BAB II Landasan Teori Balanced Scorecard
July 17, 2019 | Author: Angga Permana | Category: N/A
Short Description
Sedot gaaan...
Description
BAB II LANDASAN TEORI
II.1
Pengukuran Kinerja
Definisi pengukuran kinerja menurut Mulyadi (1993) adalah “Penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu
organisasi,
bagian
organisasi
dan
karyawannya
berdasarkan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Sedangkan menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai “The activity of measuring the performance of an activity or the entire value chain”. chain”. Hasil pengukuran kinerja tersebut digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian. Suatu sistem pengukuran kinerja sangat penting untuk mengetahui
keberhasilan
perusahaan
dalam
mencapai
tujuannya, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek seperti yang telah ditetapkan dalam suatu strategi. Jadi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu strategi yang telah ditetapkan,
diperlukan
suatu
merupakan
alat
manajemen
bagi
pengukuran untuk
kinerja
yang
mengevaluasi II-10
kinerjanya. Seperti yang diungkapkan oleh Kaplan, Robert S., David P. Norton (1996) “If you can’t measure it, you can’t manage it”
II.2
Pengukuran Kinerja
II.2.1
Sejarah Perkembangan Balanced Perkembangan Balanced Scorecard Scorecard
B al anced Score cor ecard car d
Balanced Scorecard pertam Scorecard pertamaa kali dipublikasikan dipublikasikan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul “The Balanced Scorecard Scorecard Measures That Drives Performance Performance”. ”. Artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika serta diskusi rutin dua bulanan dengan wakil dari berbagai bidang perusahaan perusahaan sepanjang tahun itu untuk mengembangkan mengembangkan suatu model
pengukuran
kinerja
baru. Balanced Balanced
Scorecard Scorecard
dikembangkan sebagai sistem pengukuran kinerja yang memungkinkan para eksekutif memandang perusahaan dari berbagai perspektif perspektif secara secara simultan. simultan. Dalam
perkembangannya,
Balanced
Scorecard Scorecard
kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur bisnis dengan strategi perusahaan. perusahaan. Norton dan Kaplan menjelaskan berdasarkan berdasarkan
tentang
pentingnya
keberhasilan keberhasilan
memilih
tolok
ukur
strategis dalam artkel kedua
Harvard Business Review (1993), “ Putting the Balanced II-11
Scorecard to Work ”. Dalam artikel ini, Kaplan dan Norton menunjukan bagaimana beberapa perusahaan menggunakan Balanced
Scorecard Scorecard .
Pengukuran
yang
efektif
harus
merupakan bagian yang integral dari proses manajemen. Balanced Scorecard Scorecard merupakan sistem manajemen yang dapat memotivasi berbagai temuan perbaikan pada areaarea seperti proses, pelanggan, dan pengembangan produk. Perkembangan selanjutnya, Balanced Scorecard Scorecard tidak saja digunakan sebagai sistem pengukuran kinerja namun sebagai sistem
manajemen
strategis.
Keberhasilan
pemanfaatan
Balanced Scorecard tersebut dilaporkan dalam sebuah artikel di Harvard Business Review (1996) dengan judul “Using “ Using Balanced Scorecard Scorecard as a Strategic Management Management System”. System”. Artikel ini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan harus berkompetisi berkompetisi dalam era informasi informasi sekarang ini dengan meningkatkan
kemampuannya
dalam
mengeksploitasi
intangible assets, assets, lebih baik dari sekedar mengelola tangible assets-nya. assets-nya. Balanced organisasi
untuk
Scorecard Scorecard mendidik memandang
manajemen
perusahaan
dari
dan
empat
perspektif perspektif yaitu finansial, finansial, pelanggan, pelanggan, pembelajaran pembelajaran dan pertumbuhan, pertumbuhan, serta bisnis internal, yang menghubungk menghubungkan an pengendalian pengendalian operasional operasional jangka pendek ke dalam visi dan strategi bisnis jangka panjang. Selanjutnya manajemen II-12
didorong untuk memfokuskan diri pada rasio-rasio kunci yang kritis dan strategis melalui stretch target yang ditetapkan bersama. bersama. FINANSIAL
“Untuk sukses secara finansial, bagaimana seharusnya kami tampak di depan pemegang saham?” saham?”
Tujuan Tolok Ukur Target Inisiatif
PELANGGAN
“Untuk mencapai visi kami, bagaimana seharusnya kami tampak di depan pelanggan?” pelanggan?”
PROSES BISNIS INTERNAL
Tujuan Tolok Ukur Target
VISI & STRATEGI
Inisiatif
“Untuk memuaskan pemodal& pelanggan, proses bisnis apa yang harus kami unggulkan?” unggulkan?”
Tujuan Tolok Ukur Target Inisiatif
PEMBELAJARAN&PERTUMBUHAN
“Untuk mencapai visi kami, bagaimana kami menjamin kemampuan untuk berubah&memb. perbaikan?” perbaikan?”
Tujuan Tolok Ukur Target Inisiatif
Gambar 2.1 Konsep Dasar Balanced Dasar Balanced Scorecard Scorecard
II.2.2
Definisi Balanced Definisi Balanced Scorecard Scorecard Konsep Balanced Scorecard Scorecard berkembang berkembang sejalan
dengan perkembangan implementasinya. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: Kartu Skor (Scorecard ( Scorecard ) dan Berimbang ( Balanced Balanced ). ). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor ini dapat juga digunakan digunakan untuk merencanakan merencanakan skor yang hendak dicapai atau yang diwujudkan personel di masa depan. Kata berimbang dimaksudkan dimaksudkan untuk menunjukkan menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang berimbang dari dua aspek: keuangan keuangan II-13
dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, internal dan eksternal. Menurut
Kaplan dan Norton
(Yuwono, 2002),
Balanced Scorecard merupakan: “...sekumpulan ukuran yang memberikan para manajer puncak suatu pandangan bisnis secara tepat namun dapat dipahami ...meliputi ukuran keuangan yang menunjukkan hasil dari tindakan yang telah dilakukan ...melengkapi ukuran-ukuran keuangan dengan ukuran-ukuran operasional berdasarkan kepuasan pelanggan, proses internal, dan inovasi organisasi serta memperbaiki ukuran-ukuran
aktivitas
operasional
yang
merupakan
pengendali keuangan yang dihasilkan di masa mendatang.” Sedangkan menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (Yuwono, 2002), Balanced Scorecard merupakan: “Pengukuran dan sistem manajemen yang memandang kinerja unit bisnis dari empat perspektif: keuangan, pelanggan, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.” Jadi merupakan
dengan suatu
demikian,
sistem
Balanced
manajemen,
Scorecard
pengukuran,
dan
pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif yang dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang kinerja bisnis. Balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan II-14
dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat perspektif ini memberi kerangka kerja bagi Balanced Scorecard . Sementara pendek,
yaitu
tetap
melalui
memperhatikan perspektif
kinerja
jangka
finansial, Balanced
Scorecard dengan jelas mengungkapkan berbagai faktor yang menjadi
pendorong
tercapainya
kinerja
finansial
dan
kompetitif jangka panjang yang superior (Kaplan dan Norton, 2000).
II.2.3
Keunggulan dan Manfaat Balanced Scorecard Keunggulan Balanced Scorecard dalam konsep
pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
Komprehensif: Sebelum konsep Balanced Scorecard ditemukan, perusahaan beranggapan bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Setelah keberhasilan Balanced Scorecard , para eksekutif perusahaan baru menyadari output yang dihasilkan oleh perspektif keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari tiga perspektif lainnya yaitu pelanggan, proses bisnis internal
dan
pembelajaran
pertumbuhan. Dengan II-15
adanya perluasan pengukuran ini diharapkan manfaat yang
diperoleh
oleh
perusahaan
adalah
pelipatgandaan keuntungan dijangka panjang dan meningkatkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memasuki arena bisnis yang kompleks.
Koheren: Balanced Scorecard mewajibkan personal untuk membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran yang dihasilkan dalam perencanaan strategisnya. Setiap sasaran strategis yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seimbang: Keseimbangan
sasaran
strategis
yang
dihasilkan dalam empat perspektif meliputi jangka pendek dan panjang berfokus pada faktor internal dan eksternal. Keseimbangan dalam Balanced Scorecard juga tercermin dengan selarasnya scorecard personal staff dengan scorecard perusahaan sehingga setiap personal yang ada dalam perusahaan bertanggung jawab untuk memajukan perusahaan.
Terukur: Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya keyakinan bahwa “If we can measure it, we can manage it, if we can manage
II-16
it, we can achieve it”. Sasaran strategis yang sulit diukur seperti pada perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan dengan menggunakan Balanced Scorecard dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan.
Adapun
manfaat Balanced
Scorecard (BSC) bagi
organisasi atau perusahaan menurut
Kaplan dan Norton
(Gultom, 2009), antara lain:
Menglarifikasikan dan mengomunikasikan strategi keseluruhan organisasi.
Menyelaraskan sasaran departemen dan individu dengan strategi organisasi.
Mengaitkan sasaran strategis dengan target jangka panjang dan anggaran tahunan,
Mengidentifikasikan
dan
menyelaraskan
inisiatif
strategi,
Melaksanakan peninjauan strategi secara periodik,
Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk memperbaiki strategi.
II.2.4
Empat Perspektif Balanced Scorecard
II.2.4.1 Perspektif Finansial
II-17
Pengukuran
kinerja
finansial
akan
menunjukan
apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan perusahaan. Perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Pengukuran
kinerja
finansial
mempertimbangkan
adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu growth, sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda. Growth
adalah
tahapan
awal
siklus
kehidupan
perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Di sini,
manajemen
terkait
dengan
komitmen
untuk
mengembangkan suatu produk/ jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Dengan demikian, tolok II-18
ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah, misalnya tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan. Sustain adalah tahapan kedua dimana perusahaan masih
melakukan
investasi
dan
reinvestasi
dengan
mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya, jika mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan bottleneck, mengembangkan kapasitas, dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran finansial pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Tolok ukur yang kerap digunakan pada tahap ini, misal ROI, ROE , dan Profit Margin. Harvest adalah tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar
menuai
hasil
investasi
di
tahap-tahap
sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran finansial utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagai tolok ukur, adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
II-19
Dalam pendekatan menggunakan metode Balanced Scorecard penetapan tujuan strategi dalam kinerja finansial dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Equity Management Sesuai dengan model dasar pertanyaan yang dijadikan kerangka pemikiran (Robert S. dan David Norton) “Untuk mencapai sukses secara finansial, apa yang seharusnya
diperlihatkan
perusahaan
kepada
pemegang saham?”. Pertanyaan ini digunakan sebagai dasar dalam menentukan tujuan strategi dalam equity manajemen.
Tujuan
strategi
kinerja
finansial
perusahaan adalah untuk menjadikan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian investasi terbaik.
Growth Management Cara yang perlu ditempuh agar dapat bersaing harus dapat
mempertahankan
pelanggan
yang
ada
penjualan serta
produk
berusaha
pada untuk
meningkatkan penjualan produk dalam segmen pasar sasaran. Oleh karena itu maka tujuan strategi yang ditetapkan
untuk
growth
manajemen
adalah
mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan pendapatan dari penjualan produk di segmen pasar sasaran. II-20
Cost Management
Dalam penetapan tujuan strategi untuk penghematan atau penekanan biaya, baik biaya langsung maupun tidak langsung harus diselaraskan dengan penetapan tujuan strategi dalam perspektif lainnya sesuai dengan visi, misi dan strategi yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor
pendorong
untuk
tercapainya
keberhasilan kinerja finansial jangka panjang adalah sebagai berikut:
Keberhasilan
perusahaan
dalam
memperhatikan
pelanggan dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginannya. Dalam menetapkan tujuan strategi untuk keberhasilan perusahaan dalam memperhatikan pelanggannya,
akan
diidentifikasikan
dalam
perspektif pelanggan (customer perspective).
Keberhasilan perusahaan dalam menguasai proses internal bisnisnya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Hal ini akan diidentifikasikan dengan menetapkan tujuan strategi didalam perspektif proses bisnis internal.
Keberhasilan
perusahaan
dalam
meningkatkan
kemampuan perusahaan sebagai penggerak untuk
II-21
dapat
menguasai
proses
bisnis
internal
dalam
memenuhi keinginan konsumen atau memuaskan pelanggan
dan
pembelajaran
pemegang
untuk
sahamnya
meningkatkan
melalui
pendapatan
perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini akan diidentifikasi dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ( Learning and Growth Perspective).
Faktor-faktor diatas termasuk kinerja non finansial, untuk mengetahui keberhasilan kinerja non finansial maka perlu dilakukan tujuan strategi dalam kinerja finansial.
Peningkatan Nilai Pemegang Saham (Perspektif Finansial)
Strategi Peningkatan Penerimaan
Strategi Perluasan Pasar (Peningkatan Pangsa Pasar)
Strategi Peningkatan Produktivitas
Strategi Peningkatan Nilai Bagi Pelanggan
Strategi Peningkatan Efektivitas Biaya
Strategi Peningkatan Utilisasi Aset
Gambar 2.2 Keterkaitan Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Finansial
Pengukuran kinerja dengan memperhatikan aspek finansial, yang dapat menunjukkan apakah perencanaan dan
II-22
pelaksanaan strategi yang telah dilakukan memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan di bidang finansial ini menggunakan tolok ukur rasio likuiditas dengan melihat Current Ratio dan Quick Ratio, rasio leverage dengan melihat Debt to Net Worth dan Short term Debt to Liabilities, rasio aktivitas/perputaran dengan melihat Inventory Turnover dan Total Assets Turnover , dan rasio profitabilitas dengan melihat Net Profit Margin dan Return On Investment (ROI). 1.
Rasio Pengukuran Likuiditas Rasio
likuiditas
mengukur
sebaik
apa
sebuah
perusahaan dapat memenuhi kewajibannya memenuhi hutang jangka pendek. a.
Current Ratio
Current Ratio (Rasio Lancar) sering disebut sebagai rasio modal kerja, merupakan aset jangka pendek dibagi dengan hutang jangka pendek. Rasio lancar menunjukkan berapa kali aset lancar dapat membayar hutang lancar. Nilai rasio lancar yang semakin tinggi menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola aset lancar dan hutang lancar yang semakin baik. Current Ratio = AktivaLancar Hu tan gLancar
II-23
b.
Quick Ratio
Quick Ratio (Rasio Cepat) merupakan rasio yang membandingkan hutang lancar perusahaan dengan aktiva cepatnya, yang terdiri dari kas, surat berharga yang dapat diperjualbelikan, dan piutang dagang. Aktiva ini dianggap cepat karena aktiva tersebut merupakan kas atau yang bisa dikonversikan menjadi kas dalam sehari. Jenis aktiva lain seperti inventori, baik barang jadi, setengah jadi, atau bahan baku memakan waktu yang lebih lama untuk dikonversikan ke dalam bentuk kas. Dengan demikian aset ini harus dikeluarkan dari kategori aset cepat. Nilai rasio cepat yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja manajemen perusahaan semakin meningkat. Quick Ratio = AktivaLancar Persediaan Hu tan gLancar
2.
Rasio Pengukuran Leverage Rasio leverage mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. a.
Debt to Net Worth
Debt to Net Worth (Hutang Terhadap Kekayaan Bersih) merupakan hutang/ kewajiban total dibagi
II-24
total kekayaan bersih. Semakin kecil nilai rasio ini berarti kinerja perusahaan semakin meningkat. Debt to Net Worth = TotalHu tan g x100% TotalAktiva
b.
Short term Debt to Liabilities
Short term Debt to Liabilities (Hutang Jangka Pendek Terhadap Total Hutang)
merupakan ukuran dari
kedalaman dan bentuk hutang, diukur sebagai hutang jangka pendek dibagi dengan total hutang. Semakin rendahnya hutang jangka pendek dibandingkan total hutang
menunjukkan
bahwa
kinerja
manajemen
perusahaan dalam mengelola hutang semakin baik. Short term Debt to Liabilities = Hu tan gJangkaPendek x100 % TotalHu tan g
3.
Rasio Pengukuran Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumbersumber daya yang dimilikinya seperti yang ditunjukan oleh
tingkat
penjualan
dengan
investasi
dalam
berbagai rekening aktiva. a.
Inventory Turnover
II-25
Inventory Turnover (Tingkat Perputaran Inventori) merupakan biaya penjualan dibagi rata-rata inventori. Semakin tinggi nilai tingkat perputaran inventori, kinerja
perusahaan
semakin
baik,
karena
akan
memenuhi kebutuhan aliran kas dan modal kerja. Inventory Turnover = H arg aPokokPenjualan Persediaan
b.
Total Assets Turnover
Total assets turnover (tingkat perputaran harta total) menunjukkan seberapa jauh perusahaan menggunakan harta total secara efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran harta total, berarti perusahaan semakin efisien mengelola harta totalnya. Peningkatan nilai ini dapat dilakukan melalui peningkatan penjualan dan/ atau penjualan terhadap harta perusahaan yang tidak produktif. Perputaran harta total yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Total Assets Turnover = PenjualanBersih TotalAktiva
4.
Rasio Pengukuran Profitabilitas Rasio
profitabilitas
digunakan
untuk
mengukur
tingkat efektivitas manajemen seperti yang ditunjukan
II-26
oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan selama periode tertentu. a.
Net Profit Margin (Keuntungan Bersih)
Net
Profit
Margin
mampu
menggambarkan
kesuksesan dari suatu operasi perusahaan, dan biasa digunakan
untuk
memperkirakan
atau
memproyeksikan profitabilitas dalam suatu rencana bisnis. Semakin tinggi nilainya menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik. LabaBersih
Net Profit Margin =
Pendapa tan Usaha
b.
x100 %
Return On Investment (ROI)
Return
On
Investment (Tingkat
Pengembalian
Investasi) mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, disebut juga sebagai tingkat pengembalian atas aset ( Return On Assets/ ROA). Nilai persentase ROI yang semakin tinggi
menunjukkan
bahwa
kinerja
perusahaan
semakin baik. Return On Investment (ROI) = LabaBersih x100% TotalAktiva
II.2.4.2 Perspektif Pelanggan
II-27
Perspektif
pelanggan
memiliki
dua
kelompok
pengukuran, yaitu customer core measurement dan customer value prepositions. 1. Customer Core Measurement Customer Core Measurement memiliki beberapa komponen pengukuran yaitu market share, customer retention, customer acquisition, customer satisfaction, dan customer profitability.
PANGSA PASAR
AKUISISI PELANGGAN
PROFITABILITAS PELANGGAN
RETENSI PELANGGAN
KEPUASAN PELANGGAN
Gambar 2.3 Tolok Ukur Utama Perspektif Pelanggan
a. Market Share Pengukuran ini mencerminkan bagian-bagian yang dikuasai perusahaan atas seluruh pasar, meliputi jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan. b. Customer Retention
II-28
Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen. Kebutuhan
mempertahankan
(customer
retention)
pelanggan
merupakan
hal
yang
diupayakan perusahaan-perusahaan masa kini. Mereka menyadari bahwa menarik seorang pelanggan baru bisa lima kali lipat dari biaya mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Customer Acquisition Mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu
menarik
memenangkan
bisnis
pelanggan baru.
baru
atau
Indikator
yang
digunakan untuk tujuan strategi meningkatkan kepercayaan
pelanggan
atas
produk
serta
pelayanan jasa yang diberikan oleh perusahaan adalah tingkat pelanggan akuisisi (new customer / NC), mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menarik jumlah konsumen baru (new customer ). c. Customer Satisfaction Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition. Pelanggan yang puas cenderung akan menjadi pelanggan yang setia. Akan tetapi, II-29
hubungan
antara
kepuasan
pelanggan
dan
kesetiaan pelanggan dan kesetiaan beragam diantara
industri
dan
keadaan
bersaingnya.
Dalam semua hal, jika kepuasan meningkat, demikian juga halnya dengan kesetiaan.
d. Customer Profitability Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut. Perusahaan haruslah secara aktif mengukur nilai dan
profitabilitas
pelanggan
perseorangan.
Pemasaran yang dilakukan merupakan seni menarik dan mempertahankan pelanggan yang menguntungkan ( profitable customer ). Namun perusahaan sering menemukan antara 2040% pelanggan tidak menguntungkan. Selain itu, banyak perusahaan yang melaporkan bahwa pelanggan mereka yang paling menguntungkan bukanlah pelanggan mereka yang paling besar, melainkan pelanggan mereka yang menengah (mid size customer ).
II-30
Pelanggan terbesar menuntut banyak pelayanan dan diskon paling besar, sehingga mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Pelanggan kecil membayar harga penuh dan menerima pelayanan minimal, tetapi biaya transaksi dengan pelanggan kecil
mengurangi
profitabilitas
perusahaaan.
Pelanggan menengah memperoleh pelayanan baik dan membayar hampir penuh, sehingga dalam banyak kasus, merekalah yang paling menguntungkan. Kebanyakan perusahaan gagal mengukur profitabilitas individual.
2. Customer Value Proposition Customer
value
proposition
merupakan
pemicu
kinerja yang terdapat pada core value proposition yang
didasarkan
pada
atribut
sebagai
berikut
product/service attributes, customer relationship, dan image and relationship. a. Product/Service Attributes Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitas. Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas atau
harga
yang
murah.
Perusahaan
harus II-31
mengidentifikasi apa yang diinginkan pelanggan atas
produk
yang
ditawarkan.
Selanjutnya,
pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan hal tersebut. b. Customer Relationship Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan
konsumen
ini
sangat
dipengaruhi
responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan
berkaitan
dengan
masalah
waktu
penyampaian. Waktu merupakan komponen yang penting dalam persaingan perusahaan. Konsumen biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagi faktor yang penting bagi kepuasan. c. Image and Relationship Menggambarkan
faktor-faktor intangible yang
menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan
perusahaan.
reputasi
dapat
Membangun
dilakukan
melalui
image
dan
iklan
dan
menjaga kualitas.
II.2.4.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
II-32
Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan analisis value-chain. Disini manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer mengetahui seberapa baik bisnis perusahaannya berjalan, apakah produk atau perusahaan sesuai dengan perspektif pelanggan. Perspektif ini harus didesain dengan hati-hati oleh pihak yang paling mengetahui misi perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar. Perbedaan
perspektif
bisnis
internal
antara
pendekatan tradisional dan pendekatan Balanced Scorecard adalah : 1. Pendekatan tradisional berusaha untuk mengawasi dan memperbaiki proses bisnis yang sudah ada sekarang. Sebaliknya Balanced Scorecard melakukan pendekatan atau berusaha untuk mengenali semua proses yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan strategi perusahaan, meskipun proses-proses tersebut belum dilaksanakan. 2. Dalam pendekatan tradisional, sistem pengukuran kinerja hanya dipusatkan pada bagaimana cara menyampaikan barang atau jasa. Sedang dalam
II-33
pendekatan Balanced Scorecard, proses inovasi dimasukan dalam perspektif proses bisnis internal.
Aktivitas penciptaan nilai perusahaan, terangkai dalam suatu rantai nilai perusahaan. Dimulai dari proses perolehan bahan baku sampai penyampaian produk ke konsumen. Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan Shank dan Govindarajan yaitu: “The value chain for any firm in any business is linked set of value creating activities from basic raw mataurial sources to the ultimatau product or service that is delievered to customer”. Aktivitas penciptaan nilai diatas diistilahkan sebagi proses bisnis internal. Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal kedalam inovasi, operasi dan layanan purna jual. Selanjutnya, pengukuran kinerja dalam perspektif ini berpedoman pada proses-proses di atas. Proses Inovasi
Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Identifikasi Pasar
Proses Operasional
Desain Produk
Mencipta kan Produk
Proses Pelayanan
Menyerah kan Produk
Pelayanan Pelanggan
Kepuasan Pelanggan
Gambar 2.4 Model Rantai Nilai Genetik Perspektif Proses Bisnis Internal
1. Proses Inovasi
II-34
Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang
kebutuhan
laten
dari
pelanggan
dan
menciptakan produk dan jasa yang dibutuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian R&D sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat dikomersilkan (didasarkan pada kebutuhan pasar). Aktivitas R&D ini merupakan aktivitas penting dalam menentukan kesuksesan perusahaan, terutama untuk jangka panjang. 2. Proses Operasi Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/ jasa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi kedalam dua bagian: 1) proses pembuatan produk dan 2) proses penyampaian produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokan pada waktu, kualitas dan biaya. 3. Proses Pelayanan Purna Jual Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/ jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini, misalnya penanganan garansi dan perbaikan penanganan atas barang yang rusak dan yang dikembalikan serta II-35
pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolok ukur yang bersifat kualitas, biaya dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan
diterima
hingga
keluhan
tersebut
diselesaikan.
II.2.4.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem dan prosedur organisasi termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi dalam organisasi knowledge worker, manusia adalah sumber daya utama. Dalam berbagai kasus, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan fondasi keberhasilan bagi knowledge worker organization dengan tetap memperhatikan faktor sistem dan organisasi. Hasil pengukuran ketiga perspektif sebelumnya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Itulah II-36
mengapa perusahaan harus melakukan investasi ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajaran (learning organization). Menurut Kaplan dan Norton “learning ” lebih sekedar “training ”
karena
“mentoring
dan
pembelajaran tutoring ”,
meliputi
seperti
pula
proses
kemudahan
dalam
komunikasi di segenap pegawai yang memungkinkan untuk siap membantu jika dibutuhkan. Dalam perspektif ini, perusahaan melihat tolok ukur Employee Capabilities, Information System Capabilities, dan Motivation,
Empowerment,
and
Alignment .
Diagram
keterkaitan sebab akibat yang memungkinkan peningkatan pembelajaran dan pertumbuhan organisasi ditunjukkan dalam gambar 2.5. Peningkatan Pembelajaran dan Pertumbuhan Organisasi
Peningkatan Produktivitas Karyawan
Mempertahankan Orang-orang Kunci
Kepuasan Karyawan
Kompetensi Karyawan
Pelatihan Fungsional Silang Terus Menerus
Pembentukan Kelompok Belajar
Infrastruktur Teknologi
Inovasi dan Pengembangan
Kultur Perusahaan Untuk Melaksanakan Tindakan
Pemberdayaan Karyawan
Pembentukan Tim Fungsional Silang
Gambar 2.5 Keterkaitan Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif II-37
Pembelajaran dan Pertumbuhan
1. Employee Capabilities Salah satu perubahan manajemen dalam lima belas tahun terakhir adalah peran pegawai di organisasi. Faktanya, tidak ada yang lebih baik bagi transformasi revolusioner dari pemikiran era industri ke era informasi ketimbang filosofi manajemen baru, yaitu bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu, perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
Perlunya
mengembangkan
kemampuan pegawai bergantung pada berbagai faktor yang mendukung untuk perbaikan produktivitas. Hal ini diperlukan dalam mengidentifikasi keterampilan kinerja jabatan khusus yang dibutuhkan, untuk menganalisis
keterampilan
dan
kebutuhan
akan
pelatihan perspektif, dana untuk mengembangkan pengetahuan spesifik yang dapat diukur dan sasaran kinerja.
II-38
Pendekatan indeks produktivitas parsial tenaga kerja digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
setiap
karyawan dalam melaksanakan tugas masing-masing untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dalam kurun waktu satu tahun. Penggunaan indeks tersebut,
menggunakan
pendekatan
indeks
produktivitas berdasarkan model Kendrik-Creamer, yaitu rasio antara performansi produktivitas tenaga kerja
pada
periode
pengukuran
dan
indeks
performansi produktivitas tenaga kerja. Persamaan yang digunakan untuk menghitung produktivitas ini adalah sebagai berikut: LabaB ersihSebelumPajak ) Pr oduktivita s parsial tenaga ker ja Jumlah TenagaKerja
2. Information Systems Capabilities Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang
memadai,
kebutuhan
seluruh
tingkatan
manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik baiknya. 3. Motivation, Empowerment, and Alignment II-39
Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama dikenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategi tetapi juga oleh segenap
pegawai
didalam
organisasi
sesuai
kompetensinya masing-masing. Sudah barang tentu upaya itu perlu dukungan motivasi yang besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan. Tentu, itu semua tetap dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus sejalan dengan tujuan organisasi.
II.2.5
Integrasi
Empat
Perspektif
Dalam
Balanced
Scorecard Keempat
perspektif Balanced
Scorecard yang
diintegrasikan akan tampak seperti dalam gambar 2.6, sedangkan pembelajaran double loop (double loop strategic and operational learning ) dengan Balanced Scorecard ditunjukkan dalam gambar 2.7.
II-40
VISI ® MISI ® SASARAN ® TEMA STRATEGIK
PERSPEKTIF FINANSIAL Apa hasil-hasil finansial yang dibutuhkan untuk memenuhi ekspektasi pemegang saham ?
PERSPEKTIF PELANGGAN Apa kebutuhan pelanggan yang harus dipenuhi untuk memenuhi ekspektasi pelanggan ?
PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL Apa proses-proses yang harus dilaksanakan untuk memenuhi ekspektasi pelanggan dan ekspektasi pemegang saham ?
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN Apa nilai-nilai organisasional yang terpenting untuk memenuhi sasaran dan tujuan strategik perusahaan ?
- Tujuan-tujuan - Ukuran-ukuran - Target-target - Program-program (inisiatif)
- Tujuan-tujuan - Ukuran-ukuran - Target-target - Program-program (inisiatif)
- Tujuan-tujuan - Ukuran-ukuran - Target-target - Program-program (inisiatif)
- Tujuan-tujuan - Ukuran-ukuran - Target-target - Program-program (inisiatif)
Gambar 2.6 Integrasi Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard Sebagai Sistem Manajemen
Keputusan Strategik Pembaharuan dan perbaikan strategi
Visi ® Misi ® Sasaran ® Tema Strategik
Umpan balik dari scorecard
Balanced Scorecard Tujuan ® Ukuran ® Target ® Program Input utama untuk pembuatan keputusan
Pembandingan hasil-hasil aktual Pembuat Keputusan Operasional
Gambar 2.7 Double Loop Learning dengan Balanced Scorecard (Pembelajaran Strategis dan Operasional)
II-41
II.2.6
Hubungan Balanced Scorecard dengan Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan
cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Merupakan hal yang sangat baik jika setiap orang di dalam perusahaan mengerti akan menjadi apa perusahaan tempat mereka bekerja di masa depan. Organisasi atau perusahaan membutuhkan visi yang dapat digunakan sebagai:
Penyatuan tujuan, arah, dan sasaran perusahaan.
Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya.
Pembentuk
dan
pembangun
budaya
perusahaan
(corporate culture). Dalam konteks sistem manajemen kinerja, pernyataan visi digunakan sebagai pijakan awal dalam menyusun misi, strategi, maupun variabel dan benchmarking yang nantinya akan digunakan. Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi, yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa (Wheelen, 2004). Tujuan dari pernyataan misi adalah mengomunikasikan kepada stakeholder , di dalam maupun luar organisasi, tentang
II-42
alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan akan menuju. Adapun
strategi
perusahaan
(corporate
strategy)
merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat. Strategi perusahaan biasanya berkaitan dengan prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan perusahaan, serta bagaimana perusahaan memilih jalur yang spesifik untuk mencapai misi tersebut (Lynch, 2000). Pentingnya perusahaan memiliki strategi adalah:
Strategi perusahaan melibatkan semua pihak dalam organisasi, yang mencakup seluruh area dan fungsi bisnis.
Strategi perusahaan berkonsentrasi pada kelangsungan hidup bisnis perusahaan, sebagai tujuan minimal, dan pada
penciptaan
nilai
tambah,
sebagai
tujuan
maksimal.
Strategi perusahaan meliputi seluruh jangkauan dan kedalaman aktivitas organisasi.
Strategi perusahaan mengarahkan perubahan dan mencakup
hubungan
antara
perusahaan
dan
lingkungannya.
II-43
Strategi
perusahaan
merupakan
pusat
bagi
pengembangan keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan.
Pengembangan strategi perusahaan merupakan hal yang
sangat
krusial
untuk
memicu
penjualan,
keuntungan, pangsa pasar, dan nilai saham.
Sistem pengukuran kinerja harus dapat memotivasi para manajer dan karyawan untuk mengimplementasikan strategi
unit
bisnisnya.
Perusahaan
yang
dapat
menerjemahkan strateginya ke dalam sistem pengukuran akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjalankan tugas tersebut, sebab perusahaan telah mengomunikasikan tujuan dan targetnya kepada para pegawai. Kaplan dan Norton menyatakan pentingnya penciptaan suatu scorecard yang mengomunikasikan suatu strategi unit bisnis sebagai berikut:
The scorecard describes the organization’s vision of the future to the entire organization. It creates shared understanding.
The scorecard creates a holistic model of strategy that allows all employees to see how they contribute to organizational success. Without such linkage, individuals and departments can optimize their local
II-44
performance but not contribute to achieving strategic objectives.
The scorecard focuses change efforts. If the rights objectives and measures are identified, successful implementation will likely occur. If not, investment and initiatives will be wasted.
Selanjutnya Kaplan dan Norton juga mengemukakan tiga prinsip penting yang memungkinkan Balanced Scorecard organisasi terhubung dengan strategi, yaitu cause and effect relationships, performance drivers, dan leinkage to financial.
II.2.4.1 Cause and Effect Relationships Prinsip ini sangat penting bagi Balanced Scorecard karena prinsip inilah yang membedakan Balanced Scorecard dengan konsep-konsep yang lain. Dengan prinsip ini, Balanced
Scorecard
mampu
menjabarkan
tujuan
dan
pengukuran penting masing-masing perspektif dengan baik dalam satu kesatuan yang padu. Menurut Kaplan dan Norton sebuah strategi adalah seperangkat hipotesis dalam model hubungan cause dan effect, yaitu suatu hubungan yang dapat diekspresikan melalui kaitan antara pernyataan if then. Pengembangan Balanced Scorecard yang baik harus dapat menjelaskan rangkaian cerita II-45
dari seluruh Strategy Unit Bisnis (SBU) dalam hubungan cause dan effect. Melalui hubungan cause dan effect ini pula, suatu strategi dapat dianimasikan dan dikritisi bersama, baik sebelum, selama dan sesudah dieksekusi.
II.2.4.2 Performance Drivers Sebuah Balanced Scorecard yang baik harus memiliki bauran hasil (lagging indicators) yang memadai dan pemicu kinerja (leading indicators) yang digunakan oleh SBU . Outcomes (lagging indicators) mencerminkan tujuan umum dari
berbagai
strategi
yang
dimiliki
oleh
kebanyakan
perusahaan , seperti profitability, market share, customer satisfaction, customer retention, dan employee skills. Sedangkan performance drivers (leading indicators) mencerminkan keunikan strategi unit bisnis. Identifikasi performance drivers membantu mengatasi kelemahan dari outcomes measures. Pemahaman mengenai pertumbuhan segmen pasar (outcomes measures) akan lebih bermanfaat jika diketahui faktor-faktor yang menyebabkan pergerakannya (performance drivers).
II.2.4.3 Linkage to Financials Semua pengukuran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan harus dikaitkan dengan tujuan finansial II-46
sebagai tujuan akhir. Hal seperti ini dikatakan Kaplan dan Norton “Ultimately causal paths from all the measures on a scorecard should be linked to financial objectives”. Dengan demikian tolok ukur finansial dapat digunakan untuk menguji hasil dari performance driver, dalam hal sejauh mana efektivitasnya dalam memberikan hasil.
II.2.7
Kunci Keberhasilan Dalam Membangun Balanced Scorecard Dalam
prakteknya,
penerapan
konsep Balanced
Scorecard ini tidaklah semudah yang diperkirakan karena penerapan konsep ini membutuhkan suatu komitmen dari manajemen pusat maupun karyawan yang terlibat dalam organisasi.
Menurut
Mavrinac
(1999)
sebagian
besar
perusahaan atau organisasi mengalami kesulitan pendeteksian terhadap keselarasan aktivitas dan strategi perusahaan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi dalam jangka panjang. Sasaran strategi dalam perspektif pelanggan, proses internal
bisnis
serta
pembelajaran
dan
pertumbuhan
merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan Balanced Scorecard sasaran di ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategi non-keuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipat ganda. II-47
Sebagai sebuah konsep yang relatif baru, kesuksesan dan kegagalan implementasi hendaknya dipandang secara positif. Hanya dengan memperhatikan dan memahami poin poin utama dari konsep dan penerapan Balanced Scorecard suatu kegagalan dapat diminimalisasi. Scorecard adalah suatu sarana untuk mengkomunikasikan persepsi strategis suatu perusahaan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh seluruh pihak terutama orang-orang dalam organisasi yang mengeksekusi strategi perusahaan. Dengan
demikian,
kebersamaan
dan
kesabaran
mengenali, memahami, sekaligus menerima kultur dan mindset orang-orang dalam organisasi sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar proses scorecard tetap sejiwa dan selaras nafas organisasi, tanpa melupakan peran scorecard itu sendiri untuk menghasilkan perbaikan dan perubahan. Adapun yang termasuk dalam karakteristik implementasi Balanced Scorecard yang sukses adalah sebagai berikut:
Prioritas
Komposisi project group
Cakupan project
Mendasarkan scorecard pada strategi perusahaan
Berbagai tolok ukur yang didefinisikan secara jelas dan konsisten
II-48
View more...
Comments