BAB I+II

November 19, 2017 | Author: Perantau Jaya | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download BAB I+II...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Selain sebagai perusahaan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik

bagi konsumen listrik, PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan sebuah perusahaan yang berorientasi profit. Namun pada kenyataannya, intervensi Pemerintah dalam penetapan Tarif Dasar Listrik (TDL) menyebabkan PLN tidak mampu menjalankan fungsi bisnis semestinya. Tentu terlalu kompleks untuk membahas bagaimana meningkatkan TDL karena aspek politis yang melingkupinya terlalu rumit. Cara yang ditempuh PLN untuk menyelamatkan pendapatan adalah dengan menekan susut sekecil mungkin, baik susut teknik maupun non teknik. Secara sederhana susut dapat diartikan sebagai listrik (kWh) yang tidak menjadi rupiah. Pengertian ini membawa kita pada kesimpulan bahwa penekanan susut dapat meningkatkan profit PLN, dan paling tidak dapat mengurangi beban Pemerintah dalam mensubsidi PLN. Penekanan susut teknis dilakukan dengan pemeliharaan jaringan listrik semaksimal mungkin, antara lain dengan cara pemberatan jaringan (up rating), pemasangan gardu sisipan, pemasangan kapasitor, serta pengalihan / penyeimbangan beban. Menekan susut diusahakan dengan biaya yang sekecil - kecilnya tapi hasil yang didapatkan bisa maksimal. Salah satu penyebab rugi-rugi energi yang dalam hal ini termasuk susut teknis adalah beban tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu terjadi. Penurunan susut dengan cara penyeimbangan beban cenderung tidak membutuhkan banyak dana untuk pembelian material. Dalam Telaahan Staff ini mencoba mengevaluasi peran penyeimbangan beban dalam pengurangan susut teknik, dengan jalan mengurangi arus yang mengalir pada

1

hantaran netral sehingga rugi – rugi energi yang terjadi dapat diminimalkan sekecil mungkin dengan persentase 0 – 10 % atau dibawah dua digit.

1.2

Tujuan dan Manfaat Tujuan diadakannya program penyeimbangan beban gardu distribusi adalah untuk

meningkatkan kualitas kerja PLN yang menitikberatkan pada pelayanan pelanggan, dengan tegangan serta frekuensi yang sesuai standar mutu, sehingga akan menimbulkan nilai positif yang diharapkan PLN. Manfaat dari penyeimbangan beban pada Gardu Distribusi yaitu : 1.

Mengurangi rugi-rugi energi pada JTR

2.

Memperbaiki mutu tegangan

3.

Meningkatkan kualitas pelayanan dalam penyaluran energi listrik

1.3

Rumusan Masalah Beban tidak seimbang menyebabkan munculnya arus di kawat netral, sehingga

muncul rugi daya di sepanjang kawat netral. Beban tidak seimbang juga memperbesar susut di jaringan. Hal ini dikarenakan dalam perhitungan daya, daya berbanding lurus dengan kuadrat arus sehingga bila ada arus yang besar akan menyebabkan susut daya juga semakin besar. Tentu saja keseimbangan sempurna tidak dapat dilakukan, karena tentu tidak memungkinkan mengatur pengguna listrik memakai peralatan listrik dalam jumlah dan waktu yang bersamaan. Yang bisa kita lakukan adalah membuat kondisi pemerataan yang maksimal. Permasalahan lain yang timbul akibat tidak seimbangnya beban dari Gardu Distribusi, antara lain :

2

1. Dapat menimbulkan jatuh (drop) tegangan pada phasa yang berbeban paling tinggi 2. Ketahanan dan kemampuan trafo distribusi akan berkurang, karena dengan beban tidak seimbang akan menyebabkan umur operasi trafo lebih pendek. Adapun penyebab beban gardu tidak seimbang, yaitu : 1. Karena pemakaian listrik oleh masing-masing pelanggan tidak sama 2.

Pasang baru kurang memperhatikan kondisi pembebanan di masing-masing phasa Sebelum dilakukan pemasangan baru seharusnya sudah dilakukan meeting gardu terlebih dahulu untuk menentukan phasa mana yang kondisi pembebanannya paling rendah.

3.

Beban SR deret yang banyak Pasang baru untuk pelanggan yang jauh dari jaringan, pemasangan dilakukan dari SR terdekat. Dengan demikian pembebanan pada satu deret tersebut menjadi berat dan pembebanan hanya pada satu phasa.

4.

Kurangnya pengawasan di lapangan. Pekerjaan pasang baru dilakukan oleh pihak ketiga. Dalam beberapa kasus, ditemukan kurangnya pengawasan dari pihak PLN terhadap pekerjaan tersebut. Pengawas kurang memonitor apakah pasang baru sudah pada phasa yang seharusnya.

1.4

Batasan Masalah Penyusunan laporan Telaahan Staff ini difokuskan pada analisis beban tak

seimbang pada sistem distribusi Tegangan Rendah. Dalam beberapa perhitungan digunakan beberapa asumsi, antara lain penggunaan arus oleh pelanggan diwakili dengan daya kontrak pelanggan. Asumsi lain adalah pembagian arus netral yang melalui suatu

3

konduktor di sepanjang jaringan dilakukan secara proporsional sesuai dengan besar daya kontrak dan pengukuran arus pelanggan. Pada laporan ini penulis mengambil sample gardu T. 106, T. 135, T. 367, T. 376, dan T. 435 Penyulang Mawar.

1.5

Metodologi Penulisan Penulisan laporan ini menggunakan metode : 1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur beban gardu ke lapangan. Selain data beban juga diperlukan data pencatatan kWh pantau dan kWh pelanggan, sebelum dan sesudah kegiatan pemerataan beban. 2. Studi Pustaka Mengumpulkan bahan - bahan literatur yang berkaitan dengan beban tak seimbang dan susut akibat beban tak seimbang. 3. Wawancara Konsultasi dengan rekan – rekan teknisi yang sudah berpengalaman di jaringan distribusi.

4

BAB II PRA ANGGAPAN

Penyeimbangan beban merupakan salah satu cara untuk menekan susut teknik. Penekanan susut terjadi dengan prinsip mengurangi arus yang mengalir di hantaran netral. Idealnya arus yang mengalir di sepanjang hantaran netral adalah nol, tetapi karena pengaruh dari beban yang tidak seimbang maka ada arus yang mengalir di hantaran netral. Sedangkan hantaran netral merupakan konduktor yang memiliki nilai resistansi, sehingga arus yang melalui hantaran ini sebagian berubah menjadi panas yang didisipasikan ke lingkungan sekitar menjadi susut. Salah satu cara untuk menyeimbangkan beban trafo yaitu dengan memindahkan beban dari phasa berat ke phasa yang lebih ringan pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR). Arus yang mengalir dari tiap phasa yang besarnya relatif seimbang akan saling meniadakan yang menyebabkan hampir tidak ada arus yang mengalir di hantaran netral.

5

BAB III DASAR TEORI

3.1

Sistem Distribusi Tenaga listrik dibangkitkan di pusat - pusat pembangkit listrik seperti PLTA,

PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTD dengan tegangan sebesar 6,3 - 11,5 kV. Pada umumnya letak pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pelanggan. Maka untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit diperlukan penggunaan Tegangan Tinggi 70/150 kV atau Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV. Setelah melalui saluran transmisi, tegangan diturunkan di GI menjadi Tegangan Menengah 20 kV. GI merupakan Pusat Beban untuk suatu daerah pelanggan yang bebannya berubah - ubah sepanjang waktu sehingga daya yang dibangkitkan di pusat pembangkit listrik selalu berubah untuk mempertahankan frekuensi tenaga listrik tetap pada frekuensi 50 Hz. Proses perubahan ini dikoordinasikan dengan Pusat Pengaturan Beban (P3B). Tegangan menengah dari GI dialirkan melalui saluran distribusi 20 kV menuju Gardu Distribusi untuk kemudian melalui trafo step down langsung dialirkan ke pelanggan.

6

3.2

Jaringan Tegangan Rendah Secara umum, Jaringan Tegangan Rendah dibedakan menjadi dua, yaitu Saluran

Udara Tegangan Rendah (SUTR) dan Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR).

3.2.1

Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Saluran ini merupakan penghantar yang ditempatkan di atas tiang (di udara). Ada

dua jenis penghantar yang digunakan, yaitu penghantar tak berisolasi (kawat) dan penghantar berisolasi (kabel). Penghantar tak berisolasi memiliki kekurangan, seperti rawan pencurian dan rawan terjadi gangguan phasa-phasa maupun phasa-netral. Kelebihannya adalah memiliki keunggulan harga yang relatif murah. Sedangkan penghantar berisolasi memilki kelebihan dan kekurangan yang berlawanan dengan penghantar tak berisolasi.

7

3.2.2

Saluran Kabel Tegangan Rendah Saluran ini menempatkan kabel di bawah tanah. Tujuan utama penempatan di

bawah tanah pada umumnya karena alasan kestabilan dan estetika, sehingga penggunaan SKTR umumnya berada di daerah perindustrian. Keuntungan penggunaan kabel ini adalah tidak terganggu oleh pengaruh cuaca dan estetika yang lebih indah. Kelemahan gangguan ini adalah jika terjadi gangguan, sulit menemukan lokasinya dan jika terjadi pencurian, petugas P2TL sulit mengungkapnya.

3.3

Panel Hubung Bagi Panel Hubung Bagi (PHB) terpasang pada gardu distribusi pada sisi Tegangan

Rendah. Fungsinya adalah sebagai alat penghubung sekaligus pembagi tenaga listrik ke konsumen. Kapasitas panel yang digunakan harus sesuai dengan besarnya trafo distribusi yang digunakan. Panel terdiri dari beberapa jurusan yang akan dibagi – bagi ke pelanggan.

3.4

Komponen Jaringan Tegangan Rendah Adalah peralatan yang digunakan pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR), sehingga

JTR dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur energi listrik ke pelanggan. Komponen pada JTR antara lain:

1. Kabel Schoen Kabel Schoen digunakan untuk menghubungkan rel pada panel hubung bagi dengan penghantar kabel tegangan rendah (kabel obstyg). Kabel Schoen dipres pada kabel obstyg dan dibaut di rel Panel Hubung Bagi.

8

2. Konektor Adalah peralatan yang digunakan untuk menghubungkan (meng-connect) penghantar dengan penghantar.

3.5

Susut Susut pada jaringan distribusi dalam sistem ketenagalistrikan merupakan

kehilangan kWh / energi yang tidak dapat dimanfaatkan, sehingga hal ini merupakan salah satu bentuk kerugian energi serta menurunkan efisiensi. Pada dasarnya susut jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Susut Teknis

Susut teknis akan memunculkan alternatif penanganan energi yang hilang pada sistem jaringan distribusi karena faktor karakteristik dan kondisi teknis. 2. Susut Non Teknis

Susut non teknis adalah energi yang hilang bukan karena sebab teknis, tapi karena salah pengukuran, salah perhitungan, salah catat, salah baca, salah data entri baik disengaja ataupun tidak disengaja.

Susut

:

I² x R x Jam x Rp

Susut Total

:

kWh beli – (kWh jual TT + kWh jual TM + kWh jual TR + kWh PS)

Susut Teknis :

I² R JTM + Trafo + I² R JTR

Hal-hal yang mempengaruhi susut teknis, antara lain : 1. Pembebanan trafo yang tidak seimbang antara phasanya. 2. Pembebanan trafo melebihi kapasitas dalam waktu yang lama (overload).

9

3. Loss contact pada sambungan listrik. 4. Pemasangan trafo arus (CT) terlalu besar, tidak sesuai dengan daya yang diukur. 5. Akurasi alat ukur (kWh meter) yang digunakan.

3.6

Susut Teknis Susut teknis merupakan kehilangan energi listrik saat proses penyaluran. Susut

teknis pada jaringan distribusi biasanya terjadi pada penghantar phasa, beban tidak seimbang, dan sambungan yang kondisinya tidak baik.

3.6.1

Susut Teknis pada Penghantar Phasa Jika arus dialirkan pada suatu penghantar, maka akan terjadi rugi - rugi energi

menjadi energi panas karena adanya resisitansi pada penghantar tersebut. Rugi-rugi dengan beban terpusat di ujung dirumuskan : ∆V = I ( R. cos .ϕ + x. sin ϕ) ∆P = 3.I 2 .R.L

Sedangkan jika beban tersebar merata di sepanjang jaringan maka rugi energi yang timbul adalah : 2

1  ∆V =   .( R. cos ϕ + x. sin ϕ) 2 2

1  ∆P = 3  .R.L 2

Dengan : I

:

Arus yang mengalir pada penghantar (Amp)

R

:

Tahanan pada penghantar (Ω/km)

X

:

Reaktansi pada penghantar (Ω/km)

10

cos φ :

Faktor daya beban

L

:

panjang penghantar (km)

3.6.2

Susut Akibat Beban Tidak Seimbang Akibat pembebanan yang tidak seimbang, maka akan mengalir arus pada hantaran

netral. Jika pada hantaran pentanahan netral terdapat nilai tahanan dan dialiri arus, maka kawat netral akan bertegangan sebesar : ∆V = I .Re

Arus yang mengalir di sepanjang kawat netral, akan menyebabkan rugi daya di sepanjang kawat netral sebesar : ∆P = IN 2 .R

3.6.3

Susut Akibat Sambungan yang Tidak Baik (Loss Contact) Susut ini terjadi karena terdapat beberapa sambungan yang tidak sempurna, antara

lain: 1.

Sambungan antara kabel obstyg dan kabel TIC-AL.

2.

Sambungan saluran JTR, antar kabel TIC-AL.

3.

Percabangan saluran JTR.

4.

Percabangan untuk Sambungan Pelayanan.

Besarnya rugi-rugi energi pada sambungan dirumuskan : ∆P = I 2 R Dengan: P

:

Losses yang timbul pada konektor (W)

I

:

Arus yang mengalir melalui konektor (Amp)

R

:

Tahanan konektor (Ω)

11

3.4

Transformator (Trafo) Transformator distribusi merupakan seperangkat peralatan statis yang bekerja

berdasarkan prinsip elektromagnetik, mentransformasikan tegangan dan arus bolak balik diantara dua belitan yang dibelitkan pada inti yang sama, pada frekuensi yang sama, dan pada nilai arus dan tegangan yang berbeda (Materi Pelatihan Pemeliharaan Transformator Distribusi, Soeripto, Bogor: Udiklat Bogor). Daya listrik dipindahkan dari kumparan primer ke kumparan sekunder dengan perantaraan garis gaya magnet (fluks magnet) yang dibangkitkan oleh aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer. Untuk dapat membangkitkan tegangan listrik pada kumparan sekunder, fluks magnet yang dibangkitkan oleh kumparan primer harus berubah – ubah. Untuk memenuhi hal ini, aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer harus aliran listrik bolak – balik (AC). Saat kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik AC, pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet bersama. Dengan adanya gaya gerak magnet ini, di sekitar kumparan primer timbul fluks magnet bersama. Dengan adanya fluks magnet bersama ini, pada ujung kumparan sekunder timbul gaya gerak listrik sekunder yang mungkin sama, lebih tinggi, atau lebih rendah yang terlambat hampir 180o dari gaya gerak listrik primer. Hal ini tergantung pada perbandingan kumparan trafo tersebut. Jika kumparan sekunder dihubungkan ke beban, maka pada kumparan sekunder timbul arus listrik bolak – balik sekunder akibat adanya gaya gerak listrik induksi sekunder. Hal ini mengakibatkan timbul gaya gerak magnet pada kumparan sekunder dan pada beban timbul tegangan sekunder. Kombinasi antara gaya gerak magnet induksi sekunder dan primer disebut induksi silang / bersama (mutual induction).

12

Trafo dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. Turun dan naiknya tegangan pada sisi sekunder tergantung pada perbandingan jumlah lilitan kumparan. Np

: Jumlah lilitan pada kumparan primer

Ns

: Jumlah lilitan pada kumparan sekunder

Ep

: Tegangan pada kumparan primer

Es

: Tegangan pada kumparan sekunder timbul gaya gerak listrik

Dengan rumus persamaan : Ep Es

=

Es =

Np Ns

= a.......... .......... .......... .......... (3 −1)

Ns E p .......... .......... .......... .......... ..( 3 −2) Np

Gambar 3.1 Kumparan trafo

Trafo yang mentransformasikan daya dari tegangan tinggi ke tegangan rendah disebut trafo step down, sedangkan trafo yang mentransformasikan daya dari tegangan rendah ke tegangan tinggi disebut trafo step up.

13

3.4.1

Transformator Tiga Fasa Kumparan pada transformator tiga fasa dapat dihubungkan secara dua macam,

yaitu:  Hubungan bintang (Y). Dalam hubungan bintang, arus jala-jala sama dengan arus fasa, dan tegangan jala-jala sama dengan

3

x tegangan fasa. R

N S T

Gambar 3.1.3 Hubungan Y  Hubungan delta (Δ) Dalam hubungan delta, arus jala-jala sama dengan

3

x arus fasa, dan tegangan jala-jala

sama dengan tegangan fasa. R

S

T

Gambar 3.1.3. Hubungan Δ.

3.5

Perhitungan Arus Beban Penuh (Ifl) Transformator Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi dapat dirumuskan sebagai

berikut:

14

S

=

3 . V . I ..........

..........

..........

..........

..( 3 −3)

Dimana: S

:

Daya transformator (kVA)

V

:

Tegangan antar phase sisi primer (V)

I

:

Arus jala-jala (Amp)

Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load current, Ifl) dapat menggunakan rumus:

I fl

=

S 3 .V

Dimana: Ifl

:

Arus beban penuh (Amp)

S

:

Daya transformator (W)

V

:

Tegangan antar phasa sisi sekunder (V)

3.6

Rugi - Rugi Daya Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar Netral Trafo Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap - tiap phasa pada sisi

sekunder trafo (phasa R, phasa S, phasa T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan rugi - rugi. Rugi - rugi pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

15

Pn = In2 x Rn

Dimana: Pn :

Rugi-rugi pada penghantar netral trafo (W)

In :

Arus yang mengalir pada netral trafo (Amp)

Rn :

Tahanan penghantar netral trafo (Ω)

3.7

Ketidakseimbangan Beban Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan dimana : 1. Ketiga vektor arus / tegangan sama besar 2. Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan dimana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak dipenuhi. Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu: 1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama lain. 2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama lain. 3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.

16

IS

IT

IS

o

12 0

12 0o

1 35o

1 20o

12 0o

IT

10 5o `

IN `

IR + IT IR

IR

(a)

(b)

Gambar (a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada Gambar (b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (I N) yang besarnya bergantung dari seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.

3.8

Penyaluran dan Susut Daya Misalnya daya sebesar P disalurkan melalui sebuah saluran dengan penghantar

netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus - arus phasa dalam keadaan seimbang, maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut : P = 3 . [V] . [I] cos φ Dengan: P

: Daya pada ujung kirim (W)

V

: Tegangan phasa-netral pada ujung kirim (V)

cos φ

: Faktor daya

Daya yang sampai di ujung terima akan lebih kecil daripada P karena terjadi penyusutan dalam jaringan.

17

Jika [I] adalah besaran arus phasa dalam penyaluran daya sebesar P pada keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan tidak seimbang besarnya arus - arus phasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b, dan c sebagai berikut :

[IR] = a [I] [IS] = b [I] [IT] = c [I]

Dengan IR, IS, IT berturut-turut adalah arus di phasa R, S, dan T. Bila faktor daya ini di ketiga phasa dianggap sama walaupun besarnya arus berbeda, besarnya daya yang disalurkan dapat dinyatakan sebagai: P = ( a + b + c ) . [V] . [I] . cos φ

Apabila persamaan – persamaan di atas menyatakan daya yang besarnya sama, maka dari kedua persamaan di atas dapat diperoleh persyaratan untuk koefisien a, b, dan c, yaitu : a+b+c=3 dimana pada keadaan seimbang, nilai a = b = c = 1.

18

19

BAB IV PEMBAHASAN

4.1

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan : 1. Mencari data ukur beban dari unit operasi distribusi (posko ganguan) 2. Melakukan survey dan pengukuran langsung di lapangan (penukuran beban dan cos phi) 3. Melakukan pemerataan beban di gardu dengan jalan redistribusi 4. mencari data peta Jaringan Tegangan menengah untuk mencari rute dan panjang jaringan.

4.2 Penyeimbangan Beban 4.2.1 Sebelum Peyeimbangan

Hasil Pengukuran Gardu T. 362 pada malam hari (19.45 WIB)

VL-N

I

Cos 

Fasa R S T IN I rata mlm % beban

(Volt) 229.7 225.6 220.2

(Ampere) 87.54 98.90 133.00 95.00 106.48 72.49

0.89 0.83 0.87

S (kVA ) 20.18 22.31 30.00

Tabel 4.2.1 Pengukuran Beban Sebelum Penyeimbangan

20

Data diatas digunakan untuk menentukan gardu mana yang layak digunakan sebagai bahan penelitian pemerataan beban. Dari data pengukuran beban ini terlihat, bahwa beban antar phase tidak seimbang. Sebelum dilakukan pemerataan beban dilakukan pengukuran ulang, didapat data yang ditampilkan dalam tabel 4.2.1. Adapun

pekerjaaan-pekerjaan

yang

dilakukan

dilapangan

dalam

rangka

menyeimbangkan beban pada Gardu Distribusi PB8 antara lain : 1. Memindahkan Tap-Tap Conector SR pada pelanggan, serta reconnektor mengggunakan compression conector. 2. Memindahkan saluran lampu penerangan jalan ke fasa yang rendah 3. Memasang Grounding Rood

Setelah melakukaan penyeimbangan beban ternyata dapat memberikan pengaruh yang cukup karena arus yang mengalir pada penghantar netral JTR akan sedikit berkurang.

4.2.2 Setelah Penyeimbangan

Hasil pengukuran gardu T.362 pada malam hari (19.34 WIB) :

VL-N

I

Cos 

Fasa R S T IN I rata mlm % beban

(Volt) 224.0 222.6 224.5

(Ampere) 107.50 108.00 103.00 18.92 106.17 71.16

0.89 0.83 0.87

S (kVA ) 24.00 24.04 23.12

Tabel 4.2.2 Pengukuran Beban Setelah Penyeimbangan

21

Setelah peyeimbangan beban di Gardu Distribusi T. 362 dilakukan, ternyata arus yang mengalir pada netral mengecil, sebesar = arus netral sebelum – arus netral sesudah Ir

= 95 – 18,92 = 76,08 A

4.3 Pengaruh Terhadap Rugi-rugi Energi (Losses)

Beban tidak seimbang akan menyebabkan Rugi-rugi energi. Hal ini diakibatkan karena jika beban tidak seimbang akan menimbulkan arus pada penghantar netral, namun setelah dilakukan penyeimbangan beban maka arus pada penghantar netral akan berkurang. Arus yang mengalir pada netral akan menimbulkan rugi-rugi daya sebesar

P = I2

x R. Untuk kabel penghantar tembaga berpenampang 50 mm2, memiliki tahanan sebesar 0,614 Ohm. Susut Distribusi yang terjadi pada penghantar netral yaitu : P = P0 – P1 = (Ino2 x Rn) – (In12 x Rn) = (982 x 0,614) – (18,922 x 0,614) = 5896,86 Watt – 219,80 Watt = 5677,06 Watt = 5,677 KiloWatt

22

Dimana : P0 = Rugi-rugi energi sebelum Penyeimbangan beban P1 = Rugi-rugi energi setelah Penyeimbangan beban Ino = Arus netral sebelum penyeimbangan beban In1 = Arus netral setelah penyeimbangan beban Rn = Hambatan pada penghantar netral

Jadi setelah penyeimbangan beban, susut distribusi yang terjadi pada penghantar netral menurun sebesar 5,677 KW. Maka dalam waktu 1 jam energi yang terselamatkan pada penghantar netral sebesar 5,677 KWh. Setelah dilakukan penyeimbangan beban pada Gardu Distribusi T 362, maka Susut Jaringan menjadi lebih kecil, sehingga standar mutu pelayanan PT.PLN (Persero) kepada pelanggan dapat terpenuhi dan besarnya rugi-rugi energi bisa dikurangi.

23

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF