Bab 3 Penurunan

March 27, 2018 | Author: Fadlan ADima Adrianta | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

penurunan pondasi...

Description

Bab III Penurunan 3.1. Jenis Penurunan Pondasi Penurunan pondasi akibat pembebanan dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok utama yaitu penurunan segera atau penurunan elastis (immediate or elastic settlement) dan penurunan konsolidasi (consolidation settlement). Penurunan elastis terjadi selama atau segera setelah pelaksanaan struktur/bangunan. Penurunan konsolidasi tergantung waktu dan terjadi sebagai akibat keluarnya air pori dari rongga pori tanah berlempung jenuh. Penurunan total pondasi adalah jumlah dari penurunan elastis dan penurunan konsolidasi. Penurunan konsolidasi terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu penurunan konsolidasi primer dan penurunan konsolidasi sekunder. Penurunan konsolidasi primer terjadi akibat kenaikan tegangan yang disebabkan oleh pembebanan menyebabkan keluarnya air pori sehingga tanah akan mengalami pemampatan. Karena koefisien permeabilitas sangat kecil maka proses keluarnya air pori ini berjalan sangat lama, sehingga penurunan konsolidasi pada tanah berlempung juga sangat lama. Penurunan konsolidasi sekunder terjadi setelah penurunan konsolidasi primer telah selesai yang disebabkan reorientasi butiran tanah pada beban yang tetap. Penurunan konsolidasi primer lebih signifikan pada tanah lempung anorganik (inorganic clays) dan tanah lempung kelanauan (silty clay). Namun pada tanah–tanah organik penurunan konsolidasi sekunder lebih sinifikan. Metoda analisis penurunan akan dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok yaitu penurunan pondasi pada tanah kohesif (lempung) dan pondasi pada tanah granular non kohesif (pasir). Walaupun mekanisme dasar mengontrol penurunan adalah sama namun ada perbedaan penting yang memaksa mempergunakan metoda analisis yang berbeda. Perbedaan itu antara lain : - Permeabilitas tanah kohesif sangat kecil, sehingga penurunan konsolidasi memerlukan waktu yang lama dengan keadaan tak terdrainasi pada tahap awal. Sedangkan pada tanah non kohesif biasanya akan turun dengan cepat setelah pembebanan dengan keadaan terdrainasi. - Contoh tak terganggu (undisturbed sample) kualitas tinggi mudah didapat dengan murah, sehingga uji laboratorium dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat dan perilaku tanah yang mewakili. Sedangkan tidak mungkin untuk melakukan hal yang sama pada anah non kohesif, sehingga harus melakukan uji lapangan. - Kebanyakan tanah non kohesif lebih tidak mudah dimampatkan, sehingga umumnya besarnyan penurunan lebih kecil. 3.2. Tekanan Sentuh (contact pressure) Pertimbangan pertama dalam menghitung penurunan adalah penyebaran tekanan pondasi ke tanah di bawahnya. Hal ini sangat tergantung kekakuan pondasi dan sifat-sifat tanah. Tekanan yang terjadi pada bidang kontak antara dasar pondasi dan tanah disebut tekanan sentuh atau tekanan kontak (contact pressure). Intensitas tekanan akibat beban pondasi ke

tanah di bawahnya, semakin ke bawah semakin berkurang. Variasi tekanan sentuh di bawah pondasi ditunjukkan pada gambar berikut.Dalam praktek jarang dijumpai pondasi yang benar-benar kaku, karena itu distribusi tekanan sentuh yang terjadi adalah antara bentuk pondasi kaku dan fleksibel. Dengan alasan ini pada prakteknya distribusi tekanan sentuh pondasi ke tanah dianggap merata bila beban terbagi rata. Dan pada prakteknya tekanan sentuh ini juga disebut tegangan (bearing pressure)

Distribusi tekanan kontak pada dasar pondasi : (a) pondasi fleksibel pada lempung, (b) pondasi fleksibel pada pasir, (c) pondasi kaku pada lempung, (d) pondasi kaku pada pasir, (e) distribusi yang disederhanakan (Taylor, 1948) Tegangan (bearing pressure) yang terjadi akibat beban eksentris atau momen adalah sebagai berikut:

Tegangan yang terjadi pada dasar pondai akibat beban eksentris atau momen : (a) eksentritas e < B/6, (b) eksentrisitas e = B/6, (c) eksentrisitas e > B/6 3.3. Distribusi tegangan dalam tanah. Tegangan tanah yang terjadi akibat beban di permukaan dinyatakan dalam istilah tambahan tegangan, karena sebelum tanah dibebani, tanah sudah mengalami tekanan akibat berat sendiri yang disebut tekanan overburden. Analisis tegangan di dalam tanah didasarkan pada anggapan bahwa tanah bersifat elastis, homogen, isotropis dan terdapat hubungan linear antara tegangan dan regangan. Analisis tegangan ini akan dipergunakan untuk analisis penurunan. 3.3.1.Cara Boussinesq Penyelesaian klasik untuk tegangan pada material elastis dikembangkan oleh Boussinesq (1885) yang memberikan persamaan untuk beban titik tetapi dapat diintegrasikan pada sembarang bentuk untuk menghasilkan persamaan untuk menghitung tegangan di bawah

luasan yang dibebani fleksibel. Dalam hal pondasi telapak di atas tanah, tegangan di bawah beban segi empat atau bujur sangkar adalah sebagai berikut (Newmark, 1935): untuk menghitung tambahan(kenaikan) tegangan  adalah

-

 z  I (q   zD )

-

-

dimana :  = tambahan (kenaikan) tegangan di bawah pojok beban I = faktor pengaruh B, L = dimensi beban zf = kedalaman dari dasar ke titikyang ditinjau

Persamaan-persamaan di atas oleh Newmark dibuat dalam chart (bulb pressure).

Chart penyelesaian Newmark berdasarkan teori Boussinesq Di samping dibuat chart (bulb pressure) oleh Newmark juga dibuat chart (grafik) oleh Fadum berdasarkan teori Boussinesq. Chart yang dikembangkan oleh Fadum adalah:

3.3.2. Cara Westergaard Cara Boussinesq menganggap bahwa material dalam hal ini tanah adalah isotropis, dimana modulus elastisitas dan parameter yang relevan adalah konstan dalam segala arah. Namun dalam kebanyakan tanah mempunyai lapisan horisontal yang berbeda untuk menyebarkan tegangan. Sehingga penyelesaian Westergaard (1938), banyak yang percaya lebih akurat. Westergaard mengembangkan persamaan untuk beban titik dan diintegrasikan pada luasan fleksibel yang dibebani. Taylor (1948) membuat penyelesaian untuk beban segi empat :

dimana : p = Poisson ratio (p < 0,5) harga dari cot -1 dalam radian

Dari cara Westergaard ini juga dibuat chart(grafik) untuk menghitung faktor pengaruh I.

3.3.3. Cara pendekatan penyebaran tegangan 2V : 1H. Cara pendekatan ini menganggap bahwa penyebaran tengan dalam tanah adalah membentuk sudut 60 atau dengan perbandingan 2 vertikal dan 1 horisontal.

3.4. Penurunan Pondasi pada Tanah Kohesif Untuk mempelajari penurunan pondasi pada tanah lempung, salah satu cara adalah dengan cara mengukur kompresilitas tanah di laboratorium dengan menggunakan syarat batas (boundary condition) yang sama dengan kondisi lapangan. Misalnya membuat simulasi kondisi di bawah pondasi bujur sangkar atau lingkaran dengan menguji contoh tanah dalam uji triaxial dengan menggunakan tekanan kekang (confining pressure). Cara alternatif adalah dengan menggunakan hasil uji konsolidasi standar dengan memodifikasinya untuk menghitung penurunan yang memperhitungkan regangan lateral. Walaupun cara ini bukan yang akurat namun cukup untuk mencari pendekatan persoalan praktis. Seperti telah dijelaskan bahwa penurunan pondasi dikelompokkan dalam 3 (tiga) komponen: - Penurunan distorsi atau penurunan elastis atau penurunan segera si. Penurunan ini karena sifat elastis tanah dan menjukkan adanya dispalsemen ke rah lateral. - Penurunan konsolidasi primer sc. Penurunan ini disebabkan karena keluarnya air pori sehingga berkurangnya volume tanah akibat perubahan teganan efektif. - Penurunan konsolidasi sekunder ss. Penurunan ini reorientasi butiran tanah pada tegangan efektif yang konstan. Sehingga penurunan total s = si + sc + ss. 3.4.1. Penurunan segera (immediate settlement) Penurunan segera adalah penurunan karena sifat elastis tanah dan pada penurunan ini tidak ada airpori yang keluar sehingga kadar air tidak berubah dan terjadi penyebaran tanah ke arah lateral. Penurunan ini terjadi sangat cepat sesuai dengan penerapan beban. Berdasarkan teori elastis penurunan segera di bawah pusat beban fleksibel pada tanah lempung adalah :

d 

( q   zD ) B I 0 I1 Eu

dimana : d = si = penurunan segera q’ = q - ’zD = tegangan netto pada dasar pondasi B = lebar pondasi I0, I1 = faktor pengaruh Eu = modulus elastisitas tanah pada kondisi tak terdrainasi (undrained) Janbu,Bjerrum dan Kjaernsli (1956) pertama kali mengusulkan persamaan ini dan kemudian Christian dan Carrier (1978) merevisi prosedur. Hasil revisi dari Christian dan Carrier seperti ditujukkan dalam chart untuk menentukan faktor pengaruh I0, I1.

Gerakan penyebaran tanah ke arah lateral di bawah pondasi akibat penurunan segera. Persamaan Janbu dkk.(1956) yang kemudian direvisi oleh Christian dan Carrier (1978) untuk menggap Poisson ratio  = 0,5. Grafik atau chart untuk menentukan I0, I1 adalah sebagai berikut:

Faktor pengaruh I0, I1 menurut Christian dan Carrier (1978) Harga modulus elastisitas tanah Eu dapat ditentukan dari kurva hubungan teganganregangan yang diperoleh dari hasiluji triaxial. Bila contoh tanah terganggu maka harga Eu akan menjadi berkurang sehingga perkiraan penurunan segera menjadi berlebihan. 3.4.2. Penurunan Konsolidasi (consolidation settlement) Bila tanah kohesif (lempung) jenuh dibebani dengan cepat, tekanan akibat beban tersebut ke tanah selain menyebabkan kompresi elastis yang menyebabkan penurunan segera, juga menyebabkan kelebihan tekanan air pori (excess pore water pressure). Pengurangan kelebihan tekanan air pori, hanya dapat terjadi bila air keluar dari pori-pori tanah. Pengurangan volume air pori, menyebabkan penguranagn volume tanah. Karena permeabilitas lempung rendah maka perubahan volume tanah berlangsung lama dan tergantung waktu (time dependent). Proses ini disebut proses konsolidasi, dan tanah yang mengalami penurunan konsolidasi primer. Proses konsolidasi primer akan berlangsung sampai tekanan air pori dalam keseimbangan dengan tekanan hidrostatis di sekitarnya.

Persamaan untuk menghitung penurunan konsolidasi di bawah pondasi adalah :

Cc  0'   ' sc  .H . log 1  e0  0' Kalau memperhitungkan kekakuan pondasi, konsolidasi tiga dimensi dan bila perhitungan penurunan konsolidasi dibuat dalam n lapisan maka secara umum persamaan penurunan konsolidasi adalah : n

s c  r. i 1

Cc  '   ' .H i . log 0 ' 1  e0 0

dimana : sc = penurunan konsolidasi r = faktor kekakuan pondasi  = koefisien 3 dimensi Cc = indek kompresi/kemampatan e0 = angka pori sebelum pembebanan H = tebal lapisan tanah ’0 = tegangan vertikal efektif mula-mula sebelum pembebanan ’ = kenaikan tegangan akibat pembebanan Tipikal harga koefisien 3 dimensi  (Skempton dan Bjerrum, 1957) Jenis Tanah

OCR

Lempung sangat sensitif 1,0 Lempung dan lanau terkonsolidasi normal 1,0 - 1,2 Lempung dan lanau terkonsolidasi lebih 1,2 - 5 Lempung dan lanau terkonsolidasi sangat berlebihan > 5

. 1,0 - 1,2 0,7 - 1,0 0,4 - 0,7 0,3 - 0,6

Sedangkan faktor kekakuan pondasi Keadaan luasan terbebani Fleksibel sempurna Kaku sempurna (digunakan untuk pondasi)

Faktor kekakuan r 1,0 0,85

Untuk memprediksi penurunan konsolidasi pada tanah lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated clay) ’0 > ’c :

  z 0   '  Cc  sc  r  H i log 1  e0  z 0  

Sedangkan untuk memprediksi penurunan pondasi pada tanah lempung terkonsolidasi lebih (over consolidated clay) ’0 < ’c : Case 1 ’1 = ’0 + ’ < ’c

sc  r 

     '  Cr  H i log z 0  1  e0  z0  

Case 2 : ’1 = ’0 + ’ > ’c

  c    z 0   '  Cr Cc    sc  r  H i log H i log 1  e0  c    z 0  1  e0 

Sifata-sifat tanah yang berkaitan dengan kemampatan tanah didapatkan dari uji konsolidasi di laboratorium:  Pendekatan dilakukan bila didapat good quality “undisturbed” samples  Lakukan Uji konsolidasi (oedometer test)  Tentukan Cc, Cr , e0, dan ´c  Lakukan analisis penurunan (settlement analysis) 3.4.3. Penurunan Konsolidasi Sekunder. Penurunan konsolidasi sekunder adalah regangan tanah yang terus berlanjut setelah tekanan air pori lebih (excess pore water pressure) mencapai keseimbangan. Hal ini karena sifat rangkak (creep) dari tanah dan selanjutnya terjadi reorientasi butiran tanah. Biasanya penurunan konsolidasi sekunder di bawahpondasi telapak relatif kecil sehingga diabaikan. Dan biasanya hanya pada tanah organik yang penurunan sekundernya cukup signifikan. 3.5. Penurunan Pondasi pada Tanah Non kohesif. Perencanaan pondasi telapak pada tanah non kohesif hampir selalu didasarkan atas pertimbangan penurunan bukan pada daya dukung. Dan pengecualian dari ketentuan ini adalah pada pondasi yang sangat sempit dan dangkal terutama bila muka air tanah dangkal. Oleh karenanya penekanan perencanaan pondasi pada tanah non kohesif adalah analisis penurunan. Cara perhitungan penurunan pada tanah non kohesif hampir selalu didasarkan pada hasil uji lapangan untuk menghindari masalah ketergangguan contoh tanah. Hasil uji selanjutnya digabungkan dengan metoda analisis empiris. 3.5.1. Analisis berdasarkan Uji Penetrasi Standar (SPT) Walaupun uji SPT tidak mengukur langsung sifat-sifat tegangan-regangan tanah, namun dapat dikorelasikan dengan kemampatan tanah. Tanah pasir padat yang tak mudah mampat akan mempunyai nilai SPT N tinggi, sedangkan pasir lepas, mudah mampat akan mempunyai nilai SPT N yang rendah. Namun korelasi ini hanya dapat diketahui secara eksperimental.

Banyak metoda yang telah diusulkan untuk meghitung penurunan tanah pasir berdasarkan SPT. Hanya dua metoda yang akan dibahas disini yaitu: Modified Meyerhof’s Method dan Burland and Burbidge’s Method. Modified Meyerhof’s Method. Metoda Meyerhof diperkenalkan pada tahun 1956, adalah salah satu metoda yang populer untuk menghitung penurunan berdasarkan data uji pnetrasi standar (SPT). Sejak mulai dengan data uji yang jumlahnya terbatas, Meyerhof menghasilkan metoda yang konservatif. Oleh karenanya hampir selalu overpredict bahkan sampai faktor 3 atau lebih. Meyerhof (1965) mengusulkan penyesuaian persamaan original dengan faktor 1,5. Hasil penyesuaian persamaan tersebut dikenal dengan Modified Meyerhof’s Method adalah sebagai berikut:  0,44q ' /  r  _  Untuk B ≤ 4 ft (1,20 m) Br N K 60

d

 0,68q ' /  r  _ Br N 60 K d

 Untuk B > 4 ft (1,20 m)

B  B  Br 



2



 

dimana : δ = penurunan Br = lebar referensi = 1 ft = 0,3 m q’ = tegangan tanah netto σr = tegangan referensi= 100 kPa N60 = nilai SPT rata-rata Kd = faktor kedalaman = 1+ 0,33 D/B ≤ 1,33 B = lebar pondasi Burland and Burbidge’s Method. Burland dan Burbidge (1985) menampilkan metoda empiris yang lain dengan menggunakan data SPT untuk menghitungpenurunan pondasi telapak. Mereka mengembangan metoda ini dari database lebih dari 200 rekaman penurunan yang diukur pada pasir dan kerikil. Karena ini berdasarkan database yang besar, maka metoda ini lebih tepat dan kurang konservatif dibandingkan Mdified Meyerhof’s Method. Namun, masih belum dapat lepas dari ketidak-pastian (uncertainties) SPT. Prosedur perhiungannya adalah sebagai berikut: 1. Menghitung kedalaman pengaruh

2. Menghitung compressibility index Ic untuk NC 1,71 Ic 



1, 4



_



 N 60  

 B    1,4 Br  Br  zf

0 , 75

0,57

Ic 

untuk OC



1, 4



_

 N 60  



3. Menghitung faktor koreksi kedalaman pengaruh

4. Menghitung faktor bentuk

 1,25L / B  Cs      L / B   0,25 

CI 

H zI



 2  

H zI



  1 

2

5. Menghitung penurunan: - untuk tanah normally consolidated

 B     0,14Cs C I I c  Br  Br 

0,7

 q'  

  r  0,7

- untuk tanah overconsolidated q’≤σc

 B     0,047C s C I I c  Br  Br 

 B     0,14C s C I I c  Br  Br 

0, 7

- untuk tanah overconsolidated q’>σc

 q'   r

  

 q '0,67 c '    r  

dimana :  = penurunan q’= tegangan netto pada dasar pondasi Br = lebar referensi = 1 ft = 30 cm r = tegangan referensi = 2000 lb/ft2 = 100 kPa c’= tekanan prakonsolidasi. 3.5.2. Analisis berdasarkan hasil uji sondir (cone penetration test /CPT) Schmertmann’s Method Metoda Schmertmann (1970, 1978 dan Schmertmann et.al 1978) adalh cara populer dan berguna untuk menghitung penurunan pondasi pada tanah non kohesif. Metoda ini lebih tepat dari Modified Meyerhof’s Method maupun Burland and Burbidge’s Method karena : - Ini didasarkan pada data uji sondir dimana mempunyai ketepatan yang tinggi dibandingkan data SPT. - Ini memungkinkan membagi tanah menjadi lapisan-lapisan dan masing-masing mempunyai modulus yang berbeda sedang pada metoda yang lain hanya satu lapis dengan rata nilai N.

-

Cara ini mempertimbangkan kepentingan relatif masing-masing lapisan melalui faktor pengaruh regangan (strain influence factor). Faktor ini dikembangkan dari model dan analisis elemen hinggá. Prosedur perhitungan metoda Schmertmann ádalah sebagai berikut: - Pengujian lapangan yang sesuai untuk mendapatkan modulus elastisitas tanah E dalam kedalaman yang bervariasi. Uji ;lapangan yang banyak dilakukan hádala uji sondar / CPT. Korelasi antara E dan qc Jenis Tanah

E/qc

. Normally consolidated silica sand (umur < 100 tahun) Normally consolidated silica sand (umur > 3000 tahun) Overconsolidated silica sand . -

2,5 3,5 6,0

Menentukan pengaruh mulai dasar pondasi sampai kedalaman 2B untuk pondasi bujur sangkar atau lingkaran dan 4B untuk pondasi menerus. Lapisan dibagi kedalam lapisan-lapisan dan menentukan modulus E masing-masing lapis. Menentukan factor pengaruh regangan yang bervariasi terhadap kedalaman. Untuk menghitung besarnya factor ini dihitung harga puncak dari factor pengauh regangan Izp.

I zp  0.5  0.1

q   zD  zp

dimana: Izp = factor pengaruh regangan puncak q’ = q - ’zD = tegangan netto pada dasar pondasi ’zp = tegangan vertical efektif mula-mula pada kedalaman puncak

Factor pengaruh remangan (strain influence factor)

-

Menghitung penurunan  )   C1 C2 C3 (q   zD

I H Es



 zD    q   zD 

o C1 = depth factor = 1  0.5



t 

o C2 = Secondary creep factor = 1  0.2 log 0.1  o C3 = Shape factor = 1.03  0.03L / B  0.73 3.6 Penurunan Ijin. Penurunan yang diijinkan baik penurunan total dan perbedaan penurunan untuk struktur/bangunan akan bervariasi, berbeda satu bangunan dengan bangunan yang lain dan tergantung banyak faktor, antara lain: - jenis struktur/bangunan - fungsi/kegunaan struktur/bangunan - sensitifitas dari elemen struktur/bangunan - kekakuan struktur/bangunan Perencanaan struktur/bangunan membutuhkan perkiraan besarnya penurunan maksimum dan perbedaan penurunan yang masih diijinkan. Jika penurunan berjalan lambat, semakin besar kemungkinan struktur/bangunan untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan yang terjadi tanpa adanya kerusakan struktur akibat pengaruh rangkak. Oleh karena itu kriteria penurunan pondasi pada tanah pasir berbeda dengan pada tanah lempung. Skempton dan MacDonald (1955) menyarankan batas-batas penurunan maksimum, sebagai berikut: Jenis Pondasi Pondasi terpisah pada tanah lempung Pondasi terpisah pada tanah pasir Pondasi rakit pada tanah lempung Pondasi rakit pada tanah pasir

Batas penurunan maksimum (mm) 65 40 65 – 100 40 – 65

Dalam perencanaan pondasi pada umumnya perbedaan penurunan (differential settlement) dianggap nol namun kenyataan di lapangan terjadi perbedaan penurunan. Hal ini antara lain disebabkan oleh:

-

profil tanah mungkin tidak seragam ratio antara beban aktual dan beban rencana mungkin berbeda masing-masing kolom - ratio antara beban hidup dan beban mati mungkin berbeda masing-masing kolom - dimensi pondasidi lapangan mungkn berbeda dengan hasil perencanaan. Perbedaan penurunan pada umumnya lebih berbahaya dibandingkan dengan penurunan total karena akan menimbulkan distorsi pada struktur. Distorsi struktur ini dapat menyebabkan retak pada dinding, balok, kolom dan elemen struktur yang lain. Untuk memprediksi perbedaan penurunan menggunakan metoda empiris yang didasarkan pada pengamatan ratio perbedaan penurunan dan penurunan total pada struktur/bangunan. Bjerrum (1963) membandingkan penurunan total dan perbedaan penurunan pondasitelapak pada tanah lempung dan pasir.

Penurunan total dan perbedaan penurunan pondasi telapak pada tanah lempung (Bjerrum, 1963)

Penurunan total dan perbedaan penurunan pondasi telapak pada tanah pasir (Bjerrum, 1963) Dalam perencanaan pondasi lebih mudah untuk menghitung perbedaan penurunan dalam term rotasi ijin dan jarak kolom. Da = a.S Dimana : Da = perbedaan penurunan ijin a = rotasi ijin S = jarak kolom Tabel

Rotasi Ijin a (Grant et.al, 1974)

Jenis Struktur

a

Gudang portal/rangka baja satu atau dua lantai Gedung portal beton bertulang atau baja - tanpa diagonal bracing - dengan diagonal bracing Bangunan dengan rel crane berjalan Gedung dengan finishing sensitif Mesin Dinding pasangan/beton tak bertulang - panjang/tinggi  3 - panjang/tinggi  5

1/200 1/500 1/600 1/500 1/1000 1/1500 1/2500 1/1250

3.7. Ketelitian Prediksi Penurunan. Walaupun analisis penurunan sudah dimulai sejak 1936, namun persoalan penurunan masih merupakan persoalan yang sulit. Metoda yang sudah dijelaskan hanya dipakai sebagai pedoman, bukan sebagai harga mati dan harus digunakan pertimbangan naluri rekayasa (engineering judgement). Hal yang harus diketahui adalah sumber dari kesalahan yang mungkin terjadi, antara lain: - Ketidak-pastian dalam menentukan profil tanah. - Ketergangguan contoh tanah - Kesalahan dalam uji lapangan (terutama pada SPT) - Kesalahan dalam uji laboratorium - Ketidak-pastian dalam menentukan beban guna terutama beban hidup - Toleransi dalam pelaksanaan/konstruksi (pondasi tidak sama dengan dimensi rencana) - Kesalahan dalam menentukan derajat overkonsolidasi - Ketidak-akuratan dalam metodologi analisis - Mengabaikan efek interaksi tanah-struktur. Untuk memperkecil kesalahan dengan melakukan penyelidikan tanah yang lebih ekstensif dan menggunakan teknik eksplorasi dan pengujian yang sesuai, tetapi konsekuensinya akan menambah biaya. Karena kesalahan-kesalahan tersebut maka penurunan yang sesungguhnya pondasi telapak mungkin berbeda dengan hasil perhitungan. Berikut ini dibandingkan hasil perhitungan dan pengukuran berdasarkan data dari Burland dan Burbidge, 1985; Schmertmann, 1970; Wahls, 1985 dan Butler, 1975.

Perbandingan hasil perhitungan dengan pengukuran penurunan pondasi (berdasarkan data dari Burland dan Burbidge,1985; Schmertmann,1970; Wahls,1985; dan Butler, 1975)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF