BAB I. Pendahuluan

August 11, 2017 | Author: shel43 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download BAB I. Pendahuluan...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Transportasi

udara

sangat

efektif

digunakan

untuk

membawa

penumpang dengan jarak yang jauh dan dapat mempercepat waktu tempuh dibandingkan transportasi darat dan laut. Salah satu sarana pokok dalam mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport) beserta fasilitasnya yang memenuhi standar internasional agar Bandar Udara dapat berfungsi secara optimal. Majunya sistem transportasi udara pada umumnya ditandai dengan peningkatan dan penambahan fasilitas lapangan terbang disetiap kota atau propinsi dan bertambahnya masyarakat pengguna jasa angkutan udara. Untuk melayani transportasi udara di Dumai maka didirikan Bandar Udara Pinang Kampai pada tahun 1971 oleh Pertamina UP II Dumai. Bandara ini selain digunakan untuk kepentingan penerbangan pertamina juga digunakan untuk penerbangan umum yang awalnya dikelola pihak Pertamina tapi sekarang pengelolaannya dilakukan oleh pihak Pemerintah daerah dibawah pengawasan Dinas Perhubungan Kota Dumai. Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal dan dalam rangka meningkatkan pelayanan dibidang transportasi udara, maka Pemerintah Kota Dumai berencana untuk mengembangkan Bandar Udara Pinang Kampai Dumai.

1

Dengan meningkatnya jumlah pengguna transportasi udara di Dumai, maka sejalan dengan itu harus juga ditingkatkan prasarana lapangan terbang salah satunya peningkatan areal pendaratan dan lepas landas pesawat terbang atau disebut landasan pacu agar kemampuan dari landasan pacu tersebut dapat melayani jenis pesawat maksimum rencana yaitu Boeing 737 - 400. Pada perencanaan suatu landasan pacu, yang harus diperhatikan adalah jenis pesawat dan lapis perkerasan yang digunakan pada landasan pacu. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu, landasan pacu yang ada tidak mampu melayani pesawat maksimum sejenis Boeing 737 – 400 yang akan direncanakan untuk take-off dan landing. Maka direncanakan peningkatan landasan pacu yang sesuai dengan syarat teknis dan standar yang ditetapkan ICAO (International Civil Aviation Organization ). Bandar Udara Pinang Kampai saat ini hanya mampu disinggahi oleh Jenis pesawat-pesawat ringan seperti : C-212, F-27, F-28, F-50, F-70, F-100 dengan panjang landasan yang ada 1.800 m, jalur penerbangan yang dilalui oleh pesawat terbang tersebut adalah : Jakarta – Sei. Pakning – Dumai. Bandar Udara Pinang Kampai terletak + 8 km ke arah selatan Kota Dumai. Landasan pacu yang ada terletak pada posisi 010 42’ 46,6” lintang Utara dan 1010 25’ 51,75” Bujur Timur dengan elevasi 16,848 m dari permukaan laut. Bentuk landasan pacu Bandara Pinang Kampai adalah landasan pacu tunggal (single runway) dengan nomor 03 – 21, sedangkan perkerasan runway adalah perkerasan lentur (flexible pavement).

2

1.2

Rumusan Masalah Rencana peningkatan prasarana bandar udara Pinang Kampai oleh pemerintah Kota Dumai menjadi bandar udara komersil dengan menambah panjang landasan pacu dari 1.800 m menjadi 2.250 m sehingga perlu diadakan perencanaan penelitian terhadap rencana tersebut dengan mengidentifikasi kelayakannya berdasarkan Maximum Take Off Weight (MTOW). Permasalahan dalam penulisan ini adalah : 1.

Apakah landasan pacu yang akan dilaksanakan mampu melayani pesawat maksimum rencana Boeing 737 - 400 untuk take off dan landing?

2.

Berapakah panjang landasan pacu dan tebal perkerasan lentur ideal dengan persyaratan teknis dan standarisasi yang ditetapkan oleh ICAO (International Civil Aviation Organization) dan FAA (Federal Aviation Administration)?

1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : 1.

Mengidentifikasi rencana pengembangan prasarana udara yaitu panjang landasan pacu.

2.

Merencanakan panjang landasan pacu maksimum pesawat rencana Boeing 737 - 400 dengan kondisi Maximum Take Off Weight ( MTOW ).

3.

Mengidentifikasi kelayakan Maximum Take Off Weight ( MTOW ) pesawat rencana Boeing 737 - 400 terhadap masterplan perencanaan landasan pacu.

4.

Merencanakan tebal lapisan perkerasan flexible pavement dengan metode FAA (Federal Aviation Administration) secara analitis dan grafis.

3

1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah : 1.

Prasarana bandar udara berupa landasan pacu yang direncanakan dapat dilaksanakan dan dikembangkan.

2.

Pesawat rencana Boeing 737 - 400 mampu beroperasi dengan Maximum Take Off Weight ( MTOW ).

3.

Nilai kelayakan pesawat rencana take off dan landing dengan Maximum Take Off Weight ( MTOW ) terhadap masterplan perencanaan landasan pacu.

4.

Tebal perkerasan flexible pavement dengan metode FAA (Federal Aviation Administration) secara analitis dan grafis dapat dibandingkan.

1.5

Batasan Masalah Permasalahan yang timbul dalam penulisan ini cukup luas, maka penulis akan membatasi masalah hanya pada : 1.

Melakukan penelitian terhadap fasilitas udara Bandar Udara Pinang Kampai berupa panjang landasan pacu.

2.

Merencanakan landasan pacu dengan menggunakan jenis pesawat rencana maksimum yang direncanakan beroperasi pesawat Boeing 737- 400.

3.

Panjang landasan pacu rencana yang akan diidentifikasi adalah penambahan panjang landasan pacu dari 1.800 m kondisi eksisting menjadi 2.250 m yang sesuai dengan masterplan.

4.

Tebal perkerasan flexible pavement berdasarkan standar yang disyaratkan dengan meode FAA (Federal Aviation Administration) secara analitis dan grafis. 4

1.6

Keaslian Penulisan Dalam penelitian ini banyak terdapat perbedaan dengan penelitianpenelitian sebelumnya yang pernah ada, seperti yang tersebut di bawah ini : 1.

Prasetyanto (2001) mengangkat judul “Evaluasi Terhadap Peningkatan Landasan Pacu Bandar Udara Ngurah Rai – Bali”. Dari hasil perhitungan berdasarkan standar International Civil Aviation Organization ( ICAO ) dan dengan pesawat terbang rencana B 747 – 400 yang lepas landas dengan berat maksimum

maka diperlukan panjang landasan pacu 3.836,07 m.

Dengan panjang landasan pacu 3000 m maka pesawat terbang B 747 – 400 akan lepas landas dengan berat maksimum sekitar 90% dari Maximum Take Off Weight (MTOW). Dari perhitungan juga didapatkan hasil bahwa jarak antara sumbu landasan pacu dan sumbu landasan hubung sebesar 180 m. 2.

Kharisma (2003) dengan judul “Penambahan Panjang Landasan Pacu di Bandar

Udara

Pondok

Cabe

Tangerang”.

Untuk

mengoptimalkan

penggunaan pesawat terbang B 737 – 200 dengan kondisi Maximum Take Off Weight ( MTOW ), landasan pacu yang ada dibandar udara Pondok Cabe perlu diperpanjang. Penambahan panjang landasan pacu tersebut berdasarkan pada kondisi lingkungan disekitar bandar udara Pondok Cabe. Dari hasil perhitungan diperoleh penambahan landasan pacu yang diperlukan adalah 150 m. Penambahan tersebut diusulkan ke arah utara, karena dibagian selatan terdapat halangan yang mempengaruhi operasi penerbangan.

5

Judul yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah “Analisis Peningkatan Landasan Pacu ( Runway ) Bandar Udara Pinang Kampai–Dumai” dengan pesawat rencana adalah Boeing 737 - 400 mampu take off atau landing dalam kondisi Maximum Take Off Weight (MTOW) sesuai dengan perencanaan penambahan panjang landasan pacu dari 1.800 m kondisi eksisting menjadi 2.250 m dengan metode ARFL (Aeroplane Reference Field Lenght) dan ICAO (International Civil Aviation Organization). Tebal perkerasan lentur (flexible pavement) perencanaan dibanding kan dengan syarat dan standarisasi FAA (Federal Aviation Administration) secara grafis dan analitis. Jadi jenis pesawat rencana dan kondisi eksisting berbeda dari penelitian sebelumnya.

6

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF