BAB I PENDAULUAN Peran Perawat

July 5, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download BAB I PENDAULUAN Peran Perawat...

Description

 

 

MAKALAH FARMAKOLOGI TENTANG PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT

NAMA

:LAN LAN MAULANA YUSUP

PRODI

: D3 KEPERAWATAN KEPERAWATAN UMUM

TINGKAT

: 1 (SATU)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2016/2017

 

  KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan  pertolongan

makalah Dia

ini

mungkin

dengan

penuh

penyusun

kemudahan.Tanpa

tidak

akan

sanggup

menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang pendidikan “FARMAKOLOGI “FARMAKOLOGI”” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Namun dengan  penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang tentang “PERAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN

OBAT,VAKSIN

DAN

VITAMIN



untuk

mempertahankan dan mengisi serta kebersamaan sudah mulai terlupakan dizaman sekarang ini. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi  pembaca. Semoga

makalah

ini

dapat

memberikan

wawasan

dan

 pengetahuan yang lebih luas k kepada epada pembaca dan penyusun juga atas saran dan kritikannya.

Bandung, juli 2017

 

BAB I PENDAULUAN

A.  Latar Belakang Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat - obatan yang aman. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia (DOI), Physicians’  Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia, seperti ahli Physicians’  farmasi, harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan. Sebelum sesuatu obat diberikan atau dikonsumsi seseorang, obat telah melalui berbagai proses antara lain proses penyediaan, pengolahan,  pengijinan, perdagangan, pengorderan, pemblian dan pemakaian. Pada aspek  pemberian obat, perawat harus yakin tentang order pengobatan yang dibuat oleh dokter sehingga tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dan pelaksanannya. B.  Tujuan 1.  Agar seorang perawat mengetahui peran apa saja yang harus dimiliki dalam pemberian. 2.  Supaya perawat dapat menghargai hak-hak pasien dalam pemberian obat. 3.  Agar seorang perawat tidak salah lagi dalam pemberian obat. 4.  Agar perawat memahami apa saja yang perlu di perhatikan dalam  pemberian obat. 5.  Untuk memenuhi tugas dari dosen

 

BAB II PEMBAHASAN

A.  Peran Perawat dalam Pemberian obat Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga mengobservasi mengobservasi respon klien terhadap  pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam dalam pengambilan keputusa keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat. a.  Prinsip Pemberian Obat 1.  Pasien yang Benar Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya. identitas nya. 2.  Obat yang Benar Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksaa tiga kali. diperiks kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

 

3.  Dosis yang Benar Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. 4.  Cara/Rute Pemberian yang Benar Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi. a.  Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat  juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN  b.  Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset /  perinfus). c.  Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata. d.  Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria e.  Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen. 5.  Waktu yang Benar Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu sa tu  jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak ti dak  boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian  besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan  pada lambung misalnya asam mefenamat.

 

6.  Dokumentasi yang Benar Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat.  b.  Cara Penyimpanan Obat 1.  Suhu Suhu adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara  penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 –  2 –   10°C, vaksin cacar air harus < 5°C. 2.  Posisi Pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci. 3.  Kedaluwarsa, Dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari  bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak. c.  Hak Klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat 1.  Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat. Hak ini adalah  prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan informasi (informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat keputusan. 2.  Hak klien untuk menolak pengobatan. Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika tetap menolak, perawat perawat wajib mendokumentasikan pada catatan perawatan dan melapor melapor kepada dokter yang menginstruksikan. d.  Kesalahan dalam Pemberian Obat Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang salah. Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang  bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau  perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.

 

e.  Pendidikan Kesehatan Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga. Pendidikan Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi tentang penyakit kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan peberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara minum obat waktu dan dosis. f.  Peran dalam Mendukung Keefektifitasan Obat Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat. Pemberian Pemberian obat tidak boleh dipandang sebagai  pengganti perawatan, karena upaya kesehatan tidak dapat terlaksana dengan  pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan. Ada berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi keefektifitasan obat yang diberikan kepada pasien. Namun, laporan langsung yang yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan digunakan pada  berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk bertanya langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan. g.  Peran dalam Mengobservasi Efek Samping dan Alergi Obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini,  perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan efek samping yang dapat terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang menimbulkan keracunan memerlukan tindakan segera misalnya dengan memberikan obat-obatan emergensi, menghentikan obat yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter. Perawat harus memberitahu pasien yang memakai/ minum obat di rumah mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada dokter atau perawat. Setiap pasien mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap obat. Beberapa Beberapa pasien dapat mengalami alergi terhadap obat-obat tertentu. Perawat mempunyai mempunyai peran penting untuk mencegah terjadinya alergi pada pasien akibat pemberian obat. Data tentang alergi harus diperoleh sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat kesehatan.

 

h.  Trend Issue Pengobatan Pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati tanaman untuk pengobatan herbal secara alami berdasarkan praktik empiris di Indonesia semakin meningkat. Pengobatan dengan bahan alami digunakan berdasarkan praktis empiris seperti pencegahan penyakit, meningkatkan kesehatan, penyembuhan  penyakit dan sebagai kosmetik. Brotowali, Kumis Kucing, Buah Merah, dan Temulawak merupakan sedikit dari beragam jenis tumbuhan asli Indonesia yang diketahui dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti diare, darah tinggi, diabetes, hiperkolesterorl, hepatitis, asam urat, asma, batu ginjal, reumatik, batu empedu, keputihan, hingga obesitas. Pemanfaatan tanaman asli Indonesia sebagai bahan pengobatan modern merupakan usaha yang terus harus dilanjutkan untuk untuk menjadikan Indonesia Indonesia tuan rumah dari pengobatan herbal, Pemanfaatan bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan untuk obat pun sudah diatur dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang pengawasan pemasukan bahan baku obat tradisional. B.  Obat kardiovaskuler dan saluran pernafasan 1.  Obat kardiovaskuler a.  Glikosida Jantung Glikosida jantung meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium dan menurunkan konduktivitas di atrioventricular (AV) node. node. Digoksin adalah glikosida jantung yang paling banyak digunakan.Glikosida jantung  bermanfaat untuk pengobatan takikardi supraventrikel, terutama untuk mengontrol respon ventrikular pada fibrilasi atrium yang menetap. Digoksin memiliki peran yang terbatas dalam mengatasi gagal jantung kronik pada anak. Pada tata laksana fibrilasi atrium, dosis penunjang glikosida jantung  biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan ventrikel pada saat istirahat yang seharusnya tidak boleh turun di bawah 60 denyut per menit kecuali dalam keadaan khusus, misalnya pada pemberian bersama beta-bloker. Digoksin dapat diberikan secara intravena, munculnya respons tetap memerlukan waktu beberapa jam, gejala takikardi yang menetap bukan merupakan suatu indikasi untuk pemberian dosis melebihi yang dianjurkan. Tidak dianjurkan pemberian secara intra-muskular. Pada pasien dengan gagal  jantung ringan, dosis muatan (loading dose)  dose)  tidak diperlukan, dan kadar digoksin dalam plasma yang diharapkan dapat dicapai dalam waktu sekitar satu minggu dengan dosis sebesar 125  –   250 mcg dua kali sehari, yang kemudian dapat diturunkan.

 

  Efek y yang ang tidak diinginkan bergantung pada kadar glikosida jantung jantung dalam plasma dan bergantung juga pada sensitivitas dari sistem konduksi atau miokardium, yang sering meningkat pada penyakit jantung. Kadang-kadang sulit untuk membedakan antara efek toksik obat atau perburukan kondisi klinis karena gejalanya mirip. Selain itu, kadar plasma saja tidak dapat menandakan adanya toksisitas namun hampir dapat dipastikan terjadi  peningkatan risiko toksisitas jika kadar digoksin di goksin dalam plasma mencapai m encapai 1,53 mcg/L. Glikosida jantung harus digunakan dengan sangat hati-hati pada lansia karena meningkatnya risiko terjadi toksisitas digitalis pada kelompok  pasien tersebut. 1.  DIGOKSIN Indikasi: Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama fibrilasi atrium) Peringatan:

Infark jantung baru; sindrom penyakit sinus; penyakit tiroid; kurangi dosis  pada usia lanjut (lihat lampiran 3); hindari hipokalemia dan pemberian intravena yang sangat cepat (nausea dan risiko aritmia); gangguan fungsi ginjal; kehamilan (lihat lampiran 2). Interaksi:

Digoksin dapat diadsorpsi bila diberikan bersama kolestiramin, kolestipol, kaolin/pektin atau karbo-adsorbens. Karena itu pemberian digoksin harus  berjarak paling sedikit 2 jam sebelum atau sesudah pemberian obat-obat di atas. Pemberian bersama kinidin menaikkan kadar digoksin plasma sampai sekitar 70-100%. Hal tersebut diperkirakan karena kinidin mengurangi klirens ginjal dan volume distribusi digoksin (terjadi perpindahan digoksin dari otot skelet). Dengan demikian dosis digoksin harus dikurangi sampai 50% dan dilakukan pemantauan kadar digoksin plasma. Verapamil, suatu antagonis kalsium menunjukkan interaksi yang sama dengan kinidin. Obat antiaritmia yang lain seperti prokainamid, disopiramid, dan meksiletin tidak menunjukkan interaksi seperti kinidin, lihat lampiran 1 (Glikosida  jantung). Kontraindikasi:

Blok jantung komplit yang intermiten; blok AV derajat II; aritmia supraventrikular karena sindrom Wolf-Parkinson-White Wolf-Parkinson-White;; takikardi atau fibrilasi ventrikular; kardiomiopati obstruktif hipertrofik.

 

Efek Samping:

Biasanya karena dosis yang berlebihan, termasuk anoreksia, mual muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capai, mengantuk, bingung, pusing; depresi; delirium, halusinasi; aritmia, blok  jantung; rash yang jarang; iskemi i skemi usus; ginekomastia pada pemakaian jangka  panjang; trombositopenia. Dosis:

oral, untuk digitalisasi cepat: 1-1,5 mg/24 jam dalam dosis terbagi; bila tidak diperlukan cepat: 250 - 500 mcg sehari (dosis lebih tinggi harus dibagi). Dosis penunjang, 62,5 – 500 500 mcg sehari tergantung pada fungsi ginjal, dan  pada fibrilasi atrial, pada respon denyut jantung. Dosis penunjang biasanya  berkisar 125 – 250 250 mcg/hari (pada usia lanjut 125 mcg/hari). Pada keadaan gawat darurat/akut, dosis muatan diberikan secara infus intravena, 250 – 500 500 mcg dalam 15 – 20 20 menit, diikuti dengan sisanya dalam dosis terbagi tiap 4-8 jam (tergantung dari respon jantung) sampai total dosis muatan 0,5 – 1 mg tercapai. Bila memungkinkan dilakukan monitoring kadar  plasma digoksin, sampel darah diambil paling sedikit 6 jam setelah suatu dosis diberikan. 2.  DIGITOKSIN Indikasi:

gagal jantung, aritmia supraventrikular, terutama fibrilasi atrium Peringatan:

lihat pada digoksin Interaksi:

lihat pada digoksin Kontraindikasi:

lihat pada digoksin Efek Samping:

lihat pada digoksin

 

Dosis:

Penunjang, 100 mcg sehari atau 2 hari sekali; bila perlu dapat dinaikkan sampai 200 mcg sehari Keterangan:

Alkaloid lain dari digitalis yang mempunyai khasiat sama dengan digoksin,  bedanya digitoksin lebih larut dalam lemak dibanding dengan digoksin. Bioavailabilitas oral digitoksin mendekati 100%, waktu paruhnya 4-7 hari, dan volume distribusinya 0,6 liter/kg. Indikasi, efek samping, dan interaksinya tidak jauh berbeda dengan digoksin.

 b. Penghambat Fosfodiesterase Obat-obat dalam golongan ini (milrinon dan enoksimon) merupakan  penghambat enzim fosfodiesterase yang selektif bekerja pada jantung. Manfaat yang terlihat setelah pemberian adalah kondisi hemodinamik yang stabil, namun tidak terbukti memberikan manfaat terhadap kemampuan  bertahan hidup. Obat ini memiliki kerja inotropik positif dan vasodilatasi dan  bermanfaat bagi bayi atau anak-anak dengan curah jantung rendah terutama setelah operasi jantung. Penghambat fosfodiesterase harus dibatasi hanya untuk penggunaan jangka pendek karena pemberian jangka panjang menyebabkan peningkatan mortalitas pada orang dewasa dengan gagal  jantung kongestif.

1. MILRINON Indikasi:

gagal jantung akut, setelah bedah jantung; pengobatan jangka pendek gagal  jantung berat yang tidak responsif terhadap pengobatan konvensional (tidak segera setelah infark miokard). Peringatan:

gagal jantung karena kardiomiopati hipertrofik, katup jantung stenotik atau obstruktif atau keadaan obstruksi lainnya; perlu pemantauan tekanan darah, frekuensi jantung, EKG, tekanan vena sentral, status cairan dan elekrolit ,  jumlah trombosit, fungsi hati dan ginjal; koreksi hipokalemia; kurangi dosis  pada gangguan fungsi ginjal; hindari terjadinya ekstravasasi; kehamilan dan menyusui.

 

  Efek Samping:

denyut ektopik, takikardi ventrikular atau aritmia supraventrikular (lebih mudah pada pasien aritmia); hipotensi; nyeri dada; sakit kepala; insomnia, mual dan muntah; diare; kadang-kadang menggigil, oliguria, demam, retensi urin, nyeri di lengan dan tungkai, nyeri dada, tremor, bronkhospasme, anafilaksis dan rash rash.. Dosis:

injeksi intravena lambat (selama 10 menit), diencerkan terlebih dahulu, 50 mcg/kg bb diikuti dengan infus intravena  intravena  0,37-0,75 mcg/kg bb/menit  biasanya sampai 12 jam setelah bedah jantung atau selama 48-72 jam pada gagal jantung kongestif, dosis maksimal sehari 1,13 mg/kg bb. 2.  AMRINON Keterangan:

Tidak dibahas di sini karena selektivitasnya lebih rendah, dan efek sampingnya lebih banyak dibanding milrinon, juga potensinya 1/10 kali milrinon dan menyebabkan trombositopenia pada 10% pasien (pada milrinon  jarang terjadi) C. OBAT SALURAN PERNAFASAN a. Obat –  Obat –  Obat  Obat Asma, Bronchitis dan Emfisema Paru 1.  Asma (asthma bronchiale) atau bengek adalah suatu penyakit alergi kronis yang berciri serangan sesak napas akut secara berkala yang disertai batuk dan hipersekresi dahak, dimana pasien tidak menunjukkan suatu gejala. Pada serangan yang hebat, penyaluran udara ke darah sedemikian lemah sehingga  penderita membiru membiru kulitnya (cyanosis). Sebaliknya Sebaliknya pengeluaran nafas dipersulit dengan meningkatnya kadar CO2 dalam darah.Serangan asma  biasa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam dan dapat diatasi dengan pemberian obat secara inhalasi atau oral, tetapi dalam keadaan gawat perlu diberi suntikan Adrenalin, Teofilin dan atau hormon kortikosteroida. Umumnya Umumnya jenis asma yang bersifat alergi sudah dimulai dari masa kanak –  kanak  –  kanak   kanak dan didahului oleh gejala alergi lain, khusunya ekzema. Faktor keturunan memegang pernana penting pada terjadinya sama. Pasien asma memiliki kepekaan terhadap infeksi saluran napas, akibatnya dalah  peradangan  peradanga n bronchi yang dapat menimbulkan menimbulkan serangan serangan asma.

 

2.  Bronchitis kronis berciri batuk menahun dan banyak mengeluarkan sputum (dahak), tanpa sesak napas ringan. Disebabkan oleh infeksi virus pada saluran  pernapasan,  pernapasa n, terutama oleh Haemophilus influenza atau Streptococcus  pneumoniae. Pengobatan Pengobatan biasanya denga dengan n antibiotik selama minimal 10 hari, agar infeksi tidak kambuh. Obat pilihannya adalah Amoksisilin, Eritrosin, Sefradin dan Sefaklor yang berdaya bakterisid terhadap antara lain bakteri  –    bakteri di atas. 3.  Emfisema paru (pengembangan) berciri sesak napas terus menerus yang menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga dan seringkali dengan perasaan letih dan tidak t idak bergairah. Penyebabnya adalah bronchitis kronis dengan batuk menahun, serta asma.

 b.  Pengobatan 1.  Terapi serangan akut Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang bronchi. Sebagai obat piligan ialah Salbutamol atau Terbutalin, sebaiknya secara inhalasi (efek 3  –   5 menit). Kemudian dibantu dengan Aminophillin dalam bentuk suppositoria. Obat lain ialah Efedrin dan Isoprenalin, dapat diberikan sebagai tablet, hanya saja efeknya  baru kelihatan setelah kurang lebih l ebih 1 jam. Inhalasi dapat diulang setelah 15 menit sebelum memberikan efek. Bila yang kedua ini juga belum memberikan efek, perlu diberikan suntikan i.v. Aminophillin atau Salbutamol, Hidrokortison atau Prednison. Sebagai tindakan akhir dengan Adrenalin i.v. 2.  Status asmathicus asmathicus Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Ini disebabkan oleh blokade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas. Pengobatan dengan suntikan i.v. Salbutamol atau Aminophillin dan Hidrokortison dosis tinggi (200  –   400 mg/jam sampai maksimum 4 gram sehari). 3.  Terapi pencegahan pencegahan Dilakukan dengan pemberian bronchodilator misalnya Salbutamol, Ipratropium atau teofillin, bila karena alergi perlu ditambahkan Ketotifen. 4.  Penggolongan Obat –  Obat –  Obat  Obat Asma a.  Antialergika Adalah zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak  pecah dan melepaskan melepaskan histamin. histamin. Obat ini sangat sangat berguna untuk mencegah mencegah serangan asma dan rhinitis alergis (hay fever).  b.  Bronchodilator Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga memberikan efek bronkodilatasi.

 

Termasuk kedalamnya adalah : 1.  Adrenergika Khususnya ββ-2 simpatomimetika (β-2-mimetik), (β-2-mimetik), zat ini bekerja selektif terhadap reseptor β-2 β-2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor ββ-1 (stimulasi jantung). Kelompok β-2-mimetik β -2-mimetik seperti Salbutamol, Salbutamol, Fenoterol, Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sefangkan yang bekerja terhadap reseptor ββ -2 dan β-1 β-1 adalah Efedrin, Isoprenalin, Adrenalin, dll. 2.  Antikolinergika (Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium.) Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan kolinergik. Bila reseptor β-2 β-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem kolinergik menjadi dominan, segingga terjadi penciutan bronchi. Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot polos  bronchi sehingga aktivitas saraf adrenergik adrenergik menjadi dominan, dengan efek  bronchodilatasi. Efek samping : tachycardia, tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi, sukar kencing, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian inhalasi. 3.  Derivat xantin (Teofilin, Aminofilin dan Kolinteofinilat) Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim fosfodiesterase. Selain itu, Teofilin juga mencegah pengingkatan hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi dengan Efedrin praktis tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan efek tachycardia diperkuat. Oleh karena itu, kombinasi tersebut dianjurkan. 4.  Antihistaminika (Ketotifen, Oksatomida, Tiazinamium dan Deptropin) Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah  bronchokonstriksi. Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedatif. 5.  Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Deksametason, Betametason) Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor ββ2, melawan efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutama  pada serangan asma akibat infeksi virus atau bakteri. Penggunaan Penggunaan jangka lama hendaknya dihindari, berhubung efeksampingnya, yaitu osteoporosis,  borok lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping dapat dikurangi dengan pemberian inhalasi.

 

5.  Obat Obat –   –  obat  obat tersendiri a.  Teofilin Indikasi

: Asma bronkial, bronchitis asmatic knonis, emfisema emfisema

Mekanismee kerja Mekanism

: Spasmolitik otot polos polos khusuanya p pada ada otot bronchi, bronchi, stimulasi

 jantung, stimulasi SSP dan pernafasan serta diuretik. Berdasarkan efek stimulasi  jantung, obat juga dugunakan pada sesak napas karena kelainan jantung (asthma cardial). Kontra indikasi : Penderita Penderita tukak tukak lambung lambung yang yang ak aktif tif dan yang mempuny mempunyai ai riwayat penyakit kejang. Efek samping : Penggunaan pada dosis tinggi dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri epigastrik, diare, sakit kepala, insomnia, kejang otot, palpitasi, tachycardia,, hipotensi, aritmia, dll. tachycardia Interaksi obat : S Sinergisme inergisme toksis dengan Efedrin, kadar dalam serum meningkat dengan adanya Simetidin, Alupurinol. Kadar dalam serum menurun dengan adanya Fenitoin, kontasepsi oral dan Rifampisin Sediaan

: Tablet, elixir, rectal, injeksi

 b.  Aminofilin Indikasi : Pengobatan dan profilaksis spasme bronchus yang berhubungan dengan asma, emfisema emfisema dan bronchitis kronik. Efek samping

: Iritasi gastro intestinal, tachycardia, tachycardia, palpitasi dan hipotensi

Interaksi obat : Kadar dalam plasma meningkat dengan adanya Simetidin, Simetidin , Alupurinol dan Eritromisin. Sediaan

: Injeksi, tablet

c.  Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksam Deksametason, etason, Triamnisolon) Indikasi : Obat ini hanya diberikan pada asma yang parah dan tidak dapat dikendalikan dengan obat –  obat  –   obat obat asma lainnya. Pada status asmathicus diberikan per i.v. dalam dosis tinggi. Efek samping : Pada penggunaan yang lama berakibat osteoporosis, osteoporo sis, moonface,, hipertricosis, impotensi dan menekan moonface menekan fungsi ginjal. Pemakaian inhalasi efektivitasnya diperbesar dan penekanan terhadap anak ginjal diperingan.

 

Interaksi obat : Efeknya memperkuat memperkuat adrenergika dan Teofilin serta mengurangii sekresi dahak. mengurang Dosis : Pemberian dosis besar maksimum 2 –  3  3 minggu per oral 25 mg –  mg  –   40 mg sesudah makan pagi, setiap hari dikurangi 5 mg. Untuk pemeliharaan 5 mg –  mg –  10 mg Prednison setiap

48 jam, atau Betametason Betametason

½ mg setiap hari.

d. Beta adrenergik (efek terhadap ββ-1 dan β-2) β-2) Indikasi : Serangan asma hebat (injeksi s.c.) Pemakaian per oral tidak efektif, sebab terurai oleh asam lambung. Efek samping

:

Shock jantung, gelisah, gemetar gemetar dan nyeri kepala

Interaksi obat : Kombinasi dengan Fenobarbital dimaksudkan dimaksudkan untuk efek sedatif supaya penderita tidak cemas / takut. Sediaan

:

Injeksi

Kontra indikasi

: Hipertiroidism Hipertiroidismee

Efek samping

: Tremor, palpitasi, pusing

Sediaan

: Tablet, inhalasi

Per oral efeknya cepat setelah 15 menit dengan lama kerja 6 jam Mekanismee kerja : Dapat mem Mekanism memblokir blokir reseptor histamin dan dan menstabilisasi menstabilisasi mastcell. mastcell. Kontra indikasi : tipe 1, hipertensi biasanya menandakan menandakan adanya nefropati akibat diabetes. Penghambat ACE (atau antagonis reseptor angiotensin II) mempunyai  peranan khusus pada tatalaksana nefropati akibat diabetes; pada pasien diabetes tipe 2 penghambat penghambat ACE (atau antagonis antagonis reseptor reseptor angiotensin angiotensin II) dapat dapat menunda menunda  perkembangan kondisi mikroalbuminuria  perkembangan mikroalbuminuria menjadi nefropati. Pengh Penghambat ambat ACE dapat dapat dipertimbangkan penggunaannya untuk anak-anak dengan diabetes dan mikroalbuminemia mikroalbumine mia atau penyakit ginjal proteinuria.

 

D. SALURAN PENCERNAAN Untuk mengetahui permasalahan pencernaan dan memilih obat yang tepat kita  perlu mengenal mengenal juga sistem pencernaan kita. Adapun sis sistem tem pencernaan pencernaan (mulai dari dari mulut sampai anus)  berfungsi berfungsi sebagai berikut : menerima menerima makanan memecah makanan makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan) menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh Saluran  pencernaan  pencerna an terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus  besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan pencernaan juga m meliputi eliputi organ-organ yang terletak terletak diluar saluran pencernaan, pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. 1.  Jenis-Jenis Obat Pencernaan Obat pencernaan jenis antasida dan antiulserasi Biasanya obat  pencernaan  pencernaa n jenis antasida dan antiulserasi untuk mengobati ulkus/luka/tukak yang terjadi pada pada saluran cerna seperti : Ulkus duodenalis/ulkus duodenum, merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum (usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung. Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas lambung. Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus. Regurgitasi berulang dari asam lambung ke dalam kerongkongan bagian bawah bisa menyebabkan peradangan (esofagitis) dan ulkus esofagealis. Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan. Juga hiperasiditas (keasaman berlebih) dan kondisi hipersekresi asam lambung oleh penyakit ( sindroma Zolinger Ellison, mastositosis sistemik). Obat pencernaan jenis regular GIT , antifatulen dan anti inflamasi Regular GIT (gastrointestinal) adalah obat pencernaan ditujukan untuk menghentikan gangguan motilitas/pergerakan motilitas/pergerakan dari gastro intestinal. Antiflatulen adalah obat mengatasi gas yang berlebihan pada sistem  pencernaan  pencernaa n seperti pada meteorisme meteorisme.Obat .Obat pencernaan pencernaan jenis ini juga biasanya digunakan untuk mengatasi mual atau muntah. Obat pencernaan jenis antispasmodik Obat pencernaan pencernaan jenis ini digunakan unutk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya. Obat diare (obat sakit perut) Obat pencernaan jenis ini diunakan untuk diare non spesifik artinya diareyang tidak dikethaui penyebabnya. Obat  pencernaan jenis ini digunakan pada masalah sembelit atau sulit bang air besar dengan cara melembekkan feses atau merangsang untk melakukan defikasi. Obat  pencernaan  pencernaa n jenis digestan di gestan Obat pencernaan jenis ini biasanya berisi enzim-enzim atau campurannya yang berguna untuk memperbaiki fungsi pencernaan. Obat  pencernaan  pencernaa n jenis kolagogum, kolagogum, kolelitolitik dan hepati protektor Pada obat  pencernaan  pencernaa n golongan ini tidak langsung berkaitan dengan saluran cerna tetapi lebih kepada fungsi hati dan empedu yang bermasalah. Obat pencernaan untuk hemoroid Obat pencernaan golongan ini untuk permasalahan pada anus yaitu hemoroid/wasir atau luka

 

E. VITAMIN Vitamin adalah senyawa kimia yang tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, tetapi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Tubuh memerlukan vitamin dengan jumlah sedikit, tetapi terus-menerus. Vitamin berfungsi untuk  pertumbuhan sel, mengatur, dan memperbaiki memperbaiki fungsi alat tubuh, serta mengatur  penggunaan makanan dan dan energi.

1.  Fungsi Vitamin Secara Umum Ada banyak jenis-jenis vitamin yang memiliki fungsi-fungsi tersendiri, untuk kali ini kita akan memberikan fungsi vitamin secara umum. Fungsi vitamin secara umum antaralain sebagai berikut: a.   b.  c.  d.  e. 

Mengatur zat dalam tubuh Berfungsi menguatkan gigi dan tulang t ulang Mempercepat Pertumbuhan Memperkuatt daya tahan tubuh terhadap penyakit Memperkua Mempercepat proses dalam penyembuhan penyakit

f.  g.  h.  i.   j. 

Menjaga dan meningkatkan kebugaran tubuh Memperlambat dalam proses penuaan Membangun sistem kekebalan tubuh atau sistem imun Menjaga tubuh tetap segar dan menghilangkan rasa capek Vitamin juga diperkirakan berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi biokimia tubuh

2.  Fungsi, Sumber dan Jenis-Jenis Vitamin Beberapa macam vitamin yang telah diketahui fungsi dan sumber-sumber dari berbagai macam atau jenis vitamin tersebut antaralain sebagai berikut... a. Vitamin A (Retinol) Vitamin A adalah vitamin yang berperan penting untuk menjaga dan merawat kecantikan kulit agar tetap licin dan halus. Fungsi lain yang sangat penting adalah untuk  pertumbuhan tubuh dan menjaga menjaga kesehatan kesehatan mata. Vitamin Vitamin A banyak banyak terdapat pada wortel, sayuran hijau, ubi jalar, labu siam, avokad, dan semangka. Sumber vitamin A dari makanan masih berupa provitamin A. Selanjutnya, di dalam organ hati, provitamin A diubah menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan rabun senja dan Xeroftalma Penyakit xeroftalmia menyebabkan mata mata mengering sehingga dapat mengakitbatkan mengak itbatkan kebutaan.

 

 b. Vitamin B1 (Tiamin) (Tiamin) Vitamin B1 merupakan salah satu vitamin yang penting bagi tubuh. Fungsi vitamin ialah menambah nafsu makan serta mengatur fungsi alat-alat pencernaan dan fungsi saraf. Sumber vitamin B1 yang terbaik ialah biji-bijian yang masih memiliki kulit ari, kecambah, gandum, ragi, dan kacang-kacangan kering. Kekurangan vitamin B1 akan menimbulkan gangguan pada saraf, mudah lelah, pencernaan kurang sempurna, serta menyebabkan menyeba bkan penyakit beri-beri.

c. Vitamin B2 (Riboflavin) Vitamin B2 berperan penting pada pertumbuhan tubuh, menjaga kesehatan kulit, menjaga kesehatan rambut, menjaga kesehatan rambut, menjaga kesehatan kuku, dan membantu  proses metabolisme metabolisme karbohidrat sehingga mem memperoleh peroleh energi. Sumber vitamin B2 adalah susu, kacang-kacangan, kacang-kacangan, telur, dan ragi.

d. Vitamin B6 (Piridoksin) Vitamin B6 berfungsi dalam pertumbuhan tubuh, menjaga kesehatan kulit dan rmabut, mengurangi rasa mual dan meredakan mabuk perjalanan, mengurangi kejang lengan, serta mencegah pelagra atau kulit kasar (meradang). Sumber vitamin B6 ialah biji-bijian yang masih memiliki kulit ari, jagung, ikan, dan ragi. Kekurangan vitamin B6 mengakibatkan mengak ibatkan pelagra, susah tidur, mudah tersinggung, dan depresi.

e. Vitamin B12 (Sianokobalamin) (Sianokobalamin) Vitamin B12 berperan dalam proses pembentukan sel-sel darah merah serta memperbaiki daya konsentrasi. Sumber vitamin B12 meliputi hati, daging, dan telur. Kekurangan vitamin B12 akan menyebabkan anemia, kelelahan, dan gangguan kulit.

f. Vitamin C (Asam Askorbat) Vitamin C berperan dalam proses penyembuhan infeksi serta menanggulangi alergi dan skorbut. Sumber vitamin C, antara lain jeruk, tomat, nanas dan sayuran segar. Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan gusi berdarah, proses penyembuhan luka terhambat, nyeri pada persendian, dan daya tahan terhadap infeksi yang rendah.

 

g. Vitamin D Vitamin D sangat diperlukan dalam proses pembentukan tulang dan memperkuat rangka. Sumber vitamin D, antara lain minyak ikan, kuning telur, susu, mentega, dan ikan laut. Sumber vitamin D dari makanan masih berupa provitamin D. Sinar matahari akan membantu mengubah provitamin D menjadi vitamin D dipermukaan kulit. Kekurangan vitamin D menyebabkan pertumbuhan terhambat, kaki bengkok, gigi keropos, dan kejang otot.

h. Vitamin E (Tokoferol) Vitamin E berfungsi mencegah keguguran, kemandulan, dan perdarahan. Sumber vitamin E berupa kecambah biji-bijian, minyak zaitun, dan minyak kelapa. Kekurangan vitamin E menyebabkan gangguan pada otot dan kemandulan

i. Vitamin K (Filokuinon) Vitamin K berperan pada proses pembekuan darah ketika terjadi t erjadi luka. Vitamin K banyak terdapat pada sayuran hijau, kedelai, dan tomat. Kekurangan vitamin K menyebabkan darah sukar membeku. Vitamin adalah senyawa kimia yang tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, tetapi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Tubuh memerlukan vitamin dengan jumlah sedikit, tetapi terus-menerus. Vitamin berfungsi untuk pertumbuhan sel, mengatur, dan memperbaiki fungsi alat tubuh, serta mengatur penggunaan makanan dan energi. F. VAKSIN Vaksin atau Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi. Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum (oral). Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh kemasukan virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya akan membentuk imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut. Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit-penyakit menular yang bahkan bisa membahayakan jiwa. Di Indonesia, imunisasi bayi dan anak dikelompokkan menjadi dua. Kelompok   pertama  pertama berisi jenis imunisasi yang diwajibkan di wajibkan oleh pemerintah melalui program pengembangan imunisasi (PPI). Kelompok imunisasi yang diwajibkan ini dibiayai seluruhnya oleh pemerintah. Oleh karena itu vaksin-vaksin tersebut bisa diperoleh masyarakat luas secara gratis di Puskesmas dan Posyandu. Kelompok kedua adalah vaksin-vaksin yang dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis vaksin dalam kelompok ini belum diwajibkan pemerintah.

 

Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan bisa didapat secara gratis di Puskesmas Puskesmas atau Posyandu: Jenis Vaksin 

Keterangan 

BCG 

Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin) Guerin) dapat diberikan sejak lahir. Imunisasi ini betujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap  penyakit tubercolocis (TBC).  (TBC).  Apabila vaksin BCG akan diberikan  pada bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG boleh diberikan apabila hasil tuberkulin negatif. 

Hepatitis B 

Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12  jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6 bulan. Jarak antara dua imunisasi Hepatitis B minimal 4 minggu. Imunisasi ini untuk  mencegah  mencegah penyakit Hepatitis B. 

Polio 

Imunisasi Polio diberikan untuk mencegah poliomielitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan.  Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit

DPT 

Campak  

difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Ketiga penyakit ini sangat mudah menyerang bayi dan anak. Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur lebih dari 6 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara simultan (bersamaan) dengan vaksin Hepatits B. Ulangan DPT diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat vaksin TT (tetanus) melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).   Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada usia 6 tahun melalui program BIAS.  

 

BAB III  KESIMPULAN  

A.  Kesimpulan Dalam pemberian obat kita selaku perawat harus teliti ada prinsif 6B yang bisa jadi  panduan untuk kita selaku perawat selain itu kita tidak boleh mengacuhkan mengacuhkan hak pasien karena sudah dijelaskan tadi diatas pasien pun memiliki hak haknya yang harus kita  penuhi,  Penyakit obstruktif paru meliputi asma, mvisema dan penyakit paru obsruktif  paru kronis (PPOK), yang menyebabkan menyebabkan obstruksi jalan napas utama, dan sindrom gawat napas (RDS) yang menyebabkan obstruksi di tingkat alveolus. Obat-obat yang digunakan untuk mengobati asma dan PPOK adalah obat yang menghambat implamasi dan obat yang mendilatasi bronkus. Untuk mengetahui permasalahan pencernaan dan memilih obat yang tepat kita perlu mengenal juga sistem pencernaan kita. Adapun sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus)   berfungsi berfungsi sebagai berikut : menerima makanan memecah memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan) menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus’ Vitamin adalah  adalah   senyawa kimia yang tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, tetapi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Tubuh memerlukan vitamin dengan jumlah sedikit, tetapi terus-menerus. Vitamin  berfungsi untuk pertumbuhan sel, mengatur, dan memperbaiki memperbaiki fungsi alat tubuh, serta mengatur penggunaan makanan dan energi. Conto obat cardio diantaranya Glikosida  jantung meningkatkan meningkatkan kekuatan kontraksi kontraksi miokardium miokardium dan menurunkan menurunkan konduktivitas konduktivitas di atrioventricular (AV) node. node. Digoksin adalah glikosida jantung yang paling banyak digunakan.Glikosida jantung bermanfaat untuk pengobatan takikardi supraventrikel, terutama untuk mengontrol respon ventrikular pada fibrilasi atrium yang menetap. 

Vaksin atau Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi. Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum (oral). Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh kemasukan virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya akan membentuk imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.

 

DAFTAR PUSTAKA

  Buku ajaran FARMAKOLOGI ajaran FARMAKOLOGI KEPERAWATAN edisi 2 pengarang

o

Amy M.karch penerbit buku kedokteran . http://pionas.pom.go.id/ioni/pedoman-umum     http://pionas.pom.go.id/ioni/pedoman-umum

o

o

http://vintamedia.com  pengelolaan  pengelolaan obat di rumah sakit   http://vintamedia.com https://id.wikipedia.org/wiki/Vaksin   o  https://id.wikipedia.org/wiki/Vaksin

  http://www.academia.edu/12333089/Pengenalan_Obat_Autakoid_Anti

o

 _Parasit_Vitamin

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF