BAB I
March 14, 2018 | Author: Wahyuni Rahmat | Category: N/A
Short Description
vale...
Description
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Vale Indonesia Tbk, Merupakan industri Nikel sulfida yang dalam proses produksinya menggunakan
electric furnace sebagai
proses peleburan calcine yang menghasilkan Electric Furnace Slag(EFS), Electric Furnace Matte(EFM), Electric Furnace Dust(EFD), dan Electric Furnace Off Gas(EFG). Pada proses peleburan tersebut terjadi proses reduksi oleh O2 yang menghasilkan bath gas. Untuk furnace #4 menghasilkan gas CO 50%, CO2 12%, H2 35%, dan SO2 3%. 6sebesar elektroda pasta karbon jenis Sodenberg sebagai penghantar listrik yang baik. Energi listrik yang dihasilkan berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Larona, Balambano, dan Karebbe. Pada tahun 2015, kapasitas produksi nikel dalam matte PT Vale Indonesia mencapai 75.000 metrik ton. Proses pyrometallurgy membutuhkan energi yang besar untuk proses pengolahannya. Besarnya energi yang dibutuhkan tergantung dari komposisi mineral dan pengotornya, kadar air, teknologi proses, termodinamika masing-masing mineral, antara lain specific heat, temperatur, tekanan operasi, produk dan kapasitas yang dihasilkan. Energi yang besar juga dibutuhkan untuk proses pengeringan, reduksi, kalsinasi, peleburan, dan pemurnian. 1.
Besarnya energi yang dibutuhkan pada proses pengolahan nikel matte diharuskan tetap diarahkan pada pengolahan energi hemat dan efisien, didasarkan pada kebijaksanaan energi yang menyeluruhdan
dengan
memperhitungkan
peningkatan
kebutuhan dan kemampuan penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan perhitungan distribusi energi yang terjadi di dalam furnace dengan JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 1
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
mempertimbangkan aspek energi panas yang dihasilkan furnace dengan energi panas yang diserap furnace harus seimbang. Walaupun efisiensi energi tidak akan 100% terjadi karena adanya panas yang hilang selama proses, efisiensi energi harus dijaga kestabilannya diatas 90%. Efisiensi energi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses peleburan dan tentunya Data komposisi produksi bulan Januari-September 2017 pada Electric Furnace#4 2.
Mengacu pada Electric Furnace#4 Off-Gas System Process Flow Diagram-Normal Operation
3.
Hanya memperhitungkan Mass and Heat Balance Off-Gas. akan menghemat biaya yang diperlukan selama proses itu
berlangsung. 1.2
Batasan Masalah Batasan masalah pada tugas khusus “Simulasi Perhitungan distribusi Energi Furnace” antara lain :
1.3
Tujuan Penelitian 1.
Menentukan Volume Air In-Leakage (AIL) yang masuk pada Electric Furnace#4
2.
Menghitung gas CO sisa pada Off-Gas
3.
Menetukan Volume Udara pada Gap untuk menghilangkan gas CO pada Combustion Chamber
4.
Menentukan Volume Udara Gap Air untuk menurunkan Suhu pada Combustion Chamber (800oC).
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Untuk mengetahui volume Air In-Leakage Air (AIL) yang masuk pada Electric Furnace#4
2.
Untuk mengetahui jumlah CO sisa pada Off-Gas
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 2
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
3.
Untuk mengetahui Volume Udara pada Gap Air agar dapat menghilangkan gas CO pada Combustion Chamber
4.
Untuk mengetahui volume udara Gap Air yang masuk agar dapat menurunkan Suhu pada Combustion Chamber (800oC)
5.
Untuk meminimalisir emisi gas buang di udara.
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 3
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Electric Furnace PT.Vale Indonesia Tbk. Mengoperasikan reduction kiln / Electric Furnace / converter smelter di Soroako, Indonesia untuk memproduksi Nickel Matte. Terdapat 4 Units tanur listrik (Electric Furnaces) yang beropersi secara terus menerus yang mendapat suplai kalsi/Calcine dari 5 Units rotary Kilns. Tanur listrik tersebut berbentuk bulat dimana slag dan ferro-nickel matte dikeluarkan dari lubang pengeluaran yang berbeda (tapholes) yang berada di sisi tanur untuk selanjutnya dialirkan ke dalam slag pots dan matte ladles. Matte furnace dioksidasi di dalam 3 units Piere-Smith Converters. Sistem off-gas yang terdapat pada setiap tanur listrik dilengkapi dengan dua buah cerobong/Parallel Stacks yang berfungsi untuk membuat gas bekas ke udara. Cerobong tersebut terdiri dari komponen-komponen berikut ini :
Elbow yang berlapis Castable (Refractory-lined Elbow) melalui atap furnace.
Ruang pendingin gas yang berlapis Castable (GCC) yang dilengkapi dengan (2) spray nozzle yang di pasang secara seri.
Refractory-line duct.
Fast-acting dampers (tidak berpendingin) dan refractory-line stack ke atmosfir. PT.Vale Indonesia Tbk merancang secara terperinci tentang sistem
pembersihan gas yang baru pada tanur listrik/electric furnace #4 (EF#4). Off-gas Cleaning system yang baru di rancang untuk mencapai tujuan berikut ini :
Mengurangi bahaya ledakan akibat adanya gas yang mudah terbakar di dalam off-gas.
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 4
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
Menurunkan biaya maintenance dan downtime.
Mencegah terjadinya kondensasi sulfur yang terdapat di dalam aliran Off-gas sehingga dapat mencegah terjadinya masalah-masalah korosi.
Merancang sistem sesuai dengan kapasitas, operasional furnace serta tingkat produksi yang diinginkan.
2.2
Proses pada Electric Furnace a. Pemasukan Calcine ke dalam Electric Furnace
Feed bin sebagai tempat menyimpan calcine, dilengkapi dengan butterfly valve untuk mencegah reaksi oksidasi calcine karena kontak dengan udara luar. Masing-masing feed bin mempunyai 3 chute yang membagi jumlah calcine secara merata ketika dimasukkan ke dalam electric furnace. b.
Sistem Tenaga Elektroda Terjadinya peleburan dalam electric furnace disebabkan oleh
adanya panas yang dihasilkan oleh tenaga listrik yang dialirkan melalui 3 buah elektroda jenis sodenberg electrode. Bagian dalam elektroda diisi dengan karbon pasta yang memiliki daya hantar listrik yang baik. Dalam proses peleburan, ujung elektroda akan ikut melebur akibat bereaksi dengan slag pada temperatur tinggi, sehingga penambahan karbon pasta dan penyambungan silinder elektroda (casing) diperlukan. Sistem arching mode, yaitu posisi elektroda berada diatas permukaan slag digunakan dalam proses ini. Piston hidrolik akan mengatur naik turunnya elektroda secara otomatis, sehingga posisi elektroda akan menyesuaikan dengan ketinggian slag. Panas yang dihasilkan elektroda, bergantung kepada:
c.
1.
Besarnya arus listrik yang masuk
2.
Jarak antara elektroda
3.
Besarnya tahanan slag
Smelting (Peleburan)
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 5
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
Proses peleburan merupakan lanjutan dari proses reduksi dan sulfidasi.Proses ini terjadi didalam electric furnace. Proses ini dapat memisahkan bagian yang kaya nikel berdasarkan perbedaan berat jenis. Beberapa proses yang terjadi dalam electric furnace, yaitu: a) Penghilangan air kristal yang masih tertinggal di dalam calcine. b) Reaksi reduksi lebih lanjut dengan menggunakan karbon dalam batubara yang tercampur dalam calcine. c)
Peleburan calcine menjadi matte dan slag. Kandungan matte yang merupakan produk electric furnace
diatur berdasarkan tingkat reduksi dalam reduction kiln dan kandungan karbon dalam calcine. Produk matte electric furnace diharapkan mempunyai komposisi sebagai berikut: Ni: 23-30%, Fe: 35-69%, S: 6-10%, Co: 0.6-0.7 % Proses peleburan terjadi karena adanya peristiwa perpindahan panas dari elektroda yang dialiri listrik ke calcine. Proses ini sangat dipengaruhi oleh posisi elektroda terhadap slag di dalam furnace. Apabila posisi elektroda terlalu jauh dari permukaan calcine, maka panas yang dihasilkan akan banyak terbuang. Sebaliknya apabila elektroda terbenam di dalam calcine, maka beban arus menjadi sangat besar sehingga rawan terjadi ledakan. Untuk mengatur posisi elektroda ini maka dilakukan slipping, yaitu penuruanan elektroda secara bertahap. Di dalam furnace, terjadi reaksi reduksi lanjutan oleh batubara dengan kandungan 46% C dan peleburan calcine menjadi Ni sulfida dan slag. Reaksi yang terjadi dalam furnace, yaitu: NiO + C Ni + CO Ni + FeS NiS + Fe NiO + FeS NiS + FeO
Fe3O4+ C 3FeO + CO FeO + C Fe + CO JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 6
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
Fe + NiO FeO + Ni d. Proses Pemisahan Matte dan Pengeluaran Produk Hasil peleburan calcine akan menghasilkan slag dengan kadar nikel yang rendah. Proses pemisahan slag dan matte, didasarkan atas perbedaan berat jenis sehingga matte akan mengendap dan slag yang sebagian besar adalah besi akan mengapung di atas matte. Matte dan slag dikeluarkan dari dapur listrik (electric furnace) yang mempunyai 4 buah lubang pengeluaran, yaitu 2 buah lubang pengeluaran slag yang disebut skimming hole dan 2 buah lubang pengeluaran matte yang disebut tapping hole. Saat proses pengeluaran slag (skimming), level slag harus setinggi 5” –10” dari skimming hole. Slag ditampung dalam slag pot dan diangkut haul master ketempat pembuangan terak (slag dump). Proses pengeluaran matte (tapping), dilakukan dengan membuka lubang
pengeluaran
(pengeboran
dengan
matte
menggunakan
menggunakan
campuran
oksigen oksigen
lance dan
acetylene). Setelah proses tapping, lubang harus ditutup kembali dengan clay menggunakan mud gun. Matte yang keluar ditampung dalam tapping hole dan dibawa oleh hot metal crane ke unit converter untuk diproses lebih lanjut. 2.3
Pembuangan Debu dan Gas Pada proses peleburan kalsin dan reduksi lanjutan akan menghasilkan debu dan senyawa-senyawa gas yaitu CO, CO2, SO2, dan H2. Debu akan tersaring oleh Spray Chamber dan Bag House yang kemudian akan di recylce kembali mengingat kadar nikelnya yang tinggi sekitar 2%. Seluruh gas yang terbentuk dibuang ke atmosfer melalui stack sesuai dengan standar emisi gas buang pemerintah Republik Indonesia.
2.1 Loss on Ignition (LOI) JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 7
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
Loss on Ignition (LOI) merupakan salah satu penyusun komposisi bijih nikel laterit dan besar kecilnya persentase LOI mempengaruhi operasi proses kalsinasi dan peleburan. LOI dipengaruhi kehadiran karbonat, sulfida, dan senyawa organik lainnya. Dari sudut pandang praktis, kadar LOI dapat disamakan dengan ikatan kristal H2O (xH2O) dalam mineral laterit. Kadar air kristal dalam kalsin harus dijaga kurang dari 1% agar tidak terjadi tekanan berlebih yang dapat menyebabkan ledakan di furnace. Oleh karena itu, hal ini menjadi menarik untuk process plant mendapatkan bijih dengan spesifikasi sebagai berikut : - Kadar LOI yang rendah - Ikatan air kristal yang dapat dilepas pada temperatur rendah. 2.5
Furnace Mass Balance Mass Balance merupakan suatu perhitungan material yang berada dalam suatu sistem yang spesifik. Mass balance pada furnace mengacu pada gambar 3. bahwa massa yang masuk harus sama dengan massa yang keluar.
Gambar 3. Diagram Alir Furnace Mass Balance
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 8
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
Berdasarkan Gambar 3., massa yang masuk ke dalam furnace antara lain kalsin, elektorda pasta karbon, dan in leakage air. Kalsin merupakan produk dari rotary kiln yang siap direduksi dan dilebur di dalam furnace menjadi EFS dan EFM. Elektroda pasta karbon merupakan konduktor listrik yang digunakan untuk melebur kalsin. In leakage air merupakan udara yang bersirkulasi di dalam furnace dengan komposisi 3.00% H2O, 20.37% O2, dan 76.63% N2. Massa yang keluar furnace antara lain matte, slag, dust, dan off gas. Matte merupakan produk utama electric furnace yang mengandung 26.5% Ni, 63% Fe, dan 9.5% S. Slag merupakan pengotor dengan kadar nikel yang rendah dan siap dibuang ke tempat penampungan slag. Dust merupakan debu yang dihasilkan ketika proses penuangan kalsin ke dalam furnace, debu ini kemudian ditangkap spray chamber dan bag house untuk dilakukan recycle karena masih mengandung kadar nikel yang tinggi. Off gas merupakan produk sampingan yang dihasilkan dari proses reduksi dan peleburan pada electric furnace yang dikeluarkan melalui stack. Off gas yang dihasilkan antara lain H2O, O2, N2, CO, CO2, H2, dan SO2. Kadar off gas harus dikontrol sesuai dengan standar emisi gas buang yang mengacu pada peraturan pemerintah. Pada komposisi tabel diatas, sebanyak 100 ton kalsin yang dimasukkan ke dalam furnace menghasilkan hampir 90% electric furnace slag dan 7.5% electric furnace matte, sedangkan dust dan off gas yang dihasilkan relatif rendah. Kadar SiO2 dan MgO juga harus dikontrol sesuai dengan rasio yang telah ditentukan agar proses reduksi dan peleburan di furnace berjalan dengan optimum. 2.6
Furnace Heat Balance Heat balance merupakan suatu perhitungan tentang sistem panas yang terjadi dalam sistem yang spesifik. Panas yang masuk harus sama dengan panas yang keluar sesuai dengan skema Gambar 4. dimana :
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 9
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
Heat Input = Heat Output Berdasarkan Gambar 4. panas yang masuk antara lain panas dari kalsin, heat of combustion, dan electrical energy, sedangkan panas yang keluar antara lain panas furnace matte, furnace slag, dust, sensible heat, heat of reduction, heat of dissociation, dan heat loss. Parameter panas yang dihasilkan antara lain jumlah massa yang dimasukkan, temperatur operasi, dan enthalpy.
Gambar 4. Diagram Alir Furnace Heat Balances Panas yang masuk ke dalam furnace terbagi menjadi tiga bagian, yakni panas yang berasal dari kalsin, heat of combustion, dan electrical energy. Energi panas yang berasal dari kalsin merupakan hasil kali antara jumlah massa yang masuk pada temperatur tertentu terhadap enthalpy. Heat of Combustion adalah panas yang masuk ke dalam furnace melalui reaksi pembakaran karbon (C) menjadi karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2), sulfur (S) menjadi sulfur dioksida (SO2), dan air menjadi gas hidrogen (H2). Electrical energy merupakan panas yang bersumber dari arus listrik dari PLTA Larona, Balambano, dan Karebbe. Umumnya data panas yang diberikan dalam bentuk kWh/metric ton kalsin. Panas yang keluar dari furnace terbagi menjadi tujuh bagian, yakni panas yang diberikan untuk furnace matte, furnace slag, furnace JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 10
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
dust, sensible heat, heat of dissociation, heat of reduction, dan heat loss. Panas yang diberikan untuk furnace matte, furnace slag, dan furnace dust merupakan hasil kali antara jumlah massa yang dihasilkan pada temperatur tertentu terhadap enthalpy. Sensible heat merupakan panas yang diberikan terhadap off gas. Dissociation heat merupakan panas yang diberikan untuk melepas crystal water (xH2O). Heat of Reduction merupakan panas yang diberikan untuk mereduksi logam Fe2O3, Fe3O4, NiO, dan CoO. Heat loss adalah panas yang hilang dalam proses peleburan.
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 11
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Diagram Alir Penelitian
Start
Studi Literatur
Diskusi
Pengumpulan Data
Perhitungan Mass Balance
Pehitungan Volume AIL
Perhitungan Volume Off-Gas
Perhitungan Heat Balance
Analisa Data dan Pembahasan
Selesai JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 12
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan saat kerja praktik, pada : Tanggal
: 20 September-10 Oktober 2017
Tempat
: Departemen Process Plant, PT.Vale Indonesia
Tbk. 3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data yang dilakukan ialah metode lapangan dengan mengumpulkan data assay yang terdapat pada calcine, elcktroda paste, furnace matte, furnace slag dan dust selama bulan Januari-September 2017 pada furnace#4. Data ini diolah untuk mendapatkan nilai Mass Balance yang akan digunakan dalam menghitung Heat Balance untuk memperoleh volume gap yang masuk, sehingga
komposisi gas dan suhu pada combustion
chamber yang diinginkan tercapai. 1. Observasi Observasi dilakukan dengan mengamati furnace secara langsung, mengamati Flow Diagram furnace, dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk memenuhi parameter yang dibutuhkan 2. Wawancara dan Diskusi Wawancara, diskusi, dan konsultasi dengan pembimbing kerja praktik, engineer, dan teknisi mengenai informasi tentang tugas khusus berupa data lapangan selama bulan Januari 2017 hingga September 2017, literatur terkait furnace, simulasi mass balance dan heat balance, serta analisa dan penyelesaian masalah. 3. Studi Literatur Studi literatur bertujuan untuk memperoleh data mengenai informasi dan teori dasar seputar electric furnace menggunakan referensi buku, jurnal, laporan kerja praktik, dan memorandum.
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 13
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Data yang digunakan dalam pembuatan model ini adalah data proses produksi electric furnace #4 dari bulan Januari sampai September tahun 2017 dengan terdiri dari data komposisi calcine , Furnace Matte, Furnace Slag, dan dust . a.
Data Komposisi Electric Furnace #4 Tabel 4.1Assay Mass Balance rata-rata produksi tahun 2017 Assay Mass Balance Electric Furnace
Stream
Input
Output
b. No 1 2 3 4 5 6
9 10 11 12 13 14 15
Calcine Electrode Paste Furnace Matte Furnace slag Dust
Total % 100,00
H2O
Ni
Co
Fe
C
S
LOI
O
SiO2
MgO
0,00
1,96
0,10
23,21
1,96
0,79
1,03
4,61
39,97
18,42
100,00
0,00
0,00
0,00
0,00
90,00
0,00
0,00
0,00
2,70
1,80
100,00
0,00
26,23
1,05
63,15
0,00
9,55
0,00
18,02
0,00
0,00
100,00
0,00
0,16
0,03
21,58
0,01
0,22
0,00
0,85
44,65
20,37
100,00
0,00
2,53
0,15
29,81
5,15
0,50
0,00
7,02
31,52
12,33
Parameter Operasi Parameter Furnace Feed Rate Furnace Dusting Rate Electrode Paste Carbon Consume Ni Rec (initial Value) Co Rec ( Initial Value) Ni Partition Y = A1 + A2 * EXP (A3*X) A1 A2 A3 Ni Slag ( Intermediate Value ) Co Partition Coefficiant CO/CO2 Ratio in Fce Gas O/C Ratio Fr. Of C as CO Fr. Of H2O as H2 Ni/S Ratio in Matte
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Designation F(s) F(D)
Value 150 0,15 1,58 0,95 0,7
Unit t/h fr kg/t calc fr fr
0,14 0,06 0,0037 0,11 0,13182513 0,16 42,5 9 1,1 0,1 0,1 3,05
%
%
Page 14
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
16 17 18 19
Fraction of Input S oxidized Sulfur Fixation In-Leakage Air Molecular Weighted C H2 S O2 N2 H2O SO2 CO CO2 Off Gas Ni NiO Co CoO Fe Ni3S2 FeS
0,17 0,7 44100
fr fr Nm3/Min
12,01 2,02 32,06 32 28,01 18,02 64,06 28,01 44,01
58,71 74,7 58,93 74,93 55,85 240,22 87,91
20 Temperatures Ambient Calcine Off Gas Matte Slag Scrap
25 725 800 1360 1520 25
oC oC oC oC oC oC
21 Spesific Heats O2 N2 H2O(100 oC) SO2 CO CO2 H2 Calcine Liq. Matte Liq. Slag
0,94 1,04 4,2 1,91 0,67 1,05 0,91 14,5 0,98 0,92 1,52
J/g.K J/g.K J/g.K J/g.K J/g.K J/g.K J/g.K J/g.K J/g.K J/g.K J/g.K
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 15
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
22 23 24 25
Heat Contents H2O (25 --> 100 oC) Heat of Evap, of Water Heat of Dissociation of LOI Furnace Heat Loss
26 In-leakage Air N2 O2
314,88 2268,44 4180 6,85 24660
J/g J/g J/g MW MJ/h
79 21
% %
c. Perhitungan Presentasi O2 dalam Assay Mass Balance Electric Furnace #4 Dalam menentukan presentase O2 pada Assay Mass Balance yaitu menggunakan assay reduksi persamaan 4.1 Tabel 6. Stream Speciation Fractional STREAM
INPUT
OUTPUT
Fe(M)
Fe(W)
Fe(Mag)
Fe(H)
Ni(M)
Ni(O)
Co(M)
Co(O)
%O
Calcine
0,05
0,5
0,45
0
0,5
0,5
0,2
0,8
4,61
Electrode Paste Carbon
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Furnace Matte
0,995
0
0,005
0
1
0
1
0
18,12
Furnace Slag
0,005
0,9
0,095
0
0,3
0,7
0,05
0,95
0,85
Stack Dust
0,4
0,3
0,2
0,1
0,95
0,05
0,8
0,2
7,02
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 16
LAPORAN KERJA PRAKTIK DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
Page 17
View more...
Comments