Bab I Pendahuluan

July 7, 2019 | Author: rakatsu | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Bab I Pendahuluan...

Description

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dekompensasi kordis (DK) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu keadaan dimana  jantung tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat yang ditandai oleh adanya suatu sindroma klinis berupa dispnu (sesak nafas), fatik (saat istirahat atau aktivitas), dilata dilatasi si vena vena dan edema, edema, yang yang diakib diakibatka atkan n oleh oleh adanya adanya kelain kelainan an strukt struktur ur atau fungsi fungsi  jantung. Insiden penyakit gagal jantung saat ini semakin meningkat. Dimana jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive Heart Failure (CHF). Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Sedang pada anak–anak yang menderita kelainan jantung bawaan, komplikasi gagal jantung terjadi 90% sebelum umur 1 tahun, sedangkan sisanya terjadi antara umur 5 – 15 tahun. Perlu diketahui, bahwa dekompensasi kordis pada bayi dan anak memiliki segi tersendiri dibandingkan pada orang dewasa, yaitu : 1. Sebagian besar penyebab gagal jantung pada bayi dan anak dapat diobati (potentially curable). 2. Dala Dalam m meng mengat atas asii gaga gagall jant jantun ung g tida tidak k hany hanyaa berh berhen enti ti samp sampai ai geja gejalan lanya ya hila hilang ng,, melainkan harus diteruskan sampai ditemukan penyebab dasarnya. 3. Setela Setelah h ditemu ditemukan kan penyeb penyebabn abnya, ya, bila bila masih masih dapat dapat diperb diperbaik aikii maka maka harus harus segera segera dilakukan perbaikan. 4. Lebih mudah diatasi dan mempunyai prognosis yang lebih baik daripada gagal jantung  pada orang dewasa.

Sementara itu, menurut Aulia Sani, penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus dari penyakit gagal jantung ini pada tahun 1997 adalah 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat hingga mencapai puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Karena itulah, penanganan sedini mungkin sangat dibutuhkan untuk mencapai angka mortalitas yang minimal terutama pada  bayi dan anak-anak.

1

Faktor yang dapat menimbulkan penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi, merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, dan stres. Akibat Akibat lanjut lanjut jika jika penyak penyakit it jantun jantung g tidak tidak ditang ditangani ani maka maka akan akan mengak mengakiba ibatka tkan n gagal gagal  jantung, kerusakan otot jantung hingga 40% dan kematian. Menurut data yang diperoleh penulis hingga sekarang penyakit jantung merupakan  pembunuh nomor satu (Sampurno,1993). WHO menyebutkan rasio penderita gagal jantung di dunia adalah satu sampai lima orang setiap 1000 penduduk. Penderita penyakit jantung di Indonesia kini diperkirakan mencapai 20 juta atau sekitar 10% dari jumlah penduduk di  Nusantara (www.depkes.go.id).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum Memperoleh Memperoleh gambaran tentang tentang penerapan penerapan asuhan asuhan keperawatan keperawatan dengan masalah masalah  penyakit jantung.

2. Tujuan Khusus a. Memperoleh gambaran tentang pengkajian dengan masalah penyakit jantung.  b. Memperoleh gambaran tentang masalah dan diagnosa keperawatan dengan masalah  penyakit jantung. c. Memperoleh gambaran tentang rencana keperawatan dengan masalah penyakit  jantung. d. Melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi proses tindakan keperawatan dengan masalah penyakit jantung. e. Melakukan evaluasi hasil yang dibahas melalui catatan perkembangan dengan masalah penyakit jantung. f. Memperoleh gambaran tentang faktor penunjang dan faktor penghambat dalam  penerapan asuhan keperawatan dengan masalah penyakit jantung.

C. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu : Bab I: Pendahulu Pendahuluan an berisikan berisikan latar belakang, belakang, tujuan penulisan, penulisan, metode penulisan, penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II: Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar penyakit.

2

Bab III: Tinjau Tinjauan an kasus kasus yang yang merupa merupakan kan asuhan asuhan keperaw keperawata atan n mencak mencakup up pengka pengkajian jian,, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Bab IV: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Decom compensasi asi memp memper erta taha hank nkan an

cordi rdis

pere pereda dara ran n

adalah dara darah h

kegaga agalan

sesu sesuai ai

deng dengan an

jantung

dalam

kebu kebutu tuha han n

upaya

tubu tubuh. h.(D (Dr. r.

untuk  Ahma Ahmad d

ramali.1994) Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995). Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik yang mana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997 ). Gagal jantung kongestif adalah keadaan yang mana terjadi bendungan sirkulasi akib akibat at gaga gagall jantu jantung ng dan dan meka mekani nism smee komp kompen ensa sato torik rikny nyaa (Carl (Carlet eton on,P ,P.F .F dan dan M.M. M.M. O’Donnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997). Menurut Menurut Braunwald, Braunwald, gagal jantung jantung adalah suatu keadaan keadaan patofisiolo patofisiologis gis adanya adanya kelainan kelainan fungsi fungsi jantung jantung berakibat berakibat jantung jantung gagal memompakan memompakan darah untuk memenuhi memenuhi kebutu kebutuhan han metabo metabolis lisme me jaring jaringan an dan/at dan/atau au kemamp kemampuan uannya nya hanya hanya ada kalau kalau diserta disertaii  peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. Definis Definisii alterna alternatif tif menuru menurutt Packer, Packer, gagal gagal jantun jantung g konge kongesti stiff merupa merupakan kan suatu suatu sindrom klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis (effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduced longevity). Termasuk di dalam kedua batasan tersebut adalah suatu spektrum fisiologi-klinis yang luas, mulai dari cepat menurunnya daya pompa jantung (misalnya pada infark jantung yang luas, takiaritmia atau bradikardia yang mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di mana  proses terjadinya kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif {misalnya  pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa pressure atau. volume overload dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu sendiri, seperti hipertensi, kelainan katup aorta atau mitral dll).

4

Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh pada tekanan pengisian yang normal, padahal aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan normal.

