Bab I Pendahuluan
July 7, 2019 | Author: anna mutia fildzah | Category: N/A
Short Description
Download Bab I Pendahuluan...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita. 1 Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Hal ini karena masih tersebarnya nyamuk Aedes aegypti (penular penyakit DBD) di seluruh pelosok tanah air, kecuali pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terutama menyerang anak-anak, namun dalam beberapa tahun terakhir cenderung semakin banyak dilaporkan kasus DBD pada orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan panas tinggi mendadak disertai kebocoran plasma dan pendarahan, dapat mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah. Untuk memberantas penyakit ini diperlukan pembinaan peran serta masyarakat yang terus menerus dalam memberantas nyamuk penularnya dengan cara 3 M yaitu : menguras tempat penampungan air (TPA), menutup TPA dan mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan. Cara pencegahan tersebut juga dikenal dengan istilah PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Upaya memotivasi masyarakat untuk melaksanakan 3M secara terus menerus telah dan akan dilakukan Pemerintah melalui kerjasama lintas program dan lintas sektoral termasuk tokoh masyarakat dan swasta. Namun demikian penyakit ini masih terus endemis dan angka kesakitan cenderung meningkat di berbagai daerah. Oleh karena itu upaya untuk membatasi angka kematian penyakit ini sangat penting.
Puskesmas sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan juga merupakan tempat sarana informasi yang didalamnya mencakup pelaporan data, dan surveilans merupakan bagian terpenting dalam pelaporan data puksesmas. Data surveilans puskesmas terdiri dari data harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang mencakup seluruh kejadian penyakit di masing – masing – masing masing wilayah tersebut. Kejadian penyakit DBD di wilayah Jakarta Timur pada tahun 2016 berdasarkan data Dinas Kesehatan meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu kelompok kami akan membahas mengenai penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Tahun 2016. 1.2 Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu : -
Data kejadian penyakit DBD berdasarkan jenis kelamin
-
Data kejadian penyakit DBD berdasarkan golongan umur
-
Data kejadian penyakit DBD berdasarkan tempat
-
Data kejadian penyakit DBD berdasarkan hasil PE
-
Serta data jumlah kasus DBD di Kelurahan Cipayung
1.3 Manfaat Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pembuatan makalah ini yaitu : -
Menambah wawasan Mahasiswa dalam pembuatan pelaporan surveilans khususnya penyakit DBD
-
Mengetahui penyebab terjadinya penyakit DBD serta cara penanggulangannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi DBD Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke -18, seperti yang dilaporkan oleh David Byfon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali. (3) Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis. dan (4) Peningkatan sarana transportasi. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat. Dalam kurun waktu 30 t ahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa. Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk. Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32°C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun. 2
Distribusi. Wabah DBD baru-baru ini telah terjadi di Filipina, Kaledonia baru, Tahiti, Cina, Vietnam. Laos, Kamboja. Maldives, Kuba, Venezuela. French Guiana, Suriname. Brasil. Kolombia. Niakaragua dan Puerto Rico. Indonesia merupakan wilayah endemis DBD dengan sebaran di seluruh tanah air. KLB terbesar dilaporkan di Vietnam pada tahun 1987, pada saat itu kira-kira 370.000 kasus dilaporan. 3 Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia (Surabaya dan Jakarta) pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga pada tahun 1994 DBD telah tersebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Pada tahun 2006 selama periode Januari-September tercatat 3 propinsi mengalami KLB, yaitu; Jawa Barat, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat di 8 kab/kota dengan jumlah kasus 1.323 orang, 21 orang diantaranya meninggal (CFR=1,59%). Jumlah KLB pada tahun 2006 ini menurun tajam dibandingkan jumlah KLB pada tahun 2005 yang terjadi 12 propinsi di 35 kab/kota dengan jumlah kasus 3.336 orang, 55 orang diantaranya meninggal (CFR=1,65%). Faktor Determinan. 1) Agent – Virus penyebab Demam Dengue adalah flavivirus dan terdiri dari 4 serotipe yaitu serotipe 1,2,3 dan 4 (dengue -1.-2,-3 dan -4). Virus yang sama menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD). Semua serotipe dengue dapat menyebabkan DHF/DSS pada unitan menurun menurut frekwensi penyakit yang ditimbulkan tipe 2. 3,4 dan 1. 2) Host yaitu faktor intrinsik yang sangat dipengaruhi oleh genetik yang berhubungan dengan meningkat atau menurunnya kepekaan individu terhadap penyakit tertentu. Faktor pejamu yang merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit adalah genetik, umur, jenis kelamin, keadaan fisiologi, kekebalan, penyakit yang diderita sebelumnya dan sifat-sifat manusia. 3) Vektor – Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus) mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya. Morfologinya khas yaitu mempunyai gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum). Telur Ae.aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan menyerupai gambaran kain kasa. Larva Ae.aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral.
4) Reservoir – Virus dengue bertalian melalui siklus nyamuk Aedes aegypti -manusia di daerah perkotaan negara tropis; sedangkan siklus monyet-nyamuk menjadi reservoir di Asia Tenggara dan Afrika Barat. 5) Lingkungan (environment) – Yang dimaksud dengan lingkungan ialah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yakni: a. Lingkungan fisik. Yang dimaksud dengan lingkungan fisik ialah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak macamnya, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan struktur geologi. Pada kasus DBD dapat berupa tempat perindukan Ae. aegypti yang merupakan tempat-tempat
berisi
air
bersihyang
letaknya
berdekatan
dengan
rumah
penduduk (±500m) dan udara yang lembab. Tempat perindukan buatan manusia; speerti tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah; juga berupa tempat perindukan alamiah; seperti kelopak daun anaman, tempurung kelapa, tinggak bambu dan lubang pohon yang berisi air hujan. b. Lingkungan
non-fisik.Yang
dimaksud
dengan
lingkungan
non-fisik
ialah
lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia. Ke dalam lingkungan non-fisik ini termasuk faktor sosial budaya, norma, nilai dan adat istiadat. Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacammacam. Salah satu di antaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental reservoir). Adapun yang dimaksud dengan reservoir ialah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit. 5 Cara Transmisi. Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif terutama Aedes aegypti. Ini adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Nyamuk tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan demikian orang ini dapat menularkan penyakit
kepada orang lain. Virus dengue akan berada dalam darah manusia selama ± 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue. Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam berdarah
ialah
tempat
umum
(Rumah
Sakit,
Puskesmas, Sekolah,
Hotel/tempat
penginapan) yang kebersihan lingkungannya tidak terjaga, khususnya kebersihan tempattempat penampungan air (bak mandi. WC, dsb). Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia yaitu : sejak beberapa saat sebelum panas sampai saat masa demam berakhir, biasanya berlangsung selama 3-5 hari. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita viremia dan tetap infektif selama hidupnya. Surveilans Data tentang penyakit menular yang pernah terjadi di suatu daerah merupakan hasil dari sistem pengamatan (surveilans) yang dilakukan oleh petugas di daerah tersebut. Data ini penting untuk mengetahui bahwa di daerah tersebut pada masa yang lalu pernah mengalami kejadian luar biasa. Daerah itu dapat berupa: rumah sakit, sekolah, industri, pemukiman transmigrasi, kota, kabupaten, kecamatan, desa, atau negara. Pengamatan epidemiologis penyakit menular ialah kegiatan yang teratur mengumpulkan, meringkas, dan analisis data tentang insidensi penyakit menular untuk mengidentifikasikan kelompok penduduk dengan risiko tinggi, memahami cara penyebaran dan mengurangi atau memberantas penyebarannya. Setiap kasus harus dilaporkan dengan jelas dan lengkap meliputi diagnosis, mulai timbulnya gejala, dan variabel demografi seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat dan asal data (dokter, rumah sakit, puskesmas, sekolah, tempat kerja, dan lain-lain). Dengan mengadakan analisis secara teratur, kita dapat memperoleh berbagai informasi tentang penyakit musiman atau kecenderungan jangka panjang, perubahan daerah penyebaran, kelompok penduduk risiko tinggi yang dirinci menurut umur, jenis kelamin, suku, agama, sosial ekonomi, dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Pengamatan epidemiologis secara garis besar dapat dilakukan secara: aktif dan pasif.6 Surveilans pasif ialah pengumpulan data yang diperoleh dari laporan bulanan sarana pelayanan di daerah. Dari data yang diperoleh dapat diketahui distribusi geografis tentang
berbagai penyakit menular, penyakit rakyat, perubahan-perubahan yang terjadi, dan kebutuhan tentang penelitian sebagai tindak lanjut. Surveilans aktif ialah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk mempelajari penyakit tertentu dalam waktu yang relatif singkat dan dilakukan oleh petugas kesehatan secara teratur seminggu sekali atau 2 minggu sekali untuk mencatat ada atau tidaknya kasus baru penyakit tertentu. Pencatatan meliputi variabel demografis, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi, saat waktu timbul gejala, pola makanan, tempat kejadian yang berkaitan dengan penyakit tertentu dan pencatatan tetap dilakukan walaupun tidak ditemukan kasus baru.
2.2 Pengertian DBD Demam berdarah adalah suatu penyakit endemis yang disebabkan oleh virus. Virus ini dibawa oleh nyamuk yang termasuk dalam genus Aedes. Nyamuk Aedes merupakan nyamuk yang berkembangbiak dengan baik pada wilayah tropis, berhubung Indonesia merupakan negara yang terletak diwilayah tropis maka ancaman demam berdarah memang cukup besar. Sebagai catatan, Indonesia pernah dinobatkan oleh Badan WHO sebagai negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara terhitung dari tahun 1968 hingga 2009. Sungguh angka yang membuat kita sangat prihatin dengan keadaan tersebut. Dari Data Depkessendiri, provinsi di Indonesia yang memiliki angka kematian tertinggi akibat demam berdarah adalah Bangka Belitung dengan 4,58 % diikuti dengan Bengkulu 3,08% dan Gorontalo dengan angka 2,2%. Penyakit ini juga tergantung pada kondisi kekebalan tubuh penderita, oleh sebab itu banyak sekali anak-anak yang menjadi korban demam berdarah. Pada artikel terpisah, saya telah membahas mengenai demam berdarah pada anak. Anak merupakan sasaran empuk bagi nyamuk Aedes Aegepty karena nyamuk aktif pada saat jam-jam anak-anak bermain diluar ruangan yang mungkin tidak terawasi oleh setiap orang tua. Kekebalan tubuh pada anak juga belumlah sempurna bila dibandingkan dengan orang dewasa.
2.3 Penyebab Demam Berdarah Gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang membawa virus dengue merupakan penyebab demam berdarah yang utama. Aedes aegypti adalah nyamuk yang aktif pada siang hari dan menyukai genangan air yang bersih untuk tempat berkembang biaknya.
Musim penghujan yang menimbulkan banyak genangan air bening di berbagai
tempat sangat disukai oleh nyamuk ini.
Proses terjangkitnya penyakit demam berdarah adalah sebagai berikut : virus dengue masuk ke tubuh manusia lewat gigitan nyamuk aedes aegypti betina dan aedes albopictus. “Nyamuk demam berdarah” tersebut membawa virus dengue pasca menghisap darah orang lain yang sudah terinfeksi virus dengue sebelumnya. Setelah masa inkubasi virus di dalam tubuh nyamuk selama 8 – 10
hari, nyamuk yang terinfeksi kemudian mentranfer virus
dengue itu ke manusia sehat yang digigitnya. Pada sisi lain, nyamuk betina juga menyebarkan virus dengue tersebut pada keturunannya melalui telur (transovarial). Selanjutnya, nyamuk-nyamuk kecil yang baru menetas itu kemudian menyebarkan virus dengue pada manusia yang digigitnya. Dalam beberapa kasus gejala demam berdarah tidak dapat serta merta dikenali, namun perlu pengujian tes darah terlebih dahulu untuk memastikan bahwa korban terkena penyakit demam berdarah atau penyakit lain. Demam berdarah memang sulit didiagnosis karena gejalanya sangat mirip dengan penyakit flu atau tipes. Oleh karena itu dokter selalu menganjurkan kepada siapa saja untuk segera memeriksakan diri apabila mengalami sakit yang diduga demam berdarah.
2.4 Karakteristik Nyamuk Demam berdarah : -
Nyamuk tersebut lebih suka hidup dalam ruangan, tempat kumuh ataupun genangan air
-
Nyamuk mempunyai kemampuan terbang yang baik, jadi sulit ditangkap
-
Biasanya aktif pada waktu pagi dan siang hari
-
Biasanya gigitan terjadi pada area kaki atau pergelangan kaki
-
Gigitannya kadang tidak sakit, sehingga kadang orang tidak menyadarinya
2.5 Gejala Demam berdarah : Gejala demam berdarah biasanya muncul setelah masa inkubasi 3 – 8 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia. Masa inkubasi adalah rentang waktu dimana virus berkembang sejak awal gigitan nyamuk sampai timbulnya gejala. Jika daya tahan tubuh orang itu kuat dan dapat mengatasi virus, maka gejalanya bisa ringan atau bahkan tidak sampai menimbulkan gejala. Namun, jika daya tahan tubuhnya lemah, virus tersebut berkembang dan menimbulkan beberapa gejala demam berdarah diantaranya : -
Demam tinggi mendadak, suhu lebih dari 38° C, selama 2 – 7 hari; demam tidak bisa diatasi dengan obat turun panas biasa; mual, muntah, dan nafsu makan
berkurang; nyeri sendi, nyeri otot (pegal-pegal); sakit kepala, pusing; nyeri atau rasa panas di belakang bola mata; wajah kemerahan; sakit perut; konstipasi (sulit buang air besar) atau diare. Seseorang secara medis didiagnosis menderita demam dengue (dengue fever) Bila sebagian atau seluruh gejala diatas ditemukan pada orang itu. Sedangkan tanda atau gejala demam berdarah dengue (DHF) pada seseorang adalah jika didapatkan : -
Muncul demam tinggi mendadak, suhu lebih dari 38° C selama 2 – 7 hari
-
Muncul bentuk-bentuk perdarahan spontan, misalnya : bintik merah di kulit sekitar siku pergelangan tangan, dan kaki. Bintik merah itu tidak hilang jika kulit ditekan; gusi berdarah; mimisan; jika disuntik atau terluka, terjadi perdarahan yang sulit dihentikan.
-
Organ hepar (hati) dan limpa membesar
-
Hasil uji laboratorium darah menunjukan adanya trombositopenia, yaitu jumlah trombosit kurang dari 150 ribu / mm³ (normalnya 150 – 450
ribu / mm³); serta
hemokonsentrasi, yaitu pengentalan darah akibat perembesan plasma (komponen darah cair non seluler), ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct) yang meningkat 20% dari angka normal. Seseorang akan didiagnosis menderita DHF jika terdapat minimal dua tanda klinis dan dua tanda laboratoris.
BAB III HASIL DATA YANG DIPEROLEH
3.1 Persentase Kasus DBD Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-Laki
293
60,3%
2
Perempuan
193
39,7%
Jumlah
486
Presentase Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin 39.7% 60.3%
Laki-Laki
Perempuan
3.2 Persentase Kasus DBD Berdasarkan Golongan Umur
No
Kelompok Umur Jumlah
1
0-4 Tahun
66
14%
2
5-9 Tahun
109
22%
3
10-14 Tahun
94
19%
4
15-19 Tahun
61
13%
5
20-24 Tahun
36
7%
6
25-29 Tahun
29
6%
7
30-34 Tahun
23
5%
8
35-39 Tahun
22
5%
9
40-44 Tahun
11
2%
10
45-49 Tahun
13
3%
11
≥ 50 Tahun
22
5%
486
100%
Jumlah
Presentase Kasus DBD Per Golongan Umur
3% 5% 2% 5%
14% 0-4 Tahun 5-9 Tahun
5%
10-14 Tahun 6% 22%
15-19 Tahun 20-24 Tahun
7%
25-29 Tahun 30-34 Tahun 13%
35-39 Tahun 19%
40-44 Tahun 45-49 Tahun ≥ 50 Tahun
3.3 Persentase Kasus DBD Berdasarkan Tempat No 1
Kelurahan LUBANG BUAYA
Jumlah 164
34%
2
SETU
58
12%
3
CEGER
54
11%
4
BAMBU APUS
50
10%
5
CILANGKAP
42
9%
6
CIPAYUNG
70
14%
7
MUNJUL
21
4%
27
6%
8
PONDOK RANGGON Jumlah
486
Presentase Kasus DBD Berdasarkan Tempat 40% 35%
34%
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
14% 12%
11%
10%
9% 4%
6%
3.4 Persentase Kasus DBD Berdasarkan Hasil PE
No
1
Kelurahan
LUBANG BUAYA
PE (+) PE (-)
Bukan Tidak DBD
Ditemukan
Jumlah
11
135
18
117
281
34,1%
2
SETU
7
42
4
37
90
10,9%
3
CEGER
3
40
1
30
74
9,0%
4
BAMBU APUS 2
41
6
43
92
11,2%
5
CILANGKAP
4
26
4
40
74
9,0%
6
CIPAYUNG
9
53
1
81
144
17,5%
7
MUNJUL
1
16
2
15
34
4,1%
2
24
0
9
35
4,2%
39
377
36
372
824
100,0%
4,7%
45,8% 4,4%
8
PONDOK RANGGON
Jumlah
Presentase Kasus DBD Berdasarkan Hasil PE
45,1%
4.7%
45.1% 45.8%
4.4%
PE (+)
PE (-)
Bukan DBD
Tidak Ditemukan
3.5 Laporan Fogging DALAM
LUAR
RUMAH
RUMAH
142
322
10
90
434
20
CEGER
136
724
22
CIPAYUNG
342
1005
34
CILANGKAP
270
625
22
SETU
514
2291
34
KELURAHAN LUBANG BUAYA BAMBU APUS
MENOLAK
LAPORAN FOGGING BULAN JUNI TAHUN 2016 2500 2291
2000
1500
1005 1000 724 625 514 500
434 342
322 142
90 10
270
136 22
20
34
22
CIPAYUNG
CILANGKAP
34
0 LUBANG BUAYA
BAMBU APUS
DALAM RUMAH
CEGER
LUAR RUMAH
MENOLAK
SETU
3.6 Kasus DBD di Kelurahan Cipayung RW 01
6
RW 02
12
RW 03
17
RW 04
17
RW 05
1
RW 06
14
RW 07
0
RW 08
5
Data Kasus DBD di Kelurahan Cipayung 17
18
17
16
14
14
12
12 10 8
6
5
6 4 1
2
0
0 RW 01
RW 02
RW 03
RW 04
RW 05
RW 06
RW 07
RW 08
3.7 Kasus DBD di Kelurahan Ceger RW 01
16
RW 02
14
RW 03
8
RW 04
4
RW 05
15
Data Kasus DBD di Kelurahan Ceger 16 15
16
14
14 12 10
8
8 6
4
4 2 0 RW 01
RW 02
RW 03
RW 04
RW 05
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan 1. Kasus DBD berdasarkan jenis kelamin yaitu pada laki-laki dengan persentase sebesar 60,3% 2. Kasus DBD berdasarkan gol.umur yaitu pada 0-4 tahun dengan persentase sebesar 14% 3. Kasus DBD berdasarkan tempat yaitu di kelurahan lubang buaya dengan persentase sebesar 34% 4. Kasus DBD berdasarkan hasil PE yaitu di kelurahan Lubang Buaya dengan persentase sebesar 34,1%
4.2 Saran & Tindak Lanjut Saran
Penanggulangan & Promosi Kesehatan Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk).
Penyuluhan/informasi
tentang
demam
berdarah
dan
pencegahannya
dilakukan melalui jalur- jalur informasi yang ada: 7
o
Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
o
Penyuluhan perorangan:
1. Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu 2. Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas 3. Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas
Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.
Cara Melakukan Penyuluhan Kelompok 1. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan atau pada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian, dan sebagainya. 2. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok: 1
Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap muka satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.
Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta
Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara lain bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak.
Jelaskan
materi
yang
telah
disiapkan
sebelumnya
secara
singkat
dengan
menggunakan gambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik ( flipchart ) atau leaflet/poster
Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan pertanyaan tentang materi yang dibahas
Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan telah dipahami. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan 1. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir : 1. W1/laporan KLB (wabah) 2. W2/laporan mingguan wabah 3. SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian. Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP). 2. Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya (akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.
Pencegahan & Pemberantasan vektor Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992: “upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidiomologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.” 1. Cara memberantas nyamuk dewasa 1 Fogging (pengasapan). Nyamuk Aedes aegypti dapat diberantas dengan fogging (pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan seharihari di rumah tangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk (dewasa) saja. Selama jentiknya tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembang biakannya Karena itu cara yang tepat adalah memberantas jentiknya yang dikenal dengan istilah PSN DBD yaitu singkatan dari Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Fogging tertutup adlah pada saat fogging dilakukan semua pintu dan jendela ditutup rapat – rapat. Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging terbuka adalah pada saat fogging / pengasapan dilakukan semua pintu dan jendeladibuka lebar – lebar. Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging fokus adalah fogging yang dilakukan dititik fokus dan sekitarnya dengan jarak radius 100 m atau ± 20 rumah sekitarnya. Dilakukan dua siklus dengan jarak seminggu, diikuti abatisasi. Fogging fokus dilakukan setelah penyelidikan epidemiologi positif. Syarat PE /penyelidikan epidemiologi ( + ):
Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ada 2 kasus DBD lainnya
Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan ada kasus demam tanpa sebab jelas
Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan 1 kasus meninggal karena sakit DBD
1. Cara memberantas jentik Aedes aegypti PSN DBD dilakukan dengan cara 3M, yaitu:
1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali. 2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air 3. Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan, atau menyingkirkan barangbarang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dan lain-lain. Selain itu ditambah dengan cara lainnya (yang dikenal dengan istilah 3M plus), seperti: 4. Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali 5. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak 6. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain misalnya dengan tanah 7. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menapung air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat- tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekaranga, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain-lain. 8. Lakukan larvasidasi, yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (Abate 1 G, Altosid 1,3 G dan Sumilarv 0,5 G (DBD)) di tempat- tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air 9. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk 10. Pasang kawat kasa di rumah 11. Pencahayaan dan ventilasi memadai 12. Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah 13. Tidur menggunakan kelambu, dan 14. Gunakan obat nyamuk (bakar, gosok) dan lain-lain untuk mencegah gigitan nyamuk. Perlindungan perseorangan : Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lain lain. -
Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)
Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan sarang nyamuk, vas bunga dikosongkan tiap minggu, menguras bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam dari bak mandi tersebut, tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu sebelum diisi kembali. Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan.Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabah DBD maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu: 1) Abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk, dan 2) Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah. Kegiatan Puskesmas adalah membantu : a) Tim Propinsi/Dati II untuk survai larva dan nyamuk, b) Membantu penyiapan rumah penduduk untuk di-fogging. Larvasidasi. Larvasidasi adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik ke dalam tempat- tempat penampungan air. Bila menggunakan Abate disebut Abatisasi. Cara melakukan larvasidasi : -
Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif: Temephos 1%) – Takaran penggunaan bubuk Abate 1 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter cukup dengan 10 gram bubuk Abate 1 G dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan, satu sendok makan peres (yang diratakan di atasnya) berisi 10 gram Abate 1 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air yang akan diabatisasi. Takaran tidak perlu tepat betul.
-
Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) – Takaran penggunaan Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk Altosid 1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia dalam setiap kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada – alat penakar, gunakan sendok teh, satu sendok teh peres (yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat betul.
-
Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif:piriproksifen 0,5%) – Takaran penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat betul.
Feed back dari Sudin / Dinkes kepada Puskesmas Kecamatan Cipayung :
View more...
Comments