BAB 1
June 16, 2019 | Author: Anthy Msih Menunggu | Category: N/A
Short Description
Bab I...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kegiatan awal dari suatu proses penambangan adalah pembersihan lahan dan pengupasan tanah penutup (overburden) ( overburden).. Overburden yang telah dikupas kemudian disimpan di tempat penimbunan yang biasa dikatakan disposal . Disposal merupakan suatu daerah pada operasi penambangan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan overburden, material kadar rendah ataupun material bukan bijih. Permasalahan aspek jalan tambang menjadi permasalahan yang utama dalam metode tambang terbuka. Seperti yang diketahui, akses jalan merupakan salah satu faktor penting dalam ketercapaian volume tanah yang dipindahkan. Fungsi utama jalan angkut tambang secara umum adalah untuk menunjang kelancaran
operasi
penambangan terutama
dalam
kegiatan pengangkutan.
Medan berat yang mungkin terdapat di sepanjang rute jalan tambang harus di atasi dengan merubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek aspek manfaat dan keselamatan kerja. Produksi alat mekanis pada tambang juga berdasarkan kepada jalan tambang yang baik. Jalan angkut tambang yang baik adalah ketika jalan tersebut memberikan rasa aman dan nyaman bagi operator alat angkut ketika melewati jalan tersebut. Untuk mengetahui suatu jalan angkut tambang itu baik, maka perlu dilakukan pengamatan dan analisis terhadap te rhadap geometri jalan di PT. Timah Investasi Mineral. 1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada kerja praktek kali ini adalah bagaimana mengetahui Perawatan Jalan Tambang PT. Timah Investasi Mineral Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. 1.3 Batasan Masalah 1
Dalam pembuatan laporan ini agar lebih terarah maka dalam penyusunan laporan ini tidak semua dibahas, sehingga penulis membatasi pembahasan masalah yang mengenai “ Perawatan Jalan Tambang”. 1.4 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dari Kerja Praktek adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung perawatan jalan tambang 2. Mahasiswa
dapat
mengetahui
alat-alat
yang
digunakan
untuk
perbaikan atau perawatan jalan 3. Memaksimalkan umur jalan dengan kondisi baik sehingga menjamin kelancaran operasi pengangkutan. 1.5 Alat Dan Bahan
Untuk kelancaran kegiatan penelitian kerja praktek, maka diperlukan alat dan bahan sebagai berikut : -
Alat tulis menulis
-
Meteran
-
Kamera
1.6. Manfaat Kerja Praktek
Adapun manfaat dari kerja praktek ini adalah Menambah wawasan dan kemampuan
bagi
mahasiswa
dalam
mengoptimalkan
pengetahuan
dan
pengalaman kerja dilapangan untuk bekal dimasa depan.
1.6 Metodologi
1. Jenis Studi Kasus Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat evaluasi,
dimana
dilakukan analisa data primer dan tambahan juga data sekunder, kemudian dari analisa tersebut bisa mendapat singkronisasi antara data real dilapangan dengan beberapa teori yang ada. Maka dapat disimpulkan, apakah kondisi real
2
di lapangan sesuai dengan teori yang dikemukakan, jika tidak sesuai, penulis akan mengoreksi dan memberikan saran. 2. Jenis Data a. Data Primer
Data primer merupakan data yang penulis peroleh langsung dari lapangan yaitu data pengukuran lebar jalan angkut tambang pada jalan lurus, jalan tikungan, rambu-rambu jalan, saluran darinase b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh penulis dari studi literature PT. Timah Investasi Mineral, untuk mendukung data-data penelitian seperti peralatan perawatan jalan tambang, sejarah perusahaan, deskripsi perusahaan dan data pendukung lainnya.
3. Metode Pengambilan Data a. Studi Literatur
Dilakukan
dengan
mengumpulkan
berbagai
referensi
kepustakaan mengenai perawatan jalan tambang (hauling road) dan mempelajari laporan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan tujuan
untuk
mengetahui
bagaimana
cara
melakukan
evaluasi
mengenai perawatan jalan tambang yang baik dan benar. b. Observasi
Merupakan kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai studi kasus seperti melakukan pengamatan pada saat kapan perawatan jalan tambang di lakukan dan aspek pendukung kegiatan Alat ukur yang peneliti gunakan adalah alat ukur manual berupa meteran dan total station untuk mendapatkan data primer .
4. Metode Analisis Data a. Pengukuran Lebar Jalan Lurus
3
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar jalan pada jalan lurus di beberapa titik pengukuran menggunakan alat ukur manual berupa meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori. b. Pengukuran Lebar Jalan pada Tikungan
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar jalan pada tikungan dengan menggunakan alat ukur manual berupa meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori. c. Pengukuran Drainase
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar dan kedalaman drainase pada jalan angkut tambang menggunakan alat ukur manual berupa meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan pada Laporan Kerja Praktek ini terdiri dari tiga bagian, yakni : 1.
Bagian awal terdiri atas : halaman sampul, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian inti yang meliputi : I.
Bab I Pendahuluan, dalam
bab
pendahuluan diuraikan
beberapa sub bab yang terdiri atas: latar belakang memaparkan mengenai alasan-alasan
yang
yang
mendorong
dilakukannya kerja praktek; tujuan kerja praktek yang memaparkan mengenai pencapaian yang hendak dicapai selama kerja praktek berlangsung; batasan masalah yang memaparkan tentang batasan-batasan masalah yang diamati selama kegiatan kerja praktek; metodologi menjelaskan tentang metode yang digunakan
dalam
penyelesaian
kerja
praktek
ini;
Dan
sistematika penulisan menjelaskan mengenai gambaran umum dalam penulisan laporan kerja praktek.
4
II.
Bab II Tinjauan Umum Perusahaan , dalam bab tinjauan umum perusahaan diuraikan beberapa informasi-informasi mengenai perusahaan, yang dijadikan sebagai lokasi kerja praktek. Bab ini memaparkan mengenai gambaran umum perusahaan, sejarah perusahaan dan informasi-informasi umum lainnya mengenai perusahaan.
III.
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek, dalam bab ini diuraikan kegiatan-kegiatan selama kerja praktek berlangsung. Bab ini juga memaparkan mengenai pembelajaran-pembelajaran yang didapatkan selama kegiatan praktek berlangsung.
IV.
Bab IV Pembahasan, dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang
dapat
dikembangkan
menjadi
sebuah
penelitian
berdasarkan aktivitas kerja praktek. V.
Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini disimpulkan hal yang diperoleh dari kegiatan kerja praktek dan memberikan masukan kepada perusahaan dari hasil kerja praktek yang didapatkan.
3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II TINJAUAN UMUM 1.1 Profil perusahaan
PT. Timah Investasi Mineral merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang pertambangan bijih nikel. Kegiatan penambangan berada di wilayah IUP Operasi Produksi No. 86 Tahun 2015 . Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana. Propinsi Sulawesi Tenggara dengan luas 300 Ha. Pada tanggal 26 Mei 2015 Pemerintah Kabupaten Bombana menerbitkan Keputusan Bupati Bombana No. 86 Tahun 2015 tentang pengalihan ijin usaha Pertambangan operasi produksi PT Timah Eksplomin Pertambangan operasi produksi PT Timah Investasi Mineral
5
menjadi
ijin usaha
Kegiatan penambangan Bijih Nikel PT. Timah Investasi Mineral di wilayah IUP meliputi Tahap Operasi Produksi pada areal 300 Ha. Kegiatan yang dilakukan secara umum meliputi : 1.
Pembersihan lahan penambangan (land Clearing),
2.
Pengupasan, pemindahan dan penimbunan tanah pucuk,
3.
Pengambilan bijih nikel dengan alat gali dan muat, kemudian dilakukan pengangkutan melewati jalan tambang ke lokasi penimbunan sementara (ETO) sebelum dilakukan pengangkutan lebih lanjut ke stockpile pelabuhan (EFO).
Gambar 1.2. Tahapan Kegiatan Operasi Produksi PT. Timah Investasi Mineral
1.2 Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah
Wilayah konsesi PT. TIMAH INVESTASI MINERAL dengan luas 300 hektar berada pada area kecamatan Kabaena dan Kecamatan Kabaena Barat Propinsi Sulawesi Tenggara. Areal konsesi dibagi menjadi tiga zona yaitu Desa Langkema, Desa Batuawu dan Desa Rahadopi. Secara Geografis Pulau Kabaena
6
terletak di
Selatan Pulau Sulawesi tepatnya 5 15 LU 121 55 BT / 5,25 LS
121,91 BT. Pulau Kabaena mempunyai luas ±873 KM 2.
Untuk mencapai pulau Kabaena tersebut harus ditempuh dengan jalur laut. Jika kita berada di Kendari, menuju Pulau Kabaena dapat di lanjutkan transportasi darat ke Kasipute dengan waktu tempuh ±3 jam lebih dan di lanjutkan menggunakan speedboat penumpang tujuan sikeli selama ±2,5 jam. Jarak antara pelabuhan Sikeli dengan lokasi penambangan PT. Timah Investasi Mineral s ekitar ± 8 KM dan dapat ditempuh menggunakan roda dua maupun roda empat sekitar ±10 menit.
Gambar 1.1. Peta Kesampaian Lokasi PT. Timah Investasi Mineral.
2.3 Keadaan Geologi 2.3.1 Morfologi Daerah Penyelidikan
1. Satuan Geomorfology Lereng Curam satuan ini menempati sebelah tenggara dari daerah eksplorasi yang disusun oleh batuan ultrabasa dan gamping kuarsa yaitu meliputi 10% dari luas area eksplorasi dengan slope kemiringan 45 0 dan pada umumnya merupakan semak belukar dan hutan, berada pada ketinggian 350 – 600 Mdpl. Kerapatan kontur
7
menandakan kemiringan lereng yang curam dengan arah memanjang kearah barat laut tenggara. 1. Satuan Geomorfology Lereng Sedang Satuan ini menempati sebelah barat laut dan tenggara daerah eksplorasi yang meliputi 60% dari luas areal dengan kemiringan 25 0-300 dan pada umumnya merupakan perkebunan, hutan dan semak belukar, dengan ketinggian 150 – 300 Mdpl. Terdapat aliran sungai kering yang mengalir di tengah yang terisi air pada saat hujan dengan kerapatan kontur sedang dengan arah memanjang kearah barat tenggara mengikuti lereng bukit. 2. Satuan Geomorfology Lereng Landai Satuan ini menempati sebelah barat daya daerah eksplorasi yang meliputi 30% dari luas area eksplorasi dengan kemiringan 10 – 200 dan pada umumnya perkebunan dan semak belukar pada ketinggian 100 – 150 Mdpl kerapatan kontur agak kurang dengan arah memanjang kearah barat laut tenggara mengikuti lereng bukit.
2.3.2 Geologi Regional Pulau Kabaena Kabupaten Bombana
Kondisi morfologi Pulau Kabaena dapat dibedakanmenjadi 4 satuan geomorfologi,
yaitu
pegunungan,perbukitan,
daerah
karst
dan
dataran
rendah.Daerah pegunungan terletak di bagian tengah PulauKabaena memanjang ke
arah
selatan,
puncaknya
yaituGunung
Sambopolulu
yang
memiliki
ketinggianhingga 1550 m di atas permukaan laut. Sungai didaerah pegunungan biasanya memiliki
banyakpercabangan, lembahnya curam dan berbentuk
V.Morfologi perbukitan terletak di bagian utara PulauKabaena memanjang ke arah selatan sampaiperbukitan karst yang berbatasan langsung dengan Gunung Sambopolulu di bagian tengah Pulau Kabaena.Ketinggiannya berkisar antara 100 600 m di ataspermukaan laut.Pola aliran umumnyamemperlihatkan percabangan dengan dasarlembahnya agak datar dan memperlihatkanpengikisan ke samping lebih kuat.Daerah karst terdapat di bagian tengah Pulau Kabaena,puncaknya yaitu Batu Sengia yang memiliki ketinggianlebih dari 1000 m di atas permukaan laut.Batuan inidibentuk oleh batu gamping dengan pola aliransecara umum
8
memperlihatkan percabangan dansetempat terdapat di bawah tanah.Dataran rendah menempati bagian daratan dekatpantai. Satuan ini memiliki ketinggian hingga sekitar100 m di atas permukaan laut
2.3.3 Geologi Lokal Daerah Penelitian
Simandjuntak dalam Surono (2010), menjelaskan bahwa berdasarkan sifat geologi regionalnya Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat dibagi menjadi beberapa mandala geologi yakni salah satunya adalah mandala geologi Sulawesi Timur. Mandala ini meliputi lengan Tenggara Sulawesi, Bagian Timur Sulawesi Tengah dan Lengan Timur Sulawesi. Lengan Timur dan Lengan Tenggara Sulawesi tersusun atas batuan malihan, batuan sedimen penutupnya dan ofiolit yang terjadi dari hasil proses pengangkatan (Obduction) selama Miosen. Surono menyebutkan bahwa jalur batuan malihan dan sedimen serta penutupnya tersebut sebagai mintakat benua, sedangkan batuan ofiolitnya merupakan lajur ofiolit Sulawesi Timur.Bagian Timur Sulawesi ini memanjang melalui ujung Timur Lengan Timur, sisi Timur bagian Tengah, dan Lengan Tenggara Sulawesi. Tektonik yang terjadi di Pulau Kabaena mulai dari kala Eosen sampai Oligosen tektonik ini menyebabkan terjadinya sesar naik yang mempunyai arah naik yang mengarah relative ke barat sampai timur dengan kala miosen awal, tektonik ini berkembang secara menerus berupa sesar yang mengarah ke barat laut – tenggara dan timur laut, selanjutnya pada kala pliopisto terjadi tektonik yang menyebabkan
pengangkatan,
perlipatan
dan
tersesarkan
kemungkinan tektonik ini menerus sampai sekarang.
9
batuan
tersier,
Gambar 2.1. Peta Lothologi Lokasi IUP dan Sekit arnya Pada sesar batuan yang mengarah ke barat laut dan tenggara yang membentuk bukit-bukit dengan ketinggian sekitar 50 – 150 m dari permukaan laut. Batuan induk bijih besi nikel adalah batuan peridotite menurut vinogradov batuan ultrabasa rata – rata mempunyai kandungan nikel 0.2% unsure Ni tersebut terdapat dalam kisi – kisi Kristal mineral olivium dan piroksin Muatan iron yang hamper bersamaan diantara unsure – unsure tersebut pada pelapukan kimia khususnya air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral yang tidak stabil seperti (olivium dan piroksin) pada batuan ultrabasa menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut, Si cenderung membentuk koloid dari partikel silica yang sangat halus. Di dalam larutan Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferr y-hydroksida akhirnya membentuk mineral seperti goethite, limonite, dan hematite dekat permukaan. Bersam mineral ini selalu ikut serta unsure Cobalth dalam jumlah relative lebih kecil. Larutan yang mengandung Mg, Ni dan Si terus menerus kebawah
10
selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, membentuk endapan Hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang berfariasi tersebut akan mengendap pada celah atau rekahan yang dikenal dengan urat garnerit dan krisopras sedangkan residunya akan membentuk suatu unsure lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan diendapkan sebagai dolomite, magnesit yang biasa mengisi celah atau rekahan pada batuan induk.
2.3.4 Struktur Geologi
Menurut peta geologi lembar Kolaka (Simandjuntak, dkk., 1993) terdapat sesar geser dan sesar naik.Arah sesar-sesar tidak beraturan.Sesar naik menjadi batas dari tiap litologi, sedangkan sesar geser lebih mengontrol pengendapan batuan.Sesar-sesar ini hanya memotong batuan Pra Tersier.Batuan Tersier tidak terpengaruh oleh kahadiran sesar tersebut.Sesar-sesar tersebut diduga berumur Mesozoikum (Moe’tamar, 2005). Struktur geologi yang dijumpai di blok Toshida terdiri dari perlipatan dan sesar serta kekar, sebaran struktur geologi dapat dilihat pada peta geologi. Perlipatan yang ada terdiri dari lipatan lemah dan lipatan tertutup.Lipatan lemah kemiringan lapisannya landai kurang dari 30 derajat, merupakan lipatan terbuka, berarah Baratdaya Timurlaut dengan sumbu lipatan bergelombang.Lipatan tertutup kemiringan lapisannya agak tekak sampai terbalik, sumbu lipatan secara umum berarah utara-Barat, diperkirakan terbentuk pada kala Oligosen. Kekar terdapat dalam hampir semua jenis batuan dan tampaknya terjadi dalam beberapa priode. Perpaduan terjadi pada batuan yang berumur Kapur sejalan dengan kegiatan tektonik di daerah tersebut.
11
Gambar 2.2 Peta Struktur Geologi
2.3.5 Stratigrafi
Kompleks batuan malihan menempati bagian tengah lengan tenggara sulawesi membentuk pegunungan mandoke dan ujung delatan membentuk pegunungan rumbia. Komplek ini di dominasi batuan malihan yang terdiri dari sekis, kuarsa, sabak dan marmer (Simandjuntak dkk.,1993c; Rusmana dkk., 1993b) dan terobos aplit dan diabas (Surono,1986). Secara garis besar kedua mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo .Batuan yang terdapat di Lajur Tinodo yang merupakan batuan alas adalah batuan malihan Paleozoikum (Pzm) dan diduga berumur Karbon.Pualam Paleozoikum (Pzmm) menjemari dengan batuan malihan Paleozoikum terutama terdiri dari pualam dan batugamping terdaunkan. Pada Permo-Trias di daerah ini diduga terjadi kegiatan magma yang menghasilkan terobosan antara lain aplit PTr (ga), yang menerobos batuan malihan Paleozoikum. Formasi Meluhu (TRJm), secara tak selaras menindih Batuan Malihan Paleozoikum. Pada zaman yang sama terendapkan Formasi Tokala
12
(TRJt). Hubungan dengan Formasi Meluhu adalah menjemari. Pada kala Eosen (Surono. 2010). Batuan yang terdapat di Lajur Hialu adalah batuan ofiolit (Ku) yang terdiri dari peridotit, harsburgit, dunit dan serpentintit. Batuan ofiolit ini tertindih tak selaras oleh Formasi Matano (Km) yang berumur Kapur Akhir, dan terdiri dari batugamping berlapis bersisipan rijang pada bagian bawahnya (Surono. 2010). Bahwa sejumlah percontohan batuan malihan dari kompleks batuan malihan di Lengan Tenggara bahwa periode pemalihan batuan, tua dan muda.Pemalihan tua menghasilkan fasies epidot-ampibol dan yang muda menghasilkan fasies sekis glaukofan.Pemalihan tua berhubungan dengan penimbunan, sedangkan yang muda diakibatkan sesar naik.Sangat mungkin sesar naik tersebut terjadi pola Oligosen Awal Miosen, sewaktu kompleks ofiolit tersesar-naikkan keatas kepingan benua. Menurut Helmers dkk. (1989) dalam Surono (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa evolusi sekis hijau di Lengan Tenggara Sulawesi, Terutama dari pegunungan Mendoke dan Pegunungan Rumbia adalah suatu pemalihan pertama adalah rekritalisasi sekis hijau pada akhir penimbunan cepat (fast burial yang pernah mengalami subdaksi.
2.4 Keadaan Daerah a. Penduduk
Secara umum penduduk yang bermukim didaerah IUP Operasi Produksi PT. Timah investasi mineral secara sosial ekonomi pulau kabaena umumnya terdapat 2 mata pencaharian yaitu sebagai nelayan dan petani. Penduduk Pulau Kabaena pesisir merupakan penduduk migrasi yang didominasi oleh suku Makassar, Bugis, Selayar, Buton, dan Bajo.
Mereka adalah nelayan dan
pedagang dengan hasil laut berupa ikan, kepiting dan rumput laut. Di wilayah pegunugan dihuni oleh suku Moronene, suku asli pulau kabaena yang bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil berupa kelapa, kakao, cengkeh, gula merah dan kacang mente sedangkan hasil ternak berupa sapi
13
dan kambing dan terdapat sebagian pegawai negeri. Pada daerah ini juga terdapat kantor pemerintah berupa kantor Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Polisi, koramil, Rumah sakit, serta terdapat instansi pendidikan tingkat pertama dan Desa Temokole dan batuawu merupakan Kota Kecamatan. b. Iklim
Kondisi iklim suatu daerah digambarkan oleh keadaan rata-rata cuaca pada waktu yang lama. Mengingat di sekitar lokasi penambangan tidak tersedia stasiun pengamatan meteorology, maka untuk menggambarkan kondisi iklim di lokasi penambangan nikel PT. TIMAH INVESTASI MINERAL dan sekitarnya digunakan data dari badan Meteorologi dan geofisika stasiun Meteorologi klas III Pomala Kolaka Tahun 2001 – Tahun 2009, berupa data curah hujan, kelembaban nisbi, suhu udara, serta kecepatan dan arah angin. Kondisi curah hujan dan hari hujan dapat dilihat pada Tabel 2.2
14
Tabel 2.2. Curah Hujan Daerah Pulau Kabaena
Pada tabel nampak bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 2.349.1 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar 1.482 mm. Sedangkan jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 225 hari dan terendah 148 hari pada tahun 2006. Sementara itu, pada rentang tahun 2001 sampai tahun 2011 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April 2005 sebesar 421,7 mm dan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari 2012 dan Desember 2013.
BAB. III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1
Kegiatan Kerja Praktek
Kegiatan Kerja praktek
dilakukan pada PT. TIMAH INVESTASI
MINERAL yang terletak di Desa Baliara Kota, Kecamatan kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara yang dilaksanakan pada tanggal 19 September sampai 7 Oktober 2016. Rincian kegiatan selama kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kegiatan Kerja Praktek NO
1
TANGGAL
19
LOKASI
September kantor tambang
15
AKTIVITAS
Pertemuan
dengan
KTT
2016
Sekaligus pengenalan dengan masing-masing divisi
2
3
5
20
september
2016 21
sanpai
22
september 2016 23
sampai
24
september 2016
PIT FERRO
Berkunjung
lokasi
penambangan DI PIT FERRO
EVO
Ikut dalam kegiatan pengapalan
POST 2
Pengawas kegiatan hauling belajar
4
ke
26 september 2016 PIT FERRO
Menggunakan
Total
Station dengan mengukur suatu tumpukan material
5
27
28
september 30
7
sampai
Belajar menangani sampel dan
Preparasi
menganalisis kadar
september
sampai 1 oktober
PIT FERRO
2016 8
2 Oktober 2016
ETO 12
Mengambil
2 oktober
tentang
perawatan jalan tambang Belajar cara mengambil sampel Pengaturan
9
data
EVO
material
masing-
masing tumpukan, serta diskusi singkat dengan mine plan
10 11
4 sampai tangaal 6 Oktober 2016 7 oktober 2016
Preparasi
Penyusunan laporan
Kantor
Pengambilan sertifikat
16
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Jalan Angkut Tambang
Mengenai Kondisi Jalan Angkut Tambang Pada Pt. Timah Investasi Mineral Adalah 1.
Panjang jalan dari a. Pit ferro sampai dengan stockpile = I km b. Jalan masuk tambang sampai EVO = 8 km
17
c. jalan dari pit ke disposal = 2 km d. Jalan ke akses lokasi yang lain dalam tambang = 2 km 2.
3.
Lebar jalan a.
Lebar jalan = 8,5 m.
b.
Lebar bahu jalan = 0.5 m.
c.
Lebar tikungan = 10 m
Konstruksi jalan a.
Tanah dasar (Sub Grade) Merupakan tanah asli atau tanah timbunan yang dipadatkan dengan pemadatan maksimum.
b.
Lapis Pondasi (Base Course) Merupakan Konglomerat hasil ripping dengan ukuran tertentu dan dicampur dengan sandy gravel dengan perbandingan volume tertentu,dengan ketebalan 25 cm.
4.
Design kecepatan = 1.5 km / jam.
5.
Superelevasi max = 8 %.
6.
Alignment vertical = 8 %
7.
Alignment horisontal = Cyrcle pada tikungan-tikungan.
8.
Drainage kiri/kanan jalan atau yang terletak diantara bench wall dan tebing atau badan jalan dengan bench wall.
PROSEDUR KERJA
1. Pelapisan Ulang (Re-surface) a. Perlapisan kembali surface course dengan ketebalan 10 cm padat, pada ruas/badan jalan yang mana surface course sudah sangat tipis, dengan menggunakan material yang sesuai, diambil dari lokasi terdekat (tambang). b. Re-surface dilaksanakan bilamana : -
Agregat 3/5 cm dan 5/7 cm terlihat jelas dan menunjukan akan terbongkar.
18
-
Badan jalan yang bergelombang /keriting (baik arah memanjang atau melintang)
c. Sistem re-surface dilakukan secara seleksi dari daerah ruas jalan yang telah ditentukan. Dengan waktu yang ditargetkan tertentu. d. Re-surface tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena akan mengakibatkan jalan cepat rusak e. Alur kerja re-surface 1. Pemilihan dan penumpukan material menggunakan alat Excavator tipe PC 200 2. Pengangkutan material ke lokasi perbaikan : Excavator dan Dump Truck 3. Penghamparan dan cutting Motor Grader type / Dozer 4. Pemadatan : Compactor 5. Penyiraman ( bila terlalu kering ) : Water Truck 6. Grading : Motor Grader 2. Perataan Ulang ( Grading ) a. Perataan kembali dengan grader pada badan jalan yang berlombang, keriting dengan memanfaatkan material yang terhambur/tersisih pada kiri/kanan jalan atau dengan mengikis dengan pengikisan maksimal 5 cm. b. Sistim pelaksanaan, seleksi dari area kerja yang telah ditentukan. c. Grading harus dilaksanakan setiap hari secara reguler dengan target minimal 7 km/hari/group unit perawatan jalan, dimana Grading pada bahu jalan harus dibuat sedemikian rupa sehingga maksimum grade bahu jalan adalah 6% atau beda tinggi kedua sisi bahu jalan maksimum adalah 10 cm dan harus dilakukan setiap akhir shift dan menjelang istirahat. d. Alur kerja Grading 1. Penyiraman
:1 unit Water Truck
2. Grading
:1 unit Gradder dengan type 6D 511D.
3. Pemadatan
:1 unit Compactor dengan Merk BOMAG type BW
19
211D-40 4. Penyiraman : Water Truck sebelum kegiatan hauling atau pada saat jam istirahat 5. Gradding : Gradder Bila kondisi hujan maka item 1, 4, dan tidak perlu dilakukan 3. Pemadatan a. Pada aktivitas pemadatan,PT. Timah Investasi mineral menyediakan alat 1 unit compactor (BOMAG type BW 211D-40) dengan aktivitas kerja mengikuti re-surface dan atau grading. b. Untuk banyaknya lintasan pada saat pemadatan dilakukan 3 kali lintasan pada setiap pemadatan. c. Pada saat pemadatan Kecepatan unit compactor (BOMAG type BW 211D-40) saat melakukan pemadatan pada setiap lintasan adalah 1.5 km/jam. 4. Penyiraman Perusahaan PT. TIMAH INVESTASI MNERAL menyiapkan 2 unit water truck, tingkat Reliability min 85% (tidak termasuk hari hujan) dan 1 tempat stasion pengisian air untuk Penyiraman pada setiap area jalan perusahaan dilakukan setiap hari sebelum hauling Penyiraman kecuali hari hujan agar Pada saat hauling Kondisi jalan masih tetap dalam kondisi lembab dan tidak berdebu agar memperlancar kegiatan operasi hauling oleh karena itu, Untuk menjaga kelembaban jalan dan mengurangi konsentrasi debu terbang, maka PT. TIMAH INVESTASI MENERAL menggunakan 1 unit water truck untuk penyiraman jalan, dimana jam kerja water truck harus mengikuti jam kerja unit hauling (kecuali hari hujan). 5. Drainage a.
Bagian kiri dan kanan jalan harus memiliki saluran air (parit) yang selalu terjaga agar tidak tersumba dan pada saat hujan turun air hujan di sekitar jalan tersebut mengalir pada drainase yang telah disediakan dan tidak menetap sekitar jalan tambang dan tidak mengganggu
20
kegiatan hauling. b.
Saluran darinase yang selalu di perhatikan pada saat turun hujan tidak agar kondisi tidak tersumbat.
c.
Untuk menunjang pekerjaan tersebut kontractor menyediakan 1 unit Backhoe atau Whell Excavator sekelas PC 200
6. Patok dan Rambu a. Refleksi Retro adalah sistern pernantulan cahaya sinar yang datang. dipantulkan kembali sejajar ke arah sinar yang datang, terutarna pada malam hari atau cuaca gelap b. Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan peringatan bahaya atau temapat berbahaya pada jalan di depan pemakai jalan. c. petunjuk adalah rarnbu yang digunakan untuk rnenyatakan petunjuk rnengenai jurusan, jalan, situasi, kota, ternpat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pernakai jalan. a. Keberadaan jumlah patok dan rambu jalan harus selalu terjaga. b. Perawatan patok dan rambu dilakukan secara berkala dalam setiap bulannya sehingga kondisi patok dan rambu tetap dalam kondisi standard. c. Bila diperlukan maka dapat menambah pada daerah yang dianggap rawan, ataupun mengganti patok-patok yang sudah tidak memenuhi standard. Standard Patok : -
Patok harus berdiri tegak baik di atas tanggul atau di sisi luar bahu jalan
-
Pada jalan lurus jarak antar patok adalah 100 meter.
-
Pada daerah tikungan jarak antar patok dirapatkan maximum jarak antar patok di daerah belokan adalah 30 meter.
-
Scotch light ditempelkan pada 5 cm dari ujung bagian atas patok searah jalan dan dapat terlihat oleh pengemudi.
21
-
Warna scotch light pada patok sebelah kiri jalan adalah kuning,sebelah kanan jalan adalah merah Ukuran Scotch light adalah 10 cm x 5 cm.
-
Tinggi patok adalah 1.5 meter dari as jalan dan patok di cat beruasruas dengan warna hitam dan putih. Jumlah minimal patok dari
Standard Rambu : -
Rambu ditempatkan daerah-daerah tertentu yang akan ditetapkan kemudian sesuai kebutuhan perusahaan .
-
Rambu harus berdiri tegak baik di atas tanah.
-
Warna dan Ukuran Rambu harus sesuai standard rambu yang dikeluarkan oleh DLLAJR.
-
Cat pada rambu menggunakan cat pantul ( scotbrite )
-
Cat rambu yang sudah buram harus segera dikondisikan ulang.
-
Rambu harus bebas dari lindungan pohon, debu dan material lain yang dapat mengakibatkan rambu tertutupi.
7. Pada Perawatan Tanggul (Safety Berm) tanggul selalu dilakukan dan bilamana diperlukan selalu membuat tanggul baru pada sta/km yang dianggap rawan terutama bagian tikungan jalan dan jalan yang berbatasan dengan jurang dan pembuatan safety berm ini dilakukan sesuai standar tanggul yang di tetapkan Standard Tanggul : -
Tinggi minimal adalah setinggi setengah ban kendaraan terbesar yang beroperasi.
-
Pada
beberapa
tempat
terutama
ditikungan
tajam,
dan
disampingnya jurang bisa dipasangi patok (cat beruas-ruas hitam dan putih ) setiap 5 meter.
22
View more...
Comments