Bab I-Vii Baru

September 14, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Bab I-Vii Baru...

Description

 

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Latar Belakang Belakang

Diabetes melitus (DM) saat ini menjadi salah satu penyebab kematian yang utama di dunia. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2016 menunjukkan, 70 persen dari total kematian di dunia yaitu sekitar 425 orang dan lebih dari setengah  beban penyakit diakibatkan diabetes. Sebanyak 90-95 persen dari kasus diabetes adalah diabetes tipe 2, sedangkan sebagian besar kasus diabetes tipe 2 dapat dicegah. Menu Me nuru rutt  Internasional of Diabetic Federation

 bahwa telah terjadi peningkatan

kasus Diabetes Melitus Melitus di dunia dari tahun 2017 terjadi peningkatan kasus Diabetes Diabetes Melitus menjadi 425 juta kasus, tingkat prevalensi global penderita diabetes melitus di Asia Asia Te Tengg nggar araa pa pada da ta tahun hun 20 2017 17 adala adalah h se sebe besa sarr 8,5%. 8,5%. Di Dipe perk rkir irak akan an ak akan an meng me ngal alami ami penin peningka gkata tan n menj menjad adii 11 11,1 ,1% % pa pada da ta tahu hun n 20 2045 45 di dima mana na In Indo done nesi siaa menempati urutan ke-6 setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, dan Mexico dengan jumlah jumlah penderita diabetes diabetes melitus melitus sebesar 10,3 juta penderita penderita (IDF, 2017). 2017). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 secara nasional menunjukkan  bahwa prevalensi diabetes melitus adalah 2,0%. meningkat dari 1,5% pada tahun 2013 menjadi 2,0% pada tahun 2018. Prevalensi diabetes melitus berdasarkan hasil  pengukuran gula darah pada penduduk umur ≥15 tahun yang bertempat tinggal di  perkotaan adalah 10,6%.

1

 

2

 Provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 3,4%. Provinsi Daerah Dae rah Ist Istime imewa wa Yogyaka Yogyakarta rta menemp menempati ati posisi posisi ke tiga tiga ter tertin tinggi ggi di Indone Indonesia sia.. Sedangkan Sedangk an provinsi provinsi Kepulauan Kepulauan Riau sendiri menempati posisi ke-21 dengan jumlah masyarakat yang mengidap penyakit diabetes semakin tahun mengalami peningkatan hampir 0,95% dari jumlah penduduk provinsi Kepri yang saat ini hampir 2 juta  penduduk yaitu hampir 600 jiwa lebih. Hal ini disebabkan selain dari gaya hidup dengan pola makan penduduk kepri yang suka mengkonsumsi makanan yang manismanis, dan faktor yang mendukung lainnya adalah stres, disebabkan oleh pengaruh dari perubahan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk Kepri yang semakin hari  bertambah (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau, pada tahun 2017 terjadi terj adi peningka peningkatan tan pasien pasien  Diab Diabet etes es Mell Mellit itus us se seba bany nyak ak 11.7 11.725 25 ji jiwa wa,, ta tahu hun n 2018 2018

 prevalensi angka kejadian diabetes mellitus sebanyak 37.488 Jiwa dan tahun 2019 sebany seb anyak ak 42.789 42.789 jiwa. jiwa. Data Data dari dari RSUD RSUD Raja Raja Ahmad Ahmad Tabib Tabib mengat mengataka akan n diabet diabetes es mellitus termasuk sepuluh besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di RSUD Raja Ahmad Tabib pada tahun 2017 sebesar 155 kasus, 2018 sebesar 174 kasus dan pada tahun 2019 sebesar 204 kasus (Rekam Medis RSUD Raja Ahmad Tabib, 2019). Pada data di poli klinik penyakit dalam “RSUD Raja Ahmad Tabib” di peroleh data pada  bulan Januari sampai Juni 2020 terdapat sekitar 274 pasien yang datang untuk kontrol dengan den gan rerata rerata satu satu bulan bulan terakhi terakhirr sebesa sebesarr 64 pasien pasien dengan dengan kompli komplikas kasi. i. Alasan Alasan  peneliti di poliklinik dikarenakan perawatan sudah mendapatkan terapi lanjut dari dokter.

 

3

Konsensus Konsen sus pengolahan dan pencegahan pencegahan DM di Indonesia Indonesia mengungkapkan mengungkapkan 4 pilar  utama dalam pengelolaan pengelolaan penyakit Diabetes mellitus adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis. Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap pada tingkat normal (tidak  terjadi hipoglikemia/hiperglikemia). Penderita DM yang tidak patuh pada 4 pilar   penatalaksanaan maka kadar gula darahnya tidak terkontrol dan akan terjadi kompli kom plikas kasii misaln misalnya ya Stroke Stroke,, Gagal Gagal ginjal ginjal,, Jantun Jantung, g, Keb Kebuta utaan an dan Bahkan Bahkan harus harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka yang sukar atau tidak bisa mengering darahnya. Komplikasi dapat timbul karena ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan program terapi yaitu : pengaturan diet, pengunaan obat-obatan (Eliana, 2015). Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus. Pada pasien DM banyak yang merasa tidak  nyaman dengan jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan (Chatterjee S, Khunti K, 2017). Salah satu hal yang terpenting terpenting bagi penderita penderita DM adalah pengendalian pengendalian kadar  gula darah, maka pasien perlu memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi  pengendalian kadar gula darah. Pengendalian kadar gula darah pada penderita DM  berhubungan dengan faktor diet atau perencanaan makan, karena gizi mempunyai kaitan dengan penyakit DM. Hal ini disebabkan karena penyakit DM merupakan gangguan kronis metabolism zat-zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan lemak 

 

4

dengan den gan ciri-c ciri-cir irii tinggi tingginya nya konsent konsentras rasii gula gula dalam dalam darah darah walaup walaupun un per perut ut dalam dalam ke keada adaan an ko koso song ng,, se sert rtaa sa sang ngat at ting tinggi gi re resi siko kony nyaa te terh rhad adap ap ar arte teri rios oskl kler eros osis is at atau au  penebalan dinding pembuluh nadi dengan timbunan zat lemak, dan kemerosotan fungsi syaraf (Qurratuaeni, 2019). Bebera Beb erapa pa faktor faktor yang memega memegang ng perana peranan n penting penting dalam dalam perkem perkemban bangan gan kasus kasus  penderita diabetes mellitus adalah pola makan, perilaku yang menyimpang dan mengarah pada makanan yang siap saji dengan kandungan berenergi tinggi, lemak  dan sedikit serat yang dapat memicu diabetes mellitus. Kontrol glikemik penderita diabetes diabet es mellitus mellitus sangat dipengaruhi dipengaruhi oleh kepatuhan kepatuhan klien tentang anjuran diet DM, meliputi jenis jumlah dan waktu yang tepat untuk tercapainya tujuan pengobatan dan memerlukan pemeriksaan yang sebenarnya tidak diperlukan (Tarwoto, 2015). Penderita Diabetes Mellitus yang tidak menunjukkan sikap yang baik terhadap  pengelolaan diet, maka akan terjadi komplikasi yang bias menimbulkan kematian. Sikap penderita DM sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan yang akan membuat membuat penderita penderita Diabetes Mellitus Mellitus menentukan menentukan sikap, sikap, berpikir berpikir dan  berusaha untuk tidak terkena penyakit maupun mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila penderita DM mempunyai pengetahuan yang baik, maka sikap terhadap diet DM dapat dapat menduk mendukung ung terhad terhadap ap kepatuh kepatuhan an pengel pengelola olaan an diet diet DM sendir sendirii (Efend (Efendi, i, 2015).   Kepatuhan pasien diabetes dalam melaksanakan diet merupakan kunci utama kestabilan kondisi kesehatan pasien diabetes mellitus (Nemes et al, 2017). Kepatuhan

 

5

dalam diet merupakan salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah menjad men jadii normal normal dan menceg mencegah ah kompli komplikas kasi. i. Adapun Adapun faktor faktor yang yang mempeng mempengaru aruhi hi seseorang seseo rang tidak patuh terhadap diet diabetes diabetes melitus melitus adalah kurangnya kurangnya pengetahuan pengetahuan terhadap penyakit diabetes melitus, keyakinan, dan kepercayaan terhadap penyakit dibetes dibet es melitus melitus (Purwanto, 2015). Menurut Menurut Soegondo (2017) ketidakpatuhan ketidakpatuhan pasien pasien dalam melakukan tatalaksana diabetes akan memberikan dampak negatif yang sangat  besar meliputi peningkatan biaya kesehatan dan komplikasi diabetes. Penderita diabetes melitus harus rutin mengontrol kadar gula darah sesuai dengan  jadwal yang ditentukan, agar diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah gangguan dan komplikasi yang mungkin muncul agar ada penanganan yang cepat dan tepat. Disini perlu memberikan pengetahuan tentang manfaat dari kepatuhan klien diabetes diabet es melitus melitus dalam menjalankan menjalankan kepatuhan kepatuhan kontrol, kontrol, sehingga sehingga diharapkan diharapkan terjadi terjadi  perubahan tingkah laku pasien diabetes mellitus (Tandra, 2015). Penderita diabetes mellitus seharusnya menerapkan pola makan seimbang untuk  menyesuaikan kebutuhan gula darah sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui pola maka ma kan n

se seha hat. t.

Suyo Suyono no (201 (2016) 6)

meny menyeb ebut utka kan n

ba bahw hwaa

da dala lam m

pe pena nata tala laks ksan anaa aan n

 pengendalian kadar ka dar gula darah 86,2% penderita diabetes mellitus mematuhi pola diet diabetes mellitus yang diajurkan, namun secara faktual jumlah penderita diabetes mellitus yang disiplin menerapkan program diet hanya berkisar 23,9%. Ketidakpatuhan terhadap pengaturan diet pasien DM disebabkan oleh beberapa faktor fak tor antara antara lain lain pendidi pendidikan kan,, penget pengetahua ahuan, n, kejenuh kejenuhan an dalam dalam pengoba pengobatan tan dan keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu maka

 

6

diet Diabetes Mellitus harus diakukan sesuai program yang dianjurkan. Pasien harus  belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari  penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak, disamping itu juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik   jangka panjang (Smeltzer et al., 2015) PERKENI menyatakan bahwa setiap penyandang DM harus melakukan terapi diet secara baik setiap hari. Namun, berbagai penelitian telah menunjukkan persentasi kepatuhan diet DM yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh ole h Risnas Risnasari ari (2014), (2014), kepatu kepatuhan han diet diet pasien pasien DM lebih lebih dari dari seteng setengah ah 32 orang orang (56,145) (56,14 5) dari total total 57 responden responden tidak patuh patuh terhadap terhadap diet. Menurut Menurut Fauzia Fauzia et al  (2015) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu faktor internal dan faktorr eksternal. fakto eksternal. Faktor internal internal meliputi meliputi pengetahuan dan sikap sedangkan pada fakt faktor or ek ekte tern rnal al meli melipu puti ti du dukun kunga gan n ke kelu luar arga ga dan dukun dukungan gan te tena naga ga ke kese sehat hatan an.. Pe Penel nelit itia ian n yang yang dila dilakuk kukan an Bi Bist star araa da dan n Ai Aini niyah yah (2 (201 017) 7),, ba bahw hwaa pe pend nder erit itaa yang yang memi me mili liki ki pe penge ngeta tahua huan n te tent ntan ang g diet diet DM ya yang ng ti tingg nggi, i, ot otom omat atis is ju juga ga memi memili liki ki kepatuhan diet yang baik, sebaliknya penderita DM yang memiliki pengetahuan yang kurang kur ang cender cenderung ung kepatu kepatuhan hannya nya rendah rendah.. Hasil Hasil penelit penelitian ian ter terseb sebut ut menemu menemukan kan hubunga hubu ngan n dimana dimana respon responden den yang memili memiliki ki pengeta pengetahuan huan rendah rendah kepatu kepatuhann hannya ya rendah terhadap diet. Hal ini sesuai dengan konsep perilaku yang menyatakan bahwa  perilaku akan lebih menetap bila didasari oleh pengetahuan sehingga memiliki kesadaran untuk bertindak (Hassan et al, 2015).

 

7

Dari penelitian yang dilakukan oleh Citra Juniarti (2017) menunjukan bahwa dari  pengetahuan dengan kepatuhan diet yang pengetahuannya kurang dan tidak patuh dalam dal am diet diet sebanya sebanyak k 16 respond responden en (80,0% (80,0%), ), sedang sedangkan kan yang patuh patuh dalam dalam diet diet sebanyak 4 responden (20,0%). Responden dengan tingkat pengetahuan baik dengan tidak patuh dalam diet sebanyak 4 responden (25,0%), sedangkan yang patuh dalam diet sebanyak 12 responden (75,0%).  Niven (2015), menyatakan bahwa profesional kesehatan menghadapi banyak  masalah masal ah bila mencoba mengikuti kerja sama terhadap terhadap pasien mereka dalam menaati na nasi siha hatt medi medis. s. Mesk Meskip ipun un bila bila pa pasi sien en te tela lah h memb member erik ikan an upay upayaa ya yang ng da dapa patt dipertimbangkan dalam mencari bantuan kesehatan. Kesempatan ini sangat tinggi dimana nasihat yang diberikan akan diabaikan atau disalahterapkan (Rochmah, 2015). Dunbar Dun bar & Stunkar Stunkard d mengem mengemuka ukakan kan bahwa bahwa saat saat ini ketida ketidakpat kpatuha uhan n pasien pasien tel telah ah menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga kesehatan profesional. Oleh karena itu  penting

untuk

diketahui

tentang

tingkat

ketidakpatuhan.

Niven

(2015).

mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai “sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketent ket entuan uan yang yang diberi diberikan kan oleh oleh profes professio sional nal keseha kesehatan tan.” .” Pasien Pasien mungki mungkin n tidak  tidak  mematuhi tujuan atau mungkin melupakan begitu saja atau salah mengerti instruksi yang diberikan (Rochmah, 2015). Ian P. Albery (2015), mengemukakan kepatuhan mengacu kepada situasi ketika  perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari

 

8

suatu sua tu sum sumber ber inform informasi asi lainny lainnya. a. Dinico Dinicola la dan Dimett Dimetto o mengem mengemukak ukakan an bahwa bahwa  perilaku kepatuhan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku tetapi juga memp me mper erta taha hanka nkan n

pe peri rila laku ku

te ters rseb ebut ut..

Sika Sikap p

pe peng ngont ontro rola lan n

di diri ri

memb membut utuhk uhkan an

 pemantauan terhadap diri d iri sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri dan terhadap perilaku yang baru (Rochmah, 2015). Pe Pene neli liti tian an ya yang ng dila dilakka kkan n oleh oleh Widy Widyani aning ngsi sih h (2 (201 016) 6) le lebi bih h sp spes esif ifik ik te tent ntan ang g kepatuhan dalam pengobatan DM pada umumnya masih rendah, 80% pasien DM menyuntik insulin dengan cara tidak tepat, 58% menyuntik insulin dengan dosis yang tidak sesuai, 77% memantau dan menginterprestasikan gula darah secara tidak tepat, dan 75% tidak mau makan sesuai dengan anjuran (Sukraniti & Ambartana 2016). Dalam upaya mengendalikan kadar gula darah yang tepat, pasien diabetes mellitus  juga perlu memiliki pengetahuan mengenai penyakitnya. Pengetahuan pasien diabetes mell me llit itus us,, da dapat pat te terl rlih ihat at da dala lam m si sika kap p da dan n ketra ketramp mpil ilann annya ya se seper perti ti dalam dalam upaya upaya  pengendalian/pengontrolan kadar gula darah. Pengetahuan pada pasien diabetes mellitus dipengaruhi pada latar belakang sosial, etnik, ekonomi, gaya hidup, pola makan, kepercayaan dan tingkat pendidikan (Agus, 2015). Penget Pen getahu ahuan an yang minim minim tentan tentang g pengat pengatura uran n makan makan pasien pasien diabet diabetes es mellit mellitus us  berkaitan erat dengan kadar kad ar gula darah. Pola makan penderita pe nderita diabetes mellitus yang tidak tid ak sehat sehat sepert sepertii cenderu cenderung ng terus terus meneru meneruss mengkon mengkonsum sumsi si karboh karbohidr idrat at secara secara  berlebihan akan dapat menaikkan kadar gula darah. Selain itu ketidaktahuan dengan

 

9

 jenis bahan makanan yang mengandung Indeks Glikemik (IG) tinggi, yang bila dikons dik onsums umsii akan cepat cepat mening meningkat katkan kan kadar kadar gula gula darah. darah. Dengan Dengan memil memiliki iki ide, ide, gagasan dan kemampuan maka penderita DM dapat mengembangkan perilaku hidup sehat dan terbebas dari komplikasi penyakit DM (Tkáčová et al., 2020). Pengetahuan memiliki pengaruh yang besar untuk memerangi penyakit DM. Informasi/edukasi yang didapat dari tenaga kesehatan juga dapat membantu penderita DM menilai risiko DM, selain itu juga dapat memotivasi penderita DM untuk mencari pengobatan yang tepat dalam perawatan, dan membantu penderita DM untuk terhindar dari komplikasi DM tersebut (Gatimu (Gatimu et al., 2016). Pengetahuan juga dipengaruhi dipengaruhi oleh pengalaman, pengalaman, lingku lin gkungan ngan dan sosial sosial budaya. budaya. Pengala Pengalaman man dipero diperoleh leh,, dipers diperseps epsika ikan, n, diy diyaki akini, ni, sehingga sehin gga menimbulkan menimbulkan motivasi, motivasi, niat untuk bertindak bertindak dan akhirnya akhirnya menjadi menjadi prilaku prilaku (Hassan at al , 2015). Penderita DM yang memiliki pengetahuan baik. serta memiliki sikap positif dapat mencegah komplikasi penyakit DM (Garcia–Perez et al, 2015). Penyeba Pen yebab b ketida ketidakpat kpatuhan uhan pasien pasien DM dalam dalam menjal menjalanka ankan n ter terapi api adalah adalah ti tidak  dak  memahami dan salah memahami tentang manfaat diet. Pengetahuan yang baik kan membantu memba ntu seseorang seseorang untuk selalu berperilaku berperilaku patuh terhadap terhadap terapi tersebut. tersebut. Pasien yang patuh pada diet akan mempunyai kontrol kadar gula darah (glikemik) yang lebih  baik, dengan kontrol glikemik yang baik dan terus menerus akan dapat mencegah kompli kom plikas kasii akut dan mengur mengurangi angi re resik siko o kompli komplikas kasii jangka jangka panjang. panjang. Perbai Perbaikan kan kontrol kontr ol glikemik glikemik berhubungan berhubungan dengan penurunan penurunan kejadian kejadian kerusakan kerusakan retina retina mata (ret (retin inop opat ati) i),, ke keru rusa sakan kan pa pada da ginj ginjal al (nef (nefro ropa pati ti), ), da dan n ker kerus usak akan an pa pada da se sell sa sara raf  f 

 

10

(neuropati), sebaliknya bagi pasien yang tidak patuh akan mempengaruhi kontrol glik glikem emik iknya nya menj menjad adii kurang kurang ba baik ik ba bahka hkan n ti tida dak k te terk rkon ontr trol ol,, ha hall in inii ya yang ng ak akan an mengakibatkan komplikasi yang mungkin timbul tidak dapat dicegah (Suyono, 2015). Tanjun Tan jungpi gpinang nang,, Propin Propinsi si Kepulau Kepulauan an Riau Riau merupak merupakan an Kota Kota dengan dengan berbaga berbagaii makana mak anan n dan tempat tempat wisata wisata.. Kebias Kebiasaan aan masyar masyarakat akat Tanjun Tanjungpi gpinang nang yang yang masih masih meng me ngan angg ggap ap bu buda daya ya pa pant ntan anga gan n maka makana nan n it itu u ti tida dak k ad ada. a. Berd Berdas asar arka kan n st stud udii  pendahuluan di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib dalam hal ini peneliti mewancarai 10 orang penderita diabetes mellitus tipe 2, di dapatkan bahwa 2 pasien mengetahui tentang diabetes mellitus dan mematuhi pola makan mengatakan sering memeriksakan kadar gula darah namun tetap saja tidak ada perubahan kadar gula darah, 3 mengatakan tahu tentang diet tetapi makan sesuai dengan menu sehari-hari yang disediakan oleh keluarga dan tidak patuh berdasarkan diet diabetes mellitus dikare dik arenaka nakan n merasa merasa bosan bosan dengan dengan makanan makanan yang yang dis disedi ediaka akan n keluar keluarga, ga, 3 pasien pasien  pasien mengatakan mengetahui tentang diet diabetes mellitus terkait makanan yang  boleh dan tidak boleh dikonsumsi, pasien mengatakan patuh terhadap diet tetapi kadangkala pasien mengkonsumsi makanan yang tidak diperbolehkan dikarenakan ingin merasakan seperti anggota keluarga lain terhadap makanan apa yang dimasak  oleh ole h keluar keluarga, ga, 2 pasien pasien mengat mengatakan akan tidak tidak menget mengetahui ahui tentan tentang g pengatu pengaturan ran makan makan  pasien diabetes mellitus serta penatalaksanaan diabetes, tetapi pasien mengatakan  patuh terhadap diet dikarenakan anggota keluarga yang sering memantau dalam hal  pengaturan makanannya.

 

11

Berdas Ber dasark arkan an latar latar belaka belakang ng diatas diatas,, maka maka peneli peneliti ti ter tertar tarik ik untuk untuk melaku melakukan kan  penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Diet dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020”. B. Rumusan Rumusan Masala Masalah h

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masala lah penelitian penelitian ini adalah apakah apakah ada hubungan hubungan tingkat pengetahuan pengetahuan dan kepatuhan kepatuhan diett dengan die dengan kadar kadar gula gula darah darah penderi penderita ta diabet diabetes es melli mellitus tus tipe II di Poli Poli Penyaki Penyakitt Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020?.

C. Tujuan Penelitian Penelitian 1. Tuju Tujuan an Umu Umum m

Tujuan Tujua n umum dari penelitian penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Diet dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020”. 2. Tuju Tujuan an Khu Khusus sus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

a. Men Menget getahu ahuii distri distribus busii frekuen frekuensi si tingka tingkatt penget pengetahu ahuan an penderi penderita ta diabet diabetes es mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020

 b. Menget Mengetahui ahui distribus distribusii frekuensi frekuensi kepatuhan kepatuhan diet penderita penderita diabetes diabetes mellitus mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020

 

12

c. Mengetahui distribusi frekuensi kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020

d. Men Menget getahu ahuii hubungan hubungan pengeta pengetahua huan n dengan dengan kadar kadar gula gula darah darah penderi penderita ta diabetes diabet es mellitus tipe II di Poli Penyakit Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020

e. Men Menget getahu ahuii hubunga hubungan n kepatuh kepatuhan an diet diet dengan dengan kadar kadar gula gula darah darah penderi penderita ta diabetes diabet es mellitus tipe II di Poli Penyakit Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020

D. Manfaat Penelitian Penelitian 1. Bagi Bagi Institu Institusi si Rumah Rumah Sakit Sakit

Penelitian Peneli tian ini diharapkan diharapkan dapat digunakan digunakan oleh perawat dalam melakukan melakukan asuhan keperawatan dalam menangani kadar gula darah penderita diabetes mellitus 2. Bagi Bagi Insitusi Insitusi Pendi Pendidika dikan n

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan, khususnya pengetahuan tentang stress dalam peningkatan gula darah pada pasien DM. 3. Manfaat Manfaat Bagi Bagi Peneliti Peneliti Selanjutn Selanjutnya ya

Penelitian Peneli tian ini diharapkan diharapkan sebagai referensi dan bahan masukan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang sama

 

13

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Diabetes Diabetes Mellitus Mellitus 1. Pengert Pengertian ian Diabet Diabetes es Mellitus Mellitus

Diabet Dia betes es adalah adalah komple kompleks, ks, penyaki penyakitt kronis kronis yang membut membutuhk uhkan an perawat perawatan an medis terus-menerus terus-menerus dengan strategi strategi pengurangan pengurangan risiko risiko multifakt multifaktorial orial di luar  kendali glikemik (American Diabetes Association, 2016). Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang tidak menular melanda beberapa jutaan orang di seluruh dunia. Hal ini terkait dengan beberapa komplikasi komplikasi mikro dan makrovaskul makrovaskuler. er. Hal ini juga merupakan penyebab utama kematian. Masalah yang belum terselesaikan adalah bahwa definisi dari ambang diagnostik untuk diabetes (Singh et all , 2016). DM tipe 2 yaitu suatu gangguan metabolik ditandai kenaikan glukosa darah karena  penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan resistensi insulin (Eliana, 2015) 2. Kl Klas asif ifik ikas asii

 

14

Klasifikas Klasi fikasii etiologis etiologis DM menurut menurut  (Amer (American ican Diabetes Diabetes Associati Association, on, 2016), dibagi dalam 4 jenis yaitu: a. Diabetes mlitus tipe 1 atau Insulin atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/ IDDM IDDM

DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali. Sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya 12 sedikit atau tidak tidak terdet terdeteks eksii sama sama sekali sekali.. Manife Manifesta stasi si kli klinis nis pertam pertamaa dari dari penyaki penyakitt adalah adalah 13 ketoasidosis.  b. Diabetes mellitus tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus/ Mellitus/ NIDDM Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena kar ena terjad terjadiny inyaa resist resistens ensii insuli insulin n (resep (reseptor tor insuli insulin n sudah sudah ti tidak dak aktif aktif karena karena diangga dia nggap p kadarny kadarnyaa masih masih tinggi tinggi dalam dalam darah) darah) akan mengak mengakiba ibatka tkan n defisi defisiens ensii relatif rela tif insulin. insulin. Hal tersebut tersebut dapat mengakibatkan mengakibatkan berkurangnya berkurangnya sekresi insulin  pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi  perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi insulin yang terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa c. Diabetes Diabetes melitus melitus gestasional gestasional

 

15

Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. DM tipe ini terjadi terj adi selama selama masa kehamilan, kehamilan, dimana dimana intoleransi intoleransi glukosa didapati pertama pertama kali  pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional  berhubungan dengan meningkatnya. d. Diabetes Diabetes melit melitus us tipe tipe lain lain DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel  beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik  endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik  lain. Penyaki Peny akitt DM mempuny mempunyai ai 2 Tipe, Tipe, Pertam Pertamaa Diabet Diabetes es Tipe Tipe I, yaitu yaitu Diabet Diabetes es terg tergan antu tung ng insu insuli lin, n, karen karenaa se sell-se sell beta beta da dari ri pulau pulau-p -pul ulau au La Lang nger erha hans ns te tela lah h mengalami kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. DM tipe 1 dise diseba babka bkan n fa fakt ktor or ge genet netik ik,, penya penyaki kitt auto auto im imun un,, dan in infe feks ksii vi viru rus. s. Kedu Keduaa Diabetes Tipe II, yaitu Diabetes tidak tegantung insulin terjadi jika insulin hasil  produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap terha dap insulin, insulin, sehingga terjadi terjadi gangguan pengiriman pengiriman gula ke sel tubuh. Orang ya yang ng te terk rken enaa penya penyaki kitt diabe diabete tess tipe tipe 2 ad adal alah ah or oran ang g dewas dewasa. a. Fa Fakt ktor or ri risi siko ko terjadinya terj adinya DM tipe 2 disebabkan disebabkan oleh faktor keturunan keturunan (sebesar (sebesar 5%), obesitas obesitas akibat konsumerisme masyarakat dan gaya hidup yang dijalani, kelebihan berat  badan, kurang olahraga, umur, jenis kelamin, geografis, latar belakang ras dan etnik, etn ik, stress stress,, hipert hipertens ensii dan obat-o obat-obat batan. an. DM tipe tipe 2 adalah adalah jenis jenis yang paling paling

 

16

 banyak di temukan (lebih dari 90%) dan prevalensi meningkat setelah umur 40 tahun. Diabetes melitus tipe II yaitu diabetes resisiten, lebih sering terjadi pada dewasa di atas umur 45 tahun, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan  penderita kelebihan berat badan atau obesitas, pola p ola hidup yang tidak sehat, kurang olahraga, dan faktor keturunan (Kamal et al., 2017) 3. Patof Patofisi isiol olog ogii

Serat dapat menurunkan efisiensi penyerapan karbohidrat yang akan menyebab kan turunnya respon insulin. kerja pankreas akan semakin ringan dan memperbaiki fung fungsi si pa pank nkre reas as da dala lam m meng mengha hasi silk lkan an in insu suli lin. n. Se Sera ratt pa pang ngan an ya yang ng da dapa patt memberikan fungsi tersebut ialah serat yang larut, misalnya pektin, guar gum, dan glukomanan yang banyak terdapat pada sayur-sayuran, buah-buhan, dan umbiumbian. umbia n. Penderita Penderita diabetes diabetes pada awalnya tidak menyadari menyadari bahwa mereka mereka telah mengidap diabetes. Penderita biasanya baru menyadari setelah mereka mengalami  berbagai komplikasi dan didiagnosis oleh dokter mengalami diabetes. Berbagai reaksi muncul setelah penderita tahu bahwa mereka mengidap diabetes, mulai dari  perasaan takut, marah, cemas, stres, hingga depresi (Izzati et all , 2015). Secara sosial penderita diabetes akan mengalami beberapa hambatan berkaitan dengan  pembatasan dalam diet yang ketat dan keterbatasan aktivitas. Dalam bidang ekonomi, biaya untuk perawatan penyakit dalam jangka panjang dan rutin akan menjadi menja di beban tersendiri tersendiri bagi pasien. Beban tersebut tersebut masih dapat bertambah lagi dengan den gan adanya adanya penuru penurunan nan produk produktif tifita itass kerja kerja sekali sekaligus gus penghas penghasila ilan n karena karena

 

17

dampak akibat perawatan atas penyakitnya tersebut. Hal ini akan menimbulkan stres bagi penderita diabetes (Izzati et all , 2015). Pada Diabetes Mellitus tipe 2 tidak ditemukan pertanda auto antibody a ntibody.Pada .Pada resistensi insulin, konsentrasi insulin yang beredar mungkin tinggi tetapi pada keadaa kea daan n ganggua gangguan n fungsi fungsi sel beta beta yang berat berat kondis kondisiny inyaa dapat dapat rendah. rendah.Pada Pada da dasa sarn rnya ya re resi sist stens ensii insu insuli lin n

da dapat pat te terj rjad adii

ak akib ibat at pe peru ruba bahan han-p -per erub ubah ahany anyan ang g

menc me ncega egah h insu insuli lin n un untu tuk k me menc ncapa apaii re rese sept ptor or ( praresptor ), ) , per peruba ubaha han n da dala lam m  pengikatan insulin atau transduksi sinyal oleh resptor, atau perubahan dalam salahs sal ahsatu atu tahap tahap kerja kerja insuli insulin n pascar pascarese esepto ptor. r. Semua Semua kelain kelainan an yang menyeba menyebab b ka kang ngang anggu guan an tran transp spor ortt gluko glukosa sa da dan n re resi sist stens ensii in insu suli lin n ak akan an menye menyeba babka bkan n hiperglikem hiper glikemia ia sehingga sehingga menimbulkan menimbulkan manifestas manifestasii Diabetes Diabetes Mellitus Mellitus (Rustama (Rustama dkk,2015). 4. Gejala Gejala Diabe Diabetes tes Me Mellit llitus us

Pada penelitian ini akan berfokus pada DM Tipe 2. Gejala umum yang timbul  pada penderita diabetes diantaranya sering buang air kecil (poliuria) dan terdapat gula pada air seninya (glukosuria) yang merupakan efek langsung kadar glukosa darah dar ah yang yang tinggi tinggi (melew (melewati ati ambang ambang batas batas ginjal ginjal). ). Poliur Poliuria ia mengaki mengakibat batkan kan  penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsia). Poliuria juga mengakibatkan terjadinya polifagi (sering lapar), kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita diabetes tidak diserap sepenuhnya oleh sel-sel jaringan

 

18

tubuh. Penderita akan kekurangan energi, mudah lelah, dan berat badan terus menurun (Suyono, 2015). 5. Diagnos Diagnosis is Diabetes Diabetes Mellit Mellitus us Tipe 2

Diabet Dia betes es mellit mellitus us dapat dapat didiag didiagnos nosis is dengan dengan cara cara sebaga sebagaii beriku berikutt ( askand askandar  ar  Tjokroprawiro, 2015) a. Seseorang Seseorang dikatakan dikatakan penderita diabetes diabetes mellitus mellitus jika kadar glukosa glukosa darah ketika  puasa > 120 mg/dl atau memiliki kadar glukosa darah 200 mg/dl (2 jam setelah minum larutan yang mengandung glukosa 75 gr).  b. Seseorang dikatakan terganggu toleransi glukosanya, jika kadar glukosa darah ketika puasa 100-125 mg/dl atau memiliki kadar glukosa darah 140- 199 mg/dl (2 jam setelah minum larutan yang mengandung glukosa 75 gr). c. Seseor Seseorang ang dikata dikatakan kan normal normal (tidak (tidak mender menderita ita diabet diabetes es mellit mellitus) us),, jika jika kadar  kadar  glukosa darah ketika puasa 30

Sumber : Ninda fauzi (2015)

5. Pengaruh Diet Terhadap Kadar Gula Darah

Diabetes Diabet es mellitus mellitus merupakan kelainan kelainan pengolahan pengolahan karbohidrat karbohidrat dalam tubuh yang disebabkan oleh kurangnya kurangnya hormone hormone insul insulin, in, sehingga sehingga karbohidrat karbohidrat tidak  dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga. Akibatnya, karbohidrat ya yang ng ad adaa didal didalam am tubuh tubuh da dala lam m bentu bentuk k gl gluk ukos osaa da dala lam m darah darah.. Pe Peni ning ngkat katan an  prevalensi diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga berkaitan dengan gaya hidup yaitu asupan makanan yang berlebihan dan kurangnya olahraga (Dewi, 2016). Konsensus

pengo gollahan

dan

penc nceegahan

DM

di

Indone nessia

(2006)

mengung men gungkapk kapkan an 4 pilar pilar utama utama dalam dalam pengel pengelola olaan an penyaki penyakitt Diabet Diabetes es mellit mellitus us adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis.

 

26

Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap  pada tingkat normal (tidak terjadi hipoglikemia/hiperglikemia). hipoglikemia/hiperglikemia). (Devi,2015). Te Tera rapi pi gizi gizi meru merupa pakan kan ko komp mpon onen en ut utam amaa ke kebe berh rhas asil ilan an penat penatal alak aksa sana naan an diab diabet etes es.Ke .Kepa patu tuha han n pa pasi sien en te terh rhad adap ap pr prin insi sip p gi gizi zi da dan n pe pere renc ncan anaa aan n makan makan merupakan merup akan kendala utama pada pasien diabetes diabetes mellitus mellitus.. (Een, 2015). Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan harapan dari setiap penderita diabetes mellitus. Hal ini berarti bahwa setiap penderita diabetes mellitus harus mampu menjalankan an anju jura ran n do dokt kter ernya nya agar agar penya penyaki kitt diab diabet etes es mell mellit itus us te teta tap p te terk rkont ontro rol. l. Dalam Dalam  prakteknya kepatuhan diartikan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara  pengobatan

dan

perilaku yang

disarankan oleh dokter

atau

paramedis,

sebagaimanan ketentuan yang disarankan pada penderita diabetes mellitus yang mengalami kegagalan pengobatan , hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor  diantaranya tidak menjalani diet dengan baik (Fahrun dan Rustini,2015).

C. Konsep Ka Kadar dar Glukosa Dalam Dalam Darah 1. Pengertian Pengertian Kadar Kadar Glukosa Dalam Darah

Kadar glukosa darah puasa adalah tingkat glukosa di dalam darah yang diukur  setelah pasien puasa selama 8 – 10 jam (Departemen Kesehatan RI, 2009; Eliana, 2015). Sasaran pengendalian glukosa darah puasa pada pasien DM tipe 2 yaitu 8013 130 0 mg/d mg/dL L (Eli (Elian ana, a, 2015 2015). ). Kada Kadarr gluk glukos osaa da dara rah h ya yang ng no norm rmal al ce cend nder erun ung g mening men ingkat kat secara secara ringan ringan tetapi tetapi bertah bertahap ap setela setelah h usia usia 50 tahun, tahun, ter teruta utama ma pada

 

27

orangorang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar glukosa darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar  glukosa darah menurun secara perlahan (Khonsary, 2017). Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal  pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya (Khonsary, 2017) 2. Pemeri Pemeriksaa ksaan n Kadar Kadar Gula Darah Darah

Macam Mac am kadar kadar gula gula darah darah dibedak dibedakan an berdas berdasark arkan an waktu waktu pemeri pemeriksa ksaan. an. Gul Gulaa Darah Sewaktu (GDS), jika pengambilan sampel darah tidak dilakukan puasa sebelumnya. Gula Darah Puasa (GDP), jika pengambilan sampel darah dilakukan setelah klien puasa selama 8-10 jam, Gula Darah 2 jam Post jam  Post Pradinal (Soegondo, 2015).. 2015) Tabel 2.2 Parameter Pemantauan Kadar Gula Darah  No 1.

2.

Parameter Glukosa darah puasa (mg/dL) 80-109 110-125 >126 Glukosa darah 2 jam (mg/dL) 110-144 145-179 >180

Baik 80-109

Sedang 110-125

Buruk  >126

110-144

145-179

>180

 

28

Sumber : (Soegondo, 2015) 3. Faktor-faktor Faktor-faktor yang yang Mempengaruhi Mempengaruhi Kadar Kadar Glukosa Glukosa Darah Darah

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor  en endo doge gen n ya yait itu u hu humo mora rall fact factor or sep sepert ertii hormon hormon insuli insulin, n, glukag glukagon on dan korti kortisol sol sebagai sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan  jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas yang dilakukan (Rudi & Kwureh, Kwu reh, 2017). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2, yaitu : (ADA, 2016) 1) Faktor Faktor Inte Interna rnall 1) Konsumsi Konsumsi Karbohidrat Karbohidrat Karbohi Kar bohidra dratt adalah adalah salah salah satu satu bahan bahan makanan makanan utama utama yang yang diperl diperluka ukan n oleh oleh tubuh. tub uh. Sebagia Sebagian n besar besar karbohi karbohidra dratt yang kit kitaa konsums konsumsii ter terdap dapat at dalam dalam bentuk  bentuk   polisakarida yang tidak dapat diserap secara langsung. Karena itu, karbohidrat harus dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana untuk dapat diserap melalui mukosaa saluran mukos saluran pencernaan pencernaan (Khonsary, (Khonsary, 2017). Kebanyakan karbohidrat karbohidrat dalam makanan akan diserap ke dalam aliran darah dalam bentuk monosakarida glukosa. Jenis gula lain akan diubah oleh hati menjadi glukosa (Guyton & Hall, 2016). 2) Aktivi Aktivitas tas Fisik Fisik Aktivitas fisik mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Ketika aktivitas tu-

 

29

 buh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat. Sintesis glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa dalam darah tetap seimba sei mbang. ng. Pada keadaan keadaan normal normal,, keadaa keadaan n homeos homeostas tasis is ini dapat dapat dicapa dicapaii oleh oleh  berbagai mekanisme dari sistem hormonal, saraf, dan regulasi glukosa (Kronenberg et al., 2015). Ketika Ket ika tubuh tubuh tidak tidak dapat dapat mengko mengkompe mpensa nsasi si kebutu kebutuhan han glukos glukosaa yang ti tinggi nggi akibat aktivitas fisik yang berlebihan, maka kadar glukosa tubuh akan menjadi terlal terlalu u rendah rendah (hipog (hipoglik likemi emia). a). Sebali Sebaliknya knya,, jik jikaa kadar kadar glukos glukosaa darah darah melebi melebihi hi kemamp kem ampuan uan tubuh tubuh untuk untuk menyim menyimpan pannya nya disert disertai ai dengan dengan aktivi aktivitas tas fis fisik ik yang yang kur kurang, ang, mak akaa

kada kadarr

gluk glukos osaa

dara darah h

men enjjadi adi

leb ebih ih ti ting nggi gi dar dari

norm normal al

(hiperglikemia) (ADA, 2016). 3) Pengguna Penggunaan an Obat Obat Berbagai obat dapat mempengaruhi kadar glukosa dalam darah, di antaranya adalah ada lah obat antips antipsiko ikotik tik dan steroi steroid d (ADA, (ADA, 2016). 2016). Obat antips antipsiko ikotik tik ati atipik pikal al mempunyai efek simpang terhadap proses metabolisme. Penggunaan klozapin dan olan olanzap zapin in se seri ring ng kali kali dika dikait itkan kan denga dengan n penam penambah bahan an be bera ratt bahan bahan se sehi hingg nggaa  pemantauan akan asupan karbohidrat sangat diperlukan. Penggunaan antipsikotik   juga dikaitkan dengan kejadian hiperglikemia walaupun mekanisme jelasnya  belum diketahui. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penambahan berat badan akibatt resistensi akiba resistensi insulin insulin (B. Katzung & Trevor, Trevor, 2015). Steroid Steroid mempunyai efek  yang beragam karena steroid dapat mempengaruhi berbagai fungsi sel di dalam tubuh tubuh.. Salah Salah sa satu tu di antar antarany anyaa adala adalah h ef efek ek st ster eroi oid d te terh rhad adap ap meta metabol bolis isme me

 

30

karbohidrat karboh idrat,, protein, protein, dan lemak. lemak. Steroid Steroid sintetik sintetik mempunyai mempunyai mekanisme mekanisme kerja yang sama dengan steroid alami tubuh (B. Katzung & Trevor, 2015). Glukok Glu kokort ortiko ikoid id mempuny mempunyai ai peran peran pentin penting g dalam dalam proses proses glukone glukoneogen ogenesi esis. s. Kortis Kor tisol ol dan glukoko glukokorti rtikoi koid d lainnya lainnya dapat dapat mening meningkat katkan kan kecepa kecepatan tan proses proses glukoneogenesis hingga 6 sampai 10 kali lipat. Selain berperan dalam proses glukoneogenesis, kortisol juga dapat menyebabkan penurunan pemakaian glukosa oleh oleh se sel. l. Akib Akibat at pe peni ning ngkat katan an ke kece cepat patan an gl gluk ukone oneog ogene enesi siss da dan n pe penur nurun unan an  pemakaian glukosa ini, maka konsentrasi glukosa dalah darah akan meningkat (Guyton, 2016). 4) Keadaan Keadaan Sakit Sakit Bebe Be bera rapa pa penya penyaki kitt dapat dapat memp mempen enga garu ruhi hi kadar kadar gl gluko ukosa sa di da dala lam m darah darah seseor ses eorang ang,, di antara antaranya nya adalah adalah penyaki penyakitt metabol metabolism ismee diabet diabetes es mellit mellitus us dan tirotoksikosis. Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik berupa hiperglikem hiper glikemia ia yang diakibatkan diakibatkan oleh gangguan gangguan sekresi sekresi insulin, insulin, kerja insulin, insulin, atau keduanya. keduany a. Berdasarkan Berdasarkan etiologinya etiologinya,, diabetes diabetes mellitus mellitus diklasifi diklasifikasika kasikan n menjadi menjadi  berbagai jenis, di antaranya adalah diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe 1) dan diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) (ADA, 2016). DM tipe 2 adalah diabetes yang terjadi akibat resistensi hormon insulin. DM tipe tipe 2 ini ini dita ditanda ndaii de deng ngan an ke kela lain inan an se sekr kres esii da dan n kerja kerja in insu suli lin. n. Se Sell ti tida dak k la lagi gi responsif terhadap insulin sehingga terjadi pengikatan abnormal antara kompleks reseptor-insulin dengan sistem transpor glukosa. Hal ini akan menggangu kerja insulin hingga akhirnya sel beta pankreas gagal untuk menyekresikan insulin.

 

31

Defisiens Defi siensii insulin insulin ini akan menyebabkan menyebabkan keadaan hiperglike hiperglikemia mia (Roberts (Roberts et all   , 2015). Tirotoksikosis adalah respons jaringan tubuh akibat pengaruh metabolik  hormon tiroid yang berlebihan. Hormon tiroid mempunyai efek pada pertumbuhan sel, perkembangan, perkembangan, dan metabolisme metabolisme energi (Roberts (Roberts et al , 2015). Tiroksikosis dapat dap at menaik menaikkan kan kadar kadar glukos glukosaa darah darah melalu melaluii efek efek hormon hormon tir tiroid oid ter terhad hadap ap meta me tabo boli lism smee

karboh karbohid idra rat. t.

 penggunaan

glukosa

Horm Hormon on

oleh

sel,

tiro tiroid id

dapat dapat

meningkatkan

meni mening ngka katk tkan an proses

kecep kecepat atan an

glukoneogenesis,

meningkatkan menin gkatkan kecepatan absorp absorpsi si saluran saluran cerna, bahkan meningkatkan meningkatkan sekresi sekresi insulin (Guyton, 2016). 5) Stre Stress Stres,, baik stres fisik maupun neurogenik, Stres neurogenik, akan merangsang pelepasa pelepasan n ACTH (adrenoc adrenocorti orticotro cotropic pic hormone hormone) dari dari kelenj kelenjar ar hipofi hipofisis sis anteri anterior. or. Selanj Selanjutn utnya, ya, ACTH AC TH

akan akan

mer eran angs gsan ang g

kel kelenj enjar

ad adre rena nall

untu untuk k

mel elep epas aska kan n

hor hormon mon

adrenokortikoid, yaitu kortisol. Hormon kortisol ini kemudian akan menyebabkan  peningkatan

kadar

glukosa

dalam

darah

(Guyton,

2016).

Hormon

ini

mening men ingkat katkan kan katabol katabolism ismee asam asam amino amino di hati hati dan merangs merangsang ang enzimenzim-enz enzim im kunci pada proses glukoneogenesis. Akibatnya, proses glukoneogenesis meningkat (Murra (Mu rray y et all , 2018). Selain itu, stres juga merangsang kelenjar adrenal untuk  menyekresikan epinefrin. Epinefrin menyebabkan glikogenolisis di hati dan otot dengan menstimulasi enzim fosforilase (Murray et al , 2018). Beberapa jenis stres yang dapat meningkatkan pelepasan kotisol adalah: a) Trau Trauma ma..

 

32

 b) Infeksi. c) Suhu yang ekstri ekstrim. m. d) Injeksi Injeksi norepinefrin norepinefrin dan obat-obat obat-obat simpatomimet simpatomimetik ik lain. e) Pembe Pembedah dahan an.. f) Injeksi Injeksi bahan yang bersifa bersifatt nekrolisis nekrolisis di bawah bawah kulit. g) Pengekangan Pengekangan sehingga sehingga tidak dapat dapat bergerak. bergerak. h) Hampir Hampir setiap penyakit penyakit yang menyebabkan kelemahan kelemahan (Guyton, 2016). 2016). 6) Siklus Siklus Menstru Menstruasi asi Mens Me nstr trua uasi si adala adalah h pe perd rdar arah ahan an pe perv rvag agin inam am pe peri riod odik ik ya yang ng te terj rjadi adi ak akib ibat at  peluruhan mukosa uterus (Sender & Decherney, 2016). Siklus menstruasi terdiri darii tiga dar tiga fase, fase, yaitu yaitu fase fase prolif prolifera erasi, si, sekret sekretori ori,, dan menstr menstruas uasi. i. Selama Selama siklus siklus menstr men struas uasi, i, terjad terjadii fluktu fluktuasi asi hormon hormon-ho -hormo rmon n yang yang berper berperan an dalam dalam mengat mengatur  ur  siklu siklus, s, termas termasuk uk estrog estrogen en dan proges progester teron. on. Selama Selama fase fase proli prolifer ferasi asi,, ter terdap dapat at  peningkatan kadar estrogen. Pada fase sekretori, kadar hormon estrogen dan  progesteron meningkat. Sedangkan pada fase menstruasi, kedua hormon ini terdapat dalam kadar yang sangat rendah [CITATION She15 \l 1033 ]. Fluktuasi hormon-horm hormo n-hormon on selama selama siklus siklus menstruasi menstruasi ini diduga menyebabkan menyebabkan perubahan perubahan ka kada darr

gluk glukos osaa

da dara rah. h.

Pe Peni ning ngka kata tan n

ka kada darr

pr prog oges este tero ron n

di dika kata taka kan n

da dapa patt

menyebabkan resistensi insulin temporer, sehingga menyebabkan kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal. Kadar estrogen yang tinggi dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, sehingga kadar glukosa darah dapat lebih rendah dari

 

33

normal. Perubahan kadar glukosa darah ini mungkin juga berhubungan dengan adanya inflamasi ringan sebelum menstruasi (Sangavi & Bennal, 2018). 7) Dehi Dehidr dras asii Dehidra Dehi drasi si adalah adalah suatu suatu kondisi kondisi di mana mana tubuh tubuh kekuran kekurangan gan cairan cairan sehing sehingga ga keseimbangan air menjadi negatif. Ketika tubuh kekurangan cairan, maka tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara mengaktifkan sistem renin-angiotensin. Angiotensin II kemudian akan merangsang pelepasan vasopresin yang salah satu efeknya adalah meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal (Sherwood, 2015). Selain berfungsi dalam meretensi air, vasopresin juga mempunyai efek terhadap meta me tabo boli lism smee gluk glukos osa. a. Vaso Vasopr pres esin in memi memili liki ki re rese sept ptor or di ha hati ti da dan n di pulau pulau Langer Lan gerhans hans pankre pankreas. as. Vasopr Vasopresi esin n merang merangsan sang g proses proses glukone glukoneogen ogenesi esiss dan  pelepasan glukagon sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah (El Khoury et al ., ., 2018) 8) Konsum Konsumsi si Alkohol Alkohol Konsumsi alkohol dikaitkan dengan hipoglikemia. Sebagian pecandu alkohol mengalami mengal ami hipoglikemi hipoglikemiaa akibat gangguan metabolism metabolismee glukosa. glukosa. Metabolis Metabolisme me alkohol (etanol) melibatkan enzim alkohol dehidrogenase (ADH) yang terutama terdapat di hati. Proses perubahan etanol menjadi asetaldehid menghasilkan zat reduktif yang berlebihan di hati, terutama NADH (B. G. Katzung & Trevor, 2015). 9) Usia Faktor usia merupakan faktor yang tidak bisa dimodifikasi atau di rekayasa. Se Seso sora rang ng yang yang mend mender erit itaa DM apabi apabila la memi memili liki ki lu luka ka ak akan an la lama ma at atau au su suli litt

 

34

sembuhnya, dikarenakan semakin bertambahnaya usia semakin membuat kondisi tubuh berkurang vitalitasn vitalitasnya ya salah satunya berkurangnya berkurangnya kemampuan kemampuan jaringan jaringan untuk memperbaiki. 10 10)) Peman Pemanta taua uan n (Monitoring) kadar gula darah Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-Monitiring Blood Glucose (SMBG) memungkinkan untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, pada akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetic jangka panjang. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit DM yang tidak  stabi stabil, l, ke kece cende nderu runga ngan n untuk untuk menga mengala lami mi ke keto tosi siss be bera rat, t, hi hipe perg rgli likem kemia ia dan hipoglikemia tanpa gejala dengan ringan.Kaitanya dengan pemberian insulin, dosis insulin yang diperlukan pasien ditenukan oleh kadr glukosa darah yang akurat. SMBG telah menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin (Damayanti, 2015) 2015 )  b. Faktor Eksternal 1) Pendi Pendidi dika kan n Pendi Pen didi dika kan n adala adalah h sa sala lah h sa satu tu upaya upaya pe pers rsua uasi si at atau au pembe pembela laja jara ran n ke kepa pada da masyar mas yaraka akatt agar agar mau melaku melakukan kan tindak tindakanan-tin tindaka dakan n untuk untuk memeli memelihar haraa atau atau menga me ngata tasi si

masa masala lahh-ma masa sala lah, h,

dan

meni mening ngka katk tkan an

keseha kesehata tanya nya.P .Pen endi didi dikan kan

mempun mem punyai yai kaitan kaitan yang yang tinggi tinggi terhada terhadap p perila perilaku ku pas pasien ien untuk untuk men menjag jagaa dan meningkatkan kesehatanya. Pendidikan bagi pasien DMT 2 berhubungan dengan  perilaku pasien dalam melakukan pengendalian kadar glukosa darah agar tetap stabil. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan waktu yang

 

35

lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama karena didasari oleh kesadaran sendiri ( Qurratuaeni, 2017). 2) Pengeta Pengetahuan huan Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses (Rogers 1994 dalam Qurratuaeni 2017). Pasien DM tipe 2 akan mampu melakukan pengendalian kadar gula darah (KGD) dengan baik  apabil apa bilaa didasa didasari ri dengan dengan penget pengetahu ahuan an mengen mengenai ai penyaki penyakitt DM, baik baik tanda tanda dan gejala serta penatlaksanaannya (Qurratuaeni, 2017).

D. Konsep Kepatuhan 1. Pengert Pengertian ian Kepat Kepatuha uhan n

Kepatuhan adalah sikap patuh, ketaatan, sedangkan patuh adalah suka menurut  perintah, taat kepada aturan/perintah (Depdikbud, 2015). Menurut Sackett (1976) cit Niven cit Niven (2016) kepatuhan klien adalah sejauh mana prilaku klien sesuai dengan ketent ket entuan uan yang diberi diberikan kan oleh oleh profes professio sional nal keseha kesehatan tan.. Kepatu Kepatuhan han merupa merupakan kan manifestasi dari suatu sikap dan perilaku berkaitan erat dengan motivasi. Motivasi ini daya yang menggerakan manusia untuk berperilaku (Ninda fauzi, 2015). Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau  petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latiha latihan, n, pengoba pengobatan tan,, atau atau menepat menepatii janji janji pertem pertemuan uan dengan dengan dokter dokter (Bragi (Bragista sta Guntur, 2016).

 

36

Menuru Men urutt Sarwono Sarwono (2010) (2010) dalam dalam Ninda Ninda fauzi fauzi (2015) (2015) peruba perubahan han sikap sikap dan  perilaku individu dimulai dengan tahap identifikasi lalu kemudian menjadi tahap internalisasi, tahap ini biasanya kepatuhan akan muncul. Tahap kepatuhan awalnya  bersifat sementara artinya bahwa mula-mula individu mematuhi anjuran atau intruksi intr uksi petugas petugas tetapi tetapi berdasarkan berdasarkan keterpaksaa keterpaksaan n atau ketidakpaham ketidakpahaman an dimana  pada tahap ini biasanya masih dibawah pengawasan petugas. Kepatuhan kemudian dapat berubah bentuk menjadi kepatuhan yang di dasari alas alasan an de demi mi menj menjag agaa hu hubun bunga gan n de denga ngan n pe petu tuga gass ke kese seha hata tan n at atau au to toko koh h ya yang ng menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Kepatuhan ini timbul karena indi indivi vidu du mera merasa sa te tert rtar arik ik at atau au menga mengagu gumi mi to tokoh koh te ters rseb ebut ut ta tanpa npa mema memaha hami mi sepenuh sep enuhnya nya arti arti dan manfaa manfaatt dari dari tindak tindakan an ter terseb sebut, ut, tah tahap ap ini disebu disebutt tahap tahap identifikasi. Setelah 2 tahapan diatas akan terjadi tahapan berikutnya yaitu tahap intern internali alisas sasi. i. Tahap Tahap inilah inilah peruba perubahan han indivi individu du dapat dapat menjad menjadii optima optimall dimana dimana indi indivi vidu du mula mulaii be berf rfik ikir ir da dan n mera merasa saka kan n ba bahw hwaa pe peri rila laku ku ba baru ru ya yang ng da dapa patt diintergrasikan kedalam nilai-nilai lain dari hidupnya (Ninda fauzi, 2015) 2. Faktor yang Mempengaruhi Mempengaruhi Kepatuhan Kepatuhan

(Carpe (Ca rpenit nito, o, 2000 2000 dalam dalam Bragis Bragista ta Guntur Guntur,, 2016) 2016) berpend berpendapa apatt bahwa bahwa factor factor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat  berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun factor-faktor  yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya : a. Faktor Faktor Int Intrin rinsik sik

 

37

Faktor Fakt or intrin intrinsik sik adalah adalah faktor faktor yang yang ti tidak dak perlu perlu rangsa rangsangan ngan daril dariluar uar,, yang  berasal dari diri sendiri, yang terdiri dari : 1) Moti Motiva vasi si Motivasi adalah daya yang menggerakkan manusia untuk berprilaku (Irwanto dkk, 1998 dalam Ninda fauzi, 2015). 2) Keyakinan, Keyakinan, Sikap Sikap dan Kepribad Kepribadian ian Blumental Blume ntal (1982) cit Niven cit  Niven (2015) telah menyelidiki tentang hubungan antara  pengukuran kepribadian dengan kepatuhan. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, memiliki kekuatan ego yang lemah dan yang kehidupan socialnya socialnya lebih memusatkan memusatkan perhatian perhatian kepada dirinya dirinya sendir sen diri. i. Ciri-c Ciri-ciri iri kepriba kepribadia dian n yang yang disebu disebutka tkan n diatas diatas itu yang menyeb menyebabka abkan n seseorang cenderung tidak patuh (Drop Out) dari program pengobatan. 3) Pendi Pendidi dika kan n Pendidi Pend idikan kan pasien pasien dapat dapat mening meningkat katkan kan kepatu kepatuhan han pasien pasien sepanj sepanjang ang bahwa bahwa  pendidikan tersebut adalah pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri (Niven, 2015). 4) Inte Intera raks ksii Kualitas interaksi antara professional kesehatan dengan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan kepatuhan (Niven, 2015). 5) Perubahan Perubahan Model Terapi Progra Pro gram-p m-prog rogram ram keseha kesehatan tan dapat dapat dibuat dibuat sesede sesederha rhana na mungki mungkin n dan pasien pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut (Niven, 2015).

 

38

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan menurut Guntur (2016) terjadi karena ketiga faktor, antara lain: a.  Faktor pasien

1) Ketidak Ketidak seriusan seriusan pasien terhadap terhadap penyakitnya. penyakitnya. 2) Ketidakpuas Ketidakpuasan an terhadap hasil hasil terapinya. terapinya. 3) Kurangnya Kurangnya dukungan dari keluarga keluarga terkait terkait pelaksanaan pelaksanaan terapi.  b. Faktor komunikasi 1) Tingkat Tingkat pengawasan pengawasan tim tim kesehatan kesehatan 2) Kurang Kurang penjelasan penjelasan yang lengkap, lengkap, tepat, tepat, dan jelas. 3) Interaksi dengan petugas kesehatan sediki sedikitt atau tidak sama sekali. c. Faktor p peril erilaku aku 1) Munculnya Munculnya efek efek yang merugi merugikan. kan. 2) Hambatan Hambatan fisik atau biaya biaya untuk mendapatkan mendapatkan obat. 4. Manfaat Manfaat Kepatuh Kepatuhan an

Menurut (Widodo ,2015) manfaat dari kepatuhan yaitu : 1) Keberh Keberhasi asilan lan pengobatan pengobatan,, diet diet sangat sangat berarti berarti dan mempuny mempunyai ai efek efek bagi  penyembuhan. 2) Menuru Menurunka nkan n biaya biaya perawa perawatan tan,, karena karena kepatuhan kepatuhan ter terhad hadap ap obat obat dan diet diet mempercepat perawatan sehingga tidak perlu lama-lama dirawat. 3) Tingkat Tingkat kesembuha kesembuhan n mening meningkat kat,, karena karena kepatu kepatuhan han minum minum obat dan diet diet mempunyai peluang untuk sembuh sangat besar.

 

39

Sedan Sed angk gkan an ke keti tida dakp kpat atuha uhan n memp memper erla lama ma masa masa sa saki kitt at atau au meni mening ngkat katka kan n keparahan penyakit (Pratiwi, 2015). 5. Kepatuhan Kepatuhan dalam dalam Diet Diabetes Diabetes Mellitus

Menurut Windusari (2015) kepatuhan diet DM adalah ketaat terhadap makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien DM setiap hari untuk menjaga kesehatan dan mempercepat proses penyembuhan, diet ini berupa 3J yaitu tepat jadwal, tepat  jenis dan tepat jumlah. a. Kepatuh Kepatuhan an Perenca Perencanaa naan n Makan Makan Peraw Per awat atan an pada pada pasie pasien n denga dengan n DM  DM  dif difokus okuskan kan pada suatu suatu progra program m yang yang melibatkan meli batkan aktifitas aktifitas sehari sehari – hari yang dirancang dirancang untuk mengendalikan mengendalikan penyakit, penyakit,  perawatan ini meliputi : mengendalikan asupan nutrisi / diet, berolah raga secara teratur, menggunakan obat sesuai resep serta memantau kadar gula darah (Aspiani, 2018) Konses Kon sesus us Pengelo Pengelolaa laan n DM di Indones Indonesia ia yang tel telah ah disusu disusun n oleh oleh PERKEN PERKENII antaraa lain memberikan antar memberikan pedoman tentang kebutuhan kebutuhan gizi orang dengan DM dan anjuran penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar dalam perencanaan diit . Standar Sta ndar yang yang dianju dianjurka rkan n adalah adalah santap santapan an dengan dengan kompos komposisi isi seimba seimbang ng berupa berupa karbohidrat (60-70 %), protein (10-15 %) dan lemak (20-25 %) (Sukardji, 2015). Beberapa petunjuk pemberian diet pada penderita DM  DM (Tjokroprawiro, 2015): 1) Pemberian Pemberian diit diusahakan diusahakan untuk dapat memenuhi memenuhi beberapa persyaratan persyaratan antara lain :

 

40

a) Memperbaiki Memperbaiki kesehat kesehatan an umum pederit pederita. a.  b) Menyesuaikan berat badan penderita ke berat badan normal c) Menormalkan

pertumbuhan

DM

anak

atau

dewas wasa

muda

(masa

 pertumbuhan). d) Mempertahank Mempertahankan an glukosa darah sekitar sekitar normal. normal. e) Menekan Menekan atau menunda timbulny timbulnyaa angiopati angiopati diabetik. diabetik. f) Memberikan Memberikan modifikas modifikasii diit sesuai sesuai dengan dengan keadaan penderita penderita . g) Menarik Menarik serta mudah mudah diterima diterima penderita. penderita. 2) Dala Dalam m mela melaks ksan anaka akan n diit diit DM  DM  hendaknya diikuti pedoman " 3J " ( Jumlah, Jadwal, Jenis),artinya : J1 : jumlah kalori yang diberikan harus habis. J2 : jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya tiga jam. J3 : jenis makanan yang manis harus dihindari. 3) Untuk kasus-kasus kasus-kasus yang kadar glukosa darahnya sulit normal (res (resiste isten), n), latihan tiga kali sehari pada saat 1-1½ jam sesudah makanan utama adalah mutlak  harus dilaksanakan. 4) Penentu Penentuan an jumlah jumlah kalori kalori diit Diabetes diit  Diabetes Mellitu  Mellitu   DM DM   s disesuaikan dengan status gizii penderi giz penderita. ta. Penentu Penentuan an gizi gizi pender penderita ita dil dilaks aksanak anakan an dengan dengan menghi menghitun tung g  Percentage Of Relative Body Weigh (BBR) atau berat badan relative.  b. Kepatuhan Olah Raga Secara Teratur 

 

41

Olah raga pada diabetisi  diabetisi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif,sehingga secara langsung menyebabkan penurunan glukosa darah (Ilyas . E, 2017). Pada pria paruh baya dan lansia membuktikan bahwa aktifitas fisik yang terdiri atas latihan setidaknya seminggu sekali menurunkan resiko keseluruhan timbulnya DM de deng ngan an 40 %. (D (Dar armo mojo jo,, 20 2015) 15).. Ol Olah ah ra raga ga ya yang ng da dapat pat di dila laku kuka kan n yaitu yaitu  pekerjaan rumah dan b berkebun, erkebun, berjalan – jalan, jalan cepat, cepa t, berenang, bersepeda, senam.Manfaat olah raga bagi penderita DM yaitu meningkatkan penurunan kadar  glukosa darah, mencegah kegemukan, berperan dalam mengatasi kemungkinan terjad terjadiny inyaa kompli komplikas kasii dan mengur mengurangi angi resiko resiko penyaki penyakitt jantun jantung g corone coronerr dan meningkatkan kualitas hidup diabetisi dengan meningkatnya kemampuan kerja. c. Pengguna Penggunaan an Obat Obat Sesuai Sesuai Resep Resep Aspi As pian anii

(201 (2018) 8)

menga mengata takan kan pembe pemberi rian an

ob obat at

peror peroral al

di diber berik ikan an untuk  untuk 

mens me nsti timu mula lasi si se sekr kres esii insu insuli lin n oleh oleh pa pankr nkrea eas. s. Obat Obat – obat obat DM  DM  yan yang g sering sering diresepkan dan dianjurkan antara lain : 1) Sulfoniluer Sulfonilueraa (Glucotrol, (Glucotrol, Gliburide). Gliburide). 2) Glucophage Glucophage : obat ini tidak menurunkan menurunkan kadar gula darah, teta tetapi pi meningkatkan meningkatkan  penggunaan glukosa oleh jaringan perifer dan usus. 3) Te Tera rapi pi insu insuli lin n : dipe diperl rluka ukan n un untu tuk k mena menamb mbah ah su supl plai ai da dari ri tu tubuh buh da dan n un untu tuk  k  membatasi komplikasi penyakit .

 

42

Ketidakpatu Ketid akpatuhan han pada penderita penderita lansia lansia terutama terutama pada pengobatan pengobatan sangatlah sangatlah  besar. Untuk mengurangi ketidakpatuhan pada pemberian obat dapat diupayakan hal – hal sebagai berikut : (Darmojo, 2015) a) Penje Penjela lasa san n pa pada da pe pend nder erit itaa : se sela lama ma 15 me meni nitt ak akan an mengu mengura rangi ngi kesal kesalah ahan an  bahkan pada penderita yang orientasinya sudah berkurang.  b) Pilihan preparat : berperan sangat penting untuk meningkatkan k kepatuhan. epatuhan. Obat  betuk cair lebih disukai dibanding tablet. c) Wada Wadah h ob obat at : muda mudah h dibu dibuka ka da dan n te terb rbua uatt da dari ri tr tran ansp spar aran an,, ka kare rena na se seri ring ng menganali obatnya dari bentuk,warna dan ukurab tablet. d) Label : harus harus memberikan memberikan petunjuk petunjuk yang jelas . e) Bantuan Bantuan mengingat : dengan menggunakan menggunakan kartu identifikas identifikasii obat atau kalender  sobek. f) Pengawasan Pengawasan minum minum obat dapat dilakukan dilakukan oleh keluarga keluarga atau atau perawat. d. Pemant Pemantaua auan n Kadar Gula Gula Darah Darah Pemantauan Pemant auan DM merupakan merupakan pengendalian pengendalian kadar gula darah mencapai kondisi senormal mungkin. Dengan terkendalinya kadar gula darah maka akan terhindar  da dari ri ke keada adaan an hipe hiperg rgli like kemi miaa da dan n hipog hipogli like kemi miaa se sert rtaa menc menceg egah ah te terj rjad adin inya ya kompli kom plikas kasii (Soewo (Soewondo ndo,, 2015). 2015). Hasil Hasil  Diabetes Control And Complcation Trial  (DCCT) menunjukan bahwa pengendalian diabetes yang baik dapat mengurangi komplikasi DM antara 20 – 30 % (Soewondo, 2015). 6. Faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Diet

 

43

a. Faktor Faktor demogr demografi afi indi individ vidu u Smeltzer, (2017) mengemukakan bahwa faktor demografi yang mempengaruhi kepatuhan antara lain: usia, jenis kelamin, suku bangsa, statu ekonomi dan  pendidikan. Sedangkan Fleischhacker (2015) menguraikan bahwa usia, jenis kelam kel amin in,, ga gangg nggua uan n ko kogn gnit itif if,, da dan n ps psik ikopa opato tolo logi gi meru merupa paka kan n fa fakt ktor or yang yang mempengaruhi kepatuhan. 1) Usia Pada kasus Diabetes mellitus, usia berpengaruh terhadap kepatuhan terapi non famakologis salah satunya diet. Dalam berbagai literature menunjukkan  bahwa usia mempunyai hubungan hub ungan terhadap kepatuhan diet d iet penderita DM. pada  beberapa penelitian membuktikan bahwa usia dewasa lebih patuh dibandingkan lansia lan sia (Putu (Putu Keni, Keni, 2015). 2015). Menuru Menurutt pendapa pendapatt Hurloc Hurlock k bahwa bahwa usia usia dewasa dewasa merupakan usia yang secara fisik sangat sehat, kuat dan cekatan untuk dapat memahami dan menjalankan berbagai aturan dibandingkan orang yang sudah usia lanjut (Lestari, 2015). Singgih D Gunarso mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Seorang pasien penderita diabetes mellitus yang telah mempunyai usia >35 tahun cenderung tidak mudah untuk menerima perkembangan atau informasi baru yang menunjang derajat keseha kes ehatan tannya nya karena karena proses proses berpik berpikir ir yang yang dimili dimiliki ki re respo sponden nden mengal mengalami ami

 

44

 penurunan dalam mengingat dan menerima suatu hal yang baru Purwanto (Purwanto, 2016). 2) Jenis Jenis kelami kelamin n Beberapa Bebera pa penelitian penelitian Wong et al, (2015) menunjukkan menunjukkan faktor jenis kelamin kelamin tidak berhubungan dengan kepatuhan diet penderita DM. Menurut Mursamimi (2015) laki – laki lebih patuh dalam menjalankan diet karena berkaitan dengan tanggungjawabnya sebagai pencari nafkah sehingga dirinya menyadari harus  patuh dalam diet, Namun ada beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwa  jenis kelamin tidak mempunyai hubungan bermakna terhadap kepatuhan diet  penderita (Lestari, 2015) 3) Pe Penge ngeta tahua huan n Pengetahuan pasien tentang kepatuhan pengobatan yang rendah yang dapat menimbulkan kesadaran yang rendah akan berdampak dan berpengaruh pada  pasien dalam mengikuti tentang cara pengobatan, kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut. Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara  pengetahuan tentang diet diabetes dengan kepatuhan pelaksanaan diet penderita diabetes mellitus tipe 2. Notoadmodjo (2019) menyatakan bahwa perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada dominan kognitif dalam arti subjek  tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi objek diluarnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap (Runtukahu, et al, 2015).

 

45

4) Pe Pendi ndidi dikan kan Menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan merupakan suatu kegiatan atau  proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan sehingga sehing ga sasaran sasaran pendidikan pendidikan itu dapat berdisi berdisi sendiri. sendiri. Semakin Semakin rendah tingkat  pendidikan yang dimiliki maka akan semakin rendah pula kemampuan yang akan dimiliki seseorang dalam menyikapi suatu permasalahan. Seorang pasien diabet dia betes es mellit mellitus us yang yang mempuny mempunyai ai lat latar ar belakan belakang g pendid pendidika ikan n yang kurang kurang cenderung tidak dapat menerima perkembangan baru mengenai kesehatannya (Purwanto, 2016). 5) Pe Penda ndapa pata tan n Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ettner et al (2015) menunjukkan  bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan dalam menjalankan diet pada penderita DM. Hal tersebut sesuai dengan hasil penenlitian yang dilakukan oleh Ellis (2015) bahwa penderita DM tipe 2 dengan pendapatan yang rendah rendah cender cenderung ung memili memiliki ki kapetu kapetuhan han yg ren rendah dah pula, pula, hal ter terseb sebut ut dikarenakan orang yang mempunyai pendapatan rendah mempunyai peluang untuk membeli makanan sesuai diet diabetes lebih sedikit dibandingkan dengan yang pendapatannya tinggi (Lestari, 2015). 6) Lama Menderit Menderitaa dan Keparahan Keparahan Penyakit Penyakit

 

46

 Niven (2015) mengemukakan bahwa lamanya waktu pasien harus memenuhi nasihatt yang diberikan nasiha diberikan selama sakit akan mempengaruhi mempengaruhi tingkat kepatuhan  pasien pengobatan yang dijalani (Anggina, et al, 2015). Menurut Smeltzer et al. (2015),, variabel (2015) variabel penyakit penyakit seperti seperti tingkat tingkat kaparahan kaparahan penyakit penyakit dan hilangnya hilangnya gejala akibat terapi dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan (Iswanti, 2015). 7) Pe Pers rsep epsi si Menuru Men urutt konsep konsep model model keperca kepercayaa yaan n keseha kesehatan tan ( Health Believe Model),  persepsi positif dari sesorang merupakan unsur penting yang membentuk  seseorang untuk mengambil tindakan yng baik dan sesuai untuk menlakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit (Lestari, 2015). 8) Motiva Motivasi si Dir Dirii Motivasi diri merupakan dorongan, baik dari dalam maupun dari luar diri seso sesora rang ng untu untuk k meng mengge gera rakk kkan an da dan n mend mendor oron ong g si sika kap p se sert rtaa pe peru ruba baha han n  perilakunya. 9) Keperc Kepercaya ayaan an Diri Diri Kepe Ke perc rcay ayaa aan n diri diri adala adalah h ap apli lika kasi si da dari ri si sika kap p un untu tuk k pe pener nerim imaa aan n at atau au  penolakan, penilaian, suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis. Kepercayaan diri yang sudah terbentuk dan  berkembang dalam diri seseorang, dimana hal tersebut sudah menjadi bagian dari dirinya dalam kehidupan sehari-hari akan cenderung dipertahankan dan

 

47

sulitt sekali suli sekali dirubah. dirubah. Menurut Menurut Basuki (2016) kepatuhan penderita DM didasari didasari oleh rasa percaya diri dan motivasi dalam diri untuk mengikuti seluruh anjuran dalam dal am progra program m diet diet bagi bagi pender penderita ita DM (Hendr (Hendro, o, 2015 2015). ). Keperca Kepercayaan yaan diri diri merupakan faktor yang sangat penting terhadap perubahan perilaku, sesorang yang mempunyai kepercayaan kepercayaan diri yang yang tinggi mempunyai mempunyai peluang lebih  besar untuk melakukan perubahan perilaku (Tovar, 2015). 10) Keikutserta Keikutsertaan an Penyuluhan Penyuluhan Gizi Tuju Tu juan an pe penyu nyulu luha han n ba bagi gi pe pende nderi rita ta DM adala adalah h untuk untuk mengi mengink nkat atka kan n  pengetahuan yang akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup sesorang sehingga akan mencapai kualitas hidup yang lebih baik, oleh karena kar ena itu semaki semakin n sering sering sesoang sesoang mendap mendapat at penyulu penyuluhan han makan makan akan akan semakin baik pula perilakunya (Lestari, 2015) 11) Tenaga Tenaga Kesehat Kesehatan an Interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan sangat menentukan derajat kepatuhan. Kegagalan dalam pemberian informasi yang lengkapmengenai obat dari tenaga kesehatan dapat menjadi penyebab ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat (Iswanti, 2015). Niven (2015) berpendapat bahwa kualitas interaksi profisional kesehatan dengan pasien merupakan bagian penting dalam menentukan derajat kepatuhan, orang – orang yang merasa menerima perhatian seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang merasa kurang mendapat dukungan social dari orang lain (Kamaludin et al, 2015: 23)

 

48

12) Dukunga Dukungan n Kelu Keluarg argaa Dukunga Duk ungan n keluar keluarga ga adalah adalah sebuah sebuah proses proses yang yang ter terjad jadii sepanj sepanjang ang masa masa kehidupa kehi dupan, n, si sifat fat dan jenis jenis dukungan dukungan berbeda berbeda – beda dalam dalam berbaga berbagaii tahap tahap kehid keh idupa upan. n. Namu Namun n de demi miki kian an,, da dala lam m se semu muaa si sikl klus us ta tahap hapan an ke kehi hidu dupa pan, n, dukungan social keluarga dapat membuat keluarga mampu berfungsi dengan  berbagai kepandaian dan akal, sehingga meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Elmiani, et al, 2015). Keluarga dapat mempengaruhi keyakinan, nilai kesehatan, dan menentukan program pengobatan yang diterima oleh pasien. Keluarga berperan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan anggota keluarga yang sakit , menentukan keputusan mencari dan mematuhi pengobatan (Isw (Iswan anti ti,, 2015) 2015).. Dukun Dukunga gan n ke kelu luar arga ga meru merupa pakan kan sa sala lah h sa satu tu fa fakt ktor or ya yang ng mempeng mem pengaru aruhi hi ketaat ketaatan an pasien pasien dalam dalam menjal menjalank ankan an diet, diet, dimana dimana dukunga dukungan n tersebut berupa dukungan emosional, materil, serta psikis (Elmiani, et al, 2015). Pasi Pasien en ya yang ng mend mendap apat at du duku kung ngan an da dan n ko komu muni nika kasi si ya yang ng ba baik ik de deng ngan an ke kelu luar arga gany nyaa

ce cend nder erun ung g

memi memili liki ki

ti ting ngka katt

ke kepa patu tuha han n

ya yang ng

le lebi bih h

ba baik  ik 

(Puspitasari, 2015) 13) Keteratura Keteraturan n Cek Kesehatan Kesehatan Menuru Men urutt O’Conn O’Conner er (2015) (2015) ketera keteratur turan an cek keseha kesehatan tan yang baik baik pada pada  penderita Diabetes mellitus akan membuat pasien lebih memahami tentang  pengelolaan DM dan akan lebih baik dalam menjalankan rekomendasi  pengobatan dari petugas kesehatan (Lestari, 2015).

 

49

E. Konsep Tingkat Pengetahuan 1. Pengert Pengertian ian Peng Pengetah etahuan uan

Penge Pen geta tahua huan n meru merupa paka kan n ha hasi sill dari dari “t “tah ahu” u” da dan n in inii te terj rjad adii se sete tela lah h or oran ang g melakukan melak ukan penginderaan penginderaan terhadap terhadap objek tertentu. tertentu. Penginderaan Penginderaan terjadi melalui melalui  panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pe Peng nget etah ahua uan n at atau au ko kogn gnit itif if meru merupa pakan kan domin dominan an ya yang ng sa sang ngat at pe pent ntin ing g da dala lam m membentuk tindakan tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2015). 2. Kriteri Kriteria a Pen Pengeta getahua huan n

Menurut Nursalam (2017) penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang yan g di tentuk tentukan an sendir sendirii atau atau menggun menggunakan akan kriter kriteriaia-kri kriter teria ia yang yang tel telah ah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. Kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan nilai : a. Tingkat Tingkat pengetahuan pengetahuan baik baik bila skor atau atau nilai nilai 76-100%  b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75% c. Tingkat Tingkat pengetahuan pengetahuan kurang kurang bila skor skor atau nilai nilai ≤ 56%

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan : a. Faktor Internal Internal menurut menurut Notoatm Notoatmodjo odjo (2015): (2015):

1) Pendidikan

 

50

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh Notoatmojo (2015) (20 15) mendef mendefini inisik sikan an bahwa bahwa pendid pendidika ikan n adalah adalah setiap setiap usaha, usaha, pengaru pengaruh, h,  perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedew ked ewas asaan aan.. Sedan Sedangka gkan n GBHN GBHN Indon Indones esia ia mend mendef efin inis isik ikan an la lain in,, bahwa bahwa  pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

2) Minat Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

3) Pengalaman Pengal Pen galama aman n adalah adalah suatu suatu perist peristiwa iwa yang yang dialam dialamii seseor seseorang ang dikuti dikutip p oleh oleh Azwar (2015), mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk unt uk menj menjad adii da dasa sarr pe pemb mben entu tukan kan si sika kap p pe penga ngala lama man n pr prib ibad adii harus harusla lah h meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk  apabil apab ilaa pengal pengalama aman n pribad pribadii terseb tersebut ut dalam dalam sit situas uasii yang meliba melibatka tkan n emosi, emosi,  penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.

4) Usia

 

51

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih mata ma tang ng da dala lam m be berf rfik ikir ir dan be beke kerj rja. a. Dari Dari se segi gi keper keperca caya yaan an masy masyar arak akat at seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum akibat bat dari dari pengal pengalam aman an dan dan cukup cuk up tingg tinggii ke kede dewa wasa saan annya nya.. Hal Hal ini ini se seba bagai gai aki kema kemata tang ngan an ji jiwa wany nya, a, maki makin n tu tuaa sese seseor oran ang g maka maka maki makin n kond kondus usif if dala dalam m menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2015).

 b. Faktor Eksternal menurut Notoatmodjo (2015), antara lain : 1) Ekon Ekonom omii Keluar Kel uarga ga dengan dengan status status ekonom ekonomii baik baik lebih lebih mudah mudah ter tercuku cukupi pi diband dibanding ing dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi ke kebu butu tuha han n

ak akan an info inform rmas asii

te term rmas asuk uk

ke kebu butu tuha han n

se seku kund nder er..

Ja Jadi di

da dapa patt

disimp dis impulk ulkan an bahwa bahwa ekonom ekonomii dapat dapat mempen mempengar garuhi uhi penget pengetahua ahuan n seseor seseorang ang tentang berbagai hal. 2) Info Inform rmas asii Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang seseo rang adanya informasi informasi baru mengenai mengenai suatu hal memberikan memberikan landasan kogniti kogn itiff baru baru bagi bagi terbent terbentukny uknyaa si sikap kap ter terhad hadap ap hal ter terseb sebut. ut. Pesan-p Pesan-pesa esan n sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap

 

52

suatu sua tu inovas inovasii yang yang berpen berpengar garuh uh perubah perubahan an perila perilaku, ku, biasan biasanya ya digunak digunakan an melalui media masa. 3) Kebudayaan/L Kebudayaan/Lingkung ingkungan an Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar  terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Bagi penderita diabetes ting tingkat kat pe penge ngeta tahua huan n te ters rsebu ebutt sa sang ngat at pe pent ntin ing g dan memp mempen enga garu ruhi hi da dala lam m  penerapan manajemen diabetes untuk mengontrol kadar gula darah mereka. Menu Me nuru rutt Suri Surias asum uman antr trii (201 (2015) 5),, ad adaa du duaa ca cara ra pa pada da manu manusi siaa un untu tuk  k  mendapa men dapatka tkan n pengeta pengetahuan huan yang benar benar yaitu yaitu melalu melaluii rasio rasio dan pengal pengalama aman. n. Rasio Ras io adalah adalah penget pengetahu ahuan an yang bersif bersifat at abstra abstrak k dan pra pengala pengalaman man yang yang didapatkan didapa tkan melalui melalui penalaran penalaran manusia manusia tidak memerlukan memerlukan pengam pengamatan atan fakta yang ada. Sementara pengalaman adalah jenis pengetahuan yang didapat dilihat oleh indra manusia berdasarkan pengalaman pribadi berupa fakta dan informasi yang konkret dan memerlukan pembuktian lebih lanjut. Menurutt Notoatmodj Menuru Notoatmodjo o (2015), (2015), beberapa beberapa tahapan tahapan yang terjadi pada manusia manusia sebelum berperilaku baru berdasarkan pengetahuan adalah: a)  Awarness (ke (kesad sadara aran), n), orang orang terseb tersebut ut menyada menyadari ri dalam dalam arti arti menget mengetahui ahui stimulus (objek) terlebih dahulu.  b)  Interest , yaitu orang mulai tertarik terhdap stimulus.

 

53

c)  Evaluation  Evaluation,, yaitu menimbang- nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut  bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d) Trial , yaitu orang sudah mulai mencoba perilaku baru. e)  Adoption  Adoption,, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. Kerangk Kerangka a Teori Teori

Faktor Fak tor yang yang mempen mempengar garuhi uhi kepatu kepatuhan han ada 2 yaitu yaitu faktor faktor int intri risik sik dan faktor  faktor  ekstrinsik. Pada faktor intrinsik terdapat faktor motivasi, faktor keyakinan, sikap dan kepribadian, faktor pendidikan dan faktor pemahaman terhadap interaksi. Pada faktor  ekstriksi ekstr iksik k terdapat terdapat faktor dukungan sosi sosial, al, dukungan dukungan dari professional professional kesehatan, kesehatan, kualit kua litas as intera interaksi ksi dan perubah perubahan an model model ter terapi api.. Dari Dari faktor faktor-fa -fakto ktorr ter terseb sebut ut dapat dapat mempeng mem pengaru aruhi hi Kep Kepatu atuhan han Diet Diet Diabet Diabetes es Mellit Mellitus, us, pri prisip sip Diet Diet Diabet Diabetes es Mellit Mellitus us dikenal juga dengan sebutan 3J yaitu tepat Jadwal, tepat Jenis dan tepat Jumlah dari  prinsip 3J tersebut berpengaruh terhadap tingkat kadar gula darah. Faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat kadar gula darah sendiri ada 2 yaitu ekternal dan internal, pada faktor internalnya Penyakit & Stres, Obesitas, Makanan, Latihan atau

 

54

Olahraga, OHO dan Insulin, Usia serta Pemantauan (Monitoring ) Kadar Gula Darah. Sedangkan faktor eksternal adalah Pendidikan dan Pengetahuan Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan kerangka teori Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Kepatuhan Diet Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020 sebagai berikut :

Faktor Predisposisi 1. Usia 2. Jenis enis Kel Kelamin amin 3. La Lama ma Me Mend nder erit itaa DM 4. Pengetahuan 5. Pendidikan 6. Persepsi 7. Motivasi 8. Kepe Keperc rcay ayaa aan n di diri ri Faktor Penguat 1. Duku Dukung ngan an Ke Kelu luar arga ga 2. Duku Dukung ngan an Pe Petu tuga gass Kesehatan Faktor Pendukung 1. Keik Keikut utse sert rtaa aan n  penyuluhan gizi

Keterangan Diteliti  

Tidak diteliti

52 Kepat epatuh uhan an Mellitus

Die iett

Di Diab abeete tess

(3J) : a. Tepat Jadwal  b. Tepat Jenis c. Tepat Jumlah

Kadar Gula Darah

 

55

Bagan 3.1. Kerangka Teori Penelitian (Dimodifikasi dari Priyoto, 2015, ADA, 2016, Niven, 2015 ).

B. Kerangk Kerangka a Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah uraian dan visualisasi kaitan atau hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti diteliti (Notoatmodj (Notoatmodjo, o, 2018). Sesuai dengan uraian hasil tinjauan teori peneliti, maka didapatlah kerangka konsep untuk  menget men getahui ahui hubungan hubungan tingka tingkatt penget pengetahu ahuan an dan kepatuh kepatuhan an diet diet dengan dengan kadar kadar gula gula darah penderita penderita diabetes mellitus mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel Independen

Tingkat Pengetahuan

Variabel Dependen

Kadar Gula Darah

Kepatuhan Diet Bagan 3.2 Kerangka Konsep

C. Hipote Hipotesis sis Penelitian Penelitian

 

56

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara secara empiris (Nursalam, (Nursalam, 2017). Hipotesis pada  penelitian ini adalah

1. Ada hubungan hubungan tingkat tingkat pengetah pengetahuan uan dengan dengan kadar kadar gula gula darah darah penderita penderita diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib.

2. Ada hubungan hubungan kepatuhan kepatuhan diet dengan kadar gula gula darah darah penderita penderita diabetes diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib.

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancang Rancangan an Peneltian Peneltian

Jenis Jen is peneli penelitia tian n ini menggu menggunaka nakan n deskri deskripti ptiff kuanti kuantitat tatif if korela korelasio sional nal dengan dengan  pendekatan cross sectional . Penelitian cross sectional  adalah   adalah penelitian di mana variabel varia bel independen independen dan variab variabel el dependen dependen dinilai dinilai hanya satu satu kali pada suatu saat saat (Nursalam, 2017). Pengukuran data penilitian (variabel bebas dan terikat) dilakukan satu sat u kali kali dan secara secara bersam bersamaan aan.. Pada Pada penilit penilitian ian ini akan akan mengan menganali alisis sis hubungan hubungan

 

57

tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet diet terhadap kadar gula darah penderita penderita diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib

B. Populasi Populasi dan dan Sa Sampel mpel 1. Popu Popula lasi si

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari atas objek atau subjek  yang mempunyai mempunyai karakteris karakteristik tik dan kualitas kualitas tertentu tertentu yang ditetapkan oleh peneliti peneliti untuk diteliti dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sujarweni, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe II di Polii Penyaki Pol Penyakitt Dalam Dalam di RSUD RSUD Raja Raja Ahmad Ahmad Tabib dalam dalam kurun kurun waktu waktu 3 bulan bulan yang rata-ratanya 112 pasien.

2. Samp ampel

55

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti diteliti (Sugiyono, (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam di RSUD Raja Ahmad Tabib dalam kurun waktu 3 bulan yang rata-ratanya 112 pasien. Teknik pengambilan sampling adalah Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik  purposive sampling yaitu tehnik menentukan sampel  penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih represen lebih representati tatiff (Sugiy (Sugiyono, ono, 2016) 2016)..  Adapun besar sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus :

 

58

  n=

 

N 1 + N ( d )2

Keterangan : n : Perkiraan besar sampel  N : Perkiraan besar populasi  d : Jumlah signifikan (0,05) n=

 

112 1 + 112(0,05)2

= 87,5 dibulatkan 88 orang Kriteria Inklusi dalam penelitian adalah:

a. Penderita Diabetes Mellitus Mellitus yang dibuktikan dnegan data RM (Rekam Medis)  b. Penderita sebelumnya pernah mendapatkan informasi gizi atau konseling gizi c. Penderita yang mendapatkan terapi farmakologi dari dokter  d. Bersedia menjadi responden Kriteria Eksklusi Eksklusi dalam penelitian ini adalah: a. Pasien Pasien DM tipe tipe 1 dan dan DM Gestasiona Gestasionall  b. Pasien DM yang mengkonsumsi non farmakologis dan herbal

C. Waktu dan T Tempat empat Penelitian Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poli Penyakit Dalam di RSUD Raja Ahmad Tabib  pada bulan November sampai dengan Desember 2020.

 

59

D. Variabe Variabell dan Definisi Operasional Operasional

Vari Va riabe abell pe penel nelit itia ian n berupa berupa va vari riab abel el be beba bass (i (inde ndepe pende nden) n) dan variab variabel el ter terika ikatt (depe depend nden en)). Variabel bebas (ind (indep epen ende den) n) da dari ri pe pene neli liti tian an in inii ad adal alah ah ti ting ngka katt  penegtahuan dan kepatuhan diet, sedangkan variabel terikat (depe depend nden en)) dari  penelitian ini adalah kadar gula darah. Tabel 4.1 Variabel dan Definisi Operasional  N o 1 .

Variabel Independen Tingkat Pengetahuan  

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur  

Skala Ukur 

Segala sesuatu yang dapat dijelaskan oleh seseorang tentang diabetes mellitus meliputi Pengetahuan tentang 3 J yaitu dalam bentuk tepat jadwal,

Angket

Kuesioner 

Ordinal

Baik: Jika skor nilai 76100% Cukup: Jika skor nilai 56-75% Kurang: Jika skor nilai ≤56-

Wawancara

Kuesioner 

Ordinal

Tidak patuh,  jika skor ≤43 Patuh, jika skor >43

Hasil ukur 

tepat jenis dan tepat jumlah

Kepatuhan Diet

Ketaatan  pasien dalam  penatalaksanaa n diet diabetes mellitus dalam  bentuk tepat  jadwal, tepat

 

60

 jenis dan tepat  jumlah

2

Dependen Kadar Gula Darah

Kadar gula darah puasa  pada pasien diabetes mellitus yang diambil melalui hasil  pemeriksaan di Rumah Sakit.

Hasil  pemeriksaan

Laporan medis klien

Ordinal

Gula da darah  puasa yaitu Baik : 80109 mg/dl Sedang : 110-125 mg/dl Buruk : ≥126 mg/dl

E. Instrument Instrument Penelitian Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2015). Alat pengumpulan data pada setiap variabel dalam penelitian ini yaitu yai tu data data demogr demografi afi,, pengukur pengukuran an kadar kadar gula gula darah, darah, kui kuisio sioner ner penget pengetahu ahuan, an, dan kuisioner kepatuhan diet. 1. Data Data demogr demografi afi Di dalam kuisioner ini terdiri atas pertanyaan tentang data responden yang diisi oleh responden, yaitu: Identitas yang terdiri terdiri dari nama/ inisial, inisial, umur, pendidikan pendidikan terakhir, pekerjaan 2. Instrumen Instrumen Tingkat Tingkat Pengeta Pengetahuan huan Instrumen Pengetahuan peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan  peneliti dan peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Penilaian diperoleh dengan cara pemberian skor yaitu skor 1 untuk jawaban yang benar dan

 

61

skor 0 untuk jawaban jawaban yang salah. Kuesioner Kuesioner yang telah diisi, diisi, kemudian kemudian dinilai dengan rumus Skor = Jawaban Benar   Jumlah Pertanyaan

x 100

Hasi Ha sill pe penge ngeta tahu huan an di at atas as ke kemu mudi dian an di dike kelo lomp mpokk okkan an menj menjadi adi 3 ka kate tegor gorii menurut Nursalam (2017) yaitu : a. Tingkat Tingkat pengetahua pengetahuan n baik baik bila bila skor skor atau nilai 76-100%  b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75% c. Tingka Tingkatt pengetah pengetahuan uan kurang kurang bila bila skor skor atau atau nilai nilai ≤ 56% Vali Va lidi dita tass inst instru rume men n ini ini mengg mengguna unaka kan n meto metode de  Alpha-Cronbach, dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Besar r tabel ditentukan sesuai jumlah responden yang diuji dengan tingkat signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,464. Item instrument diangga dia nggap p valid valid ata atau u relevan relevan jika r hitung> hitung> r tabel tabel yang telah ditentuk ditentukan. an. Uji reliabilitas pada kuesioner ini dilakukan setelah melakukan uji validitas. Hasil uji reliabili reli abilitas tas pada kuesioner kuesioner tingkat pengetahuan pengetahuan menunjukkan menunjukkan bahwa Cronbach alpha sebesar 0,764, berarti pertanyaan pada kuesioner dinyatakan sangat reliable. 3. Instrumen Kepatuhan Diet Instrumen Inst rumen kepatuhan berdasarkan berdasarkan penelitian Dody (2016). (2016). Untuk pengukuran kepatuhan kepatu han diet Selalu Selalu (SL) : Dilakukan Dilakukan 5 - 7 x dalam seminggu seminggu Sering (SR) (SR) : Dilakukan 1- 4 x dalam seminggu Kadang-Kadang (KK) : Dilakukan 2- 2 x dalam dal am se semi mingg nggu u Ti Tida dak k pe pern rnah ah (T (TP) P) : Ti Tidak dak perna pernah h di dila laku kukan kan.. Kemu Kemudi dian an

 

62

ditent ditentuka ukan n 3 katego kategori ri dengan ketentua ketentuan n sebaga sebagaii beriku berikutt :

maka maka respond responden en

mendapatkan skor : a. Tidak Tidak pat patuh, uh, jik jikaa skor skor ≤43 ≤43

 b. Patuh, jika skor >43 Vali Va lidi dita tass inst instru rume men n ini ini mengg mengguna unaka kan n meto metode de  Alpha-Cronbach, dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Besar r tabel ditentukan sesuai jumlah responden yang diuji dengan tingkat signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,2960. Item instrument diangga dia nggap p valid valid ata atau u relevan relevan jika r hitung> hitung> r tabel tabel yang telah ditentuk ditentukan. an. Uji reliabilitas pada kuesioner ini dilakukan setelah melakukan uji validitas. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa Cronbach alpha sebesar 0,953, berarti pertanyaan  pada kuesioner dinyatakan sangat reliable. reliable.  

4. Instr Instrume umen n Kadar Gula Gula Darah Darah Kadar gula darah pasien diambil melalui hasil pemeriksaan di Rumah Sakit dengan kriteria : a. Baik Baik : 80 80-1 -109 09 mg/d mg/dll  b. Sedang : 110-125 mg/d mg/dll c. Buru Buruk k : ≥1 ≥126 26 mg/d mg/dll

F. Etika Etika Pene Peneliti litian an

 

63

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat izin dari RSUD Kabupaten Bintan untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat izin, barulah melakukan  penelitian dengan menekankan masalah etika. e tika. Penelitian menggunakan mengg unakan etika sebagai  berikut (Nursalam, 2017) : 1.  Informed Consent 

 Informed consent   merupa merupakan kan bentuk bentuk perset persetuju ujuan an antara antara peneli peneliti ti dengan dengan responden respo nden penelitian penelitian dengan memberikan memberikan lembar lembar persetujuan persetujuan..  Informed consent  terseb tersebut ut diberi diberikan kan sebelu sebelum m peneli penelitia tian n dil dilaku akukan kan dengan dengan member memberika ikan n lembar  lembar   persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent  adalah  adalah agar subjek  menger men gerti ti maksud maksud dan tujuan tujuan penelit penelitian ian,, menget mengetahui ahui dampak dampaknya. nya. Jika Jika subjek  subjek   bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati menghormati hak pasien. Beberapa infor informasi masi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur   pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasian, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. 2.  Anonimity ( tanpa nama )

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam lam pe peng nggu guna naan an subj subjek ek pe pene neli liti tian an de deng ngan an ca cara ra ti tida dak k memb member erik ikan an at atau au mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

 

64

 pada lembar pengumpulan data hasil penelitian yang akan disajikan, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. 3. Ke Kera rahas hasiaa iaan n ( confidentiality )

Masa Ma sala lah h ini ini meru merupa paka kan n masa masala lah h et etik ikaa de deng ngan an memb member erik ikan an ja jami mina nan n kerahasiaan keraha siaan hasil hasil penelitian, penelitian, baik informasi informasi maupun masalah-masala masalah-masalah h lainnya. lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

G. Metode Pengumpulan data 1. Data Data Prim Primer er

Data primer didapatkan dari responden yaitu responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan membagikan kuesioner yang terdiri dan pemeriksaan gula darah Lembaran kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi sehingga didapatkan data berupa karakteristik responden, skor dari pengetahuan, skor dari kepatuhan diet dan kadar gula darah pada sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah berikut a. Peneliti Peneliti mengurus mengurus surat izin pengambilan pengambilan data dan penelitian penelitian dari kampus kampus dan kemudian mengajukan izin penelitian ke Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau  b. Setelah mendapatkan izin dari dinas kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,  peneliti mengajukan izin pengambilan data dan penelitian ke RSUD Raja Ahmad Tabib

 

65

c. Setelah Setelah mendapatkan mendapatkan surat surat persetujuan persetujuan dari direktur direktur RSUD Raja Ahmad Tabib, selanjutnya peneliti menentukan waktu penelitian. d. Peneli Peneliti ti menemui menemui penang penanggung gungjaw jawab ab Poli Penyak Penyakit it Dalam Dalam

untuk untuk meminta meminta

 bantuan dan kerja sama dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data tentang pasien DM Tipe 2. e. Peneli Peneliti ti menemu menemuii respond responden en dan menjel menjelask askan an tentan tentang g tuj tujuan, uan, manfaa manfaatt  penelitian kemudian memberikan informed consent . f. Responden Responden yang menyetujui menyetujui dijadikan dijadikan responden responden dalam penelitian, penelitian, diminta diminta untuk menandatangani lembar informed consent.  consent.  g. Peneliti Peneliti melakukan melakukan pembagian pembagian kuesione kuesioner. r. Hasil Hasil kemudian kemudian dicatat dicatat sebagai sebagai data data  penelitian h. Mel Melakuk akukan an

peng pengam ambi billan

data data

pem pemer eriiksaa ksaan n

gul gula

dara darah h

mel elal alui ui

hasi hasill

 pemeriksaan di Rumah Sakit dan hasil kemudian dicatat sebagai data penelitian 2. Data Data S Sek ekun unde derr

Data Da ta se seku kunde nderr meru merupak pakan an da data ta pe penun nunja jang ng ya yang ng di dida dapat patka kan n da dari ri Di Dina nass Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tentang prevalensi Diabetes Mellitus  Mellitus  di Kepulauan Riau dan populasi pasien DM tipe II di RSUD Raja Ahmad Tabib.

H. Teknik Pengolahan Data

Seluruh kuesioner yang dikumpulkan diolah melalui proses dengan tahap sebagai  berikut (Sugiyono, 2016) : a.  Editing 

 

66

Kegiatan Kegiat an pengecekan pengecekan isian isian kuesioner, kuesioner, apakah sudah lengkap Identitas Identitas maupun data responden, serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan  petunjuk.  b. Coding  Pene Penelliti

mel elak akuk ukan an

pem pember berian

kode kode

pada pada

dat data

unt untuk

memu memuda dahk hkan an

 pengelompokan dan klasifikasi. Klasifikasi dilakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka.. c.  Entry Memasukkan data yang telah diberi kode ke perangkat lunak komputer yaitu IBM 25 dan melakukan tabulasi data. d. Tabulating dan komputerisasi Setela Set elah h data data dientr dientry y kemudi kemudian an dilakuk dilakukan an pen pengol golahan ahan data data dan tabula tabulatin ting g dengan menggunakan perangkat lunak komputer 

I. Analisa Data

1. Analis Analisaa Univa Univaria riatt Analisa univariat merupakan analisa terhadap masing-masing variabel. Analisa meng me nggu guna naka kan n

st stat atis isti tik k

de desk skri ript ptif if

komp komput uter eris isas asi. i.

Pres Presen enta tase se

un untu tuk k

be beru rupa pa

di dist stri ribu busi si

masi masing ng-m -mas asin ing g

keseluruhan dengan menggunakan rumus analisa yaitu

pe pers rsen enta tase se

va vari riab abel el

di dini nila laii

se seca cara ra se seca cara ra

 

67

P=F   N

x 100

Keterangan : P : Jumlah persentase F : Frekuensi jumlah jawaban responden untuk setiap alternative jawaban  N : Jumlah responden 2. Biva Bivari riat at Untuk melihat hubungan antara variabel dependent dan variabel independent. Analisis bivariat untuk menguji adanya hubungan menggunakan uji chi square. square. Uji statistik stati stik yang sesuai sesuai adalah adalah melalui melalui perhitungan perhitungan uji chi square selanjutnya ditarik  kesimpulan bila p bila p lebih kecil dari nilai 0,05 ( p<  p< 0,05) maka ada hubungan bermakna antara variabel independen dan variabel dependen dan bila p bila  p lebih besar dari 0,05 (  p> p> 0.05) berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel independen dan variabel dependen.

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Data Um Umum um Responden Responden Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Desember  2020 sampai dengan 11 Januari 2021 dengan cara menjelaskan tujuan dari penelitian dan

 

68

dilanj dilanjut utkan kan dengan dengan membe memberik rikan an angket angket menggu menggunak nakan an kue kuesio sioner ner kepada kepada respon responden den.. Kuesioner ini terdiri dari 43 pertanyaan yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu karakteristik  responden, pengetahuan dan data kepatuhan diet. Dimana kuesioner ini dibagikan kepada 88 or oran ang g resp respon onde den n di Po Poli likl klin inik ik Khus Khusus us Pe Peny nyak akit it Dala Dalam m RSUD RSUD Raja Raja Ahma Ahmad d Ta Tabi bib b Tanjun Tan jungp gpina inang ng yang yang memenu memenuhi hi kriter kriteria ia ik iklus lusii sampel sampel.. Pada Pada bab hasil hasil peneli penelitia tian n ini  berdasarkan analisis analisis univariat dan bivariat. bivariat.

B. Karakteristik Karakteristik Responden Responden

Karakt Kar akteri erist stik ik dari dari 88 orang orang respon responden den yang ter terdir dirii dari dari jenis jenis kelami kelamin, n, umur, umur,  pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan perbulan, lama sudah menderita Diabetes Mellitus, keteraturan minum obat, obat-obat yang didapatkan dan diminum, konsumsi he herb rbal al,, jeni jeniss herba herbal, l, pe pern rnah ah menda mendapa patk tkan an in info form rmas asii DM, DM, su sumb mber er in info form rmas asi. i. Penjelasan dari karakteristik responden ini dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :

Tabel. 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020 NO 1

2

3

Karakteristik Responden Jenis Kelamin a. Lakiaki-L Laki aki  b. Perempuan Total Umur   a. < 45 Tahu ahun  b. 45-60 Tahun c. >60 Tah Tahun Total

Pendidikan

66

f

%

47 41 88

53,4 46,6 100

2 43 43 88

 2,3 48,9 48,9 100

 

69

a.  b. c. d. e.

4

5

6.

7

8

9

10

11

Tida Tidak k Se Seko kola lah h SD SMP SMA Dip Diplo loma ma/S /S1 1 Total Pekerjaan a. Tida Tidak k Beke Bekerj rjaa  b. Pedagang c. TNI/ I/Po Polr lrii d. PNS e. Pe Pega gawa waii Swas Swasta ta Total Penghasilan a. < Rp. Rp. 1 1.8 .800 00.0 .000 00  b. Rp. 1.800.000-Rp. 5.500.00 5.500.000 0 c. > Rp. Rp. 5.50 5.500. 0.00 000P 0PNS NS Total Lama Menderita a. < 5 T Taahun  b. 5-10 Tahun c. > 10 Tahu ahun Total Keteraturan Minum Obat a. Ya  b. Tidak  Total Obat Yang didapat dan diminum a. Metformin dan Glibenklamid Total

Konsumsi Herbal a. Ya  b. Tidak  Total Jenis Herbal a. Daun Daun Beli Belimb mbin ing g  b. Kayu Manis c. Daun aun Sa Sala lam m d. Li Lida dah h Buay Buayaa Total Pe Pern rnah ah Me Men ndap dapat atka kan n In Info form rmas asii a. Ya  b. Tidak  Total

5 25 36 16 6 88

  5,7 28,4 40,9 18,2  6,8 100

5 25 36 16 6 88

45,5 38,6 10,2  4,5 1,1 100

 

40 40 8

45,5 45,5   9,1

88

 100

33 44 11 88

37,5 50,0 12,5 100

76 12 88

86,4 13,6 100

88 88

100 100

12 76 88

13,6 86,4 100

5 4 2 1 12

41,7 33,3 16,7   8,3 100

88 0

100 0

88

100

 

70

12

Sumber Informasi a. TV  b. Koran c. Buku d. Int nter ern net e. Oran Orang g te terd rdek ekat at f. Pe Petu tuga gass Pus Puske kesm smas as Total

25 3 0 0 7 53 88

 

28,4  3,4   0 0 8,0 60,2 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden berjenis kelamin laki-laki (53,4%), hampir separuh umur termasuk kriteria Lansia Awal (43 sampai lebih dari 60 tahun) (48,9%), berpendidikan SMP (40,9%), berpenghasilan
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF