Bab 6 Defleksi Balok
September 10, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Bab 6 Defleksi Balok...
Description
BAB VI DEFLEKSI BALOK
6.1. Pendahuluan
Semua balok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apabila terbebani. Dalam struktur bangunan, bangunan, seperti : balok dan plat lantai tidak boleh melentur terlalu berlebihan untuk mengurangi/meniadakan pengaruh psikologis (ketakutan) pemakainya. Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan defleksi pada balok. Dalam diktat ini hanya akan dibahas tiga metode, yaitu metode integrasi ganda ganda (”doubel integr ations”), ations”), luas bidang momen momen (”Momen Area Method”), Method”), dan metode luas bidang momen sebagai beban. Metode integrasi ganda sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui defleksi sepanjang bentang sekaligus. Sedangkan metode luas bidang momen sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui lendutan dalam satu tempat saja. Asumsi yang dipergunakan untuk menyelesaiakan persoalan tersebut adalah hanyalah defleksi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak-lurus terhadap sumbu balok, defleksi yang terjadi relative kecil dibandingkan dengan panjang baloknya, dan irisan yang berbentuk bidang datar akan tetap berupa bidang datar walaupun terdeformasi.
6.2. Metode Integrasi Ganda
Suatu struktur sedehana yang mengalami lentur dapat digambarkan sebagaimana gambar 6.1, dimana y dimana y adalah adalah defleksi pada jarak x x,, dengan x dengan x adalah adalah jarak lendutan yang ditinjau, dx dx adalah adalah jarak mn, d sudut mon, dan r adalah adalah jari sudut jari lengkung.
62
63
O
d
r A
B
y
m
n d
dx x
Gambar 6.1. Balok sederhana yang mengalami lentur Berdasarkan gambar 6.1. didapat besarnya dx = r tg d karena besarnya
d relatif
sangat
kecil
maka
tg
d d saja sehingga
persamaannya dapat dapat ditulis menjadi dx = r.d atau
1 r
d dx
Jika dx bergerak kekanan maka besarnya besar nya d akan semakin mengecil atau semakin berkurang sehingga sehingga didapat persamaan 1 d r dx Lendutan relatif sangat kecil sehingga
tg
dy dx
, sehingga didapat persamaan
d 2 y 2 r dx dx dx
1
Persamaan tegangan
1 r
M EI
d dy
, sehingga didapat persamaan
d 2 y Sehingga didapat persamaan EI 2 M dx
M EI
d 2 y dx 2
(6.1)
64
Persamaan 6.1 jika dilakukan dua kali integral akan didapat persamaan
dy dM V dx dx
EI
EI y dV q dx
6.2.1. Contoh 1 Aplikasi pada balok sederhana dengan beban merat merata a q
A
B
L
x
BMD
Gambar 6.2. Balok Sederhana dengan beban merata
Dari gambar 6.2 besarnya momen pada jarak x sebesar M x = R A . x -
1 2
qL M x =
2
q x2 1
. x -
2
2
qx
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 6.1 sehingga didapat
d 2 y qL 1 EI 2 x qx 2 2 2 dx Diintegral terhadap x sehingga didapat
d 2 y 1 2 qL EI dx 2 2 x 2 qx 2
3
qLx qx dy EI C 1 4 6 dx
65
Momen maksimum terjadi pada x = L , dan pada tempat tersebut terjadi defleksi 2
dy
maksimum ,
dx
0 , sehingga persamaannya menjadi
L 2 L 3 qL q 2 2 C 0 1 4 6
0 C 1
qL3 48 qL3 24
qL3 16
C 1
Sehingga persamaan di atas akan menjadi
qLx 2 qx 3 qL3 dy EI 4 6 24 dx Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap t erhadap x sehingga menjadi
qLx 2 qx 3 qL3 dy EI dx 4 6 24 EI y
qLx 3 12
qx 4 24
qL3 x 24
C 2
Pada x = 0, lendutan l endutan y = 0, sehingga didapat C 2, dan persamaannya menjadi 0 = 0 + 0 + 0 + C 2 C 2 = 0 3
4
3
EI y qLx qx qL x 0 12 24 24 qx
y
24 EI qx
y
2 Lx L
3
24 EI
2
x 3 L3
2 Lx 2 x 3
Pada x = L akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat 2
q
y max
L
L L 2 L3 2 L 24 EI 2 2 2
3
66
y max
qL 3 L3 L3 L 48 EI 2 8
y max
qL 5 L3
48 EI 8
Sehingga lendutan maksimum yang terjadi di tengah bentang didapat :
y max
4 5qL
384 EI
(6.2)
6.2.2. Contoh 2 Aplikasi pada cantilever dengan beban merata
q
L
x
BMD
Gambar 6.3. Balok Cantilever dengan Beban Merata Dari gambar 6.3 besarnya momen pada jarak x sebesar M x = -
1 2
q x2
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 6.1 sehingga didapat
d 2 y 1 2 EI 2 qx dx 2 Diintegral terhadap x sehingga didapat
d 2 y 1 2 2 qx EI dx 2 3 dy qx EI C 1 6 dx
67
Momen maksimum terjadi pada x = L, dan pada tempat tersebut tidak terjadi defleksi,
dy
0 , sehingga persamaannya menjadi
dx
qx 3 0 6 C 1 C 1
qL3
6
Sehingga persamaan di atas akan menjadi 3 qL3 dy qx EI 6 6 dx
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap t erhadap x sehingga menjadi 3
3
qx qL dy EI dx 6 6 EI y
qx 4
qL3 x
24
6
C 2
Pada x = L, lendutan y = 0, sehingga se hingga didapat C 2
0
qL4
24
C 2
qL4
qL4
6
C 2
8
Persamaannya menjadi
qx 4 EI y 24 y
q 24 EI
x
4
qL3 x
qL4
6
8
4 L3 x 3 L4
Pada x = 0 akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
y max y max
q
0 0 3 L4
24 EI 3qL
24 EI
Sehingga lendutan maksimum cantilever (pada ujung batang) didapat :
68
y max
qL4 8 EI
(6.3)
6.2.3. Contoh 3 Aplikasi pada cantilever dengan titik
P
L
x
BMD
Gambar 6.4. Balok Cantilever dengan Beban Titik
Dari gambar 6.4 besarnya momen pada jarak x sebesar M x = - Px Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 6.1 sehingga didapat
d 2 y EI 2 Px dx Diintegral terhadap x sehingga didapat
d 2 y 2 Px EI dx 2
dy Px EI C 1 2 dx Momen maksimum terjadi pada x = L, dan pada tempat tersebut tidak terjadi defleksi,
dy dx
0 , sehingga persamaannya menjadi
PL2 0 C 1 2
69
C 1
PL3
2
Sehingga persamaan di atas akan menjadi 2
2
EI Px PL dy 2 2 dx Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap t erhadap x sehingga menjadi 2
2
dy Px PL EI dx 2 2 EI y EI y
Px 3
PL2 x
6
2
Px 6
C 2
L3 3 L2 C 2
Pada x = L, lendutan y = 0, sehingga didapat C 2 PL 2 0 L 3 L2 C 2 6
C 2
PL3 3
Persamaannya menjadi
2 PL3 x 3 L EI y 6 3 Px
EI y y
P
q 6 EI
6
x
3
x
3
3 xL2 2 L3
3 xL2 2 L3
3
Pada x = 0 akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
y
q
0 0 2 L3
6 EI
y max
PL3 3 EI
Sehingga lendutan maksimum cantilever dengan bebat titik (pada ujung batang) didapat :
70
y max
qL4 8 EI
(6.4)
6.2.4. Contoh 4 Aplikasi pada balok sederhana dengan beban titik P A
B
a
b L
BMD
x
Gambar 6.5. Balok Sederhana dengan beban titik Dari gambar 6.5 besarnya reaksi dukungan dan momen sebesar R A M x = M x =
Pb L
,
Pbx L Pbx L
dan dan
R B
Pa L
untuk x untuk x a
- P ( x-a) x-a)
untuk x untuk x a
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 6.1 persamaan garis elastis sehingga didapat
d 2 y Pbx untuk x untuk x a EI 2 L dx d 2 y Pbxx Pb untuk x untuk x a EI 2 P ( x a) L dx Diintegral terhadap x terhadap x sehingga sehingga didapat 2
Pbxx Pb dy EI C 1 2 L dx
71
Pbx P ( x a) dy EI C 2 dx L 2 2 2
2
Pada x Pada x = = a, dua persamaan di atas hasilnya akan sama. Jika diintegral lagi mendapatkan persamaan :
Pbx 3
C 1 x C 3 EI y 6 L EI y
Pbxx 3 Pb 6 L
P ( x a) 3
6
untuk x a untuk x
C 2 x C 4
untuk x a untuk x
Pada x x = a, maka nilai C 1 harus sama dengan C 2, maka C 3 = C 4, sehingga persamaannya menjadi menjadi :
EI y
Pbxx 3 Pb 6 L
P ( x a) 3
6
C 1 x C 3
Untuk x = Untuk x = 0, maka y maka y = = 0, sehingga nilai C 3 = C 4 = 0 Untuk x Untuk x = = L L,, maka y maka y = = 0, sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi :
P ( L a) 0 C 1 L 0 6 L 6 3
3
PbL
Besarnya L Besarnya L – – a = b
PbL
C 1
6
Pb 3 6 L
Pb C 1 L2 b 2 6 L Sehingga setelah disubstitusi menghasilkan persamaan :
y y
Pbx
L2 b 2 x 2
untuk x a untuk x
6 EIL Pbx
6 EIL
L
2
2
b x 2
P x a 3 6 EI
untuk x a untuk x
(6.5)
6.3. Metode Luas Bidang Momen
Pada pembahasan di atas telah dihasilkan lendutan yang berupa persamaan. Hasil tersebut masih bersifat umum, namun mempunyai kelemahan apabila
72
diterapkan pada struktur dengan pembebanan yang lebih kompleks, maka dirasa kurang praktis, karena harus melalui penjabaran secara matematis. Metode luas bidang momen inipun juga mempunyai kelemahan yang sama apabila dipakai pada konstruksi dengan pembebanan yang lebih kompleks. Namun demikian metode ini sedikit lebih praktis, karena proses hitungan dilakukan tidak secara matematis tetapi bersifat numeris. O
d
r A
B
m
n d
dx
B’ B” d
AB
BMD
Gambar 6.6. Gambar Balok yang mengalami Lentur
Dari gambar 6.6 tersebut didapat persamaan 1 r
d dx
=
M EI
atau dapat ditulis menjadi
73
d
M EI
dx
(6.6)
Dari persamaan 6.6 dapat didefinisikan sebagai berikut :
Definisi I :
Elemen sudut d yang dibentuk oleh dua tangen arah pada dua titik yang berjarak dx, besarnya sama dengan luas bidang momen antara dua titik tersebut dibagi dengan EI.
Dari gambar 6.6, apabila dx dx adalah adalah panjang balok AB, maka besarnya sudut yang dibentuk adalah : AB
L
M
0
EI
dx
Berdasarkan garis singgung m dan n yang berpotongan dengan garis vertikal yang melewati titik B, akan diperoleh :
M . x dx B ' B " d x.d EI
(6.7)
Nilai M.dx M.dx = Luas bidang momen sepanjang dx dx.. M.x.dx = Statis momen luas bidang M terhadap titik yang yang berjarak x d dari ari elemen M. Sehingga dari persamaan 6.7 dapat didefinisikan sebagai berikut :
Definisi II : Jarak vertikal pada suatu tempat yang dibentuk dua garis singgung pada dua titik tit ik suatu balok besarnya sama dengan statis stat is momen luas bidang momen terhadap tempat tersebut dibagi dengan EI. EI.
Jarak BB '
L
0
M . x EI
dx
Untuk menyelesaikan persamaan tersebut yang menjadi persoalan adalah letak titik berat suatu luasan, karena letak titik berat tersebut diperlukan dalam menghitung statis momen luas M.dx.x luas M.dx.x.. Letak titik berat dari beberapa luasan dapat dilihat pada gambar 6.7.
74
1 2
1
b
3
b
h
h
b A = bh
b A = bh/2
(a) Segi empat 3 8
(b) Segi tiga 1
b
4
b
h
h
A = b bh/3
b A = (2/3)bh
(c) Parabola pangkat 2
(d) Parabola Pangkat 2
n 1 b 2n 2
1 n 2
h
h
b
b
n A
b
A
n 1 bh
(e) Parabola pangkat n
1
n 1 bh
(f) Parabola Pangkat n
Gambar 6.7. Letak titik berat
6.3.1. Contoh 1 Aplikasi pada Balok Sederhana dengan Beban Merata
Hitung defleksi maksimum ( CC ) yang terjadi pada struktur balok sederhana yang menahan beban merata, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.8, dengan metode luas bidang momen.
75
q
A
C
C
B
C
C’ C’
L/2
BMD 1 8
2
qL
5 L . 8 2
Gambar 6.8. Balok sederhana yang menahan beban merata
Penyelesaian : Besarnya momen di C akibat beban merata sebesar M sebesar M CC = Letak titik berat dari tumpuan A sebesar =
1 8
qL2
5 L 5 . L 8 2 16
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik C adalah sebesar : C
C
C
Luas bidang momen EI
2 1 2 L . qL . 2 3 8 EI
qL3 24 EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di C sebesar s ebesar : CC’ = = CC =
Statis momen luas bidang EI
2 1 2 L 5 L . qL . . 3 8 2 16 C EI C
4 5qL
384 EI
76
6.3.2. Contoh 2 Aplikasi pada Cantilever dengan Beban Merata
Hitung defleksi maksimum ( B) yang terjadi pada struktur cantilever yang menahan beban merata, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.9, dengan metode luas bidang momen. q A
B
L
B B’
B
BMD
1 qL2 2 3 L 4
Gambar 6.9. Cantilever yang menahan beban merata Penyelesaian : Besarnya momen di A akibat beban merata sebesar M sebesar M A = Letak titik berat ke titik B sebesar =
3 4
1 2 qL 2
L
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik B adalah sebesar : B
Luas bidang momen EI
1 L. qL2 3 2 EI 1
B
B
qL3 6 EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di B sebesar : BB’ BB ’ = = B =
Statis momen luas bidang EI
77
3 1 L. qL2 . L 4 3 2 EI 1
B
qL4 B
8 EI
6.3.3. Contoh 3 Aplikasi pada Cantilever dengan Beban Titik
Hitung defleksi maksimum ( B) yang terjadi pada struktur cantilever yang menahan beban titik, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.10, dengan metode luas bidang momen. P B A
B
L
PL
B’
B
BMD 2 L 3
Gambar 6.10. Cantilever yang menahan beban titik Penyelesaian : Besarnya momen di A akibat beban merata sebesar M sebesar M A = - PL PL Letak titik berat ke titik B sebesar =
2 3
L
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik B adalah sebesar : B
Luas bidang momen EI 1
B
B
2
L. PL EI
PL2 2 EI
78
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di B sebesar : BB’ BB ’ = = B =
B
B
Statis momen luas bidang EI
1 L. PL . 2 L 3 2 EI
PL3 3 EI
6.3.4. Contoh 4 Aplikasi pada Balok Sederhana dengan Beban Titik
Hitung defleksi maksimum ( CC ) yang terjadi pada struktur balok sederhana yang menahan beban titik, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.11, dengan metode luas bidang momen.
P
A C
C
B
C
C’ C’
L/2
BMD 1 PL 4
2 L . 3 2
Gambar 6.11. Balok sederhana yang menahan beban titik tit ik
Penyelesaian : Besarnya momen di C akibat beban merata sebesar M sebesar M CC = Letak titik berat dari tumpuan A sebesar =
1 4
PL
2 L 1 . L 3 2 3
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik C adalah sebesar :
79
C
C
C
Luas bidang momen EI
1 1 1 . L. PL 2 2 4 EI
PL2 16 EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di C sebesar : CC’ = = CC =
C
Statis momen luas bidang EI
2 L 1 1 1 . L. PL. 32 2 2 4 EI 3
C
PL 48 EI
6.4. Metode Luas Bidang Momen Sebagai Beban
Dua metoda yang sudah dibahas di atas mempunyai kelemehana yang sama, yaitu apabila konstruksi dan pembebanan dan pembebanan cukup kompleks. kompleks. Metode ”Bidang Momen Sebagai Beban” ini pun dirasa lebih praktis dibanding dengan metode yang dibahas sebelumnya. se belumnya. Metode ini pada hakekatnya berdasar sama dengan metode luas bidang momen, hanya sedikit terdapat perluasan. Untuk membahas masalah ini kita ambil sebuah konstruksi seperti tergambar pada gambar 6.12, dengan beban titik P, kemudian momen dianggap sebagai beban.
80
a
b P
A
B
i
k 1
BMD
Pab
m
L x n
A
W
3
Pab
1
R A
3
Pab L b
B
2 ( L b )
R B
6 L
Pab Pa b L a
6 L
Gambar 6.12. Konstruksi Balok Sederhana dan Garis Elastika
Dari gambar 6.12, W adalah luas bidang momen, yang besarnya besarnya
W
1
Pab Pab Pab . L . 2 L 2
Berdasarkan definisi II yang telah dibahas pada metode luas bidang momen, maka didapat : 1 =
Statis momen luas bidang momen terhadap B EI
1
Pab b 1 Pa 1 L b 2 3 EI
1
Pab Pa b L b 6 EI
81
Pada umumnya lendutan yang terjadi cukup kecil, maka berdasarkan pendekatan geometris akan diperoleh : 1 A . L
A
atau
1
L A
Pab Pa b L b
6 EIL
R A EI
Dengan cara yang sama akan dihasilkan : B
Pab Pa b L a
6 EIL
RB EI
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa : Sudut tangen di A dan B besarnya sama dengan reaksi perletakan dibagi EI. EI. Berdasarkan gambar 6.12 sebenarnya yang akan dicari adalah defleksi pada titik C sejauh sejauh x meter dari dukungan A dukungan A (potongan i-j-k ) yaitu sebesar Zc sebesar Zc.. Zc = ij = ik – ik – jk jk Berdasarkan geometri, maka besarnya ik = A . x, x, maka ik
R A EI
x
Sedangkan berdasarkan definisi II adalah statis momen luasan A-m-n A-m-n terhadap bidang m-n m-n dibagi dibagi EI EI , maka luas A m n. jk =
EI
x 3
Sehingga lendutan Z lendutan Z CC yang berjarak x berjarak x dari dari A A,, adalah : Zc = ij = ik – ik – jk jk
Z C
1 x R A x luas Amn. EI 3
(6.8)
Berdasarkan persamaan 6.8 didapat definisi III sebagai berikut : Definisi III : Lendutan disuatu titik didalam suatu bentangan balok sedrhana besarnya sama dengan momen di titik tersebut dibagi dengan EI apabila bidang momen sebagai beban. beban.
82
6.4.1. Contoh 1 Aplikasi pada Balok Sederhana dengan Beban Merat Merata a
Hitung defleksi maksimum ( CC ) yang terjadi pada struktur balok sederhana yang menahan beban merata, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.13, dengan metode luas bidang momen sebagai beban. q
(a)
A C
C
B
C
C’ C’
L/2
(b)
1 8
1 8
2
qL
BMD
qL2
B
(c) A
5 L . 8 2
Gambar 6.13. Balok sederhana yang menahan beban merata
Penyelesaian : Langkah untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah mencari momen terlebih dahulu, hasilnya sebagaimana digambarkan pada gambar 6.13.b. Hasil momen tersebut kemudian dijadikan beban, sebagaimana diperlihatkan pada gambar 6.13.c. Kemudian dicari atau dihitung besarnya reakasi dan momennya. Besarnya B adalah
A adalah
sebesar R A akibat beban momen dibagi dengan EI sebesar R dengan EI , sedangkan
sebesar R B akibat beban momen dibagi dengan EI , dan besarnya
max max
adalah sebesar M CC akibat beban momen dibagi dengan EI . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penyelesaian dibawah ini.
83
Berdasarkan gambar 6.13.a. didapat momen sebagaimana digambarkan pada gambar 6.13.b, yang besarnya sebesar M sebesar M CC =
1 8
qL2
Dari bidang momen yang didapat pada gambar 6.13.b dibalik dan dijadikan beban sebagaimana digambarkan pada gambar 6.13.c. Dari gambar 6.13.c didapat reaksi yang besarnya :
1 2 L 1 3 dengan Amn = W ) R A R B qL2 qL (besarnya sama dengan Amn 8 3 2 24 Dengan demikian sudut kelengkunagannya kelengkunagannya dapat dihitung, yaitu sebesar : A
B
R A EI
qL3 24 EI
Dari gambar 6.13.c. didapat juga momen dititik C , yaitu sebesar : 3 3 4 M C qL . L qL . 3 . L 5qL 23 2 24 8 2 384
Besanya max max dapat dihitung yaitu sebesar : C
C
M c EI
4 5qL
384 EI
6.4.2. Contoh 1 Aplikasi pada Balok Sederhana dengan Beban Titik 6.4.3. Contoh 1 Aplikasi pada Cantilever dengan Beban Merat Merata a 6.4.4. Contoh 1 Aplikasi pada Cantilever dengan Beban Titik 6.5. Hubungan Kurva Kurva Elastis dan Regangan Regangan Linier
Sebuah segmen balok yang semula lurus diperlihatkan dalam keadaan terdeformasi, sebagaimana ditunjukan pada gambar 6.1. Gambar tersebut serupa dengan gambar 2.2 yang digunakan untuk mendapatkan distribusi tegangan dalam balok yang disebabkan oleh lenturan. Pada gambar 6.1 dapat dilihat bahwa dalam balok yang melentur sudut yang berdampingan antara dua iridan adalah
Bila
jarak y dari permukaan garis netral terhadap serat yang ditinjau, maka deformasi u dari
setiap serat didapat :
84
u =
-y
Berdasarkan persamaan tersebut dapat ditentukan besarnya regangan, yaitu sebesar
u
panjang panja ng fd O
r
Mxz
Mxz
B’
A’ y
a
b
f
d e
u
C’
B’ x
Gambar 6.1. Deformasi Segmen Balok dalam Lenturan
Contoh 1: 1: Balok bertingkat seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2(a) terbuat dari baja dengan -6
2
-6
2
modulus elastisitas Young Young 200 GPa; luas penampang penampang A1 = 8.10 m , A2 = 16.10 m ; panjang l1 = 1 m, l2 = 0,8 m. Pada tingkatnya dipasang ccincin incin yang san sangat gat kaku untuk menerapkan beban F = 4 kN. Hitunglah: (1) Reaksi titik titik-titik -titik tumpuan A dan B, (2) tegangan-tegangan tegangan-tegangan yang terjadi pada penampang A1 dan A2 , (c) perpindahan titik C.
85
Penyelesaian:
-6
E = 200 (GPa)
2
A2 = 16.10 (m )
l1 = 1 (m)
A1 = 0.8 (m)
Titik A dan B tetap, tidak berpindah. (a) l1 l1 = ?
l2 l2 =
?
(b) Perpindahan titik C = ? Fh
R A
= 0 ===>
+ F R B = 0 R B = F R A =400 R A
R A
R A
1 A1 8 2
R B
125 5 R 0,12
A
(MPa)
4000 R A 16
A2
250 0,062 0625 5 R A MPa Hukum Hooke:
l 1
Gambar 6.2. Superposisi: Balok Bertingkat
1
l 1 E
0,125 125 R A 2.105
4 6, 2510 R A .
l 2
2
l 2 E
( 25 250 0 0,06 0,0625 25 R A) 5
2.10
Panjang pada deformasi:
4 800 1 2 ,510 R A .
( mm)
( mm)
l 1’ = l 1 + l 1 l 2’ = l 2 + l 2
(6.3a) (6.3b)
Titik A dan B tidak berpindah ==> panjang total batang tetap, l 1 + l 2 tetap, sehingga l 1’ + l 2’ = l 1 + l 2 ==> (l 1 + l 1 ) + ((l l 2 + l 2 ) ) = l 1 + l 2 atau
l 1 + l 2
= 0
===> atau
Sehingga:
1
-4
-4
6,25.10 R A - 1 + 2,5.10 R A = 0 -4
R A = ( 1 / 8,5. 10 ) = 1176,5 (N)
= 0,125 R A = 147.06 (MPa)
2 =
- ( 250 - 0,0625 R A ) = -176,47 (MPa) -4
Perpindahan titik C = 6,2 6,25.10 5.10 R A = 0,735 (mm)
View more...
Comments