pihak sekolah dan gurunya boleh saja mengeluarkan Edison dari sekolah. Ayahnya boleh saja memukulnya sehingga menyebabkan ketulian. Namun Edison terlahir dengan anugerah yang besar : sikap pantang menyerah. Hingga dunia mengenalnya menjadi salahs atu penemu terbesar yang pernah ada. Edison tidak pernah mengeluhkan dunianya yang sepi akibat pendengaran yang terganggu. Bahkan menurutnya, ketulian malah lebih membantunya. Gramofon atau bohlam adalah hasil buah pemikiran dan percobaannya tanpa henti. Edison bahkan berhasil menciptakan telepon, hanya saja dia kalah cepat dari Alexander Graham Bell. Namun (menurut pendapat pribadi saya), bakat mendapat tempat yang istimewa dalam dunia tulis-menulis. Terutama dunia fiksi. Berikut penjelasan versi saya.

A.Kelebihan Utama Jika Berbakat Besar Bakat besar adalah karunia tak terhingga bagi Anda yang menekuni dunia fiksi. Mengapa demikian? Karena dengan bakat itu Anda akan menghasilkan karya yang tidak sembarangan. Coba saja lihat keliaran imajinasi J.K. Rowling! Bukan hal kebetulan kalau dia berhasil menuntaskan 7 buah buku Harry Potter dengan hasil yang gemilang. Dan ketika hasilnya dipindahkan ke layar lebar, penonton pun terkagum-kagum melihatnya. Bagaimana foto-foto yang bergerak itu terasa hidup dan yang utama... tidak terpikirkan! Hantu-hantu yang beterbangan ke sana-kemari. Menurut saya, orang-orang yang berbakat besar akan menciptakan kisah-kisah unik yang tidak pernah dibayangkan oleh orang lain. Tidak harus kisahnya serba aneh, loh! Kisahkisah sederhana pun bisa disulap menjadi sangat istimewa. Karena umumnya para penulis Page 22 of 118

berbakat ini memandang persoalan yang sama dengan kita namun dengan cara yang sama sekali berbeda.

Gambar 6. Tak dapt disangkal kalau J.K. Rowling adalah penulis dengan bakat yang sangat besar. Sumber : www.digitopoly.org Membaca tulisan mereka membuat kita merasa memasuki dunia yang berbeda dibanding yang kita kenal selama ini. Bakat yang besar menjadikan seseorang istimewa. Tulisan-tulisannya akan mempengaruhi pembacanya dengan luar biasa. Membuat kita diam termangu sambil bertanya dalam hati, “Mengapa orang ini bisa memikirkan hal-hal tertentu dari sudut pemikiran yang berbeda?” Mengapa saya sengaja menyinggung masalah ini? Begini, belum lama ini ada semacam polling di sebuah jejaring sosial. Para pesertanya adalah penulis-penulis tanah air. Pertanyaannya sederhana : “Mana yang lebih berpengaruh bagi Anda, bakat atau kerja keras”? Dan umumnya peserta polling menjawab senada dengan “Kerja keras”. Tidak ada yang salah dengan pendapat itu. Namun bagi saya pribadi bakat adalah hal yang sangat besar untuk diabaikan begitu saja. Kerja keras memang akan mengantarkan seseorang untuk dekat dengan kesuksesan. Namun bakat yang mengalir di dalam pembuluh darah akan menjadi pembeda yang sangat besar. J.K. Rowling adalah contoh nyata bagaimana seseorang bisa berbakat demikian besar sehingga menghasilkan cerita yang tidak standar. Andrea Hirata pun sama. Ketika membaca suatu karya fiksi, Anda akan merasakannya, kok! Orang yang berbakat tidak akan mudah terseret oleh arus di sekitarnya. Tidak akan mengikuti tren, melainkan menciptakan tren. Menjadi pelopor atau pionir.

Page 23 of 118

Misalnya saja, seorang penulis buku anak tidak akan menulis cerita tentang peri. Kenapa? Karena sudah ada banyak pendahulunya yang melakukan hal senada. Dia pasti akan mencari ide lain yang lebih segar dan orisinil. Jadi, kita tidak bisa mengesampingkan bakat sama sekali. Justru harus bersyukur jika kebetulan Anda memilikinya. Karena Anda akan menjadi orang yang mampu menulis hal-hal istimewa dengan cara yang istimewa pula. Mungkin temanya sih tidak luar biasa, tapi caranya mengemas konflik pasti tidak biasa. Pernah baca novel-novelnya Sidney Sheldon? Anda pasti terpesona dengan caranya mengemas konflik dan menyiapkan ending. Tidak ada kata bosan ketika membaca tulisannya. Ceritanya mengalir lancar, banyak kejutan, penuh konflik. Intinya, mendebarkan. Dan itu menjadi keistimewaan yang luar biasa. Bagi saya, Sidney Sheldon adalah seorang penulis yang sangat berbakat. Novel-novelnya tidak tertebak. Pembaca mengikuti arus liar yang diciptakannya tanpa protes sama sekali. Karena pembaca menikmatinya. Demikian juga dengan Sir Arthur Conan Doyle. Memang, penulis kisah detektif tidak hanya Tuan Doyle ini. Ada banyak penulis lain yang juga populer. Namun beliau berhasil menetapkan sebuah standar dalam kisah misteri. Para pelaku kejahatan versi Doyle sangat sulit untuk ditebak. Namun ketika terungkap kemudian, semuanya menjadi sangat masuk akal bagi pembacanya. Sir Arthur Conan Doyle sendiri seorang dokter. Dia menciptakan karakter Sherlock Holmes ini berdasarkan karakter salah satu dosennya. Judul pertama yang dihasilkan adalah A Study in Scarlet. Sir Arthur menyajikan kisah detektif yang cerdas dan tidak lekang oleh waktu. Membaca karya-karyanya harus dengan konsentrasi yang utuh. Karena selalu ada clue yang akan menjawab berbagai pertanyaan. Kisah-kisah yang disajikan pun masih tetap dapat dinikmati di zaman ini. Sir Arthur Conan Doyle sangat memperhatikan detail cerita. Hal itu yang kadang terlupakan oleh penulis lain. Setiap kalimat tidak ditulis dengan sia-sia karena selalu mempunyai korelasi dengan cerita. Itulah sebabnya tulisan Sir Arthur Conan Doyle tidak terlupakan, meskipun Sherlock Holmes sendiri sudah diluncurkan lebih dari seratus tahun silam. Begitupun dengan J.K. Rowling. Dunia pasti akan mengenang hasil buah penanya yang sangat fenomenal itu. Tidak diragukan lagi!

Page 24 of 118

Gambar 7. Ini dia wajah Sir Arthur Conan Doyle, pengarang genius yang menciptakan karakter detektif nomor satu, Sherlock Holmes. Sumber : www.leninimports.com

B.Apa Guna Latihan? Bagaimana jika kita tidak pernah merasa berbakat? Apakah sebaiknya memilih profesi lain di luar penulis? Wah, jangan putus asa dulu! Seperti yang sudah saya singgung tadi, banyak penulis yang berpendapat kalau mereka sukses karena kerja keras. Dan memang hal ini tidak bisa dibantah. Lalu, apakah saya plin-plan karena di atas menyinggung tentang bakat? Tidak. Saya hanya berpendapat bahwa bakat seharusnya mendapat penghargaan yang cukup besar. Tidak diabaikan begitu saja. Di luar bakat, latihan adalah hal terpenting lainnya. Latihan membuat kemampuan seseorang menjadi lebih baik. Tanpa latihan, akan sulit untuk meningkatkan kemampuan. Dalam setiap bidang pekerjaan, latihan memegang peranan penting. Contoh yang paling mencolok adalah para olahragawan. Untuk satu kali pertandingan (apa pun olahraganya) membutuhkan latihan yang berkesinambungan selama bertahun-tahun. Susi Susanti tidak serta merta menjadi atlet bulutangkis wanita terbaik yang dimiliki negeri ini tanpa latihan keras. Begitu juga dengan pemusik, misalnya. Musikus terkenal di luar sana mustahil bisa memiliki keterampilan yang tinggi jika tidak mengasah kemampuannya. Cara apa lagi yang terbaik selain berlatih? Begitu juga dengan menulis. Jarang sekali ada orang yang langsung mampu menulis dengan indah di kesempatan pertama. Sangat wajar andai ada banyak kekurangan di sanasini. Dan tidak ada langkah lebih tepat untuk memperbaikinya selain berlatih, berlatih, dan berlatih. Hingga perlahan tapi pasti Anda menapak ke tangga yang lebih baik lagi. Mencapai tingkat yang lebih tinggi. Page 25 of 118

Kombinasi antara bakat dan kerja keras itu akan menghasilkan prestasi yang tidak main-main. Jika selama ini Anda merasa tidak mendapat bakat yang cukup, bukan berarti harus melangkah mundur. Saatnya untuk beralih kepada kerja keras dan mulai berlatih dengan serius. Satu hal yang perlu diingat, kerja keras itu mendekatkan Anda pada kejaiban. Percayalah! Ada banyak orang yang telah membuktikannya. Contohnya begini, ada penulis yang terpaksa menelan pil pahit karena penolakan bertubi-tubi. Lalu, apakah kita harus putus asa? Wah, jangan! Justru harus bekerja lebih keras untuk mendapat hasil yang lebih baik. Karena pada akhirnya Tuhan Yang Maha Baik akan melihat usaha kita. Dan memberi kesempatan yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya. Percayalah!

Page 26 of 118

Bab Tiga Syarat Mutlak Menjadi Penulis Berkualitas

Page 27 of 118

Mungkin Anda yang membaca judul di atas akan mencibir dan berkata, “Siapa sih kamu?”. Saya memang bukan penulis terkenal yang memiliki puluhan novel best seller. Setidaknya belum. Tapi ada satu hal yang bisa saya tegaskan, bahwa saya selalu berusaha menulis dengan kualitas yang baik. Tidak pernah asal-asalan hanya sekadar untuk memenuhi target belaka. Wajar kan jika kita mempunyai idealisme seperti itu? Karena itu yang akan membedakan diri kita dengan orang lain. Sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa kualitas kadang tidak berkolerasi dengan laris manisnya suatu novel. Novel yang bagus belum tentu laku keras di pasaran. Di lain pihak, novel yang berkali-kali cetak ulang pun belum tentu memenuhi kualitas sebagai bacaan yang bermutu. Nah, jika ingin menghasilkan karya yang berkualitas, ada “harga” yang harus kita bayar. Mahalkah? Sebenarnya, TIDAK. Karena lebih berhubungan dengan keinginan dari diri sendiri. Apa sajakah?

A.Membaca, Membaca, dan Membaca Menjadi seorang penulis harus mau dengan ikhlas menghabiskan banyak waktunya untuk membaca. Rasanya mustahil seorang penulis tidak menyukai kegiatan membaca. Karena itu berarti dia bukan penikmat dunia tulis-menulis. Lalu, bagaimana mungkin dia berharap akan mendapat atensi tatkala terjun sebagai penulis?

Gambar 8. Membaca adalah syarat mutlak bagi seorang penulis. Sumber : 3.bp.blogspot.com Cobalah tanyakan kepada para penulis senior di luar sana. Apa yang kira-kira membuat mereka mampu menulis dengan indah? Jawabannya tidak akan jauh-jauh dari “membaca”. Karena ini adalah suatu kegiatan yang memberi manfaat luar biasa. Dengan Page 28 of 118

membaca, Anda mentransfer ilmu seseorang hingga menjadi bagian dari diri Anda. Dan ilmu itu diambil terang-terangan. Dengan membaca, Anda tentu bisa melihat bagaimana cara penulis lain mengungkapkan pendapatnya. Pilihan kata, kalimat, serta informasi yang disajikan tentu akan sangat berguna bagi Anda. Karena dari situ Anda belajar untuk mengetahui bagaimana cara yang nyaman dan tepat untuk mengungkapkan pendapat Anda melalui bahasa tertulis. Dalam hal ini novel. Semakin banyak Anda membaca, semakin kaya pula perbendaharaan kata. Demikian juga dengan tema, plot, atau sudut pandang. Semuanya bisa didapat dengan menghabiskan waktu menikmati rangkaian kata yang dibuat oleh penulis-penulis hebat di luar sana. Pengetahuan itu mungkin Anda rasa tidak terlalu dibutuhkan. Tapi percayalah, tanpa disadari dia akan mengendap dalam memori Anda. Lalu ketika tiba saatnya, pengetahuan itu akan muncul dan menuntun Anda dalam membuat tulisan. Semakin banyak Anda membaca, semakin kaya pula perbendaharaan kata. Demikian juga dengan tema, plot, atau sudut pandang. Semuanya bisa didapat dengan menghabiskan waktu menikmati rangkaian kata yang dibuat oleh penulis-penulis hebat di luar sana. Pengetahuan itu mungkin Anda rasa tidak terlalu dibutuhkan. Tapi percayalah, tanpa disadari dia akan mengendap dalam memori Anda. Lalu ketika tiba saatnya, pengetahuan itu akan muncul dan menuntun Anda dalam membuat tulisan.

Yakinlah, itu yang terjadi dengan banyak orang! Membaca tidak akan pernah merugikan Anda. Tidak asing kan, dengan istilah “Buku adalah jendela dunia”. Artinya, dengan membaca kita akan dibawa ke dunia khayal yang indah. Atau ke tempat-tempat yang selama ini hanya dinikmati di peta. Intinya, membaca akan membuat Anda bisa melihat ke seantero dunia dengan bermodal buku-buku tertentu. Dan rasanya sangat mengasyikkan! Jadi, modal utama kalau ingin menjadi penulis yang mumpuni adalah rajin membaca. Jadikan kegiatan ini sebagai salah satu kebutuhan primer dalam hidup Anda. Bukan sekadar kegiatan sampingan yang kurang bermakna. Ketika membaca menjadi salah satu kegiatan

Page 29 of 118

utama, dampaknya akan begitu besar bagi diri Anda. Terutama untuk mewujudkan mimpi menjadi penulis berkualitas. Cobalah!

B.Jangan Hanya Sekadar “Ingin Menulis” Seperti yang saya singgung di depan, menulis menjadi kegiatan yang cukup seksi belakangan ini. Kebayang kan kalau seorang cowok melihat lawan jenis yang memenuhi standar sebagai makhluk seksi? Pasti inginnya memberi perhatian yang lebih. Minimal melihat dengan antusias. Begitu juga dengan aktivitas menjadi penulis. Kini, banyak sekali orang yang ingin menjadi penulis. Itu hal yang wajar. Namun sebaiknya temukan alasan yang jelas dan masuk akal, mengapa Anda menginginkan pekerjaan ini. Banyak kok penulis di luar sana yang tetap mempunyai pekerjaan tetap di luar profesinya sebagai penulis. Sementara tidak sedikit pula yang memilih untuk menjadi pengukir kata dengan total. Apa sebenarnya yang mendasari keinginan Anda menjadi penulis? Apakah karena tergiur materi, ingin populer, atau merasa memang berbakat? Alasan boleh saja beragam, tapi (menurut saya) penulis harus memiliki ketertarikan besar pada pekerjaan ini. Kenapa? Karena tanpa ketertarikan yang luar biasa, Anda mungkin suatu hari akan memutuskan bahwa pekerjaan ini tidak menarik lagi. Atau mungkin terlalu berat untuk dijalani. Karena memang ada tantangan besar di sini. Dan kadangkala penghalang terbesar berasal dari diri sendiri loh! Segala sesuatu yang sifatnya hanya ikut-ikutan saja, tidak akan menghasilkan apa-apa. Karena akan ada seleksi alam yang menjadi penyaringnya. Mana yang benar-benar tertarik, biasanya akan bertahan. Sementara yang hanya menjadi pengekor tidak akan bisa mempertahankan gairah menulisnya agar tetap menyala. Apa pun pekerjaan yang kita pilih, rasa cinta itu harusnya berada di peringkat pertama. Kalau ada yang bertanya alasannya, sederhana saja. Karena cinta akan memberi kita kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi apapun tantangan dan rintangan di luar sana. Nah, cinta ini yang menjadikan segalanya terasa lebih mudah untuk kita. Sehingga tidak ada tuh yang namanya putus asa. Misalnya begini, Anda terbiasa menulis novel romantis. Tiba-tiba ada tantangan baru dari penerbit untuk membuat novel bergenre misteri. Meski itu hal baru untuk Anda, namun

Page 30 of 118

Anda pasti tidak keberatan untuk menjawab tantangan tersebut. Dan tidak langsung menyerah begitu disodori kesempatan. Rasa cinta yang tidak cukup juga yang membuat seseorang tidak pernah menyelesaikan tulisannya. Di awal sudah begitu bersemangat akan menggarap novel dengan jumlah minimal 150 halaman. Sayang, belum sampai menyentuh halaman lima puluh, sudah beralih ke novel lain yang –menurutnya- akan lebih hebat. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya tidak ada satu karya pun yang bisa tuntas dengan sempurna. Semua terkatungkatung tanpa penyelesaian. Kebetulan saya banyak menemukan tipe penulis seperti itu. Sayang sekali, kan? Jadi, tanyakan pada diri sendiri tentang kecintaan Anda terhadap dunia tulis-menulis. Apakah memang ada cukup banyak gairah di dalam diri Anda? Atau hanya ingin seperti orang lain di sekitar Anda, teman Facebook misalnya? Karena menyelesaikan tulisan sesuai deadline itu merupakan tantangan yang luar biasa, loh! Dan banyak orang yang akhirnya bertekuk lutut di tengah jalan.

Gambar 9. Menyelesaikan deadline tidaklah mudah. Dan ini menjadi tantangan tersendiri. Sumber : www.theminorityreport.com Selain itu, bila hanya sekadar ingin menulis saja tidak akan pernah menjadi “bahan bakar” yang mumpuni untuk menghasilkan tulisan yang cantik. Karena sudah terjebak pada pola “ala kadarnya” Sekali lagi, milikilah alasan yang kuat untuk menjadi penulis. Sehingga Anda akan benar-benar mengisi tulisan-tulisan Anda dengan gairah, harapan, dan keindahan. Dan pembaca akan bisa merasakannya.

Page 31 of 118

C.Disiplin dan Konsistensi Di setiap profesi yang digeluti manusia, disiplin dan konsistensi itu hukum wajib yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Begitu juga jika Anda ingin menjadi penulis. Apalagi jika hendak menulis novel. Karena novel bukan hanya beberapa halaman, melainkan menyentuh angka ratusan lembar. Bayangkan jika Anda tidak memiliki disiplin yang memadai dan konsistensi yang bisa diandalkan, apa jadinya naskah novel itu? Kemungkinan besar tidak akan pernah selesai. Anda mungkin tidak akan pernah menuliskan kata “Tamat”, “Fin”, atau “The End” di halaman terakhir. Katakanlah Anda ingin menulis novel setebal 150 halaman. Tulisan sebanyak itu tidak akan mungkin diselesaikan dalam waktu semalam. Akan butuh waktu panjang untuk menyelesaikannya. Semuanya tentu tergantung pada kemauan dan kecepatan menulis seseorang. Dan tiap penulis membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Ada yang butuh beberapa hari, sebulan, dua bulan, hingga waktu yang lebih panjang lagi. Belum lagi jika penulis memiliki kesibukan lain yang menyita waktu sehingga membutuhkan pengaturan khusus pula. Faktor kesulitan dalam novel juga memberi andil. Jadi, ada banyak faktor yang mungkin menjadi penghambat. Nah, ini tantangan besar untuk Anda. Jika memang kecintaan pada dunia menulis dmikian besar, tidak ada penghalang yang cukup kuat untuk menghentikan Anda. Dengan kedisiplinan yang tinggi Anda bisa mengatur waktu yang lebih baik sehingga tidak ada yang harus dikorbankan. Bagaimana dengan konsistensi? Poin ini menjadi kunci keberhasilan jika semua orang berpegang teguh padanya. Apa pun pekerjaan yang dilakukan. Termasuk menjadi seorang penulis. Dan memang tidak mudah. Menjaga irama agar pekerjaan tetap bisa diselesaikan itu bukan perkara gampang. Akan ada banyak sekali godaan yang menggiurkan. Ibaratnya ketika sedang berdiet ketat untuk menurunkan berat badan, ada banyak makanan penggoda yang bisa membuat air liur menetes. Cokelat, es krim, kripik, hingga junk food. Semua godaan dan halangan baru akan bisa dilewati jika kita disiplin dan konsisten menjalaninya. Dan semuanya hanya berarti satu hal: menundukkan diri sendiri! Konsistensi yang membuat Mira W. berhasil menulis puluhan novel selama puluhan tahun. disiplin juga yang membuat beliau mampu membagi waktu dengan adil, menulis tanpa meninggalkan profesinya sebagai dokter.

Page 32 of 118

D.

Sabar

Menjadi penulis berarti harus sabar. Itu syarat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kenapa? Tanpa kesabaran mustahil sebuah novel bisa dituntaskan karena membutuhkan waktu. Anda yang tidak sabar sering malah berpindah ke ide lain karena tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk menuntaskan sebuah naskah. Akibatnya, naskah tidak pernah selesai dan hanya menggantung begitu saja. Sayang sekali, bukan? Padahal Anda hanya perlu sedikit menahan diri. Ya, tahanlah semua gairah untuk menulis naskah baru jika masih ada naskah yang belum selesai. Memang, itu akan terasa sangat menyiksa. Namun Anda tidak punya pilihan lain. Latih terus kesabaran dan bertahanlah di tengah “ketersiksaan” itu. Hanya dengan demikian maka naskah Anda bisa selesai. Betapapun menariknya sebuah ide baru, lakukan satu hal saja! Tulis ide tersebut dalam catatan khusus sedetail mungkin. Jangan sampai ada yang terlupa. Lalu, simpan catatan tersebut baik-baik. Katakan pada diri sendiri bahwa ide itu akan mendapat giliran nantinya, setelah pekerjaan Anda tuntas. Bila mungkin, beri tenggat waktu yang masuk akal dan bisa Anda patuhi. Dengan begitu Anda tahu bahwa ide keren tadi akan mendapat gilirannya. Dan selama menunggu itu, selesaikan naskah yang masih tersisa. Bersabarlah dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga naskah Anda mendapat perlakuan yang semestinya. Bukan serba terburu-buru. Bahkan naskah yang sudah selesai pun bukan berarti bebas dari ketergesaan. Banyak loh novel di pasaran yang kesannya diselesaikan dengan tergesa-gesa. Dan biasanya pembaca bisa merasakan itu. Apa indikasinya? Mudah saja. Jika ada konflik yang belum dituntaskan atau pun masih menyisakan pertanyaan karena terasa masih mengganjal, itu berarti sang penulis tidak cukup sabar untuk menyelesaikan semuanya. Alasannya bisa macam-macam. Entah karena keterbatasan waktu akibat mepetnya deadline. Atau bisa juga karena sudah tidak bisa menahan diri untuk segera beralih ke naskah baru. Ketidaksabaran membuat naskah kita menjadi “cacat” di (biasanya) bagian akhir. Sayang sekali, kan? Setiap naskah yang kita tulis adalah istimewa. Pastikan

mereka

mendapatkan segenap perhatian dan kasih sayang yang berlimpah. Sehingga dengan demikian Anda menghasilkan kisah yang menyelusup ke dalam kalbu tiap pembacanya. Bukankah itu yang diinginkan setiap penulis? Page 33 of 118

Setelah naskah selesai dan dikirim ke penerbit, saatnya kesabaran seorang penulis benar-benar diuji. Karena akan butuh waktu hingga beberapa bulan untuk mendapat jawaban. Tidak jarang malah tidak ada balasan sama sekali dari penerbit apakah naskah diterima atau ditolak. Menyebalkan, ya? Setidaknya kalau ada kabar yang pasti, penulis tahu bagaimana harus bersikap. Kalau ditolak, berarti selanjutnya akan direvisi dan dikirim ke penerbit lainnya. Begitu seterusnya. Umumnya, kabar dari penerbit datangnya dalam hitungan bulan. Namun ada juga yang lebih cepat atau lebih lamban. Ada juga yang sudah menandatangani SPP, namun belum terbit juga. Sehingga memang menjadi seorang penulis membutuhkan stok kesabaran yang sangat besar. Selagi menunggu kabar tentang naskah kita yang dikirim ke penerbit, teruslah menulis naskah lain. Jangan terpaku pada naskah yang sudah dikirim. Biarkan naskah kita menemukan takdirnya sendiri.

Tahukah Anda kalau mengirim naskah ke sebuah majalah khusus cerpen bisa memakan waktu hingga lebih setahun hingga dimuat? Sementara untuk novel bisa jauh lebih cepat dari itu. Tapi memang begitulah prosedurnya. Jadi memang seorang penulis wajib memiliki kesabaran yang tinggi. Oh ya, selagi menunggu naskah kita mendapat kabar yang semoga saja baik, teruslah menulis naskah lain. Jangan terpaku pada naskah yang sudah dikirim itu. Biarkan naskah kita menemukan takdirnya sendiri karena pada titik itu penulis sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Prinsipnya begini saja, Anda sudah bekerja keras hingga naskah setebal ratusan halaman pun tuntas. Anda juga sudah mengupayakan untuk mengirimkannya kepada penerbit idaman. Kini biarkan Tuhan memberikan keputusan yang terbaik bagi Anda. Jadi, tunggulah dengan sabar. Dan supaya masa menunggu itu tidak menyiksa, sibukkan diri Anda untuk menulis naskah lain yang tak kalah bagus.

E. Tidak Mudah Putus Asa Ketika sedang menghadapi suatu masalah, pernahkah Anda merasa putus asa? Tolonglah, jangan pernah memilih berada di posisi itu. Keputusasaan tidak akan memberikan

Page 34 of 118

kebaikan. Yang ada hanyalah belitan persoalan baru tanpa menyelesaikan masalah yang sudah tercipta. Seorang penulis juga kadang merasa mentok dengan tulisannya. Itu sesuatu yang sangat normal, kok. Semua penulis pasti pernah mengalaminya. Yang penting, jangan sampai merasa putus asa dan berhenti menulis. Kesulitan itu datang untuk dihadapi, bukan untuk dihindari. Menghindar tidak akan membantu sama sekali. Justru segala masalah itu harus ditaklukkan agar tidak menggeroti Anda. Jadi, jangan kalah dengan naskah yang “bermasalah”. Selesaikan hingga tuntas, jangan ditinggal begitu saja. Jika memang perlu, ambil jeda sejenak untuk menarik napas selama beberapa saat. Bisa satu atau dua hari. Bisa juga satu atau dua minggu. Tapi, jangan terlalu lama. Setelah itu, silakan selesaikan naskah Anda dengan baik. Sejenak berjauhan dengan si naskah akan mengembalikan semangat dan kejernihan pikiran Anda. Jadi, jangan pernah merasa putus asa! Karena menjadi penulis itu harus memiliki mental yang kuat dan tahan banting. Tidak boleh cengeng dan mudah menyerah. Seorang penulis dituntut untuk selalu optimis dan punya semangat yang terus berkobar. Dalam prosesnya nanti, akan menjadikan Anda seorang penulis yang matang.

Gambar 10. Kalaupun naskah Anda ditolak, jangan sedih! Bahkan John Grissom pun mengalaminya. Sumber : 1.bp.blogspot.com Banyak penulis yang merasa kecewa dan hampa begitu naskahnya mendapat penolakan. Hei, jangan lakukan itu pada diri Anda! Bahkan J.K. Rowling atau John Grisham pun pernah ditolak berkali-kali sebelum naskah mereka menemukan “jodoh” yang serasi. Ya, mencari penerbit yang sesuai dengan naskah Anda memang tidak mudah. Mirip dengan proses pencarian jodoh. Apa yang semula Anda rasa akan sangat tepat, ternyata malah memberi hasil sebaliknya. Page 35 of 118

Ketika naskah diterima, Anda pasti akan merasa sangat bahagia, kan? Saya pun sama. Bahkan waktu itu saya kehabisan kata-kata dan telinga mendadak tuli. Saya tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh pihak penerbit. Memalukan, tapi hati saya selalu hangat bila mengingat momen itu. Apa yang terjadi ketika naskah ditolak? Kecewa, itu pasti. Silakan kalau Anda ingin “menangis semalam’ seperti judul lagunya Audy Item. Namun jangan lama-lama, cukup semalam saja. Besoknya? Ada banyak pilihan. Kalau merasa yakin naskah Anda cukup bagus, silakan kirim ke penerbit lainnya yang kira-kira sesuai. Jika ingin memoles naskah agar kian kinclong, tidak masalah juga Anda melakukan revisi dulu. Setelah itu? Kembali kirim ke penerbit lain! Jangan pernah berhenti hanya karena naskah Anda ditolak!

Naskah “Jungkir Balik Dunia Mel” sebelumnya pernah saya kirim ke sebuah penerbit top. Setahun berlalu, tanpa kabar yang jelas. Saya yakin naskah tersebut ditolak. Akhirnya, saya kirim ke Bentang Belia. Hasilnya? Di-ACC dalam waktu 16,5 jam saja!

Naskah “Jungkir Balik Dunia Mel” sebelumnya pernah saya kirim ke sebuah penerbit top. Setahun berlalu, tanpa kabar yang jelas. Saya yakin naskah tersebut ditolak. Akhirnya, saya kirim ke Bentang Belia. Hasilnya? Di-ACC dalam waktu 16,5 jam saja!

Page 36 of 118

Memang, ada sedikit revisi yang harus saya lakukan. Tapi tentu saja tidak mengurangi kegembiraan yang meluap-luap. Hingga akhirnya novel itu pun terbit dan terpajang dengan manis di toko buku. Novel pertama saya memiliki cerita juga. Awalnya naskah itu saya ikutsertakan di sebuah lomba. Bodohnya saya, tidak memperhatikan penerbit yang menjadi penyelenggara acara tersebut. Novel saya bertema metropop, tentu dengan fokus utama pada kisah cinta tokoh utamanya. Sementara penerbit yang saya kirimi mengkhususkan diri pada naskah bertema Islami. Terbayangkan hasilnya? Naskah saya gagal dengan gilang-gemilang. Akhirnya, naskah tersebut saya revisi. Awalnya, saya tidak punya keberanian untuk mengirimkan naskah itu. (Please, jangan dicontoh, ya?). Tapi suami saya terus menyemangati. Akhirnya saya pun mengirimkan naskah itu ke GagasMedia. Dan tidak banyak berharap. Lalu tiba-tiba saja... surprise! Tiga minggu kemudian saya dihubungi dan naskah saya akan segera diterbitkan oleh Gagas. Maka, lahirlah novel perdana yang sangat saya sayang, “Mendua”. Nasib perjalanan naskah “Black Angel” dan “Loves in Insa-Dong” tidak dramatis apalagi berliku. Lain halnya dengan novel keempat saya, “Cinta Tanpa Jeda”. Naskah novel ini merupakan salah satu tulisan yang paling berkesan untuk saya. Karena ceritanya berdasarkan kisah nyata salah satu orang terdekat dalam hidup saya. Tapi sayang, rasa pede saya akan kualitas ceritanya tidak sebanding dengan penilaian penerbit. Naskah ini mendapat penolakan oleh 5 buah penerbit! Hingga akhirnya saya mengirimkan kee redaksi Bukune. Seminggu kemudian, tanpa terduga saya dihubungi via email dan dikabari kalau naskah tersebut diterbitkan. Apa poin dari kisah di atas? Kesabaran itu pada akhirnya akan membawa kebaikan. Percaya dan yakini itu! Jadi, penolakan dari suatu penerbit tidak perlu menyurutkan langkah kita. Jangan pula berpendapat bahwa pintu penerbit top tertutup untuk Anda karena “hanya” seorang pemula. Semua penulis top di luar sana pun pernah ada di posisi Anda, menjadi pemula. Selalu ada yang pertama untuk segala hal, kan?

Page 37 of 118

F. Selalu Berpikir “Out of the Box” “Saya bisa melihat lebih jauh dari orang lain karena saya berdiri di atas bahu raksasa” (Sir Isaac Newton). Kata-kata Newton itu memberi gambaran yang tepat. Dengan berdiri di atas “bahu raksasa”, berarti dia berdiri di tempat yang lebih tinggi dibanding manusia lain. Artinya lagi, jarak yang bisa dilihatnya tentu lebih jauh dibanding yang lain. Maka tidak heran kalau Newton bisa “melihat” banyak hal yang selama ini tidak pernah diketahui oleh orang lain. Sehingga tidak berlebihan jika pemikirannya menjadi lebih maju, kan? Sebelum Newton menemukan faktanya, manusia menganggap bahwa sinar matahari hanya terdiri dari satu warna belaka. Namun kemudian salah satu ilmuwan terbesar yang pernah diciptakan Tuhan itu membuktikan sebaliknya. Sinar matahari justru merupakan campuran dari aneka warna. Bahkan apel yang jatuh dari pohonnya pun memberi ide besar yang sangat luar biasa dan berpengaruh pada kehidupan manusia. Ya, itulah yang disebut dengan gravitasi, saudara-saudara! Sir Isaac Newton ini adalah contoh yang menarik. Kita bisa menjadikan sosoknya sebagai rujukan. Dia berhasil melihat banyak hal-hal sederhana dan menemukan rahasia besar di baliknya. Kita tidak mesti berotak jenius seperti beliau, namun caranya untuk selalu berpikir “out ofthe box” itu yang harus ditiru.

Gambar 11. Berpikir out of the box itu sangat penting bagi seorang penulis. Sumber : qualityjunkyard.cim Jadi, seperti cahaya yang terlihat jelas warnanya itu, jangan terlalu mudah percaya bahwa memang demikianlah adanya. Syarat utama menjadi orang yang berpikir berbeda dari orang lain adalah tidak mudah percaya pada apa yang dilihat dan dirasa. Wah, mirip kayak sifat orang paranoid, ya? Tapi memang harus seperti itu. Supaya kita bisa berpikir di luar pagar sembari memikirkan kemungkinan apa saja yang masuk akal di balik sebuah fakta dasar. Nah, asah Page 38 of 118

terus kemampuan ini saat akan menulis fiksi. Kita diizinkan kok untuk menjungkirbalikkan cerita sedemikian rupa. Syaratnya hanya satu: masuk akal. Karena di situlah poin besar yang tidak boleh diabaikan.

G.

Memilih Waktu untuk Menulis

Langkah selanjutnya yang penting dilakukan untuk menjadi penulis yang berkualitas adalah manajemen waktu. Anda harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga bisa tetap menulis. Seharusnya, menulis memang dilakukan setiap hari, tidak peduli berapa banyak yang bisa ditulis. Jika Anda tidak memiliki kesibukan lain di luar menulis, tentu tidak masalah. Lain halnya jika masih harus bekerja sebagai karyawan kantoran. Atau disibukkan dengan aktivitas mengurus rumah dan keluarga. Jangan dikira menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang mudah, loh! Karenanya, Anda harus pintar-pintar membagi waktu. Targetkan berapa jam sehari Anda harus menulis, dan lakukan itu dengan disiplin. Seorang penulis senior biasa menulis setelah jam 9 malam. Itu karena beliau harus bekerja dan setelah pulang ke rumah pun tidak ingin melewatkan waktu bersama anak-anaknya. Setelah anak-anak tidur, barulah beliau mulai menulis. Penulis terkenal ini tetap bisa produktif. Padahal beliau hanya fokus menulis beberapa jam saja setiap harinya. Tidak pernah terjaga sampai pagi. Namun karena sudah terbiasa dan melakukannya dengan disiplin, beberapa jam pun bisa menjadi sangat efektif. Buku-bukunya tidak henti terbit. Saya pribadi tidak bekerja di kantor. Namun sebagai seorang ibu rumah tangga, beban pekerjaan justru tidak ada habisnya. Mengurus keluarga itu sama seperti tetap aktif selama sehari penuh. Seorang ibu harus memastikan semua kebutuhan anggota keluarga terpenuhi dengan baik. Mulai dari makanan, pakaian, mengatur waktu mereka untuk bermain serta belajar. Semua harus diawasi sebaik mungkin. Namun kita masih bisa “mencuri” waktu untuk menulis dengan rutin. Beberapa teman saya malah sangat mengagumkan. Memiliki anak usia balita bahkan ditambah dengan bayi, mereka tetap bisa produktif menulis. Sementara saya dengan dua anak usia 5,5 dan 13 tahun saja pun kadang masih merasa kerepotan. Padahal anak-anak tergolong mandiri dan tidak merepotkan.

Page 39 of 118

Tapi, apakah lantas menyerah? Tidak, kan? Sekali lagi, ini tidak berhubungan dengan orang lain. Melainkan bagaimana caranya menundukkan diri sendiri. Saya pribadi terbiasa menyalakan laptop seharian. Jika ada tugas domestik yang memanggil, tinggalkan saja sejenak. Setelah selesai, saya pun kembali berkutat dengan pengerjaan naskah. Jika mengantuk? Beristirahat dulu. Intinya, tidak memaksakan diri jika memang kondisinya tidak memungkinkan. Saya pernah memaksakan untuk menulis di saat mata sudah begitu berat. Ketika kemudian dibaca kembali, satu halaman berisi kalimat-kalimat aneh yang tidak berhubungan dan tentu saja sangat berantakan. Jadi, memaksakan mata tetap terjaga ternyata hanya perbuatan sia-sia belaka. Di lain kesempatan, saya tidak mau mengulangi kebodohan ini. istirahatlah ketika memang sudah waktunya. Berdasarkan pengalaman saya dan teman-teman lainnya, penentuan waktu ini sangat penting. Jadi, pilihlah waktu yang paling nyaman untuk Anda mulai menulis. Jangan mengikuti versi nyamannya orang lain. Karena Anda tidak sama dengan mereka. Tapi pilih yang paling tepat dan masuk akal untuk diri Anda. Jadikan kebiasaan setiap harinya. Dan disiplinlah dalam melakukannya.

H.

Riset, Faktor Penting dalam Sebuah Cerita

Seseorang penulis kadang merasa keren jika menyelipkan suatu fakta pengetahuan yang (mungkin saja) belum banyak diketahui orang lain. Sah-sah saja bila ingin melakukan hal itu. Saya pun pernah sangat tertarik melakukannya sehingga menyertakan catatan kaki di naskah yang saya kerjakan. Tujuannya sih mulia, supaya pembaca bisa mendapat ilmu yang bermanfaat. Idealnya memang kita menuliskan cerita yang hanya numpang lewat tanpa memberi pencerahan atau pengetahuan baru pada pembacanya. Jika ingin melakukan itu, pastikan semua dalam porsi yang tepat. Tidak berlebihan karena bisa jadi kesannya malah Anda sok pintar. Lagian, segala yang lebai itu malah tidak keren, kan? Supaya bisa memberikan informasi yang tepat, sangat penting untuk melakukan riset. Tidak usah susah-susah, cukup memilih internet sebagai ujung tombak riset Anda. Bila memang punya sumber data berupa buku, itu lebih baik lagi. Misalnya Anda ingin menulis cerita berlatar Korea (seperti yang sedang booming saat ini), lakukanlah riset. Mulai dari kapan saja terjadinya empat musim, nama kota-kotanya, apa saja yang istimewa dari kota

Page 40 of 118

yang akan dijadikan setting cerita, makanan khasnya, dan banyak lagi. Perhatikan detail. Jangan sampai ada informasi penting yang terlewat. Itu baru hanya masalah latar belakang cerita. Belum lagi hal lainnya. Tapi, jangan kerutkan kening Anda begitu dalam, karena hanya akan meninggalkan jejak garis halus yang tidak menarik. Jangan terbebani dengan kata “riset”. Sekali lagi, internet sangat bisa diandalkan kok! Apa pun yang kita tulis, usahakan agar menyajikan data yang valid. Bila tidak yakin dengan suatu informasi, lakukan cek dan ricek. Karena ketika naskah yang kita tulis sudah berubah bentuk menjadi buku, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Kita tidak ingin ditertawakan hanya karena hal-hal sepele, bukan?

Gambar 12. Untuk novel “Cinta Tanpa Jeda” ini saya harus riset tentang dunia balap mobil. Sumber : dok. pri Saya punya sedikit kisah tentang masalah ini. Beberapa bulan yang lalu saya membaca novel seorang penulis yang cukup kondang. Penulis ini sudah menghasilkan ratusan cerpen dan puluhan buku. Nah, di salah satu novel terbarunya terdapat suatu fakta yang menggelitik. Penulis top ini memberi informasi yang tidak tepat. Menurutnya, penemu oksigen adalah Sir Isaac Newton. Mengapa informasi ini menjadi menggelitik dan tidak tepat? Karena memang salah! Sir Isaac Newton adalah penemu gravitasi. Dia juga penemu kalkulus. Juga “Hukum Gerak Newton”. Ada banyak prestasi luar biasa ilmuwan satu ini. tapi, bukan oksigen. Itu merupakan kejayaan milik Antoine Lavoisier, ilmuwan Prancis yang menemui ajal dihukum guillotine karena masa lalunya sebagai pengumpul pajak. Nah, bukankah ini suatu hal fatal yang seharusnya bisa dihindari?

Page 41 of 118

Di novel lain dengan pengarang yang berbeda ada yang menemukan fakta lain. Kali ini tidak berhubungan dengan fakta sejarah sejenis ini. namun lebih ke arah logika. Di sebuah novel teenlit dengan angka penjualan cukup tinggi, ada kisah yang agak aneh. Seorang anak SMP bertemu dengan cowok cakep, naksir, dan akhirnya dekat. Hingga kemudian si cewek ini menyadari kalau sang cowok yang ditaksirnya adalah ketua OSIS di sekolahnya sendiri! Coba pikir ulang, apakah ini masuk akal? Perhatikan saja polah remaja sekarang yang tergolong lepas dalam mengekspresikan perasaannya. Jika ada seorang ketua OSIS yang tampan, pintar, dan (biasanya) atlet basket, apakah mungkin seorang cewek tidak akan mengenalinya? Bahkan untuk kategori cewek kuper sekalipun! Lain halnya jika kita membicarakan mahasiswa. Dengan jumlah peserta didik yang bisa mencapai ribuan di suatu fakultas, masih wajar dan bisa diterima akal jika ada yang tidak tahu wajah Ketua Senat. Sampai di sini, bisa mengerti apa yang saya maksud, bukan? Meski “hanya” kisah fiktif, novel yang kita tulis haruslah menyajikan fakta yang benar dan tidak boleh berkhianat pada akal sehat.

I. Temukan Gaya Orisinal Setiap penulis ingin memiliki ciri khas tersendiri. Entah itu dalam hal diksi, penokohan, atau tema. Akan tetapi pada praktiknya tidak selalu mulus untuk menemukan ciri yang bisa menunjukkan identitas Anda. Seorang penulis kadang terseret ingin mengekor penulis idolanya. Itu sesuatu hal yang sangat manusiawi, kok! Jangan berkecil hati jika Anda belum menemukan ciri khas dalam menulis. Saya dulu sangat ingin mengekor gaya Sidney Sheldon. Nyaris setiap bab berisi adegan-adegan dramatis dan fakta yang mengejutkan. Membaca karya pengarang satu ini berarti harus siap menghadapi berbagai kemungkinan. Prediksi pembaca sering salah. Namun saya akhirnya menyadari, saya bukan Sidney Sheldon. Saya, Anda, dan setiap orang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain. Jadi, saya pun berusaha keras untuk menemukan keunikan tersebut. Sulitkah? Tentu saja. Tapi, saya berterima kasih pada latihan yang saya lakukan selama ini. Kegiatan menulis yang rutin saya lakukan ternyata membuat saya menjadi lebih mengenal diri sendiri. Pada akhirnya, saya pun semakin tahu

Page 42 of 118

bagian mana yang harus dikembangkan dan bagian mana pula yang harus diubah. Dan memang itu tidak butuh waktu yang sebentar. Awalnya saya tidak menyadarinya. Namun pembaca yang memberi tahu saya. Dan itu mulai terjadi di novel kedua saya yang berjudul “Black Angel”. Apa ciri khas saya? Menurut pembaca, pilihan kata yang tidak biasa. Untuk bagian ini akan kita bahas secara khusus di bagian selanjutnya. Terus terang saya lega karena merasa sudah menemukan ciri yang akan menajamkan identitas saya pribadi. Belakangan saya pun mulai menambahkannya dengan puisi atau quote versi pribadi. Jadi, bukan puisi atau kalimat terkenal milik orang ternama. Saya tidak melakukan itu. Saya mencarinya di dalam diri sendiri. Karena itulah maka disebut ciri khas, hal yang membedakan.

J. Kreatif Memilih Kata Ini memang menjadi sebuah tantangan bagi para penulis untuk memproduksi kata dan kalimat yang unik. Ini berhubungan erat dengan bagian sebelumnya, salah satu cara menemukan gaya yang orisinal. Pentingkah ini? Menurut saya, YA. Sangat penting, malah. Saya sangat menganjurkan Anda untuk menuliskan kata-kata yang tidak biasa di naskah Anda. Sekadar contoh, untuk mengganti kata “berdebar”, saya lebih memilih menggunakan beberapa kata berbeda. Misalnya saja : •

Jantung bertrampolin



Dada diamuk topan



Kecepatan jantung memompa darah mengalami perubahan drastis Itu beberapa padanan kata yang kadang saya gunakan. Intinya sama saja, menyatakan

bahwa dada seseorang sedang berdebar kencang. Tujuannya untuk menghindari kebosanan dan memperkaya bahasa yang kita gunakan. Toh, pada dasarnya mengandung arti yang tidak jauh berbeda. Jantungku kayak lagi maraton. Gerakannya terasa sampai ke lutut. Mungkin karena menggedor-gedor dadaku dengan ganasnya. Seolah jantung mudaku ini berubah membesar dan memenuhi rongga dada. Membuat sesak di dalam sana. Penggalan kalimat di atas dipetik dari salah satu novel saya, “Jungkir Balik Dunia Mel”, halaman 125. Bagian itu mengisahkan tentang reaksi tubuh si tokoh utama, Mel, ketika bertemu cowoknya, Wing. Page 43 of 118

Reaksi norak itu datang lagi. Otot-otoku lemas karena lututku rasanya nyaris enggak bisa menyangga tubuh. Dadaku hampir rontok oleh gedoran jantung yang semena-mena. Pipiku terasa dijalari rasa panas terus-menerus. Aku enggak asing dengan semua ini. Setahun setengah yang lalu aku pernah mengalami kayak gini. Deja vu. Kalau kalimat ini ada di novel yang sama untuk menggambarkan perasaan Mel terhadap Wing. Letaknya di halaman 151. Saat itu, tiba-tiba waktu seakan berhenti. Cyril merasa semua berlangsung dalam gerakan slow-motion. Bibirnya terasa kering tapi bukan karena pengaruh udara dingin yang suhunya beberapa derajat di bawah nol. Bulu kuduknya berdiri, seolah ada selubung kabut yang meniup setiap inci pori-porinya. Jantungnya menggila, seakan ingin memberontak dan berpindah dari tempatnya semula. Suhu tubuhnya meningkat beberapa derajat hingga hampir demam. Perutnya tergelitik oleh sengatan nan teratur dari ribuan jarum super halus. Lututnya bergetar, mirip kena gigitan ribuan semut secara bersamaan. Jika tidak menguatkan diri, niscaya tubuhnya akan ambruk. Lehernya tercekik sehingga susah menlan ludah, karena paru-paru terasa naik dan menyumbat di sana. Cyril merasa telinganya mendadak tuli. Hanya keheningan yang melingkupi dirinya. Petikan kalimat di atas terdapat di halaman 99 dari novel saya yang berjudul “Loves in Insa-Dong”. Uraian di atas menggambarkan perasaan tokoh utamanya yang bernama Cyril ketika pertama kali bertemu seorang lelaki Korea, Park Dong Joon.

Gambar 13. Novel saya yang berjudul “Love in Insa-Dong” ini mengambil latar di Indonesia dan Korea. Sumber : dok. pri

Page 44 of 118

Mungkin rangkaian kalimat yang saya tulis untuk menerjemahkan perasaan si tokoh utama dianggap lebai. Tapi, jika sudah berhubungan dengan masalah hati, apa ada yang tidak berlebihan? Anda tentu bisa membayangkan bagaimana “kacaunya” reaksi tubuh ketika berhadapan dengan orang yang kita sukai, bukan? Ada reaksi kimia yang tidak sederhana dan cukup merepotkan. Jadi, jangan takut untuk menjadi diri sendiri dan menulis dengan gaya yang (mungkin) dianggap aneh atau berbeda. Kita memang harus kreatif dan terus mengasah kemampuan itu dengan baik.

K.Tidak Pernah Takut Mengapa ada bahasan tentang rasa takut di bab ini? Tahukah Anda kalau banyak sekali penulis yang dihantui oleh rasa takut? Mulai dari takut karyanya tidak bagus, takut ditolak oleh penerbit, hingga takut tidak laku. Ya, dalam setiap tahapan naskah ada rasa takut yang terus menghantui. Saat mulai ingin menulis, Anda mungkin takut naskah kelak tidak bermutu. Juga cemas naskah tidak bisa selesai, dan berjuta ketakutan konyol lainnya. Apa yang seharusnya dilakukan? Mulailah untuk menulis sesegera mungkin dan singkirkan semua rasa takut itu seperti Anda mengenyahkan debu yang mengotori pakaian kesayangan Anda. Tidak ada yang berhak menghentikan langkah Anda. Setelah naskah kelar, penulis kadang masih takut naskahnya ditolak. Akibatnya? Tidak pernah mengirimkan naskahnya ke penerbit. Intinya lagi, sudah mengibarkan bendera putih meski belum melakukan upaya yang berarti. Bukankah itu sesuatu yang janggal bin aneh? Bendera putih hanya diperuntukkan bagi kondisi terjepit yang tidak menyediakan pilihan lain. Kalau masih ada upaya yang bisa ditempuh, kenapa harus mengibarkan bendera putih? Mengapa tidak terus berjuang? Rasa takut itu manusiawi, tapi jangan berlebihan. Saya sering mendapat pesan dari anak-anak muda yang bercita-cita ingin jadi penulis. Sayangnya, mereka punya masalah nyaris seragam: takut mengirimkan naskah ke media karena khawatir akan ditolak. Padahal, itu kan sesuatu yang manusiawi, kan? Penulis-penulis top pun nyaris semuanya pernah mendapat penolakan. Bagaimana kalau disederhanakan saja pemikiran kita? Apa yang terjadi jika naskah Anda kirimkan ke penerbit? Ada berbagai kemungkinan, kan? Bisa saja ditolak seperti kekhawatiran Anda. Tapi, bisa juga diterima. Jadi, mengapa Page 45 of 118

tidak mengambil risiko dengan adanya dua kemungkinan kesempatan yang sama besarnya? Sementara jika Anda tidak pernah mengirimkan naskah tersebut, kemungkinannya hanya satu. Naskah Anda selamanya tidak akan pernah berubah menjadi novel idaman. Karena Anda lebih memilih untuk menyimpannya sendiri dan tidak memberi kesempatan padanya meluluhkan hati editor.

L. Belajar EYD dan Standar Penulisan yang Baik Setelah naskah Anda selesai, apa rencana selanjutnya? Tentu saja mengirimkan naskah ke tersebut ke penerbit dengan harapan bisa lolos dan diterbitkan menjadi novel, bukan? Nah, supaya editor tidak membanting naskah Anda dan menyingkirkannya dari atas meja hanya setelah membuka halaman pertama, maka tidak ada pilihan lain selain belajar mengenai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kesalahan satu dua kata masih dimaklumi, namun jika dalam setiap halaman ada terlalu banyak kata-kata yang keliru, jangan salahkan editor bila tidak merasa perlu membaca naskah Anda. Saya dan banyak penulis lain pernah melakukan kesalahan ini. Anda jangan sampai melakukannya, ya?

Gambar 14. Seorang penulis harus belajar EYD untuk meningkatkan pengetahuannya. Sumber : 4.bp.blogspot.com Itulah pentingnya untuk terus belajar. Selain selalu meng-update informasi terkini yang pasti dibutuhkan dan menjadi bagian cerita, seorang penulis juga harus meningkatkan pengetahuannya tentang EYD. Banyak sekali kata-kata yang akrab di telinga namun ternyata tidak tepat menurut EYD. Demikian juga dengan cara penulisannya. Berikut adalah beberapa

Page 46 of 118

di antaranya yang sengaja saya kumpulkan.. Tidak ada salahnya jika kata-kata ini dihafal untuk meningkatkan kemampuan menguasai EYD. •

Adang, bukan hadang



Afdal, bukan afdol



Akta, bukan akte



Aktivitas, bukan aktifitas



Akuarium, bukan aquarium



Alquran, bukan Al-Qur’an



Amfibi, bukan amphibi



Analisis, bukan analisa



Andal, bukan handal



Andam, bukan handam



Anugerah, bukan anugrah



Antre, bukan antri



Apotek, bukan apotik



Aritmetika, bukan aritmatika



Asas, bukan azas



Ateis, bukan atheis



Atlet, bukan atlit



Atmosfer, bukan atmosfir



Autentik, bukan otentik



Autobiografi, bukan otobiografi



Azan, bukan adzan



Balsam, bukan balsem



Beasiswa, bukan bea siswa



Bejat, bukan bejad



Berengsek, bukan brengsek



Bus, bukan bis



Cabai, bukan cabe



Cendekiawan, bukan cendikiawan Page 47 of 118



Cenderamata, bukan cendramata



Cenderawasih, bukan cendrawasih



Cengkih, bukan cengkeh



Debit, bukan debet



Dekret, bukan dekrit



Desain, bukan disain



Detail, bukan detil



Diagnosis, bukan diagnosa



Dolar, bukan dollar



Dukacita, bukan duka cita



Eksem, bukan eksim



Ekstrem, bukan ekstrim



Elite, bukan elit



Embus, bukan hembus



Familier bukan familiar



Faksimile, bukan faksimili



Fondasi, bukan pondasi



Fotokopi, bukan fotocopy atau fotocopi



Frasa, bukan frase



Frekuensi, bukan frekwensi



Frustrasi, bukan frustasi



Geladi, bukan gladi



Genius, bukan jenius



Genting, bukan genteng



Hafal, bukan hapal



Hakikat, bukan hakekat



Halalbihalal, bukan halal bihalal



Hadis, bukan hadits atau hadist



Harfiah, bukan harafiah



Hierarki, bukan hirarki Page 48 of 118



Hipotesis, bukan hipotesa



Imbau, bukan himbau



Intelijen, bukan intelejen



Insaf, bukan insyaf



Isap, bukan hisap



Jemawa, bukan jumawa



Jenderal, bukan jendral



Kacamata, bukan kaca mata



Karier, bukan karir



Karisma, bukan kharisma



Kaus, bukan kaos



Kedaluwarsa, bukan kadaluarsa



Kelenteng, bukan klenteng



Kempis, bukan kempes



Khawatir, bukan kuatir



Khazanah, bukan khasanah



Kiai, bukan kiay



Kolumnis, bukan kolomnis



Komoditas, bukan komoditi



Komplet, bukan komplit



Konkret, bukan konkrit



Kosakata, bukan kosa kata



Kualitas, bukan kwalitas



Kuitansi, bukan kwitansi



Kukuh, bukan kokoh



Lahad, bukan lahat



Lanskap, bukan lansekap



Lever, bukan liver



Lembap, bukan lembab



Lubang, bukan lobang Page 49 of 118



Malapraktik, bukan malpraktik



Magrib, bukan maghrib



Marah, bukan amarah



Masjid, bukan mesjid



Massal, bukan masal



Merek, bukan merk



Mesti, bukan musti



Meterai, bukan materai



Mikrob, bukan mikroba



Monarki, bukan monarkhi



Mozaik, bukan mosaik



Museum, bukan musium



Miliar, bukan milyar



Nakhoda, bukan nahkoda



Napas, bukan nafas



Nasihat, bukan nasehat



Negeri, bukan negri



Nekat, bukan nekad



Netralisasi, bukan netralisir



Objek, bukan obyek



Omzet, bukan omset



Otomatis, bukan automatis



Pancaindra, bukan panca indra



Peduli, bukan perduli



Penggawa, bukan punggawa



Peranti, bukan piranti



Perilaku, bukan prilaku



Perkedel, bukan pergedel



Pikir, bukan fikir



Praktik, bukan praktek Page 50 of 118



Priayi, bukan priyayi



Provinsi, bukan propinsi



Radioaktif, bukan radio aktif



Ramadan, bukan ramadhan



Realitas, bukan realita



Respons, bukan respon



Restoran, bukan restauran



Rezeki, bukan rizki



Ritsleting, bukan retsleting



Risiko, bukan resiko



Roboh, bukan rubuh



Sah, bukan syah



Saksama, bukan seksama



Salat, bukan shalat



Samudra, bukan samudera



Saraf, bukan syaraf



Satai, bukan sate



Saus, bukan saos



Sekadar, bukan sekedar



Sepak bola, bukan sepakbola



Seriawan, bukan sariawan



Setan, bukan syaitan



Silakan, bukan silahkan



Sistem, bukan sistim



Sintesis, bukan sintesa



Sontek, bukan contek



Sopir, bukan supir



Standar, bukan standard



Standardisasi, bukan standarisasi



Stroberi, bukan strawberry Page 51 of 118



Subjek, bukan subyek



Sumatra, bukan sumatera



Surah, bukan surat



Sutra, bukan sutera



Syahbandar, bukan sahbandar atau syah bandar



Syubhat, bukan subhat



Takhta, bukan tahta



Takhayul, bukan tahayul



Takwa, bukan taqwa



Taoge, bukan tauge



Taoco, bukan tauco



Teknik, bukan tekhnik



Telantar, bukan terlantar



Teoretis, bukan teoritis



Terampil, bukan trampil



Terung, bukan terong



Tobat, bukan taubat



Topan, bukan taufan



Trompet, bukan terompet



Ubah, bukan rubah



Ubrak-abrik, bukan obrak-abrik



Ustaz, bukan ustad atau ustadz



Utang, bukan hutang



Varietas, bukan varitas



Wali kota, bukan walikota



Wiraswasta, bukan wirausaha



Zaman, bukan jaman



Zamrud, bukan jamrud



Zikir, bukan dzikir



Zuhur, bukan dzuhur Page 52 of 118

Memang, tiap penerbit memiliki gaya selingkung atau gaya tulisan tersendiri. Bisa saja apa yang di kamus tidak baku, tetap mereka pertahankan. Jadi, semua berpulang lagi kepada penerbit. Jika mereka tetap mempertahankan untuk menggunakan kata “Jumawa” ketimbang “Jemawa”, tidak ada masalah. Tidak ada aturan baku yang mengaturnya dengan kaku. Penerbit punya kebebasan ingin menerapkan gaya seperti apa dalam setiap buku-buku terbitannya.

Gambar 15. Seorang penulis pun harus menguasai pengetahuan tentang penggunaan tanda baca. Sumber : 4.bp.blogspot.com Selain EYD, Anda juga harus memperhatikan standar penulisan naskah. Biasanya naskah ditulis di kertas berukuran A4 dengan huruf Times New Roman berukuran 12. Bagaimana dengan spasi? Umumnya sih 1,5. Jangan lupakan juga penempatan tanda baca dan huruf besar. Juga penulisan partikel. Jangan khawatir, semua bisa dilihat di internet. Atau Anda bisa membeli buku-buku yang membahas tentang hal ini. Sekali lagi, tiap penerbit terkadang memiliki peraturan penulisan naskah yang berbeda. Huruf dan ukurannya tidak selalu seragam. Untuk itu Anda harus mempelajarinya dengan baik sebelum mulai mengirimkan naskah.

Page 53 of 118

Bab Empat Step by Step : Dari Ide Hingga Menjadi Novel

Page 54 of 118

Nah, kini saatnya kita membahas langkah demi langkah untuk menyelesaikan sebuah novel. Jangan dulu berpikir bahwa 150-an lembar itu sangat banyak. Karena begitu hal tersebut yang Anda fokuskan, maka akan sangat sulit untuk menyelesaikan sebuah novel. Jadi, berhentilah mencemaskan hal tersebut. Tapi, mulailah untuk mengetikkan kata pertama di atas kertas. Jangan selalu memikirkan hasil akhirnya, tapi fokuslah pada prosesnya. Dan nikmati proses tersebut semaksimal mungkin. Karena mustahil ada hasil instan (apalagi memuaskan) dalam hidup ini. Semua harus melewati proses yang berliku sebelum akhirnya tuntas dan bermuara pada hasil akhir. Tidak ada tiba-tiba begitu saja terjadinya. Selalu ada prosesnya yang sudah berlangsung sebelumnya. Ketika ingin mencapai kekayaan, manusia harus berusaha untuk bekerja keras. Tentu ada proses panjang hingga akhirnya tujuannya tercapai. Begitu juga saat jatuh miskin. Tidak mungkin terjadi dalam sekejap kecuali menjadi korban perampokan. Proses kembali bermain.

Gambar 16. Beginilah kira-kira tahapan-tahapan menulis secara garis besar. Sumber : a1.sphotos.ak.fbcdn.net

Page 55 of 118

Demikian juga dengan menulis novel. Nikmati saja step by step hingga selesai. Saya sendiri malah punya kebiasaan jelek yang sangat sulit untuk dihilangkan. Setiap kali menulis novel, saya cenderung “jatuh hati” pada tokoh-tokohnya, terutama tokoh utama lelaki. Setelah itu, saya butuh sedikit waktu untuk “memulihkan” diri dari situasi itu. Bukan hal yang ideal, bukan? Tapi saya menikmatinya dan menganggapnya sebagai proses yang sangat wajar. Sehingga dengan demikian saya pun menjadi begitu menikmati penulisan novel tersebut. Jadi, selama saya menulis suatu naskah, biasanya dunia saya pun terperangkap di dalam cerita dan tokoh-tokohnya. Begitu selalu. Buat saya pribadi, hal tersebut merupakan bagian dari kejujuran saya sebagai penulisnya. Mungkin ini dianggap hal yang aneh atau tidak masuk akal, ya? Tidak masalah andai Anda pun berpendapat serupa. Tak hanya saya yang mengalami hal seperti ini. Banyak teman-teman penulis yang terseret pada fiksi yang ditulisnya meski dengan cara yang sedikit berbeda. Baiklah, cukup sekian saja intermesonya. Kini kita akan membahas langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk menulis naskah fiksi. Oh ya, ini semua berdasarkan prngalaman saya pribadi, ya?

A.Menggali Ide Ide adalah nama lain dari gagasan. Banyak yang merasa kesulitan menemukan ide sebelum mulai menulis. Ide memang faktor terpenting sebelum beranjak ke langkah selanjutnya. Tanpa ide, bagaimana mungkin Anda bisa menghasilkan cerita yang menawan hati pembaca? Setidaknya itu yang selalu saya rasakan. Saya mustahil mulai menulis bila tidak memiliki ide besar cerita sama sekali. Karena saya tidak akan tahu, harus memulai dari bagian mana. Ide menjadi benang merah dari sebuah cerita. Ide yang menghubungkan tiap elemen sehingga membentuk sebuah cerita yang utuh dan indah. Ide merupakan dasar untuk membangun sebuah cerita. Pengembangan kisah harus merujuk pada ide tersebut. Itulah yang terjadi pada saya.

Page 56 of 118

Kesulitan mencari ide? Itu wajar sekali. Suatu hal yang jamak dan bisa terjadi pada penulis manapun. Dulu, saya cenderung hanya menunggu datangnya ide. Hingga suatu peristiwa mengubah pendapat saya selamanya. Ceritanya begini, saya sedang mengikuti sebuah kursus online tentang menulis cerita anak. Mentornya adalah seorang penulis buku anak yang andal dan terkenal. Tapi maaf, saya tidak bisa mencantumkan nama beliau di sini karena khawatir malah akan menimbulkan ketidaknyamanan. Saat itu saya dan beberapa orang teman diminta untuk mencari ide untuk dijadikan novel anak. Sebenarnya saya merasa tidak pernah punya kemampuan yang memadai untuk terjun di dunia buku anak. Namun di sisi lain saya juga penasaran ingin mencoba sekaligus mencari tahu. Sepanjang keyakinan saya selama ini, menulis buku anak adalah pekerjaan yang sangat sulit. Nah, di saat diminta untuk mencari ide itulah saya merasa menabrak dinding batu. Kepala saya kosong selama bermenit-menit, tanpa ada bayangan sama sekali kisah apa yang akan diangkat. Rasanya benar-benar putus asa! Hingga kemudian mentor saya yang baik itu menuliskan sesuatu di chat room peserta kursus. “Ide itu harus dipaksakan. Biasakan untuk memaksa keluarga ide dari kepala kita. Jangan hanya menunggu hingga munculnya ide!” Begitulah kira-kira kalimat yang tertulis. Saya pun merasa ditonjok. Selama ini saya meyakini bahwa ide akan datang sendiri, bukan dipaksa keluar. Kalimat di atas tampaknya sederhana, kan? Tapi ternyata memberi efek luar biasa yang mengubah pola pikir saya hingga saat ini. Detik-detik setelah membaca kalimat itu seakan menjadi momen magis untuk saya. Maka saya pun mulai berjuang mencari ide yang kira-kira keren untuk dijadikan novel anak. Buku-buku milik anak-anak pun berkelebat di kepala. Oh tidak, saya tidak mau menulis kisah tentang peri. Sudah terlalu banyak penulis yang melakukan hal tersebut. Akhirnya, saya pun terpaku pada kata matryoshka, sebuah boneka khas dari Rusia. Tapi saya belum memiliki ide apa pun. Tidak ada bayangan bagaimana matryoshka ini akan menjadi tema besar dari sebuah novel anak. Namun kata-kata mas mentor ini benar-benar “menghantui”.

Page 57 of 118

Gambar 17. Novel anak ini mendapat ide dari boneka matryoshka yang berasal dari Rusia. Sumber : dok. pri Saya ingat kalau setiap matryoshka ini terdiri dari beberapa boneka sekaligus yang dipasang bertumpuk. Semakin keluar tentu semakin besar pula bonekanya. Tiba-tiba terpikir, mengapa tidak membuat cerita yang berbau misteri? Malam itu juga saya pun menuliskan sinopsis kasarnya. Isinya kira-kira begini : Seorang anak mendapat hadiah boneka matryoshka yang berasal dari Rusia. Anak tersebut sangat ketakutan saat menyadari bonekanya tiba-tiba mengecil. Padahal, boneka terbesar diambil oleh kakak perempuannya secara diam-diam. Keadaan makin runyam ketika tengah malam anak tersebut mendengar suara nyanyian asing. Dia mengira suara itu berasal dari matryoshka dan yakin kalau benda itu berhantu. Singkatnya, saya pun mematangkan konsep sederhana itu. Lalu mengikutsertakannya ke sebuah workshop penulisan novel anak yang diadakan oleh sebuah penerbit top. Tanpa terduga, konsep yang saya ajukan dianggap menarik dan mulai digarap. Hingga setelah menghadapi seleksi berlapis, naskah tersebut dinyatakan lolos dan siap untuk diterbitkan. Maka lahirlah novel anak setebal 64 halaman yang berjudul “Matryoshka Bernyanyi”. Judul aslinya sendiri ditambah dengan kata “Misteri” di depannya. Dan bulan Juli 2012 akhirnya novel itu pun terbit. Sejak itu saya pun selalu memaksa keluarnya ide-ide. Awalnya memang tidak gampang, namun jika terus dilatih dan dijadikan kebiasaan, semuanya akan menjadi jauh lebih mudah. Jadi, tidak ada lagi duduk diam hanya menanti ide menghampiri. Saya juga selalu menyiapkan buku catatan atau ponsel untuk segera menulis ide yang terlintas di kepala. Tujuannya? Supaya tidak lupa. Ide kadang tidak harus dicari atau ditunggu. Ide bisa bersumber dari banyak hal yang ada di sekitar kita. Pengalaman pribadi adalah salah satu sumber yang luar biasa untuk Page 58 of 118

dituangkan menjadi naskah fiksi. Anda hanya perlu meramunya sedemikian rupa agar menjadi lebih menarik. Buat saya pribadi, ini menjadi semacam keharusan. Karena bila ada bagian cerita yang berasal dari pengalaman sendiri, saat menuangkannya menjadi tulisan akan sangat menyenangkan. Sangat beda rasanya karena ada sentuhan personal yang merupakan bagian dari diri saya di dalamnya. Ide juga bisa berasal dari peristiwa sehari-hari yang diracik oleh alam sekitar. Juga dari pengalaman orang lain yang kita dengar atau kita lihat. Kalau Anda sering menjadi tempat curhat dari teman-teman, niscaya Anda akan punya ide yang luar biasa banyaknya. Pengalaman orang lain bisa dijadikan ide, loh! Tidak harus persis sama, tapi cukup diambil yang paling menarik. Sebenarnya, ada banyak ide di sekitar, sepanjang Anda mau membuka mata dan telinga. Mengasah kepekaan dari semua hal yang bermain di sekitar kita. Pasti kita akan menemukan hal-hal menarik yang bisa diangkat menjadi cerita indah. Menurut saya pribadi, kuncinya adalah unik. Sebisa mungkin jangan menulis kisah yang sudah banyak dibuat orang. Buat kisah Anda sendiri yang khas, istimewa, dan tidak pasaran. Intinya menjadikan buah pena Anda berbeda dari yang ada. Oh ya, bacaan dan film pun bisa menjadi sumber ide yang tidak ada habisnya. Dari sebuah novel yang Anda baca, bisa meletupkan ide-ide brilian di kepala Anda. Pemicunya kadang bisa hanya lewat sebuah kalimat saja! Itulah sebabnya seorang penulis harus banyak membaca pula. Karena buku adalah santapan yang sangat berguna untuk memperkaya bahasa dan meluaskan wawasan. Saya penggila novel romantis yang mengagungkan cinta. Namun saya justru lebih sering mendapat ide dari film-film yang saya tonton. Mulai dari serial Korea, film Hollywood, hingga drama kriminal seperti CSI atau Criminal Minds. Apa? Drama kriminal? Betul, Anda tidak salah baca, kok! Drama-drama kriminal seperti yang saya sebut di atas itu memang menitikberatkan pada proses mengungkap sebuah misteri kejahatan. Namun semuanya dibalut benang merah yang sama : mengamati dan mengenali perilaku seseorang. Dan hal tersebut merupakan poin penting bagi seorang penulis. Kita bisa menggali banyak hal dari sana sekaligus belajar ilmu psikologi gratis. Bacaan dan tontonan yang menjadi santapan keseharian, akan mengendap tanpa disadari dalam benak Anda. Itulah setidaknya yang terjadi pada saya. Seringnya saya menonton CSI dan semua variannya, kadang memancing imajinasi yang mungkin liar dan Page 59 of 118

aneh. Tapi membuat saya lancar menulis bagian “Pesta Kunci” di novel “Black Angel”. Banyak pembaca yang kemudian bertanya serius apa saya melakukan riset khusus untuk menulis itu? Sejujurnya, tidak. Namun entah kenapa tangan saya tidak bisa berhenti mengetikkan huruf demi huruf tatkala tiba di bagian itu. Apa yang saya tonton seakan memainkan filmnya sendiri di kepala. Oh ya, novelnya sendiri awalnya tidak mempunyai ide besar. saya hanya menemukan sebuah nama: Avril Lavigne. Nama yang tercetus begitu saja karena sudah jarang beredar di televisi. Sekadar itu, tanpa ada embel-embel lain. Karena saya bukan penggemar si Sk8er Boi. Tiba-tiba terpikir untuk membuat nama “Avril” sebagai tokoh sentral novel saya. Dan nama itu begitu lekat, tidak bisa dienyahkan sama sekali. Mirip hantu yang tiba-tiba mengekor. Saya pun kemudian menyerah dan mulai memikirkan cerita yang kira-kira tepat untuk si Avril ini. Hingga akhirnya novel ini pun selesai hingga setebal 200-an halaman. Dan kemudian bertemu jodohnya.

Gambar 18. Serial krininal top CSI bisa memberi banyak ide untuk novel-novel saya. Sumber : boxset4less.blog.com Jadi, ide bisa berasal dari mana saja. Bahkan dari dialog sambil lalu yang kita dengarkan saat berada di keramaian. Yang penting, jangan sampai kita membatasi diri. Ide apa pun yang melintas di kepala, buru-buru catat dengan detik. Setelah memiliki kesempatan, mulailah kembangkan ide tersebut hingga menjadi sebuah cerita yang kira-kira menarik dan juga unik. Buat saya, kata kunci sebuah ide adalah “Unik”. Karena persaingan yang sangat ketat, kita harus tampil dengan cerita yang unik agar bisa menarik perhatian. Tanpa keunikan, maka akan sulit untuk mendapat perhatian. Karena itu berarti Anda hanya melakukan pengulangan belaka. Jadi, pastikan cerita yang Anda sajikan memiliki keunikan sebagai nilai tambah. Page 60 of 118

Jangan pernah mengikuti jalan yang sudah diretas oleh penulis lainnya, meskipun orang tersebut sangat Anda kagumi.

B.Menyiapkan Karakter Setelah mendapatkan ide yang menarik, saat bagi Anda untuk mulai menyiapkan karakter yang akan mewakili Anda menjalin kisah. Karakter ini bukan hal main-main, loh! Itulah sebabnya Anda harus menyiapkan si tokoh utama ini dengan sebaik-baiknya. Karena merekalah yang akan menggerakkan cerita. Sebagai sutradara, adakalanya seorang penulis “tidak berdaya” dan mengikuti ke arah mana tokohnya hendak berjalan. Penulis tunduk pada karakter ciptaannya. Mengapa bisa demikian? Karena idealnya seorang tokoh itu berkembang sesuai dengan karakternya. Jika Anda menciptakan tokoh utama yang sifatnya pemalu, apakah Anda bisa membayangkan orang tersebut bernyanyi sambil menari lincah di depan serombongan penonton? Atau perempuan berkarakter meledak-ledak akan kontras sekali jika dilukiskan lemah lembut dan punya kesabaran tingkat tinggi. Sekadar masukan, pilihlah karakter yang unik dan punya ciri khas. Agar pembaca mudah terkenang pada tokoh ciptaan Anda. Itulah sebabnya sangat penting memikirkan dengan detil semua hal tentang karakter yang akan mengambil perang utama dan penghuni panggung pertunjukan Anda. Dulu, saya anti dengan sinopsis. Artinya, sebelum mulai menulis sebuah naskah, saya tidak membuat sinopsis dengan detil. Saya hanya berpegangan pada sebuah ide besar saja karena saya ingin tulisan saya mengalir tanpa perencanaan. Saya benar-benar mengandalkan imajinasi yang bermain ketika sedang mengetik. Jadi, apa yang saya tulis sangat dipengaruhi oleh kondisi saya saat menulis. Ada hal positif yang saya dapatkan dengan cara seperti ini. Hal-hal yang terkadang tidak terpikirkan malah melintas di kepala seperti kilat. Dan jika tidak buru-buru dieksekusi, saya sering kehilangan jejaknya. Buat saya pribadi, pengalaman seperti ini benar-benar sangat pribadi. Sulit diungkapkan dengan kata-kata bagaimana rasa puas itu kemudian memeluk saya. Menurut pendapat (bodoh) saya ketika itu, cara seperti ini menjaga kemurnian tulisan saya. Hingga akhirnya saya lebih banyak berdiam diri di depan laptop yang terbuka tatkala ide enggan muncul. Dan inilah yang terjadi. Waktu terbuang sia-sia karena tidak ada ide yang Page 61 of 118

bisa ditulis. Semuanya terasa hampa dan menyulitkan. Wah, kalau sedang dalam kondisi seperti ini, saya tidak punya kekuatan untuk melakukan apa pun. Selain hanya membuang waktu yang berharga. Saran dari seorang teman yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan, bikin sinopsis perbab lebih dulu. Pilih karakter yang punya kekhasan, jelaskan dengan detail dalam sebuah catatan khusus. Awalnya saya ogah-ogahan menerima masukannya. Saya bahkan mempertanyakan mengapa perlu dibuat penjelasan tentang karakternya. Teman saya menjawab singkat dan padat. “Supaya karaktermu konsisten.” Akhirnya saya pun mencoba mengikuti sarannya. Sebenarnya bukan karena merasa cara ini lebih berhasil, melainkan sekadar ingin mencoba. Saya pun mulai mempersiapkan karakter tokoh dengan matang. Ternyata, hasilnya luar biasa! Teman saya benar, karakter rekaan saya menjadi konsisten. Kalau ada yang agak terlupa, saya tinggal melihat uraian tentang karakter si tokoh. Sehingga naskah pun terjaga. Tokoh tidak melakukan hal yang di luar kebiasaannya. Dalam mereka sebuah karakter, ada beberapa hal yang sebaiknya mendapat perhatian dari Anda. Apa sajakah itu? 1. Paparkan dengan detail Sebagai penulis, Anda harus bisa memaparkan dengan rinci tentang semua karakter di naskah Anda. Terutama untuk karakter utama. Semakin detail justru semakin bagus. Sehingga Anda benar-benar mengenal tokoh rekaan yang akan Anda tuliskan kisahnya. Tuliskan di tempat khusus tentang ciri-ciri fisik sang tokoh. Mulai dari tinggi, ciri fisik tertentu, atau kelebihan yang dimilikinya. Demikian juga dengan sifatsifatnya. Apakah galak, cerewet, suka mengatakan kalimat tertentu. Pokoknya segala hal yang melekat padanya. Kelak, deskripsi tentang tokoh utama ini bisa digambarkan dengan beragam cara. Mulai dari dialog tokoh utama atau tokoh lainnya, perjalanan cerita yang berliku, atau penjelasan Anda sendiri. Padukan semuanya dalam tulisan Anda sehingga pembaca juga bisa “melihat” si tokoh sesuai gambaran yang diberikan. Dan akhirnya bisa membayangkan sosoknya.

Page 62 of 118

Gambar 19. Sosok tokoh-tokoh utama di novel ini digambarkan dengan cukup terperinci. Sumber : dok. pri Diam-diam aku memperhatikannya. Lelaki ini berambut legam dengan mata mirip almond dan bola mata coklat yang menarik. Alis hitam dan tebalnya tampak kontras dengan warna kulitnya yang terang. Bibirnya tipis dan kemerahan, menandakan dia bukan seorang perokok. Giginya putih dan rapi. Juga ada hidung yang langsing dan sangat pas dengan semua yang ada di wajahnya. Lelaki ini mewakili kata “kesempurnaan”. (Black Angel, halaman 138) Mengapa ini penting? Karena jika tidak mendapat porsi yang tepat untuk menggambarkan sosok sang tokoh utama, pembaca mungkin hanya bisa meraba-raba. Sehingga tokoh utama ini pun seolah berdiri di balik kabut, tidak terlihat jelas. Kita tahu dia ada, namun tidak bisa menjelaskan bagaimana dirinya. Bagi pembaca, itu sesuatu yang kurang nyaman. Jadi, jangan hanya menggunakan kata “tampan”, “cantik”, atau “menawan” saja. Karena maknanya sangat luas. Tampan versi Anda belum tentu mewakili tampan versi saya. Begitu juga sebaliknya. Sehingga perlu diberikan penjelasan yang benarbenar rinci. Selain fisik, jangan lupakan juga sifat-sifatnya. Bahkan bila memungkinkan latar belakangnya. Sehingga pembaca lebih kenal lagi. Kalaupun ada sifat atau trauma tertentu, pembaca dapat memaklumi hal itu setelah mengetahui alasannya. Ya, setiap akibat pasti ada sebabnya. Dan semuanya harus diuraikan dengan jelas supaya terlihat hubungannya. 2. Sesuaikan dengan tema cerita Tema apa yang ingin Anda angkat? Jangan menulis naskah komedi dengan tokohtokoh yang serius. Karena hal itu akan menjadi sebuah hal yang tidak sesuai. Jadi, Page 63 of 118

pastikan tokoh-tokoh cerita Anda sesuai dengan tema yang diusung. Sehingga cerita pun menjadi padu dan tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk mengernyitkan dahi. Setuju? 3. Karakter jangan hanya hitam dan putih Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna baiknya dan sempurna pula jahatnya. Manusia adalah makhluk yang lemah dan kadang tidak mampu menghalau godaan. Kita maklum itu. Manusia juga sering berbuat kesalahan, entah itu disengaja atau sebaliknya. Jadi, munculkanlah karakter yang manusiawi dalam novel Anda. Jangan buat tokoh yang sangat baik dan kesannya tidak bercacat. Demikian jgua sebaliknya, jangan ciptakan tokoh yang hanya mampu berbuat kejahatan belaka. Percayalah, manusia tidak seperti itu. Tidak hanya hitam dan putih. Adakalanya kita menginjak wilayah abu-abu. Di mana antara hitam dan putih begitu absurd dan kadang sulit untuk dipilih dengan tegas. Manusiawikan tokoh Anda dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Karena memang tidak ada manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan. Justru melakukan hal-hal yang kadang bertentangan dengan pemahaman orang sekitar, membuat cerita mengasyikkan. 4. Karakter harus konsisten Jangan sampai karakter yang tadinya pendiam dan baik berubah menjadi jahat tanpa alasan yang logis. Perubahan karakter itu wajar kok, hanya saja harus dijelaskan dengan baik sehingga bisa terlihat alasan perubahannya. Itu jika terpaksa harus berubah. Selain itu, Anda harus memastikan bahwa karakter yang diciptakan selalu berlaku dan berucap sebagaimana yang diharuskan oleh sifat-sifatnya. Jangan orang yang santun tiba-tiba melontarkan kata-kata makian yang menyakitkan hati. 5. Memilihkan nama yang tepat Nama mungkin dianggap hal yang tidak penting. Namun saya justru selalu memilih nama terlebih dahulu sebelum menguraikan karakternya. Nama buat saya sangat penting, karena bisa memberi gambaran akan sosok si tokoh utama. Anda bisa mencarinya di berbagai buku nama bayi yang biasanya memuat artinya juga. Atau berburu via internet. Kadangkala kita mendapat ide untuk nama tokoh utama novel kita setelah menonton film tertentu.

Page 64 of 118

Saat menulis novel “Mendua”, salah satu tokohnya bernama Tristan. Nama itu tiba-tiba muncul begitu saja saat saya mulai menggarap naskah itu. Belakangan saya tersadar, Tristan adalah salah satu tokoh dalam film Legends of The Fall yang diperankan Brad Pitt. Bukan faktor Brad Pitt-nya yang berperan, tapi memang karena saya sangat suka nama itu. Pernah menonton film-filmnya Aidan Quinn? Hampir pasti, remaja sekarang tidak mengenal nama ini. Akan tetapi, di tahun 1990-an Mr. Quinn ini sangat populer. Selain Legends of The Fall, dia juga membintangi film The Assignment atau Practical Magic bersama Nicole Kidman dan Sandra Bullock. Filmnya yang diangkat dari kisah nyata berjudul “Evelyn” cukup menguras air mata. Quinn berperan sebagai pengacara dan beradu akting dengan mantan James Bond, Pierce Brosnan. Nah, karena suka dengan film-filmnya, saya pun membuat tokoh utama dengan namanya. Tapi bukan hanya satu tokoh, melainkan menjadi dua. Yaitu Aidan serta Quinn. Keduanya terdapat di novel “Black Angel”.

Gambar 20. Dari film menawan berjudul “Legends of the Fall” ini saya menemukan banyak nama menarik. Sumber : bookbounce.files.wordpress.com Nama adalah bagian yang penting. Saya makin merasakan itu belakangan ini. Jika dulu saya tergolong asal memilih nama tokoh, sekarang menjadi jauh lebih selektif. Saya juga kadang memilih nama yang singkat dan (kalau bisa) unik. Ada Cyril di “Loves in Insa-Dong” atau Mae di “Cinta Tanpa Jeda”. Usahakan memilih nama yang tidak pasaran. Siapa bilang nama Tasya itu tidak menarik? Akan tetapi, kalau sudah terlalu banyak digunakan, apa lagi istimewanya? (Maaf untuk semua yang bernama Tasya). Coba saja lihat di sekitar Page 65 of 118

kita! Berapa banyak anak perempuan yang diberi nama Tasya? Banyak sekali, bukan? Demikian juga dengan Nabila, Salsabila, Indra, Bintang, Anita, Donny, Aldo, Adjie, dan banyak lagi. (Sekali lagi, mohon maaf sebesar-besarnya untuk pemilik nama yang saya tulis di sini ya ) Oleh karenanya, kita harus selektif memilih nama. Bila memungkinkan, ciptakan nama sendiri. Mengapa tidak?

C.Bermain-Main dengan Setting Selanjutnya kita beranjak kepada setting atau latar belakang cerita. Setting adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah naskah. Setting merupakan bagian penting dalam sebuah cerita. Adakalanya sebuah novel “mengaburkan” latarnya. Maksudnya begini, penulis hanya menyinggung tentang kota sebagai latar cerita. Tidak ada ulasan detail tentang kota tersebut. Hal itu pernah saya temukan di novel-novel seorang pengarang top yang bukunya dicetak ulang belasan kali. Namun saya juga pernah menemukan sebuah novel dengan penggambaran yang begitu detail tentang latar tempatnya. Entah memang penulisnya pernah berkunjung ke sana atau tidak, namun latar yang digambarkan memperindah cerita. Novel tersebut berlatar di salah satu kota di Eropa. Andai si penulis belum pernah menginjakkan kaki di sana, dua jempol layak diacungkan untuknya. Karena sudah melakukan riset yang sangat luar biasa dan terperinci. Sehingga dia bisa membawa imajinasi pembaca menuju sebuah kota nan indah di Eropa sana. Latar bisa memberi pengaruh pada cerita secara luar biasa. Tergantung bagaimana penulis mampu mengolahnya dengan baik. Latar sendiri tidak melulu berarti latar belakang tempat. Namun juga ada latar belakang waktu. Keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena saling mendukung dan berhubungan. Penulis perlu mempertimbangkan dengan bijak mengenai hal ini. Ada novel-novel yang mengambil peristiwa khusus sebagai latar belakang ceritanya. Tentu saja peristiwa yang dimaksud memiliki nilai sejarah. Entah itu perang dunia, perang dingin, runtuhnya tembok Berlin, dan banyak lagi. Namun ada juga yang tidak secara khusus merujuk ke suatu peristiwa. Tidak ada keharusan Anda harus menulis kisah di lokasi nyata. Anda bisa kok menciptakan kota fiktif. Kisah-kisah fantasi atau yang mengambil waktu di masa depan, sering menggunakan cara ini. Menciptakan lokasi fiktif akan memberi keleluasan bagi Page 66 of 118

panulis untuk melakukan eksplorasi. Sehingga bisa menciptakan tempat yang benar-benar sesuai dengan keinginannya. Wah, tidak setiap saat kita bisa menjadi “pencipta” sebuah kota, bukan? Umumnya, penulis lebih suka menggunakan latar kota tempat tinggalnya dalam naskah yang ditulis. Kenapa? Karena dorongan rasa cinta sekaligus sangat mengenal kotanya. Memang harus diakui, jauh lebih nikmat menulis tentang sesuatu yang benar-benar Anda kuasai, bukan? Tapi jika Anda ingin membuat novel dengan lokasi tempat yang belum pernah dikunjungi sekalipun, tidak masalah. Anda bisa mencari referensi di internet atau memborong buku-buku tentang kota yang diinginkan. Melihat gambar bangunan atau kondisi kotanya juga akan sangat membantu menajamkan bayangan Anda. Sehingga penulis pun punya bayangan akan kota yang akan ditulisnya. Buat saya pribadi, lebih nyaman menulis tentang kota yang benar-benar saya kuasai. Itulah sebabnya novel-novel saya banyak berlatar di Medan atau Bogor, tempat tinggal saya sekarang. Satu hal yang harus diingat, jadikan menulis sebagai aktivitas yang membuat Anda bergairah dan bahagia. Jangan takut untuk melakukan eksplorasi meskipun itu berarti Anda harus menciptakan sebuah kota fiktif. Tidak ada yang salah dengan segala hal yang berbau fiktif. Cuma satu yang harus menjadi pegangan dan tidak boleh dilupakan sampai kapanpun : logika harus dikedepankan.

D.

Membuat Sinopsis

“Dengan membuat sinopsis fiksi per bab, sekitar lima puluh persen pekerjaan kita sudah selesai.” Itu adalah ucapan salah satu mentor saya ketika belajar menulis. Mentor saya sudah memiliki nama yang mentereng di dunia fiksi dengan karya-karya yang mengalir deras seakan tanpa henti. Awalnya, saya tidak terlalu yakin meski sudah banyak orang yang menyarankan untuk membuat sinopsis terlebih dahulu. Seperti yang sudah sayang singgung sebelumnya, saya adalah orang yang anti sinopsis. Namun ketika mulai mencobanya, rasanya memang sangat membantu. Sekadar berbagi pengalaman, saya biasanya membuat sinopsis global dari satu cerita. Atau bisa juga dikatakan ide besar sebuah cerita. Setelah itu, barulah saya membagi-baginya Page 67 of 118

menjadi beberapa bab. Tiap bab saya beri penjelasan serinci mungkin agar tidak ada yang terlupa. Dari sini nanti saya bisa mendapat bayangan akan setebal apa kelak naskah ini ketika sudah jadi. Tidak ada patokan yang serba pasti, hanya serba kira-kira. Namun buat saya itu memberi bantuan yang sangat berarti. Makin sering melakukan hal ini, semakin terbukti katakata mentor saya di atas. Lain halnya jika ingin menulis nonfiksi, sinopsis hanya sekadar menjadi pemandu. Jika diubah menjadi persentase, mungkin hanya menyelesaikan naskah antara 5 hingga 10 persen. Pembuatan sinopsis global juga dapat dilakukan dengan menggunakan mind map. Ambillah selembar kertas kosong. Lalu mulailah Anda menulis ide besar di bagian tengahnya. Setelah itu, pikirkan apa saja yang dapat dibahas seputar ide tersebut. Gunakan pensil aneka warna untuk membedakannya.

Gambar 21. Contoh mind map. Sumber : 2.bp.blogspot.com Ketika Anda sudah berhasil membuat sinopsis per bab dengan baik, pekerjaan menjadi lebih mudah. Sangat mudah, malah. Anda tinggal berpatokan pada sinopsis yang sudah dibuat setiap kali akan berpindah bab. Setelah saya bandingkan dengan kondisi langsung menulis tanpa sinopsis, hal ini ternyata menghemat banyak waktu. Nyaris tidak ada lagi waktu yang terbuang percuma dengan layar laptop yang hanya ditatap hampa. Kini, cukup melirik sinopsis dan membacanya sebentar. Imajinasi bisa langsung berkeliaran dan tahu apa yang ingin ditulis. Bagaimana jika di tengah jalan ternyata ada ide yang lebih keren dan bisa membuat cerita kian menarik? Page 68 of 118

Tidak masalah! Anda bisa mengubah sinopsis yang tersisa sesuai dengan ide yang baru datang. Sepanjang tidak sampai membuat cerita yang sudah Anda tulis harus dirombak lagi, saya rasa tidak masalah. Lain halnya jika harus terjadi pembongkaran besar-besaran terhadap naskah yang sudah cukup banyak, mungkin harus dipikir ulang dengan baik. Karena itu berarti terjadi suatu pemborosan besar-besaran. Pemborosan waktu, tenaga, dan pikiran karena naskah menjadi mentah lagi. Itulah pentingnya mematangkan sinopsis yang Anda buat sehingga meminimalkan perombakan yang tidak perlu. Dengan konsep yang sudah matang, maka proses menulis pun menjadi lebih lancar. Jadi, pembuatan sinopsis sangat membantu menghemat waktu sekaligus memberi kesempatan untuk mematangkan konsep. Ketika sudah yakin dengan sinopsis yang kita miliki, pekerjaan merampungkan naskah akan menjadi lebih mudah. Sinopsis seperti ini membantu Anda menyingkat waktu. Memberi banyak sekali bantuan dalam proses penyelesaian naskah.

E. Mulai Merangkai Kata Setelah sinopsis per bab selesai dan dianggap matang, maka kini tiba saatnya untuk mulai merangkai kata. Anda mulai menguraikan bab demi bab yang gambarannya sudah tertulis jelas di sinopsis. Sinopsis adalah panduan dalam mengembangkan naskah. Sinopsis dapat dikatakan sebagai kompas yang akan memandu Anda dalam menghasilkan cerita. Bagaimana cara mengembangkan sinopsis? Semuanya tentu saja terpulang kepada Anda pribadi, sebagai penulis. Sinopsis per bab adalah modal dasar yang menjadi peta bagi penulisnya. Anda tentu sudah memiliki bayangan yang sangat jelas mengenai kisah yang akan diangkat. Itulah sebabnya sangat penting untuk membuat sebuah uraian yang sangat detail sehingga konsep benar-benar matang. Setelah itu, tugas penting Anda selanjutnya adalah mengurai tiap bab dalam jalinan cerita yang indah. Saat akan menulis, Anda seharusnya sudah memiliki bayangan berapa lembar halaman naskah yang akan selesai nantinya. Misalnya begini, Anda berhasil membuat sinopsis untuk 10 bab. Sementara penerbit yang Anda tuju memberi isyarat kalau mereka menerima naskah minimal 150 lembar. Maka, tiap bab nantinya harus diubah menjadi 15 lembar halaman. Itu minimalnya. Dan jika bisa lebih, akan semakin bagus pula. Karena Page 69 of 118

ketebalan naskah 150 lembar A4 dengan spasi 1,5, kelak ketika sudah menjadi novel hanya berkisar 200 halaman saja. Dan rasanya novel dengan halaman sejumlah itu tidak bisa dikatakan cukup tebal, bukan? Karena ada banyak penulis yang merasa kurang bisa bereksplorasi dengan halaman sejumlah itu. Semakin banyak sinopsis per bab yang Anda buat, semakin besar kesempatan untuk melakukan pengembangan cerita. Kian banyak jumlah halaman, naskah Anda semestinya semakin kaya dengan aneka konflik dan penyelesaiannya juga. Sedapat mungkin, hindari melakukan pengulangan karena akan membosankan bagi pembaca. Manfaatkan geliat imajinasi yang begitu bergelora di kepala Anda. Sehingga membuat cerita menjadi kaya. Sekadar mengingatkan, pilihlah kata-kata menarik untuk memperindah naskah Anda. Jangan mau hanya terpaku untuk memilih kata-kata yang standar dan sudah banyak digunakan orang. Tapi bukan berarti dalam setiap paragraf Anda harus memutar otak demi mencari kalimat cantik. Jangan sampai menjadi beban karena nantinya menulis menjadi hal yang tidak menyenangkan. Jangan lupa untuk selalu memelihara api gairah karena sangat berpengaruh pada kualitas tulisan. Jika seseorang sudah kehilangan gairah, apa pun yang dilakukan pasti tidak lagi maksimal. Jadi, uraikan bab demi bab yang sudah Anda buat gambarannya dengan kegembiraan dan kegairahan yang besar. Karena nantinya pembaca pun akan turut merasakan luapan perasaan yang Anda paparkan. Ada baiknya kalau Anda menetapkan taget penulisan suatu naskah. Namun, pastikan kalau target Anda masuk akal. Jangan terlalu berlebihan atau terlalu keras pada diri sendiri. Karena pada dasarnya Andalah yang paling tahu dan mengerti sampai sejauh mana kemampuan Anda. Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal di luar batas kekuatan yang Anda miliki. Karena bisa-bisa nantinya Anda malah merasa frustasi karena gagal mencapai target.

Page 70 of 118

Gambar 22. Kesulitan saat penulisan dapat diatasi dengan mematangkan ide semaksimal mungkin. Sumber : mocoo.files.wordpress.com Oh ya, banyak yang mengeluhkan sulitnya membuat novel dengan jumlah halaman mencapai ratusan. Umumnya penulis merasa kekurangan bahan atau ide sehingga cerita sudah kelar lebih singkat dari yang seharusnya. Ini bukan masalah pemula atau tidak, loh! Karena banyak penulis top yang sudah terbiasa menulis cerpen akan merasakan kesulitan yang sama. Ini masalah kebiasaan. Bukan tentang senior atau junior. Ketika Anda sudah terbiasa menulis cerpen, tentu tidak akan sulit kalau diminta menulis sepuluh halaman, bukan? Namun, jika jumlahnya digandakan menjadi dua puluh atau tiga puluh, pasti ada kesulitan yang harus ditaklukkan. Itu adalah sesuatu yang sangat wajar, kok! Itulah gunanya sinopsis per bab. Terutama untuk Anda yang belum terbiasa menulis dalam jumlah banyak. Kehadiran sinopsis yang merinci garis besar cerita tiap bab akan sangat bermanfaat. Ini bisa menghindarkan Anda dari pengembangan cerita yang di luar kontrol. Seperti yang sudah saya ingatkan sebelumnya, berpatokanlah pada sinopsis yang sudah Anda buat. Kalaupun di tengah jalan ada sedikit tambahan yang dirasa membuat ramuan cerita kian jempolan, tidak ada salahnya. Hanya saja, jangan pernah melakukan perombakan secara berlebihan, apalagi besar-besaran. Pastikan semuanya dalam porsi yang sepatutnya. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman pribadi. Saya belum berpengalaman menulis naskah dalam jumlah banyak. Di awal-awal, tingkat kesulitannya sangat tinggi. Apalagi saya tidak menggunakan jasa sinopsis per bab sama sekali. Hal itu membuat produktivitas saya sangat rendah. Jika ide sedang membludak, saya bisa menulis lebih dari sepuluh halaman. Tapi itu tidak selalu terjadi, loh! Ada kalanya saya hanya bisa menekuri layar monitor selama berjam-jam tanpa menambahkan satu huruf pun di sana. Dan kadangkala itu terjadi selama beberapa hari berturut-turut. Setelah menyiapkan sinopsis terlebih dahulu, pekerjaan saya menjadi lebih mudah. Itulah sebabnya saya menyarankan Anda untuk membuat sinopsis sedetail mungkin. Kian rinci, kian bagus pula.

Page 71 of 118

Anda tentu pernah mendengar peribahasa yang berbunyi “Alah bisa karena biasa”, kan? Kira-kira artinya adalah kita akan memiliki kemampuan yang baik jika sudah terbiasa mengerjakan sesuatu. Atau dengan kata lain, latihan akan meningkatkan performa seseorang. Dan itu merupakan sebuah pendapat yang sangat benar dan harus Anda yakini dengan sepenuh hati. Sejak remaja saya terbiasa menulis cerpen. Puluhan di antaranya sudah berhasil menembus media nasional dan dimuat. Saya sempat vakum menulis saat bekerja dan kemudian berumah tangga. Dan tahu-tahu sudah berlalu sekitar tiga belas tahun! Saat mulai menulis lagi, saya pun dilanda kegamangan. Saya sangat cemas kalau waktu yang panjang sudah mengambil kemampuan saya menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Ketika mulai lagi, wajar jika banyak kesulitan dan kesalahan. Tapi entah kenapa saya tiba-tiba punya hasrat untuk menulis novel. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, novel pertama sedianya ditulis khusus untuk lomba. Perjuangan untuk menyelesaikannya pun tidak mudah. Begitu juga dengan novel kedua. Namun kemudian saya berusaha mengubah pola pikir untuk membuat pekerjaan yang saya cintai ini menjadi lebih mudah. Bagaimana caranya? Saya menganggap kalau menulis novel adalah menulis beberapa cerpen sekaligus. Bedanya, cerpen-cerpen saya mempunyai hubungan yang sangat erat. Jadi, ketika menyelesaikan satu bab, saya beranggapan sedang menuntaskan sebuah cerpen. Lalu ketika berlanjut ke bab selanjutnya, saya pun berpindah ke cerpen baru. Hanya saja cerpen baru saya memakai tokoh yang sama dengan “cerpen lama”. Dan ceritanya pun merupakan lanjutan dari kisah sebelumnya. Begitu seterusnya. Dan buat saya pribadi, hal itu ternyata cukup berhasil. Ketika membayangkan novel yang panjangnya ratusan lembar, tanpa sadar ada yang menyerah di dalam diri Anda. Dan memang banyak sekali penulis yang mengaku tidak sanggup karena “tidak bernapas panjang”. Saat kita mengubah strategi dan hanya memikirkan kumpulan cerpen, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Anda pasti dipenuhi kebulatan tekad. Bukankah selama ini terbiasa mengutak-atik cerpen? Apalah artinya kalau hanya – katakanlah- menulis dua puluh cerpen? Andai Anda mampu menulis satu buah cerpen sehari, dua puluh bab bisa diselesaikan hanya dalam waktu sekitar tiga minggu saja, bukan? Bukankah itu cukup cepat? Mungkin Anda akan membantah dan menganggap saya mengada-ada. Saran saya, coba saja ikuti dulu cara yang saya lakukan. Anda pasti akan terkejut dengan hasilnya. Ternyata menulis novel itu tidak terlalu sukar, kok! Kalau kita merasa berat, maka yang Page 72 of 118

terjadi memang demikian. Sebaliknya, bila kita tidak menganggap ada kesulitan berarti, maka semuanya cenderung lancar. Jadi, biarkan otak kita berpikir bahwa pekerjaan ini tidak sukar. Maka kenyataan akan mengikutinya. Nah, hal seperti ini pada dasarnya sama saja dengan banyak pekerjaan lainnya. Jika kita bisa mengeset pola pikir dan mengidentikkan banyak hal dengan “mudah” atau “aku pasti bisa”, tidak akan ada problema yang tidak bisa ditaklukkan. Sebaliknya, begitu kita merasa semuanya serba sulit, maka kenyataan menjadi begitu berat. Sangat penting bagi kita untuk selalu berpikir positif agar apa pun yang kita lakukan di dunia ini akan menuai hasil yang positif pula.

F. Masa Pengendapan Setelah naskah bisa diselesaikan hingga tuntas, apa yang sebaiknya Anda lakukan? Tinggalkan dulu naskah yang sudah Anda saksikan pertumbuhannya itu selama beberapa waktu. Jangan hanya satu atau dua hari. Tapi usahakan sedikit lebih lama. Menurut pengalaman saya pribadi, satu minggu adalah waktu yang cukup masuk akal. Bagaimana dengan Anda? Masa-masa ini biasa disebut dengan masa pengendapan. Buat saya, masa ini menjadi masa penting untuk melepaskan diri dari keterikatan yang kental dengan naskah ini. tidak ada salahnya juga jika Anda menghabiskan masa pengendapan ini dengan mengerjakan naskah lainnya. Ketika nanti Anda kembali ke naskah ini, Anda akan melihatnya dengan pandangan yang berbeda. Tidak lagi sama seperti sebelumnya. Semakin lama waktu pengendapan, naskah akan menjadi semakin “asing” bagi Anda. Dan “keasingan” ini akan sangat membantu saat penulis membaca ulang naskahnya sendiri. Anda pasti akan mengalami banyak momen di mana akan bertanya pada diri sendiri : “Benarkah aku yang sudah menulis semua ini?” Dengan “mata” yang baru, penilaian penulis terhadap naskahnya akan berbeda. Sehingga bisa lebih jujur dalam memberi penilaian. Dan kelak akan berimbas pada kualitas tulisan yang dihasilkan. Itulah sebabnya mengapa masa pengendapan itu sangat diperlukan. Tujuannya agar penulis bisa memoles naskahnya dengan sangat baik dan tidak dengan terburu-buru. Page 73 of 118

Masa pengendapan itu relatif. Tiap penulis membutuhkan waktu yang berbeda. Seperti yang saya singgung sebelumnya, untuk saya waktu seminggu sudah cukup memadai. Dengan catatan jika memang dikejar deadline yang ketat. Namun jika bisa memilih, lebih lama masa pengendapan justru lebih bagus. Karena saya bisa benar-benar menemukan “cacat” yang bisa diperbaiki. Bagaimana dengan Anda? Berapa waktu yang Anda butuhkan untuk melalui masa pengendapan ini?

G.

Edit dan Sempurnakan

Ketika naskah sudah diendapkan dan cibaca ulang, biasanya penulis akan menemukan banyak hal yang harus diperbaiki. Entah itu berupa dialog yang janggal, fakta yang saling bertentangan, atau alur yang berlebihan. Nah, inilah saat yang tepat untuk menyiapkan gunting dan melakukan “bersih-bersih”. Sebagai penulis, kadangkala kita memperlakukan naskah dengan kasih sayang yang terlampau besar. Akibatnya, merasa enggan membuang bagian-bagian yang kurang padu dengan dengan naskah secara keseluruhannya. Padahal, kita tahu pasti kalau bagian tersebut membuat naskah menjadi kurang indah.

Gambar 23. Setelah melakukan pengendapan, kini saatnya untuk melakukan pengeditan. Sumber : lkscreativestudio.files.wordpress.com Penulis kadang merasa, melakukan perubahan sama artinya dengan menyia-nyiakan pekerjaan yang sudah dilakukan. Sehingga memilih untuk tidak melakukan perubahan berarti. Namun, sebaiknya penulis juga harus realistis. Jika Anda sendiri merasa kalau ada bagian yang terlalu dipaksakan, orang lain pun tidak akan memiliki pendapat yang jauh berbeda. Dan andai tetap dipaksakan untuk dikirim ke penerbit, besar kemungkinan (kalau naskah Page 74 of 118

Anda lolos) editor pun akan meminta penulis melakukan perubahan. Artinya, bagian tersebut tetap dibuang. Sekadar berbagi nih, saya pernah melakukan hal tersebut. Tetap mempertahankan naskah dengan segala isinya meski tahu ada bagian tertentu yang kurang oke. Akhirnya, ketika editor meminta untuk diubah, mau tak mau saya harus melakukan kompromi pada diri sendiri. Pilihannya jelas: tetap bertahan dengan naskah tersebut dengan konsekuensi tidak akan diterbitkan sama sekali. Atau menuruti saran editor dan melakukan perubahan sehingga bisa diterbitkan tiga bulan kemudian. Dilematis namun tidak seperti buah simalakama, kan? Artinya, jelas sekali ada yang harus dikorbankan. Namun keuntungannya pun sangat besar pula. Siapa yang menolak naskahnya diterbitkan? Di dalam tahapan ini, Anda juga bisa memperbaiki berbagai kesalahan pengetikan yang mungkin terlewatkan. Ketika membaca ulang, Anda bisa langsung melakukan pengeditan. Sehingga bisa meminimalisir naskah kesayangan ini dari berbagai kesalahan yang tidak perlu. Banyak penulis yang menyarankan untuk tidak melakukan pengeditan ketika Anda menulis. Hal itu akan membuat menulis menjadi lebih lancar. Pengeditan hanya dilakukan setelah naskah selesai dan diendapkan. Karena jika Anda tergoda untuk mengedit saat menulis, akan menghabiskan banyak waktu. Namun, sejujurnya saya belum mampu sepenuhnya melakukan hal itu. Ketika menulis, saya tetap saja tergoda untuk melakukan perbaikan jika menemukan kesalahan. Dan memang, waktu menulis menjadi lebih panjang dari yang seharusnya. Sekali lagi, setelah naskah selesai dan masa pengendapan berlalu, jangan lupa baca ulang untuk melakukan penyempurnaan di sana-sini. Jika Anda merasa kesulitan atau kurang yakin dengan naskah ini, bisa memakai taktik lain. Yaitu meminta bantuan dari orang-orang yang Anda percaya untuk menilai naskah tersebut. Tentu saja Anda harus memilih orang yang memang berpandangan objektif dan suka membaca. Minimal menyukai genre yang Anda pilih. Pendapat orang ketiga kadang dibutuhkan untuk menilai kualitas naskah kita. Namun jangan lupa untuk menemukan orang yang tepat sehingga bisa memberikan penilaian yang tidak berat sebelah. Setelah yakin dengan naskah ini, jangan tunggu lagi! Segeralah kirimkan naskah tercinta ini kepada penerbit yang tepat.

Page 75 of 118

Bab Lima Sebelum Mengirim Naskah ke Penerbit

Page 76 of 118

Setelah naskah Anda selesai, langkah selanjutnya tentu saja harus mengirimkannya ke penerbit. Namun, tentu saja Anda tidak bisa gegabah saat melakukan hal ini. ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang penulis sebelum memasrahkan buah ciptanya kepada sebuah penerbit. Apa sajakah itu?

A.Kenali Selera Penerbit Terlebih Dahulu Ada banyak sekali penerbit di luar sana. Tiap penerbit memiliki selera dan kekhasan yang berbeda-beda. Misalnya saja penerbit A selalu menerbitkan novel-novel komedi, penerbit B setia pada naskah berbau roman, atau penerbit C hanya menerima naskah-naskah fantasi. Jadi yang harus Anda lakukan sebelum mengirim naskah ke penerbit adalah memastikan bahwa naskah Anda sesuai dengan penerbit tersebut. Jangan sampai naskah bergenre komedi malah dikirim ke penerbit yang khusus menerbitkan novel anak. Satu hal yang sudah pasti adalah naskah Anda akan ditolak tanpa pikir panjang oleh editor. Alasannya? Salah tempat.  Kesalahan seperti ini tidak bisa ditolerir karena menunjukkan satu hal. Bahwa Anda tidak memperhatikan sekaligus tidak benar-benar serius memikirkan kemana naskah Anda akan berlabuh. Mengenali selera penerbit sama artinya dengan memegang kompas di tangan Anda. Dengan petunjuk arah yang jelas, Anda tidak akan mengirim naskah ke tempat yang keliru.

Page 77 of 118

Gambar 24. Jika Anda mengenali spesialisasi penerbit dengan baik, sama artinya sudah memegang kompas di tangan. Sumber : 3.bp.blogspot.com Bagi para penulis, naskah karyanya adalah bagian penting dari dirinya. Yang dikerjakan tanpa kenal lelah dengan berbagai halangan dan rintangan yang datang tanpa henti. Makanya, sudah sangat pasti kalau penulis ingin yang terbaik baik karyanya. Termasuk memilihkan penerbit yang tepat. Kalau Anda perhatikan di berbagai grup penulisan di situs jejaring sosial, terjadi hal yang kadang terasa aneh. Begini, seseorang mengaku kalau dirinya ingin menjadi penulis fiksi. Idealnya, apa yang dilakukan orang tersebut untuk mewujudkan cita-citanya? Tentu saja harus belajar dengan baik bagaimana caranya agar bisa menulis sesuai kaidah. Mengenal tanda baca, bisa mengarungi dunia khayal lewat liukan kata-kata, juga mengetahui unsur-unsur pembangun sebuah cerita. Selain itu, seorang penulis fiksi juga harus banyak membaca untuk memperkaya imajinasi. Sehingga dengan begitu Anda bisa “mencuri” ilmu dari penulis lain. Anehnya, banyak (calon) penulis ini yang mengajukan pertanyaan yang terasa tidak pas. Misalnya saja mempertanyakan alamat penerbit, naskah apa yang diterbitkan oleh penerbit top, dan pertanyaan sejenis lainnya. Seorang penulis top bahkan pernah bereaksi agak keras dan meminta si penanya untuk mencari jawabannya di internet. Menurut saya, itu reaksi yang wajar. Jika Anda mengaku ingin menjadi seorang penulis, bukankah harusnya berusaha memiliki pengetahuan yang memadai tentang alamat penerbit atau naskah yang mereka terbitkan? Toh di tiap buku terbitannya, pasti tercetak alamat sang penerbit. Dan jika memang Anda rajin berselancar di dunia maya (selain di jejaring seosial), tentu akan mudah mencari informasi seperti ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas menunjukkan kalau seseorang justru tidak berminat menjadi seorang penulis. Karena jika Anda merasa tertarik atau bergairah akan sesuatu, pasti akan melakukan banyak hal untuk mengumpulkan informasi, bukan? Misalnya Page 78 of 118

saja Anda sedang jatuh cinta dengan seseorang. Apa yang akan Anda lakukan? Pasti akan berusaha mencari informasi sebanyak mungkin tentang si dia, bukan? Mulai dari tanggal lahir, makanan kesukaan, film kegemaran, lagu favorit, hingga nomor ponselnya. Intinya, semua tentang diri si dia mengandung magnet luar biasa kuat yang membuat Anda hanya memalingkan wajah padanya. Mengenali penerbit adalah hal yang mutlak. Sehingga dengan demikian Anda menghindarkan diri dari penolakan sebelum naskah dibaca. Sehingga ada peluang yang lumayan besar untuk bisa melenggang mulus hingga naskah tercinta bisa diterbitkan dalam bentuk novel. Setelah mengetahui pasti naskah seperti apa yang diterbitkan oleh penerbit incaran, Anda masih harus memikirkan hal lain. Yaitu, apakah penerbit memang cukup bisa mendapatkan kepercayaan dari penulis? Karena banyak sekali terjadi kasus penipuan yang dilakukan oleh penerbit. Jika Anda cermati, banyak sekali penulis yang mengalami berbagai hal tidak mengenakkan dengan penerbit, yaitu tidak dibayarnya royalti yang seharusnya menjadi haknya. Ada penerbit yang membayar royalti penulisnya namun dengan jumlah yang sangat kecil. Ada seorang teman penulis yang salah satu bukunya dicetak ulang sebanyak tiga kali. Sayangnya, beliau tidak dibayar oleh penerbit. Jika ditagih, penerbit punya seribu alasan yang menjengkelkan. Banyak yang menyarankan untuk membawa masalah ini ke area hukum. Namun si teman menolak karena tidak mau menghabiskan biaya besar dan waktu untuk menuntaskan hal itu. Ada yang menyayangkan namun banyak pula teman penulis yang menyetujui keputusan yang diambilnya. Andai diizinkan memberikan saran, lebih baik memilih penerbit top yang punya rekor bagus. Jangan berjudi dengan menyerahkan hasil kerja keras Anda kepada penerbit yang masih baru dan tidak jelas. Atau Anda bisa bertanya kepada penulis lain yang sudah memiliki pengalaman berhubungan dengan penerbit tertentu. Oh ya, mohon maaf jika ada yang merasa saya bersikap tidak adil kepada penerbit baru. Namun pengalaman saya dan banyak temanteman mengajarkan untuk berhati-hati. Jika Anda bisa menghindar dari hal seperti ini, bukankah lebih baik? Oh ya, ada pilihan lain yang bisa Anda lakukan jika (mungkin) merasa gamang berurusan dengan penerbit secara langsung. Ada agensi naskah yang bisa menjembatani. Saat ini ada banyak sekali agensi naskah, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta atau Bandung. Anda berdomisili jauh dari kota-kota tersebut? Jangan khawatir, manfaatkan Page 79 of 118

teknologi modern. Internet, e-mail, SMS, atau jejaring sosial itu hadir untuk dimanfaatkan, bukan? Jadi, gunakanlah kemudahan yang mereka persembahkan bagi dunia, demi mendukung kinerja Anda.

B.Kirim Sesuai Ketentuan Yang dimaksud dengan ketentuan di subbab ini adalah masalah teknis yang sudah digariskan oleh penerbit. Tiap penerbit biasanya memberi syarat tertentu seputar naskah yang mereka terima. Dan hal itu biasanya dapat diakses dengan mudah di situs-situs resmi penerbit tersebut. Persyaratan yang paling umum adalah : •

Ukuran kertas : A4



Huruf yang digunakan : Times New Roman



Ukuran huruf : 12



Spasi : 1,5



Tebal naskah antara 150 – 250 halaman atau minimal 40.000 kata Akan tetapi, ada juga beberapa penerbit yang mensyaratkan hal sedikit berbeda.

Misalnya saja huruf atau spasinya. Nah, Anda harus memperhatikan hal ini dengan baik agar tidak melanggar ketentuan yang diinginkan oleh penerbit. Memang, biasanya penerbit tidak terlalu kaku dalam menerapkan aturannya. Namun akan lebih baik jika Anda mengikuti persyaratan tersebut.

Gambar 25. Huruf Times New Roman paling sering digunakan dalam penulisan naskah. Sumber : macbasics.files.wordpress.com

Page 80 of 118

Mengapa hal ini dirasa perlu? Sederhana saja, itu menandakan Anda menghargai penerbit dan tahu betul keinginan dari penerbit yang dituju. Coba kita analogikan dalam keseharian! Jika Anda ingin menarik hati seseorang, tentu Anda akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukan hal-hal yang disenanginya, bukan? Anda mustahil menabrak rambu-rambu yang telah ditetapkan. Memang, ini tidak menjadi jaminan kalau naskah Anda akan lolos dengan mudah. Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Di luar aturan teknis yang hendaknya dipatuhi, usahakan juga untuk mengirim naskah dalam kondisi bersih dan rapi. Cetaklah naskah Anda di atas kertas putih, tanpa noda ataupun tip-ex. Karena alat penghapus seperti itu akan membuat naskah menjadi kotor. Lagipula, zaman sudah demikian maju, bukan? Tip-ex masih bisa ditolerir jika Anda menggunakan mesin tik. Selain itu, jilid dengan rapi naskah Anda, tunjukkan kalau Anda peduli pada buah karya ini. jangan mengirimkan naskah dalam keadaan berantakan dan kotor. Editor pasti tidak berminat membaca naskah Anda. Setelah itu, masukkan naskah yang sudah rapi ke dalam amplop. Seorang editor pernah memberi bocoran tentang naskah yang akan menarik perhatiannya pertama kali. Yaitu, naskah-naskah dengan pembungkus yang khusus. Misalnya saja menggunakan kertas kado yang berwarna-warni. Atau kotak khusus yang cantik. Semakin unik dan istimewa bentuknya, semakin penasaran pula sang editor untuk membaca naskah yang berada di dalamnya. Saat ini sudah banyak pula penerbit yang menerima naskah via e-mail. Hal ini tentu saja memudahkan penulis, sehingga tidak perlu menge-print naskah. Ini penghematan yang cukup lumayan, loh! Anda tidak perlu merogoh kocek untuk membeli kertas atau membayar biaya pengiriman lewat jasa titipan kilat. Oh ya, jangan lupakan beberapa kelengkapan yang harus kamu sertakan ketika akan mengirim naskah tersebut. Yaitu : •

Data diri penulis



Kelebihan naskah



Sinopsis Banyak penulis yang “terjebak” membuat sinopsis seperti yang ada di kaver belakang

novel. Jadi, sinopsis tidak menjelaskan tuntas mengenai akhir cerita novel yang ditawarkan. Yang sering terjadi, malah diberi kalimat tanya di bagian akhir. Seperti : “bagaimanakah akhir kisah cinta segi banyak ini?” atau “akankah mereka menemukan akhir yang bahagia dan melegakan?”, dan lain-lain. Page 81 of 118

Tolong, jangan lakukan itu! Anda harus bisa membedakan sinopsis untuk editor dan sinopsis di bagian belakang novel. Untuk editor, Anda harus memberi gambaran yang jelas tentang naskah yang Anda kirimkan ini. Tidak perlu memberi teka-teki yang (kemungkinan besar) akan gagal membuat editor merasa penasaran. Lain halnya dengan sinopsis di sampul belakang atau dikenal juga dengan istilah blurb. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, jangan terlalu panjang saat membuat sinopsis. Maksimal dua halaman sudah cukup untuk menggambarkan jalan cerita novel Anda. Saya pernah ditanya bagaimana caranya membuat kelebihan naskah. Tidak usah berpanjang-panjang dalam mengumbar keistimewaan naskah kita. Cukup tekankan pada poin-poin penting yang menjadi kelebihan sekaligus membedakan naskah kita dengan naskah sejenis di pasaran. Tidak usah malu-malu, percaya diri saja. Kadangkala kita perlu narsis untuk hal-hal seperti ini. Setuju?

C.Menunggu dan Tetap Menulis Apa yang sebaiknya Anda lakukan setelah naskah terkirim dengan sempurna? Mulailah menulis lagi! Itulah sebabnya sangat penting bagi seorang penulis untuk selalu mencatat ide apapun yang ada di dalam benaknya. Sehingga ide tersebut tidak melayang dengan sia-sia. Dulu, saya mengabaikan saran seperti ini. Akibatnya bisa ditebak, kan? Banyak sekali ide keren yang beterbangan dan melayang tanpa ampun. Bukankah itu sangat disayangkan? Ide itu adalah barang mahal yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Ide kadang tidak mengenal tempat, datang menghampiri begitu saja tanpa diduga. Anda harus sigap untuk menangkapnya dan “memenjarakannya” dalam (minimal) sebuah catatan. Jika sudah memungkinkan, silakan olah ide tersebut dengan gemilang sehingga menghasilkan cerita yang menawan. Jadi, sembari menunggu hasil dari naskah yang sudah dikirim itu, teruslah menulis cerita baru. Jangan hanya berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Karena sebuah naskah itu baru akan mendapat kabar setelah melalui serangkaian seleksi oleh penerbit. Rata-rata memakan waktu minimal 3 bulan. Namun memang ada juga yang sudah diberi kabar dalam waktu singkat. Katakanlah sebuah novel baru mendapat kabar setelah 3 bulan. Selama itu pula (seharusnya) Anda sudah mampu menyelesaikan paling tidak sebuah novel, bukan? Jadi, Page 82 of 118

jangan hanya menunggu kabar dari naskah yang sudah Anda kirimkan dengan mengecek email setiap hari. Bersabarlah, karena itu adalah salah satu syarat utama jika ingin menjadi seorang penulis. Banyak penulis-penulis muda yang mengeluhkan lamanya waktu menunggu ini. Baru sebulan saja sudah membuat mereka tidak sabar dan (tidak sedikit) yang bersungut-sungut di jejaring sosial. Padahal, itu tidak perlu dilakukan. Ketimbang menghitung detik demi detik, lebih baik terus menyibukkan diri dengan tulisan baru, bukan? Sehingga Anda terdorong untuk terus produktif.

Gambar 26. Teruslah menulis dan menuangkan ide selama menunggu kabar naskah yang sudah dikirim. Sumber : dmorales809.files.wordpress.com Satu hal yang harus Anda yakini, kerja keras itu akan membuahkan hasil suatu ketika nanti. Dan menikmati sukses yang penuh liku itu jauh lebih nikmat rasanya ketimbang kesuksesan instan. Perjalanan panjang dan penantian itu akan mematangkan Anda sebagai seorang penulis dan juga manusia. Tuhan akan menghadiahi Anda keajaiban tak terhingga jika tidak pernah lelah untuk bekerja keras. Sekali lagi, keajaiban itu bisa kita ciptakan sendiri. Tuhan selalu menyukai orang-orang yang giat berusaha. Sehingga Dia tidak keberatan menghadiahi Anda berlimpah kejutan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Kuncinya : kerja keras dan doa. Percayai itu dan kerjakan dengan sepenuh hati. Anda akan terkejut dengan hasilnya.

D.

