BAB 3 Pendekatan Metodologi & Metode Kerja
January 4, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download BAB 3 Pendekatan Metodologi & Metode Kerja...
Description
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
BAB III
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
3.1 Umum Sesuai pemahaman konsultan dalam Kerangka Acuan Tugas, maka uraian dan penjelasan kegiatan yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan dalam suatu dan aplikasi
langkah-angkah
pendekatan
permasalahan
metode paling efektif sehubungan dengan
pelaksanaan
layanan jasa pada proyek termaksud.
Pendekatan
dan metodologi layanan
jasa Konsultan
tersebut
telah
disimpulkan dalam bentuk rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
pekerjaan, jadwal penugasan personil, tugas masing-masing tenaga ahli, tempat
tugas dan lain sebagainya
yang sehubungan
dengan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Hal-hal yang pokok dalam penanganan masalah layanan jasa tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut : Disamping memberikan layanan jasa supervisi sesuai Kerangka Acuan Tugas, konsultan akan berusaha pula mengaplikasikan pengalamannya
untuk melakukaan
langkah-langkah
efektif
sehingga dapat memberikan hasil yang terbaik. Memberikan layanan manajemen untuk pelaksanaan proyek fisik pembangunan rusun, mulai dari proses penyiapan lelang, lelang dan pengawasan fisik sampai dengan proyek pembangunan selesai Melaksanakan pengawasan untuk
pengendalian
biaya proyek
dan berusaha dalam hal efisiensi penggunaan biaya proyek. Melakukan monitoring kemajuan pekerjaan, juga akan senantiasa membuat metode pelaksanaan dan menyusun teknik penjadwalan kegiatan untuk mendapatkan penghematan waktu. Senantiasa berorientasi pada pelaksanaan program pengawasan jaminan mutu secara efektif.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Senantiasa menjalin kerjasama secara harmonis dengan pihak kontraktor
dalam memecahkan masalah-masalah pelaksanaan
pekerjaan dan pendaya-gunakan struktur organisasinya.
3.2 Pendekatan Didalam pekerjaan ini konsultan akan mengunakan beberapa pendekatan untuk dapat menjawab tujuan dari pekerjaan ini. namun sebelum itu konsultan akan memberikan gambar proses skematik yang diharapkan dapat menjadi panduan.
Lingkup
Tujuan
Pekerjaan
Pekerjaan
Pendekatan Metodologi dan Program Kerja Seperti yang telah dijelaskan dalam kerangka acuan kerja bahwa pemenuhan kebutuhan perumahan di Indonesia masih belum teralisir sepenuhnya sebagai akibat dari pertambahan penduduk tidak diimbangi dengan ketersediaan perumahan, serta rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan papan dan pertumbuhan perumahan baru rata-rata 800.000 unit per tahun menyebabkan backlog. Sehubungan dengan backlog tersebut diatas, Kementerian Perumahan Rakyat mempunyai sasaran khusus dalam bidang rumah susun sesuai dengan rencana strategis 2010-2014. Target RPJM tersebut digambarkan dalam beberapa tabel dibawah ini.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
TARGET
SATUAN
1.
Pengembangan Perumahan Formal a. Rumah Susun Sewa
380
TB
b. Rumah Susun Milik
180
TB
5.000
unit
9
buah
2.
Fasilitasi Khusus
3.
Peraturan
Pembangunan
Rumah
Tabel 1. Target RPJM Nasional Tahun 2010-2014 SASARAN NO
KEGIATAN
SATUAN unit
anggaran
1.
Pembangunan Rusunawa
TB
115
718.750.000
2.
Fasilitasi Pembangunan Rumah
unit
1.088
92.480.000
Khusus RENCANA T.A. 2013
811.230.000
Tabel 2. Rencana Tahun Anggaran 2013 Data statistik status penghunian rumah susun sewa wilayah sumatera dapat dilihat pada tabel berikut : NO
PROVINSI
TERBANGUN
STATUS PENGHUNIAN (TB)
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
(TB) TERHUNI
BELUM TERHUNI
1.
NAD
10,00
1,00
9,00
2.
SUMATERA UTARA
16,50
3,50
13,00
3.
SUMATERA BARAT
14,00
2,00
12,00
4.
RIAU
9,00
3,00
6,00
5.
KEPULAUAN RIAU
17,00
8,00
9,00
6.
JAMBI
5,00
1,00
4,00
7.
BENGKULU
2,50
1,50
1,00
8.
SUMATERA SELATAN
8,00
1,00
7,00
9.
KEPULAUAN
BANGKA
1,00
1,00
BELITUNG
10.
LAMPUNG
TOTAL
6,00
2,00
4,00
89,00
17,00
72,00
Tabel 3. Status Penghunian Rumah Susun Sewa Wilayah Sumatera. 3.2.1 Pendekatan Teknis Pendekatan teknis dalam usulan teknis ini disesuaikan dengan lingkup kegiatan yang akan dicapai sesuai kerangka acuan pekerjaan.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Lingkup kegiatan utama kegiatan ini adalah : a. Manajemen proyek b. Supervisi pelaksanaan pembangunan 3.2.2 Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada wilayah kerja PPK Wilayah I Sumatera dan Jabodetabek untuk Pembangunan Rusunawa Tahun Anggaran 2013 antara lain:
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
3.3 Manajemen Proyek Dalam lingkungan proyek, yang disebut persetujuan adalah tertulis”,
karenanya
“manajemen
proyek
harus
ada“
dan
“harus akan
bersandarkan pada aspek hukum, bahwa yang penting adalah apa yang tertulis. Dalam
pelaksanaan
Pekerjaan
Manajemen
Konstruksi
Wilayah
I
(Sumatera dan Jabodetabek) TA. 2013, sistem manajemen proyek ini dalam bentuk prosedural pekerjaan, dimaksudkan untuk memberikan guidelines/petunjuk kepada setiap personil dalam organisasi, tentang bagaimana dia seharusnya melakukan kegiatan dan berkomunikasi dalam lingkungan proyek.
Prosedur, form dan guideline merupakan alat yang dapat menggambarkan proses manajemen proyek, dan juga merupakan suatu kerangka/format dalam pengumpulan, pemrosesan dan mengkomunikasikan data dan informasi aktifitas proyek dalam bentuk yang teratur dan standar. Secara spesifik maksud dari adanya dokumen prosedural adalah : uidelines dan keseragaman
Mempersatukan tim proyek
-jenis pekerjaan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
bagi proyek lain. Metode pendekatan teknis Manajemen Konstruksi Wilayah I (Sumatera dan Jabodetabek) adalah : 1. Menguraikan kondisi permasalahan kebutuhan
untuk proses
penyediaan rumah susun sewa : a. Kebijaksanaan pembangunan Rusunawa b. Kondisi lokasi saat ini. 2. Pengkajian terhadap kondisi lokasi, penduduk, tingkat aksesibilitas dan kebutuhan Pengkajian
(demand) ini
serta
dimaksudkan
faktor-faktor untuk
pendukung
melihat
lainnya.
potensi
dan
kecenderungan perkembangan kebutuhan (demand). 3. Melakukan identifikasi faktor-faktor pendukung.. 4. Merumuskan
berbagai
indikator berdasarkan analisis supply dan
demand, perumusan tersebut sebagai bahan perumusan alternatif pembangunan Rusunawa baik aspek fisik maupun prasarana. Untuk melakukan lima (4) pendekatan tersebut, konsultan membaginya dalam beberapa langkah teknis kegiatan sebagai berikut ; 1. Tahap Perencanaan (Planning) Semua proyek konstruksi dimulai dari gagasan atau rencana dan dibangun berdasarkan kebutuhan (need). 2. Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pada tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan : •
Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
•
Meramalkan manfaat yang akan diperoleh
•
Menyusun analisis kelayakan proyek
•
Menganalisis dampak lingkungan yang akan terjadi
3. Tahap Penjelasan (Briefing) Pada tahap ini pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan sehingga konsultan perencana dapat dengan tepat menafsirkan keinginan pemilik. Kegiatan yang dilaksanakan : •
Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli
•
Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan, merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.
•
Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya, dan implikasinya, serta rencana pelaksanaan
•
Mempersiapkan sketsa dengan skala 1 : 1000, 1 : 1500 atau 1 : 2000, yang menggambarkan denah dan batas-batas proyek.
4. Tahap Perancangan (Design) Desain dilaksanakan dua tahap : (1) Tahap Pradesain Pada tahap pradesain rancangan proyek dibuat secara garis besar dan berdasarkan pada tahap penjelasan proyek (2) Tahap desain rinci. Jika rancangan sudah disetujui sesuai keinginan pemilik proyek maka dilanjutkan pada tahap desain rinci yang berfungsi sebagai
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
pegangan dalam pelaksanaan dilapangan. Secara garis besar kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap desain ini antara lain :
a. Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penyelesaian akhir. b. Memeriksa masalah teknis. c. Meminta persetujuan akhir ikhtisar dari proyek d. Mempersiapkan: Rancangan skema (pradesain) termasuk taksiran biaya rancangan terperinci (desain rinci) gambar kerja, spesifikasi, dan jadwal daftar volume taksiran biaya akhir jadwal waktu 5. Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender) Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan proyek konstruksi tersebut, atau bahkan mencari sub kontraktornya Kegiatan yang dilaksanakan : • Prakulaifikasi • Dokumen Kontrak
Salah satu hal yang perlu diperhatikan pada tahap pelelangan adalah mengenai dokumen kontrak. Dokumen kontrak sendiri didefinisikan sebagai dokumen legal yang menguraikan tugas dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Dokumen kontrak akan terjadi setelah terjadi kontrak atau ikatan kerja sama antara 2 pihak atau
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
lebih. Sebelum hal itu terjadi terdapat proses pengadaan atau proses pelelangan dimana diperlukan Dokumen Lelang. Perbedaan kedua dokumen dapat dilihat pada Tabel 4 No.
Dokumen Lelang (DL)
Dokumen Kontrak (DK)
Catatan
1
Persyaratan Lelang
-
Tidak ada pada Dokumen Kontrak
2
Bentuk Penawaran
Surat Penawaran
Dapat berubah dari DL ke DK
3
Persyaratan Kontrak: (a) Umum, (b) Khusus
Persyaratan Kontrak: (a) Umum, (b) Khusus
Dapat berubah dari DL ke DK
4
Bentuk Perjanjian (Kontrak)
Surat Perjanjian (Kontrak)
Dapat berubah dari DL ke DK
5
Gambar Rencana
Gambar Rencana
Dapat berubah dari DL ke DK
6
Spesifikasi
Spesifikasi
Dapat berubah dari DL ke DK
7
Daftar Volume
Daftar Volume
Dapat berubah dari DL ke DK
8
-
Berita acara, Addendum, dll
Catatan atau tambahan atas Perubahan / Kesepakatan
6. Tahap Pelaksanaan (Construction) Tujuan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Kegiatan yang dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua oprasional di lapangan : • Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah:
• Kegiatan Koordinasi egiatan pembangunan
7. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance & Start Up) Tujuan pada tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah sesuai
dengan
dokumen
kontrak
dan
semua
fasilitas
bekerja
sebagaimana mestinya. Kegiatan yang dilakukan adalah : • Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama pelaksanaan maupun gambar pelaksanaan (as build drawing) • Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakankerusakan • Mempersiapkan pemeliharaan.
petunjuk
oprasional/pelaksanaan
serta
pedoman
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
• Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan
Manajemen proyek pelaksanaan konstruksi terdiri dari : 3.3.1 Pengendalian Proyek Pengendalian proyek pada intinya mencakup pengendalian atas rencanarencana Manajemen yang telah disebutkan di atas dan akan meliputi :
Rencana Pengendalian Waktu/Schedule
Rencana Pengendalian Lingkup Pekerjaan
Rencana Pengendalian Biaya
Rencana Pengendalian Dokumen
Rencana Pengendalian Kualitas Pekerjaan / Mutu
Rencana Pengendalian Kuantitas
Proses pengendalian berlangsung melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Laporan
Analisis
Identifikasi Arah Perubahan
Periksa Penyebabnya
Tentukan Langkah Korektif
Laporan yang digunakan untuk pengendalian merupakan laporan-laporan kemajuan Proyek yang kemudian menghasilkan Rencana Pelaksanaan yang diperbaharui (Project Plan Updates) berikut rencana-rencana tindakan koreksi. Walaupun dokumentasi pengendalian terekam secara periodik melalui laporan-laporan Mingguan, dan Bulanan, namun pada kenyataannya pengendalian proyek sebenarnya akan dilakukan secara daily basis. Aktifitas pengendalian juga terutama akan tercermin dalam kegiatan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
rapat pengendalian perkembangan proyek yang dilakukan secara periodik maupun khusus.
3.3.2 Pengendalian Mutu Pengendalian mutu/kualitas bukan hanya dalam segi bahan/material yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam kontrak saja
tetapi
meliputi
mutu
dan
kualitas pelaksanaan harus baik.
Keduanya harus dilaksanakan bersama, karena keduanya saling terkait satu dengan lainnya dan tak dapat dipisahkan dalam mencapai hasil pekerjaan yang dikatakan baik dan memenuhi persyaratan.
3.3.3 Pengendalian Kualitas Bahan Bahan material yang dipakai dilapangan harus memenuhi persyaratan, untuk dapat menyatakan bahwa bahan/material tersebut dapat dipakai atau ditolak, tolak ukur yang harus dipakai oleh Manajemen Konstruksi adalah : a. Berita Acara Aanwizing b. Kontrak Pekerjaan c. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) d. Peraturan Standarisasi yang berlaku e. Gambar Pelaksanaan f. Hasil Test Laboratorium g. Peraturan Pemerintah, Kepres, dll. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengendalian kualitas bahan yaitu : 1. Persyaratan bahan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Bahan yang akan digunakan harus memenuhi ketentuan yang ada untuk mencapai kualitas bahan yang baik 2. Penyimpanan Penyimpanan material yang kurang baik akan menyebabkan kerusakan pada material yang akan digunakan, penyimpanan harus diperhatikan untuk bahan yang berubah langsung karena kena air. 3.3.2 Pengendalian Kualitas Pelaksanaan Kualitas pelaksanaan sangatlah penting dalam menentukan hasil akhir yang akan dicapai, pengendalian kualitas tidak kalah pentingnya dari kualitas bahan karena bahan yang bagus kalau tidak tepat dalam pelaksanaan di lapangan maka tidak akan mendapatkan hasil yang baik, maka pengendalian kualitas pelaksanaan sangat penting diperhatikan untuk menghasilkan hasil yang maksimum sesuai dengan persyaratan.
3.3.3 Quality Assurance Plan QA Plan dimaksudkan untuk memberi keyakinan bahwa kontraktor melaksanakan pekerjaan dan menghasilkan produk sesuai dengan Quality Plan dan sesuai dengan persyaratan mutu yang ditetapkan dalam spesifikasi. Sedangkan secara spesifik tujuannya adalah : a) Menetapkan Quality Plan dan Kontraktor b) Menjamin dilaksanakan penerapnnya c) Mengontrol interface pekerjaan a. Quality Control Pada Prinsipnya Kontraktor dituntut untuk memiliki sistem pengendalian kualitas (quality kontrol) dalam seluruh tahapan pelaksanaan pekerjaan yang meliputi sistem pengadaan material, keahlian kerja (workmanship),
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
pengawasan, pemeriksaan, dan pengetesan, dan sistem lain yang diperlukan utnuk menghasilkan kualitas sesuai dengan persyaratan, yang dibuktikan dengan pendokumentasian yang terecord dengan baik atas implementasi semua proses konstruksi tersebut. Pendokumentasian implementasi proses konstruksi di atas adalah terdiri dari :
Certificate Test untuk semua material konstruksi dan peralatan mekanikal dan elektrikal.
Spesifikasi untuk item/komponen yang difabrikasi sebelumnya (prefabrication) dan/atau mix design untuk beton.
Certificate of Compliance untuks emua material
dan/atau
komponen yang didatangkan (di impor) dari pihak ketiga.
Lembaran Checklist pada setiap tahapan pekerjaan dari tahap Pra Konstruksi, selama Konstruksi dan Pasca Konstruksi : yang dapat memberikan
petunjuk
telah
dilaksanakannya
proses
pemeriksaan sesuai dengan kemajuan pekerjaannya. b. Pemberitahuan Kegiatan Operasi (Notice of Operation) Kontraktor bila diperlukan harus memberi tahu kepada Konsultan Manajemen Konstruksi semua informasi tertulis mengenai lokasi material diperoleh dan lokasi mana pekerjaan sedang disiapkan. Semua pekerjaan permanen harus dilaksanakan dengan persetujuan Konsultan. Pemberitahuan tertulis yang lengkap harus diajukan dalam waktu yang mencukupi sebelumnya agar Konsultan dapat mengatur kegiatan inspeksi yang diperlukan untuk proses persetujuan pelaksanaan konstruksi. c. Monitoring dan Pemeriksaan Ulang. Adalah
tugas
tim
Manajemen
Konstruksi
untuk
mengadakan
monitoring dan pengawasan pekerjaan konstruksi dan dokumentasi yang tetapi tidak terbatas pada disebutkan di atas, dengan cara melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap item-item beberapa item yang tercantum
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
dalam checklist yang telah lengkap dilakukan (diisi, dipenuhi) dan mengajukannya pada Pimpro untuk memperoleh persetujuan. d. Perintah dan Tindakan Koreksi Dalam hal pada pemeriksaan ulang tersebut didapati ketidaksesuaian dengan persyaratan (non compliance) diperlukan dikeluarkannya Perintah Tindakan Koreksi (Corrective Action Request) oleh Konsultan. e. Kewajiban kontraktor atas Perbaikan Ketidaksesuaian Kontraktor selanjutnya dituntut untuk melaksanakan kewajiban untuk memperbaiki ketidaksesuaian pekerjaan. Kelalaian atas pelaksanaan kewajiban tersebut dapat mengakibatkan Kontraktor harus menanggung resiko atas biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses pebaikan oleh pihak lain yang ditunjuk. 3.3.4 Pengendalian Kuantitas Pengendalian Kuantitas meliputi volume, baik itu panjang, lebar, tinggi dan
lainya.
Konsultan
Manajemen
Konstruksi
harus
mengawasi
pelaksanaan proyek dengan teliti sehingga tidak terjadi pencurian yang biasanya dilakukan oleh Kontraktor yaitu masalah panjang, lebar, ataupun pencurian masalah spesifikasi campuran adukan di beton sekunder, sehingga mengakibatkan kualitas tidak sesuai dengan perencanaan.
3.3.5 Pengendalian Dana Dalam proses pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dapat terjadi perubahan-perubahan
yang
mengakibatkan
adanya
Addendum
pekerjaan, dimana dapat dilaksanakan setelah ada surat resmi dari Pimpro/Pimbagpro. Adapun prosedur Addendum pekerjaan sebagai berikut :
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
1. Penyesuaian
di
lapangan,
setelah
sungguh-sungguh oleh pihak-pihak terpaksa
ada
pekerjaan
dipertimbangkan yang
tambah,
terkait, untuk
ini
dengan
sehingga Pimpro
memberitahukan dengan surat resmi kepada pemborong dengan tembusan kepada pihak-pihak terkait tentang adanya pekerjaan tambah tersebut, dan sekaligus minta kepada pemborong untuk segera mengajukan penawaran biaya pekerjaan tambah tersebut. 2. Pemborong kemudian menjawab dengan surat resmi dengan tembusan pada pihak-pihak terkait, sekaligus mengajukan biaya tambahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. 3. Konsultan Manajemen Konstruksi berkewajiban untuk ikut meneliti pekerjaan tambah/kurang yang akan dilaksanakan. 4. Mengecek perhitungan Volume Pekerjaan tambah/kurang 5. Harga satuan pekerjaan tambah yang jenisnya sama dengan pekerjaan sebelumnya harus sama jika berbeda perlu dilakukan pemeriksaan. Setelah disepakati harga pekerjaan tambah tersebut, Pimpro memberi perintah resmi untuk dilaksanakan. 6. Pelaksanaan pekerjaan tambah oleh Pemborong sebelum surat perintah tertulis dari Pimpro, tidak dapat dibenarkan. 7. Pekerjaan tambah disini harus diperhatikan nilainya terhadap kontrak awal, bila nilai pekerjaan tambah melampaui 10% dari kontrak, maka harus dibuat Kontrak baru bukan Addendum. Sebaliknya bila nilai pekerjaan tambah kurang dari 10%, maka cukup dibuat Addendum. 3.3.6 Pengendalian Waktu Pekerjaan Manajemen Konstruksi Wilayah I Sumatera dan Jabodetabek TA. 2013 sesuai jadwal sangat penting, maka dalam Manajemen Konstruksi diperhatikan dalam masalah waktu, karena itu diperlukan rencana kerja
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
yang matang dalam bentuk Time Schedule monitoring pekerjaan, yang diperjelas lagi dengan Weekly Schedule, untuk membuat keduanya perlu adanya pemahaman yang perlu diperhatikan yaitu : a. Time Schedule Kebenaran/ketetelitian pembuatan Time Schedule mengenai :
Item pekerjaan yang dilaksanakan.
Awal dan akhirnya Item pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Bobot fisik pada tiap Item pekerjaan berupa prosentase.
Keterkaitan pekerjaan satu dengan lainnya, perlu adanya evaluasi khusus kapan pekerjaan ini dimulai dan harus berakhir.
Time Schedule perlu dievaluasi kebenarannya yang menyangkut : o Tenaga
kerja
harus
sesuai
dengan
jenis
pekerjaan,
jumlahnya serta keterampilannya. o Material/Bahan harus tepat waktu dengan kualitas yang sesuai spesifikasi yang ada dalam kontrak. o Jumlah dan jenis peralatan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis dan volume pekerjaan. o Metode/Sistem yang digunakan harus dapat mendukung semua kegiatan/pekerjaan di lapangan. o Koordinasi
harus
berjalan
dengan
baik,
sehingga
menciptakan keserasian disetiap bagian pekerjaan yang terkait. b. WeeklySchedule Dibuat untuk : -item pekerjaan selama periode satu minggu -langkah pelaksanaan setiap minggu
yang sering tidak sama, biasanya realisasi di lapangan lebih kecil
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
daripada bobot rencana kalau tidak segera
diatasi
maka
keterlambatan semakin membengkak, sehingga tidak bisa tepat waktu, jadi tujuannya adalah mengantisipasi keterlambatan pekerjaan di proyek.
Penyusunan Schedule proyek yang dapat dipertanggungjawabkan dan memudahkan pengendaliannya adalah Schedule proyek yang realistis. Pengendalian Schedule proyek juga hanya dapat dilakukan dengan baik apabila informasi rencana-rencana kegiatan tersediakan setiap saat/periode dan tercatat atau terorganisasikan secara rapih, dimulai dari adanya master Schedule proyek sebagai baseline. Schedule harus dapat meliputi seluruh jenis kegiatan proyek antara lain : Project preparation phase Design phase Tendering phase Demoliton works Construction phase Fitting out phase Commissioning -Handover- migration phase
Yang dibuat dalam beberapa jenjang antara lain : Project master Schedule Individual contract Schedule Be-weekly Schedule Demikian juga, pengendalian akan efektif apabila : dilakukan secara prioritas, mulai dari batasan-batasan
milestone
strategis,
bagian-
bagian paling krusial atau kritikal selama penyelenggaraan proyek;
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
koordinasi-koordinasi Schedule secara periodik; dan responsif dalam menyikapi proggres atau kendala yang terjadi. Bagian-bagian kritikal serta kendala yang dapat segera diidentifikasi dalam pengendalian Schedule ini diperkirakan antara lain :
-pekerjaan fabrikasi
-perubahan pekerjaan
pekerjaan sesuai metode pelaksanaan yang ditetapkan.
Team Manajemen Konstruksi akan menggunakan perangkat lunak MS Project sebagai fasilitas planning, monitoring & control Schedule. Pengendalian Schedule akan dimulai dari, atau masukan pertamanya adalah Schedule proyek, kemudian diperiksa laporan-laporan kemajuan termasuk adanya permintaan perubahan-perubahan rencana. Dari hasil
pantauan
akan dikeluarkan Schedule updates berikut rencana
tindakan lainnya. Bagan atau format kontrol yang dipakai adalah Project Schedule Tracker. 3.3.7 Peralatan Dan Metode Kerja Pemakaian peralatan di lapangan tergantung dari beberapa faktor pertimbangan, antara lain : a. Tempat atau lokasi pekerjaan.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
b. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah direncanakan. c. Faktor kesulitan yang ada dilapangan baik itu mengenai lokasi yang jauh, susahnya transportasi dan lain-lainnya. d. Sistem / metode kerja yang akan dipakai. e. Biaya yang dianggarkan. 3.3.8 Keselamatan Dan Keamanan Kerja Kecelakaan kerja sebisa mungkin dihindari baik itu mengenai tenaga kerja maupun material dan bahan, yang mempengaruhi prestasi kerja dan pada akhirnya berdampak pada biaya proyek, baik langsung maupun tidak langsung, secara umum ada beberapa prinsip dasar pencegahan kecelakaan yang dipengaruhi pada setiap lokasi pekerjaan misalnya : 1. Peralatan yang akan digunakan harus berkondisi baik. 2. Menggunakan alat harus sesuai dengan kemampuan alat dan petunjuk yang diperbolehkandalam buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik dan sesuai fungsinya 3. Penggunaan alat pelindung ditempat yang sekiranya berbahaya baik itu menggunakan helm, sepatu pengaman, baju pengaman dll. 4. Dalam pelaksanaan pekerjaan harus teratur dan tidak simpang siur dan tidak menyalahi peraturan teknis yang ada 5. Selalu mengadakan Check dan Recheck terhadap peralatan kerja yang dipakai, sehingga layak dipakai atau tidak, bila kurang memenuhi jangan dipaksakan menggunakan alat tersebut kalau tidak 100% keadaan alat siap pakai. Selain itu yang biasa terjadi adalah terjadinya pencurian terhadap materil dan bahan dilapangan, dan untuk menghindari pencurian terhadap bahan yang sering terjadi maka Kontraktor harus melaksanakan : 1. Pembuatan pagar pengaman disekeliling proyek, bisa berupa seng, kawat berduri, dll.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
2. Penerangan lampu di lokasi. 3. Melakukan Penjagaan di lokasi proyek.
3.3.9 Pembinaan Pekerjaan Dalam
Pembinaan
Pekerjaan
menyangkut
pada
Koordinasi
pekerjaan yang baik. Koordinasi terbagi dalam 2 bagian, yaitu : Koordinasi lapangan/pelaksanaan Yang dimaksud adalah Mengkoordinasi pada pekerjaan-pekerjaan satu dengan yang lainnya yang saling terkait antara pekerjaan sipil, arsitektur dan mekanikal / elektrikal, dalam mengkoordinasi di lapangan bisa dilakukan dengan Site Meeting setiap seminggu sekali, tetapi kalau ada yang mendesak bisa dilakukan meeting saat itu juga, sehingga Site Meeting dilakukan tergantung dari kebutuhan yang dihadapi dilapangan. Koordinasi keluar Yang dimaksud adalah koordinasi yang menyangkut hubungan konsultan Manajemen Konstruksi, Kontraktor, Staf Manajemen Konstruksi
dan
pihak-pihak
terkait
lainnya mengenai proyek
yang sedang dihadapi sehingga informasi yang diterima baik oleh Kontraktor maupun Konsultan Manajemen Konstruksi tidak tumpang tindih, dan tidak ada kesimpang siuran dari fersi masingmasing.
3.10 PENGENDALIAN WAKTU Secara umum pengendalian waktu pelaksanaan proyek dilakukan melalui metode “fast tracking” pada jadwal proyek. Dapat digambarkan gagasan tersebut melalui skema berikut :
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Penghematan waktu sebagaimana diatas, akan lebih banyak diperoleh melalui perencanaan jadwal waktu pelaksanaan fisik, secara akurat. Perlu pula dukungan perencanaan engineering dan procurement/logistic yang memadai sehingga penghematan waktu dapat diperoleh atau paling kurang jangka waktu (time frame) yang ditetapkan tidak terlampaui, sebagaimana ditunjukkan pada jadual induk terlampir. Guna menjamin tidak terlampauinya kerangka waktu proyek, metoda fast tracking bahkan dapat ditarik
sejak
dengan
masa
masa
lelang
dan
digambarkan melalui skema berikut :
masa
perancangan,
terpadu
pelaksanaan sesudahnya. Dapat
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Metoda fast tracking pada jadwal induk sebagaimana ditunjukkan diatas, mempunyai implikasi proyek tidak dapat dilaksanakan dalam satu kesatuan paket pekerjaan. Melainkan dalam beberapa paket, dan seterusnya. Pembagian paket pekerjaan (packeting) tidak dapat disusun sekedar berdasarkan atas fenomena waktu sebagaimana contoh diatas,
melainkan
pula pertimbangan lainnya, seperti kekhususan
(specific/nature) pekerjaan, daya dukung Pemborong, efisiensi serta efektifitas pengaturan ruang kerja dan lain-lain. Pemaketan tersebut menuntut atau melahirkan konsekuensi perlunya koordinasi
kuat,
semenjak
proses
engineering
sampai
dengan
pelaksanaan instalasi konstruksi dilapangan. Suatu kondisi yang tepat dimiliki oleh Konsultan Pengawas yang berada pada fungsi kontrol saja. Sementara Konsultan Perencana yang berada pada fungsi aksi tidak diposisikan untuk melaksanakan tugas demikian. Karenanya
dalam beberapa
kesempatan praktis,
packeting hanya
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
dilakukan pada bagian-bagian proyek yang dapat dipisahkan (detachable) dari pekerjaan induknya.
3.3.10 Pengendalian Biaya Pemaketan pekerjaan sebagaimana dibahas diatas, sebagaimana tertuang
diatas
kertas mempunyai dampak positif, berkurangnya nilai
faktor pajak, faktor overhead & profit pada harga yang ditawarkan Pemborong.
Tetapi
biasanya
tidak
diikuti
dengan
perhitungan
meningkatnya overhead Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, sebagai akibat peningkatan kegiatan pengendalian. Metoda lain dalam pengendalian biaya, tepatnya penghematan biaya, dilakukan melalui proses value engineering. Suatu metoda peninjauan ulang (review) dokumen rancangan, dengan membuang faktor-faktor yang sebenarnya tidak diperlukan (unnecessary), juga faktor-faktor yang berlebihan muncul
melampaui
sebagai
kebutuhan
minimal.
Faktor-faktor
demikian
akibat penerapan “rule of thumb” yang berlebihan,
standard kebutuhan yang telah berubah, pola kerja lapangan yang telah berubah pula dan lain sebagainya. Suatu bahasan teknis detail yang dapat diterangkan melalui ilmu struktur, target utama value engineering. Pekerjaan struktur lazimnya adalah butir terbesar dalam perhitungan biaya konstruksi, karenanya menjadi objek utama value engineering. Sesuatu yang tidak akan terjadi pada proyek ini, karenanya kecilnya biaya pekerjaan struktur. Sementara value engineering pada pekerjaan finish arsitektur tidak lazim dilakukan karena banyaknya muatan non teknis, sedangkan pada pekerjaan utilitas biasanya telah dirancang dengan efisien. Satu-satunya peluang pengendalian biaya pada proyek ini, adalah mengatur keseimbangan nilai pekerjaan
perubahan (variation/change
order) yang tidak dapat dihindarkan, agar tidak melampaui batas anggaran dan dana cadangan.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
3.3.11 Pengendalian Mutu Seharusnya pengendalian mutu tidak lagi menjadi issue atau pokok bahasan
lagi.
Konsultan
Perencana,
Pemborong
dan
Supplier
diharapkan telah memiliki standard performance yang memadai. Sehingga pemeriksaan mutu yang dilakukan Konsultan Pengawas melalui proses Quality Assurance Plan dan Quality Control, semenjak masa
perancangan,
engineering/
perencanaan
sampai
dengan
konstruksi/instalasi, hanya akan menjaring kesalahan yang bersifat manusiawi (human error), yang karenanya dapat diperbaiki dengan sukarela. Bukan kesalahan yang disengaja (by crime), bahkan pula yang direncanakan (created crime). Pemilihan para pelaku proyek karenanya perlu mensyaratkan ketiga faktor pengendalian diatas sebagai kriteria utama, sehingga proyek dapat diharapkan berjalan dengan semestinya. Pada sisi lain diharapkan kesediaan Pemberi Tugas melonggarkan atau dapat disebut terobosan atas kebiasaan pendanaan yang telah baku. Situasi krisis ekonomi yang masih berlangsung dewasa ini, telah menghancurkan skema pembiayaan proyek yang berlaku. Bahan-bahan harus dipesan sebelum diproduk, bahan yang ada harus dibayar didepan atau cash and carry, sementara suku bunga bank masih tinggi, faktor-faktor yang akan dibebankan
pada
penawaran
harga
dan
pada
akhirnya
pada
implementasi lapangan akan terjadi tarik ulur antara jadwal konstruksi dan finansial cash flow. Kesediaan Pemberi Tugas membayar “material on site” pada proses perhitungan prestasi pembayaran (payment progress) yang dilakukan secara bulanan, akan lebih “berarti” dibandingkan dengan ketiga teori pengendalian diatas.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
3.14 PEMBINAAN KERJA Konsultan Manajemen Konstruksi tidak hanya bertugas mengadakan Manajemen
Konstruksi
terhadap
mutu/kualitas,
dana,
dan
waktu
pekerjaan, tetapi juga harus memberikan pembinaan terhadap kontraktor baik itu dalam segi teknis juga mengenai administrasi dengan bertitik tolak pada Aanwijzing juga di tuntut mempunyai leadership dan pemahaman dalam bidang teknis dan administratif. Di sini seorang Manajemen Konstruksi tidak hanya bisa menyalahkan atau membenarkan suatu pekerjaan dengan bertitik tolak pada dokumen kontrak, tetapi seorang Manajemen Konstruksi harus bisa memberikan pengarahan
serta
penjelasan mengenai pendapatnya dilapangan mengapa pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kontraktor dikatakan salah, tetapi harus bisa memberikan alternatif mencari jalan keluar terhadap perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan, agar pekerjaan tersebut dapat terus berlanjut tidak berhenti. Artinya pembinaan tersebut sangatlah berarti bila diberikan sebelum pekerjaan dimulai dan selama proses pelaksanaan. Hal ini sangat berarti karena dapat menghindari terjadinya kesalahankesalahan yang dilakukan oleh pihak kontraktor. Seringkali terjadi pembinaan tidak diberikan sehingga terjadi kesalahan fatal yang mana sulit untuk diperbaiki dan terpaksa dibongkar karena tidak sesuai dan tidak bisa ditoliler karena tidak sesuai dengan perencaannya. Disinilah pentingnya arti pembinaan kerja yang harus diberikan oleh seorang Manajemen Konstruksi agar kesalahan-kesalahan sedini mungkin dapat dimonitor.
Pembinaan
disini
bisa
dalam
segi
teknis
maupun administratif. 1. Bidang teknis antara lain : o Mengevaluasi metode kerja yang akan dipakai oleh pihak kontraktor. o Memberikan masukan dan saran berkaitan dengan metode yang akan dipakai, kelemahannya apa dan tindakan apa yang harus dilakukan. o Apabila terjadi perbedaan pendapat/pandangan dalam metode yang
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
dipilih dapat didiskusikan sehingga diperoleh pemecahannya. 2. Bidang administrasi antara lain : o Memberikan pengarahan tentang prosedur perijinan pelaksanaan pekerjaan, persetujuan material, pergantian material, dan lain-lain. o Memberikan pengarahan berkenaan dengan prosedur adanya pekerjaan tambah/kurang atau Addendum yang harus ditempuh o Prosedur Addendum perpanjangan waktu. o Prosedur surat menyurat. 3.15 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Keselamatan dan Keamanan pada masa konstruksi biasanya meliputi : - Keselamatan o Peraturan keselamatan kerja di lapangan. o Organisasi keselamatan kerja yang diperlukan. o Fasilitas kesehatan kerja (helm, lampu, rambu-rambu, fasilitas P3K, dan lain sebagainya. o Demonstrasi/pelatihan. o Inspeksi periodik. - Keamanan o Organisasi keamanan yang diperlukan berikut personil. o Ijin serta kontak-kontak yang diperlukan. o Peraturan keamanan di proyek. o Fasilitas keamanan seperti: pagar, gerbang, gardu/tower jaga, lampu spot, kartu identitas, handly talkie, dan lain sebagainya.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
o Demonstrasi/pelatihan. o Inspeksi periodik.
3.4 Supervisi Konstruksi Sebelum dilakukan pengawasan lapangan harus dipahami terlebih dahulu kegiatan dan jenis bangunan yang akan dilaksanakan pembangunanannya : 1.
Tipe yang akan dibangun
2.
Luas bangunan
3.
Konsep bangunan
4.
ME yang akan dipasang
5.
Acessories bangunan yang akan diinstalasi
Dengan demikian, maka sistem pengawasan dan supervisi konstruksi menjadi hal yang sangat
penting
sehingga
diperlukan
suatu wadah
organisasi yang memadai dalam melakukan monitor terhadap segala aspek pekerjaan sedemikian rupa sehingga proyek ini dapat selesai tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya. Untuk memenuhi target di atas,
perlu disiapkan program kerja dan
menyusun satu tim memadai dalam jumlah dan kualitas yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli seperti yang dipaparkan pada usulan teknik ini pada point lainnya. Dalam
hal ini, perlu ditambah satu bagian
dalam hal
penyediaan
bangunan yang dapat diandalkan menjadi suatu bangunan yang baik, sesuai spesifikasi yang disyaratkan, Konsultan lebih mengutamakan halhal yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : a) Menyusun langkah-langkah
yang terencana
baik dan efektif
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
mengenai
pelaksanaan
Dokumen
Kontrak baik fisik maupun
administrasi teknis yang tentunya dapat dipahami oleh kontraktor. Kegiatan ini dilakukan
diawali
dari Pre Construction Meeting (
Rapat Pendahuluan ) dan aktivitas lain pada masa mobilisasi. b) Mengarahkan
kontraktor
untuk melakukan
survei detail dan
inventarisasi lapangan kemudian melakukan rekayasa lapangan sesuai dengan kondlsi dan kebutuhan lapangan. Hasil rekayasa lapangan di konsultasikan dengan Tim teknis dari Satuan Kerja Penyediaan
Perumahan,
Pusat Pengembangan
Perumahan,
Kementerian
Perumahan
Rakyat.
ltem pekerjaan yang dapat
dilaksanakan
disesuaikan
dengan
dana yang tersedia dengan
melakukan optimalisasi. c) Mengarahkan kontraktor dalam persiapan metode pelaksanaan untuk semua kegiatan pekerjaan dan membantu membuat revisi bila memerlukan peningkatan metode tersebut. d) Mengarahkan
kontraktor
untuk merencanakan
dan menyusun
jadwal pelaksanaan pekerjaan. e) Bekerjasama dengan kontraktor dalam optimalisasi hasil kerja dari tenaga kerjanya dan pendayagunaan peralatannya. f) Senantiasa melakukan
monitoring
persediaan
material
dan
peralatan yang memadai selama pelaksanaan. g) Melakukan pengujian lapangan baik untuk pengujian tanah maupun material tainnya dengan tujuan utama adalah tercapainya program jaminan mutu h) Secara periodik mengadakan Rapat Mingguan
dengan pihak
kontraktor guna membahas semua kegiatan pekerjaan, terutama mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk peningkatan dan efisiensi pelaksanaan di lapangan. Juga untuk membahas secara detail dan menyelesaikan
setiap masalah yang timbul, kaitan
dengan pengawasan mutu dan kemajuan pekerjaan. i) Menyusun suatu metode yang menjamin, sehingga gambar kerja
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
kontraktor tidak
terlambat
dalam proses sejak pembualan
dan
koreksi hingga mendapat persetujuan. j) Menyelesaikan
setiap perubahan dari perencanaan
program,
termasuk gambar rencana dan spesifikasinya. k) Membimbing
kontraktor agar dapat
memproduksi
aggregate
dengan mutu sesuai spesifikasi yang telah disyaratkan. l) Memeriksa dan menandatangani sertifikat pembayaran Bulanan Kontraktor, sehingga penerimaan pembayaran dapat tepat pada waktunya, tanpa mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. m) Membuat laporan kepada Direksi secara tengkap dan kontinyu tentang segata kemajuan pekerjaan metalui surat menyurat dan laporan kemajuan pekerjaan bulanan. n) Mengadakan rapat koordinasi sebulan sekali ( yang harus dihadiri oleh staf utama dari Direksi dan Konsultan serta Kontraktor) untuk membahas dan memecahkan masalah penting yang terjadi selama pelaksanaan proyek. o) Senantiasa menjalin
hubungan
secara harmonis dengan orang
yang terlibat pada proyek ini. Penjelasan tentang rencana usutan supervisi akan diuraikan dalam sub bab berikut ini.
3.4.1 Pekerjaan Persiapan Apabila Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) kontraktor atau surat resmi lainnya, yang menyatakan
bahwa kontraktor sudah bisa memulai
pekerjaan maka harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memulai pekerjaan persiapan sebagai tahap pelaksanaan supervisi konstruksi, antara lain :
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
1) Atas persetujuan satuan
Kerja
Penyediaan Perumahan melakukan
mobilisasi personil dan peralatan termasuk menyediakan kantor proyek dan perlengkapannya serta alat transportasi. 2) Menyiapkan blanko standar dan membuat format laporan yang akan digunakan
selama pelaksanaan supervisi konstruksi (laporan lnspector,
laporan pengujian tanah dan bahan, blanko pengecekan topo-survey, blanko pengukuran volume pekerjaan, blanko persetujuan request, surat menyurat antar instansi,
blanko rekaman
pengiriman dan pemakaian
peralatan / kendaraan dan lain-lain). 3) Mengikuti
atau memfasilitasi terlaksananya pre construction Meeting
untuk mendapatkan kesepakatan mengenai paling tidak 4 hal sebagai berikut : Kesamaan pengertian terhadap pasal-pasal DOKUMEN KONTRAK menyangkut: o
Variasi pekerjaan ( Pekerjaan tambah - kurang )
o
Termination atau for feiture
o
Mobilisasi
o
Sub letting/ sub kontraktor
o
Asuransi
o
Dan lain-lain yang dianggap perlu.
Kesepakatan tentang tata cara dan proses administrasi, menyangkut : o
Request, approval & examination of works.
o
Extension time for comptetion
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
o
Drawing / gambar
o
MC & Eskalasi
o
PHO dan FHO
o
Addendum kontrak
o
Dan lain-lain yang dianggap pertu
Kesepakatan tentang tata cara dan prosedur
teknis pelaksanaan
pekerjaan utama (Major Item ) o Kemungkinan adanya perubahan komposisi / jumlah peralatan atau urutan kegiatan
pekerjaan
mobilisasi
jadwal
dan
yang
tetah dituangkan
konstruksi
yang
kedalam program
telah disepakati menjelang
penandatanganan kontrak. Hasil-hasil Pre Construction Meeting
dituangkan
dalam bentuk Berita
Acara yang ditandatangani bersama oleh : a) PPK, Tim Teknis, Konsultan Supervisi dan General Superintendent kontraktor. b) Hal-hal penting lainnya harus dilakukan oleh konsultan pada tahap awal pekerjaan adalah pengkajian ulang secara terinci dan evaluasi data yang telah ada seperti
standar perencanaan, rencana
spesifikasi,
material,
surat keterangan
rencana aggaran biaya, bermanfaat
rencana
untuk menghilangkan
persyaratan kontrak,
kerja, dan lain-lain. Hal ini keraguan
atau mengoreksi
kesalahan yang dapat ditemukan serta dapat mengurangi biaya proyek dan menghemat waktu pelaksanaan dengan pertimbangan yang dapat diterima secara teknis. Dalam Kerangka Acuan Kerja telah dikemukakan bahwa studi terdahulu atas jalan yang akan dikerjakan ini belum ada, sehingga akan dikoordinasikan dengan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
PPK dan Tim Teknis untuk melakukan rekayasa lapangan dan selanjutnya kaji ulang perencanaan sesuai dengan tingkat dan prosedur baku yang sudah ada. produk Kaji ulang perencanaan akan disetesaikan menghambat
datam
priode
mobitisasi, sehingga
tidak
aktivitas kontraktor datam tahapan konstruksi
selanjutnya. Untuk proyek pendek ( non multy years), kaji ulang harus selesai dalam waktu 2 minggu setelah serah terima lahan, dan dilakukan
contract change order oleh panitia peneliti
Pelakanaan Kontrak kemudian dibuatkan Amandemen Kontrak. 3.4.2 Pengaturan Angkutan Material 1. Umum Selama
periode
konstruksi, masyarakat tentu akan terganggu oleh
aktivitas mobilisasi angkutan material menuju lokasi pekerjaan. Hal ini tidak dapat dihindari,
sebagai akibat konsekuensi akan dilewatinya wilayaah
pemukiman menuju lokasi pekerjaan konstruksi.
Untuk itu
disarankan
agar melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat dan pihakpihak terkait selama pelaksanaan konstruksi. 2. Usulan Pengaturan Angkutan Material Konsultan akan mengusulkan untuk melakukan koordinasi dengan pihakpihak terkait dengan pertimbangan secara meminimalkan gangguan masyarakat. Dengan penyusunan
matang dan teliti untuk
dan ketidaknyamanan
yang dialami oleh
demikian konsultan juga percaya bahwa dalam
rencana pelaksanaan
konstruki telah
menjadi bagian
pertimbangan dalam hal ini. Sebagai tambahan, rencana secara
terinci datam
pengawasan
dan
pengaturan lalu lintas harus disusun sebagai berikut : Selama tahap mobilisasi dan sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
harus menyiapkan rencana detail tentang
metode yang terbaik
untuk
pengawasan dan pengaturan lalu lintas selama setiap tahap periode konstruksi. Rencana tersebut harus meliputi semua kemungkinan metode pengawasan dan pengaturan lalu lintas. Setelah
Kontraktor
merumuskan
rencana
awal, maka
harus
mengadakan rapat konsultasi dengan pihak konsultan, Proyek Manajer dan wakil dari instansi lain yang terkait secara langsung guna membahas seturuh aspek perencanaan dan memutuskan metode yang paling efektif yang akan digunakan dalam pengawasan dan pengaturan lalu lintas. Selain itu, konsultan juga akan melakukan koordinasi dengan kontraktor mengenai pemanfaatan jalan kerja agar tetap dapat terpelihara. Setelah
rencana kontraktor
diperiksa oteh konsultan
tersebut
sudah
disiapkan,
maka harus
(terkait dengan wakil dari instansi yang
menghadiri rapat). Setiap perubahan dan tambahan akan dikembalikan. Selama
pelaksanaan
kontraktor menyelesaikan
rencana tersebut,
kemudian dikirim guna mendapat konstruksi, konsultan harus senantiasa mengarahkan kontraktor untuk merevisi
rencana pengawasan dan
pengaturan latu lintas jika perlu. 3.4.3 Program Jaminan Mutu Pada
dekade terakhir ini skala
dan
kompleksibititas
proyek
jalan
semakin bertambah besar, dana terbatas, periode pelaksanaan singkat dan tuntutan untuk menghindari
kesalahan
pelaksanaan
semakin
intensif. Menurut konsultan paling tidak ada 3 hal yang paling mendasar mengenai program jaminan mutu yang akan diuraikan berikut ini, yakni:
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
a. Pemahaman terhadap Syarat-syarat teknis pekerjaan. Secara garis besar spesifikasi terdiri dari 6 pokok uraian sebagai berikut : 1) Uraian atau lingkup pekerjaan : a. Mencakup seluruh bagian-bagian pekerjaan yang tercakup dalam artikel / jenis pekerjaan yang dimaksud b. Pada umumnya yang tercakup lebih luas / banyak dari judul / jenis pekerjaan itu sendiri. c. Menentukan jenis peralatan yang diperlukan d. Mempengaruhi struktur analisa harga satuan 2) Bahan atau Material a. Mencakup ketentuan bahan baku maupun bahan olahan b. Mencakup tata cara "handling" c. Metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan d. Sebelum pelaksanaan diharuskan melakukan percobaan/pengujian e. Mengatur
cara dan urut-urutan pelaksanaan,
peralatan yang
disarankan, keadaan cuaca yang disarankan, pengendalian mutu setiap tahap pelaksanaan 3) Syarat hasil akhir dan pengendalian mutu ; a. Merupakan
persyaratan paling penting / menentukan
pekerjaan tersebut layak untuk diterima dan dibayar b. Bagian dari proses pengendalian mutu tahap akhir.
sebelum
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
4) Cara pengukuran hasil kerja a. Mengandung unsur "penyederhanaan" dan memperkecil kemungkinan "silang pendapat" di lapangan b. Hasilnya pada umumnya lebih kecil dari apa yang telah dikerjakan ( dari sudut kuantitas ) c. Sangat mempengaruhi "faktor koreksi" datam analisa harga satuan. 5) Cara pembayaran. a. Mencakup satuan dari pembayaran ( Rp/ton, Rp/m2, Rp/liter' dll ) b. Pembayaran dimaksudkan sebagai "kompensasi" dari tenaga kerja, bahan,
peralatan, dsb, untuk
metaksanakan bagian-bagian pekerjaan
yang tercakup datam diskripsi pekerjaan yang dimaksud. Penjelasan tersebut menyiratkan bahwa tidak akan mungkin diperoleh hasil yang optimal dari proyek tanpa dilakukan pemahaman dan penerapan Dokumen Proyek secara baik oleh semua pihak yang terkait. b. Pelaksanaan kendali mutu yang benar. Tata cara pengendalian
mutu
yang baik khususnya
dengan persyaratan teknik : 1. Tahap Pengendalian mutu yang baik Ada tiga tahap Pengendalian mutu : Pengendalian mutu bahan baku Pengendalian mutu bahan otahan Pengendalian mutu bahan pekerjaan terpasang.
yang berkenaan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
2. Jenis Pengendalian mutu yang baik. Ada dua jenis pengendalian mutu yang harus dilakukan Mutu tentang dimensi
(
panjang,
lebar, lebat. Elevasi,kemiringan,
kerataan, dsb ) Mutu tentang kuatitas fisik 3. Aplikasi Spesifikasi yang benar. Struktur Spesifikasi
selalu mencakup
5 hal untuk tiap jenis pekerjaan
maupun bahan, Yakni: Jenis pemeriksaan material Metode pemeriksaan Frekuensi pemeriksaan Persyaratan mutu Toleransi c. Persetujuan atau Penolakan Pekerjaan Pada setiap bagian pekerjaan yang sudah selesai, Konsultan akan mengadakan metode "lnspeksi untuk menerima hasil pekerjaan" secara tepat. Jika pekerjaan sudah dilakukan secara memuaskan dan sesuai dengan spesifikasi dalam Dokumen Kontrak, konsultan akan membuat rekomendasi secara resmi kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Pekerjaan yang tidak dapat diterima atau tidak sesuai dengan spesifikasi, akibat penyimpangan kualitas
karena
pelaksanaan
yang buruk,
pemakaian bahan yang rusak, atau akibat hal lain sehingga ditolak akan diberikan catatan secara tertutis mengenai alasan penolakan tersebut,
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
dengan mengkoordinasikannya kepada tim teknis dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) berkaitan dengan setiap pekerjaan Yang ditotak. Program jaminan mutu, yang akan dilaksanakan
oleh konsultan dalam
melakukan tugas dan tanggung jawabnya akan mengacu pada program jaminan mutu yang diuraikan diatas. Oleh sebab itu dalam penanganan proyek ini
selain tenaga
professional yang kualified
yang
akan
ditugaskan, tenaga teknis yang akan diturunkan juga adalah tenagatenaga yang sudah matang dan berpengalaman di bidang tugasnya masing- masing. 3.4.4 Monitoring Kemajuan Pekerjaan 1. Pengendalian Jadwal Pelaksanaan Salah satu hal yang harus dilaksanakan konsultan setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SMPK) mengenai
adalah metakukan
diskusi
dengan kontraktor
jadwal pelaksanaan yang lebih terinci, untuk bersama-sama
penyusun jadwal tersebut. Berdasarkan pengalaman dalam supervisi konstruksi pada proyek yang sejenis, konsultan menyadari benar bahwa jadwal membutuhkan evaluasi yang berkesinambungan untuk memantau kelemahan struktur organisasi kontraktor,
metode pelaksanaan, penugasan
personil,
peralatan dan lain sebagainya. Pada umumnya petaksanaan kontrak dibagi atas 3 periode : Periode satu
: Rencana pelaksanaan 0 - 30 %
Periode dua
: Rencana pelaksanaan 30 - 70%
Priode tiga
: Rencana pelaksanaan 70 - 100%
Suatu proyek dikatakan kritis bila :
penggunaan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Pada priode kesatu
: keterlambatan > 25%
Pada priode kedua
: ketertambatan > 15 %
Pada Periode ketiga
: Fisik belum selesai.
Proyek dikategorikan terlambat bila : Pada priode kesatu : keterlambatan 10 - 25 % Pada priode kedua : keterlambatan 10 - 15 % Untuk Proyek kritis harus dilakukan Show Cause Meeting. Oleh sebab itu Konsultan merencanakan akan mengendalikan kemajuan pekerjaan konstruksi dengan CPM (Criticat Path Methode) dari jadwal pelaksanaan
kerja. Dengan
CPM jadwal diperbaharui
berdasarkan
progress perbulan dengan Komputer. Sehingga Konsultan (Supervision Team) akan melibatkan diri dengan semua aspek kegiatan pengendalian kemajuan kerja. Konsultan secara periodik setiap minggu, mengevaluasi jadwal kontraktor tentang kemajuan dari kegiatan lapangan dan langkah-langkah perbaikan yang harus diambil untuk mengurangi keterlambatan yang dialami. Jika diprediksi bahwa bagian pekerjaan yang kritis ( Criticat Path ) akan tertunda, konsultan segera memfasilitasi pelaksanaan
rapat khusus
dengan kontraktor dan Pimpro/Pimbagpro untuk mendiskusikan semua item pekerjaan berhubungan dengan masalah tersebut, menunjukkan secara tepat apa permasalahannya, mencari jalan keluarnya
memberi
pengarahan bagaimana
dan menginstruksikan kontraktor
untuk
mengambil tindakan segera. Perlu dicatat bahwa hal ini harus diambil bukan setelah Critical Path ditunda. 2. Evaluasi Ulang Terhadap Rencana Kerja Kontraktor
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Sebelum
pekerjaan konstruksi,
melakukan
evaluasi
memperlihatkan metode
konsultan
akan mengkaji ulang
dan
kerja kontraktor
yang
tentang rencana usulan
dan prosedur pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Rencana kerja ini menggambarkan secara detaiL program kerja kontraktor seperti mobilisasi, jadwat petaksanaan yang memperhitungkan lalu lintas dan faktor keamanan, metodotogi pelaksanaan, program pengendalian mutu,
metode pengadaan
peralatan
kerja,
dan penyimpanan
material,
organisasi kerja, sub kontraktor
penggunaan
(jika ada) dan lain-
lainnya. Pertimbangan KonsuLtan atas rencana kerja kontraktor akan memerlukan perhatian khusus terutama pada beberapa pokok persoalan berikut ini : 1. Metode pelaksanaan
untuk mendapatkan
mutu kerja sesuai
dengan spesifikasi dan syarat-syarat kontrak 2. Jadwal pelaksanaan pekerjaan secara detail dengan metode Critical Path dan atas pertimbangan
semua kegiatan item
pekerjaan yang sating berkaitan 3. Perhitungan pengendalian keselamatan, terutama keamanan latu lintas yang ada dengan mempertimbangkan
kenyamanan
masyarakat 4. Mobilisasi peralatan dan personil yang memadai. Berdasarkan hasil evaluasi di atas, konsultan akan meminta kontraktor untuk merevisi rencana kerja dan membantu bila diperlukan. Setelah rencana kerja tersebut diperbaiki sesuai dengan pertimbangan konsultan, walaupun
tetah disetujui. Akan tetapi tetap dikaji ulang lebih jauh
diperlukan. jika memang Konsultan juga akan mengkoordinasikan dengan kontraktor untuk menerapkan sistem penjadwalan
dan monitoring
dengan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
menggunakan
diagram
anak
panah
(Arrow
diagram)
yang
menggambarkan hubungan antara lokasi dan waktu pelaksanaan
dari
setiap item pekerjaan. Setiap item pekerjaan akan dihitung berapa lama pekerjaan pada lokasi tertentu akan dikerjakan, sumber daya peralatan dan material dan tenaga yang menunjang pekerjaan tersebut dan keterkaitannya dengan item pekerjaan lain. Dengan demikian Arrow diagram memungkinkan beberapa jenis pekerjaan dapat dilakukan secara frontal tanpa saling mengganggu, khususnya untuk optimalisasi pemakaian peralatan. 3. Perencanaan dan Koordinasi Kemajuan Jadwal CPM Suatu metode yang efektif untuk kemajuan pekerjaan secara memuaskan, atau
bahkan
untuk
perhatian terutama
meningkatkannya,
adalah hal yang memerlukan
dari segi penjadwalan proyek dan rapat koordinasi
yang diadakan setiap Minggu (sebaiknya setiap hari Senin pagi) antara konsultan dan kontraktor.
Dalam rapat ini harus dihadiri oleh
personil
utama dari kedua pihak, untuk rumusan rencana kerja selanjutnya. Pada
saat yang sama, setiap
masalah
yang timbul
yang
dapat
mempengaruhi metode CPM, akan dianalisa dengan langkah-langkah yang tepat untuk mendapatkan pemecahannya. Dalam hal ini, sebelum diadakan rapat bersama staf pada setiap akhir Minggu (hari sabtu) untuk membicarakan kegiatan
Minggu tersebut dan menentukan
bobot
kemajuan yang dicapai' Kemudian kontraktor harus
pula mempersiapkan
sebuah
jadwal Bar-
Chart sederhana yang memperlihatkan jadwal pekerjaan selanjutnya yang direncanakan pada Minggu berikut dan menunjukkan Rapat Koordinasi Mingguan pada setiap hari Senin antara konsultan dan kontraktor. Walaupun jadwal Mingguan kontraktor bersifat sementara, namun tetap
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
akan membantu secara efektif konsultan maupun kontraktor di lapangan terutama
pengaturan personilnya guna menghilangkan
keraguan,
sehingga dapat dapat mengakibatkan kemajuan yang lebih positif. Sepanjang koordinasi yang baik dan terpelihara antara konsultan dan kontraktor,
maka akan memudahkan terutama dalam memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
memecahkan
masalah dan menghindarkan
kesalah pahaman serta akan memungkinkan tercapainya pekerjaan yang maksimum. 4. Evaluasi Ulang Terhadap Gambar Pelaksanaan Kontraktor Kontraktor diharuskan
menyerahkan
gambar petaksanaan
kepada
Konsultan untuk disetujui, dimana diperlihatkan secara lengkap dan lebih rinci seluruh bangunan/struktur yang harus dibangun sesuai Construction Plant yang digunakan, waktu untuk pekerjaan persiapan, perbaikan
dan
dipertimbangkan
persetujuan dan jika tidak
kerja. Dengan menyadari
gambar
pemeriksaan,
pelaksanaan
yang bisa
akan terjadi keterlambatan
akan hal ini, konsultan
kemajuan
dengan kontraktor
menyusun jadwal proses gambar pelaksanaan dan dipersiapkan untuk disetujui sesuai prioritas yang dapat mempengaruhi critical path. 5. Memacu Keterlambatan Pekerjaan Bila Kontraktor gagal memenuhi target dalam sesuai jadwal yang telah disepakati sebelumnya baik akibat kelalaian kontraktor maupun akibat permasalahan tertentu sehingga terjadi deviasi yang cukup besar, maka konsultan
akan segera
mengusulkan untuk
dilakukan
Show Cause
Meeting ( Rapat pembuktian ). Untuk proyek LCB ( Local Competitive Bidding ) tingkatan pelaksanaan Show Cause Meeting dilakukan sesuai deviasi keterlambatan proyek dengan urutan tingkatan sbb : Keterlambatan 10 - 15 % dilakukan scM tingkat Proyek.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Ketertarribatan 15 - 25 % dilakukan SCM tingkat Tim Teknis. Keterlambatan > 25 % dilakukan SCM tingkat PPK Materi rapat Show Cause Meeting mencakup hal sebagai berikut : Pembuktian tentang kemungkinan / kesanggupan kontraktor bila diberi kesempatan umtuk mengatasi keterlambatan atau masalah Test Case yang diperintahkan kepada kontraktor guna membuktikan kesanggupannya dalam jangka waktu tertentu. Usul tindak lanjut atas hasil evaluasi test case kepada jenjang yang lebih tinggi, sampai ke Kepala Satuan Kerja. Keputusan akhir atas pelaksanaan Show Cause Meeting dapat berupa : Dilanjutkan dengan perpanjangan waktu Dilanjutkan tapi denda pada akhir masa kontrak
apabila pekerjaan
belum terselesaikan Kerja sama dengan Pihak Ketiga / Three Parties Agreement (TPA ). For Feiture. Pemutusan Kontrak. a. Perpanjangan waktu pelaksanaan. Dalam pelaksanaan
fisik kadang-kadang
sebelumnya tidak diperhitungkan
dijumpai
hal-hal yang
dalam penentuan waktu pelakanaan
datam dokumen kontrak, sehingga bagaimanapun upaya kontraktor untuk mengerjakan tugasnya tetap terjadi keterlambatan dari progress yang dibuat berdasarkan waktu pelaksanaan sesuai dengan dokumen kontrak. Untuk kasus demikian, kontraktor akan mengajukan perpanjangan waktu
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
dengan
alasan-alasan
tertentu.
untuk pemberian rekomendasi
Hal-hal yang layak dipertimbangkan perpanjangan waktu okeh
konsultan
adakah sebagai berikut : Pekerjaan tambah / kurang. Walaupun CCO yang disepakati adalah CCO
balance,
memerlukan
namun
item pekerjaan tambah yang diberikan
waktu pelaksanaan yangl lebih lama dibanding dengan
pengurangan item pekerjaan lain sebelumnya, misalnya Penambahan kuantitas
item pekerjaan Pasangan
batu atau saluran pasangan batu
dengan mortar yang dikerjakan secara manual Perubahan Desain. Misalnya perubahan ketebalan rabart sehingga kuantitasnya meningkat dibanding dengan pengurangan ketebalan Bencana
Alam.
Bila terjadi bencana
alam misalnya
terjadi banjir,
tanah longsor dan lain-lain sehingga aktivitas kontraktor terhambat atau ada bagian pekerjaan yang rusak yang harus diperbaiki kembali oteh kontraktor. Bencana alam harus dibuktikan dengan pernyataan dari Bupati / Gubernur' Hambatan Proyek. Proyek terhambat baik akibat "hilang" nya material pokok dari pasaran, misatnya aspal atau semen maupun hambatan karena pembebasan tanah di lokasi yang belum beres. Force Majeure. Terjadinya hal-hal yang diluar kekuasaan kedua pihak ( Kontraktor
dan pemitik Proyek
) misalnya
: terjadi perang,
pemberontakan, perang saudara, huru-hara atau kekacauan lainnya. Kasus ini juga harus di "back up" dengan Pernyataan dari Gubernur. Hujan yang
luar biasa. secara umum hari hujan memang
sudah
diperhitungkan dalam menghitung waktu pelaksanaan dalam dokumen kontrak, oleh sebab itu kondisi yang bisa dipertimbangkan adalah bila hujan yang
terjadi merupakan hujan yang luar biasa akibat perubahan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
musim, misalnya terjadinya fenomena "El Nino" pada tahun 1997 - 1998. Curah hujan yang terjadi harus dibuktikan data pencatatan curah hujan harian. Prosedur
pengusulan
sampai
persetujuan
perpanjangan waktu
pelaksanaan dapat dikemukakan sebagai berikut : Kontraktor : Mengajukan usulan tertutis dengan dilengkapi alasan perpanjangan
waktu dan waktu tambahan
yang dibutuhkan
kepada
Pemimpin Proyek dengan tembusan Konsultan Supervisi. Konsultan supervisi :
mempelajari usulan kontraktor dan membuat
Justifikasi teknis termasuk mengevaluasi kebutuhan waktu pelaksanaan. Pemimpin Proyek
meminta kepada Panitia
Peneliti Pelaksanaan
Kontrak untuk membahas usulan Kontraktor. Panitia Peneliti melaksanakan rapat yang dihadiri oleh unsure Proyek, Konsultan Supervisi dan Kontraktor. untuk membahas usulan kontraktor tersebut.
Panitia Peneliti
memberikan rekomendasi kepada
Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) mengenai usulan tersebut termasuk waktu yang disetujui apabila perpanjangan waktu diberikan yang dituangkan dalam Berita Acara Rapat. Dengan dasar tersebut Pejabat Pembuat Komitmen (PPk) membuat amandemen / addendum kontrak Hal-hal lain yang perlu diperhatikan
sebelum
Amandemen
Kontrak
diterbitkan adalah : Semua
jaminan (uang
muka, pelaksanaan dan lain-lain)
harus
disesuaikan. Jadwal pelaksanaan
fisik Curva S disesuaikan,
mempertahankan kemiringan curva.
dengan tetap
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
3.4.5 Pengendalian Biaya Proyek 1. U m u m Konsultan menyadari sepenuhnya dalam hal pengendalian semua biaya yang berhubungan
dengan
proyek dan akan
membuat usaha
pengendalian secara dini hingga akhir tahap konstruksi. Berbagai cara untuk meLakukan hal ini, seperti penggunaan computer untuk pengolahan data pembiayaan, mempertahankan
menghindari
keterlambatan kemajuan
pekerjaan tambah
kurang seminimal
pekerjaan,
mungkin, dan
menjamin prosedur petaksanaan konstruksi yang pating efisien. Dalam pengendalian biaya proyek yaitu meminimalkan biaya operasi lapangan, menyiapkan sertifikat pembayaran secara teliti dan meyakinkan Kontraktor
dengan
membayar
pekerjaan
yang
telah
dikerjakan,
menyiapkan perkiraan pekerjaan sisa secara berkala sehingga
jadwaI
pembayaran bisa disesuaikan dengan taksiran kemajuan pekerjaan yang tepat, dan menjamin bahwa pekerjaan telah diterima sesuai dengan spesifikasi. Sebagai ringkasan, cara
terbaik
untuk mengendalikan
biaya proyek
secara keseluruhan adalah mengoptimalkan pekerjaan yang telah selesai dan menjamin bahwa tanggal penyelesaian kontrak dapat dicapai tanpa adanya perpanjangan waktu. 2. Sistem Komputer untuk Pengolahan Data Pembiayaan Proyek Menjaga data biaya proyek yang terbaru adatah bagian yang terpenting dari supervisi konstruksi tetapi kegiatan ini menjadi sulit dan memerlukan waktu, dengan akibatnya sering menjadikan kurang efektifnya metode ini. Tetapi pada proyek ini Konsultan akan menggunakan system Komputer yang bisa beroperasi dilapangan tanpa memerlukan alat penunjang yang lebih
memadai. Hal ini berarti bahwa konsultan harus dapat mengolah
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
semua data yang berhubungan dengan pengontrolan biaya proyek secara cermat, teliti dan cepat. a. Persiapan dan Pemrosesan Tagihan Kontraktor Sistem pembayaran yang biasa digunakan terhadap prestasi kontraktor terdiri dari : * Sistem Monthly Certificate ( SMC ) System Monthty certificate merupakan cara pembayaran yang terhadap prestasi pekerjaan kontraktor setiap bulan. Oleh karena itu Kontraktor akan
mengajukan
tagihan
setiap
bulan kepada proyek
mengenai
prestasi pekerjaan yang bisa diterima baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Dari Pengalaman
mengerjakan proyek sejenis
beberapa hal yang
berkaitan dengan sistem MC ini dapat dikemukakan sebagai berikut: Harus diajukan setiap bulan meskipun progress yang ditagihkan Rp.o. Diajukan setiap tanggal 25 bulan yang bersangkutan Maksimal 7 hari setelah tanggal
pengajuan
sudah harus ada tanggapan, diterima ,
diperbaiki atau ditolak. Maksimal 10 hari setelah pengajuan SPP diajukan Ke PPK. Tanggal 10 bulan berikut sudah disetujui untuk dibayar. Bila ada perbedaan pendapat terhadap item pekerjaan yang diajukan, MC bisa jalan terus dengan menunda
item pekerjaan
yang
bermasalah. Bila belum tercapai kesepakatan dapat dibayarkan 70%. Material On site dapat dibayarkan 80 % untuk material dan 4O %
masih
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
untuk agregat dari kuantitas yang telah siap dilapangan. Oleh karena dalam MC digunakan sistem kumulatif maka dalam setiap pengajuan MC terdapat potongan-potongan yang terdiri dari : * Nilai bersih MC sebelumnya * 10 % untuk jaminan pemeliharaan * Angsuran uang Muka * Pajak, denda dan lainnya Pengajuan
MC j uga
ditengkapi
dengan
asuransi,
sewa
alat dan
retribusi tambang galian golongan C Sistem Termyn Termyn dibayarkan apabila prestasi kontraktor telah mencapai progress tertentu yang tercantum dalam kontrak. Penelitian dan pemeriksaan dilakukan
oleh Direksi Teknik/Konsultan
Supervisi sesuai dengan
progress yang diajukan. Maksimal 10 hari setelah pengajuan dokumen termyn, SPP sudah harus disajikan. Konsultan akan memeriksa dan mengevaluasi hasil pengukuran material dan opname pekerjaan yang dapat diterima dan hasil pekerjaan sesuai dalam
ketentuan
Dokumen
Kontrak. Metode pengukuran
dan
perhitungan yang dipakai dalam menentukan jumlah material terpasang dan hasil pekerjaan yang
dapat diterima
sebagaimana
ditunjukkan
Dokumen Kontrak. Kegiatan ini penting, sehingga Tim konsultan dipimpin Site Manager/Team Leader didampingi oleh Quality Engineer/Chief lnspector dengan dibantu tenaga teknik lainnya memeriksa pengukuran hasil pekerjaan dengan teliti dan dapat diterima Konsultan dengan cara tepat akan memeriksa
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
pengukuran hasil pekerjaan yang sudah disiapkan oleh kontraktor dan akan menerima
sesuai jumlah
dengan spesifikasi.
Konsultan
pekerjaan
yang sebenarnya
kemudian
akan
sesuai
merekomendasikan
Sertifikat Pembayaran Bulanan atas pekerjaan yang telah selesai dan disetujui. Format blanko standar yang digunakan disiapkan khusus untuk sertifikat pembayaran bulanan yang tetah disetujui Direksi. Jumlah
pembayaran
secara bertahap
akan dihitung
sebagaimana
mestinya sesuai dengan harga satuan dan jumlah pekerjaan yang sudah disetujui oteh Konsultan. Sertifikat bulanan ditanda tangani oleh konsultan dan kontraktor kemudian Pembuat Komitmen (PPK) untuk persetujuan Pembayaran. b. Pemeriksaan Jumlah Material Sisa dan Perkiraan Biaya Berkala Konsultan akan mengkaji ulang dan memeriksa secara berkata pekerjaan sisa, sehingga dapat dibuat perkiraan biaya untuk semua pekerjaan yang telah
dilaksanakan
dan
disampaikan
kepada
Direksi
secara
berkesinambungan tentang keadaan perkiraan keseimbangan pekerjaan yang
harus diselesaikan' Untuk
hal ini Konsultan
akan menyiapkan
jadwal pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan dengan taksiran dan secara rutin diperbaharui secara berkata pula seiring dengan kemajuan pekerjaan yang sebenarnya serta setiap perubahan jadwal pekerjaan.
2.2.7 Pengendalian Keselamatan Keselamatan personil adalah hal yang sangat penting dan menjadi hal yang harus dipertimbangkan dalam setiap pekerjaan konstruksi khususnya akibat terjadinya
bangkitan lalu lintas berhubung
dengan pelaksanaan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Proyek ini. Selain faktor keamanan terhadap lalu lintas, personil yang terlibat dalam proyek juga harus diingatkan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya longsor pada pekerjaan galian' kemungkinan tertimbun apabila mengerjakan galian yang tebih tinggi
diatas kepala, dari bahan-bahan
peledak apabila suatu pekerjaan galian batu harus dilakukan dengan cara "blasting" dan lain-lain sebagainya. Hampir dalam setiap dokumen
kontrak, selalu dipersyaratkan agar
kontraktor mengasuransikan keseluruhan personil yang terlibat dalam proyek. Konsultan akan mengkoordinasikan hal tersebut dengan Kepala SK/Pelaksana SK agar Kontraktor memenuhi persyaratan tersebut. Untuk keamanan pejalan kaki akan disusun dengan suatu pertimbangan khusus, terutama kegunaan dengan maksud datam skala besar, tanda lalu lintas dan tanda pengatur, barikade, lampu seperti yang diperlukan malam hari dan pengaman yang sama. Peralatan rambu yang berwarna akan digunakan untuk lalu lintas pada lokasi yang berbahaya dan selama perjalanan jam puncak. Beberapa galian terbuka ditutup dengan barikade yang mempunyai reflektor dan bercahaya bila malam hari. selama periode konstruksi, konsultan akan memberi tanda sederhana berdasarkan pertimbangan keamanan atau daerah yang ditentukan untuk diperbaiki keamanannya, dan kontraktor akan mengambil langkah secara tepat termasuk memperbaharui program keamanan proyek. 2.2.8 Pekerjaan Tambah Kurang Walaupun pada prinsipnya bahwa perintah kerja tambah kurang tidak di inginkan
karena dapat
mengakibatkan
pertambahan biaya
dan
perpanjangan waktu. Namun demikian konsultan harus tetap menyiapkan kemungkinan timbulnya
perubahan yang
dapat saja terjadi selama
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
periode pembangunan jalan. Ada dua bentuk perubahan atas pekerjaan, yakni : change order, adalah suatu perintah tertulis yang diterbitkan oleh Kepala SK/Pelaksana SK dengan rekomendasi Konsultan
supervisi
dan
ditandatangani pula oleh Kontraktor, yang menunjukkan bahwa pihak Kontraktor menerima adanya perubahan-perubahan atas pekerjaan atau perubahan-perubahan atas dokumen Kontrak dan persetujuannnya pada dasar
pembayaran
dan penyesuaian waktu,
(bila ada) untuk tujuan
pelaksanaan dari perubahan itu Addenda, adalah suatu perjanjian tertulis antara pemilik dan Kontraktor yang mensyahkan perubahan dalam pekerjaan-pekerjaan atau Dokumen Kontrak, yang mana terjadinya variasi dalam struktur Harga satuan Mata Pembayaran dan diperkirakan akan menyebabkan terjadinya variasi jumlah Nilai Kontrak dan sudah pernah dinegosiasi sebelumnya dan disepakati melalui change order. Addenda juga harus dibuat pada saat penutupan Kontrak dan untuk semua perubahan kontraktual atau perubahan teknis penting lainya, tanpa memandang apakah terjadi variasi-variasi struktur Harga Satuan atau terhadap jumlah Harga Kontrak. Perubahan-perubahan atas pekerjaan dapat terjadi karena prakarsa dari Konsuttan/Direksi
Teknik
atau prakarsa
dari Kontraktor, dan
persetujuannya dilaksanakan melalui Change Order dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang terkait dalam proyek. prosedur pendahuluan dari Change order tergantung dari pemrakarsa, yakni : a. Diprakarsai oleh Konsultan supervisi / Direksi Teknik Konsultan Supervisi akan mengirim suatu pemberitahuan tertulis kepada kontraktor yang berisi : 1) Uraian detail dari perubahan yang diusulkan, dan lokasi perubahan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
di proyek. 2) Gambar tambahan atau revisinya dan spesifikasi, yang memuat rincian mengenai perubahan yang diusulkan. 3) Perkiraan waktu untuk membuat perubahan. 4) Apakah usulan perubahan dapat dilaksanakan di bawah struktur Harga satuan Mata pembayaran yang ada ataukah meruPakan penambahan Harga Satuan atau jumtah Harga dibutuhkan untuk disepakati atau diresmikan dalam Addendum Pemberitahuan
semacam itu hanya
merupakan
permintaan
untuk
informasi, dan bukan suatu instruksi untuk melaksanakan perubahan, juga bukan untuk menghentikan pekerjaan yang sedang berlangsung. b. Diprakarsai oleh Kontraktor. Kontraktor
dapat mengajukan
pemberitahuan
tertulis
perubahan
kepada
dengan
mengirim
suatu
Kepata SK/Pelaksana SK dengan
tembusan kepada Konsultan Supervisi mengenai : 1) Uraian detail dari usulan perubahan 2) Keterangan dan atasan membuat / mengajukan perubahan 3) Keterangan dan pengaruhnya terhadap jadwal pelaksanaan,(bila ada). 4) Keterangan
tentang pengaruhnya terhadap
pekerjaan dari sub
kontraktor, (bila ada). Penjelasan detail mengenai apakah keseluruhan atau hanya sebagian dari perubahan yang diusulkan akan dilaksanakan di bawah struktur Harga satuan Mata pembayaran
yang ada, termasuk pula dengan
setiap
tambahan Harga Satuan atau Jumlah Harga yang menurut kontraktor perlu dipertimbangkan untuk disetujui. sebelum
perubahan
atas pekerjaan (change
order/Addenda)
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
didefinisifkan,
Konsultan
terhadap setiap
harus membuat semacam Justifikasi teknik"
item pekerjaan
yang dimaksud,
untuk disampaikan
kepada Kepata SK/Pelaksana SK. Kepala SK/Pelaksana SK dapat meminta pertimbangan kepada Panitia Peneliti Pelaksanaan pekerjaan
Kontrak
untuk membahas usulan perubahan
tersebut, Panitia Peneliti Pelakanaan
Kontrak
akan
merekomendasikan kepada Kepala SK/Petaksana SK segara hal yang berkaitan dengan usulan tersebut. Rekomendasi tersebut djadikan acuan oleh Kepala SK / pelaksana SK untuk membuat / melaksanakan change order atau Addenda, Pelaksanaan Change Order. lsi dari change order akan didasarkan pada, salah satu dari : 1) Kepala SK/Pelaksana
SK akan menyiapkan
change
order dan
memberi nomor urut 2) change order
akan berisi uraian
perubahan-perubahan
dalam
pekerjaan baik penambahan maupun penghapusan, dengan tampiran dari dokumen
Kontrak
yang direvisi seperlunya
untuk menentukan
perincian perubahan itu. 3) Change
order akan menetapkan
dasar-dasar
pembayaran
dan
penyesuaian waktu yang dibutuhkan, karena adanya perubahan yang timbul/terjadi. Dan bila diangap perlu akan menetapkan pula setiap Harga satuan tambahan atau jumlah harga yang telah dinegosiasi sebetumnya antara Pihak proyek dan kontraktor, yang diperlukan untuk diresmikan didalam Addendum. 4) Kepala SK/Pelaksana SK akan menandatangani dan memberi tanggal Change Order tersebut, yang menunjukkan bahwa Kontraktor setuju atas
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
detail di dalam change order tersebut.
2.2.9 Pelaksanaan Addenda. 1) Isi dari " Addenda" akan didasarkan pada, salah satu dari hal berikut ini: a. Instruksi
pemilik untuk melaksanakan
perubahan atas Dokumen
Kontrak, atau b. Karena adanya perubahan kontraktual atau teknis penting,atau c. Change order yang telah ditanda tangani atau Change order berisikan tambahan Harga Satuan Mata Anggaran atau tambahan terhadap jumlah harga, atau d. Karena adanya perubAhan
kuanlitas yang berakibat menimbulkan
variasi-variasi dalam jumtah Harga Kontrak, yang berarti merubah jumlah harga kontrak yang telah dicantumkan sebetumnya dalam Surat Perjanjian kontrak atau pada Addendum terdahulu, atau 2) Perhitungan kuantita akhir dan jumlah Harga Kontrak untuk Addendum penutupan pada waktu Penutupan Kontrak. 3) Kepata SK/Pelaksana SK menyiapkan Addendum. 4) Addendum akan menguraikan setiap masalah perubahan pekerjaan yang bersifat kontraktual, teknis atau kuantitas, baik untuk penambahan maupun penghapusan,
dengan lampiran
dari dokumen Kontrak yang
direvisi sepertunya untuk menentukan perincian perubahan itu. 5) Pihak Kepala 5K dan Kontraktor
bersama - sama
Addendum ini dan menyampaikannya
menandatangani
ke atasan langsung Kepala SK
untuk dimintakan persetujuan dan tanda tangan.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
2.2.10 Klaim dan Perselisihan 1. U m u m Konsultan akan senantiasa mengutamakan aspek
musyawarah dalam
penyelesain klaim dan perselisihan dengan kontraktor, sehingga situasi hubungan harmonis dalam pengawasan dan pola efisiensi proyek tetap terpelihara dan ditekan untuk keseluruhan unsur terkait yaitu kontraktor, konsultan, unsur Proyek dan Kementerian Perumahan Rakyat. 2. Proses Klaim Jika klaim diajukan oleh kontraktor, maka konsultan akan menjaga etika profesional dengan memberikan evaluasi yang bijaksana sesuai prosedur klaim yang ada dalam daftar dalam perjanjian kontrak. Evaluasi dimulai dengan review secara tetiti isi dari klaim dan keseluruhan data pendukung. Data pendukung sangat penting, dengan demikian kontraktor harus menyerahkan tambahan data yang lebih detail. Konsultan juga akan melihat acuan dari data yang dapat digunakan yang dengan berbagai sistem
yang digunakan untuk klaim seperti,
surat-menyurat,
laporan,
test/laboratorium, catatan suryey, jadwal harian, dokumen kontrak, data cuaca, sertifikat pembayaran, perhitungan lalu lintas, dokumentasi dan sebagainya. Setetah seturuh data yang digunakan telah diperoleh, maka konsultan membuat studi pendekatan berdasarkan kejadian yang berkaitan dengan klaim, sehingga penetapan dapat dibuat, seperti validitas dari setiap kegiatan klaim. Konsultan kemudian akan menyiapkan laporan detail seluruh aspek dari klaim termasuk data pendukung, biaya/jadwal, dan hasil temuan serta rekomendasi. Setelah laporan lengkap, maka diserahkan kepada Pinbagpro untuk diperiksa. Laporan konsultan
tersebut,
dipelajari dan dievaluasi ulang oleh
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Pelaksana SK untuk selang beberapa waktu. Keputusan akan dilakukan setelah
isi klaim sebagian/seluruhnya
konsultan
disetujui atau ditolak, sehingga
akan menyampaikan kepada
Kontraktor
tentang
hal yang
bersangkutan secara detail dari hasil keputusan ini. 1. Penyelesaian Perselisihan Jika perselisihan timbul, konsultan akan (sama dengan garis besar metode proses
klaim di atas) tetap berupaya
pada penyelesaian secara
musyawarah. Konsultan akan menerima penyerahan alasan perselisihan secara tertulis
dari
pihak
Kontraktor
termasuk pertanyaan dan data
penunjang sebagai data pendukung terjadinya perselisihan tersebut. Konsultan informasi juga yang akan senantiasa tanggap untuk melakukan review dapat menimbulkan perselisihan dalam seluruh permasalahan, petunjuk umum yang diberikan dalam kondisi umum kontrak diikuti untuk menurunkan perselisihan.
Perlu juga diingatkan kepada Kontraktor mengenai hirarki kontrak dengan urutan "kekuatan" sebagai berikut : - Kontrak - Adenda - Ketentuan Umum - Ketentuan Khusus - Spesifikasi Umum - Spesifikasi Khusus - Daftar Kualitas dan Harga Satuan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
- Gambar Rencana 2.2.11 Tahap Penyelesaian Konstruksi Bila progress fisik sudah mencapai 97%, Kontraktor dapat mengusulkan serah terima pekerjaan secara tertulis kepada pimpro/Pimbagpro dengan tembusan kepada Konsultan Supervisi. Ada dua tahapan serah terima pekerjaan yakni : a. Serah Terima Pekerjaan sementara ( Provisonal hand over / PHO). Usulan Kontraktor akan ditindaklanjuti oleh Konsultan Supervisi dengan memeriksa langsung
kebenaran
progress fisik yang diajukan
oteh
Kontraktor, kemudian merekomendasikannya ke Kepala SK/Pelaksana SK bahwa pekerjaan memang sudah sesuai dengan usulan kontraktor dan diharapkan
akan segera
rampung seluruhnya (100%) pada saat
pemeriksaan oleh panitia PHO. Berdasarkan usulan Kontraktor dan rekomendasi Konsultan Supervisi, Kepala SK/Pelaksana SK akan meminta kepada Panitia PHO yang sudah dibentuk sebelumnya untuk mengadakan rapat Serah Terima pekerjaan. Untuk mempermudah
pekerjaan
Tim PHO nantinya,
terlebih dahulu
ketiga unsur yang terkait dalam proyek tersebut, yakni unsur proyek, Konsultan Supervisi dan Kontraktor akan melakukan
pemeriksaan
pendahuluan mengenai kondisi proyek dan membuat daftar kekurangan dan ketidak sempurnaan pekerjaan (List of defect and deficiencies). Ketua Panitia PHO akan menanggapi surat Kepala SK/Pelaksana SK dan membuat undangan untuk membicarakan hal tersebut. Urutan pelakanaan PHO selanjutnya pada umumnya adalah sebagai berikut : 1. Rapat pleno I
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Dalam rapat pleno l, paling tidak dibicarakan 3 hal : a. Pembentukan Group yang biasanya terdiri dari 3 - 4 Group Setiap Group akan diketuai oleh salah seorang dari unsur Panitia dengan anggota masing-masing dari unsur
proyek,Konsultan
Supervisi dan
kontraktor. b. Jadwal pemeriksaan proyek, untuk menentukan : • Mekanisme dan waktu kunjungan lapangan I (first Visit) • Rapat Pleno ll c. Job description masing-masing Group
2. Pemeriksaan Proyek a. First Visit. Group l, ll dan lll akan melakukan pemeriksaan langsung di lapangan dan mengecek
serta
menyesuaikan
ketidaksempurnaan pekerjaan yang
daftar
kekurangan
dan
telah dibuat sebelumnya serta
melakukan pengujian terhadap beberapa sampel yang diambil secara acak. Sedangkan Group Administasi kantor akan memeriksa kelengkapan administrasi proyek. b. Rapat Group Hasil pemeriksaan lapangan dan administrasi laboratorium
akan didiskusikan
teknis serta pengujian
bersama dalam oleh masing-masing
group dan dibuatkan resume hasil pemeriksaan pemecahan masalah.
dan usulan solusi
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
c. Rapat Pteno ll. Dalam rapat pleno ll, Ketua masing-masing group mengemukakan hasil rapat group
yang ditanggapi
oleh group lain. Berdasarkan
hasil
pembahasan, rapat kemudian memutuskan untuk menerima atau menokak serah terima pekerjaan. Bila Panitia dapat menerima hasil pekerjaan, maka rapat kemudian membicarakan mengenai : Menentukan batasan waktu kepada kontraktor untuk memperbaiki segala kekurangan dan ketidaksempurnaan pekerjaan. Menentukan waktu
untuk
kunjungan
kedua (second visit) untuk
memeriksa perbaikan yang dilakukan oleh Kontraktor d. Second visit Sesuai waktu yang telah disepakati datam Rapat Pleno ll, Tim PHO akan turun kembali ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap hasilhasiI
perbaikan yang telah dilakukan
oleh Kontraktor
sesuai
daftar
kekurangan dan ketidaksem purnaan pekerjaan. 3. Rapat Pleno lll Rapat ini bertujuan untuk membahas laporan hasil kunjungan kedua, Tim PHO dan berdasarkan laporan tersebut apabila dinyatakan bahwa secara kekurangan
dan ketidaksempurnaan pekerjaan
telah
dilaksanakan
sesuai petunjuk maka dapat dibuat Berita Acara serah terima sementara pekerjaan. b. Serah Terima Pekerjaan Akhir ( Final Hand Over/ FHO). Final Hand Over dilakukan apabila masa pemeliharaan telah berakhir. Tim FHO akan kembali meninjau keadaan proyek minimal 21 hari sebelum akhir
masa pemeliharaan.
Tim PHO akan merekomendasikan kepada
Kepala SK/Pelaksana SK bahwa proyek sudah dapat diterima.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Tindak lanjut dari rekomendasi tersebut, akan dibuatkan berita acara serah terima pekerjaan Pelaksana
dari Kontraktor
ke PPK. Selanjutnya Kepata SK /
SK akan menyerahkan
tanggung jawab pemeliharaan dan
operasional ruas jalan yang telah diselesaikan kepada Kepala Satuan Kerja
Penyediaan
Perumahan,
Pusat
Pengembangan
Perumahan,
Kementerian Perumahan Rakyat. 2.3
Koordinasi Kegiatan
2.3.1 Umum Sehubungan dengan penyusunan rencana pelaksanaan, jika tenaga dan peralatan tidak dengan
sesuai kondisi
yang telah disyaratkan, maka
pekerjaan proyek tidak akan selesai dalam pola yang terbaik. Demikian juga bila kegiatan yang berjalan tidak dalam koordinasi yang baik, maka tidak dapat pula dicapai hasil yang baik antara pemerintah, konsultan, dan kontraktor. Untuk itu konsultan akan mencurahkan segala usaha koordinasi selama dalam kegiatan proyek dengan mantap dan lancar. Salah satu sistim terbaik untuk menjaga koordinasi yang erat adalah mengadakan pertemuan secara teratur terutama antara konsultan dan kontraktor, seperti pada beberapa jenis pertemuan yang secara garis besar diuraikan di bawah ini. Perlu dipahami pula bahwa jenis pertemuan di bawah bukanlah suatu keharusan dan ketetapan yang mengikat. 2.3.2 Pertemuan Mingguan Staf Konsultan Jenis pertemuan ini akan diadakan pada hari Sabtu dengan para peserta senior atau merupakan sebagai penanggung jawab, seperti Supervision Engineer dan Quality Enginer/Chief lnspector. Pertemuan personil akan membahas
masalah penting
seperti jenis
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
permasalahan
dari kegiatan yang dibutuhkan
permasalahan,
quality
control,
untuk.
Memecahkan
kemajuan, keselamatan, dan lain lain.
Konsultan akan memantau kegiatan mingguan yang telah lewat, rencana kerja mingguan mendatang dan menyiapkan agenda untuk pertemuan mingguan konsultan dan kontraktor, umumnya diadakan setiap hari Senin berikutnya. 2.3.3 Seperti
Pertemuan Mingguan Konsultan dan Kontraktor tetah disinggung,
diadakan pada
bahwa pertemuan
waktu pada
ini akan lebih baik bila
hari Senin yang dihadiri
oleh senior tim
konsultan yaitu Site Engineer dan Project Manager dari kontraktor serta dari gugus
kendali
mutu.
Selama
pertemuan,
kontraktor
harus
mempresentasikan tentang rencana kerja untuk seminggu berikutnya. Masalah lain yang akan dibahas dan dianggap penting adalah kontrol kwalitas, kemajuan, status/operasi peralatan, kontrol keamanan, dan masalah lain dengan rencana yang dibuat dan cara mengoreksinya. Pada saat dimulai
pertemuan
konsultan akan
memberikan agenda uraian
prinsip yang akan dibahas dan setelah itu disiapkan risalah secara garis besarnya dalam pertemuan
pembagian
kontraktor dan pihak lainnya. Risalah
rencana
berikutnya kepada
pertemuan ini terbukti
sangat
berguna dalam meneliti dan mendapatkan data yang sering dibutuhkan untuk waktu mendatang. 2.3.4
Pertemuan Bulanan Direksi, Konsultan dan Kontraktor
Pertemuan ini diadakan pada akhir atau awal bulan, akan dihadiri oleh Kepala SK, kontraktor serta beberapa staf senior yang ditunjuk dan Site Engineer dari konsultan. Sebelum pertemuan, konsultan akan menyiapkan agenda daftar draft point utama yang akan dibahas secara
khusus dalam hubungannya
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
dengan
masalah
kontrol kualitas,
kemajuan,
pengajuan rekening,
keamanan hubungannya dengan masyarakat dan lain-lain. Selama pertemuan, jadwal CPM yang tepat dapat dipakai sebagai acuan untuk memperlihatkan status terakhir dari kemajuan yang sedang dibuat. Risalah pertemuan akan disiapkan oteh konsultan dan dibagikan kepada peserta sebagai pedoman dan akan digunakan. Seperti telah diuraikan, risalah-risalah pertemuan sering terbukti sangat penting. 2.3.5 Rapat Bulanan Konsultan dan Satker. Setiap bulan juga Konsultan
akan
mengikuti Rapat
Koordinasi yang
dilaksanakan oleh Satker. Rapat dimaksudkan untuk melaporkan secara langsung ke Satker mengenai kemajuan pekerjaan lapangan, hambatan yang ditemui, Evaluasi Kinerja Konsultan yang disampaikan oleh Kepala SK/Pelaksana konsultan
SK, Hal-hal yang menyangkut
administrasi
dan lain-lain sebagainya. Resume rapat
kontrak
akan dibuat oleh
masing-masing SE sebagai kelengkapan surat perjalanan Dinas dalam kaitannya dengan penagihan invoice konsultan 2.3.6 Jadwal Program Pelaksanaan Supervisi Sesuai dengan uraian di atas, maka lingkup layanan jasa konsultan, sesuai tahapan supervisi konstruksi dari pekerjaan persiapan sampai laporan pengendalian mutu dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang dianggap perlu (selain datam kontrak) telah tercakup di dalam bagian pendekatan dan metodologi pelaksanaan. Demikian juga untuk program tersebut, agar dapat terlaksana secara lancar sesuai mekanisme yang tetah disusun, akan disertai dengan jadwal pelaksanaan. Dengan
demikian konsultan akan berusaha
secara
maksimal untuk
menyusun dan menyajikan suatu rencana kerja pelaksanaan supervisi
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
dengan memperhitungkan jangka waktu yang tersedia sesuai dengan estimasi pelaksanaan dari untuk masing-masing item pekerjaan dan hal lainnya. 2.3.7 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Konstruksi Petunjuk teknis yang diberikan oleh Konsultan dan petunjuk-petunjuk umum yang diberikan
oteh Kepala SK/Pelaksana SK tentang
teknis
pelaksanaan pekerjaan secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Pekerjaan Tanah • Pekerjaan galian tanah Pekerjaan
ini
harus
mencakup
pembuangan dari tanah
penggatian,
atau material
penanganan,
dan
lain dari badan jalan atau
disekitarnya. Galian dibagi menjadi dua macam : a. Galian biasa b. Galian padas Galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagi galian padas, sedangkan galian padas harus mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau lebih atau galian
yang
harus
menggunakan alat bertekanan udara, pemboran atau peledakan. adapun prosedur dari penggalian sebagai berikut: a. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam gambar. b. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan ganguan seminimal mungkin terhadap material dibawah dan dituar batas galian.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
c. Dimana material
terbuka
pada garis formasi atau permukaan lapis
tanah dasar,maka meterial tersebut harus dipadatkan dengan benar atau seluruhnya dibuang atau diganti dengan timbunan pilihan. d. Peledakan sebagai
salah
satu pembongkaran padas (penggalian)
hanya dapat dilakukan bila pengunaan alat penggaruk hydrolis tidak praktis dan harus persetujuan direksi. • Pekerjaan urugan Pekerjaan uragan
disini ialah pekerjaan pengambilan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah dasar serta urugan kembali galian. Dalam pekerjan Pengurugan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan dan pemadatan urugan tidak boleh dilakukan setelah hujan atau lainnya bila kadar air material diluar rentang yang ditentukan. Urugan secara garis besar terbagi dua yaitu : urugan biasa urugan pilihan Pemasangan dan pemadatan urugan dimulai dari : a. Penyiapan tempat kerja Sebelum pemasangan adalah
urugan yang harus dilakukan terlebih dahulu
penyiapan tempat kerja dimana
semua bahan yang tidak
memenuhi persyaratan harus dibuang dari lokasi pekerjaan. b. Pemasangan urugan o Urugan harus dibawah kepermukaan yang tetah disiapkan dan disebar merata dalam lapis yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi rabat lapisan nantinya.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
o Sebaiknya urugan tanah diangkut langsung dari lokasi sumber materiat ketokasi yang telah dipersiapkan dan penimbunan stok urugan sebaiknya dihindari. o Untuk penempatan
urugan diatas atau terhadap
selimut pasir atau
bahan drinase poros harus diperhatikan agar tidak terjadi pencampuran dari dua material tersebut. Pemadatan urugan o Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan masingmasing lapis harus dipadatkan benar-benar dengan menggunakan alat pemadat yang memadai. o Pemadatan dilakukan hanya bila kadar air dari material berada dalam rentang 3% sampai lebih dari 1% dari kadar air optimum. o Urugan padas ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal 20 cm yang sanggup menutupi rongga pada bagian padas atau urugan. o Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu
jalan
sedemikan
sehingga masing-masing bagian
menerima
usaha pemadatan yang sama.
• Pekerjaan pasangan batu Pekerjaan pasangan batu pada jalan mencakup pekerjaan struktur yang ditunjukkan pada gambar yang terbuat dari pasangan batu. Umumnya pasangan batu digunakan hanya untuk struktur seperti tembok penahan tanah, talud, pondasi gorong-gorong persegi dan tembok kepala goronggorong yang konstruksinya dari pasangan batu. Pekerjaan pasangan batu meliputi pekerjaan : a. Persiapan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank dimana nantinya akan menjadi dasar untuk pelaksanaan pekerjaan dimana dimensi dan eleavasi ditentukan. Pekerjaan persiapan juga
termasuk
penyiapan
meterial
yang
akan
digunakan
,dalam
pelaksanaan pekerjaan nantinya. Material disini ialah batu ditambah pasir dan semen (adukan) yang kesemuanya harus memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. b. Pelaksanan Pekerjaan pasangan batu. Pekerjaan pasangan batu dimulai dari : o Persiapan pondasi Pondasi pada struktur pasangan batu harus disiapkan karena merupakan pendukung dari pasangan batu tersebut. Dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal. o Pemasangan batu Sebelum memasang batu seharusnya landasan dari adukan segar yang paling sedikit
3 cm tepatnya
dipasang
pada pondasi
sebelum
penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama.
3.5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Pengertian K3:
Keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta caracara melakukan pekerjaan. Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat dari kecelakaan kerja
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Dasar Hukum
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Tujuan K3
Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang
berada di tempat kerja tersebut Memeliharan sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien Pengertian Kecelakaan
Kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsur
kesengajaan) dan tidak diharapkan karena mengakibatkan kerugian, baik material maupun penderitaan bagi yang mengalaminya. Sabotase atau kriminal merupakan tindakan di luar lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja (5 K ) : 1. Kerusakan 2. Kekacauan Organisasi 3. Keluhan dan Kesedihan 4. Kelaianan dan Cacat 5. Kematian
Klasifikasi Kecelakaan 1. Menurut jenis kecelakaan : - Terjatuh - Tertimpa benda jatuh - Tertumbuk atau terkena benda - Terjepit oleh benda
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
- Gerakan yang melebihi kemampuan - Pengaruh suhu tinggi - Terkena sengatan arus listrik - Tersambar petir - Kontak dengan bahan-bahan berbahaya - Lain-lain
2. Menurut sumber atau Penyebab Kecelakaan -
Dari mesin
-
Alat angkut dan alat angkat
-
Bahan/zat erbahaya dan radiasi
-
Lingkungan kerja
3. Menurut Sifat Luka atau Kelainan : Patah tulang, memar, gegar otak, luka bakar, keracunan mendadak, akibat cuaca, dsb
Pencegahan Kecelakaan Kecelakaan dapat dihindari dengan: 1. Menerapkan peraturan perundangan dengan penuh disiplin 2. Menerapkan standarisasi kerja yang telah digunakan secara resmi 3. Melakukan pengawasan dengan baik 4. Memasang tanda-tanda peringatan 5. Melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat
Penanggulangan Kecelakaan
1. Penanggulangan Kebakaran Jangan membuang puntung rokok yang masih menyala di tempat yang mengandung bahan yang mudah terbakar. Hindarkan sumber-sumber menyala di tempat terbuka Hindari awan debu yang mudah meledak. Perlengkapan pemadam kebakaran Alat-alat
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
pemadam kebakaran dan penanggulangan kebakaran terdiri dari dua jenis: a. Terpasang tetap di tempat 1.
Pemancar air otomatis
2.
Pompa air
3.
Pipa-pipa dan slang untuk aliran air
4.
Alat pemadam kebakaran dengan bahan kering CO2
atau busa
Alat-alat pemadam kebakaran jenis 1-3 digunakan untuk penanggulangan kebakaran yang relatif kecil, terdapat sumber air di lokasi kebakaran dan lokasi dapat dijangkau oleh peralatan tersebut. Sedangkan alat jenis ke-4 digunakan jika kebakaran relatif besar, lokasi kebakaran sulit dijangkau alat pemadam, atau tidak terdapat sumber air yang cukup, atau terdapat instalasi atau peralatan listrik, dan atau terdapat tempat penyimpanan cairan yang mudah terbakar.
Gambar (a) menunjukkan rumah (almari) tempat penyimpanan peralatan pemadam kebakaran. Disebelah kiri adalah tempat gulungan pipa untuk aliran air, sedangkan di sebelah kanan berisi alat pemadam kebakaran yang dapat dibawa. Alat jenis ini bisa berisi bahan pemadam kering atau busa. Gambar (b) adalah alat pemadam kebakaran jenis pompa air. Alat ini biasanya dipasang di pinggir jalan dan gang antar rumah di suatu
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
komplek perumahan. Jika terjadi kebakaran di sekitar tempat tersebut, mobil kebakaran akan mengambil air dari alat ini. Air akan disemprotkan ke lokasi kebakaran melalui mobil pemadam kebakaran. Gambar (c) adalah alat pemadam kebakaran jenis pemancar air otomatis. Alat ini biasanya dipasang di dalam ruangan. Elemen berwarna merah sebagai penyumbat air yang dilapisi kaca khusus. Jika terjadi kebakaran di sekitar atau di dalam ruangan, maka suhu ruangan akan naik. Jika suhu udara di sekitar alat tersebut telah mencapai tingkat tertentu (800) kaca pelindung elemen penyumbat akan pecah dan secara otomatis air akan terpancar dari alat tersebut.
b. Dapat bergerak atau dibawa Alat ini seharusnya tetap tersedia di setiap kantor bahkan rumah tangga. Pemasangan alat hendaknya di tempat yang paling mungkin terjadi kebakaran, tetapi tidak terlalu dekat dengan tempat kebakaran dan mudah dijangkau saat terjadi kebakaran. Cara menggunakan alat-alat pemadam kebakaran tersebut dapat dilihat pada label yang terdapat pada setiap jenis alat. Setiap produk mempunyai urutan cara penggunaan yang berbeda-beda. Jika terjadi kebakaran di sekitar lingkungan kerja, segera lapor ke Dinas Kebakaran atau kantor Polisi terdekat. Bantulah petugas pemadam kebakaran dan polisi dengan membebaskan jalan sekitar lokasi kebakaran dari kerumunan orang atau kendaraan lais selain kendaraan petugas kebakaran dan atau polisi.
2.
Penanggulangan Kebakaran Akibat Instalasi Listrik dan Petir
Buat instalasi listrik sesuai dengan aturan yang berlaku sekering/MCB sesuai dengan ukuran yang diperlukan
Gunakan
Gunakan kabel
yang berstandar keamanan yang baik Ganti kabel yang telah usang atau acat pada instalasi atau peralatan listrik lain
Hindari percabangan
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
sambungan antar rumah
Lakukan pengukuran kontinuitas penghantar,
tahanan isolasi, dan tahanan pentanahan secara berkala
Gunakan
instalasi penyalur petir sesuai standar 3. Penanggulangan Kecelakaan di dalam Lift Pasang rambu-rambu dan petunjuk yang mudah dibaca oleh pengguna jika terjadi keadaan darurat Jangan memberi muatan lift melebihi kapasitasnya Jangan membawa sumber api terbuka di dalam lift Jangan merokok dan membuang puntung rokok di dalam lift
Jika terjadi pemutusan aliran listrik, maka lift akan
berhenti di lantai terdekat dan pintu lift segera terbuka sesaat setelah berhenti. Segera keluar dari lift dengan hati-hati 4. Penanggulangan Kecelakaan terhadap Zat Berbahaya Zat berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya, pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanannya dan penggunaannya menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan dan bahayabahaya lainnya terhadap gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau menyebabkan kerusakan benda.
Jenis-jenis bahan yang membahayakan : 1. Bahan- bahan eksplosif Adalah bahan yang mudah meledak. Ini merupakan bahan yang paling berbahaya. Bahan ini bukan hanya bahan peledak, tetapi juga semua bahan yang secara sendiri atau dalam campuran tertentu jika mengalami pemanasan, kekerasan atau gesekan akan mengakbatkan ledakan yang biasanya diikuti dengan kebakaran. Contoh: garam logam yang dapat meledak karena oksidasi diri, tanpa pengaruh tertentu dari luar 2. Bahan-bahan yang mengoksidasi Bahan ini kaya oksigen, sehingga resiko kebakaran sangat tinggi. 3. Bahan-bahan yang mudah terbakar
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Tingkat bahaya bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya. Makin rendah titik bakarnya makin berbahaya 4. Bahan-bahan beracun bahan ini bisa berupa cair, bubuk, gas, uap, awan, bisa berbau dan tidak berbau. Proses keracunan bisa terjadi karena tertelan, terhirup, kontak dengan kulit, mata dan sebagainya. Contoh: NaCl bahan yang digunakan dalam proses pembuatan PCB. Bahan ini seringkali akan menimbulkan gatal-gatal bahkan iritasi jika tersentuh kulit 5. Bahan korosif Bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali, atau bahan-bahan kuat lainnya yang dapat menyebabkan kebakaran pada kulit yang tersentuh 6. Bahan-bahan radioaktif Bahan ini meliputi isotop-isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung
bahan
radioaktif.
Contoh:
cat
bersinar
Pencegahan
Pemasangan label dan tanda peringatan
Tindakan
Pengolahan,
pengangkutan dan penyimpanan harus sesuai dengan ketentuan dan aturan yang ada
Simpanlah bahan-bahan berbahaya di tempat yang
memenuhi syarat keamanan bagi penyimpanan bahan tersebut.
Simbol-Simbol Tanda Bahaya
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Pendekatan Keselamatan Lain a)
Perencanaan
Keselamatan
kerja
hendaknya
sudah
diperhitungkan
sejak
tahap
erencanaan berdirinya organisasi (sekolah, kantor, industri, perusahaan). Hal-hal
yang
perlu
diperhitungkan
antara
lain:
lokasi,
fasilitas
penyimpanan, tempat pengolahan, pembuangan limbah, penerangan dan sebagainya Ketatarumahtanggaan yang baik dan teratur:
menempatkan barang-
barang di tempat yang semestinya, tidak menempatkan barang di tempat yang digunakan untuk lalu lintas orang dan jalur-jalur yang digunakan untuk penyelamatan darurat
Menjaga kebersihan lingkungan dari bahan
berbahaya, misalnya hindari tumpahan oli pada lantai atau jalur lalu lintas pejalan kaki Pakaian Kerja
Hindari pakaian yang terlalu longgar, banyak tali, baju
berdasi, baju sobek, kunci/ gelang berantai, jika anda bekerja dengan barabg-barang yang berputar atau mesin-mesin yang bergerak misalnya mesin penggiling, mesin pintal Hindari pakaian dari bahan seluloid jika anda bekerja dengan bahan-bahan yang mudah meledak atau mudah terbakar
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
b)
Peralatan Perlindungan Diri
Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi
seseorang
dari
kecelakaan
ataupun
bahaya
yang
kemungkinan bisa terjadi dalam proses konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya,
semua
perusahaan
kontraktor
berkewajiban
menyediakan semua keperluan peralatan/ perlengkapan perlindungan diri atau personal protective Equipment(PPE) untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu :
1. Pakaian Kerja Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Megingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya. 2. Sepatu Kerja
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas. 3. Kacamata Kerja Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari
debu
kayu,
batu,
atau
serpih
besi
yang
beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas. 4. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dab tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti medorong gerobag cor secara terus-meerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobag. 5. Helm Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar benar sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang,
sering
kita
lihat
kedisiplinan
para
pekerja
untuk
menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri. 6. Sabuk Pengaman Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama talai penganman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower. 7. Penutup Telinga Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini. 8. Masker Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan,
misalnya
serbuk
mengampelas, mengerut kayu. 9. Tangga
kayu
sisa
dari
kegiatan
memotong,
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.
Tanda-tanda keselamatan di tempat kerja.
Usulan Teknis Manajemen Konstruksi
View more...
Comments