asuhan keperawatan skabies
July 28, 2018 | Author: HPN-HPN | Category: N/A
Short Description
Download asuhan keperawatan skabies...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal yang bernama Sarcoptes Scabei , kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok. Laporan kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung buruk. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsung kelangsungan an hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. (Kenneth, F,1995) Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 % (Sungkar,S, 1995).
Berdasarkan angka kesakitan diatas, maka kelompok tertarik membahas tentang pembahasan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan “
Kulit karena Parasit Parasit (Skabies)
”
1
B. TUJUAN UMUM
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien Scabies dengan menggunakan metode proses keperawatan.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit scabies 2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan scabies 3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa 4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan
2
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi
1
dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. ( Handoko, 2007) Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis dan produknya. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000) Scabies ialah penyakit yang disebabkan zoonosis
2
yang menyerang kulit.
Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/ mite) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamily Sarcoptes. Pada manusia oleh Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, pada babi oleh Sarcoptes Scabiei Var. Suis, pada kambing oleh Sarcoptes Scabiei Var. Caprae, pada biri-biri oleh Sarcoptes Scabiei Var. Ovis. (Sacharin, R.M, 2001)
Di Indonesia penyakit skabies sering disebut kudis, penyakit gudik wesi (jawa timur, jawa tengah), budug (jawa barat), katala kubusu (sulawesi selatan). Disebut juga agogo atau disko, hal ini kemungkinan karena penderita menggaruk badanya yang gatal menyerupai orang menari (Hamzah, 1981)
1
. bersifat menular . suatu infeksi atau infestasi yang dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host normal atau biasanya; sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber hewan. 2
3
2. ETIOLOGI
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sarcoptes Scabei Varian Hominis. Sarcoptes Scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabiei Var. Hominis. Kecuali itu terdapat Sercoptes Scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000) a. Klasifikasi Sarcoptes Scabies Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo Akrarina, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies Var Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi. b. Kebiasaan Hidup Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut. (Republika on-line, 26-12-2009)
c. Siklus Hidup Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan mati setelah membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari mencapai 40-50. Bentuk betina yang dibuhai dapat hidup selamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua padabetina terakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Ukuran bentuk betina berkisar antara 330-450 mikron kali 250-350 mikro. Ukuran jantan lebih kecil 200-240 mikro kali 150-200 mikro. Seluruh siklusnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 812 hari (Juanda, 2001). 4
Kurang lebih 10% telur yang dapat menjadi bentuk dewasa, yang dapat menularkan penyakitnya (Howard, 1999).
Tungau Sarcoptes scabiei
3. PENGKLASIFIKASIAN SKABIES
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995)
:
a. Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated) Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sehingga sangat sangat sukar ditemukan. ditemukan. b. Skabies Incognito Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas. c. Skabies Nodular Pada bentuk ini lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki -laki, inguinal
3
dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
3
. bagian lipatan paha 5
Scabies Nodular d. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat ter dapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat t erdapat pada daerah dimana orang sering kontak atau memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. Scabiei Var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia. e. Skabies Norwegia (Krustosa) Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, 4
lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi
sangat
banyak
(ribuan).
Skabies
Norwegia
terjadi
akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah. f.
Skabies pada bayi dan anak Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder 5
6
berupa impetigo , ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000). 4
. degenerasi atau pembentukan abnormal dari kulit. Istilah ini sering digunakan untuk merujuk kepada penyakit kuku. 5 . infeksi bakteri di kulit yang ditandai dengan lepuh mikroskopis berisi nanah. Tangan dan wajah adalah lokasi favorit untuk impetigo, tetapi seringkali juga muncul pada bagian lain dari tubuh (radang kulit ari). Impetigo ditandai dengan gelembung-gelembung yang berisi nanah 6
Scabies pada bayi dan anak g. Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden) Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000)
4. PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, 7
vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi , krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. (Handoko, R, 2001).
5. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut : a. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota keluarga. c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi). Tempat predileksi 6
. Radang karena infeksi streptokokus yang menyebabkan tukak tertutup keropeng yang biasanya ditungkai bawah dan paha. 7 . Lecet, kerusakan kulit yang lebih dalam. (tanda awal linier atau goresan (prurigo). Ekskoriasi dapat terjadi tanpa adanya dermatosis primer)
7
biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, 8
pergelangan tangan bagian volar , siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah. d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit 9
ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi , impetigo, dan furunkulosis. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
6. KOMPLIKASI
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan 10
furunkel . Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.
8
. yang mengarah ketapak tangan . penyakit kulit yang ditandai dengan bintil-bintil kecil padat teratur secara berkelompok (penebalan kulit) 10 .Furunkel adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutan disekitarnya,furunkel sering disebut bisul. 9
8
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cara menemukan tungau : a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya. b. Dengan cara menikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar c. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya d. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
8. PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Jenis obat topical : a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi. b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian. d. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyaidua efek sebagai anti skabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim
9
(eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir. e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia. f.
Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
B. PROSES KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan 1) Keluhan Utama Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada malam hari. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat. 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien pernah masuk Rumah Sakit karena alergi 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis.
b. Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola Persepsi Terhadap Kesehatan Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat. 2) Pola Aktivitas Latihan Aktivitas latihan selama sakit 3) Pola Istirahat Tidur Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari. 10
4) Pola Nutrisi Metabolik Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya. 5) Pola Eliminasi Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, warna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih. 6) Pola Kognitif Perseptual Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal. 7) Pola Peran Hubungan 8) Pola Konep Diri 9) Pola Seksual Reproduksi Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya reproduksinya.. 10) Pola Koping a) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja. b) Kehilangan atau perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. c) Takut terhadap kekerasan : tidak d) Pandangan terhadap masa depan klien optimis untuk sembuh
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi biol ogi b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan e. Resiko infeksi berhubungan dengan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur invasif f.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi biol ogi Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien dapat teratasi 11
Kriteria Hasil : 1. Nyeri terkontrol 2. Gatal mulai hilang 3. Puss hilang 4. Kulit tidak memerah – kaji TTV Intervensi
:
1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi nyeri 2. Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingungan yang kurang menyenangkan 3. Kolaborasi dengan dokter pemberi analgesic 4. Kolaborasi pemberian antibiotika
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan tidur klien tidak terganggu Kriteria Hasil : 1. Klien tidak bengkak lagi 2. Klien tidak sering terbangun dimalam hari 3. Klien tidak pucat Intervensi
:
1. Kaji pola tidur klien 2. Berikan kenyamanan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien) 3. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik 4. Catat banyaknya klien terbangun dimalam hari 5. Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan 6. Berikan minum hangat (susu) jika perlu 7. Berian musik klasik sebagai pengantar tidur ti dur
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri 12
Intervensi : 1. Klien mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya 2. Mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada 3. Dorong individu untuk mengekspresian perasaan khususnya mengenai pikiran, pandangan tentang dirinya 4. Dorong
individu
untuk
bertanya
mengenai
masalah
penanganan,
perkembangan kesehatan
d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak cemas lagi Kriteria Hasil : 1. Klien tidak resah 2. Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan 3. Klien mampu mengidentifiasi dan mengungka mengungkapkan pkan gejala cemas 4. Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan bekurangnya kecemasan Intervensi
:
1. Identifiasi kecemasan 2. Gunakan pendekatan yang menenangan 3. Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi takut 4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan kecemasan 5. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis 6. Berikan obat untuk mengurangi kecamasan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur invasive Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak terjadi resiko infeksi Kriteria Hasil : 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3. Menunjukkan perilaku hidup sehat 13
Intervensi
:
1. Klien mampu mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhii penularan dan penatalaksana mempengaruh penatalaksanaannya annya 2. Monitor tanda dan gejala infeksi 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi 4. Batasi pengunjung bila perlu 5. Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah meninggalkan pasien 6. Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat 7. Berikan perawatan kulit pada area epidemal 8. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan dan panas 9. Inspeksi kondisi luka 10. Berikan terapi antibiotik bila perlu 11. Ajarkan cara menghindari infeksi
f.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan lapisan kulit klien terlihat normal Kriteria Hasil : 1. Integritas kulit yang bak dapat dipetahankan (sensasi, elastisitas, temperatur) 2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta perawatan alami 4. Perfusi jaringan baik Intervensi
:
1. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 3. Monitor kulit akan adanya kemerahan 4. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun
14
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa scabies adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes Scabei. Penyakit scabies dapat menular dan kulit menjadi gatal. Penularan dapat terjadi melalui kontak fisik yang erat seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual, serta dapat juga melalui pakaian dalam, handuk, dan tempat tidur. Ada 7 pengklasifikasian scabies, yaitu Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated), Skabies Incognito, Skabies Nodular, Skabies yang ditularkan melalui
hewan, Skabies Norwegia (Krustosa), Skabies pada bayi dan anak, Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden). Pengobatan scabies dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan untuk menghilangkan kutu penyebab scabies dan pemberian antibiotika jika scabies terinfeksi.
B. SARAN
1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakn asuhan keperawatan kepada klien skabies sesuai dengan indikasi penyakit 2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien skabies dengan baik dan benar
15
DAFTAR PUSTAKA
Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta. Masjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FK UI;2000. Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, 1995. Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Pri ma Medikal. Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta: Djambatan
Sumber Lainnya
:
http://duniabola12.blogspot.com/2010/10 http://duniabola12.blog spot.com/2010/10/askep-scabie /askep-scabies.html s.html http://nursingbegin.com/askep-scabies/ http://medlinux.blogspot.com/2009/02/skabies.html
16
View more...
Comments