Bab I

May 13, 2019 | Author: Erma Sugihartini | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Bab I...

Description

BAB I LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Myeloradiculopathy merupakan penyakit medula spinalis dan radiks nervus spinalis (Kamus saku Kedokteran Dorland). Myeloradiculopathy merupakan kerusakan at au sindroma klinik karena kerusakan pada medula spinalis ataupun pada akar persyarafan (Urip Rahayu). Myeloradiculopathy merupakan gangguan pada medula spinalis dan gangguan pada akar medula spinalis (Cecep). Jadi, J adi, myeloradiculopathy adalah kerusakan atau penyakit karena kerusakan atau gangguan atau trauma pada medula spinalis dan gangguan pada akar medula spinalis. Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebra, dan lumbal akibat trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya (Arif Muttaqin, 2005, hal. 98).

B. Etiologi

Penyebab dari Trauma medulla spinalis yaitu : a. kecelakaan kendaraan, industri  b. terjatuh, olah-raga, menyelam c. luka tusuk, tembak d. tumor.

Manifestasi Klinis C. Manifestasi

Jika dalam keadaan sadar, pasien biasanya mengeluh nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena. Pasien sering mengatakan takut kalau leher atau punggungnya patah. Cedera saraf spinal dapat menyebabkan gambaran paraplegia atau quadriplegia. Akibat dari cedera kepala bergantung pada tingkat cedera pada medulla dan tipe cedera. Tingakat neurologik yang berhubungan dengan tingkat fungsi sensori dan motorik  bagian bawah yang normal. Tingkat neurologik bagian bawah mengalami paralysis sensorik dan motorik otak, kehilangan kontrol kandung kemih dan usus besar (biasanya terjadi retansi

urin dan distensi kandung kemih , penurunan keringat dan tonus vasomotor, dan penurunan tekanan darah diawali dengan retensi vaskuler perifer. Pada pernapasan timbul gejala napas  pendek,kekurangan O2,sulit bernapas,dan timbul tanda pucat,sianosis.

D. Pemeriksaan Diagnostik

a. Sinar X spinal Menentukan lokasi dan jenis Trauma tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi  b. Skan ct Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun struktural c. MRI Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi d. Mielografi. Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi). e. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma, atelektasis) f. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal). g. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi

E. Komplikasi a.  Neurogenik shock.  b. Hipoksia. c. Gangguan paru-paru d. Instabilitas spinal e. Orthostatic Hipotensi f. Ileus Paralitik g. Infeksi saluran kemih h. Kontraktur i.

Dekubitus

 j.

Inkontinensia blader

k. Konstipasi

F. Penatalaksanaan

Trauma tulang belakang bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap berupa kelumpuhan yang permanent. Kelumpuhan yang terjadi mempunyai dampak perawatan yang rumit dan memerlukan banyak  peralatan. Ada dua tujuan utama penanganan cedera tulang belakang: 1.

Tercapainya tulang belakang yang stabil serta tidak nyeri

2.

Mencegah terjadinya jejas lintang sumsum tulang belakang sekunder.

Tindakan yang dilakukan untuk penanganan cedera tulang belakang : a.

Lakukan imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan).

 b.

Optimalisasi faal ABC: jalan nafas, pernafasan dan peredaran darah.

c.

Penanganan kelainan yang lebih urgen (pneumotorak??)

d.

Pemeriksaan neurologik untuk menentukan tempat lesi

e.

Pemeriksaan radiologik (kadang diperlukan)

f.

Tindak bedah (dekompresi, reposisi atau stabilisasi)

g.

Pencegahan penyulit

-

Ileus paralitik → sonde lambung

-

Penyulit kelumpuhan kandung kemih

-

Pneumoni

-

Dekubitus

G. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan trauma medulla spinalis meliputi: 1. Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinal 2. Sirkulasi

:

berdebar-debar,

pusing

saat

melakukan

perubahan

posisi,

Hipotensi, bradikardi, ekstremitas dingin atau pucat 3. Eliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut,  peristaltik hilang 4. Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas, 5. gelisah dan menarik diri 6.

Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltik usus hilang

7. Pola kebersihan diri : sangat ketergantungan dalam melakukan ADL 8.  Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis flasid, 9.

Hilangnya sensasi dan hilangnya tonus otot, hilangnya reflek, perubahan reaksi  pupil

10. Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah trauma, dan Mengalami deformitas pada daerah trauma 11. Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis 12. Keamanan : suhu yang naik turun (Carpenito (2000), Doenges at al (2000) b. Diagnosa Keperawatan 

Ketidakefektifan pola pernapasan b/d kelemahan /paralisis otot-otot abdomen dan intertiostal dan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi.







Kerusakan integritas kulit yang b/d penurunan immobilitas, penurunan sensorik.  Nyeri akut y.b.d trauma jaringan syaraf Perubahan pola eliminasi urine b/ddkelumpuhan syarat perkemihan.

c. Perencanaan dan Implementasi.

Tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup perbaikan pola pernapasan,  perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan retensi urine,  perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi

d. Evalusi.

a. Klien dapat meningkatkan pernafasan yang adekuat  b. Klien dapat memperbaiki mobilitas c. Klien dapat mempertahankan integritas kulit d. klien mengalami peningkatan eliminasi urine e. Klien menyatakan rasa nyaman

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI: MYELORADIKULOPATI DI RUANG AZALEA RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG 2014

 Nama Mahasiswa

: Kelompok 2

 NIM

:-

Tempat Praktek

: Ruang Azalea

Tanggal Pengkajian

: 6 Juni 2014

I. Identitas Pasien A. Identitas Pasien 1.  Nama

: Tn. S

2.  No. RM

: 4006130056

3. Usia

: 49 Tahun

4. Status Perkawinan : Menikah 5. Pekerjaan

: Buruh

6. Agama

: Islam

7. Pendidikan

: SD

8. Suku

: Sunda

9. Alamat Rumah

: Ds. Sukamulya Kec. Cipongkor, Kab. Bandung Barat

10. Sumber Biaya

: Istri

11. Tanggal Masuk RS : 7 Juni 2014 12. Diagnosa Medis

: Myeloradikulopati

B. Identitas Penanggung jawab 1.  Nama

: Ny. M

2. Umur

: 45 Tahun

3. Hubungan

: Istri

4. Pendidikan

: SD

13. Alamat

: Ds. Sukamulya Kec. Cipongkor, Kab. Bandung Barat

II. Riwayat Kesehatan Keluarga a. Keluhan Utama  Nyeri pada punggung dan tungkai  b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan 4 minggu SMRS mengeluh lemah di kedua tungkai setelah terjatuh saat akan ke kamar mandi, kedua tungkai hanya bisa digeser keluhan disertai baal baal, terdapat nyeri di sekitar punggung dan bawah pusar dengan skala nyeri 7 (0-10) nyeri terasa seperti terbakar, yang terasa terus-menerus berkurang jika berubah posisi. BAK tidak lampias dan BAB menjadi berkurang. c. Riwayat Kesehatan Dahulu 8 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri di daerah punggung bagian bawah, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi, dan belum pernah di rawat di RS d. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat keluarga yang memiliki penyakit jantung, hipertensi ataupun kencing manis disangkal. e. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit Kebiasaan

Sebelum Masuk RS

Di RS

Oral

Oral

2 x/ Hari

3x/ Hari

Baik

Baik

Oral

Oral

Air Putih

Air Putih

c. Frekuensi

5x/Hari

8x/hari

d. Volume

1000 cc

2000 cc

a. Frekuensi

3x/hari

Terpasang Kateter

 b. Jumlah

800 cc

1. Pola Nutrisi a. Asupan  b. Frekuensi makan c.  Nafsu Makan 2. Pola Cairan a. Asupan  b. Jenis

3. Pola Eleminasi BAK

BAB a. Frekuensi

4 hari sekali

2 hari sekali

 b. Jumlah

Tak terkaji

-

4. Pola Personal hygiene a. Mandi 5. Pola Istirahat dan tidur

1x/hari

1x/hari

8 jam

4 jam

Sopir

-

6. Pola Aktivitas dan latihan a. Kegiatan bekerja  b. Waktu Bekerja

10 jam

c. Kegiatan waktu

-

luang d. Keretbatasan dalam

Tidak

Ya

Ya

Tidak

tidak

tidak

hal (mandi,  berpakaian) 7. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan a. Merokok  b. Minuman Keras

III.

Pengkajian Fisik Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan Darah

:

 Nadi

:

RR

:

Suhu

:



Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)



Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-/-)



Telinga : Normotia, Sekret (-/-)



Mulut  –  Simetris  –  Mukosa bibir kering (-), sianosis (-),  –  Lidah : simetris, tremor (-)



Leher •

Tidak terlihat pembesaran KGB.



Toraks :  –  Inspeksi : •

Pergerakan dinding dada simetris.



Retraksi intercostal (-/-).



Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-)

 –  Palpasi : •  Nyeri tekan (-/-) , tidak teraba massa •

Vokal fremitus dextra-sinistra sama.



Iktus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis kiri.

 –  Perkusi : •

Sonor seluruh lapang paru

 –  Auskultasi : •



Vesikuler + / +, ronkhi -/- , wheezing -/- , murmur (-), gallop (-)

Abdomen 

Inspeksi



Palpasi  Nyeri tekan

: Tidak ada



Hepar

: Tidak teraba



Splen

: Tidak teraba



Ballotement

:-/-





: Distensi abdomen



Perkusi

: Timpani



Auskultasi

: Bising usus (-)

Ekstremitas :  –  Edema

-/-

 –  Hemisparesis ke-2 tungkai  –  Akral hangat +/+  –  Sianosis -/ –  RCT < 2 s  – 

5

5

0

0

 STATUS NEUROLOGIS



Kesadaran

: Compos mentis



Keadaan umum

: Tampak sakit sedang



Rangsang meningeal  –  Kaku kuduk

(-)

 –  Lasaque

> 70

 –  Kerniq

> 130

 –  Burdzinski I

(-)

 –  Burdzinski II (-)  –  Burdzinski III (-)



Saraf otak

 Nervus I (Olfaktorius)

Dextra

Sinistra

N

N

Dextra

Sinistra

Daya penglihatan

N

N

Lapangan pandang

N

N

Refleks cahaya

+

+

Daya pembau  Nervus II (Optikus)

 Nervus III (Okulomotorius)

Dextra

Sinistra

-

-

Medial

+

+

Atas

+

+

Bawah

+

+

Ukuran pupil

3mm

3mm

Bentuk pupil

bulat

bulat

Ptosis Gerak mata ke :

 Nervus IV (Trokhlearis) Gerak mata ke medial bawah Strasbismus konvergen

Dextra

Sinistra

+

+

Negatif

Negatif

Diplopia

-

-

+

+

Negatif

negatif

-

-

 Nervus VI (Abdusen) Gerak mata ke lateral Strasbismus konvergen Diplopia

 Nervus V (Trigeminus)

Dextra

Sinistra

Menggigit

+

+

Membuka mulut

+

+

Atas

+

+

Tengah

+

+

Bawah

+

+

Refleks kornea

+

+

Refleks bersin

+

+

Sensibilitas muka :

 N. VII ( Fasialis )

Dextra

Sinitra

Mengangkat dahi

+

+

Sudut nasolabialis (+)

+

sempurna

sempurna

+

+

Meringis Menutup mata Mengembungkan pipi Daya kecap 2/3 ant

 Nervus VIII (akustikus)

N

Dextra

Sinistra

mendengar suara berbisik

+

+

mendengar detik arloji

+

+

tes Rinne

+

+

tes Weber tes Schwabach  Nervus IX (Glosofaringeus)

Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi Sama

Sama

Dextra

Sinistra

arkus farings

Tidak deviasi

Tidak deviasi

daya kecap lidah 1/3 belakang

N

N

reflek muntah

-

-

 Nervus X (Vagus)

Dextra

Sinistra

Arkus farings

Tidak deviasi

Tidak deviasi

+

+

Dextra

Sinistra

Memalingkan kepala

+

+

Sikap bahu

+

+

Mengangkat bahu

+

+

Menelan  Nervus XI (Aksesorius)

 Nervus XII (Hipoglosus)

Dextra

Sinistra

sikap lidah

Tidak ada deviasi

Artikulasi

Tidak terganggu

tremor lidah

-

-

menjulurkan lidah

+

+

atrofi otot lidah

-

-

fasikulasi lidah

-

-

IV.

Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Diagnostik a. MRI  b. USG 2. Pemeriksaan Laboraturium (31 mei 2014) a. Lekosit

: 8000

4.400-11.300 / ul

 b. Eritrosit

: 2,80

4,5-6,5 juta/ ul

c. Trombosit

: 344,00

150.000-450.000 /ul

d.  Natrium

: 131

135-145 mEq/l

e. Kalium

: 4,5

3,6-5,5 mEq/l

V.

Penatalaksanaan Medis Terapi pengobatan 1. Lactulax (pin) 2.  Na dicloferac (2x1) 3. B1 (1x1) 4. Ketorolac (1x1) 5. Carbamazepiane (2x1/2) 6. Furosemid 2 amp

VI.

Analisa Data

NO.

1.

Symptom

Ds: klien mengatakan nyeri dgn skala nyeri 7 (0-10) Do: - Klien tampak meringis

2.

-

TD=

-

RR=

-

S=

DS: klien mengatakan tidak  bisa menggerakkan tungkainya DO: - Terdapat kelumpuhan  pada ke- 2 tungkai dgn kekuatan otot 0 (0-5)

Etiologi

Problem

Kecelakaan mobil, industry, terjatuh, olahraga, luka tertusuk, tumor, dll → Kerusakan medulla spinalis →Hemoragi → Serabut-serabut membengkak/hancur→ Trauma medulla spinalis→Spasme otot→Iritasi serabut saraf→Nyeri

 Nyeri b/d Kompresi

Kecelakaan mobil, industry, terjatuh, olahraga, luka tertusuk, tumor, dll → Kerusakan medulla spinalis →Hemoragi → Serabut-serabut membengkak/hancur→ Trauma medulla

Gangguan mobilitas

saraf, spasme otot

fisik b/d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus

spinalis→Spasme otot→ imobilisasi→gangguan mobilitas fisik 3.

DS: klien mengatakan sulit bab Do: - terdapat konstipasi -

BU (-)

-

Konsistensi peses

Kecelakaan mobil, industry, terjatuh, olahraga, luka tertusuk, tumor, dll → Kerusakan medulla spinalis →Hemoragi →

Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) b/d kurangnya aktifitas (immobilisasi)

kkeras

Serabut-serabut membengkak/hancur→ Trauma medulla spinalis→Spasme otot→ kurang aktivitas (imobilisasi)→ gangguan eleminasi (konstipasi)

VII.

Diagnosa Keperawatan sesuai dengan prioritas 1.  Nyeri b/d Kompresi saraf, spasme otot 2. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus 3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) b/d kurangnya aktifitas (immobilisasi)

VIII.

Rencana Asuhan Keperawatan

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF