Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang: Diabetic Foot Ulcer (DFU) Merupakan Salah Satu Penyakit Metabolik Yang
September 10, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang: Diabetic Foot Ulcer (DFU) Merupakan Salah Satu Penyakit Metabolik Yang...
Description
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
(DFU) merupakan salah satu penyakit metabolik yang Diabetic Foot Ulcer (DFU) ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia) yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin atau kerja insulin dan bisa juga diakibatkan oleh kedua – duanya. duanya. DM secara umum dibagi menjadi dua yaitu DM yang ditandai dengan kekurangan absolut insulin endogen akibat destruksi autoimun pada sel beta pankreas dalam pulau langerhans, atau mungkin bersifat idiopatik yang lebih dikenal dengan DM tipe I sedangkan DM tipe II ditandai dengan resistensi insulin perifer dan gangguan sekresi insulin.DM tergolong penyakit yang tidak menular akan tetapi jumlah penderitanya terus bertambah setiap tahunnya baik dinegara maju maupun berkembang sekalipun (Clarkson. 2002). Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2000 jumlah penduduk dunia yang menderita DMsudah mencapai 171.230.000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah penderita DM di dunia akan mencapai jumlah 366.210.100 orang atau naik sebesar 114%. Indonesia sebagai negara berkembang menduduki peringkat keempat terbesar dengan pertumbuhan sebesar 152% atau dari 8.426.000 orang pada tahun 2.000 dan diperkirakan menjadi 21.257.000 orang di tahun 2030 (WHO, 2000). Tahun 2010 tercatat penderita DM di Provinsi Bali sebanyak 5.064 orang dan jumlah ini menempati urutan kedua terbanyak pada kelompok penyakit yang tidak menular. Tahun 2011 pasien dengan DM masih menempati urutan kedua yaitu untuk rawat jalan sebanyak 4.023 pasien sedangkan untuk rawat inapnya sebanyak 2.319 pasien dan meninggal karena DM sebanyak 66 orang. Tahun 2012 dari data surveilans terpadu berbasis rumah sakit sentinel saja sebanyak 1.113 pasien yang menderita DM dan sebagian besar mengalami DM tipe II. Hasil studipendahuluan
yang
dilakukan
di
Rumah
Sakit
Umum
Daerah(RSUD)Sanjiwani Gianyar diruang Penyakit dalam khususnya ruang Nakula dan ruang Sahadewa didapatkan sepanjang tahun 2013 jumlah penderita DM tipe II yang menjalani rawat inap di ruang Nakula sebanyak 199 orang dan di 1
ruang Sahadewa sebanyak 118 orang. Jumlah rata-rata setiap bulan di ruang Nakula sebanyak 17 orang dan di ruang Sahadewa sebanyak 10 orang. Tingginya jumlah penderita yang dirawat inap tersebut te rsebut tidak ti dak terlepas terl epas dari kurangnya latihan aktivitas Fisik dan kontrol diet yang sesuai dengan kondisi pasien (Bali Post, 2012). Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh intervensi yang diberikan terhadap gula darah. Beberapa intervensidalam penelitian yang pernah dilakukan seperti senam latihan jasmani, aerobik, dan PMR (Progressive Muscle Relaxation). Latihan fisik pada penderita DM tipe II pada dasarnya harus memperhatikan F.I.T.T (Frequency,Intensities, Time, Type)Ilyas (2013). Oleh karena itu latihan fisik yang lain yang memenuhi F.I.T.T juga bisa diterapkan untuk menekan peningkatan kadar gula darah dar ah seperti s eperti Active Assistive Range of Motion (AAROM). ( AAROM). ROM merupakan bagian dari Range of Motion (ROM) yang merupakan gerakan isotonis. Gerakan isotonis yaitu gerakan kontraksi otot memendek dengan gerakan masing – masing masing persendian sesuai dengan rentang gerak yang normal namun tegangan pada otot tetap konstan selama kontraksi. Bila sebuah otot berkontraksi, timbul suatu kerja dan memerlukan energi sehingga kebutuhan terhadap glukosa juga akan meningkat. Melakukan latihan AAROM akan meningkatkan kebutuhan energi dan dapat meningkatkan metabolisme serta sirkulasidarah kondisi ini menyebabkan jala – jala kapiler lebih banyak terbuka sehinggalebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif. Manfaat latihan AAROM bagi penderita DM antara lain mempermudah glukosa Masuk kedalam sel-sel, meningkatkan kepekaan terhadap insulin,dan mencegah kegemukan. AAROM yang merupakan intervensi mandiri perawat yang saat ini masih jarang diterapkan pada penderita DM akan tetapi hanya sebatas pada pasien stroke 5 atau penyakit neurologi dengan kasus muskuloskletal untuk proses rehabilitasi (Guyton & Hall, 2008). Salah satu penelitian tentang ROM yaitu berjudul “Pengaruh Latihan Rentang
Gerak
Sendi
Bawah
Secara
Aktif
(Active
Lower
Range
of
Motion)Terhadap Motion)Te rhadap Tanda dan Gejala Neuropati Diabetikum” oleh Widyawati (2010) menunjukkan bahwa peningkatan rerata kekuatan otot pada unkle 2
kelompok yang mendapatkan intervensi yang awalnya 4,58 meningkat menjadi 4,92 dan terdapat perbedaan yang bermakna dengan p value=0,001 dan α=0,05.Penelitian ini telah membuktikan bahwa adanya pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot penderita. Dengan Meningkatnya kekuatan otot ini akan mengoptimalkan penggunaan Glukosa darah pada penderita DM tipe II. Penelitian Pe nelitian lebih jauh tentang manfaat dari ROM terhadap pasien DM tipe II masih berfokus pada neuropati diabetikum saja sehingga s ehingga hal inilah yang membuat peneli peneliti ti tertarik untuk meneliti pengaruh latihan fisik berupa ROM khususnya AAROM terhadap kadar gula darah 2 jam postpradial pada pasien dengan DM tipe II. Peneliti juga tertarik melakukan penelitian di RSUD Sanjiwani Gianyar khusunya diruang Nakula dan ruang Sahadewa karena selain merupakan ruangan dengan banyak penderita DM tipe II juga karena di ruang Nakula dan ruang Sahadewa belum diterapkannya program aktivitas Fisik untuk mengontrol gula darah pada penderita DM tipe II (Widyawati, 2010)
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang bisa diambil dari makalah ini adalah bagaimana terapi ROM pada Diabetes Foot Ulcer.
C.
Tujuan dan Manfaat
1.
Tujuan Umum a. Untuk memenuhi tugas SGD dari mata kuliah Terapi Komplementer
2.
Tujuan Khusus a. Mengetahui definsi dari DFU dan Latihan ROM
b. Mengetahui pengaruh, indikasi, manfaat, tahapan terapi, teknik pelaksanaan dalam terapi ROM pada DFU.
3
BAB II PEMBAHASAN A.
Definisi
1.
Diabetic Foot Ulcer
American diabetes association association (ADA) 2011 menyatakan DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik sengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah (ADA, 2011). 2011). Diabetic Foot Ulcer (DFU) adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Pasien diabetes sangat beresiko terhadap kejadian luka dikaki (Litzelman, 1993) dan merupakan jenis luka kronis yang sangat sulit penyembuhannya. Perawtan luka diabetes khususnya dikaki relatif mahal,namun menjadi lebih berkualitas dibanding pasien harus kehilangan salah satu anggotatubuhnya. Ada banyak alasan mengapa klien diabetes beresiko tinggi terhadap kejadian luka dikaki diantaranya diakibatkan karena kaki yang sulit bergerak terutama jika klien dengan obesitas, neoropati sensorik, iskhemia sehingga proses penyembuhan menjadi lambat akibat konstriksi pembuluh darah. Adanya gannguan sistem imunitas, pada klien diabetes menyebabkan luka mudah terinfeksi dan jika terkontaminasi bakteri akan menjadi ganren sehingga makin sulit pada perawatannya serta beresiko terhadapamputasi. 2.
Latihan ROM
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau
memperbaiki
tingkat
kesempurnaan
kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa 4
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal (Arif, M, 2008).
B.
Pengaruh Terapi Terhadap Kesehatan
Fleksibilitas yang memiliki keterbatasan gerak meningkat setelah melakukan terapi ROM. Untuk meningkatkan flkesibilitas sendi yang memiliki keterbatasan gerak, latihan ROM harus dilakukan 5 kali dalam seminggu minimal 3 minggu secara berturut-turut, dengan pengulangan gerakan sebanyak 7 kali untuk setiap gerakan. Untuk mengetahui dampak latihan berbentuk ROM yang lebih komprehensif harus dilakukan latihan ROM pada semua jenis gerakan pada setiap sendi dan dalam jumlah yang besar (Lang and Beebe, 2009).
C.
Indikasi Penggunaan Terapi
Indikasi yang digunakan untuk melakukan terapi ROM pada DFU menurut Lang and Beebe tahun 2009 yaitu : 1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran 2. Kelemahan otot 3. Fase rehabilitasi fisik 4. Klien dengan tirah baring lama D.
Manfaat Terapi Terhadap Kesehatan
Menurut Suratun tahun 2008 manfaat yang akan didapat setelah melakukan terapi ROM pada penderita DFU yaitu 1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan. 2. Mengkaji tulang, sendi dan otot. 3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi 4. Memperlancar sirkulasi darah 5
5. Memperbaiki tonus otot 6. Meningkatkan mobilisasi sendi 7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan E.
Tahapan Pelaksanan Terapi
1. Pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.
Gambar II.1. Pasien II.1. Pasien duduk diatas kursi 2. Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari keduabelah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
Gambar II.2. ( Fleksi Fleksi dan Ekstensi) Jari kaki kebawah rentang 30-60ᴼ Tumit Tumit kaki dilantai dan jari-jari kaki diluruskan keatas keatas 3. Dengan meletakkan tumit salahsatu kaki dilantai, angkat telapak kaki keatas. Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dan tumit kaki diangkat kan keatas. Gerakan ini dilakukan secara bersamaan pada kaki kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
6
Gambar III.3. ( Dorsal Dorsal fleksi dan Plantar fleksi) Tumit kaki dilantai sedangkan telapak kaki diangkat juga sebalikanya untuk tumit dan telapak kaki kiri kiri 4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat keatas dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
Gambar II.4. ( Rotasi) Rotasi) telapak kaki Tumit kaki dilantai sedangkan telapak kaki diangkat 5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
Gambar II.5. ( Plantar Plantar fleksi dan rotasi) Jari-jari kaki kaki dilantai dilantai 6. Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan kekanan. Ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali. 7
7. Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai. 8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti pada langkah ke-8, namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali. 9. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Kemudian gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang. kebelakan g. 10. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.
Gambar II.6. ( Ekstensi Ekstensi dan Rotasi) Kaki diluruskan dan diangkat diangkat 11. Letakkan selembar Koran dilantai. Kemudian bentuk kertas Koran tersebut menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan hanya sekali saja. 12. Kemudian robek Koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian Koran tersebut. 13. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki. 14. Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi. 15. Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri menjadi bentuk bola.
8
Gambar II.7 (Adduksi) (Adduksi) Kaki Kaki merobek kertas Koran kecil-kecil dengan menggunakan jari-jari kaki lalu dibungkus menjadi bentuk bola.
F.
Teknik Pelaksanaan
ROM aktif, pelaksanaan gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan ototototnya secara aktif . ROM pasif, dengan pelaksanaan yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.(Suratun, 2008)
G.
Perspektif dalam Keperawatan
Perspektif dalam keperawatan adalah senam kaki yang merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DFU atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki.Perawat 9
sebagai salah satu tim kesehatan, selain berperan dalam memberikan edukasi kesehatan juga dapat berperan dalam membimbing penderita DM untuk melakukan senam kaki sampai dengan penderita dapat melakukan senam kaki secara mandiri. Kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan judul ”Pelatihan Senam Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Diabetes Pada Kaki ( Diabetes Diabetes Foot )” )” telah dilaksanakan.di desa Indralaya Mulya. Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa seluruh peserta (100%) mengetahui tujuan dilakukannya senam kaki, mengetahui manfaat senam kaki, mengetahui indikasi dan kontraindikasi senam kaki dan antusias, perhatian serta aktif selama kegiatan pelatihan senam kaki (Taufik, 2010).
10
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan
Diabetic Foot Ulcer (DFU) adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Pasien diabetes sangat beresiko terhadap kejadian luka dikaki. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau
memperbaiki
tingkat
kesempurnaan
kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. Adapun dalam penggunaan latihan terapi ROM pada penderita DFU memiliki berbagai manfaat serta pengaruh terhadap kesehatan.
B.
Saran
Berdasarkan pembahasan diatas terdapat kekurangan dalam penulisan dikarenakan terbatasnya literatur yang kami dapatkan, sehingga kritik dan dan saran bagi pembaca sangat kami butuhkan demi kelengkapan makalah ini sehingga makalah ini dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
Clarkson. 2002. Muskuloskeletal Assessment . United States America(USA): Wolters Kluwer Company. Gorman, Dafer, and Levine. 2004. Ataxic Hemiparesis: Critical Appraisal of a Lacunar
Syndrome. Syndrome.
Available
from
:
http://www.strokeahajournals.org// [Diunduh pada tanggal 17/11/2012] Lang and Beebe. 2009. Active Range of Motion Predicts Upper Extremity Function
3
Monts
After
Stroke.Canada Stroke.Canada
:
http://stroke.ahajournals.org/content/40/5/1772 . http://stroke.ahajournals.org/content/40/5/1772 Levine, G. Peter. 2008. Stronger After Stroke Your Roadmap to recovery. recovery. Demos Medical Publishing. Potter & Perry. 1997. Fundamentals of Nursing 3Thed. The Art and Science of Nursing Care. Care. Philadelphia-New York : Lippincott Rasjad. 2009. Pengantar 2009. Pengantar Ilmu Bedah Bedah Ortopedi . Ortopedi . Jakarta : PT. Yasif Watampone. Right Diagnosis Statistik. 2010. Prevelance 2010. Prevelance of Gout . www.rightdiagnosis.com Schindler-Ivens, Desimone, Grubich, Kelley, Sanghvi, A. Brown. 2008. Lower Extremity Passive Range of Motion in Community-Ambulating Stroke Survivors.Available from : Journal of Neurologic Neurologic Physical Therapy’s author guidelines at www.jnpt.org.Sendi Lutut Pada Lansia di Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran, www.undip.ac.id Smeltzer & Bare. 2002. Buku Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Medikal-Bedah. Brunner & Suddarth vol. 1edisi 8. Jakarta : EGC. Suratun dkk. 2008. Klien Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal Muskuloskeletal .Jakarta: .Jakarta: EGC. Syaifudin. 2006. Anatomi Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Keperawatan. Jakarta : EGC. Taufik. 2010. Pengaruh Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Ankle Terhadap Proses Penyembuhan Ulkus Kaki Diabetik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan RSUD Jendral A. Yani Provinsi Lampung. www.ui.ac.id Uliya . 2007. Pengaruh Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Terhadap Fleksibilitas. Fleksibilitas . Jakarta : Gramedika.
12
View more...
Comments