AUB
March 5, 2019 | Author: Rofi'ah Muwafaqoh | Category: N/A
Short Description
Download AUB...
Description
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dewasa ini perempuan menghadapi berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan yang dihadapi seorang perempuan adalah gangguan haid. Gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam-macam tergantung kondisi serta penyakit yang dialami seorang perempuan. Gangguan perdarahan uterus abnormal (AUB- Abnormal
Uterine
Bleeding)
merupakan suatu penyakit, di mana terjadi perdarahan abnormal di dalam atau di luar siklus haid oleh karena gangguan mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovariumendometrium. Perdarahan ini dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan abnormal berumur di atas 40 tahun, dan 3 % di bawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan abnormal dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit. Klasifikasi jenis endometrium yaitu jenis sekresi atau nonsekresi sangat penting dalam hal menentukan apakah perdarahan yang terjadi jenis ovulatoar atau anovulatoar. Adapun gambaran terjadinya perdarahan uterus abnormal antara lain perdarahan sering terjadi setiap waktu dalam siklus haid. Perdarahan dapat bersifat sedikit-sedikit, terus-menerus atau banyak dan berulang-ulang dan biasanya tidak teratur. Penyebab perdarahan uterus abnormal sulit diketahui dengan pasti tapi biasanya dijumpai pada sindroma polikistik ovarii, obesitas, imaturitas dari poros hipotalamik-hipofisis-ovarium, misalnya pada masa menarche, serta ganguan stres bisa mengakibatkan manifestasi penyakit ini. Diagnosis perdarahan uterus abnormal memerlukan suatu anamnesis yang cermat. Karena dari anamnesis yang teliti tentang bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan, lama perdarahan, dan sebagainya. Selain itu perlu juga latar belakang keluarga serta latar belakang emosionalnya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjukkan ke arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun dan lain-lain. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu). Pada seorang perempuan yang belum menikah biasanya tidak dilakukan kuretase tapi wanita yang sudah menikah sebaiknya dilakukan kuretase untuk menegakkan diagnosis.
1
Penanganan atau penatalaksanaan penatalaksa naan perdarahan uterus disfungsional sangat komplek, jadi sebelum memulai terapi harus disingkirkan disingkirkan kemungkinan kemungkinan kelainan organik. Adapun tujuan penatalaksaan perdarahan uterus abnormal adalah menghentikan perdarahan serta memperbaiki keadaan umum penderita. Terapi yang dapat diberikan antara lain kuretase pada panderita yang sudah menikah, tetapi pada penderita yang belum menikah biasanya diberikan terapi secara hormonal yaitu dengan pemberian estrogen, progesteron, maupun pil kombinasi. Adapun tujuan pemberian hormonal progesteron adalah untuk memberikan keseimbangan pengaruh pemberian estrogen. Dan pemberian pil kombinasi bertujuan merubah endometrium menjadi reaksi pseudodesidual.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum Melalui penulisan laporan ini kami berharap mampu mengkaji, mengidentifikasi, menganalisis dan melaksanakan asuhan kebidanan khususnya dalam hal penanganan perdarahan uterus abnormal terutama bagi mahasiswa.
b. Tujuan Khusus Dengan disusunnya laporan ini mahasiswa diharapkan : 1) Mahasiswa dapat mengumpulkan sampai dengan menganalisa data 2) Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah 3) Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera 4) Mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan yang telah dilakukan 5) Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan 6) Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
2
BAB II TINJAUAN TEORI 1. Gangguan Reproduksi
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi,
gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat reproduksi wanita,
infertilitas, dan lain-lain (Baradero, dkk., 2007). Gangguan
reproduksi
disebabkan
oleh
ketidakseimbangan
hormon.
Gangguan
reproduksi yang biasa terjadi, misal kista endometriosis yang banyak dialami wanita yang memiliki kadar FSH dan LH tinggi (Kasdu, 2005).
2. Perdarahan Uterus Abnormal/ Abnormal Uterine Bleeding (AUB) A. Definisi
Abnormal Uterine Bleeding (AUB) atau perdarahan uterus abnormal didefinisikan sebagai perubahan pada siklus, lama atau jumlah kehilangan darah pada saat menstuasi yang tidak disebabkan oleh patologi pelvis, obat, penyakit sistemik atau kehamilan. Di mana perdarahan dikatakan abnormal di antaranya pada keadaan berikut ini : •
Pendarahan yang terjadi di antara dua siklus menstruasi
•
Pendarahan yang terjadi setelah berhubungan seks
•
Spotting yang terjadi di dalam siklus menstruasi
•
Pendarahan yang lebih berat atau lebih lama dari biasanya
•
Perdarahan setelah menopause
•
Siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari atau kurang dari 21 hari
•
Amenorhea yang terjadi 3-6 bulan AUB-O adalah perdarahan uterus abnormal yang disebabkan karena gangguan pada
proses ovulasi (dissorders of ovulation).
Pola dari perdarahan uterus abnormal Penggolongan standar dari perdarahan abnormal dibedakan menjadi 7 pola: 1) Menoragia (hipermenorea)
adalah
perdarahan
menstruasi
yang
banyak
dan
memanjang. Adanya bekuan-bekuan darah tidak selalu abnormal, tetapi dapat menandakan adanya perdarahan yang banyak. Mioma submukosa, komplikasi kehamilan, adenomiosis, IUD, hiperplasia endometrium, tumor ganas, dan perdarahan disfungsional adalah penyebab tersering dari menoragia.
3
2) Hipomenorea (kriptomenorea) adalah perdarahan menstruasi yang sedikit, dan terkadang hanya berupa bercak darah. Pasien yang menjalani kontrasepsi oral terkadang mengeluh seperti ini, dan dapat dipastikan ini tidak apa-apa. 3) Metroragia (perdarahan intermenstrual) adalah perdarahan yang terjadi pada waktuwaktu diantara periode menstruasi. Perdarahan ovulatoar terjadi di tengah-tengah siklus ditandai dengan bercak darah, dan dapat dilacak dengan memantau suhu tubuh basal. Polip endometrium, karsinoma endometrium, dan karsinoma serviks adalah penyebab yang patologis 4) Polimenorea berarti periode menstruasi yang terjadi terlalu sering. Hal ini biasanya berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase luteal pada siklus menstruasi. 5) Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang iregular. Jumlah dan durasi perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang menyebabkan perdarahan intermenstrual dapat menyebabkan menometroragia. Onset yang tiba-tiba dari episode perdarahan dapat mengindikasikan adanya keganasan atau komplikasi dari kehamilan. Oligomenorea adalah periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari. Amenorea
6)
didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan. Volume perdarahan biasanya berkurang
dan biasanya berhubungan dengan anovulasi, baik itu dari faktor
endokrin (kehamilan, pituitari-hipotalamus) ataupun faktor sistemik (penurunan berat badan yang terlalu banyak). Tumor yang mengekskresikan estrogen menyebabkan oligomenorea terlebih dahulu, sebelum menjadi pola yang lain.
B. Etiologi
Kelebihan atau kekurangan hormon yang mengatur siklus menstruasi dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal ini. Ketidakseimbangan dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk masalah tiroid atau beberapa obat. Penyebab lainnya termasuk berikut ini : •
Kehamilan
•
Keguguran
•
Kehamilan ektopik
•
Masalah terkait dengan beberapa metode pengendalian kelahiran, seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau pil KB
•
Infeksi pada rahim atau leher rahim
•
Fibroid
•
Masalah dengan pembekuan darah
•
Polip
•
Beberapa jenis kanker, seperti kanker rahim, leher rahim, atau vagina
•
kondisi medis kronis (misalnya, masalah tiroid dan diabetes)
4
C. Diagnosis
Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain. Kecurigaan terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainankelainan organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu). Dalam hubungan dengan pemeriksaan ini, perlu diketahui bahwa di negeri kita keluarga sangat keberatan dilakukan pemeriksaan dalam pada wanita yang belum kawin, meskipun kadang-kadang hal itu tidak dapat dihindarkan. Dalam hal ini dapat dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan menggunakan anestesia umum. Berdasarkan gejala, tes lain mungkin diperlukan. Di antaranya: •
USG-gelombang suara yang digunakan untuk membuat gambar dari organ panggul.
•
Biopsi endometrium-menggunakan kateter kecil atau tipis (tabung), jaringan diambil dari lapisan rahim (endometrium) dan diperiksa di bawah mikroskop.
•
Histeroskopi-Sebuah perangkat tipis dimasukkan melalui vagina dan pembukaan serviks.
•
Histerosalpingografi-Dye dengan disuntikkan ke dalam rahim dan saluran tuba. Kemudian mengambil X-ray.
•
Dilatasi dan kuretase (D & C)-Pembukaan leher rahim diperbesar. Jaringan yang lembut dikerok atau disedot dari lapisan rahim. Hal ini diperiksa di bawah mikroskop.
•
Laparoskopi-Sebuah perangkat tipis seperti teleskop dimasukkan melalui luka kecil tepat di bawah atau melalui pusat untuk melihat dalam perut. Pada wanita dalam masa pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kuretase guna
pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun kemungkinan besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan sebagainya. Disini k uretase diadakan setelah dapat diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang memberi harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam pramenopause dorongan untuk melakukan kuretase ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.
D. Penanganan
Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak: dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan:
5
a. Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipropionas estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi. b. Progesteron : pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125 mg, secara intramuskulus, atau dapat diberikan per os sehri norethindrone 15 mg atau asetas medroksi-progesterone (Provera) 10 mg, yang dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.
Kecuali pada wanita dalam masa pubertas, terapi yang paling baik ialah dilatasi dan kuretase. Tindakan ini penting, baik untuk terapi maupun diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus perdarahan tidak terulang lagi. Apabila ada penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, dan lain-lain yang menjadi sebab perdarahan, tentulah penyakit itu harus ditangani. Apabila setelah dilakukan kuretase perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat karena sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme. Pemberian progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen cukup. Dalam hubungan dengan halhal tersebut diatas, pemberian estrogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan; untuk keperluan ini pil-pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke-5 perdarahan terus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid. Androgen dapat berguna pula dalam terapi terhadap perdarahan disfungsional yang berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan daripada terapi suntikan. Dapat diberikan metiltestosteron 5 mg sehari; dalil dalam terapi androgen ialah pemberian dosis yang sekecil-kecilnya dan sependek mungkin. Terapi dengan klomifen, yang bertujuan untuk menimbulkan ovulasi pada perdarahan anovulatoar, umumnya tidak seberapa banyak digunakan. Terapi ini lebih tepat pada infertilitas dengan siklus anovulatoar sebagai sebab. Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional terusmenerus (walaupun sudah dilakukan kuretase beberapa kali, dan yang sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.
6
3. Anemia A. Definisi
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999). Anemia adalah penurunan dibawah normal dadam jumlah eritrosit, banyaknya hemoglobin, atau volume sel darah merah, sistem berbagai jenis penyakit dan kelainan (Dorlan, 1998)
Ukuran hemoglobin normal - Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram
–
- Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram
16 gram
–
18 gram
B. Klasifikasi Anemia
- Kadar Hb 10 gram - Kadar Hb 8 gram
–
–
8 gram disebut anemia ringan.
5 gram disebut anemia sedang.
- Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
C. Penyebab
- Kurang gizi (malnutrisi) - Kurang zat besi dalam diet. - Malabsorpsi - Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, dan lain-lain. - Penyakit
–
penyakit kronik: TBC, Paru-paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
7
E. Tanda dan gejala
1. Lemah, lesu, pusing, mudah marah atau sulit konsentrasi. 2. Pucat terutama pada gusi dan kelopak mata atau bawah kuku. 3. Jantung berdebar nafas pendek. 4. Mati rasa atau kesemutan di daerah kaki. 5. Mual dan diare F.
Penatalaksanaan/pengobatan
Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. 1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen 5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) : 1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan. 2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12 3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral 4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
8
BAB III TINJAUAN KASUS Tanggal
: 16 April 2012
Tempat
: Bangsal Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi
No. RM
: 01123114
I.
PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal 16 April 2012
Pukul 10.50 WIB
A. DATA SUBJEKTIF 1. Identitas Nama Pasien : Ny. S
Nama Suami : Tn. T
Umur
Umur
: 44 tahun
: 47 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: swasta
Pekerjaan
: swasta
Alamat
: Sidodadi RT. 14 RW. 04, Mojodoyong, Sragen
2. Keluhan utama Pasien Ny. S datang dari dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan nyeri pada perut kiri bawah. Pasien ganti pembalut 56 kali/hari. Darah yang dikeluarkan cair disertai gumpalan darah.
3. Riwayat Menstruasi Menarche
: 11 tahun
Lama
: 7 hari
Banyak
: 2-3x ganti pembalut/hari
Siklus
: 28 hari
Jenis dan warna
: darah disertai gumpalan warna merah kecoklatan
HPMT
: 11 April 2012
Keluhan
: Pasien mengatakan tiga bulan terakhir mengalami menstruasi selama 15 hari dengan banyak ganti pembalut 5-6 kali sehari
4. Riwayat Perkawinan Kawin/Tidak kawin : Kawin pertama Usia kawin
: 21 tahun
Usia perkawinan
: 23 tahun
Jumlah anak
: 1 (satu)
9
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu No
UK
I
Aterm
II
abortus (8 mg)
Tahun Partus 1990
Jenis Partus Spontan
Tempat Partus BPM
Penolong
Penyulit
Ket
Bidan
Tidak ada
JK : Laki-laki BB : 3100 gram, hidup Operasi dan kuretase
2000
KET
6. Riwayat Keluarga Berencana Pasien mengatakan setelah kelahiran anak pertamanya, pasien menggunakan alat kontrasepsi jenis KB suntik 3 bulan selama kurang lebih 2,5 tahun. Setelah itu, pasien mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
7. Data/Riwayat Kesehatan a. Data Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan pasien tidak sedang menderita penyakit DM, jantung, asma, ginjal, dan tidak mempunyai alergi terhadap makanan/minuman apapun. Pasien mengatakan mengalami perdarahan dari jalan lahir dengan jumlah banyak b. Riwayat Kesehatan yang Lalu Pasien mengatakan pasien tidak pernah menderita penyakit DM, jantung, asma, TBC, dll. Dan pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit karena suatu penyakit. Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit DM, jantung, asma, TBC, hepatitis, ginjal, dll.
8. Data Psikososial a. Hubungan dengan keluarga Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga baik b. Hubungan dengan masyarakat Pasien mengatakan hubungannya dengan masyarakat baik, pasien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan c. Kegiatan Ibadah Pasien mengatakan selalu menjalankan ibadah shalat lima waktu d. Keadaan Psikologis Pasien mengatakan cemas akan keadaannya
10
9. Data Kebiasaan Sehari-hari a. Nutrisi Makan
: 3 kali sehari. Nasi, lauk, sayur, buah
Minum
: 8 gelas sehari. Air putih (on demand)
Keluhan : tidak ada keluhan b. Eliminasi BAK
: 5 kali sehari. Urine warna kuning jernih
BAB
: 1 kali sehari. Konsistensi feses semi padat
Keluhan : tidak ada keluhan c. Istirahat Tidur siang
: 1 jam sehari
Tidur malam : 6 jam sehari Keluhan
: tidak ada keluhan
d. Personal Hygiene Mandi
: 2 kali sehari
Keramas
: 2 kali seminggu
Gosok gigi
: 3 kali sehari
Ganti baju
: 2 kali sehari dan jika kotor
Keluhan
: tidak ada keluhan
B. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran
Vital Sign : TD = 130/90 mmHg
N
= 84 x/menit
S
= 36 C
R
= 20 x/menit
: composmentis
6
2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala Rambut
: warna hitam, tidak berketombe, tidak mudah rontok
Muka
: simetris, warna pucat, tidak ada oedema
Mata
: simetris, konjungtiva pucat, sklera putih
Telinga
: simetris, tidak ada polip, tidak ada pengeluaran serumen
Hidung
: simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
Mulut/gigi : bibir pucat, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada caries, gusi tidak epulis b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfe c. Dada/Axilla Dada
: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Axilla
: tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan
11
d. Abdomen
: tidak ada pembesaran, TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
e. Genitalia Inspeksi
: tidak ada oedem dan varises, terdapat pengeluaran gumpalangumpalan darah warna merah kecoklatan
Inspekulo
: vulva uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, porsio utuh, orifisium uretra eksterna tertutup, terdapat darah, tidak ada discharge, sonde uterus 7 cm
Periksa dalam : vulva uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, porsio kenyal licin, cavum uteri sebesar telur angsa, tidak teraba massa kistik f. Ekstremitas Atas
: simetris kanan-kiri, tidak ada kelainan, gerakan (+)
: Simetris, jari tangan lengkap, tidak cacat, kuku jari tangan pucat, tidak ada oedem
Bawah
: Simetris, jari kaki lengkap, tidak cacat, kuku jari kaki pucat, tidak ada oedem, tidak ada varises
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG - USG Hasil : vulva uretra terisi cukup, tampak uterus ukuran 6x7x8 cm tidak tampak massa Kesimpulan : tidak ada kelainan ginekologis - Pemeriksaan Laboratorium Hasil : Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Hematologi Rutin Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit Golongan darah
7,5 25 7,1 476 3,72 O
g/dl % Ribu/ul Ribu/ul Juta/ul
12,0-15,6 33-45 4,5-11 140-450 4,10-5,10
Kimia Klinik GDS Albumin Kreatinin Ureum
115 4,2 0,6 17
Mg/dl g/dl mg/dl mg/dl
60-140 3,5-5,2 0,6-1,1 10 gr/dl) 4. Pukul 11.50 WIB Memberi support mental dengan menyampaikan bahwa perdarahan dapat diatasi dengan penanganan yang tepat di Rumah Sakit dan memotivasi ibu untuk mengurangi rasa cemas dan gelisah. 5. Pukul 11.55 WIB Menganjurkan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan gizi yang seimbang, tinggi kalori tinggi protein (TKTP) 6. Pukul 11.58 WIB Menganjurkan pasien untuk memenuhi kebutuhan istirahat di antaranya dengan waktu tidur yang cukup baik di siang hari +1 jam dan malam hari +8 jam
14
VII.EVALUASI
Tanggal 16 April 2012
Pukul 12.00 WIB
1. Observasi KU dan VS telah dilakukan dengan hasil Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran
Vital Sign : TD
= 130/90 mmHg
N
= 84 x/menit
= 20 x/menit
S
= 366 C
R
: composmentis
Laboratorium : Hb = 7,5 gr/dl PPV : pengeluaran gumpalan-gumpalan darah warna merah tua 2. Ibu dan keluarga sudah memahami bahwa kondisi kesehatan ibu kurang baik sehingga perlu perawatan untuk perbaikan keadaan umum. 3. Terapi sesuai advise dokter SpOG telah diberikan, hasil: 1) Ibu mondok di bangsal Mawar 3 2) Infus NaCl 20 tpm telah dipasang pada tangan kiri 3) Asam traneksamat 500 mg telah di injeksikan pada pukul 16.00 WIB 4) Asam mefenamat telah diminum 1 tablet / 500 mg peroral pada pukul 12.00 WIB 5) Transfusi PRC colf I telah dipasang pukul 17.30 WIB dan Colf II telah dipasang pukul 22.00 WIB 4. Ibu sudah merasa lega dan kekhawatiran akan kondisinya telah berkurang. 5. Keluarga pasien bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. 6. Keluarga pasien bersedia untuk memenuhi kebutuhan istirahat pasien.
15
CATATAN PERKEMBANGAN I Tanggal 17 April 2012 S
Pukul 08.00 WIB
: - Pasien mengatakan masih mengeluarkan darah dari jalan lahir dan masih merasakan nyeri pada perut kiri bawah tetapi sudah berkurang - Pasien mengatakan telah ganti pembalut sebanyak 3 kali - Pasien mengatakan kecemasannya mulai berkurang
O
: - Keadaan umum : Baik
Kesadaran
- Vital Sign : TD = 110/80 mmHg N
= 80 x/menit
: composmentis
R
= 24 x/menit
S
= 36 C
7
- Pemeriksaan fisik Muka : warna tidak pucat Mata
: konjungtiva merah muda (tidak anemis)
- PPV : terdapat pengeluaran gumpalan-gumpalan darah warna merah tua - Terpasang infus NaCl 20 tpm (transfusi PRC colf II habis pukul 06.00)
A
: Ny. S P1A1 umur 44 tahun dengan AUB-o dan anemia ringan
P
: 1.
Pukul 08.02 WIB Mengobservasi KU, VS, dan PPV Hasil : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Vital Sign : TD = 110/80 mmHg N PPV
= 80 x/menit
R = 24 x/menit 7
S = 36 C
: terdapat pengeluaran gumpalan-gumpalan darah warna merah tua
Muka : warna tidak pucat Mata 2.
: konjungtiva merah muda (tidak anemis)
Pukul 08.10 WIB Melakukan kolaborasi dengan bagian gizi untuk pemberian diit TKTP pada pasien Hasil : Pasien bersedia makan dengan diit TKTP pada pukul 07.00 WIB, pukul 12.00 WIB, dan pukul 18.00 WIB
3.
Pukul 08.11 WIB Melibatkan keluarga dalam proses perawatan dan pemberian nutrisi kepada pasien Hasil : Keluarga bersedia mendampingi dan membantu pemenuhan nutrisi pasien
16
4.
Pukul 08.20 WIB Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk tindakan selanjutnya Advise dokter : - Cek DR 3 6 jam post transfusi PRC 2 colf - Usul kuretase jika KU baik - Lanjukan terapi Hasil : - Spesimen darah pasien telah diambil untuk cek DR 3 pada pukul 12.00 di laboratorium sitologi - Asam traneksamat 500 mg telah diberikan per-IV pada pukul 08.15, 16.00, 24.00 WIB - Pasien telah minum obat asam mefenamat 500 mg pada pukul 08.10, 12.30, 18.15 WIB
5.
Pukul 14.00 Mengambil hasil pemeriksaan laboratorium dan melakukan kolaborasi dengan dokter Hasil : Hemoglobin
= 10,6 gr/dl
Hematokrit
= 34 %
Leukosit
= 9,0 ribu/UL
Trombosit
= 328 ribu/UL
Eritrosit
= 452 juta/UL
Advise dokter : Rencana kuretase besok pagi, pasien puasa besok dari pukul 04.00 6.
Pukul 21.50 Menginformasikan kepada pasien bahwa besok pagi akan dilakukan kuretase dan pasien diwajibkan puasa dari tanggal 18 April 2012 pukul 04.00 WIB sebagai salah satu persiapan sebelum dilakukan kuretase agar kuretase dapat berjalan dengan maksimal Hasil : Pasien mengerti dan bersedia untuk berpuasa pada tanggal 18 April 2012 pukul 04.00 WIB sebelum dilakukan kuretase
17
CATATAN PERKEMBANGAN II Tanggal 18 April 2012 S
Pukul 08.00 WIB
: - Pasien mengatakan masih mengeluarkan darah dari jalan lahir, pasien telah ganti pembalut 2 x sehari - Pasien mengatakan sudah berpuasa sejak pukul 04.00 WIB dan merasa siap untuk menjalani kuretase
O
: - Keadaan umum : Baik
Kesadaran
- Vital Sign : TD = 110/70 mmHg N
= 80 x/menit
: composmentis
R
= 20 x/menit
S
= 36 C
5
- Pemeriksaan fisik Muka : tidak pucat Mata
: konjungtiva merah muda (tidak anemis)
- PPV : terdapat pengeluaran gumpalan-gumpalan darah warna merah tua sedikit - Terpasang infus RL 20 tpm
A
: Ny. S P1A1 umur 44 tahun dengan AUB-o
P
: 1.
Pukul 08.02 WIB Mengobservasi KU, VS, dan PPV Hasil : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Vital Sign : TD = 110/70 mmHg N PPV
= 80 x/menit
R = 24 x/menit 5
S = 36 C
: terdapat pengeluaran gumpalan-gumpalan darah warna merah tua sedikit
Muka : warna tidak pucat Mata 2.
: konjungtiva merah muda
Pukul 08.15 WIB Menginformasikan kepada pasien bahwa akan dilakukan tindakan kuretase, yaitu tindakan yang dilakukan oleh dokter SpOG untuk mengambil jaringan pada rahim agar tidak terjadi perdarahan lagi. Pasien tidak akan merasakan sakit karena akan dilakukan pembiusan. Hasil: Pasien mengerti dan merasa lebih siap untuk menghadapi kuretase tersebut
3.
Pukul 10.00 WIB Mengantar pasien ke VK PONEK untuk dilakukan kuretase Hasil: Pasien telah diantar ke VK PONEK untuk dilakukan kuretase
18
4.
Pukul 14.00 WIB Mengambil pasien dari VK PONEK kembali ke bangsal Mawar III Hasil: Pasien telah kembali dari VK PONEK
5.
Pukul 14.10 WIB Memotivasi pasien untuk minum dan makan sedikit-sedikit jika sudah tidak mual Hasil: Pasien bersedia minum dan makan sedikit-sedikit jika sudah tidak mual
6.
Pukul 14.15 Melakukan advise dokter selanjutnya Terapi: Asam Traneksamat 500 mg/8 jam per-IV Asam mefenamat (3x500mg) Sulfas Ferosus (2x300 mg) Hasil: Asam traneksamat 1 gram telah diberikan per-IV pada pukul 16.00 WIB Obat oral telah diminum pasien sesuai aturan yang diberikan
19
CATATAN PERKEMBANGAN III
Tanggal 19 April 2012 S
Pukul 08.00 WIB
: - Pasien mengatakan hanya mengeluarkan flek-flek darah dari jalan lahir dan pasien merasa keadaannya sudah membaik - Pasien mengatakan ingin pulang
O
: - Keadaan umum : Baik
Kesadaran
- Vital Sign : TD = 110/70 mmHg N
= 80 x/menit
: composmentis
R
= 20 x/menit
S
= 36 C
5
- Pemeriksaan fisik Muka : tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda
- PPV : terdapat pengeluaran flek-flek darah sedikit - Terpasang infus RL 16 tpm
A
: Ny. S Ny. S P1A1 umur 44 tahun dengan AUB-o post kuretase hari ke-1
P
: 1.
Pukul 08.02 WIB Mengobservasi KU, VS, dan PPV Hasil : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Vital Sign : TD = 120/80 mmHg N PPV
R = 20 x/menit 5
= 80 x/menit
S = 36 C
: terdapat pengeluaran flek-flek darah sedikit
Muka : warna tidak pucat Mata 2.
: konjungtiva merah muda
Pukul 08.10 WIB Memberikan terapi injeksi dan oral Hasil : Telah diberikan injeksi asam traneksamat 1 gr per-IV pukul 08.15 WIB Pasien telah minum obat oral setelah makan pukul 08.00 WIB
3.
Pukul 13.00 WIB Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi dan penanganan selanjutnya Advise dokter : Lanjutkan terapi oral
Asam mefenamat
3x500 mg
Sulfas ferrosus
2x300 mg
Usul boleh pulang Aff infus (+) Hasil : Pasien telah minum obat Asam Mefenamat 500 mg pada pukul 12.15 WIB Infus telah dilepas pada pukul 16.00
20
4.
Pukul 16.05 WIB Menginformasikan pada keluarga tentang : 1)
Kondisi ibu yang sudah baik dan sudah diperbolehkan pulang
2)
Anjurkan ibu untuk mematuhi terapi yang diberikan dokter
3)
Anjurkan ibu untuk kembali kontrol pada tanggal 22 April 2012 di Poli Kebidanan dan Kandungan
Hasil : Ibu paham mengenai kondisinya. Ibu bersedia untuk mematuhi anjuran dokter dan berjanji akan kontrol pada tanggal 22 April 2012. Administrasi telah diselesaikan oleh keluarga. Ibu pulang pada tanggal 20 April 2012 pukul 09.00 WIB.
21
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Evaluasi dalam kasus ini adalah perdarahan uterus abnormal yang dialami Ny. S dapat diatasi dengan baik, ditandai dengan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, vital sign dalam batas normal dan perdarahan berhenti. Pada kasus ini, bidan melakukan rencana asuhan menyeluruh yang mengacu pada perencanaan. Setiap rencana dapat dilakukan dengan baik. Hal ini didukung oleh adanya kerja sama yang baik antara pasien, keluarga pasien, bidan maupun tenaga kesehatan yang lain. Dalam tahap ini, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan pengetahuan dan sebagai bahan evaluasi untuk penatalaksanaan kasus perdarahan uterus abnormal di tempat pelayanan kesehatan (yaitu di rumah sakit) sehingga penatalaksanaan selanjutnya dapat dilaksanakan dengan tepat.
2. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan hendaknya selalu mengingkatkan pembelajaran tentang kasus gangguan reproduksi pada wanita premenopause seperti pada kasus perdarahan uterus abnormal sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan skill mahasiswa calon bidan dalam pelaksanaannya.
22
DAFTAR PUSTAKA Bulun E Serdar, et al, The Physiology and Pathology of the Female Reproductive Axis, dalam William Textbook of Endocrinology, 10th Edition, Elsevier 2003 : pp 587-599
Chou Betty, Vlahos Nikos, Abnormal Uterine Bleeding, dalam : The John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, 2nd Edition , 2002 : p.42
Karkata Kornia Made, et al, Perdarahan Uterus Disfungsional, dalam: Pedoman DiagnosisTerapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien, 2003 : p 68
–
71
Silberstein Taaly, Complications of Menstruation; Abnormal Uterine Bleeding. Dalam : DeCherney Alan H; Nathan Lauren, Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis and Treatment , 9th Edition, Los Angeles:Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2003
: p 623-630
Simanjuntak Pandapotan. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam : Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kandungan. Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2005 : p 223-228
23
View more...
Comments