Bab 2
September 8, 2017 | Author: sorayaandiniaty | Category: N/A
Short Description
Download Bab 2...
Description
Wilayah
perencanaan
dalam
pekerjaan
ini
mencakup
wilayah
sepanjang pantai timur pulau Kalimantan di dua provinsi, yaitu Kalimantan Timur (10 Kabupaten/Kota) dan Kalimantan Selatan (5 Kabupaten/kota). Untuk memberikan gambaran umum tentang wilayah perencanaan, pada bagian ini akan diuraikan kondisi fisik, demografis, ekonomi wilayah, dan prasarana wilayah pada kedua provinsi yang tercakup. Selain itu, secara garis besar akan ditinjau pula arahan kebijaksanaan pengembangan pada wilayah tersebut berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah. 2.1
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN Gambaran umum kondisi fisik dua Provinsi yang melingkupi wilayah pantai
timur Kalimantan meliputi
administratif,
geologi,
fisiografi,
letak geografis dan
jenis
tanah;
dan wilayah iklim
serta
penggunaan lahan. 2.1.1 Kondisi Fisik 2.1.1.1 Letak Geografis dan Wilayah Administratif Sebagian besar wilayah perencanaan termasuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur (10 dari 13 kabupaten/kota). Secara geografis, Provinsi Kalimantan Timur terletak pada kedudukan 4o 24’ LU – 2o 25’ LS dan 113o 44’ BT – 119o 00’ BT. Wilayah perairan Selat Malaka dan
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Laut Sulawesi di bagian Timur Provinsi Kalimantan Timur merupakan jalur ALKI II (Alur Laut Kepulauan Indonesia), sehingga posisi Kalimantan Timur sangat strategis berada pada jalur transportasi laut internasional. Provinsi Kalimantan Timur terletak di bagian Timur Pulau Kalimantan, dengan batas-batas : •
Sebelah Utara berbatasan dengan Sabah (Malaysia)
•
Sebelah Selatan dengan Kalimantan Selatan
•
Sebelah Timur dengan Selat Makassar dan Laut Sulawesi
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sarawak (Malaysia)
Provinsi Kalimantan Timur meliputi wilayah daratan seluas 211.440 Km2 dan wilayah lautan sejauh 12 mil laut dari garis pantai terluar ke arah laut. Wilayah Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 9 (sembilan) kabupaten dan 4 (empat) kota. Dari 13 kabupaten/kota tersebut, yang termasuk dalam wilayah koridor pantai timur adalah :
Kabupaten Nunukan
Kabupaten Bulungan
Kabupaten Berau
Kabupaten Kutai Timur
Kabupaten Kutai Kertanegara
Kabupaten Penajam Paser Utara
Kabupaten Pasir
Kota Samarinda
Kota Balikpapan
Kota Bontang
Bagian kedua wilayah perencanaan secara administratif termasuk dalam Provinsi Kalimantan Selatan (4 kabupaten). Provinsi Kalimantan
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 2
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Selatan yang melingkup wilayah perencanaan secara geografis terletak di antara 1o 21’ 49” LS – 1o 10’ 14” LS dan 114o 19’ 33” BT – 116o 33’ 28”. Luas provinsi ini meliputi 6,98% luas Pulau Kalimantan, sebesar 37.377,53 km2. Provinsi Kalimantan Selatan terletak di bagian Selatan Pulau Kalimantan dengan batas-batas : •
Sebelah Utara
: Provinsi Kalimantan Timur
•
Sebelah Selatan : Laut Jawa
•
Sebelah Timur
: Provinsi Kalimantan Tengah
•
Sebelah Barat
: Selat Makasar
Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas 9 (sembilan) kabupaten dan 2 (dua) kota. Yang termasuk dalam wilayah koridor pantai timur adalah :
Kabupaten Tanah Bumbu
Kabupaten Tanah Laut
Kabupaten Kota Baru
Kota Banjarbaru
Kota Banjarmasin
2.1.1.2 Kondisi Geologi, Fisiografi, dan Jenis Tanah Secara umum kondisi geologi Kalimantan Timur didominasi oleh batuan sedimen liat berlempung, batuan endapan tersier, dan batuan endapan kuarter. Formasi batuan terdiri atas batuan pasir kuarsa dan batuan liat. Struktur geologi memiliki patahan dan lipatan yang umumnya berada di wilayah pantai. Fisiografi wilayah daratan Kalimantan Timur terdiri atas 6 (enam) satuan wilayah, yaitu : •
Wilayah
pedataran
pantai,
yang
tersebar
di
pesisir
Timur
Kalimantan Timur sepanjang lebih kurang 1.100 Km.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 3
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
GAMBAR 2.1 PETA ADMINISTRASI
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 4
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
•
Wilayah cekungan (basin), tersebar di Malinau, Bulungan, Berau, Kutai Kertanegara, dan Kutai Barat.
•
Wilayah perbukitan rendah, tersebar di bagian tengah Kalimantan Timur memanjang dari arah Utara ke Selatan, mulai dari Nunukan hingga Melak.
•
Wilayah perbukitan vulkanik, tersebar di bagian Barat Kalimantan Timur di wilayah Kutai Barat, antara Melak dan Barongtongkok.
•
Wilayah pegunungan lipatan, tersebar di bagian Timur Kalimantan Timur mulai dari Mangkaliat hingga Batu Sopang.
•
Wilayah pegunungan tengah Kalimantan, tersebar di bagian Barat Kalimantan
Timur
yang
berbatasan
dengan
Malaysia
dan
Kalimantan Barat, membentang dari arah Utara ke Selatan. TABEL II – 1 PENYEBARAN DAN FORMASI GEOLOGIS DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No
Formasi Geologi
Luas (Ha)
1
Alluvium
2.447.062
2
Sajau – Tarakan - Bunyu
207.992
3
Bomaring Beds
133.216
4
Glance Coal Beds
64.339
5
Sterif Formation
137.249
6
Pulau Balang Beds
224.621
7
Balikpapan Beds
255.427
8
Meliat Beds
116.397
9
Masalai Naintupu Globi Gerina Marls
23.833
10
Ancam – Mandul Beds
3.578
11
Pemaluan Beds
2.308.454
12
Palaogene
1.377.311
13
Pretertiery
783.488
14
Young Volcanic (Effusive) Rock (Andesite Dasalt)
27.523
15
Kampung Baru Beds
161.230
Sumber : BPN Provinsi Kalimantan Timur, 2004
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 5
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Jenis tanah di wilayah daratan Kalimantan Timur didominasi oleh tanah podsolik merah kuning latosol dan litosol yang tersebar di bagian Tengah dan Utara Kalimantan Timur.
Jenis tanah lainnya adalah
aluvial, organosol, latosol, podsol, dan podsolik merah kuning dengan tingkat kesuburan yang rendah. TABEL II – 2 JENIS TANAH DAN LUAS PENYEBARAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No
Jenis Tanah
Luas (Ha)
%
1
Podsolik/Lathosol
11.083
0,06
2
Podsolik Coklat/Andosol
245.250
1,22
3
Podsolik/Lithosol
1.777.430
8,87
4
Podsolik/Regosol
3.875.249
19,33
5
Lathosol
38.682
0,19
6
Lithosol
1.754.758
8,75
7
Podsolik, Lathosol, Regosol
31.856
0,16
8
Podsolik , Lathosol, Andosol, Lithosol, Regosol
229.478
1,14
9
Podsolik, Lithosol, Regosol
929.701
4,64
10
Podsolik, Lathosol, Andosol, Lithosol, Alluvial
385.304
1,92
11
Alluvial
622.751
3,11
12
Alluvial/Gambut (Organosol)
181.318
0,90
13
Gleisol Hidrik
315.241
1,57
14
Organosol Hidrik
492.881
2,46
15
Podsolik
6.977.896
34,81
16
Alluvial, Podsolik, Gambut (Organosol)
65.677
0,33
17
Alluvial, Gambut (Organosol), Leisol
66.949
0,33
18
Renzina, Alluvial, Regosol
537.789
2,68
19
Podsolik, Lithosol, Renzina, dan Mediteran
303.958
1,52
20
Lithosol, Mediteran, Podsolik
303.503
1,51
21
Podsolik, Lithosol
896.411
4,47
Sumber : BPN Provinsi Kalimantan Timur, 2004
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 6
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Sementara itu, wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai jenis tanah yang didominasi oleh tanah aluvial yang relatif subur. Jenis tanah lainnya adalah , organosol, latosol, podsol, dan podsolik merah kuning. TABEL II – 3 JENIS TANAH DAN LUAS PENYEBARAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN No
Jenis Tanah
Luas (Ha)
%
1
Organosol (Litosol) Gleyhumus
519.881
19,87
2
Aluvial
757.740
28,96
3
Latosol
270.339
10,33
4
Utosol
34.757
1,33
5
Podsolik
138.311
5,29
6
Podsolik Merah Kuning
671.917
25,68
7
Asosiasi Latosal Utosal
12.500
0,48
8
Asosiasi Podsolik Merah Kuning & Bahan Endapan
151.168
5,78
9
Asosiasi Podsolik Merah Kuning dengan Batuan Beku
59.766
2,28
Sumber : BPN Provinsi Kalimantan Selatan, 2004
2.1.1.3 Kondisi Iklim Wilayah Provinsi Kalimantan Timur secara umum memiliki iklim yang panas sepanjang tahun, lembab dan berangin. Kelembaban udara ratarata cukup tinggi, yaitu mencapai 84,26%. Kecepatan angin bervariasi antara 1,80 knot di daerah Samarinda sampai 7,17 knot di daerah Tarakan. Suhu udara rata-rata pada tahun 2001 berdasarkan pengamatan di enam stasiun tercatat sebesar 27,70C dengan suhu maksimum ratarata mencapai 32,150C dan suhu minimum rata-rata mencapai 23,310C. Wilayah sekitar stasiun pengamatan Tanjung Redeb memiliki suhu minimum rata-rata terendah, sementara suhu maksimum rata-
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 7
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
rata
tertinggi
tercatat
di
wilayah
sekitar
stasiun
pengamatan
Balikpapan. Curah hujan bulanan rata-rata di Provinsi Kalimantan Timur mencapai 197,22 mm, dengan Long Bawan sebagai daerah yang memiliki curah hujan bulanan terendah yaitu hanya 6,62 mm. Curah hujan yang cukup tinggi merupakan faktor penjamin keberlangsungan aliran sungai sebagai sarana transportasi air antara daerah pantai dengan daerah pedalaman dan sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup. TABEL II – 4 SUHU UDARA, KELEMBABAN, KECEPATAN ANGIN DAN JUMLAH CURAH RATA-RATA MENURUT STASIUN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2001 No
Stasiun
Suhu Rata-rata (0C) Minimum
Maksimum
Kelembaban (%)
Kecepatan Angin (Knot)
Curah Hujan (MM)
1
Samarinda
23,20
32,20
82,70
1,80
159,40
2
Balikpapan
22,98
32,94
83,00
6,00
238,24
3
Tarakan
24,02
31,38
84,58
7,17
298,42
4
Tanjung Selor
23,71
32,32
85,17
5,42
263,47
5
Tanjung Redeb
22,57
32,87
84,08
4,52
217,15
6
Long Bawan
23,40
31,20
86,00
5,00
6,62
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur, 2004
2.1.1.4 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2001 didominasi oleh hutan (88,40%), yaitu hutan lebat, hutan belukar, hutan sejenis, dan hutan rawa, dan tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Timur. Areal hutan dengan luas terbesar terdapat di Kabupaten Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Berau, dan Malinau.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 8
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Penggunaan lahan pertanian di Kalimantan Timur mencakup areal seluas 661.959 Ha atau 3,30% dari luas wilayah daratan Kalimantan Timur, meliputi areal persawahan, pertanian lahan kering, dan perkebunan. Sedang penggunaan lahan untuk perikanan, khususnya budidaya kolam air tawar dan tambak meliputi areal seluas 23.275 Ha atau 0,12%. Sebagai Provinsi penghasil migas yang cukup besar bagi Indonesia, Provinsi Kalimantan Timur memiliki areal pertambangan yang cukup besar, terutama tambang migas dan batubara. Ladang migas di Kalimantan Timur tersebar di wilayah daratan maupun di wilayah perairan laut, sedang areal tambang batubara tersebar di wilayah daratan. Berdasarkan hasil paduserasi Provinsi Kalimantan Timur Tahun 1999, kawasan lindung di Provinsi Kalimantan Timur meliputi areal seluas 4.593.754 Ha atau 22,92% dari luas wilayah daratan Kalimantan Timur, terdiri dari hutan lindung seluas 2.574.616 Ha, cagar alam seluas 1.747.382 Ha, taman hutan raya seluas 61.850 Ha, taman nasional seluas 198.629 Ha, dan hutan pendidikan seluas 11.277 Ha. Kawasan hutan lindung tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur, kecuali Kota Samarinda. Sebanyak lebih kurang 50% kawasan hutan lindung tersebar di Kabupaten Kutai Barat dan Malinau. Kawasan cagar alam tersebar di 6 (enam) daerah kabupaten, yaitu Kabupaten Kutai Kertanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau, Nunukan, dan Pasir. Sebagian besar (67,17%) kawasan cagar alam berada di Kabupaten Malinau. Kawasan taman hutan raya tersebar di Kabupaten Kutai Kertanegara dan Pasir. Kawasan taman nasional tersebar di Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kutai Timur. Sedang kawasan hutan pendidikan/penelitian berada di Kabupaten Kutai Kertanegara.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 9
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Kawasan budidaya terdiri atas kawasan budidaya kehutanan (KH) dan kawasan
budidaya
non
kehutanan
(KBNK).
Kawasan
budidaya
kehutanan meliputi kawasan hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan konversi. Kawasan budidaya kehutanan berdasarkan paduserasi penggunaan lahan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 1999 meliputi areal seluas 10.121.258 Ha, tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Timur, kecuali Bontang. Kawasan budidaya non kehutanan meliputi pengembangan sistem pusat-pusat permukiman, industri, pertanian, pariwisata, prasarana dan sarana wilayah, dan kawasan tertentu. Kawasan budidaya non kehutanan tercatat seluas 5.324.488 Ha. Penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Selatan (tahun 2003) didominasi oleh lahan bukan sawah (33%), baik yang diusahakan maupun yang tidak diusahakan. Penggunaan lahan pertanian di Kalimantan Selatan mencakup areal seluas 2.231.368 Ha atau 18,47% dari
luas
wilayah
daratan
Kalimantan
Selatan,
meliputi
areal
persawahan berpengairan baik yang diusahakan maupun yang tidak, ladang, dan perkebunan. Konversi penggunaan hutan menjadi penggunaan lahan lainnya tercatat sebagai yang terbesar. Pada tahun 2003, tercatat konversi lahan hutan menjadi pertanian sebesar 24.475 Ha. Konversi lahan sawah menjadi jenis penggunaan lahan lainnya pada tahun 2003 tercatat sebesar 3.568 Ha, dengan konversi terbesar adalah sawah menjadi jenis pertanian lainnya (38,59%). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000, penggunaan lahan dibagi menjadi dua kawasan utama, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi areal seluas 753.843 Ha atau 20,23% dari luas wilayah daratan Provinsi Kalimantan Selatan, terdiri atas kawasan perlindungan daerah bawahannya seluas 547.637 Ha, kawasan perlindungan PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 10
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
setempat seluas 29.591 Ha, dan kawasan suaka alam dan cagar budaya seluas 176.615 Ha. Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya di Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas dua jenis, yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan bergambut, dani sebagian besar berlokasi di Pegunungan Meratus yang membagi wilayah Kalimantan Selatan menjadi dua bagian (Wilayah Barat dan Timur). Kawasan lindung ini tersebar di Kabupaten Tanah Laut, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong dan Kotabaru. Luas
kawasan
perlindungan
daerah
bawahannya
mengalami
pergeseran dari rencana semua seluas 524.538 Ha menjadi 547.637 Ha. Pergeseran luas kawasan hutan lindung berkaitan dengan pembukaan kawasan hutan untuk 13 lokasi perkebunan. Namun, ada beberapa kawasan hutan produksi dan kawasan budidaya lainnya yang diarahkan untuk menjadi hutan lindung, antara lain kawasan bagian Timur Kabupaten Hulu Sungai Utara yang difungsikan sebagai penyangga Kota Barabai dan sekitarnya yang sering dilanda banjir. Kawasan bergambut yang pada RTRWP Kalimantan Selatan Tahun 1993 direncanakan sebagai suatu kawasan tersendiri, di dalam RTRWP Kalimantan Selatan Tahun 2000 didelineasi ke dalam hutan lindung dan sebagian masuk ke dalam pengembangan kawasan perkebunan dan pertanian lahan basah. Upaya pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberikan perlindungan
pada
kawasan
bawahannya
dilakukan
dengan
pendekatan pengembangan Daerah Aliran Sungai. Kawasan yang dilindungi
oleh
kawasan
ini
memiliki
berbagai
kegiatan
yang
berpengaruh luas jika tidak dilindungi, antara lain waduk/bendungan Riam Kanan, Sungai Asam-asam yang menunjang operasional PLTU Asam-asam, aliran Sungai Riam Kiwa, penyangga pusat permukiman di Banua Lima, DAS Batulicin, dan lainnya. PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 11
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Kawasan perlindungan setempat di Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan sekitar mata air. Kawasan sempadan sungai terdapat di hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan, antara lain Sungai Barito, Sungai Martapura, Sungai Negara, Sungai Tabalong, Sungai Alalak, Sungai Balangan, Sungai Asam-asam, Sungai RiamKanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Batulicin, Sungai Batang Lai, Sungai Anjir Serapat, Sungai Sebambam, Sungai Serongga, Sungai Kusan, Sungai Setarap, Sungai Cantung, Sungai Bangkalan, Sungai Selatu, Sungai Sepapan, Sungai Manunggal, Sungai Cengal, Sungai Tapin, Sungai Maluka, Sungai Pinang, Sungai Sempanahan dan lainnya. Sementara kawasan sempadan pantai yang diukur sejauh 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah daratan terdapat di sepanjang pesisir pantai membujur dari Kecamatan Tabunganen di Kabupaten Batola, menyambung ke Kabupaten Tanah Laut hingga Kabupaten Kotabaru, juga terdapat di sekeliling Pulau Laut dan kepulauan di Kabupaten Kotabaru. 2.1.2 Kondisi Demografis 2.1.2.1 Kalimantan Timur Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2001 adalah sebesar 2.494.988 jiwa dan tersebar di 12 kabupaten dan kota. Sebagian besar penduduk, yaitu sebesar 56,76% tinggal di daerah perkotaan sementara sisanya tersebar di daerah perdesaan. Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan pada tahun 2001 mengalami peningkatan yang cukup besar, yaitu sekitar 7%, dibandingkan dengan periode 1996 hingga 1998, sementara jumlah penduduk yang tinggal di daerah perdesaan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat urbanisasi selama periode 1998 - 2001.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 12
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 5 LUAS WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MENURUT PENGGUNAAN LAHAN (Ha)
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 13
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 6 LUAS WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN MENURUT PENGGUNAAN LAHAN (Ha)
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 14
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
GAMBAR 2.2 PETA PENGGUNAAN LAHAN
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 15
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Laju pertambahan penduduk rata-rata Provinsi Kalimantan Timur selama periode 1990 - 2000 adalah 2,74% per tahun. Daerah perkotaan dan daerah pertambangan merupakan daerah yang mengalami laju pertumbuhan yang tinggi. Selama periode ini, Kabupaten Berau mengalami pertumbuhan penduduk yang paling tinggi, yaitu sebesar 6,77%, sedangkan Kota Balikpapan mengalami pertumbuhan penduduk terendah. Akan tetapi, pada periode tahun 2000 - 2001 secara umum seluruh kabupaten dan kota di Provinsi ini mengalami penurunan jumlah penduduk apabila dibandingkan dengan pada periode 1990 - 2000. Daerah yang mengalami penurunan laju pertambahan penduduk terbesar pada periode 2000 - 2001 adalah Kota Tarakan (-1,47%), serta Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur (masing-masing menurun 1,39%) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Secara geografis, penduduk Provinsi Kalimantan Timur terkonsentrasi di
bagian
Selatan.
Hal
ini
kemungkinan
disebabkan
masih
terkonsentrasinya fasilitas pelayanan serta kemudahan aksesibilitas di bagian Selatan dibandingkan dengan di bagian Utara. Konsentrasi penduduk terbesar di Provinsi Kalimantan Timur berturut-turut adalah di Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kota Balikpapan, dan Kabupaten Pasir, dengan 21% dari total penduduk bermukim di Kota Samarinda. Tingkat kepadatan penduduk relatif bervariasi. Pada tahun 2001, tingkat kepadatan penduduk berkisar antara 1 hingga 782 jiwa/km2, dengan kepadatan penduduk rata-rata Provinsi adalah 12 jiwa/km2. Kota Balikpapan tercatat sebagai daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 16
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 7 LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, LAJU PERTAMBAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN DAN KOTA TAHUN 2000 – 2001 (Jiwa) No
Kabupaten/ Kota
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk/Km2
Laju Pertambahan
Daratan
Total
1990
2001
1990
2001
1990-2000
2000-2001
1
Pasir
13.912,0
15.793,66
211.021
273.495
13,93
19,66
2,50
2,07
2
Kutai Barat
31.628,7
31.628,70
106.134
139.407
3,36
4,41
2,61
2,38
3
Kutai
26.116,9
28.972,98
340.166
432.344
12,48
16,55
2,32
1,86
4
Kutai Timur
34.292,6
37.317,20
98.065
151.823
2,74
4,43
4,31
2,92
5
Berau
21.240,0
34.127,47
62.3 45
123.974
2,58
5,84
6,77
5,55
6
Malinau
41.990,4
41.990,40
28.522
37.237
0,67
0,89
2,57
2,18
7
Bulungan
15.587,9
19.003,05
68.201
84.438
3,79
5,42
2,08
1,81
8
Nunukan
13.917,9
16.966,66
54.474
82.469
3,73
5,93
3,97
3,91
9
Balikpapan
527,0
867,18
344.405
412.045
459,82
781,87
1,74
1,28
10
Samarinda
783,0
783,00
413.191
531.912
527,70
679,33
2,44
2,00
11
Tarakan
250,8
657,33
81.297
118.668
160,32
473,16
3,75
2,28
12
Bontang
147,8
497,57
68.842
102.176
169,27
691,31
3,90
2,51
8,88
12,43
2,74
2,19
Provinsi Kaltim Total
16.632,60 200.395,0
245.237,80
1.876.663 2.489.988
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2004
Akumulasi penduduk di perkotaan antara lain disebabkan masih terkonsentrasinya fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi serta sarana transportasi dan komunikasi yang lebih baik dibandingkan dengan daerah perdesaan. Perkotaan umumnya berkembang di daerah pesisir pantai atau di sepanjang aliran sungai yang dikembangkan sebagai daerah industri yang dikembangkan baik oleh pemerintah maupun swasta
(Tarakan,
Bontang,
Loa
Janan/Samarinda,
Balikpapan,
Sangatta, Long Iram/Melak, Berau, dan sebagainya) serta lokasi-lokasi transmigrasi (Salim Batu, Kaubun, Muara Wahau, Kota Bangun, Teluk Dalam, Anggana, Samboja, Semoi, Jone, Payo Klato, UPT Jelerai Selor, UPT Talisayan, UPT Palaran, UPT Pulau Atas, dan sebagainya). Selain
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 17
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
daerah industri dan transmigrasi, penduduk di daerah pesisir juga berkembang di pusat-pusat pemukiman nelayan dan pemukiman pantai,
seperti
di
Kecamatan
Nunukan
(Kabupaten
Nunukan),
Kecamatan Bunyu (Kabupaten Bulungan), Kecamatan Tarakan Timur dan Tarakan Barat (Kota Tarakan), Kecamatan Tanjung Batu dan Talisayan (Kabupaten Berau), Kecamatan Muara Badak, Muara Jawa dan Samboja (Kabupaten Kutai Kertanegara), Kecamatan Sangkulirang (Kabupaten
Kutai
Balikpapan),
Timur),
Kecamatan
Kecamatan
Tanjung
Balikpapan
Aru
Timur
(Kabupaten
(Kota
Pasir)
dan
Kecamatan Penajam (Kabupaten Penajam Paser Utara). Di
perdesaan
atau
di
pedalaman,
penduduk
pada
umumnya
terkonsentrasi di sepanjang aliran sungai yang berfungsi sebagai penghubung utama antara daerah pedalaman dengan daerah pesisir. Transportasi sungai masih menjadi sarana transportasi utama di Kabupaten Kutai Barat serta Kabupaten Bulungan, Malinau dan Nunukan di bagian Utara Provinsi Kalimantan Timur. Di samping permukiman, pemanfaatan tanah untuk pertanian umumnya berlokasi di sekitar tanggul sungai, sementara areal tanah yang jauh dari aliran sungai biasanya tidak tergarap. TABEL II – 8 JUMLAH PENDUDUK MENURUT KOTA DAN DESA TAHUN 1996 – 2001 No
Kota
Tahun
Desa
Total
Jumlah
%
Jumlah
%
1
1996
1.177.209
50,30
1.163.073
49,70
2.340.282
2
1997
1.235.107
50,60
1.205.910
49,40
2.441.017
3
1998
1.241.843
50,50
1.217.099
49,50
2.458.942
4
1999
-
-
-
-
2.525.480
5
2000
1.375.618
57,05
1.035.448
42,95
2.411.066
6
2001
1.413.366
56,76
1.076.622
43,21
2.494.988
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2004
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 18
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Dari aspek kualitas penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya, Provinsi
Kalimantan
Timur
memiliki
pencapaian
yang
menggembirakan. Hanya 5,69% dari jumlah penduduknya yang tidak/belum pernah bersekolah. Sementara itu, jumlah penduduk yang telah mengenyam pendidikan menengah mencapai angka 38,95% dan pendidikan tinggi 4,48%. GAMBAR 2.3 PIRAMIDA PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2001
STRUKTUR USIA
60+ 50 - 54 40 - 44 30 - 34 20 - 24 10 - 14 0-4 0
50000
100000 150000 200000 250000 300000 JUMLAH PENDUDUK (jiwa)
2.1.2.2 Kalimantan Selatan Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2000 adalah sebesar 2.641.115 jiwa dengan kepadatan rata-rata 8,16 jiwa/km2. Jumlah penduduk terbanyak di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah di Kota Banjarmasin yaitu 527.724 jiwa dengan kepadatan ratarata pada tahun 2000 sebesar 679,72 jiwa/km2. Sebaran kepadatan penduduk ditunjukkan pada Peta Kepadatan Penduduk. Secara umum, pada periode tahun 1995 - 2000 Provinsi Kalimantan Selatan mengalami penurunan jumlah penduduk yang signifikan. Selama periode ini, terjadi penurunan jumlah penduduk rata-rata sebesar 6,69%.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 19
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Secara umum, pada tahun 1995 - 2000 hampir seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan, kecuali Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Tabalong, mencatat pertambahan penduduk yang menurun, terutama Kabupaten Kota Baru dan Kabupaten Banjar masing-masing sebesar 19,14% dan 19,17%. TABEL II – 9 LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, LAJU PERTAMBAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN DAN KOTA TAHUN 1995 – 2000 No
Kabupaten/Kota
Luas (km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk per Km2 Laju Pertambahan 1995-2000 1995 2000
1995
2000
776,39
494.891
527.724
637,43
679,72
6,63
1
Banjarmasin
2
Tanah Laut
30.343,54
194.744
184.950
6,42
6,10
-5,03
3
Kota Baru
100.215,03
428.655
346.605
4,28
3,46
-19,14
4
Banjar
43.703,09
464.226
375.255
10,62
8,59
-19,17
5
Barito Kuala
29.600,40
230.075
213.090
7,77
7,20
-7,38
6
Tapin
27.183,80
156.207
147.326
5,75
5,42
-5,69
7
Hulu Sungai Selatan
16.885,00
190.528
194.176
11,28
11,50
1,91
8
Hulu Sungai Tengah
14.924,80
229.902
218.405
15,40
14,63
-5,00
9
Hulu Sungai Utara
26.794,30
283.673
272.339
10,59
10,16
-4,00
10
Tabalong
33.172,69
157.451
161.245
4,75
4,86
2,41
8,75
8,16
-6,69
Prov. Kalimantan Selatan 323.599,04 2.830.352 2.641.115 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2004
2.1.3 Kondisi Ekonomi Wilayah Selama periode 1999 - 2001, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur bergerak ke arah yang cenderung positif. Pada tahun 1999 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi ini mencapai 4,90% dengan migas dan 4,45% tanpa migas. Pada tahun 2000 laju pertumbuhan dengan migas mencapai 4% dan tanpa migas sebesar 3,27%, sedangkan pada tahun 2001 dengan migas mencapai 4,25% dan 5,97% tanpa migas.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 20
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Tingginya laju pertumbuhan ekonomi secara umum disebabkan peningkatan
produksi
pertambangan
dari
sektor-sektor
dan
gas
minyak
bumi.
dominan,
terutama
Pertumbuhan
sektor
pertambangan merupakan salah satu bagian dari target program prioritas pengembangan Pemerintah Kalimantan Timur. Di lain pihak, secara keseluruhan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan dengan tahun 1999. Kecuali
sektor-sektor bangunan,
pengangkutan
&
komunikasi, serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pada tahun 2001 terjadi penurunan laju pertumbuhan sektor lainnya dibandingkan dengan tahun 1999. GAMBAR 2.4 NILAI EKSPOR MIGAS DAN NON MIGAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 1996 - 2001
Nilai Ekspor (000 US$)
8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 1996
1997
1998
1999
2000
2001
Tahun Migas
PT. Pemeta Engineering System Consultant
Non migas
II - 21
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 10 PDRB PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 1993, 1997 – 2001 (Milyar Rupiah) PDRB ADH Berlaku No
Tahun
1
PDRB ADH Konstan
Laju Pertumbuhan (%) Dengan Migas
Dengan Migas
Tanpa Migas
Dengan Migas
Tanpa Migas
1993
15.708,42
7.939,66
15.708,42
7.939,66
-
-
2
1997
27.305,23
13.924,67
20.672,72
11.407,64
4,45
6,41
3
1998
51.505,15
22.258,33
20.514,63
11.090,28
-0,76
-2,78
4
1999
5
55.867,18
24.102,23
21.519,67
11.584,18
4,90
4,45
r)
74.810,39
26.131,09
22.381,26
11.963,35
4,00
3,27
*)
84.828,44
31.036,52
23.333,42
12.677,21
4,25
5,97
2000
6
2001
Tanpa Migas
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2004 Keterangan : r) Angka revisi; *) Angka sementara
TABEL II – 11 PDRB PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 1998 – 2001 (Juta Rupiah) No
Lapangan Usaha
1998
1999
2000r
2001*
1
Pertanian
1.533.919
1.745.202 1.784.988 1.849.997
2
Pertambangan
6.413.052
6.776.681 6.694.590 7.224.143
3
Industri pengolahan
6.683.649
7.031.143 7.467.478 7.821.041
4
Listrik, gas, dan air bersih
68.980
75.642
84.247
89.119
5
Bangunan
558.811
567.193
594.929
667.498
6
Perdagangan, hotel dan restoran
1.901.088
1.960.528 1.989.651 2.030.164
7
Pengangkutan dan komunikasi
2.181.588
2.257.788 2.348.509 2.455.699
8
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
669.998
578.835
599.743
6311.244
9
Jasa-jasa
503.558
526.657
547.120
564.515
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2004 Keterangan : r) Angka revisi; *) Angka sementara
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 22
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Struktur ekonomi Kalimantan Timur pada tahun 1998 - 2001 relatif tidak mengalami banyak perubahan. Sektor industri pengolahan, terutama
industri
pengolahan
migas
merupakan
sektor
yang
memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan Provinsi Kalimantan Timur, diikuti oleh sektor pertambangan dan pertanian, terutama subsektor kehutanan. Bersama-sama, ketiga sektor ini membentuk 83,84% dari total PDRB Kalimantan Timur pada tahun 2001 dan memberikan sumbangan yang selalu meningkat. Total produksi dan nilai produksi sektor-sektor tersebut selalu mengalami peningkatan, disebabkan ketiganya merupakan program prioritas pengembangan ekonomi
Pemerintah
Kalimantan
Timur.
Ini
berarti
bahwa
perekonomian Kalimantan Timur sebagian besar berasal dari kegiatankegiatan ekonomi yang berbasis ekstraksi sumberdaya alam dan pertumbuha ekonominya sangat bergantung pada keberlanjutan kegiatan sektor-sektor tersebut. GAMBAR 2.5 STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Jasa-jasa
Pengangkutan & Komunikasi Lapangan Usaha
Bangunan
Industri pengolahan
Pertanian 2001
PT. Pemeta Engineering System Consultant
0
10
20
30
40
50
%
1998
II - 23
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Nilai PDRB per kapita dan pendapatan per kapita Kalimantan Timur selama tahun 1997 - 2001 selalu mengalami peningkatan. Walaupun mengalami krisis ekonomi dan laju inflasi yang tinggi selama periode tersebut, pendapatan per kapita dan PDRB per kapita masih tetap naik. Akan tetapi, berdasarkan penelitian BPS Kalimantan Timur, perlu diperhatikan bahwa angka tersebut belum dapat menunjukkan pendapatan riil penduduk Kalimantan Timur secara keseluruhan. Angka pendapatan yang tinggi tersebut belum dikurangi dengan komponen pendapatan faktor netto dari luar Kalimantan Timur. Jika komponen
ini
diperhitungkan,
maka
diperkirakan
pendapatan
perkapita Kalimantan Timur akan jauh lebih rendah mengingat pendapatan yang keluar Kalimantan Timur jauh lebih besar daripada pendapatan yang masuk karena modal dan faktor produksi yang ada lebih banyak berasal dari luar daerah. TABEL II – 12 PDRB PERKAPITA DAN PENDAPATAN REGIONAL PERKAPITA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN DAN TANPA MIGAS TAHUN 1993, 1997 - 2001 (JUTA RUPIAH) No
Tahun
PDRB Perkapita Dengan Migas
Tanpa Migas
Pendapatan Regional Perkapita Dengan Migas
Tanpa Migas
1
1997
12,20
6,22
9,11
4,58
2
1998
22,39
9,68
17,05
7,27
3
1999
23,64
10,20
17,65
7,47
4
2000r
30,62
10,69
22,86
7,84
5
2001*
33,83
12,38
25,26
9,07
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2004 Keterangan : r) Angka revisi; *) Angka sementara
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 24
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
2.1.4 Prasarana Wilayah 2.1.4.1 Prasarana Transportasi
A. Kalimantan Timur Sistem transportasi Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas sistem transportasi darat, laut, dan udara.
Sistem transportasi darat
meliputi sistem transportasi jalan dan sungai. Tidak seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur dapat dilayani oleh angkutan darat, khususnya jalan raya. Oleh karenanya angkutan sungai, laut, dan udara menjadi bagian penting dalam menjangkau seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur, terutama yang tidak terjangkau oleh prasarana jalan. Secara umum sistem jaringan jalan Provinsi Kalimantan Timur dikelompokkan dalam 3 (tiga) poros utama, yaitu : 1. Poros Utara, yang menghubungkan : • Samarinda – Muara Badak – Bontang – Sangatta – Tanjung Redeb – Tanjung Selor • Sangatta – Sangkulirang 2. Poros Tengah, yang menghubungkan : •
Samarinda – Sebulu – Muara Kaman
•
Samarinda – Sanga-sanga – Muara Jawa – Samboja
•
Samarinda – Anggana
•
Samarinda – Tenggarong – Kota Bangun – Melak
3. Poros Selatan, yang menghubungkan : •
Samarinda – Balikpapan – Penajam – Kuaro – Batu Aji
•
Kuaro – Tanah Grogot – Kerang Dayu
•
Samarinda – Km 38 Samboja – Petung – Kuaro
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 25
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Jalan lintas Timur Kalimantan Timur menghubungkan jalur Malinau – Tanjung Selor – Tanjung Redeb – Sangatta – Bontang – Samarinda – Balikpapan – Tanah Grogot – hingga perbatasan Kalimantan Selatan. Hingga tahun 2001, transportasi darat di Provinsi Kalimantan Timur berupa jalan sepanjang 8.189,78 km, terdiri atas jalan negara sepanjang
1.226,21km
(14,97%),
jalan
Provinsi
sepanjang
1.762,07 km (21,52%), dan jalan kabupaten/kota sepanjang 5.201,10 km (63,51%). Ketersediaan jaringan jalan di Kalimantan Timur relatif masih terbatas, dengan rasio panjang jalan terhadap luas wilayah mencapai 50 km/1.000 km2. Belum selesainya pembangunan jalan lintas
Kalimantan mengakibatkan belum
seluruh ibukota kabupaten terlayani oleh jaringan jalan yang memadai, terutama Kabupaten Malinau, Nunukan, dan Kutai Barat. Wilayah Selatan Kalimantan Timur relatif telah terlayani oleh jaringan jalan yang memadai, sedang wilayah Tengah dan Utara masih sangat terbatas. Ditinjau dari kondisi permukaan jalan, jalan negara yang memiliki kondisi baik mencapai 93,36% dimana 65,36% berupa jalan aspal. Jalan Provinsi yang memiliki kondisi baik baru mencapai 52,63%, dimana 45,04% masih berupa jalan tanah.
Sedang jalan
kabupaten/kota yang berada dalam kondisi baik baru mencapai 23,60%, dimana 41,60% merupakan jalan tanah. Kabupaten Berau, Bulungan, dan Pasir, merupakan daerah dimana kondisi permukaan jalan yang baik mencapai kurang dari 32%. Kualitas jalan yang belum memadai disebabkan, antara lain, kondisi struktur tanah di Provinsi Kalimantan Timur yang cenderung labil dan rawan terhadap longsor. Selain itu, besarnya jumlah sarana angkutan pertambangan dan kehutanan yang menggunakan jalan umum mengakibatkan kondisi jalan mudah mengalami kerusakan. PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 26
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 13 PANJANG JALAN MENURUT STATUS DAN KONDISI JALAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2001 (Km) No
Status Jalan (Km)
Kabupaten/Kota
Kondisi Baik (Km)
Negara
Provinsi Kab./Kota Negara
Provinsi Kab./Kota
274,33
231,20
1.367,00
264,84
172,20
149,90
-
300,18
-
-
140,39
-
1
Kab. Pasir
2
Kab. Kutai Barat
3
Kab. Kutai Kartanegara
430,98
421,77
1.085,70
362,52
276,69
180,10
4
Kab. Kutai Timur
380,84
241,00
-
380,84
20,00
-
5
Kab. Berau
72,19
228,60
983,90
72,19
93,10
120,10
6
Kab. Malinau
-
-
-
-
-
-
7
Kab. Bulungan
-
134,00
995,10
-
77,00
225,80
8
Kab. Nunukan
-
-
-
-
-
-
9
Kota Balikpapan
33,74
70,17
260,30
30,22
70,17
221,60
10
Kota Samarinda
34,13
135,15
330,60
34,13
77,82
217,10
11
Kota Tarakan
-
-
148,40
-
-
89,00
12
Kota Bontang
-
-
30,10
-
-
24,10
Jumlah
1.226,21
1.762,07 5.201,10 1.144,74 927,37
1.227,70
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur, 2004
TABEL II – 14 PANJANG JALAN MENURUT STATUS DAN JENIS PERMUKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2002 (Km) No
Jenis Permukaan (km)
Status Jalan
Prosentase (%)
Aspal
Aggregat
Tanah
Jumlah
Aspal Aggregat Tanah
1
Jalan Nasional
801,45
424,76
0,00
1.226,21
65,36
34,64
0,00
2
Jalan Provinsi
422,03
424,30
693,74
1.540,07
27,40
27,55
45,05
3
Jalan Kabupaten
1.402,09
1.402,03
1.997,39
4.801,50
29,20
29,20
41,60
4
Jalan Non Status
80,60
174,42
1.869,71
2.124,73
3,79
8,21
88,00
25,02
47,06
Jumlah
Prosentase (%)
2.706,17 2.425,51 4.560,84 9.692,51 27,92
27,92
25,02
47,06
100,00
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur, 2004
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 27
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas antara Kota Balikpapan, Samarinda, Bontang, dan Sangatta, sebagai pusat kegiatan ekonomi, direncanakan pembangunan highway sepanjang lebih dari 162,153 km, terdiri atas ruas Balikpapan – Samarinda sepanjang 78,278 km; ruas Samarinda - Bontang sepanjang 83,875 km; dan ruas Bontang - Sangatta. Pembangunan jalan Trans-Kalimantan dilanjutkan dengan rencana jalan Poros Utara meliputi : •
Ruas jalan yang menghubungkan Malinau – Long Nawang – Long Pahangai – Tiong Ohong – hingga batas Provinsi Kalimantan Barat.
•
Ruas jalan perbatasan yang menghubungkan Malinau – Mensalong – Salang – Simanggaris dan Simpang Simanggaris – hingga perbatasan negara/Serudong, Ruas jalan Malinau – Tau Lumbis dan Malinau – Long Semamu – Long Midang.
Sungai
yang dimanfatkan sebagai prasarana transportasi di
Provinsi Kalimantan Timur meliputi Sungai Mahakam, Sungai Kandilo, Sungai Telake, Sungai Segah, Sungai Kelay, Sungai Kayan, Sungai Sesayap, dan Sungai Sembakung.
Sungai Mahakam
merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Kalimantan Timur, memiliki panjang 920 Km dan dapat digunakan untuk tranportasi sungai hingga sejauh 823 km. Di beberapa alur sungai tidak dapat dimanfaatkan
secara
optimal
sepanjang
tahun
oleh
karena
penurunan ketinggian air sungai akibat musim kemarau. Untuk mendukung transportasi sungai, tersedia 56 (limapuluh enam) buah dermaga sungai.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 28
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 15 JUMLAH DERMAGA SUNGAI DAN PENYEBERANGAN DI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2001 Kabupaten/Kota
No
Dermaga
Sungai/Teluk/Selat
Jumlah
Sungai Mahakam
5
Kondisi
Kota Samarinda 1
2
Mahakam Hilir
Mahakam Hulu
Sungai Mahakam
5
Rusak : 2 Baik
:3
Baik
:3
Sedang : 1 Rusak : 1 3
Harapan Baru
Sungai Mahakam
3
Baik
:1
Sedang : 2 4
Samarinda Seberang
Sungai Mahakam
2
Baik
:1
Sedang : 1
Kabupaten Kutai Kertanegara 5
Loa Janan
Sungai Mahakam
1
Baik
6
Melayu
Sungai Mahakam
1
Baik
7
Tepian Pandan
Sungai Mahakam
1
Baik
8
Muara Kaman
Sungai Mahakam
1
Baik
9
Muara Muntai
Sungai Mahakam
1
Baik
10
Handil II
Sungai Mahakam
1
Baik
11
Muara Muntai
Sungai Mahakam
1
Baik
12
Handil II
Sungai Mahakam
1
Baik
13
Sungai Meriam
Sungai Mahakam
1
Baik
14
Kota Bangun
Sungai Mahakam
1
Rusak
Kabupaten Kutai Timur 15
Muara Ancalong
Sungai Kedang Kepala
1
Baik
16
Muara Wahau
Sungai Kedang Kepala
1
Baik
Kabupaten Kutai Barat 17
Melak
Sungai Mahakam
1
Baik
18
Tering
Sungai Mahakam
1
Baik
19
Long Iram
Sungai Mahakam
1
Baik
20
Long Bangun
Sungai Mahakam
1
Baik
21
Muara Pahu
Sungai Mahakam
1
Baik
Rusak
Kota Balikpapan 22
Kampung Baru
Teluk Balikpapan
1
23
Pelb. Penyeberangan Somber
Teluk Balikpapan
1
Baik
24
Pelb. Penyeberangan Kaliangau
Teluk Balikpapan
1
Baik
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 29
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Kabupaten/Kota
No
Dermaga
Sungai/Teluk/Selat
Jumlah
Kondisi
1
Baik
Kabupaten Penajam Paser Utara 25
Penajam
Teluk Balikpapan
26
Pelb. Penyeberangan Penajam
Teluk Balikpapan
1
Baik
27
Tanah Grogot
Sungai Kandilo
1
Baik
Kota Tarakan 28
Dermaga Tengkayu
Teluk Tarakan
1
Baik
29
Dermaga Perikanan
Teluk Tarakan
1
Baik
30
Dermaga Beringin
Teluk Tarakan
1
Baik
Sungai Kayan
1
Baik
Kabupaten Bulungan 31
Tanjung Selor
32
Semakawir
Sungai Kayan
1
Baik
33
Ancam
Sungai Ancam
1
Baik
Sungai Segah
1
Rusak
Kabupaten Berau 34
Pasar Lama
35
Pasar Inpres/Gayam
Sungai Kelay
1
Baik
36
Pulau Derawan
Sungai Segah
1
Baik
37
Teluk Bayur
Sungai Segah
1
Baik
38
Tanjung Redeb
Sungai Berau
1
Baik
Kabupaten Malinau 39
Malinau/Pemkab
Sungai Sesayap
1
Baik
40
Atap/Sembakung
Sungai Sembakung
1
Baik
Kabupaten Nunukan 41
Pelabuhan Laut
Selat Makasar
1
Baik
42
PT. Yamaker
Selat Makasar
1
Baik
43
Sungai Nyamuk
Selat Makasar
1
Baik
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur, 2004
Angkutan penyeberangan antar pulau di Kalimantan Timur masih terbatas. Saat ini trayek penyeberangan yang ada baru melayani jalur Balikpapan – Penajam dan Balikpapan – Mamuju, Sulawesi Selatan. Trayek yang akan dikembangkan adalah jalur Tarakan – Toli-toli, Sulawesi Tengah.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 30
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Transportasi laut di Provinsi Kalimantan Timur dikembangkan untuk melayani angkutan antar wilayah dalam Provinsi Kalimantan Timur, antar wilayah Provinsi, dan internasional.
Saat ini terdapat 32
(tigapuluh dua) buah pelabuhan, terdiri atas : a. Limabelas (15) buah pelabuhan umum, yaitu pelabuhan yang diselenggarakan Berdasarkan
untuk
statusnya,
kepentingan pelabuhan
masyarakat
umum
dibagi
umum. menjadi
pelabuhan yang diusahakan, yaitu pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo dan pelabuhan yang tidak diusahakan, yaitu pelabuhan yang dikelola oleh UPT Kantor Pelabuhan. Pelabuhan umum di Provinsi Kalimantan Timur meliputi : •
4 (empat) buah pelabuhan yang diusahakan
•
11 (sebelas) buah pelabuhan yang tidak diusahakan
b. Tujuhbelas (17) pelabuhan khusus, yaitu pelabuhan yang dikelola
untuk
kepentingan
kegiatan
tertentu,
misalnya
pelabuhan migas, pelabuhan perikanan, dan sebagainya. Angkutan laut di Provinsi Kalimantan Timur memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam melayani angkutan barang, baik angkutan barang antarpulau (interinsuler) maupun angkutan barang internasional (ekspor-impor).
Dalam konstelasi nasional,
peranan Kalimantan Timur dalam angkutan laut, khususnya angkutan barang cukup penting dan strategis. Transportasi udara memegang peranan yang cukup penting dalam menghubungkan wilayah di Kalimantan Timur, terutama wilayah yang tidak terjangkau jaringan jalan darat, sungai, dan laut. Saat ini terdapat 70 (tujuh puluh) bandar udara dan bandar udara perintis (airstrips) di Provinsi Kalimantan Timur, meliputi :
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 31
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 16 PELABUHAN UMUM DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No
Pelabuhan
Kabupaten/Kota
Kelas
Pengelola
1
Balikpapan
Kota Balikpapan
III
PT Pelindo IV
2
Samarinda
Kota Samarinda
III
PT Pelindo IV
3
Tarakan
Kota Tarakan
IV
PT Pelindo IV
4
Nunukan
Kab. Nunukan
V
PT Pelindo IV
5
Sungai Nyamuk
Kab. Nunukan
V
UPT
6
Tanjung Selor
Kab. Bulungan
V
UPT
7
Tanjung Redeb
Kab. Berau
V
UPT
8
Pulau Bunyu
Kab. Bulungan
V
UPT
9
Sangkulirang
Kab. Kutai Timur
V
UPT
10
Sangatta
Kab. Kutai Timur
IV
UPT
11
Lhok Tuan
Kota Bontang
III
UPT
12
Tanjung Laut
Kota Bontang
III
UPT
13
Tanjung Santan
Kota Bontang
IV
UPT
14
Samboja
Kab. Kutai Kertanegara
V
UPT
15
Tanah Grogot
Kab. Pasir
IV
UPT
Sumber : Dinas Perhubungan Laut Dan Udara Provinsi Kalimantan Timur, 2004
1.
Sebelas (11) buah Bandar Udara Umum, meliputi : • Satu (1) buah bandar udara yang dikelola PT Angkasa Pura, yaitu bandar udara Sepinggan - Balikpapan • Sepuluh (10) buah bandar udara dikelola UPT Ditjen Perhubungan
Udara,
yaitu
bandar
udara
Temindung
(Samarinda), Juata (Tarakan), Nunukan, Yuvai Semaring (Long Bawan), Tanjung Harapan (Tanjung Selor), Kalimarau (Tanjung Redeb), Long Apung, Datah Dawai, Melak, dan Malinau.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 32
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
2.
Lima (5) buah bandar udara khusus, meliputi bandar udara Bontang, Sakimah, Muara Badak, Tanjung Bara, dan Tanjung Santan.
3.
Limapuluh Empat (54) buah airstrips
Bandar udara Sepinggan di Balikpapan merupakan bandar udara terbesar di Kalimantan Timur yang melayani penerbangan domestik dan internasional. Sebagai salah satu pintu gerbang internasional, bandar udara Sepinggan memiliki peran yang penting dan strategis dalam mendukung berbagai kegiatan sektor pembangunan di Kalimantan Timur.
Bandar udara ini memiliki panjang landasan
2.500 meter dan dapat didarati oleh pesawat jenis DC 10A-300. Bandar udara Juata di Tarakan menjadi pintu gerbang Kalimantan Timur bagian Utara, dengan panjang landasan 1.850 meter dan dapat didarati pesawat jenis Boeing 737. Penggunaan
lalu
lintas
udara
sebagai
sarana
transportasi
penumpang dan barang semakin meningkat dari tahun ke tahun, ditandai dengan semakin banyaknya jumlah penumpang dan barang yang datang dan diberangkatkan dari setiap pelabuhan udara selama periode 1997 - 2001.
B. Kalimantan Selatan Sistem transportasi Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas sistem transportasi darat, laut, dan udara. Seperti umumnya Provinsi lain di Kalimantan, transportasi sungai memegang peranan yang penting dalam menghubungkan pusat-pusat produksi dan distribusi di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya untuk menjangkau daerah-daerah yang belum dilayani jaringan jalan.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 33
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 17 LALU LINTAS ANGKUTAN UDARA MENURUT PELABUHAN UDARA TAHUN 2001 No
Pelabuhan Udara
Penerbangan (Pesawat)
Penumpang (Orang)
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Barang (Kg) Muat
Bongkar
1
Sepinggan, Balikpapan
13.800
13.791
474.374
448.427
5.467.311
9.104.872
2
Temindung, Samarinda
2.728
2.733
33.543
34.146
469.125
228.388
3
Juata, Tarakan
2.707
2.697
53.839
50.609
432.890
441.485
4
Kalimarau, Berau
1.834
1.767
30.471
29.349
99.697
147.645
5
Nunukan
293
293
1.662
1.529
4.484
4.087
6
Tj. Harapan, Bulungan
767
767
4.539
4.607
16.572
59.053
22.129
22.048
598.428
568.667
Jumlah
6.490.079 9.985.530
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2004
Ada dua belas simpul penting dalam sistem jaringan transportasi yang melayani perhubungan di Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi di sekitarnya, yaitu: 1.
Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, sebagai simpul pelayanan nusantara dan samudera (ekspor impor).
2.
Pelabuhan Batulicin di Kabupaten Kotabaru, sebagai simpul pelabuhan nusantara dan samudera (ekspor impor).
3.
Pelabuhan Mekarputih di Kabupaten Kotabaru, dikembangkan sebagai pelabuhan ekspor batubara.
4.
Pelabuhan Kotabaru di Kabupaten Kotabaru, dikembangkan sebagai pelabuhan nusantara.
5.
Pelabuhan Martapura Baru Banjarmasin, berfungsi sebagai simpul pelabuhan lokal/pelabuhan rakyat.
6.
Angkutan sungai dan penyeberangan yang menghubungkan Banjarmasin dengan Provinsi Kalimantan Tengah serta kotakota kecil di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 34
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
7.
Kalua, sebagai simpul kota transit yang menghubungkan transportasi
darat
Banjarmasin
-
Amuntai
-
Muara
Teweh/Buntok. 8.
Tanjung, sebagai simpul kota transit transportasi darat yang menghubungkan dengan
Balikpapan
Banjarmasin,
dan
(Provinsi
Kalimantan
Balikpapan
Timur)
dengan
Muara
darat
yang
Teweh/Buntok. 9.
Batulicin,
sebagai
simpul
transporasi
menghubungkan kota-kota di Provinsi Kalimantan Selatan dengan Tanah Grogot di Provinsi Kalimantan Timur, dan transit transportasi laut dari Surabaya dan Makasar. 10. Kandangan, sebagai simpul transportasi antar sub regional dengan Batulicin. 11. Margasari, sebagai simpul transportasi darat Banjarmasin – Marabahan - Negara/Rantau/Kandangan hingga ke Tamiyang Layang di Provinsi Kalimantan Tengah yang diintegrasikan sebagai simpul transportasi sungai untuk angkutan batubara, serta hasil perkebunan pertanian transmigrasi. 12. Lapangan Udara
Warukin dan Batulicin sebagai
simpul
transportasi penerbangan perintis antar lapangan udara di Provinsi
Kalimantan
Selatan,
Kalimantan
Tengah,
dan
Kalimantan Timur. Pengembangan sistem jaringan jalan raya di Provinsi Kalimantan Selatan
diarahkan
untuk
meningkatkan
aksesibilitas
daerah
pedalaman, peningkatan aksesibilitas antar wilayah pengembangan, dan untuk mendukung pengembangan kawasan strategis dan sentra produksi. Konsep pengembangan sistem jaringan jalan raya di Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 35
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
a.
Peningkatan ruas jalan penghubung Kandangan - Batulicin, dengan tujuan : • Mempermudah aksesibilitas antara Wilayah Pembangunan (WP) Benua Lima dan Tanah Bumbu. • Meningkatkan
aksesibilitas
wilayah
pedalaman/kawasan
transmigrasi yang terletak di sepanjang jalan tersebut. • Menghubungkan pantai Timur Kalimantan Selatan dengan Lembah Barito. • Memungkinkan dibukanya pusat-pusat produksi dengan adanya Pelabuhan Batulicin. b.
Peningkatan ruas jalan penghubung Batulicin - Sengayam (ke arah Tanah Grogot di Provinsi Kalimantan Timur) sebagai bagian dari Trans-Kalimantan dan perpanjangan Koridor Banjarmasin - Batulicin.
c.
Pengembangan jalan akses ke pedalaman yang berpangkal di koridor Batulicin -Sengayam. Untuk meningkatkan akses ke arah pusat permukiman yang terdapat di daerah pedalaman dengan koridor tersebut, diusulkan pengembangan jalan berikut: • Jalan yang berujung di Bakau. • Jalan yang berujung di Sungai Durian. • Jalan yang berujung di Gunung Batu Besar hingga Tanjung Semalantakan. • Jalan yang berujung di Hampang. • Jalan yang berujung di Tanjung Batu hingga Pudi. • Jalan yang berujung di Pantai.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 36
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
d.
Ruas jalan antara Marahaban - Margasari - Rantau, dan Amrahaban - Margasari - Negara hingga ke Kandangan dan Alabio-Amuntai; dihubungkan dengan pengembangan jalan Marahaban - Kuripan - Tamiyang Layang dan MargasariKuripan-Tamiyang Layang; yang dihubungkan juga dengan Trans-Kalimantan
bagian
Tengah.
Pengembangan
akses
tersebut juga ditunjang dengan pembangunan jembatan yang menghubungkan Marahaban dengan Cerbon serta jalan Sungai Mandala - Sungai Buluh. e.
Ruas jalan lingkar Barat Banjarmasin dari dan ke Pelabuhan Trisakti hingga jalan Trans Kalimantan di Barito Kuala.
f.
Ruas jalan Kotabaru - Pelabuhan Mekar Putih dan akses dari Tanjung Seloka untuk mendukung pengembangan Pelabuhan Batubara Mekar Putih.
g.
Peningkatan ruas jalan Anjir Pasar - Belawang - Marahaban, untuk meningkatkan akses ke Kota Marahaban dan Kota Banjarmasin dengan Trans-Kalimantan bagian Selatan.
h.
Jalan lingkar dari Simpang Empat - Pengaron - Karang Intan Cempaka - Liang Anggang - Trisakti dan Jalan Simpang Empat - Asatambul - Sungai Tabuk -Banjarmasin (Gatot Subroto), yang
bersimpangan
menghindari
dengan
jalan
lingkar
hambatan perjalanan dari
Utara
Banua
untuk
Lima ke
Banjarmasin atau sebaliknya yang diakibatkan erosi tepi sungai dan padatnya pemukiman tepi jalan di daerah Martapura Astambul - Simpang Empat, serta untuk mengantisipasi kepadatan arus lalu lintas pada ruas jalan Martapura Banjarbaru - Banjarmasin. i.
Jalan lingkar Utara Banjarmasin untuk mengurangi beban jalan di
Banjarmasin
PT. Pemeta Engineering System Consultant
dengan
lancarnya
transportasi
Trans
II - 37
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Kalimantan yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. j.
Jalan lingkar Utara Pelaihari, mulai dari Kecamatan Tambang Ulang hingga ke Kecamatan Batu Ampar untuk mengurangi beban dan kepadatan jalan, dan menarik perkembangan Kota Pelaihari ke arah Timur.
k.
Jalan di sepanjang pesisir sungai yang menghubungkan Kecamatan Tabunganen - Tamban-Anjir Muara hingga ke jalur Trans-Kalimantan untuk membuka akses kawasan yang relatif tertinggal, dan mengendalikan konversi lahan di sepanjang tepi sungai.
l.
Pengembangan jalan lingkar Timur Barabai.
m. Pembangunan dan peningkatan jalan lingkar Pulau Laut. n.
Pembangunan dan peningkatan jalan Kota Batulicin.
Selain
pengembangan
jalan
darat,
juga
direncanakan
pengembangan jalur kereta api Trans-Kalimantan (Trans Borneo
Railway) yang menghubungkan wilayah Brunei Darussalam, Malaysia, dan Indonesia. Pengembangan jalur kereta api di Provinsi Kalimantan Selatan direncanakan melintas sejajar dengan ruas jalan penghubung Banjarmasin - Tanjung hingga perbatasan Provinsi
Kalimantan
Selatan
-
Kalimantan
Timur.
Rencana
pengembangan anak cabang jalur kereta api dilakukan untuk menghubungkan Banjarmasin dengan Pelaihari, Asam-Asam, Satui, Pagatan, dan Batulicin. Sungai-sungai di Provinsi Kalimantan Selatan yang dapat dilayari antara lain Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Tabalong, Sungai Alalak, Sungai Martapura, dan Sungai Balangan. Pengembangan transportasi sungai meliputi pemanfaatan jaringan sungai yang ada
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 38
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
saat ini, penyediaan sarana dan prasarana penunjang, serta pengamanan alur pelayanan sungai. Rencana pengembangan transportasi sungai di Provinsi Kalimantan Selatan meliputi: • Peningkatan kondisi fisik Anjir Tamban, Serapat, Talaran sehingga memiliki navigability yang sama dengan muara anjiranjir tersebut di Sungai Barito dan Kapuas. • Peningkatan
terminal
Banjarmasin,
Maranahan,
Margasari,
Negara, Amuntai dan Alabio. Prasarana
perhubungan
laut
yang
berperan
penting
dalam
pelayaran nasional dan samudera di Provinsi Kalimanan Selatan adalah :
Pelabuhan Trisakti. Fungsinya tetap dipertahankan sebagai pelabuhan
laut
utama
khususnya
pelayaran
untuk
barang
nusantara.
dan
penumpang,
Pelabuhan
Banjarmasin
(Trisakti dan Martapura Baru) direncanakan untuk melayani Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tapin, Tanah Laut, Barito Utara, Barito Selatan dan Kapuas.
Pelabuhan Batulicin. Fungsinya ditingkatkan sebagai pelabuhan samudra,
khususnya
untuk
melayani
angkutan
barang.
Pelabuhan ini direncanakan melayani Kabupaten Kotabaru, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Barito Utara dan Barito Selatan, dan sebagian Kalimantan Timur bagian Selatan. Pelabuhan ini juga berfungsi sebagai
pelabuhan
penyeberangan
dengan
Pulau
Laut
(Tanjung Serdang).
Pelabuhan
Kotabaru,
berfungsi
melayani
penyeberangan
dengan Batulicin dan pelayaran antar pulau atau nasional.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 39
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Pelabuhan Mekar Putih, merupakan pelabuhan baru yang berfungsi sebagai pelabuhan batubara, khususnya untuk ekspor ke luar Provinsi Kalimantan Selatan.
Pelabuhan Martapura Baru yang berperan penting dalam menunjang perekonomian daerah, khususnya dalam pelayaran antar pulau dan nusantara dengan menggunakan kapal pinisi/kapal kayu.
Untuk meningkatkan pelayanan transportasi laut di Provinsi Kalimantan Selatan, diajukan rencana pengembangan, sebagai berikut : −
Pembuatan alur baru muara Sungai Barito sehingga Pelabuhan Trisakti dapat dilayari selama 24 jam (saat ini hanya 4-6 jam/hari) dengan bobot kapal; yang bersandar mencapai 10.000 DWT (selama ini hanya 3.500 – 4.000 DWT).
−
Penataan Wilayah Kerja dan Wilayah Kepentingan pelabuhan yang dapat mengamankan proses pengembangan pelabuhan.
−
Peningkatan prasarana Pelabuhan Batulicin secara bertahap, khususnya untuk melayani pelayaran samudra. Untuk melayani kebutuhan penyeberangan Batulicin -
Tanjung
Serdang,
dilakukan pemantapan fasilitas yang ada. −
Pembangunan prasarana Pelabuhan Mekar Putih, khususnya dalam rangka mendukung proses pengolahan dan pemuatan batubara
−
Pembukaan outlet baru dermaga ekspor batubara melalui perencanaan terpadu.
Untuk
menunjang
memerlukan
pengembangan
dukungan
transportasi
investasi yang
swasta
yang
memadai,
maka
pengembangan lapangan udara menjadi prioritas utama. PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 40
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Beberapa
lapangan
udara
yang
dikembangkan
antara
lain
Lapangan Udara Warukin di Tanjung, Lapangan Udara Batulicin dan Lapangan Udara Stagen di Kotabaru. Selain itu, Bandara Syamsudin Noor dikembangkan sebagai bandara internasional di Provinsi Kalimantan Selatan. Pengelolaan Lapangan Udara Warukin telah diserahkan oleh Pertamina kepada Pemda Kabupaten Tabalong. Dengan demikian perlu
ada
pengaktifan
kembali
melalui
pembukaan
jalur
penerbangan reguler perintis antar lapangan udara di Kalimantan Selatan dengan kota-kota di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Pengembangan Lapangan Udara Batulicin direncanakan agar dapat didarati pesawat F-27 guna menunjang pengembangan Kapet Batulicin. Sedangkan Lapangan Udara Stagen tetap berfungsi untuk melayani angkutan carter dan penerbangan reguler perintis. 2.1.4.2 Air Bersih dan Listrik
A. Kalimantan Timur Kebutuhan air bersih penduduk Kalimantan Timur pada tahun 2001 dilayani oleh 12 perusahaan, meningkat dibandingkan tahun 2000 yang hanya dilayani 9 perusahaan. Kapasitas produksi menalami peningkatan karena adanya sumber-sumber air baru yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Sumber air utama untuk penyediaan air sbersih pada tahun 2001 adalah dari sungai (11 sungai) dan air tanah (4 sumber). Konsumen terbesar dari produksi air bersih pada tahun 2001 adalah rumah
tangga
yang
jumlahnya
mengalami
peningkatan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, yang perlu mendapat perhatian adalah besarnya jumlah penyusutan selama proses distribusi yang semakin meningkat. Pada tahun 2001, jumlah penyusutan mencapai 36% dari jumlah air minum yang
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 41
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
disalurkan
kepada
konsumen,
atau
mengalami
peningkatan
dibandingkan tahun 2000 yaitu sebesar 25%. Besarnya jumlah penyusutan menandakan kurangnya efisiensi selama
proses
distribusi.
Ketidakefisienan
tersebut
dapat
disebabkan berbagai hal, antara lain kebocoran pada pipa-pipa distribusi. Seperti halnya air bersih, tingkat produksi listrik di Kalimantan Timur pada tahun 2001 juga mengalami peningkatan. Produksi mengalami
peningkatan
sebesar
20%
dibandingkan
dengan
produksi pada tahun 2000, sementara penjualan meningkat sebesar 7%. Penyusutan juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, jumlah penyusutan hanya mencapai 5%, sementara pada tahun 2001 mencapai 14% atau meningkat hampir 3 kali lipat. Jumlah pengguna listrik terbesar pada tahun 2001 adalah rumah tangga, diikuti oleh usaha. Keduanya mengalami peningkatan sebesar berturut-turut 5% dan 8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebaliknya, pengguna listrik sektor industri dan pengguna umum mengalami penurunan masing-masing sebesar 8% dibandingkan dengan tahun 2000.
B. Kalimatan Selatan Pengembangan pelayanan prasarana listrik di Provinsi Kalimantan Selatan ditujukan untuk mengimbangi perkembangan jumlah konsumen di kota dan perkembangan kawasan industri. Untuk mewujudkan arahan tersebut, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi dalam pengembangan PLTA, PLTU, dan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro.
Hal
ini
ditunjang
dengan
melimpahnya
cadangan batubara dan banyaknya sungai besar yang potensial untuk digunakan sebagai sarana pembangkit listrik. Sistem jaringan listrik direncanakan akan dilakukan melalui interkoneksi dengan
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 42
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
sistem di Provinsi Kalimantan Timur untuk menambah pasokan daya
listrik.
Rencana
pembangunan
pembangkit
listrik
di
Kalimantan Selatan adalah P LTA Kusan, P LTU Asam-asam, dan Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Pada tahun 2003, jumlah pengguna listrik di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2000. Jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik dari PLN pada tahun 2003 tercatat sebanyak 531.811 KK dari 424.710 KK pada tahun 2000. Jumlah pelanggan listrik non PLN juga mengalami peningkatan dari 10.104 KK pada tahun 2000 menjadi 21.514 KK pada tahun 2003. TABEL II – 18 BANYAKNYA AIR MINUM YANG DISALURKAN PERUSAHAAN AIR MINUM MENURUT JENIS KONSUMEN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2000 - 2001 No
Jenis Konsumen
2000
2001
34.211
35.921
1
Rumah tempat tinggal
2
Hotel/obyek wisata
689
723
3
Badan sosial dan rumah sakit
539
566
4
Tempat peribadatan
720
756
5
Umum
609
639
6
Pertokoan dan industri
3.115
3.271
7
Instansi pemerintah
951
998
8
Lain-lain
138
145
9
Susut
13.451
24.515
54.423
67.534
Jumlah Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2004
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 43
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 19 PROFIL PRODUKSI LISTRIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2000 - 2001 No
Komponen
2000
2001
1
Produksi (MWH)
1.004.777
1.208.721
2
Terpasang (MW)
284.724
296.893
3
Terjual (MWH)
931.408
997.888
4
Dipakai sendiri (MWH)
27.338
47.439
5
Susut (MWH)
46.031
163.395
Sumber : Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah VI Banjarbaru, 2004
TABEL II – 20 PELANGGAN LISTRIK MENURUT JENIS DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2000 - 2001 No
Jenis Pelanggan
2000
2001
1
Rumah tangga
336.696
351.908
2
Usaha
21.795
23.633
3
Industri
245
226
4
Umum
9.862
9.092
368.598
384.859
Jumlah
Sumber : Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah VI Banjarbaru, 2004
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 44
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 21 PELANGGAN LISTRIK MENURUT JENIS DAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2000 - 2003 No
Kabupaten/Kota
Pelanggan PLN (KK)
Pelanggan Non PLN (KK)
2000
2003
2000
2003
1
Tanah Laut
26.556
38.308
1.088
380
2
Kota Baru
34.290
47.204
6.667
15.045
3
Banjar
56.843
77.785
363
1.976
4
Barito Kuala
29.750
36.784
22
80
5
Tapin
23.453
25.097
85
1.157
6
Hulu Sungai Selatan
26.812
36.445
154
821
7
Hulu Sungai Tengah
39.278
42.889
79
473
8
Hulu Sungai Utara
45.795
52.251
268
407
9
Tabalong
26.820
32.514
1.155
438
10 Banjarmasin
115.113
113.347
223
737
0
29.187
0
0
424.710
531.811
10.104
21.514
11 Banjarbaru Jumlah
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2004
2.2
ARAHAN KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH
2.2.1 Arahan Rencana Tata Ruang Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengatur struktur dan pola pemanfaatan
ruang
nasional,
serta
memberikan
arahan
pengembangan beserta kriteria pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya, dan kawasan tertentu. PP Nomor 47 Tahun 1997 mengatur hal-hal berikut bagi Provinsi Kalimantan Timur:
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 45
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 22 PERKEMBANGAN KALIMANTAN TIMUR
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 46
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 23 PERKEMBANGAN KALIMANTAN SELATAN
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 47
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
•
Terdapat 4 (empat) kawasan andalan di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu kawasan Balikpapan-Samarinda dan sekitarnya, Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya, Kawasan Tarakan dan sekitarnya, serta Kawasan Tanah Grogot dan sekitarnya.
•
Kota Balikpapan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Selain itu ditetapkan pula 2 (dua) Pusat Kegiatan Wilayah, yaitu Samarinda dan Tarakan; serta 13 (tigabelas) Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
•
Kawasan Tertentu ditetapkan di Kawasan Bontang dan Kawasan Nunukan sebagai kawasan dengan potensi pertumbuhan, dan kawasan perbatasan Kalimantan – Sarawak (Malaysia).
•
Pelabuhan
Balikpapan,
Samarinda,
dan
Nunukan
ditetapkan
sebagai pelabuhan utama tersier; pelabuhan Tarakan sebagai pelabuhan pengumpan regional; dan pelabuhan Sangkulirang sebagai pelabuhan pengumpan lokal. •
Bandar udara Balikpapan ditetapkan sebagai pusat penyebaran primer, bandar udara Tarakan sebagai pusat penyebaran sekunder, dan bandar udara Samarinda sebagai pusat penyebaran tersier.
Di Provinsi Kalimantan Selatan, dalam RTRWN ditetapkan tiga kawasan andalan yaitu : 1. Kawasan andalan Kandangan dan sekitarnya Kawasan Kandangan dan sekitarnya termasuk dalam WP Banua Lima yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar, meliputi Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin dan Tabalong, dengan Kota Kadangan sebagai pusatnya. Sektor unggulan yang dikembangkan di kawasan ini adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan pertambangan batu bara dan minyak bumi.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 48
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 24 KAWASAN ANDALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR YANG DITETAPKAN PP NO. 47/1997 TENTANG RTRW NASIONAL No
Provinsi/ Kawasan Darat
Kawasan Laut Yang Terkait
DAS Yang Melayani
Balikpapan Samarinda Bontang Tenggarong Kotabangun Marangkayu
PKN PKW PKL PKL PKL PKL
S. Mahakam
Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya Sektor Unggulan : - Kehutanan - Industri - Pertambangan
Tj. Redeb Tj. Selor Tj. Palar Tj. Santan Sangkurilang Muarawahau
PKL PKL PKL PKL PKL PKL
S. Berau
3
Kawasan Tarakan dan sekitarnya Sektor Unggulan : - Kehutanan - Industri - Pertanian tanaman pangan - Perikanan
Tarakan Nunukan
PKW PKL
S. Sesayap
4
Kawasan Tanah Grogot dan sekitarnya Sektor Unggulan : - Industri - Pertanian tanaman pangan - Perikanan
Tanah Grogot Muara Taloke
PKL PKL
S. Kendito
1
Kawasan BalikpapanSamarinda dan sekitarnya Sektor Unggulan : - Perkebunan - Kehutanan - Industri - Pertambangan - Perikanan - Pariwisata
2
Kawasan laut Bontang dan sekitarnya Sektor Unggulan : Perikanan Pertambangan Pariwisata Kota Orientasi : Balikpapan
Kota Dalam Fungsi Kota Kaw. Darat Nas.
Sumber : Lampiran PP Nomor 47/1997, 2004
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 49
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
GAMBAR 2.6 PETA SISTEM KOTA – KOTA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 50
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
GAMBAR 2.7 PETA SISTEM KOTA – KOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 51
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
2. Kawasan andalan Batulicin dan sekitarnya Termasuk ke dalam WP Tanah Bumbu yang meliputi Kabupaten Kotabaru,
dengan
konsep
pengembangan
Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin. Sektor yang menjadi unggulan di kawasan ini adalah sektor perkebunan, kehutanan, industri manufaktur, dan pertambangan batu bara. 3. Kawasan andalan Banjarmasin dan sekitarnya Kawasan Andalan Banjarmasin termasuk ke dalam pengembangan WP Kayu Tangi dengan konsep pengembangan kawasan perkotaan Banjarmasin Raya, meliputi Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut dan Barito Kuala. Kawasan ini dikembangkan sebagai kawasan jasa pelayanan sosial dan komersial, perumahan perkotaan, industri dan perhubungan. Kawasan ini ditunjang oleh pengembangan sektor jasa, pertanian tanaman
pangan,
dan
industri
manufaktur
sebagai
sektor
unggulan. Berkaitan dengan penetapan kawasan andalan, di Provinsi Kalimantan Timur lebih lanjut dikembangkan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) Sasamba. Kapet Sasamba (Samarinda - Sangasanga - Muara Jawa Balikpapan) ini merupakan salah satu pusat pertumbuhan Kawasan Timur Indonesia dengan cakupan wilayah Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kabupaten Kutai.
Rencana pengembangan pusat
pertumbuhan Sasamba dengan luas sekitar 4.334,83 Ha pada dasarnya ditujukan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan dan faktor pendukung yang diperlukan untuk mendorong kegiatan investasi.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 52
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Pengembangan
Kapet
Sasamba
didasarkan pada pertimbangan
potensi kawasan secara fisik, ekonomi, ketersediaan prasarana dan sarana pendukung, dan sumberdaya manusia; kebijaksanaan dan strategi pengembangan sektoral; serta kebijaksanaan tata ruang. Atas dasar pertimbangan kebijakan dan strategi industri, maka untuk Kapet Sasamba diarahkan sebagai berikut: •
Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai: industri perkayuan, urea, amoniak, acetylene dan pencairan gas alam (LNG), industri hilir pengolahan petrokimia, industri hilir perkayuan, industri bahan bangunan, industri jasa perbengkelan, percetakan, industri semen, industri pulp dan kertas, dan industri kecil.
•
Kota Balikpapan dan Kabupaten Pasir: industri perkayuan, jasa perbengkelan, percetakan, konveksi, peralatan pengeboran lepas pantai, galangan kapal, industri gas oksigen dan acetylene, industri pengolahan kelapa sawit, industri karet, industri rotan, industri perikanan dan peternakan, dan industri kerajinan rotan dan kayu.
Atas dasar pertimbangan kebijakan dan strategi pertanian, maka Kapet Sasamba direncanakan bagi pengembangan agroindustri. Sedang pertimbangan jakstra transportasi memberikan arahan sebagai berikut: Pembangunan jembatan Balikpapan – P. Balang – Penajam sebagai bagian dari jaringan jalan Trans Kalimantan. Pengembangan jalan lingkar luar kota Balikpapan. Pembangunan prasarana kereta api untuk angkutan batubara dan kayu dari Sebulu ke kawasan industri Kariangau Balikpapan. Pembangunan dermaga pada alur S. Mahakam antara Samarinda – Kota
Bangun
dan
Samarinda
–
Melak
serta
pelabuhan
penyeberangan Balikpapan – Mamuju.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 53
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
GAMBAR 2.8 PETA KAWASAN ANDALAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 54
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
GAMBAR 2.9 PETA KAWASAN ANDALAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 55
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Peningkatan fasilitas pelabuhan laut Balikpapan dan Samarinda. Pengembangan Bandara Sepinggan di Balikpapan, pemindahan Bandara Temindung Samarinda, dan angkutan udara di wilayah perbatasan. Pertimbangan jakstra pertambangan mengarahkan Kapet Sasamba sebagai pusat pengembangan migas dan batubara. Sedang jakstra kehutanan mengarahkan pada pengembangan sistem informasi dan pengelolaan hutan, serta pelestarian sumberdaya hutan melalui reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis di sepanjang DAS Mahakam, Wain, Kandilo, dan Tahura Bukit Suharto. Pertimbangan jakstra energi mengarahkan Kapet Sasamba untuk pembangunan: −
PLTGU Tanjung Batu 2 x 30 MW dan jaringan transmisi
−
Interkoneksi Samarinda – Balikpapan
−
PLTG di Sanga sanga
−
Pembangunan depot BBM di Grogot
−
Pembangunan jaringan pipa Balikpapan – Samarinda
−
Optimalisasi kilang Balikpapan
−
Pembangunan train 8 kilang LNG Bontang
−
Pertambangan batubara oleh PT Utah Indonesia di Pasir, PT KPC di Kabupaten Kutai dan Samarinda, PT Kodeco Jaya Agung di Kabupaten Pasir, PT Berau Coal di Kabupaten Berau, dan PT Harapan Multi Utama dan PT Tanito Harum di Kabupaten Kutai.
Dari
perspektif
kebijakan
penataan
ruang,
Kapet
Sasamba
membutuhkan dukungan jaringan jalan alternatif Samarinda – Sangasanga – Muara Jawa – Samboja – Balikpapan, agar perkembangan kota Sangasanga, Muara Jawa, dan Samboja dapat PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 56
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
dipercepat;
terutama
dalam
rangka
membangun
orientasi
perkembangan kawasan. Proyeksi perkembangan pusat-pusat kegiatan di Kapet Sasamba adalah sebagai berikut: •
Kota Balikpapan sebagai pintu gerbang dan pusat kegiatan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur. Kota Samboja dan Muara Jawa berorientasi ke Kota Balikpapan.
•
Kota
Samarinda
merupakan
pusat
pemerintahan
dan
perekonomian. Kota Loa Janan, Sangasanga, dan Muara Jawa berorientasi ke Kota Samarinda. •
Kota Muara Jawa diharapkan berkembang lebih cepat dengan dibangunnya jalan Samarinda – Balikpapan melalui jalur pantai.
Penetapan
komoditas
unggulan
dilakukan
melalui
pengkajian
keterkaitan regional, analisis pasar, dan fasilitas pendanaan. Melalui konsep pengelompokan (cluster) pengembangan penataan ruang, maka bagi setiap kelompok direncanakan pengembangan sebagai berikut: TABEL II – 25 RENCANA CLUSTER PENGEMBANGAN KAPET SASAMBA No 1
Kelompok I. Kota Balikpapan
Komoditi Unggulan
Industri
– Pembibitan udang – Buah dan sayuran – Pembibitan buah dan sayuran – Pembibitan sapi potong
Kawasan industri Kariangau: – Pakan ternak – Tepung ikan – Pabrik es – Cold storage – Minyak sawit, mentega, kosmetik – Minyak kelapa – Minyak lada – Pabrik bubuk kakao – Pabrik tahu/tempe – Pengalengan buah & sayuran – Pengolahan arang briket batubara
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 57
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
No
Kelompok
Komoditi Unggulan
Industri – – – –
Moulding kayu Asembling komputer Pembuatan perahu Pabrik ban
2
II. Samboja – Muara Jawa – Sanga sanga
– – – – – – – – – – – – –
Udang Pembibitan udang Bibit kelapa sawit Kelapa Bibit kelapa Kedelai Benih kedelai Ayam petelur Lempung, kaolin Lada Kakao Bibit kakao HTI
– Tepung ikan – Cold storage – Pulp
3
III. Kota Samarinda
– – – –
Kelapa Karet Kakao Bibit buah dan sayuran
– – – – – –
4
IV. Loa Janan
– Lada – Pembibitan ayam – HTI
Pakan ternak Tepung ikan Pabrik bubuk kakao Pengalengan buah & sayuran Industri kulit Pengolahan arang briket batubara – Pengolahan kayu
Sumber : Hasil Analisis, 2004
2.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan 2000 - 2015 menetapkan hirarki kota-kota di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut : 1. Kota Banjarmasin ditetapkan sebagai kota Orde I. 2. Kota Banjarbaru, Martapura, Kandangan, Batulicin, dan Kotabaru ditetapkan sebagai kota Orde II. 3. Kota Pagatan, Pelaihan, Marahaban, Rantau, Barabai, Amuntai, Paringin, dan Tanjung ditetapkan sebagai kota Orde III.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 58
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
4. Kota Kelua, Sungai Danau, Kertak Hanyar, dan Binuang yang berstatus ibukota kecamatan yang berkembang pesat ditetapkan sebagai kota Orde IV. Berdasarkan fungsinya, kota-kota di Provinsi Kalimantan Selatan dibagi menjadi : a. Pusat Pelayanan Komunikasi Kota-kota sebagai pusat pelayanan komunikasi diarahkan sebagai pengumpul produk-produk yang dihasilkan oleh wilayah hinterland untuk dipasarkan keluar wilayah tersebut. Kota-kota yang berfungsi sebagai pusat komunikasi antarwilayah adalah Kota Banjarmasin, Banjarbaru,
Martapura,
Pelaihari,
Marahaban,
Margasari,
Rantau, Kandangan, Negara, Amuntai, Barabai, Kelua, Tanjung, Kintapura, Pagatan, Batulicin, Manggalau, Muara Uya, dan Kotabaru. b. Pusat Industri Manufaktur Kota-kota ini memiliki fasilitas dan prasarana untuk berlangsungnya kegiatan industri secara efisien, serta mempunyai akses yang tinggi untuk memperoleh bahan baku dan pemasaran produksi, yaitu Kota
Banjarmasin,
Banjarbaru,
Martapura,
Marahaban,
Amuntai, Muara Uya, Tanjung, Bati-bati, Kintapura, Batulicin, dan Kotabaru. c. Pusat Permukiman Kota-kota yang ditetapkan dengan fungsi permukiman ditunjang oleh fasilitas dan prasarana pelayanan yang memadai untuk penduduk kota. Seluruh kota di Provinsi Kalimantan Selatan diarahkan sebagai pusat permukiman.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 59
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
d. Pusat Administrasi Pemerintahan Fungsi ini ditetapkan bagi kota yang memiliki kedudukan sebagai pusat utama pemerintahan. Dengan demikian, harus memiliki kelengkapan pelayanan administrasi tingkat kabupaten/kota dan kecamatan sesuai dengan status administrasinya, dan harus memiliki aksesibilitas yang baik dengan wilayah belakangnya. Seluruh kota di Provinsi Kalimantan Selatan diarahkan memiliki fungsi ini. e. Pusat Pelayanan Wilayah Belakang Fungsi ini ditetapkan pada kota-kota yang memiliki kemampuan sebagai pusat pelayanan jasa, perdagangan, dan sosial/umum yang
mencakup
pelayanan
terhadap
beberapa
kota/wilayah
disekitarnya sebagai pusat koleksi dan distribusi. Kota-kota yang mengemban fungsi ini adalah seluruh ibukota kabupaten dan beberapa ibukota kecamatan di Provinsi Kalimantan Selatan, antara lain Kota Margasari, Negara, Pantai Hambawang, Alabio, Paringin, Kelua, Kintapura, Paatan, dan Batulicin. f. Pusat Pelayanan Lokal Fungsi ini ditetapkan bagi kota-kota yang memiliki kemampuan sebagai pusat pelayanan jasa, perdagangan, dan sosial/umum secara lokal. Kota-kota yang mengemban fungsi ini di Provinsi Kalimantan Selatan adalah kota-kota selain yang memiliki fungsi pelayanan wilayah belakang. Namun, ada beberapa kota yang memiliki fungsi pelayanan lokal tetapi juga diarahkan untuk ditingkatkan sebagai kota pusat pelayanan daerah belakang, yaitu Kota Margasari, Pantai Hambawang, Alabio, Paringin, Kelua dan Kintapura.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 60
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
RTRW Provinsi Kalimantan Selatan 2000 - 2015 juga menetapkan pengembangan kawasan prioritas di Provinsi Kalimantan Selatan. Kawasan prioritas di Provinsi Kalimantan Selatan dibagi menjadi 5 (lima) kawasan, yaitu : 1. Kawasan lindung dan kritis A.
Catchment Area Riam Kanan Wilayah ini secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Karang
Intan,
Kabupaten
Banjar.
Wilayah
catchment area Riam Kanan meliputi 129.360 Ha dan waduk seluas 9.200 Ha yang mampu mengairi areal irigasi seluas 26.000 Ha. Pengembangan wilayah ini sangat strategis dalam kaitannya dengan upaya mempertahankan swasembada pangan di Provinsi Kalimantan Selatan; meningkatkan cadangan pangan nasional, pengembangan kegiatan pariwisata dan perikanan; pengembangan sumber air baku PDAM serta PLTA. Arahan pengembangan kawasan Riam Kanan meliputi: 1)
Pelestarian waduk dan daerah tangkapan hujan;
2)
Upaya
reboisasi
dan
penghutanan
menangani
penggundulan
berpindah,
penebangan
hutan liar,
kembali
akibat
untuk
perladangan
penggembalaan,
dan
kebakaran hutan; 3)
Pengendalian kegiatan penambangan galian C;
4)
Pengamanan Daerah Aliran Sungai (DAS) Riam Kanan;
5)
Penanganan dan pengendalian konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang;
6)
Penanganan daerah persawahan seluas 26.000 Ha yang diairi oleh irigasi Riam Kanan;
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 61
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
7) B.
Pengembangan budidaya perikanan keramba.
Kawasan lahan kritis Meliputi lahan kritis di seluruh Provinsi Kalimantan Selatan yang
diprioritaskan
untuk
pemulihan
dan
peningkatan
fungsinya melalui rehabilitasi lahan dan reboisasi. C.
Catchment Area Batulicin Wilayah catchment area Batulicin meliputi area sebesar 54.000 Ha di Kecamatan Batulicin. Arahan perlindungannya meliputi: 1)
Perlindungan daerah tangkapan hujan;
2)
Upaya reboisasi dan penghutanan kembali lahan bekas HPH;
3)
Pengamanan DAS Batulicin.
2. Kawasan yang berperan menunjang sektor strategis A. Kawasan Pelabuhan dan Industri Batulicin Termasuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Kotabaru yang berperan sebagai pusat pengembangan KAPET Batulicin dan Pusat WP Tanah Bumbu. Arahan pengembangannya adalah sebagai berikut: 1)
Peningkatan dan pembangunan prasarana pelabuhan untuk mendukung fungsi Pelabuhan Batulicin;
2)
Penetapan
batas
wilayah
pengembangan
Pelabuhan
Batulicin; 3)
Pemantapan prasarana mendukung kegiatan pelabuhan samudra;
4)
Pengembangan wilayah kawasan industri Batulicin;
5)
Studi pengembangan kegiatan industri yang lebih detail.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 62
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
B. Kawasan Pelabuhan Mekar Putih Meliputi Sub DAS Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru. Arahan pengembangannya adalah: 1)
Penetapan
batas
wilayah
pengembangan
pelabuhan
sebagai bentuk penanganan untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan pemanfaatan ruang; 2)
Pengembangan prasarana pelabuhan untuk mendukung fungsi
pelabuhan
secara
khusus
sebagai
pelabuhan
batubara; 3)
Pengembangan studi rekayasa teknis pelabuhan.
C. Kawasan Industri Simpang Tiga Lianganggang - Banjarbaru Berlokasi di Simpang Tiga - Lianganggang ke arah Bandara Syamsudin Noor, diantara jalan yang menuju Banjarbaru dan Pelaihari. Arahan pengembangannya adalah sebagai berikut: 1)
Pengembangan prasarana pendukung utama kegiatan industri;
2)
Pengembangan
studi
teknis
pengembangan
wilayah
industri; 3)
Penataan wilayah sekitar kawasan industri;
4)
Pengamanan dan penataan wilayah kawasan sepanjang jalan lingkar Trisakti - Lianganggang.
D. Kawasan PLTU Asam-asam PLTU ini direncanakan memiliki kapasitas 90 MW, dan didukung oleh PLTU swasta yang akan memproduksi listrik sekitar 540 MW. Arahan pengembangannya adalah sebagai berikut: 1)
Menetapkan batas wilayah pengembangan PLTU;
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 63
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
2)
Mengamankan kegiatan-kegiatan di sekitar kawasan untuk mengamankan keberadaan PLTU ini;
3)
Mengamankan catchment area Sungai Asam-Asam untuk proses pendinginan PLTU.
E. Zone Industri Pengolahan Kayu Barito Kuala Pengembangan kawasan ini diarahkan kepada: 1)
Pembatasan perkembangan industri pengolahan kayu;
2)
Penataan ruang wilayah sempadan sungai yang menjadi lokasi kegiatan industri;
3)
Pengamanan sempadan sungai dari pemanfaatan yang lebih intensif;
4)
Penanganan pencemaran lahan dan sungai;
5)
Pengembangan
sistim
jaringan
transportasi
yang
terintegrasi dengan Pelabuhan Trisakti. F. Kawasan Wisata Alam dan Wisata Budaya Loksado Pengembangan kawasan ini diarahkan pada: 1)
Peningkatan dan pengembangan prasarana pariwisata;
2)
Pengembangan dan pemanfaatan obyek wisata dan seni budaya;
3)
Studi kelayakan dan perencanaan tata ruang kawasan wisata;
4)
Pengembangan sarana akomodasi yang tidak merusak lingkungan.
G. Daerah Rawa Potensial Wilayah ini terbentang di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin,
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 64
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Banjar, dan Barito Kuala, serta sangat berpotensi sebagai areal pengembangan
pertanian,
pariwisata,
dan
konservasi.
Pengembangan daerah rawa memerlukan teknologi untuk mengatur fluktuasi air dan peningkatan prasarana transportasi penghubung dengan wilayah lainnya. 3. Kawasan Sentra Produksi (KSP) A. KSP Tabalong-Hulu Sungai Utara Meliputi Kecamatan Banua Lawas, Muara Harus, Kelua Tanjung, Lampihong, Banjang, Sungai Pandan, Babirik, dan Danau Panggan, yang merupakan kawasan pengembangan komoditi kedelai, perikanan darat, dan peternakan itik. B. KSP Barito Kuala-Banjar Meliputi Kecamatan Marahaban, Bakumpai, Barambai, Cerbon, Anjir Pasar, Wanaraya, Rantau Badauh, Mandastana, Sungai Tabuk,
dan
Astambul,
yang
merupakan
kawasan
pengembangan komoditi jeruk, padi, dan rambutan. C. KSP Tanah Laut-Kotabaru Meliputi Kecamatan Kintap, Kusan Ilir, Satui, Batulicin, dan Sungai Loban, yang merupakan kawasan pengembangan komoditi perikanan laut, perikanan tambak, dan ternak sapi. D. KSP Hulu Sungai Tengah-Hulu Sungai Selatan Meliputi Kecamatan Kandangan, Batang Alai Utara, Pandawan, Labuan
Amas
Utara,
dan
Labuan
Amas
Selatan
yang
merupakan kawasan pengembangan komoditi jagung, jeruk, dan kedelai.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 65
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
E. KSP Hulu Sungai Selatan-Tapin 1 Meliputi Kecamatan Daha Utara, Daha Selatan, dan Candi Laras Selatan yang merupakan kawasan pengembangan kedelai. F. KSP Dulu Sungai Selatan-Tapin 2 Meliputi Kawasan Loksado, Padang Batung, Pian, Tapin Selatan,
dan
Binuang
yang
merupakan
kawasan
pengembangan jeruk dan kacang tanah. G. KSP Banjar Meliputi Kecamatan Simpang Empat, Sungai Pinang, Pengaron, Karang
Intan,
dan
Aranio
yang
merupakan
kawasan
pengembangan komoditi pisang, kacang tanah, dan perikanan darat. H. KSP Tanah Laut Meliputi Kecamatan Pelaihari, Takisung, Panyipatan, Batu Ampar, dan Jorong yang merupakan kawasan pengembangan komoditi jagung, melinjo, dan ternak sapi. I. KSP Kotabaru Meliputi Kecamatan Pulau Laut Selatan dan Pulau Laut Barat yang merupakan kawasan pengembangan komoditi perikanan laut dan rumput laut. Prioritas pengembangan kawasan ini adalah : 1)
Pengembangan kawasan sentra produksi;
2)
Pengembangan
agrobisnis/agroindustri
komoditas
unggulan; 3)
Pengembangan permodalan;
4)
Pengembangan sumberdaya manusia;
5)
Pengembangan sistem kelembagaan;
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 66
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
6)
Pengembangan sistem infrastruktur dasar.
4. Kawasan Andalan A.
Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya;
B.
Kawasan Andalan Batulicin dan sekitarnya;
C.
Kawasan Andalan Banjarmasin dan sekitarnya.
5. Kawasan Tertinggal Kawasan
ini
menjadi
prioritas
pengembangan
melalui
pengembangan sarana dan prasarana, sumberdaya manusia dan peningkatan/pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Sektor yang dikembangkan
untuk
mendukung
pengembangan
kawasan
tertinggal antara lain pertanian tanaman pangan, perikanan, dan industri kerajinan. Yang termasuk kawasan tertinggal di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan 2000 - 2015 adalah : a. Kabupaten Tabalong (Kecamatan Tanta, Banua Lawas, Pugaan, dan Muara Harus); b. Kabupaten
Hulu
Sungai
Tengah
(Kecamatan
Batu
Tangga/Batang Alai Selatan, dan Hantakan); c. Kabupaten Tanah Laut (Kecamatan Kurau); d. Kabupaten Banjar (Kecamatan Kertak Hanyar dan Aluh-alud); e. Kabupaten Kotabaru (Kecamatan Pamukan Utara, Pamukan Selatan, Sungai Durian, Sampanahan, dan Kalumpang Utara); f. Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Alalak, Tabunganen, Tamban, dan Kuripan); g. Kabupaten Hulu Sungai Utara (Kecamatan Babirik, Juai, Halong, dan Sungai Pandan);
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 67
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
h. Kabupaten Tapin (Kecamatan Piani); i.
Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kecamatan Daha Selatan dan Daha Utara).
2.2.3 Kebijaksanaan Pengembangan Transportasi Arahan kebijaksanaan pengembangan prasarana yang terkait dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan dapat dilihat dalam Sistim Transportasi Nasional (Sistranas). Sistranas merupakan kebijakan yang mengatur sistem transportasi nasional dengan sasaran terciptanya penyelenggaraan transportasi yang efektif, yaitu memiliki kapasitas yang mencukupi, terpadu, tertib dan teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman, biaya terjangkau, dan efisien dalam pembebanan biaya publik serta utilitas yang tinggi dalam satu kesatuan jaringan transportasi nasional. Pembangunan transportasi nasional berdasarkan Sistranas ditujukan untuk mengintegrasikan pola distribusi nasional dan pergerakan perdagangan internasional, sejalan dengan kerjasama subregional, seperti BIMP-EAGA, AIDA, IMT-GT, IMS-GT, dan sebagainya. Sistem
transportasi
pengembangan
nasional
jaringan
(Sistranas)
transportasi
laut
menyiapkan untuk
rencana
mendukung
pengembangan kawasan nasional pada jangka panjang hingga tahun 2018.
Dalam
Sistranas, transportasi laut diposisikan sebagai
penghubung dan pemersatu bagi kegiatan transportasi darat yang berlangsung di setiap pulau.
Pengembangan transportasi laut
langsung di setiap pulau. Pengembangan transportasi laut disesuaikan dengan kebutuhan hubungan antar pulau. Struktur jaringan transportasi laut direncanakan menurut kategori berikut:
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 68
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
1. Secara horisontal •
Di bagian Utara wilayah nasional menghubungkan pulau-pulau terluar di wilayah nasional dengan daratan atau pulau induk terdekat, yaitu antara Natuna dengan Batam/Bintan dan Kalimantan Barat serta Sangihe-Talaud dengan Sulawesi Utara dan Halmahera.
•
Di bagian Tengah wilayah nasional menghubungkan wilayah bagian Tengah Sumatera melalui Pulau Bangka – Belitung ke Kalimantan; Kalimantan Timur dengan Sulawesi Tengah; dan Sulawesi Tenggara ke Kepulauan Maluku hingga Papua bagian Barat.
•
Di bagian Selatan wilayah nasional menghubungkan Sumatera dengan Jawa hingga NTT dengan lintasan penyeberangan dan NTT dengan Papua dengan transportasi laut.
2. Secara vertikal •
Menghubungkan Jawa dengan Kalimantan.
•
Menghubungkan NTB dan NTT dengan Sulawesi.
•
Menghubungkan NTT dengan Maluku dan Papua
Hirarki pelabuhan direncanakan meliputi: a. Pelabuhan Utama (trunk port) yaitu pelabuhan yang melayani angkutan laut dalam jumlah besar dengan wilayah pelayanan yang luas. Pelabuhan utama terdiri dari : Pelabuhan utama primer Pelabuhan utama sekunder Pelabuhan utama tersier b. Pelabuhan pengumpan (feeder port), yaitu pelabuhan yang melayani angkutan laut dalam jumlah sedang atau terbatas dengan
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 69
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
wilayah pelayanan yang terbatas pula.
Pelabuhan pengumpan
terdiri dari : Pelabuhan pengumpan regional Pelabuhan pengumpan lokal Selain klasifikasi di atas, pelabuhan juga diklasifikasikan menurut: •
Status, yaitu pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan pelabuhan yang tidak terbuka bagi perdagangan luar negeri.
•
Jenis, yaitu pelabuhan umum dan pelabuhan khusus.
•
Penyelenggara, yaitu pelabuhan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah; pelabuhan umum yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Pelabuhan; dan pelabuhan khusus yang diselenggarakan oleh pengelola tertentu. Kebijakan di sektor perhubungan laut antara lain Peraturan Pemerintah KepMenHub
Nomor
69
Nomor
Kepelabuhanan
KM
Nasional
Tahun 53 yang
2001 Tahun
tentang 2002
mengatur
Kepelabuhanan,
tentang
hirarki
dan
Tatanan fungsi
pelabuhan laut dan pelabuhan penyeberangan nasional; serta kebijakan pengembangan pelabuhan jangka panjang. PP Nomor 69 Tahun 2001 dan KepMenHub Nomor KM 53 Tahun 2002 menetapkan 725 pelabuhan umum di Indonesia dalam hirarki sebagai berikut : Pelabuhan internasional hub yang merupakan pelabuhan utama primer
Berperan sebagai pelabuhan internasional hub yang melayani alih muat peti kemas nasional dan internasional dengan skala pelayanan transportasi laut dunia.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 70
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Berperan sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan peti kemas nasional dan internasional sebesar 2.500.000 TEU’s/tahun atau angkutan lain yang setara.
Berperan sebagai pelabuhan alih muat angkutan peti kemas nasional dan internasional dengan pelayanan berkisar antara 3.000.000 – 3.500.000 TEU’s/tahun atau angkutan lain yang setara.
Berada dekat jalur pelayaran internasioal + 500 mil.
Jarak dengan pelabuhan internasional hub lainnya sebesar 500 – 1.000 mil.
Pelabuhan internasional yang merupakan pelabuhan utama sekunder
Berperan sebagai pusat distribusi peti kemas nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional.
Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan angkutan peti kemas.
Melayani angkutan peti kemas sebesar 1,5 juta TEU’s/tahun.
Berada dekat jalur pelayaran internasional + 500 mil dan jalur pelayaran nasional + 50 mil.
Jarak dengan pelabuhan internasional lainnya sebesar 200 – 500 mil.
Pelabuhan nasional yang merupakan pelabuhan utama tersier
Berperan sebagai pengumpan angkutan peti kemas nasional.
Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional.
Berada dekat jalur pelayaran nasional + 50 mil.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 71
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
Jarak dengan pelabuhan nasional lainnya sebesar 50 – 100 mil.
Pelabuhan regional yang merupakan pelabuhan pengumpan regional
Berperan sebagai pengumpan pelabuhan internasional hub, pelabuhan internasional, dan pelabuhan nasional.
Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke pelabuhan utama dan pengumpan.
Berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam Provinsi.
Jarak dengan pelabuhan regional lainnya sebesar 20 – 50 mil.
Pelabuhan lokal yang merupakan pelabuhan pengumpan lokal
Berperan sebagai pengumpan pelabuhan internasional hub, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional, dan pelabuhan regional.
Berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolasi, perbatasan, daerah terbatas, yang hanya didukung oleh moda transportasi laut.
Berdasarkan kebijakan tersebut, ditetapkan 19 (sembilan belas) pelabuhan umum di Provinsi Kalimantan Timur, terdiri dari 1 (satu) pelabuhan internasional, 14 (empat belas) pelabuhan nasional, 3 (tiga) pelabuhan regional, dan 1 (satu) pelabuhan lokal). Kebijakan pengembangan hirarki dan fungsi pelabuhan khusus di Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan KepMenHub Nomor KM 53/2002 meliputi 32 (tigapuluh dua) pelabuhan khusus, sebagaimana terlihat pada Tabel II - 26.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 72
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 26 HIRARKI DAN FUNGSI PELABUHAN UMUM DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN KEPMENHUB NOMOR KM 53 TAHUN 2002 NO
PELABUHAN
KABUPATEN/KOTA
HIRARKI PERAN DAN FUNGSI PELABUHAN TAHUN 2007
1
Balikpapan
Balikpapan
Pelabuhan Internasional
2
Kampung Baru
Balikpapan
Pelabuhan Nasional
3
Talisayan
Berau
Pelabuhan Lokal
4
Tanjung Redeb
Berau
Pelabuhan Nasional
5
Lhok Tuan
Bontang
Pelabuhan Nasional
6
Tanjung Laut
Bontang
Pelabuhan Nasional
7
Tanjung Santan
Bontang
Pelabuhan Nasional
8
Nunukan
Nunukan
Pelabuhan Nasional
9
Pulau Bunyu
Bulungan
Pelabuhan Nasional
10
Tanjung Selor
Bulungan
Pelabuhan Regional
11
Kuala Semboja
Kutai Kertanegara
Pelabuhan Nasional
12
Sebulu
Kutai Kertanegara
Pelabuhan Regional
13
Sangatta
Kutai Timur
Pelabuhan Nasional
14
Sangkulirang
Kutai Timur
Pelabuhan Regional
15
Sungai Nyamuk
Malinau
Pelabuhan Nasional
16
Tanah Grogot
Pasir
Pelabuhan Nasional
17
Teluk Adang
Pasir
Pelabuhan Nasional
18
Samarinda
Samarinda
Pelabuhan Nasional
19
Tarakan
Tarakan
Pelabuhan Nasional
Sumber : Lampiran IB KepMenHub Nomor KM 53/2002, 2004
Sedang kebijakan pengembangan hirarki dan fungsi pelabuhan penyeberangan meliputi: •
Pelabuhan penyeberangan lintas Provinsi/antar negara,
•
Pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota, dan
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 73
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
•
Pelabuhan penyeberangan lintas dalam kabupaten/kota.
Berdasarkan KepMenHub Nomor 53 Tahun 2002 di Provinsi Kalimantan Timur ditetapkan 7 (tujuh) pelabuhan penyeberangan yang melayani 11 (sebelas) lintasan. TABEL II – 27 HIRARKI DAN FUNGSI PELABUHAN KHUSUS DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN KEPMENHUB NOMOR KM 53 TAHUN 2002 No Pelabuhan Terdekat Hirarki Peran & Fungsi 1
2
3
4
5
Balikpapan
Bontang
Bunyu
Kuala Semboja
Kutai
No
Pengelola
PN
1
Pertamina (BBM)
PN
2
Pertamina Lawe-lawe (BBM)
PN
3
Pertamina Penajam (BBM)
PN
4
Kaltim Methanol Industri (Kimia)
PN
5
Pertamina (BBM)
PN
6
Pertamina Bunyu (Kimia)
PN
7
Pertamina Tidung (BBM)
PN
8
Pertamina (BBM)
PN
9
Tambang Batubara Bukit Asam (Batubara)
PN
10
Multi Harapan Utama (Batubara)
PN
11
Gunung Bayan Pratama Coal (Batubara)
6
Lhok Tuan
PN
12
Pupuk Kaltim (pupuk)
7
Samarinda
PN
13
KPC Sangatta
PN
14
Nusaminera Utama (Batubara)
PN
15
Pertamina (BBM)
PN
16
Ditjen Pertambangan Umum (Batubara)
PN
17
Pertamina Sangatta (BBM)
8
Sangatta
PN
18
Kaltim Prima Coal (Batubara)
9
Sangkulirang
PN
19
Dwi Warna Timber (Kayu)
PN
20
Gebaga Timber Co (-)
PN
21
Kelian Equatorial Mining (Emas)
PN
22
Kideco Jaya Agung (Batubara)
PN
23
BHP Kendilo Coal Indonesia (Batubara)
PN
24
PTP Nusantara XIII (CPO)
10
Tanah Grogot
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 74
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
No Pelabuhan Terdekat Hirarki Peran & Fungsi
No
Pengelola
PN
25
Utan (Batubara)
11
Tanah Merah
PN
26
PTP Nusantara XIII (Perkebunan)
12
Tanjung Laut
PN
27
Pertamina (BBM)
PN
28
Indominco Mandiri (Batubara)
13
Tanjung Redeb
PN
29
Kiani Kertas (Kertas)
14
Tanjung Santan
PN
30
Pertamina (BBM)
15
Tarakan
PN
31
Pertamina (BBM)
16
Teluk Apar
PN
32
Bentala Coal Mining (Batubara)
Sumber : Lampiran III KepMenHub Nomor KM 53/2002, 2004
TABEL II – 28 PELABUHAN PENYEBERANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN KEPMENHUB NOMOR KM 53 TAHUN 2002 No
Pelabuhan
Lintasan
Hirarki Peran & Fungsi
1
Somber
Penajam – Balikpapan
Dalam Kab/Kota
2
Penajam
Penajam – Balikpapan
Dalam Kab/Kota
Mamuju – Balikpapan
Lintas Provinsi
3
Kariangau
Taipa – Kariangau
Lintas Provinsi
4
Tarakan *)
Tj. Selor – Tarakan
Dalam Kab/Kota
Tarakan – Ancam
Dalam Kab/Kota
Tarakan – Sebakung
Dalam Kab/Kota
Tarakan - Toli-toli ***)
Lintas Provinsi
5
Tanjung Selor
Tarakan - Tj. Selor - Ancam
Dalam Kab/Kota
6
Ancam
Tarakan - Tj. Selor - Ancam
Dalam Kab/Kota
7
Nunukan ***)
Nunukan - Tawau ***)
Antar Negara
Sumber : Lampiran IIB KepMenHub Nomor 53/2002 *) lintasan sudah dioperasikan, belum dibangun pelabuhan penyeberangan ***) rencana lintasan baru
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 75
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
2.3
PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH
2.3.1 Kalimantan Timur Secara umum RSTRP Kalimantan Timur 1992 yang hingga saat ini digunakan
sebagai
acuan
dalam
pemanfaatan
ruang
Propinsi
Kalimantan Timur telah mempertimbangkan berbagai potensi dan kendala pengembangan wilayah, namun kondisi nyata menunjukkan terdapat beberapa permasalahan dan penanganan tata ruang yang perlu dilengkapkan dan dielaborasi lanjut dalam rencana tata ruang wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Permasalahan tersebut mencakup berbagai aspek rencana, yaitu aspek fisik, ekonomi, sosial, pranata dan kelembagaan penataan ruang. Permasalahan pembangunan dan penataan ruang Propinsi Kalimantan Timur yang terjadi yang mempengaruhi kinerja RSTRP Kalimantan Timur 1992 adalah sebagai berikut : 1. Wilayah perairan laut seluas 2,4 juta Ha yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses penataan ruang Propinsi Kalimantan Timur belum dipertimbangkan secara spesifik dalam RSTRP Kalimantan Timur 1992. Pada kenyataannya, potensi sumberdaya pesisir, kelautan, dan pulau-pulau kecil di Propinsi Kalimantan Timur sangat besar, meliputi perikanan laut, vegetasi mangrove, terumbu karang, padang lamun, pariwisata bahari, dan transportasi laut. Selain potensi yang besar, sumberdaya dan lingkungan laut dan pulau-pulau kecil juga membutuhkan upaya perlindungan dan pelestarian; yang mensyaratkan perlunya pemahaman hubungan darat - pesisir - laut; karakteristik ekosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil; biota perairan laut yang perlu dilindungi; dan karakteristik masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang berorientasi ke laut. Sebagian besar (40,62%) wilayah Kalimantan Timur memiliki kelerengan >40%, dan dialiri oleh 247 sungai besar dan kecil PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 76
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
dengan arah aliran Barat – Timur yang seluruhnya bermuara di pantai Timur. Daerah dengan ketinggian 100 meter dpl dan kelerengan >40% berada di wilayah bagian Barat, sehingga alih fungsi kawasan lindung di bagian hulu berpotensi meningkatkan sedimentasi hingga ke muara. Tingginya tingkat sedimentasi dari hulu
mengakibatkan
penurunan
kualitas
perairan
laut
dan
pendangkalan badan sungai. Di samping itu, keberadaan gugus pulau kecil di Kawasan Derawan di lepas pantai Kabupaten Berau merupakan salah satu potensi ekowisata bahari yang potensial dikembangkan sekaligus dilestarikan. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam penataan ruang adalah keberadaan karang penghalang (barrier reef) hampir sejajar garis pantai yang berfungsi melindungi daratan pantai Timur secara fisik serta potensi bencana alam geologi oleh keberadaan patahan dan lipatan di wilayah pantai. 2. Arah aliran sungai besar dan kecil di Propinsi Kalimantan Timur adalah Barat – Timur yang sebagian besar berhulu di daerah pegunungan di bagian Barat. Pola aliran sungai yang memiliki multi fungsi pada hakekatnya menjadi salah satu pertimbangan untuk mendelineasi kawasan lindung bagi daerah bawahnya. Arahan kawasan lindung dalam RSTRP Kalimantan Timur 1992 belum menunjukkan pola perlindungan daerah bawah, sehingga kinerja manfaat sungai di Propinsi Kalimantan Timur belum tercapai secara optimal. Selain itu, pola kawasan lindung tersebut dibutuhkan untuk
pengamanan
alur
sungai
dan
pantai
dari
ancaman
sedimentasi. 3. Walaupun RSTRP Kalimantan Timur 1992 telah mengidentifikasi permasalahan
pemanfaatan
ruang
wilayah,
namun
rencana
tersebut belum menetapkan arahan pemanfaatan ruang bagi setiap bagian wilayah Propinsi menurut lokasi dan besaran, terutama bagi PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 77
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
kepentingan kegiatan budidaya. Permasalahan yang diidentifikasi adalah
penguasaan
lahan,
konflik
peruntukan
lahan,
dan
pengendalian pemanfaatan ruang, diantaranya adanya kegiatan budidaya skala besar dalam kawasan lindung. Rencana alokasi dan luasan pemanfaatan ruang budidaya penting ditetapkan sebagai salah satu arahan yang perlu diakomodasi oleh rencana tata ruang wilayah propinsi. RSTRP Kalimantan Timur 1992 menetapkan kawasan lindung seluas 6.909.208 Ha, namun perkembangan pemanfaatan ruang wilayah menunjukkan luasan yang senantiasa berkurang menjadi sekitar 4.593.754 Ha. Hasil program paduserasi Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 1999 mencatat luas kawasan lindung sebesar 4.593.754 Ha atau 22,92% dari luas wilayah daratan Propinsi Kalimantan Timur, terdiri atas hutan lindung seluas 2.574.616 Ha, cagar alam seluas 1.747.382 Ha, taman hutan raya seluas 61.850 Ha, taman nasional seluas 198.629 Ha, dan hutan pendidikan dan penelitian seluas 11.277 Ha. Walaupun demikian, implementasi pengelolaan kawasan lindung nyatanya belum menjamin dapat dipertahankannya fungsi perlindungan sesuai yang direncanakan, oleh karena alih fungsi lahan berlangsung secara terus menerus sehingga
kawasan
budidaya
secara
riil
terus
bertambah.
Permasalahan utama penurunan luasan kawasan berfungsi lindung adalah terancamnya daerah bawahan, terganggunya habitat spesies endemik, menurunnya keanekaragaman hayati, serta menurunnya kemampuan hutan hujan
tropis untuk melindungi
ekosistem global. 4. Dalam
RSTRP
Kalimantan
Timur
1992
telah
ditelaah
dan
diidentifikasi kecenderungan pertumbuhan perekonomian propinsi menurut sektor, termasuk sektor-sektor unggulan. Secara spesifik RSTRP Kalimantan Timur 1992 telah mengidentifikasi sektor migas,
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 78
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
pertambangan, industri, dan pertanian sebagai sektor yang diunggulkan bagi perkembangan perekonomian Propinsi Kalimantan Timur. Prediksi tersebut masih relevan dibandingkan dengan realisasi perkembangan perekonomian Propinsi Kalimantan Timur. Namun rencana tata ruang tersebut belum memberikan arahan dan strategi untuk mengatasi permasalahan kesenjangan pertumbuhan perekonomian antar bagian wilayah propinsi yang diwakili oleh wilayah pesisir Timur dengan wilayah pedalaman. Jika sektor industri dan pertanian diprediksikan akan terkonsentrasi di wilayah pesisir Timur, maka pengembangan wilayah pedalaman diupayakan melalui pembangunan prasarana perhubungan untuk meningkatkan akses hulu – hilir. Dalam rencana tersebut belum diidentifikasi
sektor-sektor
kegiatan
ekonomi
yang
mendukung
perkembangan
wilayah
pedalaman,
yang
dapat tidak
seluruhnya merupakan usaha berskala besar. Demikian juga pusatpusat
pertumbuhan
yang
dianggap
mampu
menjalarkan
pertumbuhan ke wilayah pedalaman belum ditetapkan menurut ordinasi pelayanannya. 5. Konsep
pengembangan
tata
ruang
propinsi
dalam
RSTRP
Kalimantan Timur 1992. Jika salah satu permasalahan tata ruang utama yang dihadapi oleh Propinsi Kalimantan Timur adalah disparitas perkembangan antara wilayah pesisir Timur dengan wilayah pedalaman, maka RSTRP Kalimantan Timur 1992 belum memperhitungkan secara memadai laju pertumbuhan yang diharapkan bagi setiap bagian wilayah agar kesenjangan antar wilayah tersebut dapat dikurangi. Prediksi pertumbuhan tersebut penting ditetapkan untuk memperhitungkan dukungan sumberdaya manusia dalam kegiatan perekonomian yang direncanakan akan dikembangkan. Propinsi Kalimantan Timur memiliki jumlah penduduk sekitar 2,4 juta jiwa tidak jauh berbeda PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 79
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
dengan prediksi RSTRP Kalimantan Timur 1992. Namun distribusi dan kepadatan penduduk tercatat sangat fluktuatif, yaitu sebagian besar terkonsentrasi di kawasan perkotaan di wilayah Timur bagian Selatan. Kepadatan penduduk juga tercatat antara 1 – 727 jiwa/Km2. Walaupun dari segi tingkat pendidikan tercatat hanya sekitar 25% dari jumlah penduduk propinsi yang berpendidikan SD atau yang lebih rendah, sehingga merupakan aset sumberdaya manusia yang relatif berkualitas tinggi; namun jumlah penduduk yang tercatat pada saat ini belum menjamin terciptanya daya dukung
yang
memadai
bagi
pengembangan dan perluasan
kegiatan perekonomian. Jika jumlah dan distribusi penduduk tersebut tidak dipertimbangkan dalam perencanaan pengembangan perekonomian setiap bagian wilayah propinsi, maka dukungan sumberdaya manusia dalam pengembangan kegiatan budidaya tidak dapat diharapkan. Dalam strategi pengembangan tata ruang bagi setiap bagian wilayah dapat diintroduksi kemungkinan program peningkatan pertambahan penduduk melalui migrasi masuk. Pengalaman Propinsi Kalimantan Timur dalam program transmigrasi telah membuktikan bahwa sumberdaya manusia dapat dimobilisasi dari daerah luar Propinsi Kalimantan Timur. 6. Percepatan pertumbuhan wilayah pedalaman pada dasarnya perlu ditelaah menurut potensi sumberdaya alam dan binaan setempat dengan prinsip senantiasa mengupayakan peningkatan proses pertambahan nilai produk-produk primer dalam ruang lokal. Kontribusi setiap bagian wilayah dalam pembentukan PDRB Propinsi Kalimantan Timur menurut fungsi waktu membuktikan bahwa terdapat potensi perkembangan yang dapat dimanfaatkan pada setiap bagian wilayah untuk mengembangkan diri. Jika rencana tata ruang
berhasil
mengidentifikasi
potensi
lokal
yang
dapat
dikembangkan, maka kesenjangan pertumbuhan antar wilayah
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 80
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
dapat dikurangi melalui strategi memperpendek siklus pertambahan nilai menurut ruang. Dalam konsep tersebut peran pusat-pusat koleksi dan distribusi menjadi sangat penting. 7. Perkembangan prasarana wilayah menunjukkan kecenderungan mengikuti perkembangan pusat atau wilayah yang dilayani, sehingga rencana penyediaan prasarana wilayah sebagaimana direncanakan seluruhnya
dalam
RSTRP
dapat
dicapai.
Kalimantan Bahkan
Timur
beberapa
1992
belum
diantaranya
berkembang tidak sesuai dengan rencana. Disparitas pembangunan antara lain dipicu oleh kesenjangan dalam ketersediaan prasarana dan sarana antar bagian wilayah propinsi. Di lain pihak, beberapa wilayah Kabupaten/Kota memiliki prasarana dan sarana wilayah dengan spesifikasi pelayanan melampaui fungsi yang seharusnya. Belum
terpadunya
pembangunan
prasarana
wilayah
dengan
perkembangan wilayah yang dilayaninya mengakibatkan prasarana yang ada acapkali tidak mencapai skala ekonomis pelayanannya, tidak efisien, dan tidak efektif. Oleh karenanya dalam rencana tata ruang perlu disiapkan konsepsi pengembangan jaringan prasarana wilayah menurut tujuan perencanaan tata ruang skala propinsi, agar kinerja penyediaan prasarana wilayah yang membutuhkan investasi sangat besar dapat berlangsung optimal. 2.3.2 Kalimantan Selatan Permasalahan tata ruang dalam konteks antar wilayah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) pokok permasalahan, yaitu dalam konteks nasional dan dalam konteks Pulau Kalimantan.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 81
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
2.3.2.1 Permasalahan
Tata
Ruang
Kalimantan
Selatan
dalam
Konteks Nasional •
Provinsi Kalimantan Selatan dilihat dari kedekatannya dengan pusat pemerintahan maupun pasar yang umumnya terletak di Pulau Jawa, membuka peluang terbentuknya interaksi dengan pusat-pusat pasar di Pulau Jawa, yang akan memperkuat dan memperluas basis perekonomian provinsi tersebut.
•
Provinsi Kalimantan Selatan berada pada Selat Makasar yang merupakan jalur pelayaran strategis dari Timur Tengah dan Eropa menuju Utara (Jepang, Korea, RRC, Taiwan, dan Filipina). Peluang untuk memanfaatkan potensi ini akan semakin besar setelah dibukanya pelabuhan Merah Putih. Selain itu potensi pantai Kalimantan Selatan sepanjang 413 Km juga merupakan kawasan yang strategis bagi pengembangan kegiatan ekonomi lain.
•
Pergerakan barang yang masuk lebih kecil dari yang keluar, walaupun jenis barang yang diekspor lebih sedikit dari barang impor. Hal ini mengindikasikan keterkaitan wilayah Provinsi Kalimatan Selatan dengan wilayah lain cukup tinggi, terutama dari Pulau Jawa.
•
Umumnya
jenis
barang
yang
dipasarkan
ke
luar
wilayah
Kalimantan Selatan adalah barang – barang dari sektor primer yang padat modal dengan teknologi di luar jangkauan kemampuan masyarakat. •
Sektor pertanian rakyat terutama sub sektor pertanian pangan merupakan sektor yang tersisih secara ekonomi.
•
Rendahnya pendapatan tenaga kerja di sektor pertanian yang merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja menyebabkan rendahnya permintaan agregat terhadap komoditas industri, terutama keperluan sehari – hari. Akibatnya investasi pada sektor
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 82
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
industri, terutama industri yang memenuhi permintaan lokal, berkurang sehingga barang – barang tersebut didatangkan dari luar wilayah Kalimantan Selatan, terutama dari Pulau Jawa. 2.3.2.2 Permasalahan
Tata
Ruang
Kalimantan
Selatan
dalam
Konteks Pulau Kalimantan •
Sektor pertanian yang konstribusinya terhadap total PDRB sekitar 28% harus menanggung sekitar 60% dari total angkatan kerja. Akibatnya PDRB perkapita tenaga kerja sektor pertanian jauh lebih kecil dari rata – rata sektor lainnya.
•
Dilihat dari ketersediaan infrastruktur utama yaitu jaringan jalan, orientasi transportasi mengarah ke luar wilayah, menyebabkan Pulau Kalimantan belum memiliki kesatuan wilayah ekonomi yang kuat. Interaksi dalam memanfaatkan keuntungan komparatif masing – masing provinsi masih sangat lemah.
2.3.2.3 Permasalahan Perekonomian Wilayah •
Permasalahan yang dihadapi oleh sub sektor tanaman pangan terutama disebabkan karena lahan potensial sawah belum secara keseluruhan dapat difungsikan, karena belum tersedianya saluran irigasi yang baik, terbatasnya tenaga kerja dan lain – lain.
•
Untuk sub sektor perkebunan permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya
penelitian
untuk
mendukung
perkembangan
pertumbuhan industri yang memanfatkan hasil dari komoditas tersebut, disamping keterbatasan modal dan ketersediaan bahan, terutama yang menyangkut status dan kemampuan lahan. •
Sub
sektor
perikanan
terutama
mengahadapi
masalah
pemanfaatan sumber daya laut yang tidak merata, dengan konsentrasi pada daerah – daerah perairan pantai yang pada gilirannya nanti dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 83
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
kuantitas
sumber
daya
perikanan
di
daerah
tersebut.
Permasalahan lain adalah terganggunya produksi hasil – hasil perikanan akibat terjadinya pendangkalan, meluasnya gulma air dan penangkapan yang tidak selektif, penggunaan bahan kimia/ peledak, dan limbah buangan industri terutama di sepanjang DAS Barito dan Martapura. •
Sektor industri di Kalimantan Selatan pada dasarnya didominasi oleh industri pengelolaan kayu dan rotan. Akan tetapi laju perkembangan industri pengolahan kayu hingga saat ini mulai menunjukkan penurunan, dikarenakan bahan baku kayu yang diolah sebagian harus didatangkan dari provinsi lain, selain itu dampak terhadap lingkungan patut diperhitungkan.
•
Sektor pertambangan di Kalimantan Selatan memiliki potensi yang besar, seperti batu bara, pasir kwarsa, kaolin, dan sebagainya. Masalah
yang
dihadapi
adalah
pada
umumnya
kegiatan
pertambangan memiliki dampak ekonomi yang rendah terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain itu, secara ruang terjadi pula masalah tumpang tindih antar batas kawasan kuasa pertambangan dan kontrak karya dengan kawasan peruntukkan lain, misalnya kehutanan, pertanian, kawasan lindung, dan lain sebagainya. 2.3.2.4 Permasalahan Kependudukan
A. Masalah Ketimpangan Pertumbuhan Penduduk •
Laju pertumbuhan penduduk yang pesat hanya di Kabupaten Kota Baru dan Tanah Laut. Kecenderungan pertumbuhan yang cepat tersebut sebagai adanya kegiatan transmigrasi dan adanya upaya pembukaan jalur transportasi antara Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 84
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
•
Daerah – daerah yang mempunyai pertumbuhan penduduk yang
pesat
tersebut
hanya
yang
berada
di
Wilayah
Pembangunan (WP) Tanah Bumbu, kemudian disusul daerah – daerah di WP Kayutangi. Daerah – daerah yang berada di WP Banua Lima, yaitu : Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, dan Tapin tingkat pertumbuhan penduduknya sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh besarnya out – migrasi pada daerah – daerah ini. •
Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar selain mempunyai jumlah
penduduk
yang
besar
juga
mempunyai
laju
pertumbuhan penduduk yang pesat, sehingga pada masa mendatang tampaknya sebagian besar penduduk Kalimantan Selatan masih akan terkonsentrasi di wilayah tersebut karena adanya daya tarik yang dimilikinya. •
Kecenderungan semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kota Baru dan Tanah Laut juga mempunyai implikasi daerah – daerah tersebut cenderung mengalami perkembangan yang cepat sebagai pusat pelayanan lokal maupun regional. Dengan demikian di masa yang akan datang tampaknya juga akan terkonsentrasi di kedua daerah ini.
B. Masalah Penyebaran Penduduk •
Ditinjau dari persebaran penduduk antar daerah kabupaten, maka pada saat ini persebaran penduduk dan permukiman masih terkonsentrasi di Kota Banjarmasin.
•
Daerah – daerah di Kabupaten Kota Baru atau WP Tanah Bumbu, meskipun persebaran penduduk dan permukiman saat ini masih rendah, tetapi dilihat dari laju pertumbuhan penduduk dan kecenderungan pembangunan di daerah ini, maka pada
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 85
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
masa
mendatang
tampaknya
akan
berakibat
semakin
meningkatnya konsentrasi penduduk dan permukiman serta kepadatannya.
C. Ketimpangan Struktur Sosial Ekonomi Penduduk •
Daerah – daerah di WP Kayutangi relatif lebih baik tingkat pendidikan penduduknya.
•
Daerah – daerah kabupaten yang memiliki angka kematian penduduk tinggi umumnya yang berada di WP Banua Lima. Daerah – daerah di WP Kayutangi tingakt kesehatannya relatif lebih baik dari pada daerah – daerah di WP Banua Lima, kecuali Kabupaten Banjar dan Tanah Laut. Sedangkan WP Tanah Bumbu atau Kabupaten Kota Baru merupakan daerah yang memiliki angka kematian penduduk paling rendah.
•
Tingkat pendapatan dan pengeluaran penduduk yang besar adalah daerah – daerah di WP Kayutangi. Dilihat dari ketimpangan pemerataan pendapatan penduduk, daerah – daerah
di
WP
Banua
Lima
umumnya
memiliki
tingkat
ketimpangan pendapatan penduduknya relatif tinggi. Daerah yang paling merata tingkat pendapatan penduduknya hanya Kabupaten Kota Baru, Banjar, dan Tabalong. •
Persentase penduduk usia produktif pada daerah – daerah di WP Banua Lima relatif kecil dan berada di bawah rata – rata persentase penduduk usia produktif di Kalimantan Selatan, disebabkan banyak penduduk usia tersebut yang berimigrasi ke WP Kayutangi dan ke Kalimantan Tengah. Dilihat dari angka ketergantungannya, daerah – daerah tersebut juga mempunyai ratio ketergantungan relatif tinggi.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 86
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 29 DISTRIBUSI PENDUDUK KOTA – KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 87
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
2.3.2.5 Permasalahan Sistem Pusat–pusat Permukiman/Kota–Kota
A. Penduduk Perkotaan •
Secara ruang, terlihat bahwa ada ketimpangan dalam hal penyebaran maupun perkembangan pusat – pusat pemukiman/ kota – kota antara wilayah bagian Barat dan bagian Timur Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagian besar dari pusat – pusat pemukiman atau kota – kota di Kalimantan Selatan berlokasi di bagian Barat Pegunungan Meratus, tersebar di sepanjang Sungai Barito – Negara – Tabalong serta sepanjang jalan yang menghubungkan Banjarmasin – Martapura – Tanjung.
•
Di sebelah Timur, pusat – pusat pemukiman/kota – kota yang ada tidak saja lebih sedikit jumlahnya, tetapi juga memiliki ukuran penduduk yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan kota – kota yang berlokasi di sebelah Barat. Pada saat ini hanya ada 4 (empat) kota yang berlokasi di bagian Timur provinsi ini yaitu Kota Baru, Batu Licin, Pegetan, dan Pelaihari.
B. Hirarki Kota – kota •
Dengan berdasarkan metoda rank size rule atas dasar besaran kota menunjukkan bahwa sistem kota – kota yang ada selama 10 (sepuluh) tahun terakhir masih sangat didominasi oleh Kota Banjarmasin.
•
Wilayah
Pembangunan
Kayutangi,
dengan
ibukotanya
Banjarmasin memiliki tingkat hirarki kota yang paling lengkap, yaitu dari kota orde I hingga IV, sedangkan WP Banua Lima hanya memiliki kota berorde III dan IV serta WP Tanah Bumbu hanya memiliki kota berorde II dan IV.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 88
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
C. Fungsi Kota •
Kota – kota di Kalimantan Selatan dapat dikategorikan sebagai kota – kota yang mengemban satu atau beberapa dari fungsi – fungsi kota sebagai berikut : Pusat pelayanan wilayah belakang Pusat komunikasi antar wilayah Pusat kegiatan industri manufaktur Pusat pemukiman Pusat administrasi pemerintahan
•
Sementara itu, 5 (lima) kota yang merupakan ibukota kecamatan memiliki skala pelayanan kecamatan dan 7 (tujuh) kota kecamatan lainnya memiliki skala pelayanan lokal.
D. Pusat-pusat
Pemukiman/Kota-kota
Strategis
dan
Kebijaksanaan Pengembangan Kota •
Pada kenyataannya paling sedikit ada dua pusat pemukiman yang tidak termasuk dalam kategori “kota” menurut kriteria BPS namun mengemban fungsi pengembangan wilayah yang cukup penting, yaitu Negara dan Margasari.
•
Terdapat pula pusat – pusat pemukiman lain yang disinyalir mempunyai peranan besar dalam pengembangan wilayah antara lain adalah Paringin dan Binuang. Paringin saat ini mulai berkembang karena adanya aktivitas hinterlandnya yang cukup pesat antara lain penambangan batu bara dan PIRSUS. Selain itu, Paringin juga merupakan kota transit ke Kalimantan Timur. Selanjutnya Binuang juga berperanan besar sebagai pusat pengembangan wilayah. Kota ini telah berkembang karena adanya aktivitas perkebunan NES dan penambangan batu bara rakyat di wilayah belakangnya.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 89
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 30 HIRARKI DAN FUNGSI KOTA – KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 1990
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 90
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
•
Kota
–
kota
lain
dikembangkan transmigrasi)
yang
fungsinya dan
Bati
memiliki adalah
–
bati
prospek Pelaihari
baik
untuk
(NES
(perkembangan
dan
industri
sekitarnya). •
Jika kita lihat sistem kota – kota strategis yang dapat dikembangkan menurut studi NUDS (1985) terlihat bahwa Banjarmasin yang merupakan ibukota provinsi sekaligus pusat pengembangan WP Kayutangi dapat dikembangkan sebagai NDC (E) – C (National Development Center (Emerging) –
Center), sedangkan Kandangan (pusat WP Banua Lima) sebagai RDC II (Regional Development Center) dan Kota Baru (pusat WP Tanah Bumbu) sebagai IDC – I (Inter – regional
Development Center). Kecuali Tanjung dan Kandangan yang akan dikembangkan sebagai RDC – II, hampir semua ibukota kabupaten lainnya memiliki skala pelayanan lokal. 2.3.2.6 Permasalahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
A. Masalah Kelestarian Lingkungan Hidup •
Berkaitan dengan kelestarian lingkungan hidup, masalah yang menonjol di Kalimantan Selatan adalah masalah erosi tanah. Hal ini diindikasikan oleh besarnya fluktuasi air sungai (di hujan dan kemarau) yang amat besar. Hal ini disebabkan terutama semua sungai yang mempunyai tangkapan air di Pegunungan Meratus telah menunjukkan gejala kritis. Pegunungan Meratus (lereng diatas 40%, intensitas hujan tinggi, tanah sangat peka erosi) yang merupakan daerah tangkapan air hampir semua sungai di Kalimantan Selatan saat ini telah terbagi habis oleh HPH. Pada kawasan ini pula terjadi pemanfaatan hutan yang tidak terkendali dalam bentuk penebangan liar dan perladangan
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 91
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
berpindah
serta
kerusakan
hutan
akibat
kebakaran
menyebabkan pula lahan – lahan kritis dalam areal hutan. •
Selain hal di atas, masalah pertambangan merupakan masalah tersendiri dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan. Banyak kegiatan penambangan rakyat (galian C emas, intan, dan batu bara) yang berlokasi atau berdekatan dengan kawasan yang
berfungsi
lindung.
Apabila
kegiatan
tersebut
tidak
dikendalikan tentu saja dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan.
B. Masalah Pemanfaatan Sumber Daya Alam •
Ditinjau
dari
potensinya,
wilayah
Kalimantan
Selatan
mempunyai sumber daya alam yang melimpah, terutama berupa
lahan
dan
mineral.
Namun
demikian,
tingkat
pemanfaatannya saat ini relatif masih rendah. Dari seluruh wilayah, baru 24% yang dibudidayakan/ diusahakan sebagai persawahan, tegalan, perkebunan, kebun campuran, dan permukiman. •
Dari
69%
luas
wilayah
berdasarkan
Tata
Guna
Hutan
Kesepakatan (TGHK) dinyatakan sebagai hutan, ternyata sekitar 30% sudah merupakan tegakan hutan, tetapi berupa alang – alang dan semak belukar. •
Ditinjau dari topografinya yang datar serta lokasinya yang strategis,
maka
wilayah
ini
sebenarnya
potensial
untuk
dikembangkan sebagai areal pertanian dan perkebunan. •
Saat
ini
kebutuhan
lahan
untuk
berbagai
kegiatan
pembangunan semakin besar sejalan dengan laju kegiatan pembangunan tersebut serta peningkatan jumlah penduduk. Bertambahnya kebutuhan lahan ini seringkali harus mengubah suatu jenis penggunaan menjadi penggunaan baru yang kadang PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 92
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
– kadang menimbulkan benturan – benturan kepentingan. Dalam hal ini meskipun peralihan penggunaan dimungkinkan, dalam
pelaksanaannya
seringkali
menjadi
masalah
yang
berkepanjangan.
C. Masalah Tumpang-Tindih antar Rencana Pemanfaatan Ruang •
Ditinjau dari penggunaan lahannya sekarang sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan memang masih berupa hutan. Tapi bertambah besar tekanan terhadap hutan karena meningkatnya kebutuhan
penyediaan
lahan
untuk
berbagai
kegiatan
pembangunan yang memerlukan lahan. •
Dalam kaitan ini maka adanya suatu penataan batas kawasan menurut
fungsinya
mutlak
diperlukan
untuk
menghindari
terjadinya tumpang – tindih pemanfaatan lahan, terutama hutan.
D. Masalah Pengamanan Sumber Air •
Di wilayah Kalimantan Selatan cukup banyak terdapat sungai – sungai yang sebagian besar mempunyai hulu di Pegunungan Meratus. Demikian juga terhampar rawa yang luas sebagai tangkapan air. Namun demikian, permasalahan yang dihadapi adalah buruknya kualitas sumber daya air tersebut untuk dimanfaatkan memenuhi kebutuhan penyediaan air bersih bagi penduduk.
Sebagian
besar
sungai
yang
dekat
dengan
permukiman penduduk telah tercemar oleh air asin (intrusi), sementara itu air tanah dan air permukaan kualitasnya sangat buruk untuk air minum.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 93
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
•
Ditinjau dari wilayah DAS dimana sungai – sungai mengalir ternyata catchment area dari sebagian besar DAS tersebut telah berada pada kondisi kritis. Hal ini diindikasikan dengan besarnya fluktuasi debit air sungai, serta tingkat erosi yang kritis. Di daerah tangkapan air sungai – sungai tersebut yang berada di Pegunungan Meratus yang seyogyanya berfungsi sebagai kawasan lindung (lereng di atas 40% dengan intensitas hujan yang tinggi dan jenis tanah yang peka terhadap erosi) telah terjadi okupasi lahan, baik oleh kegiatan HPH maupun masyarakat sekitarnya.
E. Masalah Pengamanan Kawasan Berfungsi Lindung •
Berdasarkan kriteria Keppres No. 32 Tahun 1990 dapat dilakukan
deleniasi
kawasan
lindung
yang
diperkirakan
mencakup areal sekitar 634.000 Ha (17% dari luas wilayah). •
Banyaknya permukiman yang berada di sepanjang sungai menjadi masalah kalau dikaitkan dengan pengamanan terhadap sempadan sungai. Kondisi ini secara faktual merupakan kendala dalam upaya mengamankan kawasan lindung secara ketat.
F. Penggunaan dan Pemilikan Tanah •
Umumnya tanah di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan telah dikuasai baik oleh masyarakat, badan hukum, maupun oleh instansi. Walaupun demikian ternyata sebagian besar tanah – tanah tersebut tidak dimanfaatkan (terlantar) atau dengan kata lain penguasaan dan pemilikan tanahnya bersifat spekulatif.
•
Selain itu Kalimantan Selatan belum memiliki peta penguasaan dan penggunaan tanah yang rinci sebagai sarana pengendalian penguasaan tanah. Tanpa peta tersebut kepala desa atau lurah sebagai aparat terdepan yang mengontrol, mengevaluasi, dan
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 94
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
mengendalikan perubahan – perubahan pemilikan tanah sulit menjalankan tugasnya secara efektif. 2.3.2.7 Permasalahan Perhubungan dan Prasarana Utama Wilayah
A. Transportasi Jalan Raya •
Kuantitas dan kualitas jalan antar kabupaten menunjukkan adanya kesenjangan. Namun demikian hal ini juga akibat dari kondisi fisik yang kurang menunjang terutama akibat luasnya rawa – rawa dan adanya kabupaten dengan areal yang luas namun jumlah penduduk relatif rendah.
•
Dikaitkan dengan lalu lintas kota, ada kemungkinan persoalan khususnya pada penggal – penggal jalan yang merupakan pertemuan antara transportasi regional dan dalam kota. Salah satunya adalah penggal jalan yang menghubungkan Pelabuhan Trisakti dengan luar kota Banjarmasin.
•
Pola jaringan jalan saat ini jelas menunjukkan adanya dukungan kuat terhadap Banjarmasin sebagai pusat wilayah yang sangat dominan. Tidak hanya jaringan jalan raya, bahkan bersama jaringan sungai membentuk pola sirkulasi yang memusat ke Banjarmasin.
•
Kurang/tidak adanya aksesibilitas jalan raya yang baik yang dapat
menghubungkan
antara
bagian
Barat
dan
Timur
Pegunungan Meratus, kecuali melalui Banjarmasin sebagai simpul utama.
B. Transportasi Sungai Sungai akan mengalami proses pendangkalan atau erosi yang dapat disebabkan oleh proses alamiah maupun akibat dari kegiatan manusia.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 95
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
C. Tansportasi Laut Pelabuhan Trisakti sebagai pelabuhan samudra yang terletak di Sungai Barito dengan kondisi fisik yang kurang menguntungkan, terutama akibat tingginya perbedaan navigability pada saat pasang dan
surut
serta
pengendapan
yang
tinggi,
mengakibatkan
terbatasnya kapal yang dapat berlabuh dan tingginya biaya pemeliharaan. Selain itu juga ada masalah terbatasnya gudang penumpukan pada waktu puncak.
D. Transportasi Udara Masalah transportasi udara menyangkut peningkatan fasilitas bandara Syamsuddin Noor sebagai bandara utama.
E. Perlistrikan •
Perkembangan
konsumsi
energi
listrik
membutuhkan
peningkatan penyediaan pembangkit listrik yang cukup besar. Namun terdapat masalah alternatif sumber energi yang terbatas dan mengakibatkan biaya pengadaan yang relatif mahal. •
Menghindari konflik kepentingan antara kebutuhan air untuk listrik dan kebutuhan pertanian. Dalam hal ini konflik terjadi pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pada awal tahun 1992 ini PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Microhidro) Muci yang terletak di Kecamatan Maruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah terpaksa harus dibongkar karena debit air Sungai Maruyan tidak mampu mengoperasikan turbin.
F. Pengairan •
Kondisi irigasi yang telah ada di Kalimantan Selatan terlihat masih belum optimal. Sistem irigasi yang ada masih belum mampu mengairi sekitar 60% sawah yang ada. Dengan
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 96
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
demikian di masa – masa mendatang perlu upaya untuk memenuhi kekurangan itu. •
Dengan adanya rencana pengembangan irigasi yang cukup besar ini diharapkan dapat memenuhi kekurangan irigasi yang selama ini terjadi dan diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian di Kalimantan Selatan.
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 97
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 31 JARINGAN IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 98
LAPORAN PENDAHULUAN Penataan Ruang Untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pantai Timur Kalimantan
TABEL II – 32 LOKASI RENCANA PENGEMBANGAN IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PT. Pemeta Engineering System Consultant
II - 99
View more...
Comments