B. Anatomi dan Fisiologi Jantung

1. Anatomi Jantung Beban Awal Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel atau diastolik. Meningkatnya beban awal sampai titik tertentu memperbanyak  tumpang tindih antara filament-filamen aktin dan miosin, sehingga kekuatan kontraksi dan curah curah jantun jantung g mening meningkat kat.. Hubun Hubungan gan ini dinyat dinyataka akan n dengan dengan Hukum Hukum Starli Starling, ng, yaitu yaitu   pereg peregang angan an serabut serabut-ser -serabu abutt miokar miokardiu dium m selama selama diasto diastoll akan akan mening meningkat katkan kan kekuat kekuatan an kontraksi pada sistol (Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, O’ Donnell, 1995). Beban awal dapat meningkat meningkat dengan dengan bertambahny bertambahnyaa volume volume diastolik diastolik ventrikel, misaln misalnya ya karena karena retensi retensi cairan cairan,, sedang sedangkan kan penuru penurunan nan beban beban awal awal dapat dapat terjadi terjadi pada pada diuresis. Secara fisiologis, peningkatan volume akan meningkatkan tekanan pada akhir  diastol untuk menghasilkan perbaikan pada fungsi ventrikel dan curah jantung, namun  pada ventrikel yang gagal, penambahan volume ventrikel tidak selalu disertai perbaikan fungsi ventrikel. Peningkatan tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan bendungan   paru atau sistemik, sistemik, edema akibat akibat transudasi transudasi cairan dan mengurangi mengurangi peningkatan peningkatan lebih lanjut dari volume dan tekanan. Perubahan dalam volume intrakardia dan perubahan akhir   pada tekanan bergantung pada kelenturan daya regang ruang-ruang jantung. Ruang jantung yang sangat besar, daya regangnya dapat menampung perubahan volume yang relative  besar tanpa peningkatan tekanan yang bermakna. Sebaliknya, pada ruang ventrikel yang gaga gagal, l, yang yang kura kurang ng lent lentur ur,, pena penamb mbah ahan an volu volume me yang yang keci kecill dapa dapatt meng mengak akib ibat atka kan n   penin peningka gkatan tan tekana tekanan n yang yang bermak bermakna na dan dapat dapat berlan berlanjut jut menjad menjadii pemben pembendun dungan gan dan edema ( Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ).

Kontraktilitas Kontraktilitas menunjukkan perubahan-perubahan dalam kekuatan kontraksi atau keadaan inotropik yang terjadi bukan karena perubahan-perubahan dalam panjang serabut. Pemb Pember eria ian n

obat obat-o -oba batt

inot inotro ropi pik k

posi positi tiff

sepe sepert rtii

kate kateko kola lami min n

atau atau digo digoks ksin in,,

akan akan

5

meningkatkan kontraktilitas, sedangkan hipoksia dan asidosis akan menekan kontraktilitas. Pada gagal jantung terjadi depresi dari kontraktilitas miokardium ( Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ).

Beban Akhir  Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel yang harus dicapai untuk  mengejeksikan darah sewaktu sistolik. Menurut Hukum Laplace , ada tiga variabel yang mempengaruhi tegangan dinding yaitu ukuran atau radius intraventrikel, tekanan sistolik  ventrikel dan tebal dinding. Vasokonstriksi arteri yang meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel dapat meningkatkan tekanan sistolik ventrikel, sedangkan retensi cairan dapat meningkatkan radius intraventrikel. Pemberian vasodilator dan hipertrofi ventrikel sebagai konsekuensi lain dari gagal jantung dapat mengurangi beban akhir ( Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ).

2. Fisiologi Jantung Fisiologi otot jantung Terdiri Terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium, atrium, otot ventrikel, ventrikel, dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang yang lebi lebih h lama lama.. Seda Sedang ngka kan n sera seratt khus khusus us peng pengha hant ntar ar dan dan penc pencet etus us rang rangsa sang ngan an  berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi jantung.

Fungsi umum otot jantung Sifat Ritmisitas/otomatis Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri. Pada keadaan fisiologis, sel-sel miokardium memiliki daya kontraktilitas yang tinggi.

Mengikuti hukum gagal atau tuntas Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka seluruh   jantun jantung g akan akan berkon berkontrak traksi si maksim maksimal, al, sebab sebab susuna susunan n otot otot jantun jantung g merupa merupakan kan suatu suatu

6

sinsitium sinsitium sehingga impuls jantung jantung segara dapat mencapai mencapai semua semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang sama. Kekuatan berkontraksi dapat berubahubah ubah bergan bergantun tung g pada pada faktor faktor tertent tertentu, u, misaln misalnya ya serat serat otot otot jantun jantung, g, suhu, suhu, dan hormon hormon tertentu.

Tidak dapat berkontraksi tetanik  Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi  jantung, merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.

Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal, otot tersebut tersebut akan berkontraksi berkontraksi dengan kekuatan kekuatan tertentu. tertentu. Serat otot jantung jantung akan bertambah  panjang bila volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui batas tertentu kekuatan kontraksi akan menurun kembali.

C. Jenis-Jenis Gagal Jantung

Manife Manifesta stasi si klinis klinis gagal gagal Jantun Jantung g sangat sangat beraga beragam m dan bergan bergantun tung g pada pada banyak  banyak  faktor antara lain etiologi kelainan Jantung, umur pasien, berat atau ringannya, terjadinya secara mendadak atau berlangsung perlahan dan menahun, ventrikel mana yang menjadi  pencetus (bahkan pada fase siklus Jantung mana terjadinya proses ini), serta faktor-faktor  lain yang mempercepat terjadi gagal Jantung. 1. Gagal Jantung Backward & Forward Hipotesis backward failure pertama kali diajukan oleh James Hope pada tahun 1832: apabila ventrikel gagal untuk memompakan darah, maka darah akan terbendung dan tekanan di atrium serta vena-vena di belakangnya akan naik. Hipotesis forward failure diajukan oleh Mackenzie, 80 tahun setelah hipotesis backward failure. Menurut teori ini manifestasi gagal Jantung timbul akibat berkurangnya aliran darah (cardiac output) ke sistem sistem arterial, arterial, sehingga sehingga terjadi penguranga pengurangan n perfusi perfusi pada organ-organ organ-organ yang vital dengan dengan segala akibatnya.

Kedua Kedua hipote hipotesis sis terseb tersebut ut saling saling meleng melengkap kapi, i, serta serta menjad menjadii dasar dasar patofi patofisio siolog logii gagal gagal Jantung : Kalau ventrikel gagal mengosongkan darah maka menurut hipotesis backward failure :

7

a. Isi dan tekanan (volume (volume dan pressure) pada akhirfase diastolik (end- diastolicpressure) diastolicpressure) meninggi.  b. Isi dan tekanan akan akan meninggi meninggi pada atrium di belakang ventrikel ventrikel yang gagal. gagal. c. Atrium ini ini akan bekerja lebih lebih keras (sesuai (sesuai dengan dengan hukum Frank Frank – Starling). Starling). d. Tekanan pada vena dan kapiler kapiler di belakang ventrikel yang gagal akan meninggi. meninggi. e. Terjadi Terjadi transudasi transudasi pada jaringan jaringan interstitial interstitial (baik pulmonal pulmonal maupun sistemik) sistemik)

Akibat berkurangnya curah Jantung serta aliran darah pada jaringan/organ yang menyebabkan menurunnya perfusi (terutama pada ginjal dengan melalui mekanisme yang rumit), yang akan mengakibatkan retensi garam dan cairan serta memperberat ekstravasasi cairan yang sudah terjadi. Selanjutnya terjadi gejala-gejala gagal Jantung kongestif sebagai akibat bendungan pada jaringan dan organ. Kedua jenis kegagalan ini jarang bisa dibedakan secara tegas, karena kalau gagal Jantung kongestif, pada kenyataannya, kedua mekanisme ini berperan, kecuali pada gagal  jantung  jantung yang terjadinya terjadinya secara mendadak. mendadak. Contoh forward failure : gagal ventrikel ventrikel kanan akut yang terjadi akibat emboli paru yang masif, karena terjadinya peninggian isi dan tekanan tekanan pada ventrikel ventrikel kanan serta tekanan pada atrium kanan dan pembuluh pembuluh darah balik  sist sistem emik ik,, teta tetapi pi pasi pasien en suda sudah h meni mening ngga gall sebe sebelu lum m terja terjadi di ekst ekstrav ravas asas asii cair cairan an yang yang menimbulkan kongesti pada vena-vena sistemik. Baik back¬ward maupun forward failure dapat terjadi pada infark jantung yang luas. Forward failure terjadi akibat berkurangnya output ventrikel kiri dan renjatan kardiogenik dan yang akan menimbulkan manifestasi  berkurangnya perfusi jaringan/organ. Sedangkan backward failure terjadi karena adanya output yang tidak sama (inequal) antara kedua ventrikel, yang meskipun bersifat sementara  berakibat terjadinya edema paru yang akut. Hipotesis backward dan forward failure yang klasik ini meskipun banyak celah kelemahannya ditinjau dengan perkembangan konsep patofisiologi gagal jantung saat ini, masih masih tetap tetap dapat dapat menjad menjadii pegang pegangan an untuk untuk menjela menjelaska skan n patoge patogenes nesis is gagal gagal jantun jantung g terutama bagi para edukator.

2. Gagal Jantung Right-Sided dan Left-Sided Penjabaran backward failure adalah adanya cairan bendungan di belakang ventrikel yang yang gagal gagal merupa merupakan kan petand petandaa gagal gagal jantun jantung g pada pada sisi sisi mana mana yang yang terken terkena. a. Adanya Adanya

8

kongesti pulmonal pada infark ventrikel kiri, hipertensi dan kelainan-kelainan pada katup aorta serta mitral menunjukkan gagal jantung kiri (left heart failure). Apab Apabil ilaa kead keadaa aan n ini ini berl berlan angs gsun ung g cuku cukup p lama lama,, cair cairan an yang yang terb terben endu dung ng akan akan   ber berak akum umul ulas asii secar secaraa sist sistem emik ik : di kaki kaki,, asit asites es,, hepa hepato tome mega gali li,, efus efusii pleu pleura ra dll, dll, dan dan menjadikan gambaran klinisnya sebagai gagal jantung kanan (right heart failure).

3. Gagal Jantung Low-Output dan High-Output Gagal Jantung golongan ini menunjukkan bagaimana keadaan curah Jantung (tinggi atau rendah rendahnya nya)) sebaga sebagaii penyeb penyebab ab terjadi terjadinya nya manife manifesta stasi si klinis klinis gagal gagal Jantun Jantung. g. Curah Curah Jantung Jantung yang rendah pada penyakit penyakit jantung jantung apa pun (bawaan, hipertensi, hipertensi, katup, katup, koroner, koroner, kardiomiopati) dapat menimbulkan low-output failure. Sedangkan pada penyakit-penyakit dengan curah jantung yang tinggi misalnya pada tirotoksikosis, beri-beri, Paget’s, anemia dan fistula arteri-vena, gagal jantung yang terjadi dinamakan high-output failure.

4. Gagal Jantung Akut dan Menahun Manifestasi klinis gagal jantung di sini hanya menunjukkan saat atau lamanya gagal jantung terjadi atau berlangsung. Apabila terjadi mendadak, misalnya pada infark   jantung akut yang luas, dinamakan gagal jantung akut (biasanya sebagai gagal jantung kiri akut). Sedangkan pada penyakit-penyakit jantung katup, kardiomiopati atau gagal jantung akibat infark jantung lama, terjadinya gagal jantung secara perlahan atau karena gagal  jantungnya bertahan lama dengan pengobatan yang diberikan, dinamakan gagal jantung menahun.

5. Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik  Secara implisit definisi gagal jantung adalah apabila gagal jantung yang terjadi sebagai akibat abnormalitas fungsi sistolik, yaitu ketidak mampuan mengeluarkan darah dari ventrikel, dinamakan sebagai gagal jantung sistolik. Jenis gagal jantung ini adalah yang yang pali paling ng klas klasik ik dan dan pali paling ng dike dikena nall seha sehari ri-h -hari ari,, peny penyeb ebab abny nyaa adala adalah h gang ganggu guan an kemampuan inotropik miokard. Sedangkan apabila abnor-malitas kerja jantung pada fase diasto diastolik lik,, yaitu yaitu kemamp kemampuan uan pengis pengisian ian darah darah pada pada ventri ventrikel kel (terut (terutama ama ventri ventrikel kel kiri), kiri), misalnya pada iskemia jantung yang mendadak, hipertrofi konsentrik ventrikel kiri dan kardiomiopa kardiomiopati ti restriktif, restriktif, gagal jantung yang terjadi dinamakan dinamakan gagal jantung diastolik.

9

Petanda yang paling nyata pada gagal jantung di sini adalah : fungsi sistolik ventrikel   bia biasa sany nyaa norm normal al (ter (terut utam amaa deng dengan an peng penguk ukur uran an eject ejectio ion n fract fractio ion n misa misaln lnya ya deng dengan an  pemeriksaan ekokardiografi).

D. Etiologi

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-kead keadaan-keadaan aan yang meningkatkan meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan menurunkan kontraktilit kontraktilitas as miokardium miokardium.. Keadaan Keadaan yang meningkatkan meningkatkan beban awal seperti seperti regurgitasi regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati. Fakt Faktor or lain lain yang yang dapa dapatt meny menyeb ebab abka kan n jant jantun ung g gaga gagall seba sebaga gaii pomp pompaa adal adalah ah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ejeksi ventri ventrikel kel (perik (perikard arditi itiss konstr konstrikt iktif if dan tempon temponade ade jantun jantung). g). Dari Dari seluru seluruh h  penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 1995).

E. Patofisiologi

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat   penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume volume residu residu ventri ventrikel kel.. Sebaga Sebagaii respon respon terhad terhadap ap gagal gagal jantun jantung, g, ada tiga tiga mekani mekanisme sme  primer yang dapat di lihat : a. Meningkatny Meningkatnyaa aktivitas aktivitas adrenerg adrenergic ic simpatik. simpatik.  b. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi aktivasi system rennin angiotensin angiotensin aldosteron, dan c. Hipert Hipertrof rofii vent ventrik rikel. el. Ketiga Ketiga respon respon kompen kompensat satori orik k ini mencerm mencermink inkan an usaha usaha untuk untuk memper mempertah tahank ankan an curah curah  jantung. Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi sema semaki kin n kura kurang ng efek efekti tif. f. Menu Menuru runn nnya ya cura curah h seku sekunc ncup up pada pada gaga gagall jant jantun ung g akan akan memban membangki gkitka tkan n respon respon simpat simpatik ik kompen kompensat satori orik. k. Mening Meningkat katnya nya aktivi aktivitas tas adrene adrenergi rgicc

10

simpat simpatik ik merang merangang ang pengel pengeluar uaran an kateko katekolami lamin n dari dari saraf saraf saraf saraf adrene adrenergi rgicc jantun jantung g dan medu medull llaa adre adrena nal. l. Denyu Denyutt jant jantui uing ng dan dan keku kekuat atan an kont kontra raks ksii akan akan meni mening ngka katt untu untuk  k  menambah curah jantung. Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan. Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa : a. Penurunan Penurunan aliran darah darah ginjal dan akhirny akhirnyaa laju filtrasi glomerul glomerulus. us.  b. Pelepasan Pelepasan rennin rennin dari apparatus apparatus juksta juksta glomerulus. glomerulus. c. Iteraksi Iteraksi rennin rennin dengan angiotensinog angiotensinogen en dalam darah untuk menghasilkan menghasilkan angiotensin angiotensin I. d. Konversi Konversi angiotens angiotensin in I menjadi menjadi angiotensin angiotensin II. e. Perangsanga Perangsangan n sekresi sekresi aldosteron aldosteron dari kelenjar kelenjar adrenal. adrenal. f. Retansi Retansi natrium dan dan air pada tubulus tubulus distal distal dan dan duktus duktus pengumpul pengumpul..

Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokar miokardiu dium; m; tergan tergantun tung g dari dari jenis jenis beban beban hemodi hemodinam namik ik yang yang mengak mengakiba ibatka tkan n gagal gagal  jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial. Respon miokardium terhadap  beban volume, seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya tebal dinding.

F. Manifestasi Klinis

Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sistem  pulmonal antara lain : a. Lelah  b.  b. Angi Angin na c. Cemas d. Oliguri. Oliguri. Penuru Penurunan nan aktifitas aktifitas GI e. Kulit Kulit ding dingin in dan dan puca pucatt

Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antara lain : a. Dypnea

11

 b.  b. Batu Batuk  k  c. Orth Orthop opea ea d. Rele Reless par paru u e. Hasil x-ray x-ray memperli memperlihatkan hatkan kongesti kongesti paru. paru.

Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan : a. Edem Edemaa peri perifer  fer   b. Disten Distensi si vena vena leher  leher  c. Hati Hati memb membes esar  ar  d. Peningkatan Peningkatan central central venous venous pressure pressure (CPV) (CPV)

G. Komplikasi

Komplikasi dari decompensatio cordis adalah: a. Syok Syok kardio kardiogen genik. ik.  b. Episod Episodee trombo tromboemb emboli oli.. c. Efusi dan tamporiade tamporiade perikardium perikardium

H. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik fisik EKG untuk melihat melihat ada tidaknya tidaknya infark myocardi myocardial al akut, dan guna mengkaji kompensaai sepperti hipertropi ventrikel  b. Echocardio Echocardiografi grafi dapat membantu membantu evaluasi miokard miokard yang iskemik atau nekrotik nekrotik pada  penyakit jantung kotoner  c. Film X-ray thorak thorak untuk melihat melihat adanya kongesti kongesti pada paru dan pembesaran pembesaran jantung jantung d. esho esho-c -car ardi diog ogra ram, m, gate gated d

pool pool imag imagin ing, g, dan dan kate katete teri risa sasi si arte arteri ri polm polmon onal al.u .utu tuk  k 

menyajikan data tentang fungsi jantung

I. Faktor Resiko

1. Kebiasaan merokok  Yaitu bahwa rokok mengandung nikotin dan zat beracun yang berbahaya dan dapat merusak fungsi jantung. Nikotin pada rokok dapat meningkatkan faktor resiko kerusakan  pembuluh darah dengan mengendapnya kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras. 2. Hipertensi

12

Yaitu meningkatnya tekanan darah sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknya tekanan diastolic akibat penyempitan pembuluh darah tersebut, aliran darah  pada pembuluh koroner juga naik. 3. Obesitas Yaitu penumpukan lemak tubuh, sehingga menyebabkan kerja jantung tida normal dan menyebabkan kelainan. 4. Kolesterol tinggi Yait Yaitu u

meng mengen enda dapn pnya ya kole kolest ster erol ol dala dalam m

pemb pembul uluh uh dara darah h

jant jantun ung g

koro korone ner  r 

menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh menjadi lebih berat. 5. Diabetes Mellitus Karena kadar glukosa yang berlebih bisa menimbulkan penyakit yang agak berat dan bersifat herediter. 6. Ketegangan jiwa/stres Stres terjadi bias meningkatkan aliran darah dan penyempitan pada pembuluh darah koroner. 7. Keturunan 8. Kurang makan sayur dan buah

J. Pencegahan

Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama  pada kelompok dengan risiko tinggi. a. Obati penyeba penyebab b potensial potensial dari kerusakan kerusakan miokard miokard..  b. Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark ulangan. c. Pengobatan Pengobatan hipertensi hipertensi yang agresif. agresif. d. Koreksi Koreksi kelainan kongenit kongenital al serta penyakit penyakit katup jantung. jantung. e. Memerlukan Memerlukan pembahasan pembahasan khusus. khusus. f. Bila sudah sudah ada disfungsi disfungsi miokard, miokard, upayakan upayakan eliminasi eliminasi penyebab penyebab yang yang mendasari. mendasari.

K. Penatalaksanaan Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya untuk  menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang potentially curable. Dasar pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi : 1. Non medikamentosa.

13

Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah istirahat, dimana kerja  jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi benar–benar dengan tirah baring (bed rest) mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat. Sering tampak gejala–gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan. kebutuhan. Penderita Penderita dengan dengan gizi kurang diberi makanan makanan tinggi tinggi kalori dan tinggi tinggi protein. protein. Cairan diberikan sebanyak 80–100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.

2. Medikamentosa Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun  parenteral yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung. Sampai edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker  (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta dosis dosis kecil kecil sampai sampai optima optimall dapat dapat dimula dimulaii setelah setelah diuret diuretik ik dan ACE-inh ACE-inhibi ibitor tor tersebu tersebutt diberikan. Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT lainnya lainnya)) dimana dimana digita digitalis lis memilik memilikii mamfaa mamfaatt utama utama dalam dalam menamb menambah ah kekuat kekuatan an dan kece kecepa pata tan n kont kontra raks ksii otot otot.. Jika Jika keti ketiga ga obat obat diat diatas as belu belum m memb memberi erika kan n hasi hasill yang yang memuaskan. memuaskan. Aldosteron Aldosteron antagonis antagonis dipakai dipakai untuk memperkuat memperkuat efek diuretik diuretik atau pada   pasie pasien n dengan dengan hipoka hipokalem lemia, ia, dan ada beberap beberapaa studi studi yang yang menunj menunjukk ukkan an penuru penurunan nan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini. Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi seperti Brain N atriuretic Peptide (Nes (Nesir irit itid ide) e)

mas masih

dala dalam m

penel enelit itia ian. n.

Pema Pemaka kaia ian n

alat alat

Bant Bantu u

seper eperti ti

Card ardiac iac

Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-Cardiac Defibrillator) sebagai alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat iskemia maupun maupun non-iskem non-iskemia ia dapat memperbaiki memperbaiki status status fungsiona fungsionall dan kualitas kualitas hidup, hidup, namun namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala dengan masih minimalnya minimalnya jumlah miokard miokard yang dapat ditumbuhk ditumbuhkan an untuk untuk mengganti mengganti miokard miokard yang rusak dan masih memerlukan penelitian lanjut.

3. Operatif  Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain : a. Revaskularis Revaskularisasi asi (perkutan, (perkutan, bedah). bedah).

14

 b. Operas Operasii katup katup mitral. mitral. c. Aneu Aneuri rism smek ekto tomi. mi. d. Kardiom Kardiomiop ioplas lasti. ti. e. Extern External al cardiac cardiac suppo support. rt. f. Pacu jantung, jantung, konvensio konvensional, nal, resinkroni resinkronisasi sasi pacu jantung jantung biventricular biventricular.. g. Implantable Implantable cardiovert cardioverter er defibrillators defibrillators (ICD). (ICD). h. Heart transplantat transplantation, ion, ventricular ventricular assist assist devices, devices, artificial heart. i. Ultrafi Ultrafiltr ltrasi asi,, hemo hemodia dialis lisis. is.

15

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Aktivitas dan Istirahat o Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar. Mengeluh sulit tidur (keringat malam hari). o Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu, dispneu. 2. Sirkulasi o Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital: kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock  hipovolema. o Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial. 3. Integritas Ego o Tanda: Menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna, kepribadian neurotik. 4. Makanan / Cairan o Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik. o Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar krakela dan mengi. 5. Neurosensoris o Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing o Tanda: Kelemahan 6. Pernafasan o Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal. o Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah, gelisah. 7. Keamanan o Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi

16

o Tanda: Kelemahan tubuh 8. Penyuluhan / pembelajaran o Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya. o Tanda: Menunjukan kurang informasi.

Menurut Brunner & Suddarth, 2002: Fokus pengkajian keperawatan untuk pasien gagal jantung ditujukan untuk mengobservasi adanya tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan paru dan tanda serta gejala sistemis Semua tanda yang mengarah kesana harus dicatat dan dilaporkan.

Pernapasan. Paru harus diauskultasi dengan interval sesering mungkin untuk menentukan ada ata u tidak  adanya adanya krekel krekel dan wheezi wheezing. ng. Krekel Krekel terjad terjadii oleh oleh geraka gerakan n udara udara melalui melalui cairan, cairan, dan menunjukkan terjadinya kongesti paru. Frekuensi dan dalamnya pernapasan juga harus dicatat.

Jantung. Jantung diauskultasi mengenai adanya bunyi jantung S3 atau S4. Adanya tanda tersebut  berarti bahwa pompa mulai mengalami kegagalan, dan pada setiap denyutan, darah yang tersisa didalam ventrikel makin banyak. Frekuensi dan irama juga harus dicatat. Frekuensi yang terlalu cepat menunjukkan bahwa ventrikel memerlukan waktu yang lebih banyak  untuk pengisian, serta terdapat stagnasi darah yang terjadi di atria dan pada akhirnya juga di paru.

Penginderaan/Tingkat Kesadaran. Bila volume darah dan cairan dalam pembuluh darah meningkat, maka darah yang beredar  menjadi lebih encer dan kapasitas transpor oksigen menjadi berkurang. Otak tidak dapat  bertoleransi terhadap kekurangan oksigen dan pasien mengalami konfusi.

Perifer. Bagian bawah tubuh pasien harus dikaji akan adanya edema. Bila pasien duduk tegak, maka yang diperiksa adalah kaki dan tungkai bawah; bila pasien berbaring telentang, yang dikaji adalah sakrum dan punggung untuk melihat adanya edema. Jari dan tangan kadang

17

 juga bisa mengalami edema. Pada kasus khusus gagal jantung, pasien dapat mengalami edema periorbital, dimana kelopak mata tertutup karena bengkak.

Hati Hati diperiksa juga akan adanya hepatojugular refluks (HIR). Pasien diminta bernapas secara normal pada saat dilakukan penekanan pada hati selama 30 sampai 60 detik. Bila distensi vena leher meningkat lebih dari 1 cm,, maka tes ini positif menunjukkan adanya  peningkatan tekanan vena.

Distensi Vena Juguler. JVD Juga harus dikaji. Ini dilakukan dengan mengangkat pasien dengan sudut sampai 45°. Jarak antara sudut Louis dan tingginya distensi vena juguler ditentukan. (Sudut Louis adalah hubungan antara korpus sternum dengan manubrium). Jarak yang lebih dari 3 cm dikatakan tidak normal. Ingat bahwa ini hanya perkiraan dan bukan pengukuran pasti.

Haluaran Urin. Pasien bisa mengalami oliguria (berkurangnya haluaran urin kurang dari 100 dan 400 ml/24 jam) atau anuria (haluaran urin kurang dari 100 ml/24 jam). Maka penting sekali menguk mengukur ur haluar haluaran an seserin sesering g mungki mungkin n untuk untuk membua membuatt dasar dasar penguk pengukura uran n efektiv efektivita itass diuretik. Masukan dan haluaran harus dicatat dengan baik dan pasien ditimbang setiap hari,  pada saat yang sama dan pada timbangan yang sama.

B. Diagnosa Keperawatan Keperawatan

1. Diagnosa Utama: a. Intole Intoleran ransi si aktivitas aktivitas berhubu berhubunga ngan n dengan dengan kelelaha kelelahan n dan dispnu dispnu akibat akibat turunn turunnya ya curah jantung.  b. Kecemasan Kecemasan berhubung berhubungan an dengan dengan kesulitan kesulitan napas dan kegelis kegelisahan ahan akibat akibat oksigenasi oksigenasi yang tidak adekuat. c. Gangguan Gangguan perfusi perfusi jaringan jaringan perifer perifer berhubun berhubungan gan dengan dengan stasis stasis vena. vena. d. Poten Potensi sial al kura kurang ng peng penget etah ahua uan n meng mengen enai ai prog program ram pera perawa watan tan diri diri berh berhub ubun unga gan n dengan tidak bisa menerima perubahan gaya hidup yang dianjurkan.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

18

a. Kerusa Kerusakan kan pertukar pertukaran an gas b.d kongest kongestii paru paru sekund sekunder er peruba perubahan han membran membran kapiler  kapiler  alveoli dan retensi cairan interstisiil.  b. Penurunan Penurunan curah jantung jantung b.d penurun penurunan an pengisian pengisian ventrikel ventrikel kiri, peningkatan peningkatan atrium atrium dan kongesti vena.

C. Intervensi

Perencanaan menurut Brunner & Suddarth, 2002: Tujuan utama mencakup bertambahnya istirahat, penghilangan kecemasan, pencapaian   perfusi jaringan yang normal, pemahaman mengenai program perawatan diri dan tidak  terjadi komplikasi.

Diagnosa Keperawatan 1) :

Kerusakan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisiil Tujuan : Mempertahan Mempertahankan kan ventilasi dan oksigenas oksigenasii secara adekuat, PH darah normal, PO2 80-100 80-100 mmHg, PCO2 35-45 mm Hg, HCO3 –3 – 1,2 Tindakan: •

Kaji kerja pernafasan (frekwensi, irama , bunyi dan dalamnya)



Berikan tambahan O2 6 lt/mnt



Pantau saturasi (oksimetri) PH, BE, HCO3 (dengan BGA)



Koreksi kesimbangan asam basa



Beri posisi yang memudahkan klien meningkatkan ekpansi paru.(semi fowler)



Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan nafas dalam



Lakukan balance cairan



Batasi intake cairan





Evaluasi kongesti paru lewat radiografi Kolaborasi : 

RL 500 cc/24 jam



Digoxin 1-0-0



Furosemid 2-1-0

19

Rasional •

Untuk mengetahui tingkat efektivitas fungsi pertukaran gas.



Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas.



Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya  proses pertukaran gas.



Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernafasan.



Meningkatkan ekpansi paru



Kongesti yang berat akan memperburuk proses perukaran gas sehingga berdampak   pada timbulnya hipoksia.



Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat meguranngi timbulnya odem sehingga dapat mecegah ganggun pertukaran gas.



Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH.

Diagnosa Keperawatan 2) :

Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti vena. Tujuan : Stabilitas Stabilitas hemodinamik hemodinamik dapat dipertahan dipertahanakan akan dengan kriteria : (TD > 90 /60), Frekwensi Frekwensi  jantung normal. Tindakan: •

Pertahankan pasien untuk tirah baring



Ukur parameter hemodinamik 



Pantau EKG terutama frekwensi dan irama.



Pantau bunyi jantung S-3 dan S-4



Periksa BGA dan saO2



Pertahankan akses IV



Batasi Natrium dan air 



Kolaborasi : 

ISDN 3 X1 tab



Spironelaton 50 –0-0

20

Rasional •



Mengurangi beban jantung

Untuk mengetahui perfusi darah di organ vital dan untuk mengetahui PCWP, CVP sebagai indikator peningkatan beban kerja jantung.



Untuk mengetahui jika terjadi penurunan kontraktilitas yang dapat mempengaruhi curah jantung.



Untuk Untuk menget mengetahu ahuii tingka tingkatt ganggu gangguan an pengis pengisian ian sistol sistolee ataupun ataupun diasto diastole. le. Untuk  Untuk  mengetahui perfusi jaringan di perifer.



Untuk maintenance jika sewaktu terjadi kegawatan vaskuler.



Mencegah peningkatan beban jantung



Meningkatkan perfusi ke jaringan



Kalium sebagai salah satu komponen terjadinya konduksi yang dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot jantung.

Intervensi Keperawatan menurut Brunner & Suddarth, 2002: Bertambahnya Istirahat. Pasien Pasien perlu sekali beristirahat beristirahat baik secara fisik maupun emosional. emosional. Istirahat akan mengur mengurang angii kerja kerja jantun jantung, g, mening meningkat katkan kan tenaga tenaga cadang cadangan an jantun jantung, g, dan menuru menurunka nkan n tekana tekanan n darah. darah. Lamany Lamanyaa berbar berbaring ing juga juga merang merangsan sang g diures diuresis is karena karena berbar berbaring ing akan akan memp memper erba baik ikii perfu perfusi si ginj ginjal al.. Isti Istira raha hatt juga juga meng mengur uran angi gi kerja kerja otot otot pern pernap apas asan an dan dan   penggunaa penggunaan n oksigen. oksigen. Frekuensi Frekuensi jantung jantung menurun, menurun, yang akan memperpanja memperpanjang ng periode periode diastole pemulihan sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.

Posisi. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20 sampai 30 cm (8-10 inci) atau pasien didudu didudukka kkan n di kursi kursi.. Pada Pada posisi posisi ini aliran balik balik vena vena ke jantun jantung g (prelo (preload) ad) dan paru  berkurang, kongesti paru berkurang, dan penekanan hepar ke diafragma menjadi minimal. Lengan bawah harus disokong dengan bantal untuk mengurangi kelelahan otot bahu akibat  berat lengan yang menarik secara terus-menerus.

21

Pasien yang dapat bernapas hanya pada posisi tegak (ortopnu) dapat didudukkan di sisi tempat tidur dengan kedua kaki disokong kursi, kepala dan lengan diletakkan di meja tempat tidur dan vertebra lumbosakral disokong dengan bantal. Bila terdapat kongesti paru, maka lebih baik pasien didudukkan di kursi karena  posisi ini dapat memperbaiki perpindahan cairan dari paru. Edema yang biasanya terdapat di bagian bawah tubuh, berpindah ke daerah sakral ketika pasien dibaringkan di tempat tidur.

Penghilangan Kecemasan. Karen rena

pasi asien

yang

mengalami ami

gagal

jantung

mengalami

kesu esulitan

mempertahankan oksigenasi yang adekuat, maka mereka cenderung gelisah dan cemas karena sulit bernapas. Gejala ini cenderung memburuk pada malam hari. Menaikkan kepala tempat tidur dan membiarkan lampu menyala di malam hari sering sangat membantu. Kehadiran anggota keluarga cukup memberi rasa aman pada kebanyakan pasien. Oksigen dapat diberikan selama stadium akut untuk mengurangi kerja  pernapasan dan untuk meningkatkan kenyamanan pasien. Morfm dengan dosis kecil dapat diberikan untuk dispnu yang berat dan hipnotis juga dapat diberikan untuk membantu  pasien tidur. •

Pada Pada pasi pasien en deng dengan an kong konges esti ti hepa hepati tik, k, hati hati tida tidak k mamp mampu u mela melaku kuka kan n pros proses es detoksifikasi racun obat-obatan dalam jangka waktu yang normal. Oleh sebab itu obat-obat harus diberikan secara hati-hati.



Hipoks Hipoksia ia serebr serebral al yang yang diserta disertaii retensi retensi nitrog nitrogen en merupa merupakan kan masalah masalah pada pada gagal gagal   jantu jantung ng dan dapat dapat menyeb menyebabk abkan an pasien pasien bereak bereaksi si negati negatiff terhad terhadap ap penena penenang ng dan hipnotik, ditandai dengan adanya konfusi dan peningkatan rasa cemas.



Hindari penggunaan ikatan karena dapat menjerat, yang menyebabkan kerja jantung meningkat. Pasien yang tidak dapat tidur di tempat tidur di malam hari dapat duduk dengan

nyaman di kursi. Posisi ini menyebabkan sirkulasi serebral maupun sistemik membaik, sehingga kualitas tidur menjadi lebih baik.

Menghindari Stres. Pasien yang sangat cemas tidak akan mampu beristirahat dengan cukup. Stres emosional mengak mengakiba ibatka tkan n vasok vasokons onstri triksi ksi,, tekana tekanan n arteri arteri mening meningkat kat,, dan denyut denyut jantun jantung g cepat. cepat.

22

Memberikan Memberikan kenyamanan kenyamanan fisik dan menghinda menghindari ri situasi situasi yang cenderung menyebabkan menyebabkan kecemasan dan agitasi dapat membantu pasien untuk rileks. Istirahat dilanjutkan beberapa hari hingga beberapa minggu sampai gagal jantung dapat dikontrol.

Memperbaiki Perfusi Jaringan Normal. Penurunan Penurunan perfusi jaringan yang terjadi pada gagal jantung adalah akibat akibat tingkat tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnasi darah di jaringan perifer. Latihan harian ringan dapat memperbaiki aliran darah ke jaringan perifer. Oksigenasi yang adekuat dan diuresis yang sesuai juga dapat memperbaiki perfusi jaringan. Diuresis yang efektif dapat mengurangi pengenceran darah, sehingga meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dalam sistem vaskuler. Istirahat yang memadai sangat penting untuk memperbaiki perfusi  jaringan yang adekuat. Bahaya Bahaya yang yang dapat dapat timbul timbul pada pada tirah tirah baring baring,, adalah adalah dekubi dekubitus tus (terut (terutama ama pada pada  pasien edema), flebotrombosis, dan emboli pulmoner. Perubahan posisi, napas dalam, kaus kaki kaki elastik elastik,, dan latiha latihan n tungka tungkaii semuan semuanya ya dapat dapat memper memperbai baiki ki tonus tonus otot, otot, sehing sehingga ga membantu aliran balik vena ke jantung.

Penyuluhan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah. Setelah gagal jantung dapat terkontrol, pasien dibimbing untuk secara bertahap kembali ke gaya hidup dan aktivitas sebelum sakit sedini mungkin. Aktivitas kegiatan hidup sehari-hari harus direncanakan untuk meminimalkan periode apnu dan kelelahan. Berbagai penyesuaian kebiasaan, pekerjaan, dan hubungan interpersonal biasanya harus dilaku dilakukan kan.. Setiap Setiap aktivi aktivitas tas yang yang menimb menimbulk ulkan an gejala gejala harus harus dihind dihindari ari atau dilaku dilakukan kan adaptasi. Pasien dibantu untuk mengidentifikasi stres emosional dan menggali cara-cara untuk menyelesaikannya.

Biasan Biasanya ya pasien pasien sering sering kembal kembalii ke klinik klinik dan rumah rumah sakit sakit akibat akibat kekamb kekambuha uhan n episod episodee gagal gagal jantun jantung. g. Hal tersebu tersebutt tidak tidak hanya hanya menyeb menyebabk abkan an masala masalah h psikol psikologi ogis, s, sosiologis dan finansial tetapi beban fisiologis pasien akan menjadi lebih serius. Organ tubuh tentunya akan rusak. Serangan berulang dapat menyebabkan fibrosis paru, sirosis hepatis hepatis,, pembes pembesaran aran limpa limpa dan ginjal ginjal,, dan bahkan bahkan kerusa kerusakan kan otak otak akibat akibat kekura kekuranga ngan n oksigen selama episode akut.

23

Memberikan penyuluhan kepada pasien dan melibatkan pasien dalam implementasi   program program terapi akan memperbaiki memperbaiki kerjasama dan kepatuhan. kepatuhan. Kebanyakan Kebanyakan kekambuha kekambuhan n gagal jantung terjadi karena pasien tidak mematuhi terapi yang dianjurkan, seperti tidak  mampu melaksanakan melaksanakan terapi pengobatan pengobatan dengan dengan tepat, melanggar melanggar pembatasan pembatasan diet, tidak  mematuhi mematuhi tindak tindak lanjut lanjut medis, medis, melakukan melakukan aktivitas aktivitas fisik yang berlebihan berlebihan dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan. Pasien Pasien harus harus dibant dibantu u untuk untuk memaha memahami mi bahwa bahwa gagal gagal jantun jantung g dapat dapat dikont dikontrol rol.. Menyusun jadwal tindak lanjut medis secara teratur, menjaga berat badan yang stabil, membatasi membatasi asupan asupan natrium, natrium, pencagahan pencagahan infeksi, menghindar menghindarii bahan berbahaya seperti seperti kopi, tembakau, dan menghindari latihan yang tidak teratur dan berat semuanya membantu menceg mencegah ah awitan awitan gagal gagal jantun jantung. g. Pada Pada pasien pasien denga denga penyak penyakit it kattup kattup jantun jantung, g, maka maka   pembe pembedah dahan an untuk untuk memper memperbai baiki ki defek defek pada pada saat saat yang yang tepat tepat dapat dapat memper mempertah tahank ankan an  jantung dan mencegah kegagalan. Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung ditujukan pada 5 aspek : mengurangi  beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard, mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap penyebab, faktor pencetus dan penyakit yang mendasari. Pada Pada umumny umumnyaa semua semua pender penderita ita gagal gagal jantun jantung g dianju dianjurka rkan n untuk untuk membat membatasi asi aktivitas sesuai beratnya keluhan. Terapi nonfarmakologi antara lain: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur (Nugroho, 2009). Beban awal dapat dikurangi dengan pembatasan cairan,  pemberian  pemberian diuretika, nitrat, atau vasodilator vasodilator lainnya. Beban akhir dikurangi dikurangi dengan dengan obatobat obat vasodi vasodilat lator, or, seperti seperti ACE-in ACE-inhib hibito itor, r, hidrala hidralazin zin.. Kontra Kontrakti ktilita litass dapat dapat diting ditingkat katkan kan dengan obat ionotropik seperti digitalis, dopamin, dan dobutamin (Sugeng dan Sitompul, 2003).

D. Implementasi

Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005) Implementasi Implementasi merupakan pelaksanaan pelaksanaan dari rencana rencana tindakan tindakan keperawatan keperawatan yang telah telah disusu disusun n / ditemu ditemukan kan,, yang yang bertuj bertujuan uan untuk untuk memenu memenuhi hi kebutu kebutuhan han pasien pasien secara secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama bekerjasama dengan anggota tim kesehatan kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan

24

kepada pasien. Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat : 1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan 2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan 3. Menyiapkan lingkungan terapeutik  4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari 5. Memberikan asuhan keperawatan langsung 6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.

Implem Implement entasi asi membut membutuhk uhkan an perawa perawatt untuk untuk mengka mengkaji ji kembal kembalii keadaa keadaan n klien, klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan. Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan kesehatan lain termasuk termasuk memastikan memastikan bahwa orang yang didelegasik didelegasikan an terampil terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005) Evaluasi merupakan proses yang dilakuakn untuk menilai pencapaian tujuan atau menilai respon respon klien klien terhada terhadap p tindak tindakan an lepera leperawat watan an seberap seberapaa jauh jauh tujuan tujuan kepera keperawat watan an telah telah terpenuhi. Pada Pada umumny umumnyaa evalua evaluasi si dibeda dibedakan kan menjad menjadii dua yaitu yaitu evalua evaluasi si kuanti kuantitati tatiff dan evalua evaluasi si kualita kualitatif. tif. Dalam Dalam evalus evalusii kuanti kuantitat tatif if yang yang dinila dinilaii adalah adalah kuatit kuatitas as atau atau jumlah jumlah kegiatan keperawatan yang telah ditentukan sedangkan evaluasi kualitatif difokoskan pada masalah satu dari tiga dimensi struktur atau sumber, dimensi proses dan dimensi hasil tindakan yang dilakukan.

Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut : 1. Mengum Mengumpul pulkan kan data data keperaw keperawatan atan pasie pasien. n.

25

2. Menafsirkan Menafsirkan (menginterp (menginterpretasik retasikan) an) perkemba perkembangan ngan pasien. pasien. 3. Membanding Membandingkan kan dengan dengan keadaan keadaan sebelum sebelum dan sesudah sesudah dilakukan dilakukan tindakan tindakan dengan dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 4. Mengukur Mengukur dan memband membandingk ingkan an perkembangan perkembangan pasien pasien dengan dengan standar standar normal yang yang  berlaku.

Hasil yang diharapkan: 1. Mengalami penurunan kelelahan dan dispnea. a. Mampu beristirahat beristirahat secara secara adekuat adekuat baik baik fisik fisik maupun maupun emosion emosional. al.  b. Berada pada pada posisi posisi yang tepat tepat yang dapat dapat mengurang mengurangii kelelahan kelelahan dan dispnu. dispnu. c. Mema Mematu tuhi hi atura aturan n pengob pengobat atan an.. 2. Mengalami penurunan kecemasan. a. Menghindar Menghindarii situasi situasi yang menimbulkan menimbulkan stress. stress.  b. Tidur Tidur nyenya nyenyak k di malam malam hari hari.. c. Melapo Melaporka rkan n penurun penurunan an stres stres dan kecem kecemasa asan. n. 3. Mencapai perfusi jaringan yang normal. a. Mampu Mampu berist beristira irahat hat deng dengan an cuku cukup. p.  b. Melakukan Melakukan aktivitas aktivitas yang memperb memperbaiki aiki aliran balik balik vena; vena; latihan harian harian sedang; sedang; rentang gerak ekstremitas aktif bila tidak bisa berjalan atau harus berbaring dalam waktu lama, mengenakan kaus kaki penyokong. c. Kulit Kulit hanga hangatt dan kerin kering g dengan dengan warn warnaa normal. normal. d. Tidak Tidak mempe memperli rlihat hatkan kan edema edema perif perifer. er. 4. Mematuhi aturan perawatan diri.

26

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita ketahui, bahwa penyakit dekompensasi kordis masih merupakan masalah yang memiliki tingkat mortalitas yang tinggi terutama pada bayi dan anak, jika tidak ditangani dengan baik. Gagal jantung adalah kelainan patofisiologik yang mana jantung sebagai pompa tida tidak k mamp mampu u meme memenu nuhi hi kebu kebutu tuha han n dara darah h untu untuk k meta metabo boli lism smee jari jaring ngan an akib akibat at dari dari meningkatnya beban awal atau beban akhir atau menurunnya kontraktilitas miokard. Penanganan Penanganan dari gagal jantung memerlukan perhitungan perhitungan serta pertimbangan pertimbangan yang tepat agar tidak memperburuk keadaan jantung dari penderita. Selain itu edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya bila timbul keluhan dan dasar pengobatan sangatlah penting terutama bagi orang tua dan keluarga pasien agar dapat memban membantu tu memaks memaksima imalka lkan n proses proses penyem penyembuh buhan an dan menuru menurunka nkan n angka angka mortal mortalitas itas.. Istirahat serta rehabilitasi, pola diet, kontrol asupan garam, air, monitor berat badan adalah cara–cara yang praktis untuk menghambat progresifitas dari penyakit ini. Pada perjalanan   jauh jauh dengan dengan pesawa pesawat, t, keting ketinggia gian, n, udara udara panas panas dan humidi humiditas tas memerl memerluka ukan n perhat perhatian ian khusus. Konseling mengenai obat, baik khasiat maupun efek samping. Transplantasi jantung sebagai alternatif lain memberikan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi, 84% bertahan hidup sampai lima tahun dan 70% bertahan sampai 10 tahun. Hanya kendalanya kendalanya pada fasilitas fasilitas yang rumit dan biaya transplantasi transplantasi yang mahal. NegaraNegaranegara tertentu saja yang dapat melakukan transplantasi seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Malaysia.

B. Saran

Saran Saran sesuai sesuai dengan dengan masalah masalah yang yang telah telah disimp disimpulk ulkan an oleh oleh penuli penulis, s, pada pada akhir  akhir  makalah penulis memberikan saran bahwa untuk penaggulangan penyakit decompensatio

27

cord cordis is,, masy masyar arak akat at haru haruss meng mengur uran angi gi kebi kebias asaa aan n mero meroko kok, k, peng pengur uran anga gan n maka makana nan n   berkolestero berkolesteroll tinggi, tinggi, makanan makanan berlebih berlebih yang menyebabk menyebabkan an obesitas, obesitas, perbanyak perbanyak makan sayur sayur dan buah, buah, kurang kurangii stress stress dan lainny lainnyaa yang yang telah telah tertuli tertuliss dalam dalam makalah makalah guna guna memperkecil resiko decompensatio cordis.

28

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF