Bab II-III Asi Eksklusif
May 25, 2018 | Author: Melissa Rosari | Category: N/A
Short Description
asi...
Description
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1
DEFINISI ASI DAN ASI EKSKLUSIF
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat.
3,2
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Dan melalui ASI, hubungan kasih sayang ibu dan anak dapat terjalin dengan baik dan ketentraman jiwa bagi bayi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa bayi.4,3 II.2
MANFAAT ASI DAN MENYUSUI
Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui. II.2.1 Manfaat ASI bagi bayi :1,9 1) ASI merupakan sumber gizi sempurna ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Faktor pembentukan sel-sel otak terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan). Komposisi ini menyebabkan ASI mudah diserap oleh bayi. 2) ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului m endahului ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI. 3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang - antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak utama dari ASI. Hasil
penelitian
tahun
1993
terhadap
1.000
bayi
prematur
membuktikan, bayi-bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi premature yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Dr. Riva dkk. menunjukkan anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika bayi mendapat ASI eksklusif, ditemukan memiliki IQ mencapai 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang ketika bayi tidak mendapatkan ASI. 4) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif akan sering dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak
Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului m endahului ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI. 3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang - antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak utama dari ASI. Hasil
penelitian
tahun
1993
terhadap
1.000
bayi
prematur
membuktikan, bayi-bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi premature yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Dr. Riva dkk. menunjukkan anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika bayi mendapat ASI eksklusif, ditemukan memiliki IQ mencapai 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang ketika bayi tidak mendapatkan ASI. 4) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif akan sering dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak
jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan sering merasakan situasi seperti saat dalam kandungan: terlindung, aman dan tenteram. II.2.2 Manfaat menyusui bagi ibu : 1) Mengurangi resiko kanker payudara Menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan ibu menderita kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur. Perlindungan terhadap kanker payudara sesuai dengan lama pemberian ASI. Ibu yang menyusui akan terhindar dari kanker payudara sebanyak 20%-30%. Berdasarkan penelitian dari 30 negara pada 50.000 ibu menyusui dan 97.000 tidak menyusui kemungkinan kejadian kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika menyusui lebih dari 2 tahun ibu akan lebih jarang menderita kanker payudara sebanyak 50%. 2) Metode KB paling aman Kuisioner digunakan untuk memperoleh data dari para ibu di Nigeria untuk mengetahui dampak menyusui dengan jarak kelahiran anak secara alami. Jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara ekslusif daripada yang tidak. 3) Kemudahan dan kepraktisan dalam memberikan ASI ASI dapat dapat segera diberikan pada bayi, bayi, segar, siap pakai serta mudah pada pemberiannya sehingga tidak terlalu merepotkan ibu. 4) Ekonomis Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan bayi sampai berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
II.3.
FISIOLOGI LAKTASI
Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui sehingga dapat menyusui secara eksklusif. ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai mengisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut juga “let down” reflek s. Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hipofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin. Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk diisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar. Efek oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan walaupun kadang mengakibatkan nyeri. II.4.
2, 9
PRODUKSI ASI
Pada tiap payudara terdapat sekitar 20 lobus (lobe) , dan setiap lobus memiliki sistem saluran (duct system) . Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang
bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang berakhir pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, disebut alveoli. Saluran melebar menjadi penyimpanan susu dan bertemu pada puting susu. Pada seorang ibu yang menyusui, terdapat 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu refleks prolaktin dn refleks let down 1 1. Refleks prolaktin Menjelang akhir kehamilan, hormon prolactin memegang peranan unutk membuat kolostrum. Karena aktivitas prolaktin dihambat oleh hormon estrogen dan progesteron yang memang kadarnya tinggi, jumlah kolostrum terbatas. Setelah melahirkan, sehubungan dengan lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka estrogen dan progesteron sangat berkurang , ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara (areola mamae) akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenophise (hipofose anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai massa penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak ada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu kedua sampai ketiga. Jika bayi lapar atau haus dia menyusu lebih sering dan lebih lama maka ibu akan memproduksi ASI lebih bnyak. Jika ibu ingin meningkatkan produksi ASI, maka dia harus membiarkan bayi menyusu lebih sering dan lebih lama untuk beberapa hari. Jika bayi sedikit menyusu karena telah mengonsumsi makanan atau minuman lain, atau karena ibu jauh dari bayi untuk beberapa waktu atau ibu ingin menyimpan ASI-nya maka payudara akan memproduksi sedikit ASI. Prolaktin lebih bnyak diproduksi saat malam hari sehingga menyusui saat malam hari membantu mempertahankan produksi ASI
1,2.
2. Refleks Let Down Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofose postrior) yang kemudian dikeluarkannya oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
terjadi involunsi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat let down adalah stres, keadaan bingung atau pikiran kacau, takut, dan cemas. Pemberian ASI pertama harus dimulai di ruang persalinan. Ibu dan bayi harus diselimuti agar tetap hangat. Biarkan ibu mendekap bayinya dan bayi akan segera mengisap payudara ibu karena ini adalah saat terbaik bagi bayi untuk belajar mengisap. Pada usia 20-30 menit, refleks isap bayi sangat kuat. Isapan pertama merangsang produksi oksitosin, yang membantu menghentikan perdarahan setelah persalinan. Selain itu bayi juga akan mendapatkan kolostrum yang sangat bermanfaat baginya. Jam-jam pertama adalah saat terpenting menjalin ikatan antara ibu dan anak. Menyusui segera setelah melahirkan akan membuat ibu mencintai dan merawat bayinya. Ibu akan lebih mudah menyusui untuk jangka waktu yang lama. Bila terjadi keterlambatan, walaupun hanya beberapa jam, proses menyusui menjadi lebih sering gagal. Pemberian ASI pertama bagi bayi tidak dimaksudkan untuk pemberian makan awal,tetapi lebih pada pengenalan.1
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3, yaitu : II.4.1 ASI Stadium I (kolostrum) Kolostrum merupakan ciran yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ke empat yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama sering defekasi dan feses berwarna hitam II.4.2 ASI Stadium II (ASI peralihan)
ASI ini diproduksi pada hari ke empat sampai hari ke sepuluh. Komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktifitas bayi yang semakin aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. II.4.3 ASI Stadium III (ASI matur) ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI. Dimulai dengan makanan yang lunak, kemudian padat, dan makanan biasa sesuai makanan biasa. II.5.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI adalah: 1,2,6 1. Makanan atau asupan gizi 2. Ketentraman jiwa dan pikiran Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada dua macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui baynya, reflek tersebut adalah reflek prolactin dan let-down reflex(Milk efection reflex) refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. 3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin Ada pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat sedangkan masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian, sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan tidak mendidik pada ibu dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. 4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen , karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI. 5. Perawatan payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. II.6.
VOLUME PRODUKSI ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.
(9)
Jumlah tersebut dapat
dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
1, 4
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit
(12)
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan 6
mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.
6
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali
menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. II.7.
KOMPOSISI ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula. II.7.1 Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. II.7.2 Protein Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi., sedangkan susu formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30% dibanding susu formula yang mengandung protein ini dalam jumlah yang tinggi (80%). II.7.3 Lemak Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan bayi (Hubertin, 2004).
Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk meilinasi. Asam linoleat ada di dalam ASI dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan ba yi II.7.4 Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diit ibu. Garam organik yang terdapat di dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang yang cukup kadarnya dalam ASI. II.7.5 Vitamin 1) Vitamin K Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K di dalam ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk mengalami perdarahan, walaupun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan. 2) Vitamin D Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin K.
3) Vitamin E Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. 4) Vitamin A Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung
pembelahan
sel,
kekebalan
tubuh,
dan
pertumbuhan.
ASI
mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A, tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. 5) Vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn). Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum AS I dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 1 perbandingan komposisi ASI dengan susu formula
3
Komposisi Kolostrum, ASI dan susu
Kolostrum
ASI
Susu Sapi
Energi (K Cal)
58
70
65
Protein (g)
2,3
0,9
3,4
1 : 1,5
1 : 1,2
sapi untuk setiap 100 ml
- Kasein/whey - Kasein (mg)
140
187
-
- Laktamil bumil (mg)
218
161
-
- Laktoferin (mg)
330
167
-
- Ig A (mg)
364
142
-
Laktosa (g)
5,3
7,3
4,8
Lemak (g)
2,9
4,2
3,9
- Vit A (mg)
151
75
41
- Vit B1 (mg)
1,9
14
43
- Vit B2 (mg)
30
40
145
- Asam Nikotinmik (mg)
75
160
82
- Vit B6 (mg)
-
12-15
64
- Asam pantotenik
183
246
340
- Biotin
0,06
0,6
2,8
- Asam folat
0,05
0,1
,13
- Vit B12
0,05
0,1
0,6
Vitamin
- Vit C
5,9
5
1,1
- Vit D (mg)
-
0,04
0,02
- Vit Z
1,5
0,25
0,07
- Vit K (mg)
-
1,5
6
- Kalsium (mg)
39
35
130
- Klorin (mg)
85
40
108
- Tembaga (mg)
40
40
14
- Zat besi (ferrum) (mg)
70
100
70
- Magnesium (mg)
4
4
12
- Fosfor (mg)
14
15
120
- Potassium (mg)
74
57
145
- Sodium (mg)
48
15
58
- Sulfur (mg)
22
14
30
Mineral
II.8
PRINSIP PEMBERIAN ASI
1,7
Prinsip-prinsip pemberian ASI: 1.
Susui bayi segera dalam 30-60 menit setelah lahir.
2.
Semakin sering menyusui semakin banyak ASI keluar, produksi ASI sama dengan hukum Demand on Supply.
3.
Pemberian makanan dan minuman lain akan mengurangi jumlah ASI.
4.
Ibu dapat menyusui dan mempunyai cukup ASI untuk bayinya. Oleh karena itu perlu mengetahui “cara menyusui” yang benar. ,7
II.9 IBU BEKERJA
Ibu bekerja dapat melakukan penyimpanan ASI karena ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat. Ada perbedaan lamanya disimpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan. Di udara terbuka/bebas
: 6-8 jam
Di lemari es (4oC)
: 24 jam
Di lemari pendingin/beku (-18oC)
: 6 bulan
ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai, karena kualitasnya akan menurun, yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin atau dapat pula direndam di dalam wadah yang telah berisi air panas. II.10. KENDALA-KENDALA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
1. Kurang dimengertinya konsep pentingnya ASI Eksklusif baik bagi ibu maupun tenaga kesehatan. 2. Adanya pendapat bahwa dengan pemberian ASI, bentuk payudara ibu a kan berubah. 3. Kurangnya waktu bagi para wanita pekerja untuk memberikan ASI secara langsung. 4. Tidak adanya sarana dan prasarana
penunjang untuk memerah ASI dan tepat
penyimpanan ASI ditempat ibu bekerja. 5. Adanya pelanggaran cara-cara promosi tertentu yang dapat menyesatkan para ibu
untuk mempercayai bahwa susu formula dan makanan pendamping ASI sama baiknya dengan ASI. II.11. INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
6
II.11.1 Definisi Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan
dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Inisiasi Menyusui Dini disebut sebagai tahap keempat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai 1 jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan dan tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dini dengan ibunya, menemukan putting susu dan mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI keluar. Bayi menunjukan kesiapan untuk mulai menyusu setelah 30-40 menit setelah lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi untuk menyusu yaitu mengeluarkan suara kecil, menguap, meregang, adanya pergerakan mulut. Selanjutnya menggerakan tangan ke mulut, timbul refleks rooting, menggerakan kepala dan menangis sebagai isyarat menyusu dini. Dengan indra peraba, penghidu, penglihatan, pendengaran, refleks bayi baru lahir bisa menemukan dan menyentuh payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat merevitalisasi pencarian bayi terhadap payudara. II.11.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Bagi Bayi Dan Ibu 1) Meningkatkan Refleks Menyusu Bayi Secara Optimal Menyusu pada bayi baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks yaitu refleks mencari (Rooting refleks), refleks menghisap (Sucking refleks), refleks menelan (Swallowing refleks) dan bernafas. Menurut hasil penelitian, bayi baru lahir setelah dikeringkan tanpa dibersihkan terlebih dahulu, diletakan di dekat puting susu ibunya segera setelah lahir, memiliki respon menyusu lebih baik. Apabila dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti ditimbang, diukur atau dimandikan, refleks menyusu akan hilang 50%, apalagi setelah dilahirkan dilakukan tindakan dan dipisahkan, maka refleks menyusu akan hilang 100%. Bayi yang tidak segera diberi kesempatan untuk menyusu refleksnya akan berkurang dengan cepat dan akan muncul kembali dalam kadar secukupnya dalam 40 jam kemudian. Dengan inisiasi menyusu dini akan mencegah terlewatnya refleks menyusu dan meningkatkan refleks menyusu secara optimal.
2) Menurunkan Angka Kejadian Hipotermia Luas permukaan tubuh bayi ± 3 kali luas permukaan tubuh orang dewasa. Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin dengan suhu 20-25° celcius, suhu kulit tubuh bayi akan turun 0,3° celcius, suhu tubuh bagian dalam turun 0,1° celcius / menit. Selama periode dini setelah bayi lahir, biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3° celcius. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi. kulit ibu berfungsi sebagai incubator, karena kulit ibu merupakan thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit ibu 1° celcius lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi mengalami hipothermi, dengan terjadi skin to skin contact secara otomatis suhu kulit ibu akan meningkat 2° celcius. Sebaliknya apabila bayi mengalami hiperthermi, suhu kulit ibu akan turun 1° celcius. 3) Menurunkan Angka Kejadian Asfiksia Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil. 4) Menurunkan Angka Kejadian Hipoglikemia Menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan frekuensi menangis kurang sehingga mengurangi pemakaian energi. Penelitian membuktikan bahwa bayi yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang lebih baik daripada bayi baru lahir yang dipisahkan dari ibunya. 5) Meningkatkan Pengeluaran Hormon Oksitosin Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada saat merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk merangsang kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan post partum. Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya. Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara.
6) Memfasilitasi Bonding Attachment Bonding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan bayi pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam pertama merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah jalinan batin. Sifat dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan bayi sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya pada anggota gerak dan wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih sayang. Sentuhan pada pipi akan membangkitkan respon berupa gerakan memalingkan wajah ke ibu untuk mengadakan kontak mata dan mengarah ke payudara disertai gerakan menyondol dan menjilat puting susu selanjutnya menghisap payudara. Kontak pertama ini harus berlangsung pada jam pertama setelah kelahirannya. Bayi baru lahir matanya terbuka lebih lama daripada hari-hari selanjutnya, sehingga paling baik untuk memulai perlekatan dan kontak mata antara ibu dan bayi. 5, 6
II.12. LANGKAH KEGIATAN DALAM MANAJEMEN LAKTASI
II.12.1 Masa Kehamilan (antenatal) 1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara pelaksanaan manajemen laktasi. 2) Meyakinkan ibu hamil agar mau dan mampu menyusukan bayinya. 3) Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara, disamping itu perlu juga dipantau kenaikan berat badan ibu selama kehamilan. 4) Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester ke-2 menjadi 1-2 kali porsi makanan lebih banyak daripada saat sebelum hamil untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil. 5) Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Pentingnya perhatian keluarga khususnya suami terhadap istri yang sedang hamil. II.12.2 Saat Segera Setelah Bayi Lahir
1) Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. 2) Membantu kontak langsung bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa aman dan kehangatan. II.12.3 Masa Neonatus 1) Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI eksklusif tanpa diberi minum apapun. 2) Ibu selalu dekat dengan bayi atau dirawat gabung. 3) Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand). 4) Melaksanakan cara menyusui yang baik dan benar. 5) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi ASI tetap lancar. 6) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang dari 30 hari setelah melahirkan. II.12.4 Masa menyusui selanjutnya (post neonatal) 1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman lainnya. 2. Memerhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui perlu makan 1 ½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum minimal 10 gelas sehari. 3. Cukup istirahat (tidur siang/berbarng 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. 4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui.
5. Mengatasi apabila ada masalah menyusui (payudara bengkak, puting lecet, bayi tidak mau menyusu, dll). 6. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi berumur 6 bulan. Selain ASI berikan makan pendamping ASI yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. II.13
DEFINISI PENGETAHUAN DAN PERILAKU
II.13.1.
Pengetahuan 7
II.13.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar
pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui
pendidikan,
pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta
yang mendukung tindakan
seseorang
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai (Drs. Sidi Gazalba) Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed). Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketehui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan : a. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus. c. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru. e. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap. II.13.1.2. Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003) : o
Tahu (Know) Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.
o
Memahami (Comprehension) Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
o
Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya. o
Analisis (Analysis) Kemampuan
untuk
menjabarkan
materi
atau
suatu
objek
dalam
suatu
komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan. o
Sintesis (Synthesis) Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
o
Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003). II.13.1.3. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau res ponden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003) a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100% b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75% c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
II.13.2.
Perilaku
7
II.13.2.1. Definisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor - faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang. II. 14. KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI POKOK, DAN KEGIATAN BIDAN DI DESA
Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan dan di bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja 1 dan 2 desa dan harus bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas. Tugas pokok bidan desa adalah: 1. Melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang di hadapinya, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan. 2. Menggerakan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk dapat berprilaku hidup sehat. Fungsi bidan:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan KB, dan pengayoman medis kontrasepsi. 2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. 3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi. 4. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan 5. Membina kerjasama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat. 6. Melakukan rujukan medis kesehatan ke puskesmas kecuali dalam keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya. 7. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan. Kegiatan bidan yang ditempatkan di desa:
1. Mengenali wilayah, struktur kemasyarakatan, dan komposisi penduduk, serta sitem pemerintahan desa. 2. Mengumpulkan dan menganalisa data serta mengidentifikasi masalah kesehatan untuk merencanakan penanggulangannya. 3. Menggerakkan
peran
serta
masyarakat
melalui
pendekatan
PKMD
dengan
melaksanakan pertemuan tingkat desa, SMD, dan MMD yang diikuti dengan menghimpun dan melatih kader sesuai kebutuhan. 4. Memberikan bimbingan teknis kepada kader dan memberikan pelayanan langsung di meja 5 pada setiap kegiatan posyandu. 5. Melaksanakan pembinaan anak prasekolah di TK dan masyarakat. 6. Memberikan pertolongan persalinan. 7. Memberikan pertolongan pada orang sakit, keelakaan, dan kedaruratan. 8. Kunjungan rumah untuk melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di wilayah kerja bidan. 9. Melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanakan penyuluhan dan membantu mendeteksi dini ibu hamil resiko tinggi. 10. Membina dan melatih ketua kelompok dasa wisma dalam bidang kesehatan secara berkala sesuai dengan kebutuhan setempat. 11. Menggerakkan masyarakat agar melaksanakan kegiatan dana sehat di wilayah kerjanya.
12. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan melaporkan secara berkala kepada Kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan. 13. Bekerja sama dengan rekan puskesmas dan tenaga sektor lai n yang ada di desa. 14. Menghadiri rapat lokakarya mini puskesmas setiap bulan. 15. Melaksanakan upaya kesehatan sekolah di wilayah kerjanya. 16. Merujuk penderita dengan kelainan jiwa, dan melakukan perawatan/pengobatan tindak lanjut pasien dengan kelainan jiwa yang dirujuk oleh puskesmas.
II. 15. PERAN DAN FUNGSI KADER
Peran:
Pelaku penggerak masyarakat dalam pendataan PHBS, kadarzi, dan kondisi rumah, pengamatan sederhana berbasis masyarakat, peningkatan PHBS, Kadarzi, dan kesehatan lingkungan, peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan balita.
Peran tambahan, membantu dalam penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari, penyiapan untuk menghadapi bencana dan pengelolaan pos kesehatan desa (poskesdes) atau UKBM lainnya.
Fungsi:
Melakukan pencatatan, memantau, dan evaluasi kegiatan Poskesdes kegiatan bersama bidan.
Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-Balita, Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll).
Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat).
Pemecahan masalah bersama masyarakat.
II.16. ANALISIS MASALAH
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan rendahnya Cakupan Bayi yang mendapat ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Tempuran, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah
sistem terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut :
LINGKUNGAN Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan
INPUT
PROSES P1 P2 P3
Man Money Method Material Machine
OUTPUT
OUTCOM
IMPACT
Gambar 1. Analisis Pemecahan Masalah Dengan Pendekatan Sistem
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input, lingkungan maupun proses.
II.16.1. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
1) Masalah Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan. 2) Penentuan Penyebab Masalah Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.
3) Memilih Penyebab yang Paling Mungkin Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan. 4) Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah. 5) Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Kriteria Matriks untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik. 6) Penyusunan Rencana Penerapan Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA ( Plan of Action atau Rencana Kegiatan). 7) Monitoring dan evaluasi Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut
masalah
itu
sendiri,
apakah
permasalahan
sudah
dapat
dipecahkan. Setelah melalui berbagai proses, maka berdasarkan penyebab masalah dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah dan dari hasil pemecahan masalah akan dibuat rencana untuk penatalaksanaannya secara rinci dalam bentuk Plan of Action.
Berdasarkan gambaran kasus yang dibahas pada bab sebelumnya, maka ditemukan beberapa masalah yang akan dibahas dengan menggunakan bahan pendekatan pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
8.Monitoring dan evaluasi
2. Penentuan proritas masalah
3. Penentuan penyebab masalah
7. Penentuan rencana penerapan
6. Penetapan pemecahan
4. Memilih penyebab yang paling
masalah terpilih
mun kin
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah II.16.2. Analisis Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini : INPUT MAN MONEY
METHODE MACHINE
MATERIAL MASALAH
P1 P3 P2 LINGKUNGAN PROSES
Gambar 3. Diagram
fi sh bone
II.16.3.Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu menyusun alternatif pemecahan masalah. II.16.4. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Mengunakan Rumus M x I x V/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks :
Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.
Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.10
Magnitude
1=Tidak
Importancy
Vulnerability
Cost
1=Tidak penting
1 = Tidak sensitif
1=Sangat murah
2=Kurang penting
2 = Kurang sensitif
2=Murah
3=Cukup penting
3 = Cukup sensitif
3=Cukup murah
magnitude 2=Kurang magnitude 3=Cukup magnitude
4= Magnitude
4=Penting
4 = Sensitif
4=kurang Murah
5=Sangat
5=Sangat penting
5 = Sangat sensitif
5=Tidak murah
magnitude
II.16.5 Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart
Setelah
melakukan
penentuan
pemecahan
masalah
maka
selanjutnya
dilakukan pembuatan plan of action serta Gann Chart, halaman ini bertujuan untuk menentukan perencanaan kegiatan.9
BAB III KERANGKA PENELITIAN
III.1 KERANGKA TEORI INPUT Man
Money Method
Material Machine
: Petugas Kesehatan (bidan,kader) : DanaBOK : Penyuluhan ASI Eksklusif dan Pencatatan ibu yang melaksanakan ASI ekslusif : Tempat pelaksaan program ASI eksklusif : leaflet tentang ASI
PROSES -Pelaksanaan jadwal rutin dilakukannya program ASI ekslusif -Pencatatan dan pelaporan tentang cakupan ASI eksklusif
LINGKUNGAN
Ibu dan balita usia 6-12 bulan
Cakupan pemberian ASI EKSKLUSIF Gambar 3. Kerangka Teori
III.2 KERANGKA KONSEP
Bidan Desa - Tugas dan fungsi promosi -Tugas dan fungsi pelayanan -Sistem pencatatan dan pelaporan -Jadwal Kegiatan
Ibu Faktor Lingkungan: -Pendidikan -Pekerjaan -Pengetahuan tentang ASI Eksklusif -Perilaku -Sosial budaya
Cakupan pemberian ASI EKSKLUSIF di Dusun Pakeron, Desa Gambar 4 . Kerangka Konsep
Kader
Peran dan fungsi kader
BAB IV ANALISA MASALAH
Berdasarkan dari data cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di puskesmas Tempuran, Desa Sumberarum merupakan peringkat ke dua dalam kecamatan Tempuran. No.
Nama Desa
Sasaran
Bulan Mei
Bayi
Kumulatif Absolut
Presentasi
Ranking
1
Ringinanom
61
6
48
78,69 %
V
2
Sumberarum
42
7
37
88,10 %
IX
3
Sidoagung
68
9
57
83,82 %
VIII
4
Tanggulrejo
29
1
23
79,31 %
VI
5
Kalisari
21
6
29
138,10 %
XIV
6
Girirejo
14
1
7
50 %
I
7
Tempurejo
41
7
41
100 %
XIII
8
Prajeksari
15
2
12
80 %
VII
9
Tugurejo
16
-
8
50 %
II
10
Jogomulyo
59
3
53
89,83 %
X
11
Growong
10
3
7
70 %
IV
12
Temanggal
2
-
2
100 %
XI
13
Pringombo
2
3
4
200 %
XV
14
Kemutuk
4
-
4
100 %
XII
15
Bawang
13
-
7
53,85 %
III
View more...
Comments