BAB I

August 18, 2017 | Author: Adhelia Damayanti | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download BAB I...

Description

BAB I PENDAHULUAN I.1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN PT. Bogasari Flour Mills merupakan produsen tepung terigu pertama dan terbesar di Indonesia yang berdiri secara notarial pada tanggal 7 Agustus 1970. Setelah masa konstruksi selama setahun, pada tanggal 29 November 1971, pabrik Bogasari yang berada di kawasan Cilincing, Jakarta Utara mulai beroperasi secara komersial. Pabrik tersebut didirikan oleh Soedono Salim, Djuhar Sutanto, Ibrahim Risjad dan Sudwikatmono. Kemudian, untuk memenuhi tingkat permintaan pasar di kawasan timur dan sekitarnya, didirikan PT. Bogasari Flour Mills di Surabaya pada tanggal 10 Juli 1972. Setelah itu, berturutturut Bogasari membuka divisi-divisi baru untuk melengkapi kegiatan produksi tepung terigu. Pada tahun 1977 didirikan Divisi Tekstil sebagai mitra usaha PT. Bogasari Flour Mills dalam hal memproduksi kantong terigu. Pada bulan 12 September 1977, didirikan pula Divisi Maritim untuk menjamin kelancaran dan pengadaan gandum sebagai bahan baku proses produksi tepung terigu. Disusul pendirian Pabrik pasta pada bulan Desember 1991 yang memproduksi spaghetti dan macaroni dengan tujuan untuk melakukan pengembangan usaha Bogasari, yang sebgian besar produknya diekspor ke mancanegara. Pada tanggal 28 Juli 1992 PT. Bogasari Flour Mills diakuisisi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan disebut sebagai PT. Indocement Tunggal Prakarsa Bogasari Flour Mills Division. Dan terakhir, pada tanggal 30 Juni 1995, Bogasari kembali diakuisisi oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk menjadi PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Bogasari Flour Mills. Kegiatan utama PT. Indofoos Sukses Makmur (ISM) Bogasari Flour Mills ialah mengolah gandum menjadi tepung terigu. Kapasitas penggilingan awal dengan dua fasilitas penggilingan yaitu mill A dan mill B adalah 500 ton gandum per hari. Pada tahun pertama total produksi yang dihasilkan pabrik di Jakarta mencapai 200.000 ton tepung terigu. Seiring dengan meningkatnya permintaan tepung terigu dalam negeri, maka Bogasari mendirikan pabrik tepung terigu kedua di kawasan Tanjung Perak, Surabaya yang mulai beroperasi pada tanggal 10 Juli 1972. Pada tahun 1973, Bogasari mengoperasikan fasilitas penggilingan baru di Jakarta yaitu mill C. Kemudian pada tahun 1975, pabrik di Jakarta juga mulai mengoperasikan mill D dan E, pada tahun 1978 mengoperasikan mill F dan G, tahun 1983 mengoperasikan mill H, I dan J, kemudian tahun 1992 mengoperasikan mill K dan L dan terakhir pada tahun 1996 mengoperasikan mill M, N dan O. 1

Bogasari mendirikan divisi kemasan pada tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan kantong terigu untuk kedua pabrik tepung terigu yang berada di Jakarta dan Surabaya tersebut. Pada tahun yang sama, Bogasari melengkapi organisasinya dengan divisi maritim untuk menjamin kelangsungan persediaan gandum serta untuk menjamin kelancaran pengangkutan gandum yang diimpor dari mancanegara. Pada tahun 1981, Bogasari merintis usaha kemitraan dengan para penjahit di kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat untuk pembuatan kantong terigu. Kemitraan yang lain juga dilakukan dengan para penjahit di Gunung Putri dan Bojong Gede Kabupaten bogor serta Depok untuk penjahitan kantong terigu. Kemitraan berlanjut dengan 110 pengusaha roti di Jabotabek yang tergabung dalam KOPERJA dan para peternak sapi perah yang tergabung dalam KUD di Jawa. Pengembangan usaha Bogasari berikutnya dilakukan dengan mendirikan pabrik pasta pada bulan Desember 1991 di Jakarta dengan kapasitas produksi 60.000 metrik ton per tahun. Produk yang dihasilkan adalah Long Pasta dan Short Pasta, dan hampir 80% ditujukan untuk pasaran ekspor ke negara-negara Jepang, Hongkong, Australia, Korea Selatan, Rusia, Filipina, Thailand dan Singapura dengan merek La Fonte, Tirreno dan Chewy dengan ukuran 2,5 dan 5 kilogram. Selain La Fonte juga diproduksi Bogasari Biru dan Bogasari Merah untuk produksi lokal. I.2. LATAR BELAKANG PENDIRIAN PERUSAHAAN Terigu masuk ke Indonesia di zaman penjajahan Belanda, tetapi baru dikonsumsi secara luas saat terjadi krisis beras, yaitu pada tahun 1950-an. Hal ini mengakibatkan konsumsi terigu merupakan suatu langkah yang tepat untuk melakukan diversifikasi terhadap bahan makanan pokok. Maka pada tahun 1960-an terigu secara rutin melengkapi beras. Namun, ada dua kendala yang dihadapi Indonesia dalam proses pemenuhan kebutuhan terigu: a. Indonesia tidak menanam gandum sebagai bahan baku terigu karena letak Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa dan memiliki iklim tropis yang menyebabkan gandum tidak cocok dibudidayakan di Indonesia. Namun, Indonesia dapat melakukan pengkondisian lingkungan, seperti suhu yang relatif rendah sehingga gandum mempunyai kesempatan untuk tumbuh tetapi hasilnya tidak bagus, b. Indonesia belum memiliki pabrik penggilingan gandum. Oleh karena itu, Indonesia mengimpor terigu dari Amerika maupun Eropa, untuk memenuhi kebutuhan kedua bahan pokok tersebut. Dikarenakan jarak yang cukup jauh serta waktu perjalanan yang lama antara Indonesia dengan Amerika tersebut, tepung terigu yang

2

sampai ke Indonesia sudah mengalami penurunan kualitas seperti membusuk dan mengalami penurunan kadar protein sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Kenyataan ini tentu saja merugikan negara, hingga akhirnya pemerintah berupaya menukar komoditas tepung terigu dari Amerika tersebut dengan gandum untuk digiling di Malaysia dan Singapura karena Indonesia saat itu belum mempunyai perusahaan penggiling gandum. Munculnya Peraturan Pemerintah No.8/1968 mengenai Penanaman Modal Dalam Negeri mendorong berkembangnya industri padat karya dengan prioritas fasilitas pada industri bahan pangan. Atas dasar inilah, pada tanggal 19 Mei 1969, berlokasi di kawasan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara, PT Bogasari Flour Mills didirikan sebagai pabrik penggilingan gandum pertama di Indonesia. Persetujuan pendirian pabrik yang dibuka sebagai perseroan terbatas ini dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perindustrian Ringan melalui surat No.461/Bina/V/1969. Beberapa faktor seperti terjadinya peningkatan kesadaran masayarakat bahwa tepung adalah bahan makanan yang sehat dan bergizi, peningkatan konsumsi makanan berbasis tepung terigu serta adanya alternatif diversifikasi pangan dan diperkuat adanya kesadaran bahwa lebih baik memproduksi tepung terigu di Indonesia dalam rangka menjaga kualitas dan kandungan gizi tepung terigunya, telah memicu timbul dan berkembanganya industri tepung terigu Indonesia. Tujuan utama pendirian pabrik tepung terigu PT Bogasari Flour Mills ini adalah untuk mencukupi kebutuhan konsumen terhadap terigu dengan kuantitas dan kualitas baik serta ketersediannya terjaga secara kontinyu, menjadikan terigu sebagai bahan diversifikasi pangan di masyarakat sehingga ketergantungan terhadap beras menurun dan dapat menghilangkan predikat sebagai negara pengimpor beras terbesar di dunia saat terjadi krisis di Indonesia. Dengan latar belakang tersebut maka berdirilah pabrik tepung terigu dengan kapasitas terbesar di dunia, yakni PT. ISM Bogasari Flour Mills yang beroperasi pada tanggal 29 November 1971. Kekuatannya terletak pada visi dan misi perusahaan yang solid dan terus menerus dibina serta dikembangkan. Adapun visi dan misi perusahaan tersebut ialah sebagai berikut. 1. Visi Perusahaan Industri pangan berbasis produk pertanian dan jasa terkait yang bertaraf dunia, 2. Misi Perusahaan a. Memproduksi, mendistribusi, dan menjual pangan, bahan pangan serta pakan yang bermutu dan bernilai tambah yang berbasis produk pertanian, guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran pelanggan, mitra usaha, masyarakat dan pemegang saham, b. Menyediakan atau menjual produk jasa terkait, 3

c. Memperkuat daya saing dengan cara menerapkan teknologi yang tepat, melakukan diversifikasi produk dan jasa, serta mengembangkan sumber daya manusia seutuhnya. I.3. LOKASI PERUSAHAAN PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Bogasari Flour Mills cabang Jakarta terletak di Jalan Raya Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Perusahaan ini memiliki luas lahan kurang lebih 33 hektar. Adapun batas-batas lokasi perusahaan ini adalah sebagai berikut : a. Sebelah barat, berbatasan dengan sungai Kresek, tempat didirikannya dermaga pertama Bogasari yang bernama Jetty I, b. Sebelah utara, terdapat dermaga kedua milik Bogasari yang bernama Jetty II dan juga berbatasan langsung dengan PT. Dok Koja Bahari, PT. Sarpindo Soybean Industri dan PT. Pelita Bahari, c. Sebelah selatan, berbatasan dengan Jalan Raya Cilincing, d. Sebelah timur, berbatasan dengan Jalan Sindang Laut. Lokasi pabrik strategis di dekat pantai karena disesuaikan untuk memudahkan pengangkutan gandum yang diimpor dari beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia dan Timur Tengah. Selain itu, PT. ISM Bogasari Flour Mills memiliki dermaga sendiri, sehingga untuk keperluan bongkar muat gandum tidak mengaggu kelancaran kegiatan umum yang lain. Dermaga milik perusahaan juga bermanfaat untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan ekspor pellet ke luar negeri. Sehingga lokasi yang dekat dengan pantai dan fasilitas dermaga milik pribadi membuat PT. ISM Bogasari Flour Mills menghemat biaya transportasi.

Gambar 1.1. PT. ISM Bogasari Flour Mills I.4. ORGANISASI PERUSAHAAN I.4.1. Bentuk Umum Perusahaan dan Struktur Organisasi 4

Dalam kurun waktu 1992-1995, Bogasari mengalami dua kali perpindahan kepemilikan. Pada Juli 1992 diakuisisi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa, dan sejak tahun 1995 oleh PT. Indofood Sukses Makmur. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa, pada tanggal 29 Juli 1992 dilakukan proses akuisisi atau pengambil alihan saham tiga buah perusahaan, yaitu PT. Bogasari Flour Mills, PT. Indofood, dan PT. Perwick Agung oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa. Dengan akuisisi tersebut maka PT. Bogasari Flour Mills menjadi salah satu divisi PT. Indocement Tunggal Prakarsa dengan nama baru PT. Indocement Tunggal Prakarsa Bogasari Flour Mills Division. Akuisisi ini menyebabkan beberapa perubahan dalam PT Bogasari Flour Mills dan diantaranya adalah : a. PT. Bogasari Flour Mills bukan lagi perusahaan milik perseorangan, namun sudah merupakan perusahaan publik atau umum, b. PT. Bogasari Flour Mills merupakan divisi dari perusahaan lain sehingga diperlukan adanya sinkronisasi, c. kualitas produk dituntut semakin baik, d. manajemen yang ada lebih terbuka. Permintaan nasional akan kebutuhan tepung terigu mengalami peningkatan pesat sehingga kapasitas produksi pabrik masih tetap dirasakan kurang sehingga perlu untuk ditingkatkan. Dengan alasan itu maka berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Indocement Tunggal Prakarsa tanggal 30 Juni 1995 telah disetujui kebijakan akuisisi atau penjualan seluruh aktiva, pasiva dan usaha PT. Bogasari Flour Mills kepada PT. Indofood Sukses Makmur. Akuisisi ini mulai berlaku efektif tanggal 1 Juli 1995. Selain itu pengakuisisian juga dimaksudkan untuk merampingkan divisi makanan PT. Indocement Tunggal Perkasa serta prospek pabrik tepung terigu yang dinilai sangat ekonomis yang kuat yang mendominasi pasar nasional dan global. PT. Bogasari Flour Mills berganti nama lagi menjadi PT.Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills. Kekuasaan tertinggi perusahaan dipegang oleh para pemegang saham yang duduk dalam ‘Board of Director’ yang dibantu oleh General Manager dan Vice General Manager. Mereka berkedudukan di kantor pusat. Di dalam pabrik, kelancaran jalannya pabrik menjadi tanggung jawab Factory Manager atau Manajer Pabrik. Dalam pekerjaannya. Factory Manager ini dibantu oleh lima orang manajer, yaitu Purchasing Manager, Technical Manager, Flour Production Manager, Pasta Production Manager dan Personel Manager. Selain kelima departemen tadi, di pabrik masih terdapat enam non departemen yang juga bertanggung jawab langsung kepada Factory Manager. Keenam non departemen tadi adalah Factory Cashier, 5

