Bab 3 Penentuan Lokasi Pabrik
November 20, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Bab 3 Penentuan Lokasi Pabrik...
Description
III. 3.1.
PENENTUAN LOKASI PABRIK Pemilihan Kota Metode Skoring
Salah satu faktor penting dalam perancangan pabrik adalah pemilihan lokasi pabrik ( plant plant location) location) dengan tujuan adalah memilih lokasi pabrik yang paling sesuai dengan jenis pabrik yang akan dibangun. Pemilihan lokasi pabrik yang akan didirikan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang mana tepat atau tidaknya penentuan lokasi ini menyangkut pula kesuksesan modal yang ditanamkan untuk pendirian pabrik tersebut. Tujuan dari penentuan lokasi pabrik adalah untuk menentukan suatu lokasi pabrik pangan yang optimal dengan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sumber bahan baku, pemasaran, transportasi, tenaga kerja, sumber energi, sumber air, limbah dan lingkungan, sikap masyarakat, undang-undang, perpajakan, dan lain-lain dengan metode-metode kualitatif dan kuantitatif. Produk yang akan dibuat pada pabrik yang dirancang adalah kopi biji salak, sehingga terdapat beberapa kriteria khusus terkait penentuan lokasi pabrik yang sesuai dan dilakukan dengan menggunakan metode ranking. Metode ranking dilakukan dengan menggunakan 3 tempat atau lebih dengan kriteria daerah yang sekiranya sesuai dengan pabrik yang akan dibentuk. Metode ini bersifat subyektif. Prosedur yang dilakukan pertama adalah mengidentifikasikan faktor-faktor/kriteria yang relevan dan berkaitan dengan proses pemilihan lokasi pabrik, seperti ketersediaan bahan baku, lok lokasi asi pemasaran, tenaga kerja, iklim, dsb. Langkah kedua adalah pemberian bobot dari masingmasing
faktor/kriteria
yang
telah
diidentifikasikan
berdasarkan
derajat
kepentingannya (dikelompokkan menjadi kategori primer atau sekunder dan ditentukan presentasinya). Langkah ketiga adalah memberi skor/nilai untuk masing-masing faktor/kriteria yang telah diidentifikasikan sesuai dengan skala angka (0-10) dari masing-masing alternatif lokasi yang dipilih. Langkah selanjutnya adalah mengalikan bobot/presentasi dari masing-masing faktor dengan skor dari tiap alternatif yang ada. Lokasi yang dipilih adalah lokasi dengan nilai total tertinggi. Berikut ini adalah tabel penilaian lokasi untuk pabrik kopi biji salak.
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tabel 5. Penilaian Lokasi berdasarkan Metode Ranking Kriteria Kategori Alternatif Lokasi (%) Sleman Magelang Yogyakarta Yogyakarta Nilai % × Nilai % × Nilai % × (n) (n) (n) Sumber air & listrik Primer 18 6 1,08 5 0,90 8 1,44 Kedekatan dengan Primer 17 9 1,53 8 1,36 6 1,02 bahan baku Konsumen Primer 15 6 0,90 7 1,05 8 1,20 Transportasi/Sarana Primer 10 6 0,60 7 0,70 8 0,80 Jalan Jauh dari keramaian Sekunder 5 8 0,40 7 0,35 5 0,25 Tenaga Kerja Primer 14 6 0,84 7 0,98 8 1,12 Limbah Sekunder 2 7 0,14 6 0,12 5 0,10 Harga Tanah Sekunder 6 9 0,54 8 0,48 4 0,24 Sikap Masyarakat Sekunder 7 7 0,49 8 0,56 6 0,54 Perizinan Lokasi Sekunder 6 8 0,48 9 0,36 5 0,30 Total 7,00 6,86 7,01 Sumber : Dokumentasi Pribadi,2017
*Kesimpulan : Pabrik yang akan di didirikan oleh PT. Dua Abadi adalah di Kota Yogyakarta.
3.2.
a.
Kriteria Pemilihan Kota
Sumber Listrik dan Air Dilihat dari sumber air yang dapat digunakan untuk keperluan industri,
Yogyakarta dianggap memiliki nilai paling tinggi dibandingkan tiga daerah lainnya. lai nnya. Hal ini disebabkan karena Yogyakarta dianggap dekat dengan mata air dari pegunungan walaupun walaupun masih lebih dekat den dengan gan kaki gunung gunung yaitu daerah sleman. Sedangkan untuk daerah Magelang dianggap memiliki curah hujan yang rendah menyebabkan suhu panas sehingga sumber air dirasa akan kurang dan dikhawatirkan akan mengganggu supply air kepada masyarakat sekitar. Hal ini berlaku juga terhadap sumber energi khususnya listrik. Yogyakarta dianggap sebagai daerah yang lebih modern dibandingkan dengan Sleman atau Magelang sehingga kondisi energi dapat dikatakan memungkinkan. b. Kedekatan dengan Bahan Baku Bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan kopi biji salak, tentu saja biji salak sehingga penentuan lokasi pabrik perlu mempertimbangkan kedekatan
pabrik dengan sumber bahan baku guna mempersingkat waktu pengiriman serta biaya yang lebih besar. Berdasarkan data skoring diatas dihasilkan kota Sleman dengan nilai tertinggi, hal ini berdasarkan pertimbangan jumlah produksi salak tertinggi di Indonesia berada di kota Sleman. Sehingga dapat dikatakan produk kopi biji salak yang berkualitas dapat dihasilkan kapan saja. c. Konsumen Nilai skoring konsumen tertinggi adalah Kota Yogyakarta, Yogyakarta, dikarenakan kota Yogyakarta banyak dikunjungi wisatawan dalam maupun luar negeri serta sebagai cara mempromosikan kopi biji salak karena dekat dengan pusat kota dan lebih modern.
d. Akses dan sarana jalan Lokasi di perkotaan akan lebih memudahkan pemasaran. Hal ini dapat berkaitan dengan aksesibilitas jalan ke tempat pemasaran. Daerah perkotaan biasanya memiliki akses jalan ja lan yang lebih mudah, sehingga distribusi dist ribusi produk akan lebih mudah. Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan kemudahan memperoleh bahan baku (distribusi bahan baku) yang akan mempengaruhi proses produksi. Akses Yogyakarta dinilai lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan kedua daerah lainnya, terutama untuk kendaraan berukuran besar. Selain itu, Yogyakarta dapat dikatakan memiliki posisi central untuk memperlancar moda angkutan transportasi ke kota-kota lain bahkan ke desa-desa di sekitarnya. e. Jauh Dari Keramaian Kejauahan dar pemukiman dianggap cukup penting dipertimbangkan dimana proses pembuatan yang dilakukan dipabrik dapat mengganggu pemukiman yang ada disekitarnya meskipun hal ini juga dapat memudahkan kepentingan distribusi produk jadi. Selain itu, tenaga kerja yang bersumber dari pemukiman sekitar juga dapat diperhatikan, apakah termasuk kedalam golongan dengan keterampilan baik, semi skilled, atau tidak terlalu terampil. Berdasarkan hal tersebut, Sleman dianggap sebagai daerah dengan tingkat kejuahan dari keramaian dengan pemukiman paling tinggi mengingat daerah tersebut memiliki jumlah
populasi yang tidak terlalu besar sehingga diyakini pekerjaan didalam pabrik tidak akan mengganggu pemukiman disekitarnya, terutama limbah yang dihasilkan. f.
Tenaga Kerja Kriteria tenaga kerja, baik Yogyakarta, Sleman dan Magelang masih
terdapat masyarakat yang pengangguran. Dengan adanya pendirian pabrik ini, dapat mendukung mendukung program pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran dengan cukup signifikan dan dapat meningkatkan pendapatan masyakarat. Akan tetapi, daerah Yogyakarta memiliki potensi tenaga kerja yang cukup besar untuk diserap oleh pabrik ini karena tingkat pengangguran kota besar lebih tinggi dibanding daerah yang jauh dari pusat kota.
g. Limbah Pemilihan
lokasi
usaha
oleh
suatu
organisasi
(perusahaan)
akan
mempengaruhi risiko (risk (risk ) dan keuntungan ( profit profit ) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini terjadi karena lokasi sangat mempengaruhi biaya tetap ( fix cost ) maupun biaya variable (variable (variable cost ), ), baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Di dalam manajemen organisasi, lokasi usaha sebaiknya diperhitungkan pada saat perencanaan, sehingga usaha yang akan dijalankan tersebut dapat terorganisir pelaksanaannya di masamendatang (Heizer (Heiz er dan Render, 2004) . Salah satu faktor penentuan lokasi pabrik adalah bagaimana pengolahan limbah industri dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena proses pembuangan limbah industri belakangan ini banyak pula mendapatkan sorotan tajam dari berbagai pihak masyarakat, sehingga masalah pengendalian limbah industri sekarang ini juga merupakan satu paket yang secara bersama-sama harus dipikirkan pada
saat
perencanaan
pendirian
dan
penentuan
lokasi
suatu
industri
(Wignjosoebroto, 16-19). Pembuangan limbah industri berkaitan dengan tingkat pencemaran, sistem pembuangan limbah untuk perlindungan perlindungan terhadap alam sekitar dan menjaga keseimbangan habitat. Pada tiga opsi pemilihan lokasi pabrik kopi biji salak yaitu, Yogyakarta, Magelang dan Sleman masing-masing daerah telah menetapkan peraturan tersendiri untuk pembuangan limbah pabrik. Melihat kondisi dimasing-
masing daerah, Sleman dianggap lebih mampu mengolah limbah pabrik dalam skala besar karena mengingat letaknya yang berada di pinggir kota besar. Sedangkan Yogyakata dan Magelang dianggap sebagai daerah yang ramai dan pusat wisata jadi j adi kurang cocok untuk pengolahan limbah.
h. Harga Tanah Jika dilihat dari kriteria harga tanah, Sleman lebih unggul dibandingkan dengan daerah lainnya karena harga tanah di daerah tersebut lebih murah. Harga tanah di kawasan industri tentunya akan lebih mahal dibandingkan dengan daerah yang bukan kawasan industri.
i.
Perizinan Lokasi dan Sikap Masyaakat Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan lokasi adalah perijinan
pembangunan pembanguna n pabrik yang yang berhubungan berhubungan dengan sikap manajemen. Perijinan pabrik pabrik harus memenuhi perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundangundangan sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan industri, antara lain tata ruang, fungsi wilayah, upah minimum regional (UMR), perizinan, sistem perpajakan, dan keamanan. Termasuk jaminan keamanan dan hukum penggunaan bahan baku, proses produksi, dan pemasaran. Peraturan dan perundang-undangan perundang-u ndangan harus menjadi pegangan dalam melaksanakan kegiatan industri karena menyangkut modal yang digunakan, kesejahteraan tenaga kerja, dan dampak negatif (limbah) yang ditimbulkan. Berdasarkan sikap manajemen yang berhubungan dengan perijinan lokasi pabrik maka lokasi yang paling mudah dalam hal perijinan yaitu Magelang karena daerah tersebut cukup banyak industri sehingga dirasa tidak terlalu sulit untuk melakukan perijinan dengan warga atau penduduk. Sedangkan Yogyakarta merupakan daerah yang cukup padat penduduk sehingga perijinan pembangunan pabrik akan lebih sulit dilakukan. Sedangkan pada daerah Sleman diketahui diketahui sebagai daerah dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, namun, kental dengan adat istiadatnya sehingga perizinan dirasa dirasa cukup sulit terutama kepada kepada penduduk penduduk sekitar.
Heizer, Jay dan Render Barry. 2004. Manajemen Operasi. Jakarta J akarta : Salemba Empat. Wignjosoebroto. 2000. Ergonomi, Studi, Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Gunawidya
View more...
Comments