BAB I ISPA

May 15, 2018 | Author: Couple Heart | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

BAB I ISPA...

Description

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dapat menyerang semua umur, baik orang dewasa, remaja atau balita. ISPA tidak mengenal tempat baik di negara maju atau negara berkembang. Jumlah tiap tahunnya kejadian ISPA di indonesia sebanyak 150.000 kasus atau seorang balita meninggal tiap 5 menitnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden ISPA di negara berkembang dengan angka kematian  balita diatas 40 per 1.000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% pertahun pada golongan usia balita (Depkes, 2010). Menurut Riskesdas tahun 2013 infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Karakteristik  penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8). Menurut jenis kelamin tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. ISPA merupakan  penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di indonesia diperkirakan 3 - 6 kali per tahun. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di  puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit. (Depkes, 2009). Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada anakanak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran  pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit pen yakit yang dapat dap at berlangsung be rlangsung sampai 14 hari. (Sari, 2013). Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali setahun. Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara  pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran

 pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, tetapi ISPA yang berlanjut menjadi Pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. (Sundari, dkk. 2014). Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal. Secara klinis,  pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau sebagai komplikasi dari penyakit pen yakit lain (Wong, Donna L. 2013). Sedangkan menurut Ngastiyah (2012), pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian,  beratnya penyakit dan karena pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko), pemberian ASI (ASI eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi zinc (mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi (mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko). (Kemenkes RI, 2010). Usia balita sering disebut dengan masa keemasan atau golden age periode. Periode  balita khususnya usia antara 3 –  5   5 tahun adalah masa keemasan untuk pertumbahan dan  perkembangan secara fisik, mental serta sosial. Pertumbuhan dan perkembangan yang normal tercermin dalam peningkatan berat badan sesuai umur dan tinggi badan sesuai umur dan berat badan sesuai tinggi badan serta ukuran lingkar kepala sebesar enam kali lipat selama tahun pertama. Pertumbuhan otak akan mencapai 75% pada anak usia 3 tahun dilanjutkan sampai 90% ketika berusia 5 tahun. Selain itu pertumbuhan otak akan melambat sampai pada usia dewasa. Maturasi otak akan akan menjadi dasar untuk  perkembangan bahasa, belajar dan perilaku (Lestari, 2015). Pertumbuhan dan perkembangan balita dipengaruhi oleh status gizi balita, kurangnya gizi yang diterima balita membuat daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan tubuhnya belum kuat. Dengan kondisi tubuh anak yang masih lemah, proses penyebaran penyakit pun menjadi lebih cepat, khususnya penyakit ISPA yang dapat dengan mudah menular melalui udara (Karyadi, 2015). Faktor risiko terjadinya ISPA disebabkan oleh faktor lingkungan fisik dan  pemeliharaan lingkungan rumah.Pemeliharaan lingkungan rumah dengan cara menjaga kebersihan di dalam rumah,mengatur pertukaran udara dalam rumah, menjaga kebersihan ligkungan luar rumah dan mengusahakan sinar matahari masuk kedalam rumah di siang hari, supaya pertahanan udara di dalam rumah tetap bersih sehingga dapat mencegah kuman dan termasuk menghindari kepadatan penghuni karena dianggap risiko meningkatnya terjadinya ISPA Selain faktor lingkungan fisik

 pencemaran udara didalam rumah (indoor) juga mempunyai peran terhadap terjadinya ISPA pada balita. Beberapa pencemaran udara didalam ruangan adalah anggota keluarga yang mengalami ISPA, anggota keluarga yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk  bakar, dan penggunaan kayu bakar sebagai ba han bakar memasak (Maryunani, 2010). Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Induk Rawat Jalan Mandiangin 2016-2017 terdapat sepuluh pola penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas. Dari sepuluh  penyakit tersebut ISPA merupakan penyakit tertinggi. Berdasarkan data tersebut dan survey awal yang yang dilakukan peneliti,ditemukan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian ISPA yaitu terlihat permasalahan lingkungan seperti jendela yang jarang dibuka, keadaan rumah yang sempit dengan jumlah penghuni rumah yang banyak dan  perilaku masyarakat yang kurang baik seperti merokok di dalam rumah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam  penelitian ini adalah “bagaimana  penerapan prosedur pendidikan keluarga pada balita  pengidap Ispa di Puskesmas Induk Rawat Jalan Mandiangin?” Mandiangin?”

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF