Bab 2 Manusia Buddha 2
October 6, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Bab 2 Manusia Buddha 2...
Description
Materi Agama Buddha Bab 2
Manusia Oleh : Brian(170403113)
2017/2018 Fakultas Teknik Teknik Industri Universitas Sumatera Utara Medan
2 . MANUSIA 2.1 PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia dikaruniai budi sehingga mampu memahami, mengerti, dan memecahkan persoalan – persoalan yang ada di sekitarnya. Tentu saja kemampuan manusia ini tidak diperoleh begitu saja. Melalui pengalaman, pendidikan, lambat laun manusia memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Namun manusia tidak pernah merasa puas dengan de ngan apa yang telah didapatnya. Rasa ingin tahu , ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat manusia selalu bertanya-tanya apa ini, apa itu, bagaimana ini, bagaimana itu, mengapa begini, mengapa begitu. Pertanyaan–pertanyaan ini muncul sejak manusia mulaibisa berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikirannya,makin banyak pertanyaan yang muncul , makin banyak usahanya untuk mengerti. Jika jawaban dari pertanyaan–pertanyaan tersebut mencapai alasan atau dasar, sebab atau keterangan yang sedalam-dalamnya, maka puaslah ia dan tidak akan bertanya lagi. Akan tetapi, jika jawaban dari pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka manusia akan mencari lagi jawaban yang dapat memuaskannya. Untuk apa sebenarnya manusia bertanya-tanya dan mencari jawab dari pertanyaanpertanyaan tersebut? Semua itu dilakukan karena manusia ingin mencari kebenaran. Jika ternyata bahwa pengertiannya atau pengetahuannya itu sesuai dengan hal yang diketahuinya, maka dikatakan orang bahwa pengetahuannya itu benar. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Namunkebenaran itu ternyata tidak abadi. Artinya sesuatu yang pada suatu saat dianggap benar di saat yang lain dianggap tidak benar. Ini semua terjadi karena dinamika manusia yang selalu bergerak dan ingin mendapatkan sesuatu yang baru.Salah satu hal yang menjadi tanda tanya besar di dalam diri manusia itu sendiri adalah bagaimana proses terjadinya hingga hi ngga manusia itu ada. Dan manusia selalu mencari tahu asal-usul jati dirinya. Sampai sekarang sudah banyak teori-
teori yang diungkapkan beberapa ilmuwan maupun budayawan bagaimana manusia itu ada, baik secara Arkeologi maupun Mitologi.Menurut KUBI (KamusUmum Bahasa Indonesia), Arkeologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala hal dari zaman purba guna menyusun sejarah dan pengetahuan dari zaman itu ; -mempelajarisusunan tanah, peninggalan yang tersimpan di dalam tanah itu, mempelajari prasasti, gambar-gambar, kuburan, dan sebagainya dari zaman purba itu.Asal usul manusia menurut arkeologi dan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi. evo lusi. Evolusi menurut para ahli paleontologi dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu :
1. Tingkat pra manusia yang ya ng fosilnya ditemukan di Johanesburg, Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil Australopithecus
2.Tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut
pithecanthropus erectus
3.Manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah
digolongkan genus yang sama,yaitu Homowalaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo
(Homo Soloensis).
4.Manusia modern atau Homo sapiensyang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan
nalarnya.
2.1.1 Definisi Manusia Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, segi biologis, rohani, rohani, dan dan istilah istilah kebudayaan, kebudayaan,
atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan diklasifikas ikan sebagai sebagai omo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan golongan mamalia mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dalam agama, dimengerti dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; hidup; dalam mitos, mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, penggunaan bahasanya, organisasi organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai sebagai pria. pria. Anak Anak muda perempuan dikenal sebagai sebagai putri putri dan perempuan dewasa sebagai wanita. sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, dari janin, bayi, bayi, balita, balita, anak-anak, anak-anak, remaja, remaja, akil akil balik, pemuda/ balik, pemuda/ ii, dewasa, , dewasa, dan dan (orang) (orang) tua. tua.
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri ciri-cir i fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut
agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
2.1.2.
Untuk terlahir sebagai manusia adalah Sangat sulit (Dhammapada dan Karaka Chapa atau Sutta Penyubuta)
Terlahir sebagai manusia adalah suatu hal yang sangat menguntungkan dan membahagiakan. Mengapa? Karena untuk dapat terlahir sebagai manusia itu tidak mudah, sangat sulit. Bagaimana sulitnya? Di dalam khotbahNya yang berjudul Nakhasikha Sutta, Sang Buddha menjelaskan betapa sulitnya untuk dapat terlahir sebagai manusia dengan perumpamaan debu yang ada di ujung kuku Sang Buddha. Sang Buddha mengambil secuil debu dari tanah dan menempelkannya di kukuNya dan bertanya kepada para bhikkhu lebih banyak mana jumlah debu yang ada di kukuNya jika dibandingkan dengan jumlah debu yang ada di tanah, para bhikkhu menjawab bahwa jumlah debu yang ada di ujung kuku Sang Buddha itu terlalu sedikit dan dapat diabaikan bila dibandingkan dengan jumlah debu yang ada di tanah yang jumlahnya jauh lebih banyak, kemudian Sang Buddha melanjutkan bahwa bagi mereka yang terlahir sebagai manusia, setelah kematiannya untuk dapat terlahir kembali sebagai manusia adalah sangat sedikit sekali seperti jumlah debu yang ada di ujung kukuNya, sedangkan mereka yang akan terlahir kembali di alam-alam rendah/apaya yaitu alam neraka, alam binatang, alam setan/ peta, dan alam raksasa setelah kematiannya sebagai manusia adalah sebanyak debu yang ada di tanah. Jadi betapa sulitnya untuk dapat terlahir sebagai manusia telah ditunjukkan dengan jelas dalam khotbah Sang Buddha tersebut.
Untuk mendapatkan kehidupan anda seperti sekarang ini adalah sesulit seperti yang dijelaskan di atas. Alam manusia adalah alam kehidupan bahagia di samping alam dewa/surga. Di samping alam-
alam kehidupan bahagia, ada juga alam-alam kehidupan menyedihkan di mana para makhluk yang terlahir di alam-alam ini jauh dari kesenangan atau kebahagiaan, penuh dengan penderitaan, kesukaran, ketidaknyamanan dan hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya. Alam-alam kehidupan menyedihkan ini terdiri dari: alam neraka, alam binatang, alam setan/peta, dan alam raksasa. Semua makhluk hidup termasuk kita pernah terlahir di alam-alam rendah/apaya jauh lebih banyak jumlahnya daripada kelahiran kita di alam-alam bahagia. Hal ini berarti bahwa kita telah menghabiskan lebih banyak waktu sambil menderita di alam rendah. Apakah kita menginginkan kehidupan yang demikian? Tentu saja tidak.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Saat ini kita sudah terlahir sebagai manusia sedangkan untuk unt uk dapat terlahir sebagai manusia adalah sangat sulit, apabila kita tidak ingin terlahir kembali di alam-alam apaya setelah kematian kita, tentu saja kita harus memanfaatkan kelahiran kita sebagai manusia saat s aat ini dengan baik-baik/sungguh-sungguh dengan belajar dan mempraktikkan Dhamma dengan sungguh-sungguh, dengan banyak berbuat kebajikan dan tidak berbuat kejahatan. Apabila kita belajar dan mempraktikkan Dhamma dengan sungguh-sungguh, maka kehidupan ini mampu mencegah kelahiran di alam yang lebih rendah dan mampu mengkondisikan kelahiran kita yang lebih baik di masa mendatang. Kehidupan yang kita miliki sekarang adalah kehidupan yang sangat berharga.
2.1.3. Manusia tidak hanya di bumi ini saja (sistem tatsurya dari Anguttara Nikaya Ananda
Vagga bagian Abhibhu). Sadharma Pundarika Sutra, Pancavimsati Sahassrika
Mahaprajnaparamita Satra
Sang Buddha yang tercerahkan sempurna menjelaskan bahwa tumimbal lahir dapat terjadi di alam yang lain, di berbagai alam, dalam berbagai bentuk serta kondisi. Terdapat 31 alam kehidupan yang dapat menjadi tempat kelahiran (kembali) makhluk berdasarkan pada perbuatan, karma baik atau buruk dari makhluk yang bersangkutan.
Jadi tinggal kembali kepada diri masing-masing, masing-masin g, ada begitu banyak alam tersedia bagi para makhluk, tentu saja kita bebas memilihnya semua tergantung dari bagaimana perbuatan masing-masing
2.1.4. Jumlah manusia yang ada di bumi ini sangat sedikit apabila dibandingkan dengan
jumlah makhluk dalam alam semesta (Nakharika Sutta atau Sutta Sutta Ujung Kuku)
Menurut pandangan Agama Buddha, bumi kita ini hanya h anya merupakan salah satu titik kecil saja di alam semesta, dan bumi bukan merupakan satu-satunya tempat kehidupan makhluk. Juga bukan hanya manusia dan binatang yang merupakan makhluk yang hidup di bumi ini. Jumlah bumi di alam semesta ini banyak sekali dan begitu pula dengan makhluk hidup.
Kelahiran dapat terjadi di alam yang lain. Ada 31 alam kehidupan yang dapat menjadi tempat kelahiran (kembali) makhluk berdasarkan pada karma baik atau buruk dari makhluk yang bersangkutan.
Hal ini telah diterangkan oleh Buddha dalam sutta seujung kaki. Dalam sutta seujung kaki sang Buddha bertanya pada muridnya.., “Oh para bhikkhu menurut kalian lebih banyak mana debu yang ba nyak ada di ujung kakiku atau debu yang ad a di dunia ini?.” Muridnya menjawab, “Tentu saja lebih banyak debu yang ada di dunia.” Sang Buddha lalu berkata, “Oh para bhikkhu, begitu pula dengan makhluk
yang terlahir di alam manusia lebih sedikit seperti debu yang ada di ujung kakiku dan begitu banyak makhluk yang terlahir di alam bukan manusia sama seperti debu yang ada begitu banyak di dunia ini.”
2.1.5. Manusia yang sekarang merupakan resultante dari jumlah kehidupannya di berbagai bumi dan banyak kehidupan di bumi
Perilaku moral bagi umat Buddha berbeda berdasarkan apakah itu berlaku untuk kaum awam atau kepada Sangha atau ulama. Seorang Buddhis awam harus mengembangkan perilaku yang baik dengan pelatihan dalam apa yang dikenal sebagai "Lima Sila". Ini tidak seperti, katakanlah, sepuluh perintah, yang, jika rusak, memerlukan hukuman oleh Allah. Kelima sila adalah pelatihan aturan, yang, jika satu orang untuk memecahkan salah satu dari mereka, orang harus menyadari sungsang dan meneliti bagaimana suatu sungsang dapat dihindari di masa depan. Resultan dari suatu tindakan (sering disebut sebagai Karma) tergantung pada niat lebih dari tindakan itu sendiri. Hal ini menuntut perasaan kurang bersalah dari Yahudi-Kristen pasangannya. Buddhisme menempatkan penekanan besar pada 'pikiran' dan itu adalah penderitaan mental seperti penyesalan, dll kecemasan rasa bersalah yang harus dihindari untuk menanam pikiran yang tenang dan damai.
2.1.6. Pria dan Wanita muncil di bumi ini secara bersama, oleh sebab itu pria dan wanita mitra
Buddha berpandangan bahwa laki-laki dan perempuan sama saja. Tidak ada sistem kasta, orang yang mulia ialah orang yang mampu menjalankan Dhamma terlepas dia laki-laki laki- laki atau perempuan. Menurut Agama Budha, manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan yang muncul bersama di atas bumi ini, dan dia dapat terlahir sesuai dengan karmanya masing-masing, sehingga kedudukan laki-laki dan perempuan dalam Agama Budha tidak dibicarakan sebagai sesuatu yang bermasalah. Agama Budha membimbing umatnya kepada lebih menghargai gender.
2. Ajaran Buddha tentang Manusia
Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan yang khusus dan tampak memberi corak yang dominan pada hampir seluruh ajarannya. Kenyataan yang dihadapi manusia dalam d alam hidup sehari-hari merupakan titik tolak dan dasar dari seluruh ajaran Buddha. Hal ini dibicarakan dalam ajaran yang disebut tilakhama (Tiga corak umum agama Buddha), catur arya satyani (empat kesunyataan mulia), hukum karma (hukum perbuatan), dan tumimbal lahir (kelahiran kembali). Manusia, menurut ajaran Buddha, adalah kumpulan dari energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu rupakhanda (jasmani), vedanakhanda (pencerahan), sannakhandha (pencerapan), shankharakhandha (bentukbentuk pikiran), dan vinnanakhandha (kesadaran) . Kelima kelompok tersebut saling berkaitan dan bergantung satu sama lain dalam proses berangkai, kesadaran ada karena adanya pikiran, pikiran timbul disebabkan adanya penyerapan, penyerapan tercipta karena adanya perasaan, dan perasaan timbul karena adanya wujud atau Rupa. Kelima khanda tersebut juga sering diringkas menjadi dua yaitu: nama dan rupa. Nama adalah kumpulan dari d ari perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan yang dapat digolongkan sebagai unsur rohaniah, sedang Rupa adalah badan jasmani yang terdiri dari empat unsur materi yaitu unsur tanah, air, api, dan udara atau hawa.
2.1. Manusia sebagai makhluk (Pugala)
Puggala berarti makhluk. Pada umumnya, Puggala atau makhluk itu terdiri atas nama atau batin dan rupa atau jasmani. Setiap Puggala atau makhluk itu pasti dilahirkan oleh Janaka Kamma dan kehidupannya diatur oleh Kamma Niyama atau hukum karma. Puggala atau makhluk itu berdiam di dalam tiga puluh satu alam kehidupan.
Puggala atau makhluk itu seluruhnya berjumlah dua belas jenis. Dua belas jenis Puggala ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah Puthujjana, yaitu makhlukmakhluk yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian. Sedangkan kelompok kedua adalah Ariya Puggala atau kelompok makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian. Kedua kelompok makhluk ini tentu berdiam di alam-alam kehidupan yang sesuai dengan keadaannya. Misalnya, Puthujjana atau makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian masih bisa bertumimbal lahir di alam-alam Apaya, tetapi Ariya Puggala atau makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian tidak mungkin lagi bertumimbal lahir di alam-alam Apaya.
2.2. 31 Bhumi (alam kehidupan) 31 ALAM KEHIDUPAN TERBAGI MENJADI TIGA KELOMPOK
1. Kama-Bhumi
11
11 Alam Kehidupan yang makhluk-makhluknya masih senang dengan napsu indera dan melekat pada panca indera. 2. Rupa-Bhumi
16
16 Alam Kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai Rupa Jhana J hana (Jhana Bermateri, hasil dari melaksanakan Samata Bhavana).
3. Arupa-Bhumi
4
4Alam Kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana (Jhana Tanpa Bermateri, hasil dari melaksanakan Samatha Bhavana)
2.2.1. Kamma Bhumi 11 - Apaya-Bhumi 4 (4 alam kehidupan yang menyedihkan), yaitu :
a. Niraya-Bhumi: Alam Neraka. b. Tiracchana-Bhumi : Alam Binatang. c. Peta-Bhumi: Alam Setan. d. Asurakaya-Bhumi: Alam Raksasa Asura
- Kamasugati-Bhumi 7 (7 alam kehidupan napsu yang menyenangkan) :
e. Manussa-Bhumi : Alam Manusia. f. Catummaharajika-Bhumi : Alam Empat Dewa Raja. g. Tavatimsa-Bhumi : Alam 33 Dewa. Di Sorga ini Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma Abhidhamma kepada Ratu Mahamaya (Ibunda-Nya) dan para dewa lainnya.
h. Yama-Bhumi : Alam Dewa Yama. i.
Tusita-Bhumi : Alam Kenikmatan. Ratu Mahamaya dan Maitreya Bodhisattva diam di Sorga ini.
j.
Nimmanarati-Bhumi : Alam Dewa yang menikmati ciptaannya.
k. Paranimmita-vasavatti-Bhumi: Alam Dewa yang membantu menyempumakan ciptaan dewa-dewa lainnya.
2.2.2. Rupa Bhumi 16
- PATHAMA JHANA BHUMI 3 : 3 Alam kehidupan Jhana Pertama, yaitu :
1. Brahma Parisajja Bhumi : Alam pengikut pengikut Brahma. 2. Brahma Purohita Bhumi : Alam para menteri Brahma. 3. Maha Brahma Bhumi : Alam Brahma yang besar.
- DUTIYA JHANA BHUMI 3 : 3 Alam kehidupan Jhana Kedua, yaitu :
4. Brahma Parittabha Bhumi : Alam para Brahma yang kurang cahaya. 5. Brahma Appamanabha Bhumi : Alam para Brahma yang tak terbatas cahayanya. 6. Brahma Abhassara Bhumi: Alam para Brahma yang gemerlapan cahayanya.
- TATIYA JHANA BHUMI 3 : 3 Alam Kehidupan Jhana Ketiga, yaitu :
7. Brahma Parittasubha Bhumi : Alam para Brahma yang kurang auranya.
8. Brahma Appamanasubha Bhumi : Alam para Brahma yang tak terbatas auranya. 9. Brahma Subhakinha Bhumi : Alam para Brahma yang auranya penuh dan tetap.
- CATUTTHA JHANA BHUMI 7 : 7 Alam Kehidupan Jhana Keempat, yaitu :
10. Brahma Vehapphala Bhumi : Alam para Brahma yang besar Pahalanya.
11. Brahma Asannasatta Bhumi : Alam para Brahma yang kosong dari kesadaran.
Selanjutnya Alam-Alam dari Jhana ke empat ini dinamai Alam Suddhavasa 5, yaitu y aitu 5 Alam Kehidupan Yang Murni, Alam Kehidupan khusus untuk para Anagami, yaitu :
12. Brahma Aviha Bhumi : Alam para Brahma yang tidak bergerak. 13. Brahma Atappa Bhumi : Alam para Brahma yang suci.
14. Brahma Sudassa Bhumi : Alam para Brahma yang indah. 15. Brahma Sudassi Bhumi : Alam para Brahma yang berpandangan terang.
16. Brahma Akanittha Bhumi : Alam para Brahma yang luhur.
2.2.3.
Arupa
Bhumi
4
1. Akasanancayatana Bhumi : Keadaan dari konsepsi ruangan tanpa batas. 2. Vinnanancayatana Bhumi : Keadaan dari konsepsi kesadaran tanpa batas. 3. Akincanayatana Bhumi ; Keadaan dari konsepsi kekosongan. 4. Nevasannanasannayatana Bhumi : Keadaan dari konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan.
2.3. Jenis-jenis makhluk puggala): 31 alam kehidupan kehidupan terbagi menjadi 12 macam
Duggati-ahetuka puggala adalah makhluk dengan kualitas tanpa sebab dan menyedihkan Sugati-ahetuka puggala adalah makhluk dengan kualitas tanpa sebab dan menyenangkan Dvuhetuka puggala adalah makhluk dengan kualitas dua sebab Tihetuka puggala adalah makhluk dengan kualitas tiga sebab Sotapati magga adalah jalan masuk yang menarik hati (orang suci tingkat pertama) Sotapatta phala adalah pahala yang menarik hati (orang suci tingkat ke dua )
Sakadagami magga adalah jalan masuk dengan lahir sekali lagi (orang suci tingkat ketiga)
Sakadagami phala adalah pahala dengan lahir sekali lagi (orang suci tingkat ke empat)
Anagami magga adalah jalan masuk dengan tidak lahir lagi (orang suci tingkat kelima) Anagami phala adalah pahala dengan tidak lahir lagi (orang suci tingkat keenam) Arahatta magga adalah jalan masuk kesucian ( orang suci tingkat ke tujuh) Arahatta phala adalah phala kesucian (orang suci tingkat kedelapan)
3. Hakikat dan Martabat Manusia Kehidupan manusia selalu berupaya untuk memperhatikan nilai-nilai, kemampuan, martabat, kebebasan dan kesejahteraan. Sebagai petunjuk atas sikap Buddha terhadap kepentingan dalam masyarakat Buddhis selalu mengedepankan kebenaran, keadilan dan kejujuran serta belas kasih sebagai ciri dalam konsep masyarakat Buddhis. Menuju pada kedisiplinan, yang menyangkut segi duniawi dan spiritual untuk dapat dipraktekan dengan suatu usaha. “Demi untuk kesejahteraan,
kebahagiaan dan kebahagiaan banyak orang, demi kasih sayang bagi dunia, demi kebaikan dan kedamaian serta kebahagiaan para dewa dan manusia” sebagai dasar me rupakan sikap kedisiplinan
moralitas dan etika dalam masyarakat.
Sebagai umat Buddha yang berada di tengah-tengah masyarakat yang luas, sangat erat hubungannya dengan segala bentuk kehidupan sosial. Suatu pandangan yang berat sebelah apabila mengatakan Agama Buddha hanya bersangkut-paut dengan pembebasan diri sendiri, terhadap kehidupan spiritual. Kemudian mendorong orang untuk melepaskan diri sama s ama sekali dari keterlibatan kehidupan vihara atau mengasingkan diri, tanpa memperdulikan orang lain dan tanpa berbuat sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sang Buddha dan Bhikkhu meninggalkan keramaian masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh pengertian yang baru mengenai kehidupan. Untuk mendapatkan kedudukan mereka yang menguntungkan di luar masyarakat diharapkan akan dapat mempengaruhi masyarakat yang ditinggalkan, sehingga untuk bersama-sama merenungkan keadaan atau permasalahan masyarakat yang dihadapinya, mengembangkan dan mengendalikan pikiran menuju cita-cita dalam kehidupan ini yang lebih baik.
4. Tanggung Jawab Manusia
Sebagian besar umat Buddha hidup keduniawian (awam) dalam tatacara agama Buddha disebut perumah tangga, maksudnya hidup berkeluarga dan mencari nafkah. Bila seseorang s eseorang telah mengakui Buddha sebagai guru, dhamma sebagai tuntunan hidupnya serta Sangha (perserikatan para bhikkhu) sebagai pemelihara dhamma, maka orang tersebut adalah umat Buddha. Perilaku sebagai umat Buddha hendaknya mencerminkan kepribadian yang bersifat sesuai dengan Dhamma Agung Sang Buddha. Metta (cinta kasih), Karuna (kasih sayang), Mudita (simpatik-ikut gembira menyaksikan
kegembiraan pihak lain) serta Upekkha (keseimbangan batin) merupakan dasar utama perilaku ini. Bila telah waktunya menerima Visudhi Upasaka (pria) atau Visudhi Upasika (wanita) maka tanggung jawab
moral
lebih
besar
lagi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus benar-benar mengerti dan menghayati arti kelima tekad yang y ang tercantum dalam Pancasila Buddhis. Perilaku kehidupan sebagai umat Buddha tidak sepantasnya bertentangan dengan tatanan moralitas yang telah digariskan oleh Sang Buddha, demi keagungan Tuhan Yang Maha Esa, demi ketentraman k etentraman masyarakat, demi kemajuan setiap insan dalam d alam mencapai tujuan terakhir umat Buddha, yaitu Nibbana. Kelima Sila termaksud yaitu berusaha untuk tidak melakukan pembunuhan, berusaha untuk tidak mencuri, berusaha untuk tidak melakukan hubungan intim yang salah, berusaha untuk tidak berbohong serta berusaha untuk tidak makan atau minum yang
menyebabkan
hilangnya
kesadaran
(mabuk).
Melaksanakan Puja Bakti/Kebaktian dengan memanjatkan paritta, baik di vihara cetiya maupun dihadapan altar pribadi masing-masing secara periodik sangat membantu ketenangan pikiran yang akan meluruskan segala tindakan dalam karya kita sehari-hari. Melaksanakan dana, baik kepada bhikkhu-sangha, kepada vihara, kepada fakir miskin, dan kegiatan kemanusiaan lainnya sungguh dianjurkan
oleh
Sang
Buddha.
Melakukan pengorbanan secara agama Buddha adalah pengorbanan dirinya sendiri, baik pengorbanan harta, pengorbanan waktu maupun pengorbanan miliknya sendiri yang lain, termasuk ada kemungkinan pengorbanan nyawa, akan membawa kemajuan bagi kelahiran berikutnya pada alam kehidupan yang lebih baik.
View more...
Comments