BAB I
July 23, 2019 | Author: Hilda R | Category: N/A
Short Description
mmm...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara banyak digunakan karena tingkat efisiensinya yang baik dan penggunaan bahan bakar yang ekonomis. Pada PLTU untuk mengerakkan turbin digunakan uap hasil penguapan air di boiler . Untuk menghasilkan uap air dibutuhkan air dengan jumlah yang banyak. Boiler berfungsi untuk untuk menghasilkan steam. Prinsip kerja boiler proses perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan kedalam ketel kemudian dipanasi oleh furnace menggunakan bahan bakar batubara . Dari hasil tersebut didapat uap basah yang kemudian dikeringka oleh superheater menghasilkan uap kering yang digunnakan untuk menggerakkan turbin. Dari proses tersebut dapat dihitung kehilangan energi yang berpengaruh terhadap efisiensi boiler. 1.2 Waktu dan Tempat kerja praktek
Kerja praktek ini dilaksanakan pada PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pembangkitan Tarahan yang berada di Jln. Lintas Sumatera KM. 15, Tarahan Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Adapun kerja praktek ini dilaksanakan sejak 15 Juli sampai 23 Agustus 2013.
1.3 Tujuan
Penulisan laporan kerja praktek ini bertujuan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah kerja praktek. 1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui efisiensi Boiler efisiensi Boiler unit 3 di PLTU Tarahan.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1
Sejarah Berdirinnya PLTU Tarahan
Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001. Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil yang resmi mulai dilakukan pada tanggal 15 September 2004 yaitu pemancangan tiang pertama secara simbolik oleh Wakil Gubernur Lampung Syamsurya Ryacudu didampingi Direktur Pembangkit PLN Pusat Ali Herman Ibrahim. Pembangunan PLTU Tarahan ini merupakan kebijakan Pemerintah Indonesia yang ditindaklanjuti oleh PT.PLN (Persero) supaya mengembangkan pembangkit listrik non-BBM non-BBM dengan memanfaatkan batu bara berkalori rendah. Untuk kebutuhan bahan bakar batu bara, PT.PLN (Persero) mengadakan kontrak pembelian dengan PT. Bukit As am supaya menyuplai batubara untuk PLTU Tarahan dengan pertimbangan pert imbangan lokasi stockpile batu stockpile batu bara yang berasal dari tambang terbuka Tanjung Enim berdekatan dengan P LTU tarahan.
Gambar 1.2 PLTU Tarahan
Proyek ini dibiayai oleh JBIC ODA LOAN No. IP-486 dengan alokasi sebesai 6,41 milyar JPY dan 176,97 juta USD, dana pendamping dari pemerintah RI (APBN) dan APLN senilai 332,85 milyar diluar biaya perolehan tanah dan pekerjaan persiapan.
Energi yang terbangkitkan selanjutnya ditransfer melalui jaringan transmisi 150 KV ke Gardu Induk (GI) New Tarahan lalu didistribusikan ke Gardu Induk (GI) Kalianda, Gardu Induk (GI) Sribawono. PLTU Tarahan dibangun dengan tahap-tahap pembangunan, sebagai berikut : 1. Site Preparation Work : : November 2001 2. Civil, Chimney and High Voltage Switch Yard : Yard : Januari 2004 3. Turbine, Generator and Auxiliary : Auxiliary : April 2004 4. Coal, Limestone and Ash Handling : : April 2004 5. Steam Generator and Auxiliaries : Auxiliaries : Juli 2004 6. Engineering Service : Service : Juli 2007
Tahap-tahap pengoperasian PLTU Tarahan adalah sebagai berikut : 1. Unit 3
- First oil firing
: 01 Agustus 2007
- First Synchronization
: 20 September 2007
- Reliability run test start
: 23 November 2007
- Reliability run test finish
: 23 Desember 2007
-
Serah Terima Operasi (STO) : 26 Desember 2007 2007
2. Unit 4
- First oil firing
: 21 April 2007
- First Synchronization
: 06 Juni 2007
- Reliability run test start
: 13 September 2007
- Reliability run test finish
: 13 Desember 2007
-
Serah Terima Operasi (STO) : 14 Desember 2007 2007
Pembangunan PLTU Tarahan ini merupakan kebijakan Pemerintah Indonesia yang ditindak lanjuti oleh PT. PLN (Persero) supaya mengembangkan pembangkit listrik nonBBM dengan memanfaatkan batubara berkalori rendah. Untuk memenuhi bahan bakar batubara, PT. PLN (Persero) mengadakan kontrak pembelian dengan PT. BA (Bukit Asam) supaya menyuplai batubara untuk PLTU Tarahan dengan pertimbangan lokasi stockpile batubara yang berasal dari tambang terbuka dengan PLTU PLTU Tarahan.
2.2
Lokasi dan Tata Letak
Pusat Listrik Tenaga Uap Tarahan unit 3 dan 4 berkapasitas 2 x 100 MW berlokasi di Desa Rangai Tri Tunggal (Desa Tarahan), Kecamatan Ketibung, Kabupaten Lampung selatan, Provinsi Lampung, terletak di tepi Teluk Lampung yang berjarak 15 km dari pusat Kota Bandar Lampung ke arah Timur. Lahan seluas 62,84 Ha digunakan untuk Power Plant, Intake, Discharge, dan Base Camp.
Gambar 1.2 Peta lokasi PLTU Tarahan
2.3
Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan pada PLTU Tarahan yaitu sebagai berikut: Nomor
Bagian
Kebutuhan
Eksisting
1.
SDM dan ADM
39
11
2.
Enjiniring
15
5
3.
Coal & Ash
22
9
4.
Operasi
53
34
5.
Pemeliharaan
36
16
Jumlah
165
75
2.4 Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadi instalasi pembangkit yang handal, efisien, dan aman berbasis teknologi informasi didukung oleh sumber daya berkualitas dalam suasana kerja yang SIPP (saling percaya, integritas, peduli, pembelajar.
Misi
Misi dari PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tarahan adalah : Memenuhi kebutuhan daya system kelistrikan Sumatera pada umumnya, dan system Lampung pada khususnya secara maksimal, memberikan manfaat secara social dan ekonomi kepada masyarakat di Lampung pada umumnya dan sekitar instalasi pada khususnya secara berkesinambungan.
2.5 Deskripsi Teknis
PLTU Tarahan Unit 3 dan 4 menggunakan bahan bakar batubara dari terminal batubara yang dioperasikan oleh PT. Bukit Asam. Batubara ditransportasikan dari terminal batubara melalui Belt Conveyor melintasi jalan lintas Sumatera menuju coal silo di area pembangkit sebelum ditransfer keruang bakar boiler . PLTU Tarahan memanfaatkan Teknologi Boiler CFB (Circulating Fluidized Bed) dengan kapasitas produksi uap per unit 400 ton/jam untuk memutar turbin generator pada pembeban 100 MW. Konsumsi batubara untuk kapasitas tersebut berkisar 50 ton/jam dengan kandungan Ash Content ( Fly Ash and Bottom Ash) sebesar 5% yang akan disaring
oleh Bag Filter dengan efisiensi 99,95%. Abu dari Bag Filter dan Bottom Furnace Boiler selanjutnya dikumpulkan di Ash Disposal Area seluas ± 11 Ha. Umumnya PLTU batubara akan berkaitan dengan hasil pembakaran batubara dan polutan dalam flue gas yang mengandung SO 2, NOx, dan partikulat. Partikulat berupa abu disaring dengan alat Bag Filter . NOx direduksi dengan Low Temperatur Firing dalam furnace CFB, sedangkan SO2 direduksi dengan injeksi limestone (CaCO3) ke dalam funace CFB selama proses pembakaran batubara pada temperatur 850°C untuk mengikat SO2. Flue Gas setelah melewati Bag filter disalurkan ke Chimney (cerobong) setinggi 150 m yang berfungsi untuk sebagai pendispersi flue gas sehingga batas emisi flue gas yang dibuang ke lingkungan sesuai dengan Keputusan Menteri Ne gara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995 mengenai Baku Mutu Emisi untuk PLTU Berbahan Bakar Batubara (Berlaku Efekitf Tahun 2000) yaitu: Total Partikel < 150 mg/m3, SO2 < 750 mg/m 3, NO2 < 850 mg/m 3.
2.4.1 Teknologi Terapan A. Teknologi Boiler CFB.
CFB adalah teknologi boiler yang menggunakan sistem pembakaran bersikulasi melalui 3 (tiga) peralatan utama, yaitu : 1. Furnace: Ruang pembakaran. 2. Cyclone: Ruang pemisah antara flue gas dan batubara yang belum terbakar berdasarkan beda berat jenis. 3. Backpass: Pemanfaatan kalori dari flue gas
B. Teknologi Ramah Lingkungan
Proyek PLTU Tarahan dibangun dengan konsep yang ramah lingkungan karena memiliki: 1.
Waste Water Treatment Plant : Berfungsi untuk mengelola limbah cair
sehingga aman dibuang ke lingkungan
2.
Ash H andli ng System : Berfungsi untuk mengelola limbah abu sehingga tidak
mencemari lingkungan. 3.
CF B System: Sistem boiler yang menyirkulasi batu bara yang belum terbakar
di furnace sehingga pembakaran lebih sempurna
C. Diverifikasi Energi Primer (Non-BBM dan Gas )
PT.PLN (Persero) dan pemerintahan sedang melakukan diverifikasi energi primer dengan menggunakan bahan bakar non-BBM dan gas. Oleh karena itu, maka PLTU Tarahan ini mendesain intuk menggunakan batu bara. D. Teknologi Operasional Berbasis Program Komputer.
PLTU Tarahan Telah menggunakan sistem komputerialisasi untuk memudahkan pengoperasian, pengawasan, pengaturan dari PLTU Tarahan ini. 2.6 Sistem Manajemen Perusahaan
PLTU Sektor Pembangkitan Tarahan memiliki sistem manajemen perusahaan yang dipimpin oleh seorang manajeer yang membawahi 5 Asisten Manajer dengan tugas dan tanggung jawab dengan menkoordinir Supervisor dari bidang masing-masing. Untuk kesluruhan bidang saling menunjang dalam pelaksanaan tugas dengan sikap profesional. Adapun gambaran bidang dan sub-bidang masing-masing dalam sistem manajemen PLTU Tarahan.
2.6.1
Bidang SDM dan Administrasi
Secara umum tugas bidang SDM dan Adminstrasi meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian, keuangan perusahaan, kegiatan pelatihan calon pegawai, dan hal lain yang menunjang sistem kepegawaian dan sumber daya manusia.
Bidang ini terbagi atas : a. Sekretariat umum
b. Anggaran dan Keuangan (finansial) c. Akutansi d. Perbekalan
2.6.2
Bidang Operasi
Bidang ini berperan dalam pelaksanaan kegiatan produksi, khususnya untuk menjalankan peralatan sistem. Pembagian pada bidang operasi pada pelaksanaan di lokal dan ruang kontrol dengan pembagian yaitu : a. Operasi Shift A b. Operasi Shift B c. Operasi Shift C d. Operasi Shift D e. Analisa Kimia
2.6.3
Bidang Pemeliharaan
Bidang pemeliharaan bertugas memperbaiki dan merawat komponen peralatan sistem, sehingga kinerja sistem dijaga agar tidak menurun dan umur penggunaan peralatan lebih lama. Pada PLTU Tarahan, bidang pemeliharaan terbagi atas : a. Pemeliharaan Boiler b. Pemeliharaan Turbin c. Pemeliharaan Control dan Instrument d. Pemeliharaan Listrik
2.6.4
Bidang Enginering
Bidang ini bertugas mengevaluasi laporan dan hasil kerja dari bagian operasi dan pemeliharaan untuk memantau keadaan pembangkit harus diperbaiki secara total. Sub bidang pada Enginering adalah : a. Enginering Perencanaan Evaluasi dan Operasi b. Enginering Pemeliharaan c. Enginering Kerja d. Enginering Keselamatan Kerja dan Lingkungan e. Enginering Teknologi Informasi
2.6.5
Bidang Coal dan Ash Handling
Bidang Coal dan Ash Handling berperan dalam pengadaan bahan bakar utama yaitu batubara, yang disuplai dari PT. Bukit Asam dan sisa material buangan pembakaran. Bidang ini juga dilengkapi dengan pemeliharaan yang bertugas untuk memelihara serta memperbaiki alat-alat yang ada di bagian sistem Coal & Ash Handling. Bidang ini terbagi atas : a. Operasi Coal & Ash Handling b. Pemeliharaan Coal Handling c. Pemeliharaan Ash Handling d. Pengelolaan Bahan Bakar
2.6.6
Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Keselamatan kerja dan lingkungan dibagi atas dua sub-bidang, yaitu : 1. Keselamatan Kerja
PLTU Tarahan merupakan pembangkit listrik thermal yang menempatkan keselamatan kerja sebagai prioritas utama dan sasaran utamanya adalah mencegah bahaya-bahaya yang mungkin terjadi pada setiap pekerjaan di plant . Penekanan akan keselamatan dan keamanan kerja adalah hal utama yang dikerjakan oleh bagian K3 ini.
2. Perlindungan Lingkungan
Bagian ini memonitor dampak lingkungan dari kegiatan produksi PLTU Tarahan serta melaporkan ke pemerintah secara berkala yaitu air, udara maupun limbah padat seperti abu. Secara umum program keselamatan kerja dan lingkungan yang dilaksanakan di PLTU Tarahan sebagai berikut : 1.
Program keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan.
2.
Program perlindungan lingkungan perusahaan dan sekitar.
3.
Program kesehatan dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
2.7 Bahan Bakar 2.7.1 Bahan Bakar Utama
Bahan bakar utama yang digunakanu oleh PLTU Tarahan adalah batubara berkalori rendah yang mengadakan kontrak pembelian dengan PT. Bukit Asam sebagai penyuplai batubara untuk PLTU Tarahan dengan pertimbangan lokasi stockpile batu bara yang berasal dari tambang terbuka Tanjung Enim berdekatan dengan PLTU tarahan. Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian
umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan . Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9 NS untuk bituminus dan C 240H90O4 NS untuk antrasit. Komponen – komponen dalam Batubara
a. Secara kimia batubara tersusun atas tiga komponen utama, yaitu : 1. Air yang terikat secara fisika dan dapat dihilangkan pada sampai 105 o C disebut Moisture ; 2. Senyawa batubara atau coal substance atau coal matter ; 3. Zat mineral atau min er al matter
b. Kandungan air total
suhu
Kandungan air total (total moisture) adalah keseluruhan jumlah kandungan air berbagai jenis yang terdapat dalam sampel batubara yang diambil. Pada prinsipnya, hal ini dihitung dari jumlah penurunan berat pra pengeringan (pre-drying loss) pada temperatur 35ºC ditambah penurunan berat pengeringan panas pada 107±2ºC. Kandungan air di dalam batubara dapat dibagi menjadi dua jenis: Pertama adalah inherent moisture atau residual moisture, yaitu air yang terserap ke dalam batubara manakala batubara berada dalam kesetimbangan kelembaban dengan udara bebas. Kedua adalah surface moisture atau hygroscopic moisture (uap air higroskopis), yaitu air yang terserap dan menempel pada batubara oleh adanya proses sekunder, misalnya dari air tanah, air penyiraman saat penambangan, air yang dipakai untuk hydraulic mining , air pada proses preparasi batubara, air hujan, dan sebagainya. Jumlah kandungan kedua jenis air di dalam batubara inilah yang disebut dengan kandungan air total (total moisture). c. Zat Mineral (abu (ash) dan inorganic volatile matter ) Dilihat dari proses kejadiannya, kandungan abu pada batubara dapat dibagi menjadi kandungan abu bawaan (inherent ash) dan kandungan serapan. Kandungan Abu Bawaan: Kandungan abu bawaan diperoleh dari abu yang terkandung pada tumbuh-tumbuhan yang menjadi batubara, jumlahnya sedikit, dan sulit untuk diambil melalui proses pemisahan. Pada batubara kilap (bright coal) atau vitrite yang berasal dari proses pembatubaraan zat kayu pada tumbuhan, jumlah kandungan abunya sedikit. Abu ini diduga merupakan abu bawaan (inherent ash) yang banyak mengandung kapur dan mineral alkali (basa), sedangkan kandungan asam silikat dan alumina-nya sedikit. Di sisi lain, batubara kusam (dull coal) yang berupa durite (atau durain) dan fusite (atau fusain) berasal dari serpihan kayu, kulit pohon, serbuk bunga, spora dan lain-lain yang
bercampur dengan lumpur dan pasir, lalu tersedimentasi dan mengalami proses pembatubaraan. Karena itu, kandungan abunya banyak. Kandungan Abu Serapan: Kandungan abu serapan terjadi akibat adanya intrusi lumpur dan pasir saat tetumbuhan tersedimentasi. Atau bisa pula terjadi setelah proses pembatubaraan berlangsung, dimana akibat adanya retakan dan sebagainya, menyebabkan lumpur dan pasir ikut tercampur masuk (intrusi). Abu jenis ini terdistribusi secara tidak merata di dalam batubara, dan banyak mengandung zat-zat seperti batu lanau (shale), pirit, gipsum, silikat, karbonat, sulfat dan sebagainya, dimana kandungan asam silikat dan alumina-nya banyak. d. Senyawa Batubara atau Coal Matter Senyawa terdiri dari organic volatile matter dan fixed carbon. a. Organic volatile matter , kebanyakan tersusun dari: •
gas-gas yang dapat dibakar seperti hidrogen, karbon.
•
Uap yang dapat mengembun seperti tar dengan sedikit gas tidak dapat dibakar, uap seperti karbondioksida dan air, yang
terbentuk dari penguraian senyawa karbon secara termis. Bila batubara memiliki kandungan zat terbang yang tinggi, maka sifat penyalaan (ignition) dan pembakaran (combustion)-nya pun baik. Akan tetapi, hal ini juga mengandung resiko swabakar (spontaneous combustion) yang tinggi b. Fixed Carbon, merupakan bagian dari residu yang tersisa setelah moisture dan volatile matter dihilangkan. Fixed carbon dapat dibakar, terdiri dari carbon, hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen.
Kandungan karbon tetap didapatkan dari analisis tak langsung, dan dihitung dari persamaan berikut. Dari sisa pembakaran, setelah hasilnya dikurangi dengan kandungan abu, maka hasilnya inilah yang berupa nilai karbon tetap. Fixed Carbon (%) = 100 – {Water (%) + Ash (%) + V.M. (%)}
Antara kandungan zat terbang dan karbon tetap terdapat korelasi yang saling berlawanan, dalam arti bila kandungan zat terbang naik, maka nilai karbon tetap akan turun, dan demikian sebaliknya. Secara umum, bila tingkat pembatubaraan semakin tinggi, maka kandungan zat terbang akan semakin turun; sebaliknya, nilai karbon tetap akan bertambah. e. Sifat-sifat yang lain dari batubara
Beberapa sifat batubara bahan bakar yang penting antara lain ialah
Nilai Panas ( specific energy)
Suhu Leleh Abu (ash fusion temperature, ash composition)
Kekerasan batubara (hardgrove grindability index, abrasion index)
Sifat Batubara Kokas (coking coal )
2.7.1.1 Umur batu bara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal ) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jt, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain. 2.7.1.2 Materi pembentuk batu bara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel
tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan
dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama
pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga
Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan. 2.7.1.3 Kelas dan jenis batu bara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster ) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah. 2.7.1.4 Pembentukan batu bara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia , dimulai pada saat material tanaman
terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia , meliputi proses perubahan dari
menjadi bituminus dan akhirnya antrasit. Tabel 1 : Spesifikasi Batubara PLTU Tarahan NO
FUEL ANALYSYS
SPECIFIED
Wt, % wet
COAL
WORST COAL
(Ultimate Analysis) 1
CARBON, C
51.4
50.7
2
HYDROGEN, H
3.5
3.45
3
OXYGEN, O
11.1
10.95
4
NITROGEN, N
0.5
0.49
5
SULFUR, S
0.5
0.49
6
MOISTURE, H2O
27
28
7
ASH
6
5.92
lignit
8
HHV, Kcal/Kg
4900
4833
9
VOLATILES
31.8
31.8
10
HARDGROVE
47-57
GRINDABILITY INDEX 11
SIZE DISTRIBUTION < 50 mm (%)
92.00-94.00
90.00 - 96.00
View more...
Comments