Bab 3 Fasilitas Dan Sistem Produksi Pt Ispat Indo
February 28, 2019 | Author: Wayan Wahyu | Category: N/A
Short Description
laporan pkn pt ispat indo institut teknologi nasional malang...
Description
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN ITN
BAB III FASILITAS PRODUKSI PT ISPAT INDO
3.1 Bahan Baku 3.1.1
Bahan Baku Utama
Bahan baku utama dalam proses pembuatan billet adalah berasal d ari: a. Scrap besi sebagai row material sebesar 60% Scrap mempunyai bermacam – macam jenis dan asalnya. Scrap tersebut berasal dari besi besi tua yang didapat di logistic. Scrap tersebut tersedia baik dari import maupun local. Import biasanya berasal dari Australia, USA, Rusia, dan Ukraina. Kualitas scrap yang baik harus dipilih sebaik mungkin. Pemilihan scrap tersebut tergantung dari jenis produk yang akan dibuat berdasarkan pesanan dari konsumen, baik jumlahnya maupun jenisnya. Jenis jenis scrap yang digunakan di PT ISPAT INDO adalah sebagai berikut. 1. Skull yaitu bahan yang berasal dari cairan yang sudah membeku dan menempel pada ladle. 2. Super USA yaitu bahan baku yang diimport dari USA 3. Super Australian yaitu bahan baku berupa scrap yang berasal dari Australia 4. Super Hongkong yaitu bahan baku yang berasal d ari Hongkong 5. Super local yaitu yang berasal dari Indonesia 6. Mix, yaitu scrap yang berasal dari bermacam – bermacam – macam macam scrap ringan dan tidak begitu baik kualitasnya. 7. Bundle machine press, yaitu yang berasal dari bahan baku proses yaitu bundle machine press local, bundle machine press import, dan bundle machine press ispat. 8. Turning SPL yaitu geram geram sisa proses pembubutan 9. Turning ORD yaitu dari geram – geram – geram geram bubut yang halus dan tidak ti dak berkarat.
praktek kerja nyata – PT PT ISPATINDO
17
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN ITN
10. Premium, grade ini ada dua jenis yaitu kelas premium super dengan ukuran diatas 10 mm (bisanya baru) dan premium standart dengan ukuran diatas 10 mm dan memiliki panjang lebih dari 75 mm. 11. Cast iron > 50 kg dan < 50 kg bisanya dari blok mobil 12. Big size, biasanya dari blok kapal 13. BMP SPL 14. BMP ORD b. Bahan campuran sponge iron sebesar 30% disebut firgin material. Jenis ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu sponge iron dan pig iron. 3.1.2
Bahan Baku Penunjang
Selain bahan baku utama, PT ISPATINDO juga menggunakan bahan penunjang diantaranya. 1. Lime a. Batu kapur atau batu tahor. b. Dolomit yang mengandung CaO, MgO yang dalam bahan tambang bumi. Dalam peleburan batu kapur dan dolomit akan mencair bersama dengan unsur – unsur yang tidak diperlukan akan membentuk slag dimana lime ini juga berfungsi sebagai pelapis refractory sehingga s ehingga life cycle pemakain refractory lebih l ebih lama. 2. Cocas Cocas merupakan batubara yang dihasikan dari proses pembakaran untuk memproses suatu hasil produksi yang tidak sempurna dengan hasil penyulingan gas dan air yang tertinggal hanya zat arang dan abu. Cocas digunakan sebagai proses reduksi oksidasi besi sehingga didaerah lebur terjadi reduksi langsung. 3. Oksigen Oksigen digunakan sebagai pengganti dari energy listrik yang berfungsi untuk mempercepat proses terjadinya panas pada saat peleburan dilakukan.
praktek kerja nyata – PT PT ISPATINDO
18
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
4. Feromanganis (FeMn) Feromanganis digunakan sebagai pengikat belerang dan berupa alloy. 3.1.3
Bahan Baku Lainnya
a. Ferrosilicon (FeSi) b. Silicon mangan (SiMn) c. Prefill d. Temperature tip electricity e. Gunning
3.2 Mesin dan Peralatan 3.2.1 Struktur Peralatan Pada Steel Melting Shop (SMS) Area
Area SMS terbagi menjadi 3 unit yaitu a. Unit melting pada EAF ( Electrical Arching Furnace) b. Unit refining dan penentuan grade pada LRF ( Ladle Refining Furnace) c. Unit casting pada CCM (Continuous Casting Machine) 3.2.1.1 Struktur Peralatan Pada EAF Unit
a. Furnace Furnace adalah tempat untuk melebur bahan scrap dan unsur paduan – paduan tertentu. Furnace yang digunakan di PT ISPATINDO adalah jenis dapur elektrik dengan diameter luar dapur 5.8 meter dan tinggi 3.85. Dinding furnace terdiri dari lapisan yaitu lapisan terluar baja karbon 9, batu bata MgO 79%, batu bata MgO 77 % ( bagian tengah), batu bata karbon resin manganesia (bagian dalam). Kapasitas furnace yang dimiliki PT ISPATINDO adalah 80 ton dalam sekali peleburan. Dalam satu kali shift kerja dapat dilakukan lebih kurang 7 – 9 kali proses peleburan, sehingga jika pabrik beroperasi selama 24 jam dengan dibagi 3 shift kerja maka proses peleburan akan berlangsung 21 – 27 kali peleburan dengan kapasitas perhari 1680 – 2160 ton per hari.
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
19
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Pada furnace dilengkapi dengan atap sebagi tempat pemasangan dan dudukan elektroda furnace. Atap furnace memiliki diameter luar 5.8 meter dengan tinggi atap bervarias, pada satu sisi atap mempunyai tinggi 0,5 meter dan sisi lainnya mempunyai tinggi 1 meter. Atap mempunyai tiga lubang ditengah untuk memasukkan elektroda, diameter lubang ini sebesar 0. 65 meter.
Gambar 3.1 Electric Arc Furnace b. Elektroda Elektroda berbentuk cylinder dengan diameter yang digunakan sebesar 24 inch dan panjang 24 inch. PT. ISPATINDO menggunakan elektroda ini pada proses peleburan di EAF. Suhu peleburan pada saat elektroda dihidupkan mencapai 1600 – 1650 derajat Celcius. Dengan suhu setinggi ini bahan scrap dan unsur paduan yang ada didalam furnace akan melebur. Pemakain elektroda ini dapat digunakan selama kurang lebih 20 kali proses atau 2.5 kali shift kerja.
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
20
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
3.2.1.2 Struktur peralatan pada LRF
1. Ladle car PT
ISPATINDO
mempunyai 2 ladle car. Satu
ladle
car
mengangkut
untuk keluar
melting scrap dari furnace sedangkan ladle car yang kedua untuk memasukkan melting scrap pada unit LRF
yang
mengalami
akan proses
lanjutan. Tipa ladle car memiliki kapasitas angkut ± 140 ton.
Gambar 3.2 Ladle Refining Furnace
2. Hook crane Fungsi hook crane untuk memindahkan peralatan dari satu proses ke proses lainnya, seperti memindahkan ladle dari unit LRF ke unit CCM, yang memiliki kapasitas angkut ± 140 ton. 3. Eletroda Seperti pada unit EAF, pada unit LRF dibutuhkan tiga elektroda untuk meningkatkan suhu liquid metal, karena dari furnace suhu cairan telah menurun dari ±1610 derajat menjadi ± 1550 derajat celcius. Hal ini dikarenakan jarak dari furnace ke unit LRF sejarak ± 15m dan kondisi ladle yang terbuka. Spesifikasi elektroda unit LRF lebih kecil dibandingkan elektroda pada unit EAF a. Panjang elektroda : 14” x 72” b. Berat elektroda : 30 kg/batang c. Berat ujung : 11.29 kg d. Total berat : 320 kg
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
21
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
4. Atap Peralatan ini adalah tempat untuk memasukkan atau mengeluarkan elektroda dari ladle. Atap juga berfungsi untuk menutup bagian atas furnace sehingga meningkatkan suhu dalam ladle sampai te mperature yang diinginkan. Alat ini dilengkapi dengan dua dust collector untuk menghindari polusi udara.
3.2.1.3 Struktur peralatan pada unit CCM
Gambar 3.3 Proses pada Continous Casting Machine a. Ladle Ladle berbentuk seperti ember dengan diameter atas 2.5 meter. Diameter bawah 2 meter, tinggi 3 meter dan memiliki kapasitas maksimal sekitar 90 ton. Berfungsi sebagai tempat liquid metal dari LRF kemudian dituangkan ke tundish. b. Tundish Tempat cairan dituangkan dari ladle. Tundish berbentuk seperti perahu dengan volume 4,68 m 3 atau 7 – 9 ton. Bagian dalam tundish dilapisi dengan gamex atau sindiform (MgO) atau AL 2O3. Tundish mempunyai nozzle dibagian bawah. Terdapat 4 nozzle. Tiap nozzle dapat berdiameter sama atau berbeda. Biasanya diameter nozlle berkisar antara 15 mm sampai dengan 19 mm.
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
22
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
c. Mould tube Mould tube adalah alat untu mencetak cairan. Pada mould tube ini terjadi perubahan fase dari fase cair menjadi fase solid atau padat. Mould tube dilengkapi aliran minyak. Fungsi aliran minyak ini adalah untuk melapisi permukaan bagian dalam dari mould tube, karena fact or gesekan tinggi. Molud tube mempunyai jaket pendingin. Perubahan fase bergantung pada kapasitas pendinginan. Dimana kapasistas pendinginan ini mempunyai pembentukan sel pada proses solidfikasi. Pada saat liquid metal masuk pertama kali di mould tube ditahan dengan alat yang disebut dummy bar. Fungsi dummy bar ini adalah untuk menahan liquid metal yang memenuhi mould tube sampai dengan 80 % dari tinggi mould tube, kemudian dummy bar perlahanlahan turun karena desakan liquid turun karena desakan liquid dan desakan liquid dan gerakan dari mould tube. Mould tube beroperasi dengan cara bergoyang dan bergetar dengan frekuensi 130 kali/menit. Getaran ini bertujuan untuk menurunkan billet padat dan panas dari mould tube. Untuk sekali proses peleburan daihasilkan sebanyak ± 53 billet. d. Ring zone Alat ini adalah pendingin untuk billet dan berada tepat dibawah mould tube. Tiap ring zone mempunyai spray sebanyak 32 buah dengan daya alir 4 m 3 /jam dan tekanan yang dihasilkan sebesar 4.5 kg/cm 3. Billet yang melewati ring zone didinginkan dengan air yang disemprotkan melalui spray pada ring zone pertama diikiuti zone kedua, dan terakhir zone ke tiga. Zone ini disebut dengan apron. e. Rolling equipment Rolling equipment adalah alat untuk menarik billet dari mould tube. Fungsi lainnya untuk transportasi billet dari peralatan casting menuju billet area. Perputaran billet tergantung pada kecepatan casting. f. Billet shear
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
23
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Billet shear berfungsi untuk memotong billet sesuai dengan panjang yang diinginkan sebagai contoh 99.2 m, 8.2 m, dan 5.9 m. pemotongan digerakkan dengan tenaga hidrolik dan pemotong dapat memutar billet setelah pemotongan. Pemotongan dilengkapi dengan pendinginan. g. Billet area Area billet adalah tempat billet diletakkan, dimana billet mengalami proses pendinginan secara alami yaitu pada temperature ruangan 2 derajat celcius. Disini billet dijadikan sebagai persediaan bahan baku proses rolling dan juga bisa langsung dipasarkan sebagai barang setengah jadi.
3.2.2 Struktur peralatan pada rolling mill area
Pada rooling mill are terdapat dua line produksi yaitu line A dan line B. kedua line ini sama sama memiliki rolling mill equipment namun untuk line A teknologi rolling yang digunakan lebih canggih dan full automatis diabandingkan dengan line B. line B sendiri adalah rolling mill teknologi kuno dimana pengoperasiannya masih manual. Untuk line A mesin mesin produksinya merupakan hasil manufaktur dari DANIELIE & C, S.p.A metal manufacturing Italy. Struktur rolling mill area di PT ISPATINDO adalah sebagai berikut. 3.2.2.1 Billet Reheating Furnace Area
Billet sebelum melewati proses rolling harus diletakkan telebih dahulu dengan cara dipanasi. Alat yang digunakan untuk memanaskan dahulukan billet dinamakan BRF unit (Billet Reheating Furnace) sebelum masuk kedalam rolling mill.
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
24
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Gambar 3.4 Billet Reheating Furnace Billet reheating furnace area terdiri dari : 1. Charging bed Charging bed adalah tempat atau rak billet sebelum dipanasdahulukan (reheating) pada unit billet reheating furnace (BRF). Charging bed dapat menampung kurang lebih 30 buah billet. Bergerak dengan gerakan eksentrik dan digerakkan dengan satu motor penggerak. Pada charging bed terdapat sensor yang berguna untuk medeteksi posisi billet.
Gambar 3.4 Charging bed 2. Charging billet pusher Charging billet pusher adalah peralatan untuk mendorong billet masuk ke billet reheating furnace (BRF), dengan menggunakan gerakan sistem dorong dua silinder.
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
25
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
3. Charging positioner Charging positioner adalah alat untuk mengatur posisi atau meluruskan salah satu ujung billet yang menonjol keluar, agar billet yang masuk ke BRF sejajar satu dengan yang lainnya. 4. Billet reheating furnace ( BRF) Billet reheating furnace adalah tempat untuk memasukkan billet dan dapat menampung 82 buah billet dengan panjang billet 9.2 meter. Pemasangan berasal dari burner yang berjumlah 36 burner yang terbagi atas 12 burner pada shocking zone, 12 burner pada heating zone, dan 12 burner pada preheating zone. Bahan bakar yang digunakan pada BRF berupa residu yang dibantu dengan hembusan udara untuk mempercepat pemanasan sehingga temperature yang diinginkan melalui burner dan blower. Billet membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam 40 menit dengan cycle time 105 detik untuk bergerak dalam BRF. Gerakan mentransfer billet secara hidrolik dengan system “walking heart” yang digerakkan dengan daya kw dan kuat arus ampere. Spesifikasi billet reheating furnace (BRF)
Designed
: Stein Heurty
Type
: Walking Hearth
Capacity
: 78 ton/hours
Number of zone
: 3 zone
Dischargeing temperature
: 1200 oC (max)
Fuel : natural; pressure
: 6 bar; pipe size 6 inch;
consumption : 0,265 kcal/kg
Model of charging
: Charging Pusher (auto)
Model of discharging
: Kick Off ( auto)
Spesifikasi combustion system BRF
Number of burner
: 36 burner
Capacity of burner
Preheating 12 burners @ 95.6 Nm 3/hours
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
26
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Heating 12 burners @ 95.6 Nm 3/hours
Soaking 12 burners @ 43.3 Nm 3/hours
Number of combustions air blowers and their capacity : 2 unit ( 1 run, 1 stand by) @ 200 KW
Automation
PLC / DCS used
Automatic model
HMI system with win cc software
Siemens – simatic 7
5. Kick off device Digerakkan oleh 2 motor penggerak dengan daya 18.5 KW dan kuat arus 33.5 ampere. Equipment ini digunakan untuk mengambil billet dan walking hearth. Kick off device berjumlah tiga buah yang bergerak secara pneumatic, dan gerakannya sama dengan charging billet pusher.
Gambar 3.5 Kick off device 6. Discharge roll table Roll yang berfungsi untuk mengeluarkan billet dari BRF. Discharge roll table mempunyai rollyang berjumlah 17 roll. Sistem pendinginan menggunakan sistem indirect rolling water.
3.2.2.2 Mill equipment area
Peralatan mill equipment area diantaranya. 1. Descaler
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
27
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Peralatan untuk mengurangi timbunan kerak carbon pada permukaan billet dengan air yang disemprotkan. Pada descaler terdapat 8 buah nosel untuk menyemprotkan air dengan tekana 80 -90 bar. Pompa yang digunakan untuk memompa air berdaya 110 KW, arus 191 ampere, dengan putaran motor 1485 rpm, sedangkan daya motor yang digunakan untuk menggerakkan roll berdaya 45 KW dengan arus motor 77 ampere. 2. Roller table BRF Roller table brf adalah tempat mentransfer billet ke stand 1A, roll table digerakkan oleh 6 motor dengan daya 1,1 KW, arus 2,9 ampere dan tegangan 41,5 volt. Pada roll table terdapat stopper yang berguna untuk memindahkan billet ke hot out bila terjadi masalah / problem pada equipment setelah roler table BRF. Roller table digerakkan dengan sistem hidrolik. 3. Pinch roll Pada line A terdapat 2 pinch roll. Pertama terletak sebelum stand 1A yang berfungsi untuk memperlambat kecepatan billet sedangkan yang kedua terletak sebelum turn forming head (TFH) yang berfungsi menahan billet.
Gambar 3.6 Pinch roll
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
28
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
4. Stand Terdapat 18 ESS stand (cantilever
stand)
yang
berfungsi mereduksi billet dengan
dimensi
sesuai
groove dari roll. Satu stand terdapat 2 roll, roll tersusun secara horizontal dan vertical , groove roll berbentuk box, oval dan round.
Gambar 3.7 Stand rolling dan cellar Bentuk bentuk ini digunakan untuk merubah bentuk billet yang semula persegi (bujur sangkar) menjadi silinder (round). Proses perubahan bentuk ini dilakukan mulai dari roughing stand ( 1A-2A-1-2-3-4), intermediate stand (5 s/d 17), dan terakhir finishing stand/ block mill ( 17 s/d 26). Diameter akhir yang dicapai diantaranya 4.0, 5,5 mm, 6,0 mm dan 6,5 mm tau sesuai dengan permintaan yang masuk ke PT ISPATINDO. Pada stand kecepatan maksimal yang dapat dicapai oleh billet yang direduksi adalah sebesar 100 m/detik. Stand rolling mill dibagi ke dalam tiga bagian yaitu. A. Roughing mill Spesifikasi dari roughing mill adalah sebagai berikut.
Machine
: Rolling block with cantilevere mounted
rolls
Manufacture : DANIELIE & C, S.p.A
Type
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
:
ESS 650 V/H ( mill stand 1A & 2A)
ESS 650 V/H ( mill stand 1, 2, 3, & 4)
29
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Rolling rings :
Material : Nodular acicular cast iron
Roll length : 370 mm & 315 mm
Diameter max – min : 685 – 580 mm & 550 – 485 mm
Lubricant system
: Cellar 1 with circulating oil system
Motor perstand
:
Power 350 KW
Speed : 1250 rpm
B. Intermediate mill
Machine
: Rolling block with cantilevere mounted rolls
Manufacture
: DANIELIE & C, S.p.A
Type
:
ESS 430 V/H ( mill stand 5 & 6)
ESS 380 V/H ( mill stand 7, 8, 9 & 10)
Rolling rings
:
Material : Nodular acicular cast iron
Roll length : 225 mm & 200 mm
Diameter max – min : 430 – 385 mm & 395 – 345 mm
Lubricant system
: Cellar 2 with circulating oil system
Motor perstand
:
Power 350 KW
Speed : 1250 rpm
C. Prefinishing mill
Machine
: rolling block with cantilevere mounted rolls
Manufacture
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
: DANIELIE & C, S.p.A
30
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Type
Rolling rings
:
ESS 380 V/H ( mill stand 11 & 12)
ESS 330 V/H ( mill stand 13 & 14)
ESS 280 V/H ( mill stand 15 & 16)
Material
: :
tungsten
carbide
/
cemented carbide
Roll length : 200, 60 & 45 mm
Diameter max – min : 395 – 345 mm; 345 - 295 mm & 292 – 252 mm
Lubricant system
: Cellar 3 with circulating oil system
Motor perstand
:
Power 350 KW
Speed : 1250 rpm
5. Vertical looper Vertical looper berfungsi untuk mengatur besarnya tension ( tegangan tarik) pada billet yang berada pada stand. Jika tegangan yang berada pada stand didepan billet lebih tinggi daripada tension yang ada pada stand dibelakang billet maka akan terjadi cobbel yaitu keluarnya rollan billet dari groove roller. Namun jika tensionyang ada dibelakang billet lebih besar dari ada yang didepan billet maka rollan billet akan putus pada saat proses rolling mill. Vertical looper yang terpasang sejumlah 4 unit pada mill equipment. 6. Shear Shear berguna untuk memotong material pada kedua ujungnya, dikarenakan pada kedua ujung ini telah terjadi penurunan kualitas material. Penurunan kualitas material ini terjadi pada ujung bagian depan dan ujung bagian belakang, pada ujung bagian depan biasanya bentuk hasil rolling kurang begitu baik karena ujung depan merupakan bagian yang pertama kali masuk roller mill sehingga pada bagian ini
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
31
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
struktur deformasi material kurang merata. Sedangkan pada bagian belakang, bentuk ujung akan sedikit lebih pipih sebagai akibat sisa tegangan yang menjalar pada hasil rolling billet.
Gambar 3.8 Shear stand Shear ini juga berfungsi memotong habis rolling billet jika terjadi cobbel, sehingga dapat dilakukan maintenance dan tidak mengganggu proses produksi. Proses pemotongan oleh shear dilakukan secara otomatis dengan sensor foto cell, foto cell akan mensensor kedua ujung rolling billet sengan sensor cahaya. Shear pada mill equipment berjumlah 3 unit dengan spesifikasi s ebagai berikut. a. Shear 1
Manufacture : DANIELIE & C. S.p.A
Machine
: Flying crank shear CVB-06
Type
: CVSB
Function
: Pemotongan head dan tail rolled bar dan pemotongan darurat rolled bar saat terjadi cobble
Dimension
: 2800 mm x 4700 mm x 3000 mm
Weight
: 14000 kg
Performance :
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
32
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Maximum cutting diameter : rolls 80 mm, squares 50 mm
Minimum temperature of rolled bar : 800 oC
Maximum material cold tensile stress : 80 kg/mm2
Driving unit
:
DC electric motor : 600 V
Power
: 352 KW
Base speed
: 390 rpm
b. Shear 2
Manufacture : DANIELIE & C. S.p.A
Machine
: Flying crank shear CVB-06
Type
: CVSB
Function
: Pemotongan head dan tail rolled bar dan pemotongan darurat rolled bar saat terjadi cobble
Dimension
: 2800 mm x 4700 mm x 3000 mm
Weight
: 14000 kg
Performance :
Maximum cutting diameter : rolls 80 mm, squares 50 mm
Minimum temperature of rolled bar : 800 oC
Maximum material cold tensile stress : 80 kg/mm2
Driving unit
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
:
DC electric motor : 600 V
Power : 352 Kw
Base speed : 390 rpm
33
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
c. Shear 5
Manufacture : DANIELIE & C. S.p.A
Machine
: Chopping flying shear
Type
: CVR-012-0450
Function
: Pemotongan head dan tail rolled bar dan
pemotongan crops. Selain itu juga berfungsi mengalihkan rolled bar dari rolling line dan pemotongan rolled bar saat keadaan darurat
Dimension
: 1250 mm x 800 mm x 1595 mm
Weight
: 14000 kg
Performance :
Blade unit
Maximum shearing force : 12 tons
Rolling speed : 9.7 - 16 m/sec
Bar section : diameter 12.5 – 22 mm
Blade holder center distance : 450 mm
Blades : quatity = 1 + 1, table = 80 mm,
:
gap = 0,1 mm+ gear blackslash, crossing = 1mm, tightening torque = 59,5 Nm for each screw
Driving unit
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
Gear reduction ratio : 1 : 1
:
AC electric motor : 400 V
Power : 15 KW
Base speed : 750 rpm with inverter
Torsion : 190 Nm
Coupling type : Gear coupling
34
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
7. Block mill area Block mill area adalah block rolling dari stand 17 s/d 26 yang merupakan stand finishing mill. Spesifikasi dari block mill yang dimiliki oleh pt ispat indo adalah sebagai berikut
Gambar 3.9 water cooling box (kanan) dan block mill area (kiri) a. Kapasitas Produksi berdiameter 5,5 mm sampai dengan 20 mm dan kecepatan maksimum rolling billet yang masuk memcapai 100 m/detik. b. Module shaft boxes Block mill mempunyai 10 buah metode antara lain: a. Mill-200 mempunyai 4 module dengan roll ring berdiameter 200 mm, yaitu: -
Stand 17 dan stand 19, pada posisi shaft horizontal.
-
Stand 18 dan stand 20, pada posisi shaft vertikal
b. Mill 160 mempunyai 6 module dengan roll ring berdiameter 160 mm, yaitu: -
Stand 21, stand 23, dan stand 25 pada posisi shaft horizontal
-
Stand 22, stand 24 dn stand 26 pada posisi shaft vertikal
c. Total ukuran blok mill -
Panjang
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
: 10,62 meter
35
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
-
Lebar
: 3,30 meter
-
Tinggi dengan cover tertutup : 3,10 meter
-
Tinggi dengan cover terbuka : 4,60 meter
d. Rolling mill BGV-200 (stand 17 – 20 ) -
Diameter maximum
: 215.94 mm
-
Diameter minimum
: 192 mm
-
Panjang
: 83 mm
-
Jarak center maximum : 216 mm
-
Jarak center minimum : 192 mm
e. Rolling mill BGV-160 (stand 21-26 ) -
Diameter maximum
: 166 mm
-
Diameter minimum
: 149.5 mm
-
Panjang meja
: 62 mm
-
Jarak center maximum : 169.96 mm
-
Jaraj center minimum : 149.08 mm
f. Electric motor -
Power
: 2000 kw
-
Rotor speed
: 0 – 900 – 1200 rpm
-
Rotor voltage : 700 volt
8. Water Cooling Box Water Cooling Box merupakan alat yang digunakan untuk membantu mendinginkan bar setelah melalui proses rolling pada block mill area. Terdapat 2 Water cooling box untuk mendinginkan bar. 9. Turn forming head Turn forming head berfungsi untuk membentuk wire rod yang memanjang menjadi coil of wire (gulungan kawat berbentuk spiral). Cara kerja alat ini adalah dengan memutar wire rod yang telah keluar dari block mill kemudian wire rod ini akan masuk
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
36
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
ke dalam pipa spiral yang ada didalam mesin yang akan membentuk gulungan gulungan kawat.
Gambar 3.10 Turn forming head 3.2.2.3 Collection area Collecton area terdiri dari 1. Colling conveyor Colling conveyor berfungsi untuk mentransfer coil kawat baja dari turn forming head (TFH) ke filler dan juga untuk menurunkan temperature coil kawat baja dengan menggunakan hembusan angin dari blower atau pada suhu ruangan. Jumlah blower colling conveyor sebanyak 23 buah dengan daya 35 KW, tegangan 415 volt, dan kuat arus 71 ampere. Pada colling conveyor terdapat roll dan hood. Hood adalah penutup colling conveyor yang digunakan untuk mengatur temperature coil kawat baja agar diperoleh struktur mikro yang diinginkan. Untuk menutup dan membuka hood yang diperlukan motor dengan daya 22 KW, tegangan 415 volt dan kuat arus 50 ampere. Roll pada colling conveyor berjumlah 456 unit yang digerakkan oleh 19 motor.
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
37
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Gambar 3.11 Colling conveyor Spesifikasi cooling conveyor :
Manufacture
: DANIELIE & C. S.p.A
Machine
: Turn cooling conveyor
Type
: TAP – 109
Duty
: Mengatur udara pendinginan wire rod
pada akhir proses rolling
Mode
: Rapidly cooled : High carbon steel biasanya diproses dengan cara ini untuk mengeleminasi udara atau mematenkan timbal (Pb) pada wire rod.
Slower cooled : Low – medium carbon steel bisanya menggunakan proses ini untuk meningkatkan sifat deformasi dingin
Total length
: Approx. 107,8 meter
Conveyor rollers
: diameter 122 mm, roller center
distance = 254 mm, speed = 0,05 – 2,0 m/sec, montion transmission : chains type ISO 20-A, control gearmotors : no.19 – 13 KW – max 255 rpm – 440 V/DC.
Motor driven fans
: Quantity = 23, intake air temperature
= approx.. 20 C, motor power = 45/15 KW – 1000/1500 rpm, 415 – 50 Hz.
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
38
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
Hood rives motor
: Quantity = 30, motor power = 2.2 KW
– 9000 rpm, 415 – 50 Hz. 2. Easy down fork Easy down truck berfungsi untuk menerima gulungan coil kawat baja dari colling conveyor, easy down fork bergerak secara vertical dan horizontal.
Gambar 3.12 Easy down fork 3. Trestle dan tilitng table Tilting table berfungsi untuk menerima dan mentransfer gulungan coil kawat baja dari coil conveyor ke hook. Trestle berfungsi untuk menampung coil kawat baja dari easy down fork sampai ke hook conveyor
Gambar 3.13 Trestle dan tilting table
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
39
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
4. Discharge truck Discharge truck berfungsi untuk mentrasfer coil kawat baja dengan cara mengangkut dari trustle ke hook conveyor dengan menggunakan 1 motor yang bekerja secara hidrolik. 5. Hook conveyor Hook conveyor berfungsi untuk menerima coil kawat baja dari discharge truck ke compacting untuk diikat. Jumlah hook sebanyak 36 unit yang pergerakkannya melalui sebuah rel – rel yang telah dibuat sedemikian rupa dari easy down fork sampai dengan storage transfer mengelilingi finishing area.
Gambar 3.14 Compacting 6. Compacting Compacting berfungsi untuk mengikat gulungan coil kawat baja agar menjadi lebih rapat dan rapi dengan 4 ikatan kawat baja. Alat ini bekerja dengan sistem hidrolik.
Gambar 3.15 Compacting
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
40
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITN
7. Storage transfer Storage transfer berfungsi untuk mengambil gulungan coil kawat baja yang sudah terikat dari hook transfer dan mempersiapkannya untuk diambil oleh forklift untuk diletakkan di storage area.
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
41
View more...
Comments