Saat yang Tepat untuk Menanyakan Kabar

Naskah Setelah naskah terkirim, kita berhak bertanya pada penerbit tentang kepastian nasib buah imajinasi ini. namun, kita tetap harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk mulai menelepon redaksi dan mencereweti mereka. Jangan sampai baru saja mengirim naskah Page 83 of 118

seminggu yang lalu, Anda sudah mulai menghubungi redaksi. Berilah jeda waktu yang masuk akal. Anda tentu maklum kalau naskah Anda tidak sendiri. Ada puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan naskah yang harus dibaca oleh editor. Semakin besar penerbit, tentu semakin banyak pula jumlah naskah yang antri. Jadi, penulis harus bisa bersabar dan menahan diri. Jangan buru-buru mempertanyakan nasib naskah Anda. Tunggu hingga waktu minimal penilaian yang biasanya dijelaskan oleh penerbit di situsnya. Misal penerbit A meminta waktu paling tidak selama 4 bulan untuk menilai naskah, bersabarlah hingga saat itu tiba. Setelah 4 bulan terlewati, silakan menelepon redaksi untuk mencari tahu. Jika belum ada keputusan, berlapang dadalah! Sebulan kemudian, Anda bisa mengulangi hal tersebut: menanyakan nasib naskah Anda. Jadi, jangan bertanya tiap satu minggu, ya? Bisa-bisa Anda kena semprot redaksi yang merasa terganggu karena Anda terus mencecar mereka dengan pertanyaan yang sama. Sebulan sekali cukup untuk bertanya kabar. Nah, masih berhubungan dengan subbab sebelumnya, di sinilah pentingnya Anda tetap menulis. Banyak sekali manfaatnya. Yang jelas Anda menjadi produktif karena menghasilkan naskah baru dan tidak membuang waktu begitu saja. Selain itu, menjadikan masa menunggu keputusan akan naskah itu berlalu tanpa terasa. Karena Anda disibukkan oleh naskah baru yang menuntut perhatian besar. Sekali lagi saya ingatkan, menunggu kabar tentang naskah itu membutuhkan kesabaran. Karena kita tidak tahu pasti kapan naskah tersayang akan mendapat jawaban atau kepastian. Oh ya, ada banyak penulis yang mempertanyakan pantas tidaknya mengirim naskah yang sama kepada beberapa penerbit sekaligus. Pendapat untuk pertanyaan di atas pun terbelah. Ada yang berpendapat kalau hal itu sangat tidak etis. Mengapa tidak menunggu naskah mendapat keputusan terlebih dahulu? Sehingga tidak menimbulkan kekecewaan salah satu pihak nantinya. Alasan yang masuk akal, bukan? Karena memang pernah salah satu penerbit mengeluhkan hal ini. Ketika mereka menyetujui suatu naskah, ternyata si penulis malah menolak. Alasannya, sudah ada penerbit raksasa yang lebih dulu memberikan lampu hijau. Sebaliknya, ada penulis yang berpendapat kalau mengirimkan sebuah naskah kepada beberapa penerbit sekaligus justru memberi kesempatan yang lebih besar. Hanya saja, penulis harus mengirimkan pemberitahuan penarikan naskah jika sudah ada penerbit yang Page 84 of 118

menyatakan ketertarikannya. Sehingga penerbit lain tidak kecewa dan mengulangi contoh di atas tadi. Saya pribadi lebih menyetujui cara pertama, mengirimkan naskah hanya pada satu penerbit. Ini adalah salah satu upaya untuk menjaga kredibilitas Anda sebagai seorang penulis. Meski tampaknya sepele, hal-hal seperti ini sangat penting, loh! Anda tentu tidak mau ada noktah hitam yang akan membayangi karier Anda di dunia kepenulisan, kan? Itulah sebabnya sejak awal Anda harus bisa menjaga diri dengan hanya melakukan hal-hal yang sesuai etika.

Saya pernah bertemu seorang penulis yang kurang mengindahkan etika. Dia kerap mengumbar kelemahan penulis

Ini adalah cara kita

lain di akun jejaring sosial. Bahkan secara terang-terangan menjelek-jelekkan agensi naskah yang sudah membantunya. Pada akhirnya semua ulahnya itu menjadi bumerang bagi diri sendiri. menghormati diri sendiri. Sebagai manusia, kita harus melakukan hal itu sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan. Sebagai penulis, kehormatan dan nama baik adalah masalah yang sangat krusial demi kelanggengan karier ke depannya. Nama baik tidak melulu berhubungan dengan masalah pengiriman naskah ini. Namun juga pada banyak aspek lain yang mungkin tampaknya tidak bertalian erat.

Saya pernah bertemu seorang penulis yang kurang mengindahkan etika. Dia kerap mengumbar kelemahan penulis lain di akun jejaring sosial. Bahkan secara terang-terangan

Page 85 of 118

menjelek-jelekkan agensi naskah yang sudah membantunya. Pada akhirnya semua ulahnya itu menjadi bumerang bagi diri sendiri. Mengapa bisa demikian? Langkahnya untuk mengikuti sebuah pelatihan gratis dari salah satu penerbit top di ibukota terganjal. Pihak penerbit ternyata selama ini “memperhatikan” polah para penulis. Dan mereka enggan menjalin kerja sama dengan penulis yang rajin “berkicau” di jejaring sosial. Bukankah hal seperti ini adalah sesuatu yang sangat disayangkan?

Gambar 27. Junjung tinggi etika dan sopan santun meski itu di jejaring sosial. Jangan sampai langkah Anda terganjal karenanya. Sumber : img.humorsharing.com Kembali ke topik semula, menanyakan kabar naskah adalah hak Anda. Namun lakukan dengan sopan dan hati-hati. Pastikan ada selang waktu yang cukup (paling tidak selama sebulan) sebelum Anda mengajukan pertanyaan serupa. Jangan selalu ingin mengetahui segalanya dengan cepat. Anda harus bersabar karena sedang berada di dalam antrean yang –sangat mungkin- panjang sekali.

E. Ditolak atau Diterima? Apa yang Anda lakukan ketika tiba-tiba mendapat sebuah telepon dari penerbit yang menyatakan kalau naskah Anda siap diterbitkan? Pasti rasa senangnya tidak terkira, bukan? Saya pun mengalami hal yang sama, bahkan sampai kehilangan kata-kata. Kegembiraan itu sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Semua perjuangan saat menuliskan naskah pun terbayar lunas. Sampai detik ini pun saya masih sering bertingkah norak tiap kali melihat buku-buku saya terpajang dengan manisnya di toko buku. Ada kepuasan yang tidak terkatakan untuk menggambarkan seluruh perasaan yang berkecamuk. Berbagai perasaan pun bergumul jadi

Page 86 of 118

satu. Mulai dari rasa takjub, tak percaya, kegembiraan yang melimpah ruah, bahkan perasaan sedang bermimpi. Saat naskah Anda siap diterbitkan, umumnya penerbit menghubungi langsung lewat telepon. Namun ada juga penerbit yang memilih berkirim kabar via e-mail atau inbox di akun jejaring sosial. Apa pun pilihannya, kabar mengenai penerimaan naskah lebih dari sekadar kabar gembira belaka. Ini juga menjadi semacam pengakuan yang menentramkan hati penulisnya, bahwa karyanya mendapat apresiasi dari dunia luar. Dan bahwa kemampuan menulisnya cukup memadai. Namun, tidak selamanya naskah Anda akan berbuah manis. Ada saatnya naskah yang kita anggap sudah cukup sempurna itu tidak bisa juga memenangkan hati editor. Sehingga akhirnya kita pun hanya menerima berita penolakan yang mematahkan hati. Lalu, bagaimana kita harus menyikapinya? Apakah Anda marah? Itu adalah sesuatu yang sangat wajar. Kemarahan Anda tidak bisa dihadang, entah itu marah kepada editor atau diri Anda sendiri. Begitu juga setumpuk rasa kecewa yang bergelayut di setiap sudut hati Anda. Itu semua adalah reaksi yang teramat sangat manusiawi. Manusia adalah makhluk yang lemah jika sudah melibatkan hati dan perasaan terdalamnya. Namun semua perasaan negatif itu tidak perlu dipupuk berlama-lama. Cukup sebentar saja. Ketika mereka memenuhi hati Anda, biarkan saja dengan ikhlas. Biarkan diri Anda “menikmati” rasa sakit dan menyesap dalam-dalam makna kepahitan dari sebuah kegagalan. Lalu buang semuanya ke dalam tong sampah dan mulailah melangkahkan kaki yang baru untuk mengawalinya. Saya selalu percaya bahwa tiap naskah itu ada jodohnya masing-masing. Jadi, bukan perkara mudah untuk mewujudkannya. Kadangkala penulis dapat merasakannya dengan cara yang tidak masuk akal. Dulu, saya selalu nyaris histeris tiap kali teringat semua jerih payah dan naskah jagoan saya malah ditolak. Sungguh, itu masa-masa yang sangat berat karena ada harga diri yang runtuh hingga bertiarap. Kecewa luar biasa hingga memakan waktu berminggu-minggu untuk kembali kepada perasaan yang “normal”. Intinya, hidup menjadi kacau balau karena penolakan naskah. Sekarang? Sedih dan kecewa masih tetap ada. Namun saya berusaha meminimalkannya sehingga tidak lagi mempengaruhi kehidupan pribadi saya. Saya biasanya terpaku beberapa saat Page 87 of 118

sebelum mulai mengambil keputusan. Di depan ada pilihan yang cukup beragam. Saya biasanya akan mengirim naskah yang ditolak itu kepada penerbit lain. Jika memang memungkinkan, saya akan melakukan revisi.

Gambar 28. Novel A Time To Kill ditolak berkali-kali. Ketika difilmkan, film ini meraih pendapatan lebih dari 150 juta dolar. Sumber : images.sodahead.com Jadi, ketika naskah Anda mendapat penolakan, itu bukanlah akhir dari segalanya. Naskah Anda hanya belum menemukan takdirnya saja. The Princess Diaries-nya Meg Cabot ditolak oleh lebih dari 15 penerbit! Begitu juga A Time to Kill milik John Grisham. Siapa sangka akhirnya kedua judul di atas malah diangkat ke layar lebar dan menjadi film-film berpenghasilan besar. Anne Hathaway dan Matthew McConaughey berhutang popularitas pada film di atas. Ketika ada satu pintu penerbit yang tertutup, masih ada pintu lain yang terbuka. Tugas Andalah untuk menemukan pintu yang tepat, sehingga bisa mengantar naskah tercinta menjadi novel yang akan dibaca oleh dunia. Jangan pernah menyerah, apalagi putus asa. Ketika naskah belum menemukan jodohnya, itu hanya masalah waktu saja.

Page 88 of 118

Bab Enam Ketika Novel (Akhirnya) Diterbitkan

Page 89 of 118

Setiap penulis pasti bermimpi suatu saat novelnya akan diterbitkan oleh penerbit nasional. Kemudian novel tersebut bisa ditemukan di setiap toko buku yang tersebar di setiap pelosok nusantara. Namun mewujudkan mimpi itu lain perkara. Bukan berarti mustahil, akan tetapi jalannya berbeda-beda untuk tiap penulis. Ada yang dengan gampangnya meloloskan novel perdananya dan menjadi best-seller sehingga harus dicetak ulang berkali-kali. Ada pula yang mesti berulang kali mencoba baru menemukan pintu sukses. Begitulah yang namanya dinamika hidup. Jika orang lain dengan mudah menerbitkan karyanya, tidak usah merasa cemas atau iri. Justru hal seperti itu harus dijadikan pemicu supaya menambah energi Anda agar tidak kehabisan gairah menulis. Percaya saja, jalan tiap orang tidak pernah sama. Andai jalan Anda tergolong penuh onak dan rintangan, pastikan semuanya tidak sia-sia belaka. Jadikan proses panjang ini sebagai bagian dari pendewasaan diri dan buah karya Anda. Penolakan tidak akan membuat Anda berhenti menulis, kan? Karena banyak penulis hebat di luar sana yang hari ini bisa kita baca karyanya karena kegigihan mereka. Andai mereka berputus asa di percobaan pertama atau kedua, pastilah kita tidak akan pernah mengenal J.K. Rowling, John Grisham, atau Stephen King. Apabila akhirnya novel Anda akan diterbitkan, bagaimana menyikapinya? Orang menumpahkan kegembiraannya dengan cara yang berbeda-beda. Semuanya sah-sah saja. Karena berita luar biasa itu tidak datang setiap hari, bukan? Namun bukan berarti persetujuan naskah yang akan dicetak oleh suatu penerbit menjadi akhir dari segalanya. Artinya, Anda masih terlibat, kok. Ada beberapa hal yang akan Anda hadapi, terima, dan (sebaiknya) dilakukan meski tidak ada kewajiban. Yuk, kita intip beberapa di antaranya.

A.Jangan LupaPromosi Meski dapat dikatakan tidak wajib, banyak penulis yang memilih untuk melakukan promosi untuk buah karyanya. Ini adalah langkah yang memang sudah seharusnya diambil. Karena pada akhirnya promosi berdampak besar pada angka penjualan novel. Meski tidak selalu terjadi demikian. Karena pada kenyataannya ada novel yang laris meski tanpa promosi jor-joran. Demikian sebaliknya. Page 90 of 118

Maraknya

akun

jejaring

sosial

dimanfaatkan

oleh

banyak

penulis

untuk

mempromosikan karya-karyanya. Ada yang menggelar lomba membuat resensi novel atau membuat sinopsis. Ada yang gencar memuat cuplikan dialog atau narasi di wall-nya yang -tentu saja- berasal dari novel terbaru. Tidak sedikit pula pengarang yang memiliki situs pribadi yang secara khusus mempromosikan karya-karyanya. Atau mengadakan acara temu pengarang. Pokoknya bermacam-macam. Saya sendiri melakukan hal-hal yang standar. Seperti tidak berhenti meng-update status yang berkaitan dengan novel terbaru. Meng-upload gambar cover berikut petikan narasi yang dirasa oke. Berpromosi di radio dan memasang iklan di sana. Seperti itulah kirakira. Mungkin hal terbesar yang saya lakukan seputar promo adalah memasang stiker ukuran jumbo di kaca belakang mobil. Untuk kepentingan ini, memang membutuhkan bantuan tenaga profesional yaitu pembuat stiker yang bagus. Karena kalau kualitas stikernya tidak mumpuni, sangat disayangkan. Khusus untuk yang terakhir ini, saya memang harus merogoh kocek untuk menutup biayanya.

Gambar 29. Inilah stiker besar bergambar kaver novel yang ditempelkan di kaca belakang mobil. Sumber : dok. pri Namun rasanya setimpal dengan kepuasan yang didapat. Mobil melaju ke sana-kemari dengan tampilan stiker mencolok di belakangnya. Dan (menurut saya) hal ini adalah salah satu bentuk promosi yang menarik. Apa pun bentuknya, promosi memang sebaiknya dilakukan oleh penulis. Karena pada akhirnya akan memberi imbas kepada diri Anda sendiri. Lakukan cara-cara promosi yang paling memungkinkan dan juga nyaman. Karena ada penulis yang enggan untuk tampil di depan umum, misalnya. Sehingga acara bertema jumpa pengarang atau on air di radio agak kurang mengasyikkan baginya.

B.Pertahankan Eksistensi Page 91 of 118

Secara umum, tiap penulis bermimpi memiliki karier yang panjang dan gemilang. Sebenarnya hal ini tidak hanya berlaku di dunia tulis-menulis saja, melainkan di segala lapangan

pekerjaan,

terutama

yang

menjanjikan.

Nah,

bagaimana

cara

penulis

mempertahankan eksistensinya? Jawabannya sederhana saja, kok! Tetaplah menulis selagi masih sanggup. Itulah yang harus Anda lakukan dalam hidup ini jika memang berkeinginan menjadi seorang penulis. Jangan pernah berhenti menulis apa pun alasannya. Jika Anda terus menulis, otomatis produktivitas akan tetap terjaga. Dan pada akhirnya akan membuat eksistensi Anda bisa dipertahankan. Katakanlah Anda bisa menyelesaikan satu buah novel dalam jangka waktu satu atau dua bulan. Dalam setahun, Anda seharusnya mampu menghasilkan enam buah novel, bukan? Dan jika Anda mengirimkan karya-karya tersebut ke berbagai penerbit, peluang untuk terbit akan semakin besar. Sehingga akhirnya buah karya Anda pun bisa terbit secara teratur. Dan itu sangat menyenangkan, loh! Oh ya, izinkan saya membahas hal lain yang mungkin tidak berhubungan dekat dengan masalah eksistensi ini. Begini, setelah novel-novel Anda dipasarkan secara meluas, Anda akan mulai dibanjiri email atau permintaan pertemanan. Anda juga akan mendapat pertanyaan yang beraneka. Mulai dari yang lucu hingga pertanyaan menjengkelkan. Mulai dari pertanyaan yang tidak penting sampai hal-hal pribadi yang membuat Anda ingin menjerit kesal. Semua itu adalah konsekuensi dari profesi yang Anda pilih. Meski bukan selebriti yang wira-wiri di depan televisi atau kolom gosip, profesi pengarang tetap dianggap memikat dan seksi. Sekadar berbagi saran, perlakukan penggemar Anda dengan baik. Jawab pertanyaan mereka dengan sopan. Tidak perlu marah atau memaki ketika harus berhadapan dengan pertanyaan yang tidak menyenangkan. Kecuali memang sudah sangat keterlaluan, abaikan saja. Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang telah menyempatkan diri membaca tulisan Anda. Ini memang “kerepotan” yang harus dihadapi. Seorang penulis top pernah “mengeluhkan” hal tersebut. Bagaimana dia tidak henti dihujani beragam pertanyaan dari para pembaca. Dan banyak di antaranya yang tidak berhubungan sama sekali dengan dunia kepenulisan. Saya juga yakin, akan ada saatnya Anda merasakan gelombang rasa haru ketika membaca pesan dari pembaca. Karena tulisan yang kita buat banyak memberi dampak buat Page 92 of 118

para pembaca di luar sana. Ada yang terpukau hingga menyatakan kekagumannya. Atau bagaimana tulisan Anda telah membuatnya ingin menjadi orang yang lebih baik, misalnya. Banyak penulis yang mengalami momen magis saat membaca curahan hati para pembacanya. Sungguh luar biasa rasanya tatkala tahu bahwa buah pena Anda telah mempengaruhi perasaan seseorang. Kembali ke masalah eksistensi, usahakan untuk terus menulis. Jangan berhenti ketika karya yang dipublikasikan baru lima buah. Jadikan penulis sebagai pekerjaan yang mengikat Anda pada saat-saat tertentu. Anda kan tidak harus duduk di depan laptop selama berjamjam. Anda bisa menyambinya dengan tetap bekerja kantoran atau malah mengurus rumah dan anak-anak. Jadi, tidak ada alasan untuk mengajukan seribu dalih demi membenarkan tindakan Anda yang malas menulis. Ada banyak penulis yang cuma berkonsentrasi di depan laptop sekitar satu atau dua jam. Intinya, Anda harus cerdas dalam mengatur waktu sehingga tidak ada yang terabaikan.

C.Royalti Secara umum, penerbit menawarkan besar royalti sejumlah 10%. Namun beda penerbit bisa saja terjadi perbedaan angka ini. Masing-masing disesuaikan dengan kebijakan penerbit. Jumlah itu nantinya harus dipotong pajak dengan besaran yang berbeda. Jika Anda memiliki NPWP, potongan pajak sejumlah 15% dari total royalti yang Anda terima. Jika tidak punya NPWP? Hmmm, jumlahnya mencapai dua kali lipat. Lumayan besar, kan? Royalti biasanya dibayarkan setiap satu semester atau per tahun. Kembali lagi, beda penerbit beda kebijakan. Sekadar contoh: untuk satu semester novel yang terjual adalah 1.000 eksemplar. Harga jual novel sebesar Rp40.000,00. Jika penulis mendapat royalti sebesar 10%, maka royalti yang diterimanya adalah : 1.000 x Rp.40.000 x 10% = Rp4.000.000,00 Jumlah di atas masih harus dipotong pajak lagi. Jika Anda memiliki NPWP maka royalti yang diterima adalah : Royalti

Rp4.000.000,00

PPh pasal 23 : Rp4.000.000,00 x 15%

Rp 600.000,00

Royalti bersih

Rp3.400.000,00 Page 93 of 118

Apabila Anda tidak memiliki NPWP, pajak yang dikenakan sebesar 30%. Jadi, tinggal menggandakan besar PPh di atas.

Gambar 30. Seorang penulis sebaiknya memiliki NPWP untuk menghindari pemotongan pajak yang terlalu besar. Sumber : dok. pri Penerbit juga punya standar berbeda ketika mencetak novel. Ada yang mencetak 3.000 eksemplar, 5.000 eksemplar, atau 8.000 eksemplar. Semakin tenar seorang penulis tentu semakin besar pula angkanya. Tentu dengan mempertimbangkan pembaca setia dan nama besar sang pengarang. Ada penerbit yang memberikan uang muka kepada penulis, ada pula yang tidak. Untuk penerbit-penerbit top, mereka sudah melakukan kebijakan ini. Buat saya peribadi, ini menjadi semacam bentuk penghargaan untuk penulis. Perhitungan besar uang muka berbeda-beda. Ada yang menetapkan jumlah tertentu, misalnya sebesar Rp1.500.000,00. Ada pula yang memberikan dimuka 25% dari royalti dengan perhitungan seperti di atas. Sebenarnya tidak semua novel itu memberikan sistem royalti kepada penulisnya. Karena adakalanya penulis dan penerbit mencapai kesepakatan tersendiri dan memilih untuk melakukan jual putus. Anda tentu sudah tahu perbedaan keduanya. Namun ada baiknya saya berikan sedikit bayangan tentang hal ini. Jika Anda memilih sistem royalti, maka ada periode tertentu yang harus dilewati sebelum royalti dibayar. Entah itu setiap tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun sekali. Jika naskah Anda laris manis dan dicetak ulang, maka pendapatan bisa membengkak. Karena semakin banyak buku yang laku terjual, semakin besar pula royalti yang Anda terima. Selain itu, penulis novel laris berkesempatan mendapat tambahan royalti, loh! Wah, menggiurkan, ya? Page 94 of 118

Namun, hal yang sebaliknya akan terjadi jika novel Anda kurang laku di pasaran. Pendapatan minim sebanding jumlah buku yang terjual dan harus menunggu hingga masa pembayaran royalti tiba. Lalu bagaimana jika Anda memilih jual putus? Penulis hanya menerima pembayaran satu kali saja, ketika sudah tercapai kesepakatan. Jadi, tidak perlu menunggu periode tertentu untuk mendapat transferan dari penerbit. Apakah novel Anda hanya laku 25 eksemplar atau cetak ulang berkali-kali, tidak ada pengaruhnya lagi. Jumlah uang yang Anda terima tidak berubah sama sekali. Banyak yang bertanya-tanya, lebih enak memilih sistem yang mana? Royalti atau jual putus? Nah, kalau masalah pilihan kembali lagi kepada pribadinya masing-masing. Karena apa pun pilihan Anda, ada risiko yang harus ditanggung. Selalu ada keuntungan dan kerugian yang menyertainya. Keuntungan sistem A justru menjadi kerugian di sistem B. Begitu pula sebaliknya. Pilihan ada di tangan Anda. Mana yang kira-kira paling membuat nyaman? Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan Anda kelak. Apa pun itu, semoga yang terbaik untuk Anda. Oh ya, untuk naskah dengan sistem royalti biasanya mendapat bukti terbit sebanyak 10 eksemplar. Ketika novel dicetak ulang, biasanya mendapat bukti cetak lagi meski tidak sebanyak yang pertama. Sementara jika Anda memilih sistem jual putus, tidak selalu mendapat bukti terbit. Masalah ini kembali terpulang pada kebijakan yang ditetapkan oleh penerbit.

Page 95 of 118

Bab Tujuh Yang Tidak Boleh Dilupakan Saat Menulis Fiksi

Page 96 of 118

Dunia fiksi adalah dunia khayal, tempat para penulisnya mengembangkan imajinasi dengan bebas dan indah. Fiksi memungkinkan Anda menulis tentang tokoh rekaan yang selama ini hanya terperangkap di dalam benak belaka. Tidak ada yang melarang apa pun yang ingin Anda lakukan pada tokoh-tokoh yang bermain di dalam cerita rekaan itu. Anda punya kebebasan penuh. Menulis fiksi berarti menjelajah ke dunia tanpa batas. Akan tetapi, untuk menjadi menonjol berarti Anda tidak boleh melakukan hal dalam keseragaman. Analoginya begini, apakah mudah bagi Anda menemukan seseorang yang dikenal baik jika berada dalam lautan manusia berpakaian sama? Tentu saja tidak, bukan? Butuh usaha ekstra keras untuk menemukan orang tersebut. Lain halnya jika orang yang Anda cari memakai pakaian yang berbeda warna atau corak dibanding lautan kemeja putih. Jauh lebih mudah bagi Anda untuk menemukannya.

Gambar 31. Jika ingin “menonjol”, seseorang harus berani maju dengan penampilan berbeda. Sumber : 3.bp.blogspot.com Tak hanya tampil beda, Anda juga tidak boleh terlalu larut dalam dunia khayal dan mengabaikan fakta-fakta di sekitar. Jadi, kebebasan yang dipunyai seorang penulis pun harus tetap patuh pada aturan-aturan tertentu. Tak hanya itu, penulis pun kerap berhadapan dengan kebuntuan saat menulis atau gairah yang naik dan turun tanpa terkendali. Bab ini khusus ditulis untuk mengingatkan Anda apa saja hal-hal yang tidak boleh diabaikan dan harus dihadapi oleh seorang perangkai kata.

Page 97 of 118

A.Hidup Kadang Lebih Aneh dari Sinetron Sinetron adalah tontonan yang ratingnya paling tinggi beberapa tahun belakangan ini. Jika kebetulan Anda seorang penikmat sinetron dari masa ke masa, cobalah bandingkan sinetron zaman sekarang dengan hasil produksi tahun 1990-an. Sekadar menyebut judul : Bella Vista, Abad 21, Karmila, atau Badai Pasti Berlalu. Kisah yang diangkat mungkin tidak berbeda jauh. Akan tetapi bagaimana cerita itu dieksekusi, sungguh berbeda. Sinetron masa kini kerap kedodoran di bagian pertengahan. Mungkin karena industri mengharuskan sistem kejar tayang. Cerita tentang anak yang tertukar atau rebutan kekasih hingga membuat hati manusia menghitam oleh dendam adalah kisah yang banyak kita saksikan. Sinetron yang satu dengan yang lain memiliki banyak kemiripan, bukan? Faktor cerita yang dituding berlebihan kerap menjadi alasan munculnya protes dari masyarakat. Masalahnya, sinetron tetap saja diminati dan terus diproduksi. Kita mungkin kadang kerap menertawakan kisah-kisah di sinetron. Namun terkadang hidup ini justru jauh lebih aneh dari sinetron. Coba saja Anda amati berita-berita di televisi. Pasti akan terkejut dengan beragam polah manusia, kan? Jadi, apa poinnya di sini? Silakan Anda membuat cerita yang penuh kejutan dan liukan yang mengejutkan pembaca. Silakan menciptakan kisah yang lebih aneh dari sinetron sekalipun. Namun Anda harus berpegang pada satu hal : semua cerita harus memiliki sebab atau pemicu yang masuk akal. Sehingga pembaca tidak merasakan kejanggalan atau keanehan sama sekali. Jadi, latar belakang atau alasan itu sangat penting. Jangan sampai pembaca tidak bisa mencernanya dengan baik dan malah tiba pada satu kesimpulan: terlalu mengada-ada. Kadang hal ini yang luput dari perhatian penulis. Terlalu asyik berimajinasi, cerita menjadi melenceng dan tidak masuk akal. Penulis harus tetap menjaga agar alur tetap dalam lingkaran logika. Penulis memang harus kreatif, itu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Namun tidak boleh melenceng dari akal sehat. Jangan sampai ada satu bagian pun yang asing dan berbeda. Apabila diibaratkan sebagai kepingan-kepingan puzzle, maka tiap keping harus memiliki kecocokan yang absolut. Sehingga pada akhirnya akan mampu membentuk gambar yang tepat. Jadi, berpeganglah selalu pada hukum sebab dan akibat. Sehingga apa yang Anda tulis terjaga kelogisannya. Jika Anda menulis tentang anak kelas V SD yang sudah piawai Page 98 of 118

mengebut dengan sepeda motornya, orang tidak akan bertanya-tanya. Karena pada dasarnya memang kita banyak menyaksikan hal seperti itu. Menyaksikan remaja tanggung mengendarai motor bukanlah hal aneh. Akan tetapi, tatkala Anda menulis seorang buta huruf mampu mengoperasikan laptop dan berinternet dengan lancar, nanti dulu! Karena itu bukanlah hal yang bisa diterima oleh logika, bukan? Bagaimana mungkin orang yang tidak mengenal aksara bisa berselancar di dunia maya? Kalaupun terjadi sesuatu yang sangat drastis atau dramatis, jangan lupakan proses. Karena semuanya melalui tahapan demi tahapan yang terus berkembang. Tidak ada yang tiba-tiba. Misalnya saja penyakit kanker yang diderita seseorang. Tidak ada sejarahnya kanker itu tiba-tiba timbul begitu saja tanpa alasan dan langsung mengancam nyawa penderitanya. Pasti ada tahapan awal yang menjadi asal mula kanker itu tumbuh hingga kemudian berkembang tanpa henti. Begitu juga cerita. Tanamkan hal itu dalam benak kita, sehingga mampu menghasilkan kisah yang logis. Unik atau aneh tidak masalah, kok! Tetap halal selama mampu diterima oleh akal sehat.

B.Keunikan adalah Amunisi Terbaik Jika membaca novel teenlit yang banyak beredar atau cerpen-cerpen remaja, hal apa yang sering menjadi kesamaan? Tokoh utamanya. Kebanyakan tokoh utama cowok digambarkan dengan detail yang nyaris seragam : jago basket, ketua OSIS, pintar, kalau tidak playboy malah dingin sama cewek. Sementara tokoh utama ceweknya tidak jauh-jauh dari sosok pemandu sorak yang glamor atau malah cewek kutu buku yang saling berebut perhatian sang idola. Hallooooo... apa tidak ada karakter lain yang cocok menjadi tokoh sentral? Seingat saya, ketika SMA dulu cowok idola di sekolah saya ada beragam. Ada cowok pecinta alam yang rada bengal tapi sangat keren. Ada kakak kelas yang meski suka menari tapi tidak gemulai, atau cowok jerawatan yang disukai gadis-gadis karena belasan tahun silam sudah bawa mobil mewah ke sekolah. Artinya, saya menemukan banyak sekali karakter unik yang menjadi idola tanpa harus menjadi jago basket, jago matematika, atau ketua OSIS. Seingat saya lagi, para ketua OSIS di sekolah saya memang berwibawa tapi tidak cukup menawan untuk digilai gadis-gadis. Langganan juara umum malah punya berat badan yang sangat Page 99 of 118

berlebih. Si jago basket justru selalu dijauhi makhluk hidup karena jarang mandi dan menebarkan horornya bau keringat. Jadi, perhatikan karakter-karakter di sekitar Anda. Ingat-ingat lagi masa lalu di belakang. Pasti akan menemukan tokoh-tokoh menarik yang akan sangat keren jika dituangkan ke dalam cerita. Ketika memilihkan pasangan pun, carikan yang paling mungkin sesuai dengan mereka. Andai si Tampan akhirnya berpasangan dengan si Biasa Saja, harus ada alasan yang masuk akal sebagai sandaran. Sekadar intermeso, cowok tampan biasanya akan mencari cewek yang cantik untuk menjadi pasangannya. Sangat kecil kemungkinan dia akan jatuh hati setengah mati pada cewek kaku dan canggung yang biasa-biasa saja. Tapi, bukan berarti tidak mungkin loh, ya! Jika Anda ingin memasangkan mereka, harus ada alasan yang kuat sehingga pembaca tidak merasa keberatan. Kisah Cinderella memang membuat para cewek ketagihan, bermimpi menggantikan kedudukan sang putri. Tapi, apa semua kisah fiksi harus seperti itu? Penulis bisa menciptakan kisah yang lebih indah lagi. Itulah sebabnya Anda harus berbeda. Jangan sampai terbawa arus dan menyajikan kisah yang senada. Cinta boleh-boleh saja diangkat menjadi tema. Saya pun tidak kuasa menulis di luar tema cinta (kecuali untuk buku anak). Namun sedapat mungkin jangan sampai terjebak pada kisah-kisah klise. Tampil dengan ciri sendiri dan berbeda dari karya kebanyakan, akan membuat Anda istimewa. Dan keunikan biasanya menarik bagi orangorang sekitar. Intinya, dalam tiap naskah kita ada keunikan yang membuatnya berbeda dengan novel sejenis. Mulai dari nama tokoh, seting, jalan cerita, sudut pandang, atau diksi. Unik bukan berarti aneh, loh!

Gambar 32. Sidney Sheldon adalah contoh penulis yang memiliki keunikan. Tulisannya tidak membosankan dan “bertegangan tinggi”. Sumber : images.usatoday.com Page 100 of 118

Di antara banyak penulis yang saya suka, Sidney Sheldon menempati tempat yang istimewa. Buah karyanya sangat luar biasa karena jalan cerita yang bergerak cepat dengan alur yang naik turun tanpa henti. Setiap kali membaca novel-novelnya (meskipun untuk kesekian kali), saya selalu terlena dan enggan untuk berhenti meski hanya sebentar. Mr. Sheldon mengajarkan bagaimana membuat cerita yang tidak gampang ditebak dan membuat pembaca selalu “terjaga” karena di sana-sini selalu ada letupan kejutan yang sangat mencengangkan. Jika ingin mendapat referensi menulis yang sangat detail, Anda bisa mencoba membaca “Comanche Moon”. Novel ini karya Catherine Anderson yang menunjukkan betapa sang penulis melakukan riset yang sangat mendalam untuk menghasilkan novel ini. alurnya memang cenderung lambat dan bagi sebagian orang mungkin akan membosankan. Namun Catherine Anderson mampu meramu cerita yang mengharukan dengan indah dan sangat hidup. Nah, detail yang luar biasa inilah yang (menurut saya) menjadi kekuatan terbesar novel ini. Kita sedang menapak langkah untuk menjadi penulis yang hebat. Dan memang itu tidak mudah. Namun akan lebih baik jika sejak awal kita berusaha untuk menulis dengan memiliki ciri khas atau keunikan tertentu. Cinta memang tidak pernah habis dibicarakan. Entah ada berapa miliar versi cinta yang beredar di dunia ini. kita jangan sampai hanya menjadi pengekor belaka. Menyuguhkan kisah cinta klise yang sudah ditulis oleh ratusan pendahulu kita. Akan tetapi, sajikanlah kisah cinta dengan gaya yang berbeda. Begitu juga dengan cerita lainnya. Contoh lain nih, buku-buku untuk konsumsi anak-anak. Anda pasti setuju kalau banyak sekali buku bertema peri yang beredar. Jika Anda tertarik terjun di dunia ini, apakah akan menulis buku tentang peri juga? Mengapa tidak mencoba yang lain? Misalnya membuat kumpulan dongeng sains? Salah satu cara untuk mendapat perhatian dari pembaca adalah menyajikan tulisan yang berbeda. Karena hal itu akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi Anda, sekaligus menjadi bagian dari identitas yang membedakan Anda dengan orang lain.

C.Referensi Tak Harus dari Bacaan Saya sudah menyinggung sebelumnya bahwa kita bisa mencari ide atau referensi dari mana saja. Tidak melulu dari buku atau bacaan. Film, misalnya. Saya pribadi lebih Page 101 of 118

menikmati menonton film karena ada adegan demi adegan yang memperkaya imajinasi sebagai penulis. Meskipun bacaan tidak bisa dilepaskan dari diri saya. Namun menonton film terasa sangat memperkaya saya. Dan itu akan berpengaruh tatkala saya mulai menulis, menuangkan adegan demi adegan di dalam kepala hingga menjadi tulisan yang sesuai dengan keinginan. Mungkin banyak yang merasa aneh jika saya katakan bahwa saya nyaris tidak pernah membaca buku yang filmnya saya tonton. Atau sebaliknya, tidak menonton film yang bukunya sudah saya baca. Sekarang kan banyak sekali film-film yang diangkat dari novelnovel terkenal. Saya cenderung memilih salah satunya. Jika belum membaca bukunya, saya akan menonton filmnya. Namun jika sudah, maka tidak perlu datang dan antre ke bioskop. Mengapa? Tentu saya punya alasan sendiri. Saya pernah menonton film laris yang diangkat dari sebuah kisah nyata. Menurut pemikiran saya yang sederhana, filmnya harusnya patuh pada bukunya. Karena berdasarkan kisah nyata, kan? Ternyata oh ternyata, banyak sekali adegan yang harus memenuhi standar “hiburan” dan dramatisasi. Sehingga salah satu tokoh yang dalam kehidupan nyata masih segar bugar, malah dijadikan meninggal dunia. Buat saya pribadi, ini menghancurkan imajinasi yang sudah terbangun tatkala membaca bukunya. Dan memang kita sering mendengar kalau banyak orang yang merasa kecewa tatkala menyaksikan novel favoritnya diangkat ke layar lebar. Ada adegan yang tidak digarap dengan detail atau sengaja dilewatkan. Ada juga yang justru mendapat porsi lebih besar. Begitulah. Wah, maaf kalau agak melantur, ya? Film selalu menarik untuk disaksikan. Karena mata dan telinga penonton berkoordinasi untuk menikmati gerak dan suara. Dari film Anda bisa dapatkan referensi yang luar biasa banyak. Apakah Anda penyuka film-film berbau psikologi? Jika ya, ada banyak film bagus yang bisa ditonton demi mendapatkan referensi bagus. Film kelas Oscar-nya Russel Crowe, A Beautiful Mind. Atau Secret Window-nya Johnny Depp. Atau film Fight Club yang dibintangi Edward Norton dan Brad Pitt. Judul-judul film di atas adalah beberapa di antaranya. Masih ada banyak film-film sejenis. A Beautiful Mind memberikan Oscar untuk Russel Crowe. Film yang diangkat dari kisah nyata ini mengisahkan tentang perjalanan hidup John Nash, seorang matematikawan penerima hadiah Nobel. Apa yang membuat film ini sangat istimewa? Karena ternyata Nash menderita skizofrenia. Para pemerannya berakting dengan cemerlang, menjadikan film ini Page 102 of 118

sangat menawan. Wajar saja jika kemudian Russel Crowe menuai pujian berlimpah sekaligus beragam penghargaan.

Gambar 33. Pecinta film romantis bisa menjadikan “The Lake House” yang mempertemukan lagi Keanu Reeves dan Sandra Bullock, sebagai referensi. Sumber : www.itusozluk.com Bagaimana dengan pecinta dan penulis novel roman? Wah, ada banyaaak sekali stok film-film jenis ini. P.S. I Love You, The Lake House, Amelie, If Only, The Notebook, atau Notting Hill. Dari film-film tadi kita bisa mendapatkan referensi nan melimpah dan sayang untuk dilewatkan. Mau kisah cinta yang mengharu biru dengan ending bikin mata bengkak, atau komedi romantis yang menggetarkan hati. Pokoknya, komplit. Ini bisa menjadi harta karun, loh! Jadi, tontonan menawan pun bisa dijadikan sumber ide yang tiada habisnya. Bagaimana cinta bisa berpengaruh demikian besar bagi seorang manusia, bukankah itu menakjubkan? Ide-ide dari film yang kita tonton bisa diolah sehingga menghasilkan novel yang tak kalah menawan. Jika membaca adalah wajib hukumnya, maka menonton film pun tak kalah penting. Di luar itu Anda juga bisa mendapat referensi dari sekeliling. Tajamkanlah indera agar bisa selalu menangkap apa yang terjadi di sekitar.

D.

Membangun Cerita yang Proporsional

Saat menulis, ingatlah selalu untuk membentuk cerita yang proporsional. Jangan terpancing untuk berlebihan dalam banyak hal karena hanya akan membuat pembaca menjadi jatuh bosan. Penulis berkewajiban mengembangkan cerita yang jelas dan seimbang. Sekali lagi, kedepankan logika dan akal sehat. Ketika merasa kisah yang Anda tulis sudah melampaui kepatutan, remlah diri Anda! Jangan sampai kebablasan hingga merusak naskah. Ramulah Page 103 of 118

naskah dengan seksama hingga menemukan komposisi yang tepat. Dan jangan jadikan “kebetulan” sebagai nama tengah naskah Anda! Jika hanya sekali atau dua kali, hal itu boleh disebut dengan kebetulan. Bila kadarnya sudah terlalu tinggi? Itu namanya tidak kreatif, kekurangan ide, serta tidak punya imajinasi. Ayolah, kebetulan cuma ada di kisah-kisah sinetron. Cobalah tanya pada diri sendiri, sudah berapa kali Anda mengalami kebetulan? Apakah terlalu sering? Tentu saja tidak, kan? Kebetulan adalah sesuatu yang langka. Banyak penulis yang berpanjang-panjang di suatu bagian dan bergerak kilat di bagian lainnya. Penulis harus memperhatikan betul komposisi dari pembuka, konflik, klimaks, serta ending. Kita haus bisa meramunya sehingga berada dalam komposisi yang pas dan tidak berlebihan. Untuk masalah ini, ada kesulitan tersendiri. Kenapa? Karena jam terbang seseorang cukup berperan di sini. Dengan banyak berlatih menulis maka kemampuan penulis untuk mengemas sebuah cerita akan kian terasah. Jadi untuk persoalan ini tidak bisa hanya mengikuti teori yang dibagikan oleh penulis-penulis senior. Insting Anda sebagai penulis akan bekerja seiring banyaknya latihan. Yang pasti, jangan berpanjang-panjang hingga cerita membosankan dan bertele-tele. Atau terlalu pendek hingga banyak sekali pertanyaan yang tidak terjawab dengan tuntas.Sangat penting bagi penulis untuk membaca karya-karya penulis hebat lainnya. Sehingga bisa langsung mengetahui contoh

bagaimana naskah yang

proporsional itu. Perbanyak latihan dan membaca adalah syarat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Keduanya merupakan keharusan yang mesti dilakukan oleh penulis. Sehingga kemampuan untuk mengolah cerita yang proporsional pun kian terasah.

E. Writers’s Block? Ah, Itu Sih Cemen! Seorang penulis pasti pernah mengalami writer’s block. Mendapat kebuntuan di tengah naskah yang masih jauh dari kata selesai. Masalah ini sangat merepotkan dan kadang membuat putus asa. Rasanya sulit sekali meneruskan naskah yang sudah setengah jalan ini. di mana-mana terasa mentok. Tidak mampu lagi berpanjang kata untuk mengurai cerita atau mengurai konflik. Writer’s block ini banyak sekali dibahas. Teorinya pun ada beragam. Ada yang menyebut penyebabnya karena minimnya diksi sang penulis, ide yang tidak menarik, tidak

Page 104 of 118

percaya diri untuk menuangkan kata, atau tergoda untuk pindah ke ide atau naskah lain yang dianggap lebih menjanjikan. Kalau saya pribadi, mengalami kebuntuan seperti ini biasanya disebabkan oleh dua hal. Terlalu capek menulis (beberapa hari bekerja dalam jam kerja yang gila-gilaan karena mengejar deadline) serta kekurangan bahan. Keduanya menjadi pemicu utama saya menjadi benar-benar tidak bisa melanjutkan tulisan lagi. Apa pun yang ditulis, rasanya tidak akan membuahkan hasil yang oke. Jika kebetulan Anda mengalami hal senada, apa yang biasanya Anda lakukan? Berikut ada beberapa langkah yang

biasa dilakukan seorang penulis ketika berhadapan dengan

writer’s block ini. •

Meninggalkan tulisan dan melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dunia tulis-menulis. Anda bisa memasak, bermain game, mengobrol dengan teman, atau kegiatan lain yang benar-benar Anda sukai. Apa pun boleh asal tidak terus-menerus melotot di depan komputer atau laptop dan hanya berdiam diri dengan putus asa.



Membaca novel atau buku. Siapa tahu dari bacaan ini akan mengucur ide-ide menarik lainnya yang akan membantu Anda mengatasi kebuntuan tadi.

Gambar 34. Membaca adalah kegiatan yang sangat bermanfaat untuk mengatasi writer’s block. Sumber : sukangeblog.blogdetik.com •

Menonton juga bisa dijadikan alternatif. Seperti halnya membaca, adegan film yang Anda tonton bisa memberi banyak sekali pencerahan.



Jangan lupa untuk berolahraga. Selain bisa membantu menyehatkan tubuh, olahraga juga membuat asupan oksigen ke otak menjadi lancar. Siapa tahu, kegiatan duduk yang terlalu lama di depan laptop telah membuat otak dipenuhi “kabut”.

Page 105 of 118



Jika beberapa hari belakangan Anda terpaksa bekerja hingga larut malam (bahkan mungkin sampai pagi), kini saatnya untuk tidur. Tuntaskan segala penat dan kantuk dengan cara terlelap. Lupakan dulu naskah yang membuat Anda frustasi, nikmati istirahat Anda semaksimal mungkin. Oh ya, jika memungkinkan, pijat juga cukup bagus untuk dilakukan. Selain melakukan hal-hal di atas, ada hal lain yang Anda perlu perhatikan. Writer’s

block banyak berkaitan dengan ketidaksiapan Anda untuk melanjutkan tulisan alias kurang bahan. Itulah sebabnya, sangat penting bagi penulis untuk membuat sinopsis terlebih dahulu. Seperti yang sudah saya sampaikan berlembar-lembar halaman sebelumnya, sinopsis per bab ini akan menjadi peta bagi penulis. Dia yang akan membawa Anda menyusuri jalan berliku sehingga tiba pada kata “TAMAT” atau “SELESAI” yang diimpikan itu. Jika Anda sudah memilikinya sebelum mulai menulis, writer’s block pasti enggan untuk mendekat dan memusingkan Anda. Di samping itu, jangan lupa mencari bahan dan melengkapi data yang diperlukan. Sehingga tidak ada celah bagi Anda untuk merasa buntu dan tidak mampu terus menulis. Bahan dan data membuat Anda memiliki persediaan amunisi untuk terus melanjutkan perang hingga akhir. Yang tak kalah penting adalah menulis apa yang memang Anda ketahui dengan baik. Sehingga saat menulis kata-kata seakan mengalir deras dalam setiap pembuluh darah yang ada di tubuh Anda. Hal sebaliknya akan terjadi bila Anda tidak menulis apa yang memang benar-benar Anda ketahui. Akan ada banyak sekali kegamangan dan keraguan karena Anda khawatir akan menulis narasi atau dialog yang tidak tepat. Sebab hal itu berarti membuka celah bagi orang lain untuk mempertanyakan kemampuan Anda jika menyajikan informasi yang keliru. Sebagai penulis, tidak seharusnya merasa gentar pada kebuntuan. Anda pasti akan menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya, seiring dengan kemampuan yang terus meningkat. Hingga tidak ada lagi writer’s block dalam episode selanjutnya saat Anda kembali menulis. Tanyakan juga pada diri Anda, ingin dibawa ke mana naskah ini. Ingat kembali citacita awal saat hendak memulai kisah yang mentok ini. Jika sudah tahu, akan menjadi mudah bagi Anda untuk kembali ke jalur awal.

Page 106 of 118

Pada dasarnya (menurut saya), writer’s block itu harus dilawan, bukan dimanjakan. Kalaupun Anda terpaksa meninggalkan naskah yang sedang dirundung masalah itu, jangan lakukan terlalu lama! Jeda atau rehat menulis tidak boleh terlalu lama. karena dikhawatirkan gairah Anda pada naskah tersebut malah meredup. Usahakan Anda hanya “menjauh” maksimal satu hari. Esoknya, siapkan mental dan “peralatan perang” untuk melanjutkan perjalanan. Makanya, jangan pernah lupakan sinopsis detail beserta data dan fakta pendukung. Dengan demikian, tidak akan berani menghampiri!

F. Menundukkan Mood Mood yang naik turun adalah persoalan klasik lain yang sering dihadapi oleh penulis. Menurut saya, masalah ini seharusnya tidak menjadi problem raksasa yang memusingkan dan membuat otot-otot di wajah menegang. Santai saja! Anda hanya perlu mengambil alih kendali diri untuk mengatur mood. Jangan sampai mood yang justru mengatur dan mengobrak-abrik pekerjaan.

Gambar 35. Mood digambarkan dengan berbagai ikon. Mood tidak seharusnya mempengaruhi pekerjaan. Sumber : quantifiedself.com Jika Anda sudah memutuskan untuk menjadi seorang penulis, konsistenlah dengan keputusan itu. Jangan plin-plan dan tidak fokus. Apa pun bidang karier yang Anda pilih, fokus dan bekerja keras adalah dua hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika dalam prosesnya Anda bersinggungan dengan hal-hal negatif yang melemahkan, bukan berarti harus menyerah kalah, kan? Semangat itu harus dijaga. Ingatkan diri sendiri untuk terus bekerja dengan maksimal. Mood hanyalah bagian sederhana yang tidak perlu mempengaruhi kinerja Anda. Itulah sebabnya sangat penting bagi seorang penulis untuk mengatur jam kerja yang tepat dan Page 107 of 118

paling membuat nyaman. Demikian juga dengan tempat untuk mengetik. Anda tentu orang yang paling tahu emngenai hal-hal itu. Seorang penulis harus berusaha keras untuk mengabaikan mood yang naik turun itu. Sekali lagi, itulah pentingnya membuat konsep naskah yang sangat jelas dan detail. Jangan lupa pula untuk terus memerah ide-ide keren yang akan membuat karya-karya Anda berkilau indah. Yang tak kalah penting adalah mempertahankan konsistensi. Setelah menetapkan jadwal menulis, patuhilah jadwal tersebut! Kemudian buat juga target dan deadline untuk tulisan Anda. Tentunya harus masuk akal dan sesuai dengan kemampuan. Kalau tidak realistis, malah akan berkembang menjadi beban yang memberati punggung Anda dan berakibat negatif.

Page 108 of 118

Penutup Apa pendapat Anda setelah membaca e-book ini? Mungkin ada beberapa bagian yang Anda tidak setujui, atau sebaliknya. Tiap orang pasti punya metode atau cara tersendiri. Yang pasti, lakukan yang menurut Anda paling membuat nyaman. Menulis memang pekerjaan hati, melibatkan gairah dan semangat yang mudah naik turun. Akan tetapi, ketika Anda memutuskan untuk menjadi penulis, berusahalah untuk berlaku profesional. Atur semuanya agar Anda bisa bekerja maksimal dan produktif. Tentu tanpa mengabaikan kualitas. Menulis punya segudang teori. Anda bisa menemukannya di dunia maya atau lewat aneka buku yang beredar. Akan tetapi pada akhirnya yang terpenting adalah praktek. Teori tanpa praktek adalah mustahil. Maka mulailah membaca banyak buku sebagai referensi, dan kemudian tuangkan pikiran-pikiran Anda lewat tulisan. Semakin rajin Anda berlatih, tentu semakin bagus pula mutu tulisan Anda. Jadilah diri sendiri. Menulislah dengan gaya sendiri. Jangan mencoba mengekor orang lain, karena Anda adalah sosok yang istimewa. Anda pasti punya keunikan dan ciri khas, maka temukan itu dan jadikan sebagai identitas diri. Menulislah dari hati karena hasilnya akan sangat berbeda. Selamat menulis.

Page 109 of 118

Kencan Sehari dengan Leon (Bonus Cerpen) “Silakan duduk.” Berpasang-pasang mata memperhatikan saat Amanda duduk dengan sikap kikuk yang kentara.Bagaimana tidak? Di depannya duduk seorang cowok tampan, dan…terkenal. Luisa dan Titi sudah pulang setelah memainkan “drama” yang membuat Amanda jengah. Dua karibnya itu gembira hingga histeris ketika melihat Leon dan tak alpa meminta tanda tangan. “Kamu benar-benar makhluk beruntung.Biar aku saja yang menggantikanmu kencan dengan Leon ya,” bujuk Titi berkali-kali. Itu yang terjadi begitu mereka tahu ketika Amanda dipastikan mendapat hadiah yang luar biasa menggiurkan itu. “Aku tidak mau kalian saling bunuh.Jadi, biar aku saja yang mengalah.Walau aku benar-benar nggak tahu bagaimana bentuk makhluk bernama Leon itu,” gurau Amanda. Sejenak gadis itu mengerutkan keningnya. “Kalian yakin dia pemain sinetron? Bukan penyanyi, kan?” tanyanya. ‘Astaga,” Luisa geleng-geleng kepala.“Selama ini kamu hidup di gua ya sampaisampai tidak tau siapa itu Leon Fabian?” kecamnya tak habis pikir. Luisa memicingkan mata dan menatap Amanda dengan raut takjub. Sementara yang dilihat malah bersikap acuh dan tak peduli. Heboh.Itulah yang terjadi kemudian, tatkala ketiganya bertemu Leon. Untungnya sang bintang tak tampak kaget. Setelah beberapa kali difoto berdua untuk dokumentasi perusahaan penyelenggara undian ini disusul pulangnya duo biang onar itu, Amanda disuguhi pandangan ingin tahu orang-orang di restoran steak itu. “Abaikan saja mereka,” cowok itu mengukir senyum indah.Gadis-gadis saling berbisik dengan terang-terangan. “Pasti mereka iri sekali padaku,” Amanda mencoba bergurau, untuk mengurangi kecanggungannya. Page 110 of 118

Cowok itu kembali tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak mereka tadi diperkenalkan, Amanda memandang tepat ke mata jernih itu. Baru disadarinya kalau bola mata Leon berwarna coklat. Diam-diam Amanda “menilai” sosok di depannya. Kulitnya coklat, jangkung, dengan tubuh atletis.Wajahnya bahkan lebih tampan dibanding yang terlihat di sinetron atau iklan.Berhidung tinggi, alis tebal dan rapi, tulang pipi yang indah, dan rambut nan tebal. Namanya bule, tapi tampangnya melayu tulen. Amanda paling suka dengan matanya. “Kamu mau pesan apa?” Leon memperhatikan daftar menu yang ada di tangannya. Amanda pun sama. Hingga terjadi sesuatu yang membuat keduanya terpaksa menunda untuk memesan makanan. Setelah sebelumnya saling dorong, dua orang cewek berseragam SMP nekad mendatangi Leon.Untuk apa lagi kalau bukan untuk meminta tanda tangan? Dan yang lain segera mengikuti. Jadilah acara yang tadinya dijadwalkan untuk makan siang, berubah menjadi ajang jumpa fans. Leon pun menjadi sibuk seketika. Amanda meletakkan daftar menu di meja. Dia tidak menyangka akan berhadapan dengan situasi seperti ini. Pihak panitia pun sepertinya tidak mengantisipasi hal ini. Sehingga tidak ada semacam pencegahan untuk membuat acara “kencan” ini benar-benar steril dari gangguan fans. “Hmm, ternyata cowok ini bener-benar populer,” desah Amanda dalam hati. Amanda membuang pandangan ke langit yang luas. Matanya menangkap contrail1 yang mulai samar. Matahari tersaput mendung yang kian jelas. Sepertinya hujan akan segera turun. Amanda gadis mungil yang hanya sedikit lebih tinggi dari bahu Leon. Wajahnya tidak terlalu cantik tapi punya daya tarik yang tak bisa diabaikan.Apalagi dengan lesung pipinya.Rambut sehatnya menyentuh punggung dengan bagian ujung yang ikal.Hanya bagian ujungnya, tapi terlihat cantik sekali. Amanda berbibir tipis, dengan mata lebar yang cantik. Hidungnya mungil, namun sangat proporsional. Dagunya lancip, dengan wajah berbentuk hati. Sesungguhnya dia tidak punya keinginan memenangkan hadiah “Kencan Sehari Dengan Leon”.Amanda mengikuti undian yang diadakan sebuah perusahaan minuman isotonik karena mengincar hadiah utamanya, sebuah netbook canggih. Itu adalah netbook idamannya yang rencananya akan menggantikan kedudukan komputernya tersayang. Tapi ‘malangnya’ dia justru memenangi hadiah kedua. Dan disinilah ia berada bersama sang 1

Garis putih yang dihasilkan oleh pesawat terbang.

Page 111 of 118

bintang iklannya. Sebenarnya, kencan sehari tak lebih dari makan siang beberapa jam.Judulnya saja yang bombastis. Amanda memang keranjingan ikut undian.Hampir semua jenis undian pernah diikutinya.Dia pernah memenangi Ipod, sepeda gunung, dan handphone.Cukup lumayan meski dia belum pernah sukses menggondol hadiah utama. Ini kesempatan pertamanya, hadiah yang justru tidak diminatinya. “Ayo kita pergi dari sini,” Leon menarik tangan Amanda dengan tergesa. Lamunan Amanda pun terputus dengan paksa.“Kalau kita terus disini, antrian yang minta tanda tangan akan semakin panjang,” imbuh Leon lagi. Amanda mengikuti dengan langkah terseok.Cowok ini memiliki langkah-langkah kaki yang

panjang.Amanda

yang

mungil

harus

mengeluarkan

usaha

ekstra

untuk

mengimbanginya. Mereka meninggalkan restoran steak itu dan segera menuju mobil Leon yang diparkir tak jauh dari pintu masuk. “Pasti kamu sering mengalami peristiwa kayak tadi,” desis Amanda sambil memasang sabuk pengaman. “Lumayan.”Leon berkonsentrasi menyetir.Sekilas Amanda memperhatikan SUV2 keren yang ditumpanginya ini.Tak banyak berisi pernak-pernik seperti mobilnya.Simple tapi nyaman. Yang menonjol mungkin hanya seperangkat stereo set yang harganya jelas tidak murah. Mereka menyusuri jalanan kota Bogor yang selalu ramai. Gerimis mulai menitik satu persatu membasahi kaca jendela. Amanda tak pernah membayangkan bahwa ada hari ini dalam hidupnya Cewek lain mungkin sudah semaput karena bahagia, atau pingsan karena kehabisan

oksigen.

Akan

tetapi

dia

biasa

saja.

Lain

cerita

kalau

sosok

disebelahnyaadalahMichael Schumacher3. “Maaf ya, ‘kencan’ kita jadi berantakan.Tadinya kukira makan disitu lebih nyaman.Itu dulu tempat favoritku.” “Dulu?” “Sebenarnya masih sampai sekarang.Tapi aku sudah hampir setahun tidak pernah kesitu lagi.Biasa, jadwal syuting terlalu padat,” bilang Leon.

2

SUV (Sport Utility Vehicle) merupakan jenis kendaraan penumpang yang digabungkan dengan kemampuan membawa barang. 3 Michael Schumacher pembalap asal Jerman dan menjadi juara dunia F1 sebanyak 7 kali, lima kali diantaranya diraih secara berturut-turut.

Page 112 of 118

“Panitia

tidak

membuat

persiapan dengan baik. Mereka harusnya sudah

mempertimbangkan masalah kayak gini,” ulas Amanda. Lalu dia tiba-tiba merasa tidak sopan. “Ups, maaf.” Leon tertawa kecil. “Minta maaf untuk apa? Aku yang minta acara hari ini jangan ribet dengan aturan.” “Wajahmu terlalu familiar. Makanya cewek-cewek langsung berbaris, kayak antre sembako.” “Mungkin.Tapi tidak untukmu. Buat kamu, wajahku tidak familiar, kan?” Amanda mengernyitkan dahinya.Bagaimana dia bisa tahu? Pikiran Amanda seolah terpantul di udara dan didengar Leon. Cowok itu pun menjelaskan. “Aku tadi melihatmu celingukan saat temanmu histeris dan menunjuk kearahku.Padahal hanya ada dua orang cowok disitu.Dan yang satunya masih terlalu muda untuk berumur 21 tahun.” Amanda merasa tak enak. “Maaf,” ujarnya. Leon terkekeh geli. Cowok itu melirik ke arahnya sekilas. “Kalau boleh tahu, kenapa? Selama ini aku mengira kalau wajahku ini gampang dikenali. Jadi agak syok waktu ada remaja cewek yang... sebaliknya,” akunya. Amanda benar-benar merasa serba-salah. Apa yang harus dikatakannya? “Kamu benar-benar mau tau?” Leon mengangguk. “Yup. Jawaban yang jujur, ya?” Apa boleh buat. Amanda juga merasa kalau memberikan jawaban basa-basi tidak ada untungnya. “Sebenarnya, aku nggak suka... sinetron. Aku lebih suka nonton film-film dokumenter, serial Korea, atau The Biggest Loser4,” katanya jujur. Ya, untuk apa berpurapura? Walau dilanda gelombang ketidaknyamanan, namun Amanda merasa lebih baik bicara apa adanya. Toh mereka cuma bersama selama beberapa jam.Ada baiknya Leon tahu bahwa tak semua orang memujanya. ‘Tak suka sinetron? Kenapa?” Leon dipenuhi penasaran. “Masih mau jawaban jujur?” gurau Amanda. “Iya, dong!” tukas Leon. Amanda tertawa kecil.“Aku tahu sinetron ratingnya tinggi, tapi maaf sekali ceritanya hmm... nggak mendidik.Banyak adegan kekerasan atau kata-kata makian.Bikin serem.Dan 4

Sebuah acara reality show dari Amerika yang menayangkan perjuangan sekelompok orang gemuk untuk menurunkan berat badan dengan cara diet dan olahraga yang cukup keras. Pemenang utamanya berhak untuk hadiah senilai 250.000 dolar.

Page 113 of 118

hampir semua menampilkan kisah yang mirip. Anak yang tertukar, rebutan harta, atau rebutan cowok. ” Leon tertawa.Mata coklatnya menyipit.“Pantas saja kamu nggak kenal aku.Padahal penggemarku paling banyak seusia kamu.Aku berani bertaruh, kamu pasti nggak senang menang hadiah ini,” tebaknya. Leon hanya bermaksud bercanda, namun dia kaget ketika Amanda terdiam. Penasaran, cowok itu melirik ke samping dan melihat wajah Amanda merah padam. “Sejujurnya saja sepuluh menit yang lalu jawabanku adalah ‘iya’.Aku naksir netbooknya,” tutur Amanda blak-blakan. Sudah kepalang, tidak perlu lagi untuk berpura-pura, pikirnya. “Kenapa sepuluh menit bisa mengubah pendapatmu?”Leon penasaran. “Kamu ini penuh rasa ingin tau ya? Banyak pertanyaan.Apa nggak terpikir kalau aku juga suka rahasia?” elak Amanda. Leon tersenyum lagi. Suaranya seakan bergema di dalam mobil. “Terus terang aja, cewek seperti kamu itu langka untukku. Sejak dikenal publik, baru kali ini ada orang nggak suka ketemu aku, kencan lagi. Maaf, bukannya aku bermaksud sombong ya.Cuma rasanya gimanaaa gitu ternyata ada orang yang anti sinetron.Berarti hasil survei rating acara televisi nggak mewakili, dong!” Amanda

tertawa

dengan

bahu

terguncang

lembut.Lesung

pipinya

begitu

menawan.Tawanya menulari Leon.Cowok itu pun akhirnya ikut melepas gelak. “Astaga,” tiba-tiba wajah Leon berubah pias dan beberapa detik kemudian mobilnya diparkir dengan tergesa di pinggir jalan. Amanda kaget bukan kepalang. “Ada apa?Kamu menabrak sesuatu?Atau melanggar rambu lalu lintas?Ada syuting?” tanyanya panik. Mereka bertatapan. Dan dengan suara rendah untuk menutupi rasa malu, Leon berbisik, “Dompetku ketinggalan...” Kali ini Amanda tak bisa menahan diri.Tawanya meledak tanpa henti sementara Leon hanya terperangah tanpa kata. “Aku kira kita menghadapi bencana besar.Ternyata cuma masalah dompet. Astaga, keningku hampir saja benjol kalau saja tidak pakai sabuk pengaman.” Leon menggeleng tidak setuju. “Bagiku ini masalah besar. Apalagi aku kan harus traktir kamu. Kartu identitas, ATM, dan kartu kredit di dompet semua.Mati aku,” Leon menepuksetir dengan gemas.Dari arah belakang terdengar suara klakson yang bersahutsahutan tanpa jeda. Page 114 of 118

Amanda menjadi panik. “Ayo kita jalan, jangan sampai dimarahi orang apalagi ditilang. Ayo!” Leon memang menurut tapi wajahnya masih berwarna-warni.Sebentar merah sebentar pucat. “Aku telepon manajerku dulu ya.” “Buat apa?Mau minta duit? Emangnya kamu mau makan apa? Biar aku yang traktir.Ini kehormatan untukku lho,” sergah Amanda. Bintang sinetron itu terpana mendengar kata-katanya itu. Tentu saja Leon menolak mentah-mentah, tapi Amanda terus membujuk tak putus asa. “Ayolah, jangan gengsi.Ini nggak akan masuk infotainment, kok. Atau begini saja, aku ajak kamu ke tempat makan favoritku.Gimana?” Amanda memberi alternatif. Leon tampak serba salah.Harga dirinya sebagai cowok dan kebetulan selebriti cukup menyulitkan.Dibayarin makan oleh cewek asing yang jadi kencannya?Bagaimana kalo perusahaan minuman isotonik yang mengontraknya jadi bintang iklan mengetahui hal ini? Bisa rusak namanya.Bukankah mereka telah memberinya aneka fasilitas dan kemudahan untuk acara ini?Dan bukankah dia sendiri yang ingin kencan ini berjalan lebih personal sehingga menolak ditemani siapapun? Tapi tampaknya Amanda tak mengenal penolakan.Gadis mungil yang tampak lembut itu, ternyata sangat keras kepala. Dan disinilah mereka akhirnya terdampar.Di sebuah rumah makan sunda dengan bangunan bergaya tradisional. Sekelilingnya dilapisi anyaman bambu. Amanda memilih area lesehan yang letaknya agak di belakang dan dibangun diatas kolam ikan.Suara gemericik air tanpa henti yang keluar dari pancuran bambu memberi efek menenangkan. “Kamu sering kesini?” sebenarnya itu pertanyaan bodoh.Saat mereka masuk, Amanda langsung disapa penuh keakraban oleh para pelayan.Harusnya itu menunjukkan seberapa sering gadis itu ke tempat ini. “He eh,” Amanda mengangguk.Lalu dengan cekatan dia segera menulis pesanan. “Tolong tuliskan pesananku sekalian,” sindir Leon halus. “Tenang aja, aku pilihkan makanan yang enak untukmu. Biar wajahmu nggak pucat terus.” Leon tersenyum pahit.Tadi pagi bila ada yang bertanya apakah mungkin dia ditraktir cewek asing, tanpa pikir dia pasti menjawab TIDAK MUNGKIN. Akan tetapi, saat ini dia tidak punya pilihan lain.

Page 115 of 118

Harus diakui, tempat makan pilihan Amanda tidak jelek.Makanannya pun enak.Entah sudah berapa lama Leon tidak menyantap makanan seperti ini. Ayam goreng, karedok, sambal terasi, dan tempe bacem. Nikmatnya. Tapi Leon ternganga melihat Amanda yang dengan gesit menghabiskan 2 potong ayam goreng, hampir sepiring karedok, dan dua porsi nasi putih.Astaga.Benar-benar bukan cewek biasa, pikirnya. “Jangan kagum begitu,” Amanda terkekeh sembari mendorong piringnya yang sudah licin. Amanda sendiri tidak tahu mengapa dia bisa merasa nyaman dengan cowok ini. dia bahkan tak sungkan melemparkan gurau. Andai Titi dan Luisa melihat ini, tak terbayang komentar pedas mereka. Apalagi jika mengingat bagaimana Amanda sempat ogah-ogahan dengan hadiah ini. “Baru kali ini aku ketemu cewek gembul kayak kamu.” “Aku nggak pintar pura-pura walau di depan seleb top. Cewek-cewek yang ketemu kamu pasti jaim.Kalo aku nggak sanggup begitu.” Leon geleng-geleng kepala.Cewek ini sangat benar. “Oh ya, aku berterimakasih karena kita batal makan di restoran steak tadi.Aku punya sebuah rahasia kecil,” Amanda memajukan tubuhnya.Matanya berbinar jenaka. “Aku benci steak,” bisiknya. Ponsel Leon tiba-tiba berdering. Cowok itu beranjak dari tempat duduknya dan menjauh sebelum menjawab telepon.Amanda hanya bisa mendengar beberapa kata. Kencan…bencana….fans…dompet…sebentar lagi… Tiba-tiba Amanda merasa jengah pada dirinya sendiri. Hei, mengapa dia merasa nyaman bersama Leon?Jauh dari bayangannya sebelumnya? Semula dia kira akan bertemu sosok angkuh nan sombong. Amanda juga menerka kalau acara “kencan” ini akan menjadi siksaan paling kejam di usia remajanya. “Pacarmu ya?” tebaknya seenaknya. “Manajerku,” Leon merasa tak perlu menjelaskan lebih jauh.Toh, Amanda bisa dapat info tentang dirinya dengan gampang.Tapi dia langsung ingat kalau gadis tidak pernah menonton sinetron. Dan sepertinya gosip selebriti juga. “Aku belum punya pacar.Susah mencari orang-orang yang mencintaiku apa adanya. Mencintaiku bukan sebagai Leon Fabian, tapi sebagai Leo Rusdiana.” Leon menyesap minumannya perlahan. “Leo Rusdiana? Itu.. eh... itu nama aslimu?” Amanda terbelalak. “Ya.” Page 116 of 118

Amanda mati-matian menahan tawa.Dia tidak ingin Leon tersinggung dan merasa dilecehkan. Namun Amanda bisa membaca tawa di mata cowok itu. Mungkin dia pun merasa geli juga. Leon tiba-tiba bersuara. “Maaf ya sepertinya aku harus pulang sekarang.Ada janji dengan klien mau fish spa5.” “Kamu mau fish spa?” Amanda melongo.Dia bukan cewek kolot, tapi tetap saja ada banyak hal yang membuatnya terkaget-kaget.Leon mengangguk. “Maaf kita terpaksa pisah disini,” Leon kemudian merebut ponsel Amanda dan mulai memencet keypad dengan cekatan.Kemudian dia menelepon ke ponselnya sendiri dan menyimpan nomor Amanda. “Nomor pribadiku udah disimpan.Cuma keluarga dan manajemen yang tau nomor ini.Sekali lagi maaf karena ‘kencan dengan Leon’ jadi kacau.” Amanda

tersenyum

manis.

Mereka

bertatapan.“Kencan

denganmu

ternyata

mengasyikkan, kecuali bagian dimintai tanda tangan tadi.Makasih ya,” gumamnya dengan suara perlahan. “Bayar dulu makanan kita.Aku janji nanti kuganti duapuluh kali lipat,” Leon mengingatkan Amanda. “Mana dia punya duit untuk bayar,” sesosok tubuh tinggi besar yang mengingatkannya pada beruang grizzly6 muncul tiba-tiba. Membuat jantung Leon terasa berhenti berdetak dan lepas dari tempatnya. Langsung terbayang di benaknya berita heboh di infotainmen. Amanda tergelak. “Jangan bikin dia takut, Om!Lihat, wajahnya udah nggak berdarah.” Lalu Amanda berbalik ke arahnya. “Ini restoran nenekku, jadi kita nggak perlu bayar. Sebenarnya... dompetku juga ketinggalan di mobil temanku tadi,” Amanda tersenyum nakal.Lesung pipinya tercetak indah. Leon hanya bisa bengong tanpa kata.Perlahan, dia merasa hidup lagi. Jantungnya kembali berdetak normal. Tulang-tulangnya yang serasa menjadi jeli, sudah kembali. Hadiah undian itu berbuah kencan nyata kemudian.Leon dan Amanda memutuskan untuk melangkah di atas selera mereka yang saling berpunggungan. Leon tetap dengan segala kesibukannya di dunia entertainmen, dan Amanda yang masih tetap saja tidak bisa menyukai sinetron. Meskipun sang kekasih yang menjadi bintangnya. 5

Spa yang dilakukan dengan bantuan ikan Garra Rufa yang bertugas menghilangkan sel kulit mati dengan cara menggigiti kulit manusia. 6 Karnivora terbesar yang hidup di darat.Tingginya mencapai 3 meter dengan berat hingga 1 ton.

Page 117 of 118

Catatan : Cerpen ini menjadi juara 1 pada lomba cerpen tabloid Gaul tahun 2009 dan pernah dimuat di majalah Story. Cerpen ini sudah mengalami sedikit perubahan.

Tentang Penulis Indah menyukai dunia menulis sejak SMP. Cerpen perdananya dimuat di majalah Aneka Ria (sekarang Aneka Yess). Sejak itu puluhan cerpennya sudah pernah menembus media nasional. Setelah bekerja dan menikah, Indah sempat berhenti menulis cukup lama. Dan baru kembali merangkai kata di pertengahan tahun 2009. Saat ini Indah lebih banyak menulis novel dan buku nonfiksi. Dunia cerpen sudah hampir tidak pernah tersentuh lagi. Novel-novel karya Indah yang pernah dibukukan antara lain : Mendua (GagasMedia, 2010), Black Angel (Stiletto Book, 2011), Jungkir Balik Dunia Mel (Bentang Belia, 2012), Loves in Insa-Dong (Rumah Ide, 2012), Matryoshka Bernyanyi (Tiga Serangkai, 2012), serta Cinta Tanpa Jeda (Bukune, 2012). Indah bisa dihubungi via email-nya : [email protected].

Page 118 of 118

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF