Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi
June 15, 2019 | Author: Ayah Na Nadhif | Category: N/A
Short Description
Metodologi Perencanaan Trotoar...
Description
4.1.
PENDEKATAN PEKERJAAN
Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar tujuan
JASA KONSULTANSI
“
PERENCANAAN PAKET 2 (PERENCANAAN TROTOAR)” TROTOAR) ” dapat tercapai, yaitu :
Metoda survey yang akan dilakukan adalah dengan cara pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan terhadap beberapa aspek, yaitu: pengukuran / topografi,Inventarisasi ekstisting trotoar, potensi lingkungan jalan, tanah dan material. Sementara itu, pengumpulan data sekunder dilakukan terhadap aspekaspek pendukung, antara lain: Kebutuhan jalur pejalan kaki, lalu lintas, , demografi, dan lain-lain.
Metoda analisa dan perancangan terhadap aspek-aspek teknis harus mengikuti standar, manual, atau pedoman perencanaan yang berlaku untuk perencanaan jalan.
Kriteria perancangan yang digunakan harus mempertimbangkan aspek kelayakan
ekonomis,
kelayakan
pelaksanaan,
keamanan,
dan
kenyamanan, sehingga akan dapat dicapai hasil rancangan yang optimal.
Untuk mencapai hasil rancangan yang optimal, maka diperlukan masukan dan diskusi dari berbagai pihak terkait, oleh sebab itu perlu dilakukan diskusi rutin dengan pihak pengguna jasa (dalam hal ini adalah unsur Kegiatan Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang). Di samping itu perlu dilakukan presentasi Pendahuluan, Antara, presentasi akhir, sampai pada presentasi animasi.
Hasil akhir dari rancangan dituangkan dalam bentuk laporan-laporan Pendahuluan, Antara, Akhir .
4.2.
Penyiapan dokumen tender.
METODOLOGI PEKERJAAN
Uraian secara umum Metodologi Metodologi pelaksanaan Pekerjaan Pekerjaan sebagai berikut : 4.2.1 Persiapan
Adapun tahap persiapan kegiatan adalah sebagai berikut : a. Persiapan dan Penyusunan Rencana Kerja b. Mobilisasi Personil
4.2.2 Pengumpulan Lapangan 4.2.2.1
Recoinnaissance Survey ) Survey Lapangan (Recoinnaissance
Reconnoissance Reconnoissance Survey Atau Survey Pendahuluan Meliputi Kegiatan Pengumpulan
Data Sekunder, Penentuan Rencana Awal Trase Jalan Dan Trotoar Berdasarkan Data Sekunder Dan Hasil Survey Lapangan. Reconnoissance Reconnoissance Survei meliputi Kegiatan - Kegiatan Sebagai Berikut :
1.
Menentukan Lokasi Jalan 2 jalur Yang Akan Dibangun dan Melakukan Pengukuran Dengan Alat Ukur Theodolit dan Waterpass Serta Mengukur Jarak Dengan Meteran.
2.
Menganalisa Secara Visual Keadaan Tata Bangunan dan Tata Guna Tanah di Lokasi Daerah Daerah yang akan dibangun jalan 2 jalur. a. Mengumpulkan
Data
Lapangan
Sebanyak
Mungkin
Yang
Diperlukan Untuk Perencanaan jalan 2 jalur + Trotoar Dan Data Data Yang Lainnya Dari Instansi Terkait. Untuk Data - Data yang Dikumpulkan Antara Lain Adalah Sebagai Berikut :
Data Sudut Aligment Horizontal Yang Diukur Dengan Alat Kompas
Dan
Ketinggian
Dengan
Altimeter
Untuk
Memperkirakan Aligment Vertikal Jalan.
Mendata Semua Aliran Air, Untuk Dapat Memperkirakan Dimensi Gorong - Gorong ( Jika Diperlukan ).
Harus Dibuat Tanda - Tanda Atau Patok - Patok Dengan Interval 100 M Yang Dapat Untuk Menunjukkan Menunjukkan Arah Dan Dapat Diidentifikasi Secara Jelas Agar Bisa Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan Lebih Lanjut.
Semua Patok - Patok Tersebut Harus Dicatat Dan Diberi Nomor Serta Keterangan Lokasi Patok Tersebut.
b. Membuat Foto Dokumentasi Lapangan. c. Mengumpulkan Data Yang Berupa Informasi Mengenai Harga Satuan, Bahan Dan Upah Dilokasi Setempat. d. Membuat Laporan - Laporan Perihal Pada Butir A S/D F Dan Memberikan Saran-Saran Yang Diperlukan Untuk Pekerjaan Perencanaan Selanjutnya.
4.2.2.2
Survey Pengukuran (Topografi)
Pengukuran Topografi Adalah Sebagai Proses Pengumpulan Data Koordinat dan Ketinggian Permukaan Bumi Sepanjang Rencana Trase Jalan dan Trotoar Yang Selanjutnya Data Hasil Ukur Dipersentasekan Dalam Bentuk Peta Perencanaan Dengan Menggunakan Skala Tertentu. Pengukuran topographi dimaksudkan untuk mengumpulkan data topographi yang cukup untuk kebutuhan perencanaan dan dilakukan pada daerah yang direlokasi. Pekerjaan Pengukuran Topografi Untuk Perencanaan Trotoar Terdiri Dari Dua Bagian Pekerjaan : 1. Pekerjaan Perintisan Untuk Pengukuran 2. Pekerjaan Pengukuran Yang Terdiri Dari : Pengukuran Titik Kontrol Horizontal Dan
Vertikal
Pengukuran Situasi Pengukuran Penampang Memanjang Dan Melintang Pengukuran-Pengukuran Khusus Perhitungan Dan Penggambaran Peta
A. PEKERJAAN PENGUKURAN Pekerjaan Pengukuran Topografi Sedapat Mungkin Dilakukan Sepanjang Rencana As Jalan (Mengikuti Koridor Rintisan) Dengan Mengadakan Pengukuran -Pengukuran Tambahan Pada Daerah Persilangan Dengan Sungai Dan Jalan Lain Sehingga Memungkinkan Diperoleh As Jalan Sesuai Dengan Standar Yang Ditentukan. - Awal Pengukuran Dilakukan Pada Tempat Yang Mudah Dikenal Dan
Aman - Awal Dan Akhir Proyek Hendaknya Diikatkan Pada Titik-
Titik
Tetap. Gambar 4.1.
1.
Uraian Pekerjaan Pengukuran.
Pengukuran Titik Kontrol Horizontal a. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal Dilakukan Dalam Bentuk Sistem Poligon Tertutup. b. Sisi Poligon Atau Jarak Titik Poligon Maksimal 100 M Diukur Dengan Pegas Ukur (Meteran), Atau Alat Ukur Jarak Ekonomis c. Patok-Patok Untuk Titik-Titik Poligon Dan Titik Ikat Adalah Patok Kayu.S
d. Sudut-Sudut Poligon Diukur Dengan Alat Ukur Theodolit Dengan Ketelitian Dalam Detik (Yang Mudah/Umum Dipakai Adalah Theodolit Jenis T2 Wild, Th2 Zeiss Atau Yang Setingkat). e. Ketelitian Untuk Poligonnya Adalah Sebagai Berikut :
Kesalahan Sudut Yang Diperbolehkan Adalah 10” Akar Jumlah Titik Poligon
Kesalahan Azimuth Pengontrol Tidak Lebij Dari 5”
Pengamatan Matahari Dilakukan Pada Titik Awal Proyek, Dan Pada Setiap Jarak 5 Km ( 60 Titik
Poligon)
Titik
Pengamatan
Akhir
Pengukuran.
Setiap
Serta
Pada
Matahari
Dilakukan Dalam 2 Seri Rangkap.
2.
Pengukuran Titik Kontrol Vertikal a.
Jenis Alat Yang Dipergunakan Untuk Pengukuran Ketinggian Adalah Waterpass Orde Ii.
b.
Untuk Pengukuran Ketinggian Dilakukan Dengan Double Stand Dilakukan 2 Kali Berdiri Alat.
c.
Batas Penelitian Tidak Boleh Lebih Dari 10 Akar D Mm. Dimana Untuk D Adalah Panjang Pengukuran ( Km ) Dalam 1 Hari
d.
Rambu Ukur Yang Dipakai Harus Dalam Keadaan Baik Dalam Arti Pembagian Skala Jelas Dan Sama
e.
Setiap Kali Pengukuran Dilakukan Pembacaan Rangkap 3 (Tiga) Benang Dalam Satuan Milimeter
f.
Untuk Benang Atas (Ba), Benang Tengah (Bt), Dan Benang Bawah (Bb), Dengan Kontrol Pembacaan 2 Bt = Ba + Bb
3.
Pengukuran Situasi a.
Pengukuran Situasi Dilakukan Dengan Sistem Tachymetri
b.
Ketelitian Dari Alat Yang Digunakan Adalah 30” (Sejenis Dengan Theodolith – T.O).
c.
Pengukuran Situasi Daerah Sepanjang Rencana Jalan Harus Mencakup Semua Keterangan-Keterangan Yang Ada Di Daerah Sepanjang Rencana Jalan Tersebut.
d.
Untuk Tempat-Tempat Jembatan Atau Perpotongan Dengan Jalan Lain Pengukuran Harus Diperluas (Lihat Pengukuran Khusus).
e.
Tempat-Tempat Sumber Material Jalan Yang Terdapat Disekitar Jalur Jalan Perlu Diberi Tanda Diatas Peta Dan Difoto Dan Diberi Keterangan (Jenis Dan Lokasi Material).
4.
Pengukuran Memanjang Dan Melintang Pengukuran Penampang Memanjang Dan Melintang Adalah Untuk Menentukan Volume Penggalian Dan Penimbunan. Pelaksanaanya Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan Dan Petunjuk Dari Direksi Pekerjaan.
5.
Pemasangan Patok-Patok a.
Patok Kayu Dengan Ukuran 10 X 10 X 60 Cm Dan Harus Dipasang Pada Setiap Interval 100 M.
b.
Untuk Memudahkan Pencarian Nomor Pengukuran/ Patok Bantu Sebaiknya Pada Bagian Atas Dari Trotar/Median Jalan Diberi Tanda.
6.
Perhitungan Dan Penggambaran a. Perhitungan Koordinat Poligon Utama Didasarkan Pada Titik-Titik Ikat Yang Dipergunakan b. Penggambaran Titik-Titik Poligon Harus Didasarkan Pada Hasil Perhitungan
Koordinat.
Penggambaran
Titik-Titik
Poligon
Tersebut Tidak Boleh Secara Grafis c. Ketinggian Titik Detail Harus Tercantum Dalam Gambar Ukur Bagitu Pula Semua Keterangan-Keterangan Penting d. Titik Ikat Atau Titik Mati Serta Titik-Titik Baru Harus Dimasukkan Dalam Gambar Dengan Diberi Tanda Khusus. Ketinggian Titik Tersebut Perlu Juga Dicantumkan.
7.
Pelaporan Laporan
Topografi
Yang
Mencakup
Sekurang-Kurangnya
Pembahasan Mengenai Hal-Hal Berikut : a.
Data Proyek;
b. Peta Situasi Proyek; c.
Kegiatan Perintisan Untuk Pengukuran;
d. Kegiatan Pengukuran Titik Kontrol Horizontal; e.
Kegiatan Pengukuran Titik Vertikal;
f.
Kegiatan Pengukuran Situasi;
g. Kegiatan Pengukuran Penampang Melintang.
4.2.2.3 Survey Inventarisasi, Identifikasi, Dan Evaluasi Jalur Pejalan Kaki Eksisting
Survey kondisi jalur pejalan kaki eksting sehingga di dapat kan berapa kebutuhan akan jalur pejalan kaki, dengan pertimbangan bangkitan pergerakan. 4.2.2.4 Survey Sumber Material Konstruksi
Kegiatan penyelidikan material konstruksi bertujuan untuk menyelidiki lokasi, jalur pengangkutan dan volume potensial material konstruksi yang tersedia, serta menyelidiki mutu material konstruksi melalui pengujian laboratorium serta harga satuan upah dan bahan pada lokasi setempat.
4.2.3 Kompilasi Dan Analisa Data 4.2.3.1 Analisa data topografi
Analisa data topografi meliputi situasi di sekitar trase jalan, daerah galian dan timbunan, koordinat horizontal dan vertikal, dan peta topografi (termasuk kontur) dengan skala 1:1000. Untuk penggambaran; Polygon harus dibuat skala 1:1.000 untuk jalan, garisdibuat setiap 10 cm, koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)-nya. Pada setiap lembar gambar dan atau setiap 1 meter panjang gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara, penggambaran titik polygon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan secara gratis, setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus. Perhitungan koordinat polygon utama didasarkan pada titik-titik ikat (BM) yang mempergunakan koordinat UTM Referensi leveling menggunakan referensi Titik Tinggi Geodesi (TTG) 4.2.3.2 Analisa Data Hasil Inventarisasi Jalur Pejalan Kaki
Analisa data inventarisasi pejalan kaki dan kondisi umumnya untuk trotoar yang sudah ada, meliputi: lebar perkerasan, jenis bahan perkerasan yang ada, kondisi
daerah samping trotoar, sarana utilitas yang ada, drainase, dan jarak bangunan/tebing ke pinggir perkerasan. 4.2.3.3 Analisa Lalu Lintas
Analisa atau kajian lalu lintas yang diperlukan meliputi lalu lintas harian rata-rata, pertumbuhan lalu lintas tahunan, kecepatan kendaraan rata-rata dan kapasitas jalan dan menentukan : - Lintas Ekivalen Awal (LEA), - Lintas Ekevalen Tengah (LET) - Lintas Ekivalen rencana (LER).
4.2.3.4 Analisa Data Kondisi Perkerasan Lama
Analisa kondisi perkerasan meliputi: susunan dan kondisi lapisan perkerasan lama, kekasaran jalan, termasuk penentuan segmen (unique section) untuk perencanaan lapisan tambahan (overlay).
4.2.4 Perencanaan Drainase
Drainase permukaan jalan adalah sistem drainase yang berkaitan dengan pengendalian air pada permukaan jalan, tujuan dari pengaturan ini adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam cara merencanakan drainase permukaan jalan yang sesuai dengan persyaratan teknis. Persyaratan-persyaratan dalam drainase permukaan jalan adalah :
Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna.
Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi dan faktor keamanan.
Perencanaan drainase harus dipertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut.
Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai pengumpul drainase.
Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal, tetapi harus dipertimbangkan dalam perencanaan terutama untuk tempat air keluar.
1.
Menentukan Debit Aliran Dalam merencanakan debit aliran data-data yang diperlukan adalah Intensitas Curah Hujan,
luas daerah pengaliran dan harga koefisien
pengaliran. 2.
Intensitas Curah Hujan (I) Dihitung berdasarkan data-data sebagai berikut : a. Data curah hujan, merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun mm/hari, data curah hujan ini diperoleh dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, untuk stasiun curah hujan yang tedekat dengan lokasi sistem drainase, jumlah data curah hujan paling sedikit dalam jangka waktu 10 tahun. b. Menghitung intensitas curah hujan (I) menggunakan analisa distribusi frekuensi menurut rumus sebagai berikut : Xt = x + Sx (Yt + Yn) I = 90 % XT 4 Keterangan : XT = besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm) /24 jam
Sn
x = nilai rata-rata aritmatik hujan kumulatip Sx = standart deviasi YT = variasi yang merupakan fungsi periode ulang Yn = nilai yang tergantung pada nilai n Sn = standart deviasi yang merupakan fungsi dari n I = intensitas curah hujan mm/jam
Dimana nilai Yn, YT dan Sn ditentukan oleh Tabel 4.1.
Tabel Yn
Tabel 4.2.
Tabel Sn
Tabel 4.3.
3.
TabelYt
Waktu konsentrasi (Tc), dihitung dengan rumus : Tc = t1 + t2 t1 = ( 2/3 x 3,28 x Lo. Nd )0,167 S
t2 = L 60 V
Keterangan : TC
= waktu konsentrasi (menit)
t1
= waktu inlet ( menit)
t2
= waktu aliran (menit)
Lo
= jarak dari tik terjauh ke panjang saluran (m)
nd
= koefisien hambatan
s
= kemiringan daerah pengaliran
V
= Kecepatan air rata-rata diselokan (m/det)
Dimana nilai nd ditentukan oleh :
Hubungan Kondisi permukaan dengan Koefisien hambatan (nd)
Tabel 4.4.
4.
Menghitung Luas Daerah Pengaliran
Gambar 4.2.
Tabel 4.5.
L
Penampang Melintang Daerah Pengaliran
Kemiringan melintang Perkerasan dan Bahu Jalan
= L1 + L2 + L3
L1 = ditetapkan daru as jalan sampai bagian tepi perkerasan L2 = ditetapkan daritepi perkeraan yang ada sampai tepu bahu jalan L3
= tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang maksimum 100 meter
L = Batas Daerah Pengaliran 5.
Harga Koefisien Pengaliran
Bila daerah pengaliran diambil terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda, harga C rata-rata ditentukan dengan persamaan: C = C1. A1 + C2. A2 + C3. A3 +......... A1 + A2 + A3 + ........ Keterangan : C1,C2, C3 = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permuk Tabel 4.6.
Hubungan Kondisi Tanah dan Koefisien Pengaliran
A1,A2,A3 = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan kondisi permukaan
6.
Debit Air (Q) Untuk menghitung debit air (Q) menggunakan rumus, yaitu : Q = 1. C.I.A 3,6 Keterangan : Q = debit air (m3/detik) C = koefisien pengaliran I = intensitas hujan (mm/jam) A = luas daerah pengaliran (km2)
7.
Penampang Basah Selokan dan Gorong-Gorong Penampang
basah
selokan
samping
dan
gorong-gorong
dihitung
berdasarkan dimensi yang paling ekonomis untuk menampung debit maksimum (Fe).
8.
Penampang Selokan Samping (trapesium) dan Gorong-Gorong : 1. Selokan Bentuk Trapesium:
Selokan Bentuk Trapesium
Gambar 4.3.
Standar Nasional Indonesia; SNI 03 – 3424 – 1994 . Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. 1994. b + 2 md = d
m
2
+ 1
2 R = d/2 Keterangan : b = lebar saluran (m) d = dalamnya saluran tergenang air (m) m = perbandingan kemiringan talud R = jari-jari hidroulis (m)
Tabel 4.7.
Kemiringan Talud selokan Trapesium
2. Gorong –Gorong Bentuk Lingkaran
r D d θ = 4,5rad
Gambar 4.4.
Penampang melintang gorong-gorong lingkaran Ø = 4,5 radial d = 0,80 D F = 1/8 (Ø – sin Ø) D2 P=2r R= F P Keterangan : Ø = besarnya sudut dalam radial d = tinggi selokan yang tergenang air (m) F = Luas Penampang basah (m2) D = garis tengah selokan bentuk lingkaran (m) P = Keliling basah (m) r = jari-jari lingkaran (m) R = jari-jari hidraulik
Penampang Basah Berdasarkan Debit Air dan Kecepatan (V) Luas Penampang Basah juga dapat dihitung dengan rumus : Fd = Q / A Keterangan : Fd = Luas Penampang (m2) Q = Debit air (m/det3) V = Kecepatan aliran (m/detik) Dimensi selokan / gorong-gorong ditentukan atas dasar : Fe = Fd Keterangan : Fe = Luas Penampang ekonomis Fd = Luas Penampang berdasarkan debit air yang ada (m2)
Tinggi Jagaan Selokan Samping Bentuk Trapesium Tinggi
jagaan (W) untuk selokan samping bentuk trapesim ditentukan
berdasarkan :
Gambar 4.5.
Tinggi Jagaan Selokan Samping W =
0,5d
Keterangan : d = tinggi selokan yang terendam Air
9.
Kemiringan Selokan samping dan Gorong-Gorong Pembuang Air
Untuk menghitung kemiringan selokan samping dan gorong-gorong pembuang air digunakan rumus, yaitu : V = 1/n (R2/3) (i)1/2 Dimana i = ( V. n / R2/3 )2 Keterangan : V = kecepatan aliran (m/detik) n = koefisien kekasaran manning R = F/P = jari-jari hidraulik F = luas penampang basah P = Keliling basah (m) i = kemiringan saluran yang diizinkan
10. Kemiringan Tanah Kemiringan tanah ditempat dibuatnya fasilitas selokan dan gorong-gorong ditentukan dari hasil pengukuran dilapangan, dihitung dengan rumus : t1
t2
L
Kemiringan Tanah
Gambar 4.6.
t1 – t2 i = L
x 100 %
Keterangan : t1 = tinggi tanah dibagian tertinggi (m) t2 = tinggi tanah dibagian terendah (m)
4.2.5 Perencanaan Teknis 4.2.5.1 Perencanaan Peletakan Trotoar:
Suatu Ruas Jalan dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar apabila disepenajang jalan tersebut terdapat penggunaan lahan yang mempunyia potensi menimbulkan pejalan kaki, penggunaan lahan tersebut antara lain perumahan,
sekolah,
pusat
perbenlajaan,
perdagangan,
pusat
perkantoran, hiburan, pusat kegiatan sosia, daerah industry, terminal dan lain-lain.
Secara umum trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume pejalan kaki lebih besar dari 300 Orang per 12 jam (06.00-18.00) dan volume lalu lintas lebih besar dari 1000 kendaraan 12 jam (6.00-18.00)
Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lntas (bila telah tersedia jalur parkir). Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan , akan tetapi sejejar tidak memungkinkan
Trotoar terdapat mungkin ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbukaatau diatas drainase yang tertutup dengan palt beton yang memenuhi syarat Trotoar pada pemberhentian bus harus ditempatkan berdampingan/sejejar dengan jalur bus. Trotoar dapat ditempatkan didepan atau dibelakang halte
Contoh penempatan trotoar:
Trotoar di tepi luar jalur utilitas
Trotoar di tepi dalam salurn drainase
Trotoar ditepi lereng
Trotoar di jembatan
Trotoar didaerah bangunan pertokoan
Trotoar diterowongan
Trotoar di Depan Halte
Trotoar dibelakang Halte
Contoh Konstruksi Trotoar Blok Terkunci
Perkerasan Aspal
Pelandaian Trotoar pada Penyebrangan Pejalan Kaki
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan 1. Penyusunan mata pembayaran pekerjaan ( pay-item) harus sesuai dengan spesifikasi yang dipakai. 2. Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan untuk setiap interval 100 meter
4.2.5.2
Perhitungan Volume Timbunan Dan Galian
Kondisi geologi suatu daerah dapat mempengaruhi pemilihan suatu trase Trotoar . Adanya daerah-daerah rawan secara geologis seperti daerah patahan atau daerah yang bergerak baik vertikal maupun horizontal akan merupakan daerah yang tidak baik untuk diubah atau dipindahkan. Keadaan tanah dasar dapat mempengaruhi lokasi dan bentuk geometrik Trotoar misalnya; daya dukung tanah dasar yang jelek dan muka air tanah yang tinggi. Kondisi iklim juga dapat mempengaruhi penetapan lokasi dan bentuk geometrik Trotoar. Untuk memperoleh bentuk jalan yang baik diperlukan galian dan timbunan, langkah-langkah yang berhubungan dengan perhitungan volume galian dan timbunan adalah sebagai berikut :
Menentukan sattioning (jarak patok) dari alinemen horizontal (trase) diperoleh panjang horizontal Trotoar.
Mengambar alinemen memanjang (vertikal) sehingga terlihat perbedaan tinggi muka tanah asli dengan tinggi muka Trotoar.
Mengambar alinemen melintang (untuk tiap titik sta) sehingga didapat luas penampang galian/timbunan
Menghitung volume galian dan timbunan.
4.2.5.3
A.
Tahap Perhitungan Perkiraan Biaya Konstruksi
Prakiraan biaya konstruksi dihitung berdasarkan :
Hasil desain rinci dari jalan.
Perhitungan kuantitas untuk tiap item pekerjaan.
Analisa harga satuan dengan mengunakan analisa E dan BOW (bila perlu)
Harga satuan untuk tiap item pekerjaan.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dari biaya konstruksi langsung.
B.
Harga Satuan Perhitungan analisa harga satuan akan ditetapkan berdasarkan faktorfaktor : material, peralatan, sosial, pajak, overhead, dan keuntungan yan g berlaku di daerah setempat. Selanjutnya, perkiraan biaya yang diperoleh dari analisa ini akan dibandingkan dengan proyek-proyek sebelumnya di daerah sekitar lokasi untuk melihat kewajaran biaya proyek.
C.
Biaya Konstruksi Biaya konstruksi untuk pekerjaan jalan terbagi dalam beberapa item pekerjaan, yaitu :
Mobilisasi.
Pekerjaan Tanah.
Pekerjaan Perkerasan.
Pekerjaan Pengembalian Kondisi Minor.
Pekerjaan Harian.
D. Penyiapan Spesifikasi Teknis Konsultan akan mempelajari dan menggunakan spesifikasi teknik standar yang dikeluarkan oleh Dinas Prasarana Jalan (dulu Direktorat Jenderal Pengembangan Prasarana Wilayah). Apabila dalam spesifikasi teknik yang tersedia tidak tercakup jenis pekerjaan yang dilaksanakan, maka Konsultan akan menyiapkan Spesifikasi Khusus yang sesuai dengan pekerjaan.
STUDI BANDING TROTOAR DI INDONESIA Dalam hal ini studi banding yang dilakukan dengan cara memuat konsep sebagai kegiatan untuk meninjau dan melakukan evaluasi pada sebuah objek atau tempat lain. Yang berguna untuk mengetahui aspek-aspek kelebihan yang memiliki nilai lebih untuk pengembangan dan development. Untuk Penyusuna Jasa Konsultansi Paket 2 (Perencanaan Trotoar) di Kota Padang, tim penyusun melakukan studi banding dengan beberapa kota yang berada di Indonesia. Antara lain sebagai berikut : 1. Jakarta Sudirman Central Business District (SCBD) tempt untuk berjalan di antara gedung-gedung pencakar langit. Trotoarnya lebar dan bersih, dipayungi semak-semak dan pohon-pohon rindang yang menyejukkan. Berdekatan dengan SCBD, bisa melanjutkan perjalanan ke sepanjang Jalan Sudirman. Trotoar di sebelah kiri dari arah Bundaran Senayan menuju Jalan Thamrin adalah lokasi tepat untuk jalan-jalan di sore hari. Selain itu,dan juga bisa mengitari Monumen Nasional (Monas) dan Jalan Merdeka Barat. Pertengahan 2012 ini, Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta berencana menata ulang beberapa pedestrian.
Antara lain Jalan Sabang, Jalan Cikini, Jalan Tugu Tani, juga sepanjang Jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk. renovasi ini senilai Rp 10 miliar.
Gambar 4.7.
2.
SCBD Jakarta
Surabaya
3. Surabaya punya ciri khas pedestrian, yaitu trotoar dengan warna merah bata. Sebanyak 12 ruas jalan telah direnovasi oleh Pemkot Surabaya dengan anggaran lebih kurang Rp 50 miliar pada 2010 silam. 12 Jalur pedestrian tersebut memanjang dari Jl Raya Gubeng sisi selatan, Jl Darmo sisi selatan, Jl Pahlawan, Jl Veteran, Jl Praban, Jl Ahmad Yani, Jl Banyuurip, Jl Gemblongan, Jl Panglima Sudirman, Jl Pemuda, Jl Kedungdoro, dan Jl Rajawali. Selain 12 jalur itu, juga bisa menuju ke Jalan Basuki Rahmat. Sepanjang jalannya terdapat gedung perkantoran, hotel-hotel besar, juga sebuah monumen perjuangan. Adalah Monumen Merdeka Atau Mati, yang dibangun sebagai wujud penghargaan kepada arek-arek Suroboyo ketika berjuang
melawan
Gambar 4.8.
penjajah
pada
Pedestrian di Surabaya
tahun
1945.
4. Bandung
trotoar pedestrian dengan hamparan granit yang bermula dari Taman Pramuka hingga pertigaan Wastukancana menjadi kecantikan tersendiri bagi penataan kota. Selain itu, ke depan pihaknya akan mengganti lantai trotoar dengan batu granit maupun beton berpola pada tahun depan. Ridwan Kamil mengatakan Pemkot Bandung telah menganggarkan Rp75 miliar ditambah bantuan pemprov sebesar Rp50 miliar untuk pembangunan trotoar. "Rencananya anggaran itu dibangun untuk 10 ruas jalan,”.
Gambar 4.9.
Jalur Pedestrian Jalan Riau
View more...
Comments