Bab III Metode Pelaksanaan Bangunan Pelimpah (Spillway) Bendungan Paselloreng
November 23, 2017 | Author: Iwa Haridman | Category: N/A
Short Description
metode pelaksanaan bangunan pelimpah samping bendungan paselloreng...
Description
BAB III METODE PELAKSANAAN BANGUNAN PELIMPAH SAMPING (SPILLWAY) 3.1 Tinjauan Umum Pada Pembangunan Bendungan Paselloreng Kabupaten Wajo ini, pekerjaan beton di bangunan pelimpah dimulai dari SNO 1 sampai dengan SNO 14. Elevasi existing di lapangan saat ini rata – rata +59. Bagian Pekerjaan struktur pada bangunan pelimpah, terbagi atas tiga bagian, Pertama Pekerjaan Struktur pada Weir crest dan Retaining Wall, kedua Pekerjaan Struktur Chute dan Ketiga Pekerjaan Struktur Disspater. Methode Statement ini akan menjelaskan pekerjaan beton di Spilway, meliputi tahapan pelaksanaan dan methode pelaksanaan sehingga memberi jaminan dan keyakinan kwalitas dan target rencana dapat dipenuhi. 3.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Pekerjaan pengukuran, pemasangan
bekesting,
pekerjaan
pekerjaan
join
pembesian,
filler,
pekerjaan
waterstop, dan pekerjaan pengecoran.
3.3 Pekerjaan Pengukuran Sebelum dilaksanakannya bekisting,
dan
pengecoran
item wajib
pekerjaan dilakukan
galian, kegiatan
pengukuran dimana untuk menentukan titik, ketinggian dan batas yang sesuai dengan gambar kerja serta kesepakatan yang tertuang dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS). Tanda dasar untuk proyek merupakan Bench Mark (patok tetap) yang terletak berdekatan dengan Bangunan Utama
seperti terlihat pada gambar. Ketinggian dari Bench Mark ini adalah didasarkan pada titik tetap utama. Bench Mark yang lain dan titik referensi yang terlihat pada gambar yang diberikan kepada Kontraktor sebagai referensi kecuali Bench Mark dasar untuk setting out pekerjaan,
Kontraktor
perlu
melakukan
pengukuran
pemeriksaan untuk kepuasan ia sendiri atas ketelitiannya. Pemberi Tugas tidak akan bertanggungjawab atas ketelitian Bench Mark yang lain begitu juga dengan titik referensinya.
Tabel 3.1 Bench Mark (BM) pada lokasi spillway perlu mendirikan Bench Mark tambahan Kontraktor sementara untuk kemudahannya, tetapi setiap Bench Mark sementara yang didirikan dan akan merupakan rencana dan tempatnya harus disetujui oleh Direksi dan akan merupakan ketelitian yang berhubungan dengan Bench Mark yang didirikan oleh Direksi. Pengukuran pekerjaan galian Alat dipasang pada titik BM, menembak prisma pada target yang ditentukan dan memasang patok ukur
Tabel 3.2 Mendirikan prisma pada batas galian
Tabel 3.3 Memasang patok pengukuran
Gambar 3.4 Patok galian sudah dipasang selanjutnya dilakukan penggalian dengan stone breker lokasi peredam energy (dissipater) Pengukuran pekerjaan bekisting lantai kerja ( line concrete)
Alat Total Station dipasang pada titik BM, menembak prisma pada target yang ditentukan dan memasang patok ukur, menggunakan waterpass alat bantu ukur elevasi.
Tabel 3.5 Pemasangan patok untuk bekisting line concrete lokasi saluran peluncur (chute)
Tabel 3.6 Pengukuran elevasi/tebal line concrete tidak kurang 10 cm lokasi saluran peluncur (chute) Pengukuran pekerjaan bekisting Setelah alat Total station mengukur batas pemasangan bekisting berdasarkan gambar kerja. Tim survey melakukan penandaan menggunkan Sipatan dan piloks.
Tabel 3.7 Penandaan batas bekisting dengan sipatan
Tabel 3.8 Penandaan batas bekisting dengan Pengukuran pekerjaan bekisting piloks Sebelum dilakukan pengecoran tim survey melakukan pengukuran
untuk
penandaan
batas
pengecoran
menggunkan Sipatan dan piloks berdasarkan gambar kerja.
Tabel 3.9 Penandaan batas pengecoran dengan sipatan dan piloks 3.4 Pekerjaan Galian Galian tanah merupakan galian terbuka dari semua material yang tidak terbatas pada tanah, lempung, lumpur, batuan pasir, kerikil, batuan lepas dan sebagainya yang
bukan termasuk batuan lapuk dan batuan yang dapat digali secara efisien tanpa menggunakan bahan peledak atau bulldozer dengan ripper dan penggali hidrolis seperti yang ditetapkan. Galian tanah pondasi dilakukan dalam keadaan kering, Luas dan kedalaman penggalian terbuka untuk mencapai pondasi yang sesuai akan disesuaikan pada batas, tingkatan dan ukuran yang ditunjuk gambar yang telah direncanakan. Hasil akhir galian pondasi harus dapat diterima, yang bebas dari pelapukan yang berlebihan, retakan terbuka
atau
kerusakan lainnya. Untuk mencapai kondisi ini, seluruh formasi
material
yang
berpotensi
tidak
stabil
akan
dipindahkan sesuai dengan yang telah direncanakan. Semua material formasi yang digali akan diangkut ke stockpile atau ke daerah spoil bank yang telah ditentukan. Sumber daya yang digunakan adalah: Tabel 3.1 Sumber daya yang digunakan untuk pekerjaan galian tanah No. Tenaga Kerja 1.
Surveyor dan Assistant
2.
Pelaksana
3.
Safety Officer
No.
Jenis Alat
Kapasitas
Jumlah
1.
Bulldozer
11 dan 21 ton
1
2
Excavator
2,2 m3
2
3.
Dump Truck
11 ton
6
No.
Material
1.
BBM Solar
2.
BBM Bensin
Material batuan yang telah dilonggarkan ripper
Ilustrasi Pekerjaan Galian Tanah Bulldozer
Gambar 3.10 Ilustrasi pekerjaan Galian tanah dimulai dengan dan penggalian tanah dengan galian tanah lokasi dissipater menggunakan bulldozer untuk pengupasan tanah dan pengumpulan material tanah.
Dump Truk
Material batuan yang telah dikumpulkan bulldozer Excavator
Hauling To Stockpile or Spoilbank
Gambar 3.11 Ilustrasi dan pekerjaan pengangkutan hasil galian menggunakan excavator ke Dump truck (dissipater)
Galian
yang
telah
dikumpulkan
bulldozer
kemudian
diloading ke dump truck dengan menggunakan tractor shovel. Material tersebut akan dioptimalkan sebagai formasi timbunan badan jalan jika diinstruksikan direksi. Apabila tidak bisa digunakan akan di kirim ke area buangan.
3.4.1 Galian Batu Lapuk (Mekanis) Pekerjaannya meliputi penggalian
dan
pemindahan
batuan besar (boulder) dengan ukuran yang bervariasi serta semi consolidated sandy matrix. Metode penggalian batuan lunak tidak dapat dilakukan dengan metode konvensional dan tidak dapat digaruk (ripping) dengan bulldozer kapasitas 32 Ton dilengkapi single shank ripper, atau alat sejenis. Dengan persetujuan Konsultan/Direksi, Kontraktor dapat menggunakan metode secara mekanis untuk menghancurkan material keras atau batuan lunak di lokasi, dan penghancuran selanjutnya dapat dilakukan dengan ripping atau single shank ripper, dan galiannya diklasifikasikan sebagai galian batuan lunak. Tabel 3.2 Sumber daya yang digunakan untuk pekerjaan galian tanah batu lapuk No. Tenaga Kerja 1.
Mandor
2.
Operator
3.
Pekerja
No.
Jenis Alat
Kapasitas
Jumlah
1.
Bulldozer +Ripper
21 ton
1
2
Excavator
2,2 m3
2
3.
Dump Truck
11 ton
7
4.
No.
Bulldozer
11 ton
1
Material
1.
BBM Solar
2.
BBM Bensin
Material batuan yang telah dilonggarkan ripper
Bulldozer
Galian3.12 batu Gambar (a) dimulai Ilustrasi dengan Pekerjaanpelonggaran Galian Batu formasi Lapuk batuan dengan menggunakan ripper, material batuan yang
telah
longgar
ini
kemudian
dipotong
dan
dikumpulkan dengan menggunakan bulldozer.
Dump truck
Excavator
Material batuan yang telah dilonggarkan ripper
Hauling To Stockpile or Spoilbank Hasil dari ripping berupa lepas ini lantas Gambar 3.12 (b) Ilustrasibatuan pekerjaan Galian Batu diangkut Lapuk (Mekanis) ke dalam dump truck dengan menggunakan excavator untuk kemudian dibawa ke stockpile atau spoilbank. 3.4.2 Pekerjaan Galian Batu Keras (Mekanis) Pekerjaan ini meliputi penggalian dan pemindahan batuan besar (Boulder) dengan ukuran yang bervariasi serta semi consolidated sany matrix. Metode penggalian batuan keras tidak dapat dilakukan dengan metode konvensional dan tidak
dapat digaruk (ripping) dengan bulldozer Kapasitas 32 ton dilengkapi single shark ripper, atau alat sejenisnya. Dengan persetujuan Konsultan/direksi, kontraktor dapat menggunakan metode secara mekanis untuk menghancurkan material keras atau batuan keras di lokasi, dan penghancuran selanjutnya dapat dilakukan dengan ripping atau single shak ripper, dan galiannya diklasifikasikan sebagai galian batuan keras. Massa batuan dengan tingkat pelapukan I dan II hanya dapat dipotong dengan menggunakan drilling dan wedging atau barring atau excavator & hydraulic breaker 1,3 ton. Metode penggalian batuan keras ini dapat juga dilakukan dengan peledakan. Dimana detonator dan bahan peledakan dipasang
di
areal
yang
akan
diledakkan
dimana
titik
peletakan dibor terlebih dahulu dengan crawler drill. Hasil dari peledakan baru dikumpulkan dengan dozer 32 ton + ripper dan tractor shovel. Kemudian material batuan diangkut ke lokasi spoil bank atau stock pile dengan dump truck. Massa batuan hasil beledakan (boulder) dengan tingkat pelapukan
I
dan
II
jika
masih
diperlukan
pemotongan/pembelahan,
dapat
dipotong
menggunakan
wedging
atau
drilling
dan
dengan
barring
atau
excavator & hydraulic breaker 1,3 ton.
Tabel 3.3 Sumber daya yang digunakan untuk pekerjaan galian batu mekanis No. Tenaga Kerja 1. 2. 3. No. 1.
Mandor Operator Pekerja Jenis Alat Crawler Drill
Kapasitas
Jumlah
10 m3/min
6
2 3.
Air Compressor Dump Truck
4.
Bulldozer
5.
Tractor shovel
No.
Material BBM Solar Dinamit ANFO Detonator
1. 2. 3. 4.
10 m3/min 11 ton 11 dan 32 ton 2,2 m3
Ripper
6 11 1 3
Bulldozer
Gambar 3.13 Ilustrasi dan pekerjaan Galian Batu Keras (Mekanis) (dissipater)
Galian breaker
batuan
untuk
dengan
Crawler
memecahkan
Drill
permukaan
atau
hydraulic
batuan
sesuai
gambar. Hasil galian dikumpulkan dan dipecah dengan Dozer+Ripper.
Excavator
Dump Truck
Gambar 3.14 Pengangkutan hasil galian (dissipater) Galian batuan dituang ke dump truck dengan tractor shovel, untuk dibawa ke stockpile sebagai material rip-rap, beton jika memenuhi persyaratan teknis. Jika tidak dapat dipakai, maka akan dibuang ke lokasi pembuangan. 3.5 Pekerjaan Lantai Kerja (Line Concrete) 3.5.1 Persiapan Pengecoran pada lantai kerja baru dapat dilaksanakan jika tebal lantai kerja tidak kurang dari 10 cm dan sudah diperiksa dan disetujui oleh direksi.
Sebelum dilaksanakan pengecoran, semua permukaan tanah harus dipastikan bersih dari air atau material lainnya, pembersihan dapat dilakukan menggunakan Air Compressor.
Gambar 3.15 Pembersihan lokasi pengecoran line 3.5.2 Pekerjaan Pengecoran concrete Adapun metode yang digunakan untuk pengecoran lantai kerja dengan menggunakan excavator dan pekerja untuk menghampar konsolidasi.
beton
serta
penggunaan
vibrator
untuk
Gambar 3.16 Pekerjaan pengecoran line concrete (dissipater)
3.6 Pekerjaan Beton K225 Bangunan Pelimpah Samping
Gambar 3.17 Tahapan Pekerjaan (Sequence of Works) / 3.6.1 Persiapan Bagan Alir Tahapan Pekerjaan
Pengecoran beton baru akan dilaksanakan saat bekisting dan bagian yang ditanamkan dan penutup permukaan diselesaikan dulu dan sudah diperiksa dan disetujui oleh direksi. Sebelum dilaksanakan pengecoran, semua permukaan formasi pondasi dimana beton akan dicor, harus dibersihkan dari minyak, lumpur, zat organik, potongan-potongan kayu, pecahan batuan dari reruntuhan atau batuan lepas atau material berbahaya lainnya. 3.6.2 Besi Tulangan Besi tulangan menggunakan tulangan polos dan ulir (Dform) yang dibuat oleh pabrik yang sudah disetujui oleh direksi harus sesuai dengan standar JIS G3112 kelas SD 40 atau ASTM A615 kelas 60. Gambar - gambar detil penulangan akan dibuat lengkap dengan detil jarak antar tulangan dan permukaan beton, detil kait, bengkokan, overlap, dan angker. Gambar – gambar tersebut harus disetujui oleh direksi sebelum pabrikasi dan pemasangannya. Setelah pemasangan dan sebelum penuangan beton, semua baja tulangan harus diperiksa oleh Direksi untuk memenuhi persyaratan untuk ukuran, bentuk, panjang, posisi, jarak spasi, dan jumlah. Baja tulangan harus dilindungi oleh ketebalan selimut beton seperti yang ditunjukkan pada gambar. Dimana jika tidak ditampilkan, penutup beton minimum yang jelas untuk baja tulangan adalah sebagai berikut: • Tidak kurang dari 7 cm di mana beton berada dalam tanah tanpa menggunakan bekisting; • Tidak kurang dari 5 cm untuk baja tulangan lebih besar dari 16 mm dan jarak 4 cm untuk tulangan kurang dari 16 mm
di mana beton terkena cuaca atau terkena tanah, namun ditempatkan dalam bekisting; • Tidak kurang dari 2 cm untuk lantai dan dinding yang tidak terkena tanah atau cuaca; • Tidak kurang dari 7 cm dalam struktur yang terkena aliran air kecepatan tinggi, atau • Tidak kurang dari 3 cm untuk balok, balok penopang dan kolom yang tidak terkena tanah atau cuaca. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan Pasal 6 pada Dokumen
Pengadaan
BAB
XII,
Spesifikasi
Pekerjaan
(Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Teknik) yang di keluarkan oleh SNVT-PJSA, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan – Jeneberang. Pemasangan Pembesian pada struktur posisinya harus benar dan kuat sesuai dengan gambar yang sudah disetujui dan disepakati oleh Konsultan untuk menghidari terjadinya kesalahan
penempatan
atau
pergeseran
pada
saat
pengecoran dilaksanakan. Penempatan dan jarak antar besi tulangan harus terjaga seperti yang ditegaskan dalam gambar konstruksi, kecuali ada instruksi dari Konsultan atau permintaan dari Direksi. Jenis – Jenis Besi Tulangan yang digunakan pada Proyek Pasellorang adalah sebagai berikut: 1. Besi Beton Polos Ø 10 (sesuai dengan Spesipikasi Teknis adalah ASTM A615 atau setara dengan BJTS U40) Untuk penggunaan besi beton polos Ø 10, banyak digunakan untuk nonstructural seperti, besi angkur, besi stek dan besi support bekesting, dapat dilihat pada documentasi berikut:
3.18 Ulir Penggunaan besi polos Ø 10, sebagai Teknis support 2.Gambar Besi Beton D 13 (sesuai dengan Spesipikasi bekisting adalah ASTM A615 atau setara dengan BJTS U40) Untuk Penggunaan Besi Beton ulir Diameter 13, banyak digunakan untuk, besi support pada pembesian stage
berikutnya.
Dapat
Dilihat
pada
Documentasi
Berikut:
3. Besi Beton Ulir D 16 (sesuai dengan Spesipikasi Teknis Gambar 3.19 Besi Beton Diameter 13 (jingga), adalah ASTM A615 atau setara dengan BJTS U40) sebagai Support lantai untuk struktur pembesian
Untuk Penggunaan Besi Beton ulir Diameter 16, banyak
digunakan
untuk
structural
seperti,
Tiang
Support / Tulangan Weis dan Tulangan Lantai Dapat Dilihat pada Documentasi Berikut:
4. Besi Beton Ulir D19, D25 dan D29 (sesuai dengan Gambar 3.20 Teknis Besi Beton Diameter 16 (biru), plat Spesipikasi adalah ASTM A615 atau sebagai setara dengan BJTS U40) Untuk Penggunaan Besi Beton ulir D19, D25 dan D29, banyak digunakan untuk tulangan pokok pada structural seperti, Dinding Weir, Dinding Bangunan Pelimpah dan Struktur Utama Lantai Bangunan Pelimpah Dapat Dilihat pada Documentasi Berikut:
Gambar 3.21 Besi Beton Diameter 19 (hijau), Diameter 25 (kuning), Diameter 29 (merah) sebagai Dinding Wier, 3.6.3 Waterstop, Expantion join (Join Filler), Construction Dinding Bangunan Pelimpah dan sebagai Lantai Utama Joint (Oil painting) dan Weep Hole Bangunan Pelimpah Waterstop, Join Filler, Oil painting dan Weep Hole posisi pemasangannya harus benar sesuai dengan gambar yang sudah disetujui dan pemasangannya harus, kuat untuk menghindari terjadinya pergeseran atau perubahan posisi pada saat pekerjaan pembetonan dilaksanakan.
Sebelum pemasangan waterstop dengan Form, periksa ketebalan
sambungan
untuk
PVC
water
mengunakan sabun atau kompressor air.
Gambar 3.22 Pemasangan waterstop
stop
dengan
Gambar 3.23 Pemasangan joint filler dan oil painting
3.6.4 Bekesting
Bekisting digunakan untuk membentuk beton dan apabila diperlukan
diberi
kayu penyangga
sebagai
alat bantu.
Permukaan semua bekisting yang berhubungan dengan beton harus bersih, kaku, dan kokoh untuk mencegah hilangnya mortar. Material yang digunakan untuk bekisting sebelumnya harus disetujui oleh direksi. Bahan bekisting harus sesuai dengan persyaratan berikut, kecuali dipersyaratkan lain: 1. Bekisting tipe F1: Bekisting F1 dibuat dari baja dan lapisan selubung kayu,
bebas
dari
kekasaran
permukaan
atau
penyimpangan besar. Digunakan pada permukaan beton yang terekpos/terlihat. 2. Bekisting F2: Bekisting F2 dibuat dari kayu biasa, papan serat, kayu lapis,
atau
permukaan
selubung atau
baja,
bebas
penyimpangan.
dari
kekasaran
Digunakan
permukaan beton tidak terlihat / tidak terekpos.
pada
3. Bekisting F3: Bekisting F3 ditentukan, dibuat dari kayu kelas I (satu),
papan
serat
tahan
tekan,
kayu
lapis,
atau
selubung baja plat tidak kurang dari 1,5mm tebal, dengan permukaan
halus.
Digunakan
pada
pekerjaan
yang
berbentuk lingkaran, oval atau sebagainya. 4. Bekisting F4: Bekisting F4 terbuat dari 30 mm tebal kayu kelas I, atau 20mm plywood, atau baja selubung dengan tebal plat tidak kurang dari 2 mm, dengan permukaan yang sangat halus dan seragam. Digunakan pada bentuk yang melingkar parabolic atau lengkungan lainnya seperti lengkung beton lining terowongan. Pemasangan dan posisi bekesting harus dipasang pada posisi yang benar dan lurus agar diperoleh hasil pengecoran yang benar sesuai yang diperlihatkan dalam gambar yang sudah sudah disetujui oleh direksi dan pemasangannya harus kuat dengan mengunakan angkur penarik, form tie sebagai pengunci,
pipa
sebagai
rangka
dan
penopang
untuk
menghindari pergeseran atau pembengkakan bekesting pada saat
pengecoran
dilaksanakan.
Panel-panel
Bekesting
terbuat dari rangka kayu dan lembaran plywood. Gambar dan perhitungan stabilitas kekuatan bekesting tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.24 Penampang Bekesting Untuk Pekerjaan Pengecoran pada Bangunan Pelimpah
Gambar 3.25 Tampak atas dan potongan bekisting
Gambar 3.26 Pemasangan bekisting lokasi dinding kiri spillway
3.6.5 Akses Jalan untuk Pengecoran Cara dan alat yang dipakai untuk mengangkut dan mengecor
beton
dan
waktu
yang
hilang
selama
pengangkutan tidak boleh menyebabkan segregasi agregat kasar, turunnya slump sampai 25 mm atau hilangnya kandungan udara sebelum konsolidasi sampai 1% pada waktu beton di cor pada pekerja. Aksess Road yang digunakan
untuk
pengangkutan
material pengecoran mengikuti seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.25 Semua material Pengecoran dibuat dan didatangkan dari Batching Plant (Concerete Mixing Plant. Jalur
(Rutes)
dan
Jarak
Pengangkutan
ditampilkan pada Gambar 7.7.1 dibawah ini.
adalah
seperti
Gambar 3.27 Aksess Jalan untuk Pengangkutan Material 3.6.6 Pelaksanaan Pengecoran Pengecoran Suhu waktu pengecoran tidak boleh melebihi 30 oC. Oleh karenanya sebaiknya pengecoran dilakukan di malam hari untuk menghindari penguapan yang berlebihan. Jika memang harus dilakukan pada suhu yang terik harus dipakai cara yang efektif untuk pendinginan agregat, mendinginkan air pencampur, penambahan serpihan es atau cara apa saja yang disarankan direksi. Harus dipastikan cara untuk membatasi dan mengontrol tinggi jatuh beton, sihingga tidak menyebabkan segregasi atau benturan keras yang dapat mengenai besi tulangan dan bekisting yang sudah dirakit, tinggi jatuh beton tidak melebihi 1,5 meter. Prosess pelaksanaan pengecoran adalah sebagai berikut 1. Adapun hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum pengecoran dimulai: a. Melakukan request
untuk
join
inspeksi
dan
pengecoran atas persetujuan direksi dan konsultan, satu hari sebelum pengecoran. b. Peralatan c. SDM laboratorium, kontraktor, konsultan dan pekerja d. Kebersihan lokasi pengecoran
e. Untuk pengecoran dengan sambungan lantai kerja Gambar 3.28 Pembersihan lokasibahan pengecoran dengan tidak perlu menggunakan tambah perekat. Tapi compressor jika beton yang akan disambung merupakan beton lama dengan beton baru diperlukan bahan tambah yaitu sikabon dengan perbandingan sikabont (1) : semen (1) : air (1)
2. Material dicampur di Batching GambarPengecoran 3.29 Pemberian sikabont pada beton sebagai (Concretelama Mixing Plant).perekat beton baru
Plant
Gambar 3.30 Formulasi concrete pada batching plant
3. Material
Pengecoran
di
angkut
ke
lokasi
dengan
mengunakan Agitator Truck (Truck Mixer) Kapasitas 6 m3 4. Selanjutnya Material Concrete tersebut dituang kedalam Concrete Pump untuk dialirkan ke lokasi pengecoran.
Gambar 3.31 Proses muat Concrete Mixture ke Concrete Pump 5. Material Pengecoran dituang kedalam area yang sudah terpasang bekesting dengan hati-hati agar tidak merubah formasi besi yang sudah terpasang sesuai dengan desain dan tidak merusak bekesting akibat desakan material beton ketika dipompa.
Gambar 3.32 Proses penuangan concrete ke lokasi pengecoran
Gambar 3.33 Ilustrasi proses Pelaksanaan Pengecoran dengan Concrete Pump
6. Pada proses pengecoran dilakukan pula pencatatan untuk record of concrete placing untuk cycle time (doken) dan quality
control
(penambahan
bahan
tambah
pengambilan sampel).
Gambar 3.34 Mencatat cycle time (strat, delivery, on site, placed, finish and arrrrived) serta bukti pembayaran (doken)
dan
Gambar 3.35 Record of concrete placing untuk cycle time (doken) dan quality control (penambahan bahan tambah dan pengambilan sampel).
Gambar 3.36 Doken
Gambar 3.37 Slump test (workability)
Gambar 3.38 Pengambilan jumlah sampel, 4 sampel untuk tiap 15 m3 (3 concrete mixture) untuk dicatat pada record of concrete placing (quality control)
Gambar 3.39 Cek suhu beton segar untuk tiap concrete mixture untuk dicatat pada record of concrete placing (quality control)
7. Material
Pengecoran
mengunakan
Vibrator
dikonsolidasikan setelah
tertuang
dengan dilokasi
pengecoran. 8. Hal-hal khusus harus selalu diperhatikan ketika meterial beton dituang dan tercampu (terkonsolidasi) di sekitar area waterstop agar tidak terjadi adanya ruang yang tidak terisi material beton, sehingga area disekitar waterstop benar-benar terisi beton.
Gambar 3.40 Penggunaan vibrator engine
3.6.7 Pemadatan (Konsolidasi) Masing-masing lapisan beton harus segera dikonsolidasi dengan alat yang memadai sehingga beton menjadi padat sampai mencapai kerapatan maksimum dan tertutup dengan rapi bagi semua permukaan bekisting dan material yang berdekatan. Secara garis besar, beton harus dikonsolidasi dengan tenaga listrik atau tenaga pneumatik, vibrator tipe internal yang operasinya dengan kecepatan setidaknya 7000 rpm bila dicelupkan ke beton. Kepala vibrator harus dimasukkan ke beton secara vertikal, setidaknya 5 cm ke dalam lapisan dibawahnya.
Gambar 3.41 Penggunaan vibrator engine untuk konsolidasi beton
3.6.8 Penyiraman Beton (Curing) Beton harus dilindungi semua beton dari benda-benda yang
bisa
merusak
menyebabkan
atau
pengeringan
membahayakan yang
yang
mendadak
bisa atau
pembebanan mendadak atau karena vibrasi, sampai beton betul-betul keras sehingga bisa mencegah kerusakan. Semua beton harus dibasahi dengan cara “pembasahan langsung dengan air” atau “pembasahan dengan diberi karung spoil basah” sesuai dengan persyaratan spesifikasi.
3.42 Gambar Penggunaan Geotextil untuk proses curing
Gambar 3.43 Penggunaan karung goni untuk proses curing Ringkasan Methode dan Masa Waktu curing pada beton seperti yang terangkum pada Tabel 6-1 dibawah ini: Tabel 3.4 Ringkasan Methode dan Masa Waktu Curing Tahapan Tahap Pertama
Tahapan Kedua
Durasi Waktu Setelah Selesainya Pengecoran dan pengecoran sudah mulai cukup keras, sekitar 5 jam selesainyan pengecoran. Setelah beton sudah benar-benar keras dan umur beton sudah sampai dengan 10 hari setelah pengecoran
Methode Penyiraman air dengan mengunakan alat semprot. Curing Compound, penyiraman air atau material basah seperti karung goni dan geotextil dbasahi
3.6.9 Pelepasan Bekisting Bekisting dibuka setelah umur beton mencukupi dan memenuhi syarat pembongkaran bekisting.
Gambar(Communication 3.44 Pelepasan Facility) 3.7 Fasilitas Komunikasi bekisting Mempersiapkan komunikasi Kepala Pengawas Lapangan pekerjaan Cpengecoran, Pengawas Lapangan Staff, Quality Control, Operator Batching Plan (Concrete Mixing Plan) dengan mengunakan Handy Talky untuk berkomunikasi. 3.8 Pengujian Mutu Beton (Quality Control Concrete) 1. Diamkan sampel ±24 jam (satu hari) setelah pengecoran dilapangan. 2. Setelah itu ambil sampel dilapangan, rendam untuk umur 3 hari, 7 hari, 21 hari, 28 hari dan 56 hari.
Gambar 3.45 Pengambilan sampel cylinder
Gambar 3.46 Melepas sampel dari mal
Gambar 3.47 Perendaman sampel 3. Angkat sampel yang akan di kuat tekan satu hari sebelum pengujian.
Gambar 3.48 Mengangkat sampel dari bak perendam dan didiamkan ±24 jam
4. Timbang sampel.
Gambar 3.49 Menimbang sampel 5. Lakukan pengujian kuat tekan.
Gambar 3.50 Pengujian kuat tekan
3.9 Joint Treatment Ikatan antara beton (The Construction Joins) adalah ikatan konstruksi antara setiap bagian atau blok area pengecoran
karena
dilakukan
secara
bertahap,
permukaannya harus bersih dan kasar untuk memastikan ikatan tersebut benar-benar efektif. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah permukaan Ikatan antara beton (The Construction Joins) seperti beton yang longgar, /rapuh harus, cela (groove), pasir dan material asing lainnya yang bukan bagian dari komposisi material beton,
harus
dibersihkan
dan
dilepas
karena
akan
melemahkan ikatan antara beton (Construction Joints). 3.9.1 Ikatan Beton Mendatar (Horizontal Construction Joints) Setelah pekerjaan pengecoran sudah hampir selesai dan beton yang dikerjakan menampakan sudah mulai mengeras, sebelum benar-benar mengeras biasanya selang waktu 2 jam, proses green cut segera dilakukan dengan kombinasi semprotan air dengan angin pada permukaan beton yang dikerjakan sehingga
tadi ada
agar
permukaannya
ikatan
beton
kasar
dan
mendatar
bersih
(Horisontal
Construction Joints) antara pengecoran yang dilakukan pada saat itu dengan pengecoran yang akan dilakukan diatasnya atau lifting berikutnya. 3.9.2 Kegagalan Ikatan Beton (Unexpected Construction Joints) Jika
Pekerjaan
pengecoran
ditanguhkan
sebelum
pekerjaan pengecoran selesai satu blok. Kegagalan Ikatan
Beton (Unexpected Construction Joints) bisa terjadi sehingga harus segera dihindari dan jika materail pengecoran sudah dituang dalam satu blok kemudian pekerjaan pengecoran ditangguhkan maka permukaan beton yang dituang harus dibentuk dengan baik sehingga prosess konsolidasi dapat terjadi serata mungkin.Untuk meminimal area kegagalan ikatan beton (Unexpected Construction Joints) dan untuk menghindari ketebalan pengecoran selanjutnya tipis maka perlu dilakukan pembersihan dan green cut dilakukan sama dengan ikatan beton mendatar (Horisontal Construction Joints).
View more...
Comments