Bab i,II,III Terbaru
January 20, 2019 | Author: Abdul Jalil | Category: N/A
Short Description
Download Bab i,II,III Terbaru...
Description
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu dini ibu segera mendekap dan membiarkan bayi menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium Devolepment Goals Goa ls (MDGs) dalam pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan lama menyusui maka akan membantu mengurangi kemiskinan, membantu mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun, membantu mengurangi angka kematian anak balita. Pemberian ASI dikenal sebagai salah satu yang memberikan pengaruh yang paling kuat terhadap kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang (APN, 2007). Pencapaian 6 bulan ASI Eksklusif bergantung pada keberhasilan inisiasi dalam satu jam pertama. ASI Eksklusif selama 6 bulan
pertama
kehidupan,
bersamaan
dengan
pemberian
makanan
pendamping ASI dan meneruskan ASI dari 6 bulan sampai 2 tahun, dapat mengurangi sedikitnya 20% kematian anak balita (Roesli, 2008). Peran
tenaga
kesehatan,
khususnya
dokter
dan
bidan
sangat
berpengaruh terhadap pemberian ASI secara dini. Namun, di Indonesia masih
1
2
banyak tenaga kesehatan maupun pelayanan kesehatan (termasuk Rumah Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini dengan alasan keadaan Ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan Inisiasi Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari puting susu ibu adalah hal primitive yang melecehkan bangsa indonesia (padahal IMD juga dilakukan di negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan yang langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum keluar (Soegiarto, 2008). 3,7% bayi di Indonesia disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran, dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 100 kelahiran hidup yang diantaranya diantaranya disebabkan oleh hipotermi, kurang gizi gizi dan infeksi. Di Indonesia angka pemberian ASI Eksklusif masih rendah yaitu hanya 7,8%. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang (SDKI, 2007). Angka kematian bayi baru lahir sebanyak 22% dalam satu bulan pertama dapat dicegah dengan bayi menyusu pada ibu satu jam pertama, sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka kematian bayi hingga 16% (Roesli, 2008). Proses inisiasi menyusu dini bayi tidak mengalami hipotermi atau kedinginan karena dekapan ibu terhadap bayi dan o
suhu di dada ibu akan naik 2 C (Roesli, 2008).
2
banyak tenaga kesehatan maupun pelayanan kesehatan (termasuk Rumah Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini dengan alasan keadaan Ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan Inisiasi Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari puting susu ibu adalah hal primitive yang melecehkan bangsa indonesia (padahal IMD juga dilakukan di negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan yang langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum keluar (Soegiarto, 2008). 3,7% bayi di Indonesia disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran, dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 100 kelahiran hidup yang diantaranya diantaranya disebabkan oleh hipotermi, kurang gizi gizi dan infeksi. Di Indonesia angka pemberian ASI Eksklusif masih rendah yaitu hanya 7,8%. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang (SDKI, 2007). Angka kematian bayi baru lahir sebanyak 22% dalam satu bulan pertama dapat dicegah dengan bayi menyusu pada ibu satu jam pertama, sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka kematian bayi hingga 16% (Roesli, 2008). Proses inisiasi menyusu dini bayi tidak mengalami hipotermi atau kedinginan karena dekapan ibu terhadap bayi dan o
suhu di dada ibu akan naik 2 C (Roesli, 2008).
3
Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya 10% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49% (WHO, 2007) Setiap jam sebelum mencapai usia 1 tahun di Indonesia diperkirakan 20 bayi meninggal pada setiap tahunnya. Hampir setengah dari kematian bayi ini terjadi pada masa neonatal yaitu yaitu pada bulan pertama kelahiran, kelahiran, di mana bayi sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian (Roesli, 2008). Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatriks menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya. ASI adalah asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan, diare, alergi, sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan intelegensia, rohani, perkembangan emosional. Hasil telaah dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian balita, yaitu 13% dibanding intervensi kesehatan masyarakat lainnya (Roesli, 2008). Permasalahan yang utama rendahnya angka cakupan ASI ini adalah karena faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan
4
kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung serta gencarnya promosi susu (Depkes RI, 2003). Kesadaran akan pentingnya ASI termasuk IMD dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak ada dorongan atau motivasi untuk mengetahui perkembangan zaman, ketersediaan informasi, ketersediaan fasilitas kesehatan, pendapatan perkapita yang menyebabkan ibu melakukan persalinan dengan dukun, dukungan dari orang terdekat, dukungan dari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan adanya promosi Insiasi Menyusui Dini. (http://www.fkm.undip.ac.a (http://www.fkm.undip.ac.ad) d) Kabupaten Batang terdapat 21 puskesmas, salah satunya adalah puskesmas Bawang yang memiliki fasilitas rawat inap selain fasilitas rawat jalan. Puskesmas Bawang Bawang mempunyai jumlah bidan yaitu 30 bidan dengan 22 bidan desa dan 8 bidan Puskesmas. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bawang pada tahun 2009 yaitu sejumlah 932 persalinan, dan dari jumlah tersebut hanya 10,6% (99 persalinan) yang dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sedangkan sisanya tidak dilakukan (DKK Batang, 2009). Dalam pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan apabila tidak dilakukan inisiasi menyusu dini maka kematian (mortalitas) dan kesakitan ( morbiditas) bayi masih tinggi atau tidak mengalami perubahan yang bermakna.
5
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas Bawang, kabupaten Batang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalahnya adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di wilayah kerja puskesmas Bawang, kabupaten Batang ”.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas Bawang kabupaten Batang. b. Tujuan Khusus 1) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Inisiasi Menyusu Dini. 2) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang manfaat Inisiasi Menyusu Dini. 3) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Diharapkan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini bertambah terutama diwilayah kerja puskesmas bawang, kabupaten Batang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang inisiasi menyusu dini yang didapat selama di bangku kuliah dan menerapkannya di masyarakat. b. Bagi petugas kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini dan dapat menerapkan praktik inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin sehingga dapat mengurangi angka kematian neonatus. c. Bagi institusi Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan referensi penelitian selanjutnya didalam meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini. d. Bagi masyarakat. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi secara umum pada masyarakat terutama pada ibu hamil untuk nantinya menerapkan inisiasi menyusu dini dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan ( knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan menurut Irwanto (2003) adalah segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan mata pelajaran. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan
(Notoatmodjo, 2005). Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci dibagi menjadi enam tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
7
8
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. (Notoatmodjo, 2005). b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2005). c. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. d. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. e. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
9
3. Manfaat Pengetahuan Menurut
Notoatmodjo
(2007,
p.140),
pengetahuan
atau
kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni: a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
10
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut (Notoatmodjo, 2003) yang dikutip oleh Hendra (2008),
ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu: a. Umur Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umurumur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. b. Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu model untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
11
c. Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang. d. Sosial Budaya Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seeorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. e. Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. f. Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
12
g. Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997). 5. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2005).
Cara
mengukur
tingkat
pengetahuan
dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai untuk jawaban salah. Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang, kurang. Dikatakan baik (>80%), cukup (60-80%), dan kurang ( alpha tabel, pertanyaan tersebut reliabel.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.
H. Analisis Data
1. Cara pengolahan data Pengolahan data dalam penelitian menggunakan teknik statistik yaitu pengolahan data yang menggunakan analisis statistik dengan bantuan alat komputer (Notoatmodjo, 2003). Pengolahan data dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut : a. Editing (pengeditan) Editing bertujuan untuk mengoreksi data, yang meliputi kelengkapan
pengisian atau jawaban yang tidak jelas. Editing dilaksanakan di lapangan agar bila terjadi kesalahan segera dilakukan perbaikan.
atau kekurangan data dapat
36
b.
Skoring ( penilaian) Skoring dilakukan dengan memberikan skor pada jawaban benar
yang telah dilakukan pengeditan. Skoring diberikan apabila jawaban: benar < 12 dikategorikan kurang, 12-15 dikategorikan cukup, >15 dikategorikan baik. Pengetahuan terdiri dari 25 pertanyaan yang terdiri dari 7 pertanyaan tentang pengertian dan pentingnya IMD, 5 pertanyaan tentang manfaat IMD dan 7 pertanyaan tentang tatalaksana IMD, 3 pertanyaan tentang penghambat IMD. Masingmasing pertanyaan bila jawaban benar diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai 0. Pengetahuan dikategorikan menurut Khomsan (2000) skoring
sebagai berikut:
c.
1)
Kurang, jika skor 80% jawaban benar
Coding (pengkodean)
Setiap sebutan dari jawaban responden akan diberikan kode sebelum data dimasukan ke komputer untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Coding dilakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kode angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran kertas kerja guna memudahkan dalam pembacaannya. Adapun cara untuk memberikan kode pada setiap variabel adalah sebagai berikut:
37
No 1.
No 1. 2.
No 1. 2. 3.
d.
Pengetahuan Baik Cukup Kurang
Kode 1 2 3
Tingkat pendidikan Ibu Tidak Sekolah Sekolah : SD SMP SMA Perguruan tinggi
Kode 1
Umur 30
2 3 4 5
Kode 1 2 3
Tabulasi data
Adalah memasukkan dan menyusun data ke dalam tabel sehingga sifat beda akan tampak dan analisa data selanjutnya mudah dilakukan. 2. Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data ordinal yang dihitung prosentasenya dengan menggunakan analisa univariat. Analisa ini untuk menjelaskan/mendeskripsikan angka/nilai jumlah variabel dengan ukuran/presentasi. Dengan perhitungan rumus penentuan besarnya prosentase sebagai berikut (Budiarto, 2002).
38
x 100%
Dimana :
x = Hasil prosentase f = frekwensi hasil pencapaian n = total seluruh observasi
Kemudian hasil dari besar prosentase ini dimasukan dalam tabel distribusi frekuensi
39
DAFTAR PUSTAKA
American College., (2007). Obstetrics And Gynekologi, Academy Breastfeeding Medicine : Mayfield Publishing Company. Arikunto. S., 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta : Reneka Cipta. Depkes., (2003). Pedoman Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional. Jakarta : Depkes RI. Dinas Kesehatan Kabupaten Batang., 2009. Rekapitulasi Data IMD. Batang Hector., 2005. Faktor – faktor yang mempengaruhi IMD. Jurnal Kesehatan (The Journal of Health).
Hendra., 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Available : http : //www.blogspot kti.com, dikutip pada tanggal 21 April 2010. Khayan., 1997 .
Pengertian Intelegensi. Available : http : //www.blogspot
kti.com, dikutip pada tanggal 21 April 2010. Kresnawan., (2007). Pelatihan APN Bahan Tambahan Inisiasi M enyusu Dini.Jakarta : JNPK-KR.
Khomsan, Ali., 2000. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi IPB, Bogor. Majid. O., 2007. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : JNPK-KR. Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
40
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku : PT. Rineka Cipta. Nursalam.,
2003.
Konsep
dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta :
Salemba Medika. Puskesmas Bawang., 2009. Rekapitulasi Data Ibu Hamil. Batang Roesli, U., 2000. ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda Roesli, U., 2008. IMD Plus ASI Eksklusif . Jakarta : Puspa Bunda Sjafani., 2008. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Dini. Available : http : //www.kuliah bidan.com, dikutip pada tanggal 25 maret 2010. Soegiarto, B., 2008. Hanya 3.7%, Bayi di Indonesia Yang Mendapat IMD. Jurnal Kesehatan (The Jurnal of Health) Soetjingsih., (2007). Tumbuh Kembang Anak , Editor IGN. Ranuh. Gde, Jakarta. Suari, N., (2008). Inisiasi Menyusu Dini, Apa manfaatnya, (online) Available : http ://www. Balipost. Co. Id/balipostcetak/2008/01/13.html. Sugiyono., 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suradi., Rulina., 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Perinasia ( Perkumpulan Perinatologi Indonesia). Syarifah., 2008. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini. Available : http : //www.kuliah bidan.com, dikutip pada tanggal16 maret 2010. WHO., 2007. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. Available : http : //www.gizi.net, dikutip pada tanggal 22 mei 2010.
View more...
Comments