Bab 2 Terabru
July 13, 2017 | Author: Anggia Ayu Andina Fatah | Category: N/A
Short Description
bab 2 konsep diri...
Description
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Obesitas 1. Pengertian Kegemukan dan obesitas didefinisakn oleh WHO sebagai akumulasi lemak abnornal atau berlebihan yang berpeluang menimbulkan beberapa resiko kesehatan pada seseorang individu. Dengan kata lain obesitas adalah kondisi dimana lemak tubuh anda telah menumpuk sehingga bisa menimbulkan efek buruk pada kesehatan. Pada yang kegemukan, lemak biasanya terdistribusi ke seluruh tubuh atau hanya terkonsentrasi dibagian perut (berbentuk apel) atau dipinggul dan paha (berbentuk buah pir) (Rina Nurmala.dkk,2011). Menurut Kamus Dorland, obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (Hasdianah,H,R, et al, 2014). Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan konsekuensi dari asupan kalori atau energi yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan atau dibakar melalui proses metabolisme tubuh. Kegemukan pada anak ditandai dengan nilai BMI diantara persentil ke-85 dan ke-95 pada kurva pertumbuhan, sesuai umur dan jenis kelaminnya. Sedangkan obesitas ditandai dengan nilai BMI diatas persentil ke-95 pada kurva pertumbuhan. (Ginanjar. 2009)
2. Penyebab Obesitas Soetjiningsih (1995) menyebutkan 3 faktor utama saat kegemukan adalah masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh, penggunaan
kalori yang kurang, dan faktor hormonal. Disamping itu obesitas disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi seperti herediter, suku bangsa dan persepsi bayi gemuk adalah bayi sehat. Secara umum penyebab obesitas pada anak belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyebab kegemukan dan obesitas pada anak bersifat multi faktor. Ada tiga faktor yang diketahui berperan besar dalam meningkatkan resiko terjadinya kegemukna dan obesitas pada anak, yakni faktor genetik (keturunan), pola aktifitas, dan pola makan. (Ginanjar. 2009). Damayanti (2002) menurut hukum termodinamika, obesitas terjadi karena ketidak seimbangan antara asupan energi dan keperluan energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan. Penyebab obesitas pada anak dapat di kelompokkan menjadi beberapa faktor yaitu: faktor genetik, pola makan, pola aktifitas, faktor lingkungan dan faktor predisposisi lain. A. Faktor Genetik Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya didalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anakanak yang gemuk pula. Dalam hal ini nampknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh, Hal ini di mungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif lebih besar.
Purnama (2008) dalam buku yang berjudul Penuntun Diit Anak mengatakan angka – angka yang menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi adalah sebagai berikut: Bila bapak dan ibu tidak mengalami obesitas, kemungkinan anak mengalami obesitas sekitar 9%; bila bapak atau ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-50%; bila bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80%. Sampai saat ini sudah diketahui 7 gen penyebab obesitas pada manusia: leptin receptor, melanicortin receptor-4 (MC4R), alpha melanocyte stimulating hormone (alpha MSH), prohormone convertase-1 (PC-1), leptin, barder5t-beid, dan bunningan partial lypodystrophy. Para ilmuan curiga bahwa gen-gen tersebut
mungkin dapat menyebabkan
obesitas pada manusia karena berat seorang anak seringkali berhubungan dengan berat badan orang tua mereka. Tetapi kadang sukar untuk membedakan pengaruh faktor keturunan dengan faktor lingkungan, karena anak yang berasal dari orang tua gemuk ternyata cenderung untuk meniru kebiasaan makanan dan gerak yang salah dari kedua orang tuanya. (Mustofa, 2010).
B. Konsumsi Energi Kurangnya keseimbangan sering
menyebabkan
energi adalah pemicu yang paling
kelebihan
berat
badan
dan
obesitas.
Keseimbangan energi artinya bahwa energi anda yang masuk sama dengan energi yang keluar. Energi yang masuk adalah jumlah energi atau kalori yang anda dapatkan dari makanan dan minuman yang anda
santap. Energi yang keluar adalah jumlah energi yang digunakan tubuh untuk aktifitas fisik. Kegemukan dan obesitas bisa terjadi kapan saja, terutama ketika mengambil aklori lebih dari yang di inginkan (Nurmalina & Valley,2011). C. Pola aktifitas Fisik Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk didepannnya tanpa harus bergerak. Hal inilah menyebabkan aanak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan (Nirwana.A.B, 2012). Sebaliknya menonton televisi dapat menurunkan aktifitas fisik dan keluaran energi karena mereka menjadi jarang atau kurang berjalan, besepeda atau naik turun tangga. Disamping itu menonton acara televisi tertentu terbukti dapat menurunkan laju metabolisme tubuh. Sebuah penelitian Kohort membuktikan bahwa menonton televisi lebih dari 3 jam meningkatkan prevalensi dan angka kejadian obesitas pada anak usia 6-12 tahun (18%), serta menurunkan angka keberhasilan terapi pada obesits sebesar 33%. (Alamtsier, 2011) D. Pengaruh televisi Hasil penelitian
Sylvester
(Worthing
&
Rodwell,
2000)
menunjukkan bahwa anak-anak banyak menghabiskan banyak waktu didepan TV, sehingga berpengaruh pada pola makan anak. Banyak menonton televisi menyebabkan anak kurang beraktifitas dan
menyebabkan
anak
berperilaku
pasif.
Ini
menyebabkan
berkembangnya gaya hidup yang dapat menyebabkan obesitas. Anakanak yang lebih sedikit beraktifitas dan lebih banyak menonton televisi cenderung memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih besar. Iklan televisi cenderung mendorong anak untuk mengkonsumsi makanan yang manis. Pada umumnya makanan yang banyak diiklankan adalah makanan yang padat energi seperti pizza, fried chicken, es krim, donat, mi instan serta berbagai macam permen dan coklat. Meningkatnya konsumsi makanan tinggi lemak dan manis, serta menurunnya aktifitas fisik karena telalu banyak menonton televisi ternyata meningkatkan kecenderungan untuk mengalami obesitas (Almatsier, dkk. 2011) E. Faktor Lingkungan Hal lain yang berperan sebagai penyebab terjadinya obesitas adalah faktor lingkungan. Pola makan yang ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya dapat menyebabkan mereka jadi gemuk. Profesor Jhon Warobey, mengevaluasi kebiasaan ibu dalam memberi makan anaknya. Worobey dan timnya memberi questioner pada mereka mengenai apa yang dilakukan para ibu saat anak mereka rewel dan mengamati anak – anak mereka saat diberi makan. Para ibu yang memberi makan anaknya 8 kali dalam sehari dan kurang dibaca tentang aturan pemberian makanan yang terdapat dalam kemasan makanan, cenderung memiliki anak yang gemuk di usia 6-12 bulan. Hasil ini dilaporkan dalam Journal of Nutrition Education and
Behaviour. Dengan demikian, lingkungan anak, terutama orang tua harus menyediakan makanan yang terkontrol kandungan gizi dan porsinya. Hasil inilah yang dimaksud bahwa orang tua turut berdosa bila anaknya mengalami obesitas. (Mustofa, 2010) F. Konsumsi Fast Food Konsumsi fast food atau makanan cepat saji yang banyak mengadung
energi
dari
lemak,
karbohidrat
dan
gula
akan
mempengaruhi kualitas diet dan meningkatkan resiko obesitas. (MMI Vol.40, Nomor 2 Tahun 2005). Meningkatnya konsumsi fast food diyakini sebagai salah satu masalah, karena obesitas meningkat pada masyarakat yang keluarganya banyak keluar mencari makanan cepat saji dan tidak punya waktu lagi untuk menyiapkan makanan dirumah (WHO 2000). Selain itu, meningkatnya konsumsi makanan manis dan tinggi lemak, serta menurunnya aktifitas fisik karena kebanyakan waktu untuk menonton televisi ternyata meningkatkan kecenderungan anak untuk mengalami obesitas. Pada umumya makanan yang banyak diiklankan adalah makana padat energi seperti pizza, fried chicken, es krim, donat, mi instan, serta bebagai macam permen dan coklat. Anak yang memakan lebih dari tiga kali makanan fast food dalam seminggu cenderung sedikit lebih tidak suka terhadap makanan yang lebih sehat seperti buah, sayur, susu, dan makanan lain ketika mereka diminta untuk memilihnya (Almatsier,dkk. 2011) G. Minuman Ringan Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat
bertambah bila mengkonsumsi minuman ini.Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini (Nirwana.A.B, 2012). H. Pemberian makanan padat terlalu dini Menurut dr. Samuel Oetoro, bayi beresiko obesitas bila diberikan makanan padat terlalu awal. Kondisi itu merangsang anak untuk mengisi perut dengan makanan padat terus menerus. Padahal menurut anjuran yang benar, makanan baru diperkenalkan pada usia 6 bulan. Itu pun tidak langsung dalam bentuk makanan yang padat melainkan bubur halus pendamping ASI. (Juniarto,dkk. 2010) I. Tingkat ekonomi keluarga Nuramalina (2011) mengatakan kalau keluarga dengan pendapatan tinggi dapat membeli makanan apa pun, termasuk makanan bergizi namun juga makanan tinggi lemak/kalori/gula, junk food, fast food, soft drink yang merupakan penyumbang terbesar terhadap masalah obesitas. Anak yang berasal dari latar belakang keluarga berpendapatan rendah mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami obesitas. Karena mereka tidak pernah memperhatikan apakah makanan mereka sehat atau tidak, yang terpenting bagi kelurga kurang mampu adalah mereka bisa makan (Nirwana.A.B, 2012). J. Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan setatus gizi. Anak perempuan lebih memperhatikan penampilan sehingga
seringkali
membatasi
makanannya,
selain
itu
anak
perempuan mempunyai kemampuan makan dan aktifitas fisik yang lebih redah dari anak laki-laki (Ginanjar, 2009). K. Suku bangsa Pada suku bangsa tertentu kadang-kadang terlihat lebih banyak anggotanya yang menderita obesitas. Dalam hal ini sukar untuk menentukan faktor yang lebih menonjol: keturunan atau latar belakang kebudayaannya seperti kebiasaan makan–makanan yang mengandung banyak energi, tidak berolah raga dan sebagainya. (Mustofa, 2010) Individu yang memiliki kecepatan metabolisme lebih lambat memiliki resiko lebih besar mengalami kegemukan dan obesitas. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa ras kulit putih pada periode pra-pubertas memiliki kecepatan metabolisame yang lebih besar dari pada sebaya mereka dari ras kulit hitam. (Ginanjar. 2009). L. Gangguan emosi Beberapa anak makan berlebihan untuk melupakan masalah, melawan kebosanan , atau meredam emosi, seperti stres. Masalahmasalahinilah yang menyebabkan terjadinya overweight pada anak. Faktor ini tidak hanya menyerang pada anak-anak, orangtua mereka juga mempunyai kecenderungan seperti ini (Nirwana.A.B, 2012). M. Gangguan Hormon Walaupun sangat jarang, adakalanya obesitas disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara hormon, seperti pada sindroma cushing, hiperaktivitas adrenocortikal, hipogonadisme, dan penyakit hormon lainnya. (Soetjiningsih, 1995) N. Gangguan Pada salah satu Batang Otak
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus, sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dan darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan), hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil penelitian didaptkan bahwa bila HL rusak/hancur maka kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan (Hasdianah,H,R, et al, 2014) 3. Tingkatan Obesitas Kegemukan pada anak ditandai dengan nilai BMI diantara persentil ke-85 dan ke-95 pada kurva pertumbuhan, sesuai umur dan jenis kelaminnya. Sedangkan obesitas ditandai dengan nilai BMI diatas persentil ke-95 pada kurva pertumbuhan. (Ginanjar. 2009) Dokter atau ahli kesehatan biasanya menggunakan BMI (Body Massa Index) atau IMT (Indeks Masabuh) dalam bahasa indonesia untuk memastikan bahwa apakah berat badan
anda
termasuk
sehat/normal,
kelebihan
berat
badan, atau obesitas. Individu dianggap kegemukan atau kelebihan berat badan ketika ia berada diatas berat badan
sehat,
yang
bervariasi
menurut
ketinggiannya.(Rina
Nurmalina.dkk,2011). Tabel 1.1 klasifikasi BMI yang diusulkan untuk penduduk Asia Dewasa (IOTF,WHO 2000) Kat ego ri
BMI (Kg/m 2 )
Und < er 18,5 wei
Kg/m2
hgt
Risk of Comorbidities Rendah tetapi resiko terhadap masalah masalah klinis lain meningkat
18,5 – Nor 22,9 mal
Rata rata
Kg/m2 23.0 –
At
Normal 24,9
risk Kg/m 25-
2
tinggi
Obe 29.9 se 1
Sedang
Kg/m2 >30.0
Obe 0 se 2
berbahaya
Kg/m2
4. Dampak Obesitas Komplikasi terhadap kesehatan obesitas ringan sampai obesitas berat morbilitasnya kecilmpada masa kanak-kanak,
kalau obesitas masih berlanjut sampai samapi dengan masa adolesensi, maka mordibitas dan morbilitasnya, berikut ini adalah beberapa diantara gangguan kesehatan yang terkait dengam obesitas : a) Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner (CHD) adalah suatu kondisi dimana substansi yang disebut plak terbentuk dalam arteri koroner. Plak dapat mempersempit atau memblokir arteri koroner dan mengurangi aliran darah ke otot jantung,
hal
ini
dapat
menyebabkan
angina
atau
serangan jantung. b) Tekanan Darah Tinggi Tekanan
darah
adalah
kekuatan
darah
mendorong
dinding arteri saat jantung memompa darah keluar. Jika mimiliki
berat
badan
yang
berlebihan
makan
kesempatan memiliki tekanan darah tinggi sangat besar. c) Stroke Menjadi gemuk dapat menyebabkan penumpukan plak pada arteri, terkadang plak bisa pecah menyebabkan terbentuknya gumpalan darah. Jika bekuan darah ini posisinya dekat dengan otak yang dapat memblokir oksigen ke otak dan menyebakan stroke. d) Diabetes tipe 2
Dalam diabetus militus tipe 2 ini sel-sel tubuh tidak menggunakan insulin dengan benar. Pada awalnya tubuh bereaksi dengan membuat lebih banyakinsulin, namun seiring dengan penambahan berat badan tubuh tidak dapat membuat cukup isulin untuk
mengendalikan
tingkat gula darahnya. e) Lemak darah abnormal Jika kelebihan berat badan atau obesitas, maka akan berisiko memiliki tingkat lemak darah abnormal, ini termasuk kadar trigliserida dan LDL (kolesterol buruk) yang tinggi dan HDL (kolesterol baik) yang rendah. f) Kanker Kelebihan berat badan atau obesitas menigkatkan resiko kanker tertentu, ini termasuk kanker usus, payudarah, endometrium, dan kanker kandung empedu. g) Osteoarthritis Kondisi ini terjadi jika jaringan yang melindungi sendi menipis. Berat badan yang ekstra dapat menempatkan lebih banyak tekanan dan keausan pada sendi sehingga menyebabkan rasa sakit. h) Sleep Apnea Sleap anea adalah gangguan umum dimana anda mengalami satu atau lebih jeda dalam bernapas atau
napas dangkal saat anda tidur, seorang yang mengalami sleep apnea mungkin memiliki lebih banyak lemak disekitar leher. i) Masalah Reproduksi Obesitas
dapat
juga
dapat
menyebabkan
ketidak
teraturan menstruasi dan infertilitas pada perempuan j) Batu Empedu Batu
empedu
terbuat
dari
kolesterol.
Orang
yang
kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko cukup
signifikan
kegemukan
dapat
pada
batu
empedu.
menyebabkan
Selain
kantong
itu
empedu
membesar sehingga tidak bekerja dengan baik. k) Kehamilan beresiko Sebuah penelitian di inggris menemukan wanita yang kelebihan berat badan pada trimester pertama kehamila maupun yang berat badannya melomjak naik, punya potensi hamil lebih lama serta mengalami komplikasi. 5. Solusi Obesitas Untuk Mengatasi obesitas anak atau mencegah anak agar tidak mengalami obesitas, langkah langkah yang dapat ibu lakukan antara lain sebagai berikut : a) Perhatikan makanan yang akan diberikan untuk anak Artinya yang harus ibu lakukan adalah dengan mengurangi konsumsi makanan fast food, makanan ringan dalam kemasan, minuman ringan, cemilan manis atau makanan
dengan lemak tinggi tapi sebaliknya , sajikan daging dan sayuran segar. Perbanyak konsumsi buah dan susu yang baik untuk pertumbuhan anak. b) Berikan sarapan dan bekal untuk anak Dengan membawa makanan dari rumah , orang tua dapat mengontrol gizi anak dan menghindari agar anak tidak perlu jajan di luar. c) Perbaiki teknik mengolah makanan Jangan terlalu banyak menggoreng makanan agar tidak terlalu banyak lemak yang dikonsumsi. Ibu dapat mencoba untuk mengukus, merebus atau memanggang makanan agar makanan lebih sehat. d) Tetapkan aturan makan Biasakan agar anak makan di meja bukan di depan televisi atau komputer. Banyak orang akan tidak menyadari berpa banyak makanan yang sudah disantapnya e) Batasi kegiatan menonton televisi, video game atau penggunaan komputer Melakukan kegiatan tersebut akan membuat anak malas bergerak, maka diperlukan aturan tegas tentang berapa lama kegiatan ini boleh dilakukan. Selanjutnya anad dapat membantu
anak
agar
menyenagi
hiburan
seperti
bersepeda, bermain bola atau sekedar lompat tali. f) Lakukan kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik Semuanya harus ibu dan anak anak rencanakan, misalnya untuk melakukan olahraga seperti
joging, lari pagi,
berenang, badminton atau olahraga lainnya.
B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan anak 1. Konsep Anak Dalam keperawatan anak, anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dan dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Masa anak merupakan pertumbuhan yang dimulai dari bayi (0 - 1 tahun), usia bermain / toddler (1 - 2,5 tahun), usia sekolah (5 – 11 tahun) hingga remaja (11 – 18 tahun ). Rentang ini berbeda antara satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak memiliki rentang pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. (Aziz, 2005) a. Periode Neonatus Periode neonatus adalah periode awal dari kehidupan yaitu usia 0 – 28 hari. Selama tahapan ini, fungsi fisik bayi baru lahir kebanyakan reflektif, dan stabilisasi sistem organ utama adalah tugas tubuh yang utama. (Potter & Perry, 2005) Linkages (2002) salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir adalah dengan memberikan ASI segera setelah ia dilahirkan, yaitu dalam waktu setengah jam sampai satu jam setelah lahir. ASI merupakan pangan kompleks yang mengandung zat-zat gizi lengkap dan bahan-bahan bioaktif yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan pemeliharaan kesehatan bayi. WHO menganjurkan pemberian ASI ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan. (Almatsier, dkk. 2011). Worthington-Robert & Rodwell Williams (2000) dan Shills et al (2006) mengatakan pemberian ASI berpengaruh baik terhadap status gizi
bayi dan perkembangan otak, mencegah kegemukan, mencegah infeksi dan mengurangi resiko terhadap alergi, serta menurunkan mobiditas bayi. Pemberian ASI berpeluang untuk menurunkan resiko kegemukan melalui pengaturan sendiri asupan energi atau dengan mengaktifkan sistem yang mempertahankan energi. Bayi yang diberi susu formula sejak lahir atau memperoleh ASI kurang dari tiga bulan, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami kegemukan pada usia 6 tahun dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI lebih dari tiga bulan.(Almatsier, dkk. 2011). b. Masa Toddler Masa ini berada pada rentang dari masa kanak – kanak mulai berjalan sampai mereka berjalan dan berlari sendiri dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai 36 bulan. Toddlerr tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif yang lebih besar. (Potter & Perry, 2005). Berat badan pada usia 12 bulan menjadi tiga kali berat badan lahir. Bayi sehat diharapkan tumbuh dengan baik, pertumbuhan fisik adalah indikator status gizi bayi dan anak. Selain berat badan, sebaiknya pemantauan juga dilakukan terhadap panjang badan dan lingkar kepala. (Almatsier, dkk. 2011). c. Usia Prasekolah Periode prasekolah mendekati tahun antara 3 dan 6 tahun. Anak-anak menyempurnakan penguasaan terhadap tubuh mereka dan merasa cemas menunggu
awal
pendidikan
formal.
Perkembangan
fisik
terus
berlangsung lambat, dimana perkembangan kognitif dan psikososial lebih cepat. (Potter & Perry, 2005)
Umumnya pada usia ini konsumsi kalsium, fosfor, riboflavin, besi dan vitamin A anak prasekolah menurun karena berhentinya konsumsi bubur bayi yang difortifikasi dengan zat besi. Berkurangnya konsumsi susu dan kurang tertariknya anak terhadap sayuran. Pada masa ini konsumsi karbohidrat dan lemak meningkat. Konsumsi protein tetap atau sedikit meningkat. Orang tua dan pengasuh merupakan model peran bagi anak pra-sekolah. Bila mereka makan bermacam-macam makanan, anakpun akan mengikuti. (Almatsier, dkk. 2011) d. Usia Sekolah Di negara – negara industri periode ini dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar 12 tahun merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. (Perry & Potter, 2005) Kelompok usia ini mempunyai laju pertumbuhan fisik yang lambat tapi konsisten. Kebiasaan makan terbentuk pada masa ini, serta makanan yang disukai dan tidak disukai, merupakan dasar dari pola konsumsi makanan dan asupan nutrisi anak usia selanjutnya. Pilihan makanan sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang lain selain keluarga, anak pasti memiliki kesukaan dan ketidak sukaan. Anak memiliki nafsu makan yang besar setelah pulang sekolah dan memerlukan makanan kecil yang berkualitas seperti buah dan roti lapis untuk menghindari makanan tinggi kalori seperti kripik dan permen. Program makanan di sekolah dan di tempat penitipan anak sangat berpengaruh terhadap asupan makanan. (Almatsier, dkk. 2011) 2. Pertumbuhan Anak Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa di ukur dengan ukuran berat(gram, pon dan kilogram), ukuran panjang (sentimeter dan
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolisme (retensi kalsium dan nitrogen).Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat , sebagai hasil dari proses pematangan (Rina Nurmalina & Bandung valley,2011) Obesitas bisa di lihat langsung dari pertumbuhan anak yaitu di lihat secara fisik anak.Apabila anak kita mendapat gizi yang baik, maka kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupannya sebagai berikut : a. 700 – 1000 gram/bulan pada triwulan 1 b. 500 – 600 gram /bulan pada triwulan II c. 350 – 400 gram/bulan pada triwulan III d. 250- 350 gram/bulan pada triwulan IV
C. Konsep Atropometri 1. Pengertian Atropometri Parameter atropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi beberapa parameter di sebut indeks antropometri. Dalam pengukuran indeks atropometri sering terjadi kerancuaan, hal ini akan mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks atropometri yang sering di gunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U), dan Berat Badan menurut tinggi badan (BB/TB),dan Indeks massa Tubuh oleh karena itu di bawah ini akan di uraikan tentang berbagai indeks atropometri (Soegiant,B dkk, 2007). a. Berat Badan menurut tinggi badan Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan anak searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jelffie pada tahun 1996 memperkenalkan ini untuk menilai status gizi.
Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur. Sehingga dapat membedakan proporsi badan(gemuk, normal dan kurus) Juniarto dkk (2010) seorang anak dikategorikan gemuk sebagai berikut : 1) Obesitas ringan : indeks B/T 120-135% 2) Obesitas sedang : indeks B/T > 135-150% 3) Obesitas berat : indeks B/T > 150-200% 4) Obesitas super : indeks B/T > 200% b. Indeks Massa Tubuh (IMT) 1) Definisi Body mass index (BMI) atau dalam bahasa indonesia Indeks Masa tubuh (IMT), tidak lain angka yang menunjukkan apakah seseorang terlalu berat untuk tinggi mereka.IMT juga dapat digunakan untuk menentukan seberapa berat untuk tinggi mereka. BMI juga dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena risiko penyakit tertentu yang terkait karena berat badannya. Tabel 1.1 klasifikasi BMI yang diusulkan untuk penduduk Asia Dewasa (IOTF,WHO 2000). Ka te go ri Un der
BMI (Kg/m 2 )
<
we
18,5
ihg
Kg/m2
t No
18,5 –
rm
22,9
al
Kg/m2
Risk of Comorbidities Rendah tetapi resiko terhadap masalah masalah klinis lain meningkat
Rata rata
At
23.0 – Normal
ris
24,9 2
k Ob
Kg/m 25-
es
29.9
e1 Ob
Kg/m2 >30.0
es
0
e2
Kg/m2
tinggi
Sedang
Berbahaya
2) Beberapa Batasan IMT Meskipun IMT dapat digunakan untuk pria maupun wanita, namun metode ini memiliki beberapa batasan. IMT antara lain tidak dapat digunakan bagi : a) Ibu hamil b) Anak- anak dalam masa pertumbuhan c) Orang-orang yang sangat berotot, seperti atlet Mungkin terlalu tinggi lemak tubuh pada seorang atlet atau mereka yang memiliki otot membangun. 3) Menghitung IMT a) Menghitung IMT Secara Konvensional Rumus dasar untuk menghitung IMT sebetulnya cukup sederhana yaitu dengan membagi berat badan dengan kuadrat dari tinggi badan, yakni : IMT =
b) Menghitung BMI
Berat( kg) 2 Tinggi(m)
dengan
menggunakan Tabel Untuk menghitung IMT dengan menggunakan tabel, pertama-tama temukan tinggi badan pada kolom kiri. Lalu temukan berat badan
di baris paling atas. Pertemuan di antara baris dan kolom itulah angka
IMT
Gambar 1.1 : Body Mass Index (BMI) Chart 4) IMT Untuk Anak-Anak dan Remaja Kegemukan pada anak-anak dan remaja didefinisikan secara berbeda-beda dari orang dewasa. Ada pertimbangan lain yang digunakan pada orang di bawah usia 20 tahun. Hal ini mengingat anakanak masih terus tumbuh, begitupun anak laki-laki dan perempuan mengalami pertumbuhan dengan tingkatan yang berbeda.
Sejalan dengan pertumbuhannya , lemak tubuh amak-anak berubah dari tahun ketahun. Oleh karena itu tidak hanya formula stndar yang diperlukan untuk menghitung indeks masa tubuh, tetapi juga memperhitungkan usia serta jenis kelamin. Dalam Hal ini kita akan membutuhkan apa yang disebut grafik pertumbuhan yang memuat presentil usia.(Rina Nurmalina & Bandung Valley, 2011). Setelah IMT di hitung untuk anak-anak dan remaja, nilai IMT di plot di grafik pertumbuhan untuk mendapatkan perimgkat persentil. Oleh karena lemak tubuh ana perempuan dan anak laki-laki berbeda, maka tersedia dua grafik pertumbuhan yang berbeda : Kategori Status Kekurangan berat bada
Rentang Persentil Kurang dari persentil ke-5 Persentil ke-5 sampai
Berat badan sehat kurang dari persentil ke-85 Persentil ke 85 sampai Kelebihan berat badan kurang dari persentil ke-95 Persentil ke-95 atau lebih Obesitas tinggi
Gambar 1.2 Indeks Massa Tubuh untuk Anak laki-laki
Gambar 1.3 Indeks Massa Tubuh untuk Anak Perempuan
View more...
Comments