Gate Office, Research and Development Laboraturium, Factory Storage, Medical dan Fire and Safety. Pada tahun 1999, Bogasari telah memiliki 4.000 orang karyawan yang terbagi ke dalam beberapa divisi yang tersebar di beberapa daerah yaitu Jakarta, Surabaya dan Citeureup. Namun sejalan dengan rencana PT Indofood Sukses Makmur untuk melakukan “spin off’ operasi pengolahan gandum, maka telah terjadi perubahan struktur organisasi yang digunakan. Divisi Bogasari dibagi menjadi 4 perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Indofood. Keempat perusahaan itu disebut sebagai Operating Profit Unit (OPU) yang setiap unitnya dipimpin oleh seorang OPU Head. Masing-masing divisi bergerak di pengolahan gandum di Jakarta dan Surabaya, kemasan kantung terigu, serta jasa maritim. Jumlah karyawan tetap di PT ISM Bogasari Flour Mills Jakarta adalah 1105 orang, dengan perincian 496 orang bekerja di departemen produksi, 282 orang di departemen teknik, 12 orang di bagian pembelian, 104 orang dibagian personalia, 61 orang dibagian pasta, dan 146 orang yang bekerja di non-departemen. Tenaga kerja di perusahaan dibagi menjadi dua macam, yaitu karyawan tetap bulanan dan karyawan harian. Karyawan harian adalah karyawan diluar karyawan bulanan. Karyawan bulanan adalah karyawan tetap dari PT ISM Bogasari Flour Mills dan sistem gaji yang dipakai adalah sistem bulanan. Karyawan harian biasanya diperlukan perusahaan untuk menangani masalah– masalah diluar proses produksi dan kebanyakan dipekerjakan di bagian gudang yang memang memerlukan banyak orang. Karyawan harian ini jika menunjukkan prestasi yang baik dapat diangkat menjadi karyawan tetap bulanan. Perusahaan memperoleh karyawan harian ini berdasarkan kontrak yang dibuat dengan supplier-supplier tenaga kerja. Masing-masing supplier menyediakan tenaga kerja dengan kualifikasi yang berbeda. Vice President Struktur Organisasi OPU Flour Jakarta, dibawah OPU Head terdapat 4 Senior Vice Operation

President yang membawahi 11 Vice President (Divisi), dengan didukung oleh 43 Manager. Secara keseluruhan struktur organisasi yang ada di PT. ISM Bogasari Flour Mills adalah Head Miller departementasi divisional dan departementasi fungsional, karena PT. ISM Bogasari Flour Mills memiliki beberapa divisi sesuai dengan produknya, departemen yang ada secara khusus menangani masalah Bagian produksi/ unit memiliki Deputy Head Millersesuai dengan fungsinya. Deputy Head Miller Deputypengolahan Head Miller Segitiga biruseperti pada Gambar 1.2. Kunci Biru susunan organisasi

Cakra Kembar

Miller

Pelletizing section head

Miller

Pelletizing section head

Miller

Pelletizing section head

Ass. Miller

Foremen

Ass. Miller

Foremen

Ass. Miller

Foremen

Operator

Operator

Operator

Operator

Operator

Operator

6

Gambar 1.2. Struktur Organisasi Departemen Unit Pengolahan Dalam usaha meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintan konsumen, PT. ISM Bogasari Flour Mills menetapkan sistem kerja 24 jam sehari yang terbagi dalam tiga shift dengan tiap shift menggunakan 8 jam kerja termasuk 1 jam istirahat dan pembagiannya adalah : a. shift pagi

: 08.00 – 16.00 WIB,

b. shift siang

: 16.00 – 24.00 WIB,

c. shift malam

: 24.00 – 08.00 WIB.

Setiap seminggu sekali diadakan pergantian shift, yaitu shift pagi menjadi shift malam, shift sore menjadi shift pagi, dan shift malam menjadi shift sore, begitu seterusnya untuk menghindari kejenuhan karena rutinitas yang sama. Diluar jam kerja dan waktu kerja yang telah ditetapkan yaitu 8 jam sehari dan 6 hari seminggu, perusahaan juga memberlakukan waktu lembur yang biasanya dilaksanakan pada waktu istirahat mingguan dan hari raya serta hari besar. Namun waktu lembur yang digunakan tidak boleh melebihi waktu bagi pekerja, yaitu 7 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Deskripsi tugas, wewenang, dan tanggung jawab : 7

1. Department Head: bertugas menerima dan menangani segala jenis pesanan (order), bertanggung jawab atas kualitas tepung yang dihasilkan sesuai dengan order konsumen, 2. Deputy Head Miller: bertugas membantu pelaksanaan proses produksi tepung di mill, memeriksa kelengkapan mesin produksi (terutama mesin giling) dan mengkontrol kualitas tepung, 3. Miller: bertugas sebagai pelaksana lapangan, mengoperasikan mesin-mesin, menerima laporan dan mengawasi kegiatan produksi di mill, 4. Ass. Miller: bertugas membantu kerja Miller, pelaksana kegiatan produksi sehari-hari, mengawasi kegiatan produksi di mill, mengatur pengiriman bahan baku, 5. Operator: bertugas sebagai pelaksana sehari-hari terutama yang berhubungan dengan proses produksi tepung dan penggunaan mesin produksi sesuai dengan SOP (Standard Operation Procedure). I.4.2. Sistem Manajemen Jauh sebelum deregulasi, Bogasari telah mengantisipasi kemungkinan adanya perubahan. Dalam mengantisipasi kemungkinan perubahan dilakukan pengadopsian sistem manajemen mutu bertaraf internasional seperti ISO 9000 dan Hazard Critical Control Point (HACCP) yang diakreditasi oleh Belanda (Dutch Council Accreditation). Implementasi sistem ini adalah merupakan bagian dari Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) yang digunakan oleh Bogasari sebagai sarana dalam rangka proses improvement agar menjadi lebih efektif dan efisien dalam menjalankan organisasinya. Proses improvement ini diterapkan secara internal maupun eksternal. Secara internal yaitu dengan mengelola secara efisien dan efektif mulai dari sistem penerimaan bahan baku sampai dengan barang jadi yaitu produk tepung terigu yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah sesuai dengan misi Bogasari. Secara eksternal yaitu dengan memberikan produk serta pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Bogasari memperoleh sertifikat ISO 9002 dari SGS dan Sucofindo sebagai pengakuan sistem yang diterapkan, pada bulan November 1996. Untuk lebih memberikan jaminan produk kepada pelanggan dalam hal keamanan pangan (food safety) Bogasari juga telah mengadopsi dan mendapat serifikasi HACCP

pada tahun 2002. Baru-baru ini Bogasari telah

mengkonversikan sistem ISO 9002 menjadi ISO 9001 versi 2000 dari SGS. Diperolehnya sejumlah penghargaan dan sertifikat atas produk dan manajemen Bogasari itu telah membuktikan keseriusan dan konsisten komitmen Bogasari untuk selalu memberikan yang terbaik bagi semua pelanggannya dan seluruh masyarakat Indonesia. 8

I.4.3. Sistem Pengadaan Bahan Sistem pengelolaan bahan mentah ditangani oleh divisi Production Planning and Inventory Control (PPIC). Production Planning and Inventory Control (PPIC) merupakan suatu bagian yang berpartisipasi dalam peramalan permintaan; perencanaan kapasitas keseluruhan organisasi; penentuan berapa banyak persediaan bahan mentah dan komponenkomponen yang harus ada dan kapan untuk mendapatkannya; dan bila komponen-komponen diproduksi secara internal, mereka bertanggung jawab atas kapan dibuat dan pada mesin-mesin mana sehingga master production schedules dipenuhi untuk memuaskan permintaan organisasi. Production Planning and Inventory Control (PPIC) mengeluarkan purchase request bulanan yang berisi kebutuhan bahan mentah bulanan dengan memperhatikan stock bahan mentah yang ada di gudang, komposisi bahan mentah, dan konstanta pengemas. Pesanan bahan yang belum datang, kemudian dikirim ke bagian purchasing. Dari order bulanan tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam order mingguan sekaligus ditetapkan jadwal produksi untuk memenuhi permintaan pasar, sehingga dapat diketahui berapa bahan mentah yang diperlukan untuk produksi tersebut. Tugas Production Planning and Inventory Control (PPIC) yang berkaitan dengan stock bahan mentah antara lain: 1. Menentukan kebutuhan-kebutuhan bahan mentah untuk komponen-komponen yang diproduksi, 2. Mengoperasikan gudang persediaan bahan mentah dan mengelola persediaan serta menyusun laporan-laporan penerimaan dan pemakaian bahan mentah secara akurat, 3. Memberikan daftar permintaan pembelian untuk bahan-bahan yang diperlukan. PPIC mengeluarkan Material Requirement Planning yang merupakan rencana kebutuhan-kebutuhan bahan mentah dan komponen yang diperlukan untuk memenuhi schedule produksi induk. Material Requirement Planning juga menentukan kapan pesanan-pesanan bahan dan komponen perlu disampaikan kepada para penyedia. Di samping itu, Material Requirement Planning menentukan berapa banyak bahan mentah diperlukan atas dasar persediaan, data pemesanan, dan BOM. Keluaran dari Material Requirement Planning adalah perintah-perintah pengerjaan dan pesanan-pesanan yang direncanakan untuk setiap komponen dan bahan mentah untuk masa mendatang, dan menjadi basis bagi scheduling mesin dan tenaga kerja secara terperinci, serta pemberitahuan kepada departemen pembelian tentang apa yang akan dibeli dan kapan membelinya. 9

Sebelum scheduling terperinci yang memuat perintah-perintah pengerjaan dan pesananpesanan kepada para penyedia untuk komponen-komponen yang dibeli dapat dilakukan, perlu pengecekan dengan cermat mengenai kapasitas alat/mesin dan perakitan. Dalam hal ini, beban masing-masing alat dirancang baik untuk kondisi dimana tidak ada batasan kapasitas (infinite loading) maupun untuk kapasitas mesin-mesin terbatas (finite loading). Ini memerlukan pengetahuan tentang routing mesin, jam standar, dan kapasitas mesin tertentu untuk dapat melakukan perhitungan tersebut. Bila terjadi masalah-masalah kapasitas yang tidak dapat dipecahkan dengan kerja lembur, shift ekstra atau subkontrak, schedule produksi induk mungkin harus direvisi untuk menyesuaikan dengan kapasitas yang lebih rendah. Pengawasan bahan mentah memegang peranan penting supaya dapat menjamin lancarnya proses produksi. Jika dapat dideteksi akan terjadi kekurangan bahan mentah sejak jauh hari, PPIC dapat melakukan pemesanan. Untuk mempermudah antisipasi gejolaknya permintaan, perlu dtetapkan safety stock untuk semua produk. Demikian juga untuk bahan mentah. I.4.4. Pemasaran Produk Departemen Pemasaran PT ISM Bogasari Flour Mills Jakarta baru terbentuk pada pertengahan tahun 1998. Hal ini dikarenakan sebelumnya pendistribusian tepung terigu dilakukan oleh BULOG (Badan Urusan Logistik) sesuai dengan mekanisme tata niaga tepung terigu. Secara formal pemerintah menghapus tata niaga tepung terigu pada tahun 1998 berdasarkan kebijakan reformasi ekonomi yang tertuang dalam LOI I antara Pemerintah RI dan IMF. Pada waktu itu sebenarnya telah terdapat organisasi pemasaran yang disebut sebagai Commercial Division, namun hanya berfungsi sebatas pada penanganan urusan delivery order (DO) dari Bulog dan pencatatan administrasinya. Penghapusan tata niaga tepung terigu pada bulan September 1998 yang lalu menyebabkan Bogasari merubah organisasi pemasarannya. Departemen Technical Representatives dilebur ke bawah Commercial Division yang befungsi sebagai ujung tombak Bogasari untuk memasarkan produk tepung terigunya ke masyarakat melalui berbagai akses yang memungkinkan. Selain itu secara struktural Bogasari juga memiliki Asisten Direktur bidang Pemasaran. Untuk pemasaran produk samping seperti bran pollard umumnya langsung dipasarkan ke koperasi-koperasi unit desa. Tepung industri dipasarkan ke industri-industri kayu lapis dalam negeri sedangkan pellet umumnya dipasarkan ke luar negeri. Strategi pemasaran Bogasari secara global memiliki tujuan yaitu : 1. Marketing defense untuk maintaining customer (mempertahankan pelanggan), 10

2. Expanding market share, yaitu meningkatkan pangsa pasar di masa mendatang, 3. Expanding total market, yaitu meningkatkan konsumsi harga tepung terigu masyarakat. Dari aspek produk, strategi yang digunakan adalah differensiasi produk dalam hal merk dan ukuran kemasan. Dari aspek harga, terdapat dua strategi yang digunakan, yaitu : menciptakan image bahwa harga lebih mahal dengan kualitas baik dan menetapkan harga yang sama untuk produk yang sama pada semua wilayah pemasaran. Sistem pemasaran terbagi menjadi dua area yaitu dalam negeri dan luar negeri (ekspor). Untuk menunjang strategi pemasaran dalam negeri, maka Bogasari telah membentuk depodepo di berbagai lokasi strategis, serta telah menunjuk distributor di berbagai daerah di Indonesia. PT. ISM Bogasari Flour Mills selama ini tidak begitu gencar melakukan promosi bagi produknya karena tepung terigu bukan merupakan product consumer goods sehingga keuntungan yang diperoleh kecil. Kegiatan promosi hanya sampai dengan tingkat distibutor. Namun saat ini sedang diusahakan untuk mempromosikan produk dengan mengiklankannya secara luas melalui media massa terutama untuk kemasan 1 kg. PT ISM Bogasari Flour Mills juga menggelar aneka event khusus sepeti lomba membuat mie dan roti, pemilihan duta boga dan penyelenggaraan Bogasari Expo. Selain itu juga didirikan Baking School di kota-kota besar di Indonesia. Aktivitas promosi lainnya dilakukan dengan program kemitraan. Bentuk kemitraan dngan pengusaha kecil pengguna tepung terigu adalah mulai dari manajamen hingga teknis produksi, pemberian fasilitas pinjaman murah dan jaminan pasokan tepung terigu. Jalur distribusi tepung terigu Bogasari ada dua jenis,yaitu : a. Konsumen akhir mendapatkan tepung terigu dari produsen (jalur langsung), b. Konsumen akhir mendapatkan tepung terigu dari pengecer. Pengecer mendapatkannya dari depo. Depo mendapatkannya dari distributor dan distributor mendapatkannya secara langsung dari produsen (disebut jalur tidak langsung). Keputusan konsumen akan menempuh jalur langsung atau tidak tergantung dari jumlah tepung terigu yang akan dibelinya. PT. ISM Bogasari Flour Mills selalu berusaha memperpendek jalur distribusi produknya tetapi tidak mungkin untuk melayani semua konsumen secara langsung apalagi untuk konsumen yang hanya membutuhkan tepung terigu dalam jumlah kecil misalnya konsumen rumah tangga. Bagi konsumen sendiri hal ini juga tidak efisien. Meskipun demikian mekanisme yang harus ditempuh oleh pihak yang ingin mendapatkan tepung terigu secara langsung dari produsen adalah sama. Konsumen atau distributor melakukan transaksi pembelian dengan pihak manajemen. Pihak manajemen melalaui seksi Gate Office selanjutnya mengeluarkan loading permit atau 11

issue slip (surat izin muat). Surat ini berisi antara lain jenis dan jumlah tepung terigu yang akan dibeli, tanggal pengambilan, letak gudang dan nomor truk pengangkut. Pengambilan tepung terigu dilayani oleh seksi Finished Product Stores (FPS). Surat izin diserahkan ke bagian FPS untuk mendapatkan muatan yang sesuai dengan informasi yang tecantum pada surat. Setelah proses pemuatan selesai, dilakukan pemeriksaaan ulang oleh bagian FPS dan kemudian oleh Gate Office. Untuk kemasan 1 kg, pendistribusiannya ditangani oleh PT Indomarco, salah satu anak perusahaan Group Salim yang bergerak di bidang distribusi dan retail. Untuk ekspor, pemasaran dilakukan dengan menggunakan kapal.

12

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF