BAB I
February 3, 2019 | Author: shugy | Category: N/A
Short Description
BABI...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jagung manis ( Zea mays Saccharata Sturt) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi dan sangat disukai masyarakat di Indonoesia. Tanaman jagung manis memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa dan umur produksinya yang lebih singkat. Bagi para petani tanaman jagung manis merupakan peluang usaha di pasar, karena nilai jualnya yang tinggi. Kadar gula endosperm jagung manis dapat mencapai 13-14 0 brix, sedangkan kadar gula jagung biasa hanya 2-3 0 brix (Palungkun dan Budiarti, 1991). Jagung manis masak susu mengandung kadar gula lebih tinggi dan kadar pati lebih rendah. Sifat ini ditentukan oleh gen sugari s ugari (su) resesif yang berfungsi untuk menghambat pembentukan gula menjadi pati. Adanya gen resesif tersebut menyebabkan jagung manis menjadi 4 – 8 8 kali lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa. Kadar gula yang tinggi menyebabkan biji menjadi berkeriput setelah tua (Rifianto, 2010). Indonesia mempunyai iklim tropik memungkinkan untuk ditanami jagung manis secara luas, Tanaman jagung manis dipanen pada saat muda atau matang susu, berumur 74 hari setelah tanam dibandingkan jagung biasa. Pada penelitian Surtinah (2012) jagung manis berumur lebih genjah dan tongkol siap di panen ketika tanaman berumur 60 – 70 70 hari setelah tanam. Sementara itu Iskandar (2006) melaporkan bahwa jagung manis dapat dipanen pada umur 60 – 60 – 75 75 setelah tanam. Surtinah (2007) melaporkan bahwa jagung manis yang dipanen pada umur lebih dari 75 hari menghasilkan biji dengan tekstur yang lebih keras dan biji berkerut sehingga menurunkan kualitas produksi. Pemanenan yang tepat akan mempengaruhi kualitas
jagung manis apabila pemanenan terlambat, jagung manis akan menjadi keriput, karena terjadi perubahan kadar pati didalamnya, dimana pati akan terurai menjadi gula sederhana sebagian gula didalam biji kemudian di ubah menjadi pati dan sisanya hilang karena respirasi yang akan menghasilkan air, CO2 dan energi,
1
kurang lebih 48 jam setelah panen, sukrosa di dalam biji jagung manis akan berubah perlahan-lahan menjadi dekstrin yang tidak manis. Sehingga tekstur biji menjadi lebih lunak menyebabkan pelepasan molekul H2O sehingga komponen gula yang terdapat dalam biji jagung akan larut dan menguap bersama H2O, sehingga rasanya tidak manis. Di daerah Gorontalo jagung manis makin populer dan banyak digemari karena rasanya yang lebih manis dari pada jagung biasa, di samping itu karena mahalnya harga jagung manis dipasaran dapat memberikan rangsangan kepada petani untuk meningkatkan serta memperluas usahanya. Usaha pengembangan jagung manis di Gorontalo sudah mulai diminati oleh masyarakat. Disamping itu keadaan iklim di daerah Gorontalo mencapai 31,8 ºC, hal ini sangat mendukung dan dapat meningkatkan laju fotosintesis, khususnya untuk tanaman yang termasuk kedalam golongan C4 seperti jagung. Fotosintesis optimum pada suhu 30 – 450C (Surtinah, 2012). Pada penelitian ini dilakukan budidaya sistem pertanian organik dengan pemanfaatan bio urin
yang bertujuan untuk menjaga kesehatan
dalam
mengkonsumsi serta kelestarian lingkungan sekitar. Bio urin yang digunakan adalah urine sapi yang dijadikan pupuk cair organik. Urin ini yang sering di abaikan, dibuang begitu saja bahkan selama ini dianggap sebagai kotoran ternyata bisa dimanfaatkan
sebagai pupuk organik cair apabila diolah, karena
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman diantaranya Nitrogen 1%, Phospor 0,5%, Kalium 1,5%, Carbon 1,1 %, Air 92%, dan fito hormon Auksin yaitu zat perangsang tumbuh yang bisa digunakan sebagai zat pengatur tumbuh. Setelah pupuk cair urine diolah unsur-unsur hara tersebut meningkat. Nitrogen menjadi 2,7%, Phospor menjadi 2,4%, Kalium menjadi 3,8% dan karbon menjadi 3,8%. Warna yang semula kuning berubah menjadi kehitam-hitaman, dan bau yang semula menyengat jauh berkurang. Keunggulan lain dari pupuk cair urine ini adalah dapat mengusir hama tikus, wereng, walang sangit dan hama penggerek. Sehingga tanaman terhindar dari
serangan
hama-hama
tersebut.
Namun
tidak
menganjurkan
anda
menggunakan urine secara langsung, ” dengan alasan ingin praktis, setelah ternak
2
kencing anda tampung lalu langsung disemprotkan pada tanaman” karena kadar gas amonia yang terdapat dalam urine dapat membahayakan tanaman, jadi urine ini minimal didiamkan dulu selama 2 minggu tanpa diolah atau lebih bagusnya diolah terlebih dahulu, caranya pengolahan yang sederhana (Susetya, 2013). Pada penelitian Alfarisi N (2015) pemberian pupuk urin sapi
75 ml/tanaman
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat basah buah tanaman jagung manis. Sedangkan pada penelitian Dharmayanti (2013) pemberian bio urin 300 ml dalam 1L larutan mampu merubah sifat kimia tanah seperti : K-tersedia, N-total. Selain pemberian bio urin peneliti menggunakan dua varietas jagung manis yang diduga memiliki nilai tinggi dari varietas lain namun kelebihan nilai tinggi tersebut bisa saja lebih cocok dengan keadaan iklim daerah Gorontalo, bukan untuk menyepelehkan varietas lain. Varietas yang digunakan adalah varietas Bonanza F1 karena dalam penelitian Bahua I. dan Nurmi varietas Bonanza F1 berpengaruh pada tinggi tanaman umur 4, 6 dan 8 MST dan jumlah daun umur 6 dan 8 MST, berat tongkol, panjang tongkol dan jumlah tongkol perpetak. Pada penelitian Zulkifli (2012) varietas Bonanza F1 dengan pemberian bokasi dapat menghasilkan diameter tongkol 1,8 cm, luas daun 6354,14 cm dan panjang tongkol tanpa kelobot 20,73 cm. Varitas yang kedua adalah secada F1, jenis varietas ini masih kurang digunakan pada daerah Gorontalo oleh karena itu peneliti mengambil varietas ini, varietas ini diduga bias bersaing dengan Bonanza F1 dikarenakan pada deskripsi tanaman lebih unggul dalam tinggi tanaman dan diameter batang. Menurut Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP, 2009) Kesesuaian varietas pada kondisi suatu lingkungan menentukan kuantitas dan kualitas hasil yang akan diberikan tanaman. Setiap varietas jagung manis memiliki kemampuan beradaptasi yang berbeda-beda tergantung genotip dan sifat ketahanan terhadap kondisi lingkungan. Dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka peneliti melakukan suatu eksperimen yang berjudul Pengaruh Pemberian Bio Urin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Jagung Manis ( Zea mays L. Saccharata Sturt )
3
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah pemberian bio urin dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman jagung manis ?
2.
Apakah penggunaan dua varietas dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman jagung manis ?
3.
Apakah terdapat interaksi antara pemberian bio urin dan penggunaan dua varietas jagung manis ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui pengaruh pemberian bio urin pada pertumbuhan tanaman Jagung manis.
2.
Mengetahui pengaruh dua varietas pada pertumbuhan tanaman jagung manis.
3.
Mengetahui adanya interaksi antara pemberian bio urin dan penggunaan dua varietas jagung manis.
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada petani tentang pemanfaatan Bio urin dan penggunaan varietas tanaman jagung manis
2.
Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pemanfaatan bio urin dan penggunaan varietas tanaman jagung manis
1.5 Hipotesis
1.
Pemberian bio urin berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis
2.
Penggunaan varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
4.
Terdapat interaksi antara pemberian bio urin dan penggunaan dua varietas jagung manis.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis ( Zea mays Saccharata Sturt) berasal dari Benua Amerika dan secara taksonomi, diklasifikasikan sebagai berikut (Kholis, 2006): Divisio
: Spermathophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonenae
Ordo
: Graminae
Famili
: Graminaceae
Subfamilia
: Ponicoidae
Genus
: Zea
Species
: Zea mays saccharata L.
Morfologi tanaman jagung 1. Akar Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai dengan 10 hari, akar yang sebenarnya mulai tumbuh. Akar tersebut bersifat permanen dan tumbuh kurang lebih 2,5 cm dari permukaan tanah. Akar adventif merupakan bentukan akar lain yang tumbuh dari pangkal batang, di atas permukaan tanah kemudian menembus dan masuk ke dalam tanah (Suprapto dan Marzuki, 2005). 2. Batang Batang tanaman jagung manis beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm sampai 300 cm atau lebih tergantung tipe dan jenis jagung. Ruas bagian batang atas berbentuk silindris dan
5
ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). 3. Daun Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung meruncing dengan pelepah-pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Daun-daunnya lebar serta relatif panjang. Daunnya berkisar 10 sampai 20 helai tiap tanaman. Epidermis daun bagian atas biasanya berambut halus. Kemiringan daun sangat bervariasi antar genotip dan kedudukan daun yang berkisar dari hampir datar sampai tegak (Fisher dan Goldsworthy, 1996). 4. Bunga Tanaman jagung manis termasuk monoceous, tetapi bunga jantan dan betina letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedang bunga betina sebagai tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Tepung sari dihasilkan malai 1-3 hari sebelum rambut tongkol keluar, rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai putik. Tepung sari mudah diterbangkan angin. Dari satu malai dapat menghasilkan 250 juta tepung sari. Tepung sari ini akan menyerbuki rambut tongkol. Apabila dalam satu tongkol terdapat 500 rambut tongkol maka inilah yang akan diserbuki sehingga diperoleh 500 biji dalam satu tongkol dari hasil penyerbukan. Karena letak bunga terpisah dan tepung sari mudah diterbangkan angin maka pembuahan berasal dari tanaman tetangga. Hal ini dikenal dengan penyerbukan silang. Pada tanaman jagung penyerbukan silang sebesar 95 % (Poehlman, 1987). 5. Biji Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu tongkol , kadang-kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung (Suprapto dan Marzuki, 2005).
6
2.2
Syarat Tumbuh
2.2.1 Keadaan iklim Tanaman jagung manis berasal dari daerah tropis, tetapi karena banyak tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya, jagung manis dapat tumbuh baik pada berbagai iklim. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung manis adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis atau tropis basah. Jagung manis dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0 o50o lintang utara hingga 0 o-40o lintang selatan (Tobing, dkk, 1995). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan budidaya tanaman jagung manis 1. Suhu Tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-30 0C 2. Curah hujan Curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Kartasapoetra, 1987). 3. Cahaya matahari Perkembangan tanaman dan pembungaan dipengaruhi oleh panjang hari dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar tropika tidak akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini tetap vegetatif dan kadang-kadang dapat mencapai tinggi 5-6 m sebelum tumbuh bunga jantan. Namun pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan suhu kurang dari 200C juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi hari pendek pada daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). 2.2.2 Keadaan Tanah 1. Ketinggian tempat Jagung manis dapat ditanam di daerah dataran rendah dan dataran tinggi sampai pada ketinggian 900 meter dpl (Deptan, 2013).
7
2
Jenis tanah Tanah yang sesuai adalah tanah dengan tekstur remah, karena tanah
tersebut bersifat porous sehingga memudahkan perakaran pada tanaman jagung. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tipe tanah liat masih dapat ditanami
jagung,
tetapi
dengan
pengerjaan
tanah
lebih
sering
selama
pertumbuhannya, sehingga aerase dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat diantara barisan jagung 3
Sifat kimia tanah Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 6,5 sampai 7,0
,tetapi masih cukup toleran pada tanah dengan tingkat kemasaman yang relatif tinggi, dan dapat beradaptasi pada keracunan Al (Thompson and Kelly, 1957). 4
Sifat Biologi Tanah Sifat biologi tanah sangat berpengaruh dalam hasil tanaman jagung manis,
keadaan tanah yang baik, subur gembur dan kaya akan bahan organik lebih baik apalagi jika bahan organik yang ada pada tanah bisa sampai pada 5 %. 5
Ketersediaan Air Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan
akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan jagung manis. 2.3 Pemberian Bio Urin
Bio urin adalah urin ternak yang difermentasi. Untuk mengolah limbah dari kotoran sapi (air kencing) tersebut menjadi produk yang lebih bermanfaat dan potensial diperlukan paket teknologi fermentasi dengan melibatkan peran bakteri (mikroorganisme) untuk mengubah atau mentransformasikan senyawa kimia ke substrat organik sehingga bisa diimplementasikan langsung sebagai nutrisi pada tanaman pertanian (Negara et al ., 2007).
8
Pemanfaatan urin atau bio urin untuk pemupukan tanaman masih sangat jarang diterapkan. Adijaya (2009) mendapatkan pemanfaatan 7.500 liter ha-1 bio urin sapi yang dikombinasikan pupuk kandang sapi 5,0 t ha-1 mampu meningkatkan hasil bawang merah sebesar 60,77%, sedangkan pemberian b io urin sapi 15.000 l ha-1 meningkatkan hasil sebesar 31,72% dibandingkan tanpa pemupukan yang menghasilkan umbi sebanyak 6,45 t ha-1. Informasi tentang hasil penelitian bio urin sapi masih sangat terbatas, oleh karena itu penelitian tentang aspek tersebut perlu dilakukan pada tanaman jagung yang merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di lahan kering. 2.4 Penggunaan dua Varietas Jagung Manis
Istilah varietas memiliki dua arti. Arti pertama adalah arti secara botani dan arti kedua adalah secara agronomi. Secara botani, varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas. Dalam pertanian (agronomi) varietas adalah sinonim bagi kultivar yaitu sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri yang dapat dibedakan secara jelas dan tetap mempertahankan ciri khas ini jika direproduksi. Sedangkan varietas hibrida adalah tipe kultivar yang berupa turunan langsung dari persilangan antara dua atau lebih populasi pemuliaan. Jagung hibrida memiliki daya tumbuh yang lebih tinggi, relatif lebih tahan penyakit, dan potensi hasilnya lebih tinggi (Stearn, 1986). Kebanyakan
petani
dalam
membudidayakan
tanaman
jagung
menggunakan benih yang telah dipersiapkan atau diperoleh dari sumber lokal. Varietas lokal biasanya merupakan penghasil buah yang rendah (kurang memuaskan), tetapi memberikan beberapa keuntungan tertentu. Varietas yang ditingkatkan mutunya (improved varieties) dapat memberi hasil yang lebih baik dan lebih banyak dibanding varietas lokal. Terdapat dua macam varietas yang diperbaiki yaitu : a. Varietas komposit Adalah varietas yang untuk perbanyakan benihnya dilakukan persarian bebas atau kawin acak antara tanaman dalam varietas tersebut.
9
b. Varietas hibrida Adalah turunan F1 dari persilangan antara galur dengan varietas bersari bebas atau antara dua varietas bersari bebas. Hasil yang diberikan varietas F1 Hibrida ini jauh lebih memuaskan disbanding dengan hasil yang telah diberikan varietas komposit, sepanjang curah hujan dan pupuk yang diperlukannya memadai (Kartasapoetra, 1988). Varietas jagung hibrida telah terbukti memberikan hasil yang lebih baik dari varietas jagung bersari bebas. Secara umum varietas hibrida lebih seragam dan mampu berproduksi lebih tinggi 15-20 % dari varietas bersari bebas. Selain itu, varietas hibrida menghasilkan biji yang lebih besar dibandingkan varietas bersari bebas. Jagung hibrida merupakan generasi F1 hasil persilangan dua atau lebih galur murni dan memiliki perbedaan keragaman antar varietas tergantung dari tipe hibridisasi dan stabilitas galur murni (Perakitan Varietas Jagung Hibrida, 2008). Kehadiran varietas jagung unggul introduksi, baik bersari bebas ataupun hibrida telah berkontribusi secara nyata terhadap peningkatan produktivitas ataupun produksi jagung nasional. Tipe hibrida mempunyai potensi tinggi daripada tipe bersari bebas, karena hibrida memiliki gen-gen yang dominan yang mampu untuk memberi hasil tinggi. Tipe hibrida selain meningkatkan hasil, jagung hibrida juga memberikan beberapa keuntungan lain yaitu lebih toleran terhadap hama penyakit, lebih tanggap terhadap pemupukan pertanaman dan tongkol lebih seragam, disamping itu jumlah biji lebih banyak dan berat (Awaludin dan Erawati, 1985). Jenis varietas yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Hibrida yaitu Bonanza F1 dan Secada F1. Dibawah ini dapat dilihat deskripsi masingmasing varietas jagung manis yang digunakan : Deskripsi Jagung Manis Varietas Bonanza F1
Asal
: East West Seed Thailand
Silsilah
: G-126 (F) x G-133 (M)
Golongan varietas
: hibrida silang tunggal
Bentuk tanaman
: tegak
Tinggi tanaman
: 220 – 250 cm
10
Kekuatan akar pada tanaman dewasa
: kuat
Ketahanan terhadap kerebahan
: Tahan
Bentuk penampang batang
: bulat
Diameter batang
: 2,0 – 3,0 cm
Warna batang
: hijau
Ruas pembuahan
: 5 – 6 ruas
Bentuk daun
: panjang agak tegak
Ukuran daun
: panjang 85,0-95,0 cm, lebar 8,5-10,0 cm
Tepi daun
: rata
Bentuk ujung daun
: lancip
Warna daun
: hijau tua
Permukaan daun
: berbulu
Bentuk malai (tassel)
: tegak bersusun
Warna malai (anther)
: putih bening
Warna rambut
: hijau muda
Umur mulai keluar bunga betina
: 55 – 60 hari setelah tanam
Umur panen
: 82 – 84 hari setelah tanam
Bentuk tongkol
: silindris
Ukuran tongkol
: panjang 20-22 cm, diameter 5,3-5,5 cm
Berat per tongkol dengan kelobot
: 467 – 495 g
Berat per tongkol tanpa kelobot
: 300 – 325 g
Jumlah tongkol per tanaman
: 1 – 2 tongkol
Tinggi tongkol dari permukaan tanah : 80 – 115 cm Warna kelobot
: hijau
Baris biji
: rapat
Warna biji
: kuning
Tekstur biji
: halus
Rasa biji
: manis
Kadar gula
: 13 – 15o brix
Jumlah baris biji
: 16 – 18 baris
Berat 1.000 biji
: 175 – 200 g
11
Daya simpan tongkol dengan kelobot pada suhu kamar (siang 29 – 31oC, malam 25 – 27oC)
: 3 – 4 hari setelah panen
Hasil tongkol dengan kelobot
: 33,0 – 34,5 ton/ha
Jumlah populasi per hektar
: 53.000 tanaman (2 benih per lubang)
Kebutuhan benih per hektar
: 9,4 – 10,6 g
Keterangan
: beradaptasi dengan baik di dataran tinggi dengan altitude 900 – 1.200 m dpl
Pengusul
: PT. East West Seed Indonesia
Peneliti
: Jim Lothlop (East West Seed Thailand), Tukiman Misidi dan Abdul Kohar (PT. East West Seed Indonesia)
Deskripsi Jagung Manis Varietas Secada F1
Asal tanaman
: PT. East West Seed Indonesia
Silsilah
: SC 6582 F x SC 6813 M
Golongan varietas
: hibrida
Tinggi tanaman/ sampai ujung malai
: 260 - 285 cm
Bentuk penampang batang
: bulat lonjong
Diameter batang
: 2,5-3,3 cm
Warna batang
: hijau tua
Bentuk daun
: bangun pita, ujung daun meruncing
Ukuran daun (panjang)
: 98-110 cm
Ukuran daun (lebar)
: 10,6-11,5 cm
Warna daun
: hijau tua
Bentuk malai (Tasel)
: tegak
Warna malai (Anther)
: hijau kekuningan
Warna rambut
: hijau kekuningan
Umur berbunga
: 58-61 hst
Umur panen
: 96-99 hst
Bentuk tongkol
: silindris, meruncing
12
Ukuran tongkol (panjang tanpa kelobot)
: 21,03-21,83 cm
Ukuran tongkol (diameter tanpa kelobot) : 5,72-5,94 cm Ukuran tongkol (panjang dengan kelobot) : 30,2-36,7 cm Warna tongkol (kelobot)
: hijau
Bentuk biji
: pipih persegi
Warna biji
: kuning
Baris biji
: lurus, rapat
Rasa biji
: manis
Kadar gula
: 11,19-13,49 % brix
Jumlah baris biji
: 16-18 baris
Berat per 1000 biji
: 185-192 g
Berat per tongkol (dengan kelobot)
: 478,63-549,88 (g)
Berat per tongkol (tanpa kelobot)
: 326,88-384,38 (g)
Jumlah tongkol pertanaman
: 1-2 tongkol
Berat tongkol pertanaman
: 670,08-749,83 g
Daya simpan tongkol dengan kelobot Suhu (siang 29ºC-31ºC, malam 25ºC-27ºC)
: 3-4 hsp
Hasil tongkol per hektar (dengan kelobot) : 35,85-38,88 ton/ha Populasi perhektar
: 53.000-54.000 (53.333 tanaman)
Kebutuhan benih perhektar
: 9,8 kg – 10,4 kg
Penciri utama
: daun bendera pada ujung tongkol panjang dan banyak
Keunggulan varietas
: ukuran tongkol besar dan daya hasil tinggi
Wilayah adaptasi
: 800-1.100 m dpl.
Pemohon
: PT. East West Seed Indonesia
Pemulia : Jim Lothrop (East West Seed Thailand) Peneliti : Tukiman Misidi, Abdul Kohar, M Taufik Hariyadi, Agus Suranto
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kota Raja, Kecamatan Dulupi Kabupaten Boalemo dengan ketinggian kurang lebih 300 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dimulai Bulan Maret sampai Bulan Juni 2017. 1.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor tangan, parang, cangkul, meteran dan kamera. Bahan yang digunakan adalah Bio Urin dan Benih Jagung manis Varietas Bonanza F1dan Secada F1 1.3 Metode yang Digunakan
Penelitian ini terdiri dari 2 faktor perlakuan yang disusun berdasarkan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design), masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Faktor I (petak utama) : Varietas Jagung manis yaitu : V1 : Varietas Bonanza F1 V2 : Varietas Secada F1 Faktor II (anak petak) : Pemberian Bio Urin terdiri 5 taraf yaitu : U0 : Tanpa Bio urin U1 : U2 : U3 : U4 : Dengan demikian diperoleh 10 kombinasi perlakuan, yaitu : V1U0 VIU1 V1U2 V1U3 V1U4 V2U0 V2U1 V2U2 V2U3 V2U4 Dari
sepuluh kombinasi perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan sehingga
diperoleh 30 petak penelitian yang berukuran 3 m X 3 m.
14
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Lahan Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah benih yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan dengan persyaratan tanaman jagung manis. 3.4.2 Pengolahan Lahan Pengolahan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garuk sampai tanah siap untuk ditanami. 2.4.3 Pembentukan Bedengan Setelah pengolahan lahan selanjutnya membuat membuat bedengan pada lahan dengan dua bedengan yang dijadikan sebagai petak utama,
kemudian
membuat petak kecil didalam petak utama dengan ukuran yang sudah ditentukan. 2.4.4 Penanaman Penanaman dilakukan dengan cara ditugal, dengan kedalaman ± 3 cm dan setiap lubang tanam ditanam 2 benih. Jarak tanam yang digunakan adalah 70 cm x 30 cm. 2.4.5 Pemeliharaan a. Pemupukan Pemupukan bio urin dilakukan dengan cara disemprotkan ke daun pada pagi hari dan disemprotkan ketanah pada sore hari, pemberiannya pada umur tanaman 17 HST, 24 HST, 31 HST dan 38 HST. b. Penyulaman Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam, tujuan dasar dari penyulaman adalah menggati tanaman yang mati yang diambil dari bibit cadangan yang berumur sama yang bertujuan untuk mengantisipasi kurangnya hasil produksi c. Penyiangan
15
Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 21 HST dan 42 HST. d. Pengairan Pengairan dilakukan setiap hari bila tidak hujan, atau pada waktu yang diperlukan saja sesuai kebutuhan tanaman dengan interval waktu maksimal seminggu sekali.
Cara
pengairannya adalah
dengan cara digenangi per
petakan hingga tanah cukup basah, tetapi tidak terlalu basah karena tanah yang
becek
atau
air
yang
menggenang
akan menyebabkan polong dan
perakaran membusuk. e. Pengendalian hama Pengendalian dilakukan jika ada serangan hama dengan menyesuaikan jenis pestisida dan OPT sasaran. f. Panen Kriteria jagung manis yang dapat dipanen adalah rambut jagung yang berada diujung tongkol telah bewarna coklat dan diperkirakan tongkol sudah berisi penuh. Kriteria tersebut biasanya terdapat pada saat tanaman berumur 67 HST (Tim Karya Tani Mandiri et al.,2010).
3.5 Parameter yang Diamati
3.5.1 Tinggi tanaman Tinggi tanaman (cm) diukur dengan meteran, mulai pangkal batang sampai pucuk daun. Pengukuran dilakukan pada umur 21, 28, 35 dan 42 H ST 3.5.2. Jumlah daun Jumlah daun (helai) dihitung pada saat tanaman berumur 21, 28, 35 dan 42 HST dihitung jumlah daun yang baik dan telah t erbuka sempurna. 3.5.3. Diameter batang Diameter batang (cm) diukur menggunakan jangka sorong, cara mengukur diameter batang yang terdapat pada ruas pertama, kedua, dan ketiga dari pangkal batang, kemudian dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan pada saat keluar bunga jantan yaitu pada umur 42 HST.
16
3.5.4. Bobot tongkol basah dengan klobot Bobot tongkol basah dengan klobot (g/tongkol)ditimbang pada saat panen, pada masing-masing tongkol tanaman sampel ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. 3.5.5 Bobot tongkol tanpa klobot Bobot tongkol tanpa klobot (g/tongkol)ditimbang pada saat panen, pada masing-masing tongkol tanaman sampel ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. 3.6 Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan sidik ragam (uji F) pada tingkat signifikansi (nyata) α = 0,05 dan α = 0,01 untuk mengetahui adanya pengaruh dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α = 5%.
17
View more...
Comments