Asuhan Keperawatan Scabies
September 19, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Asuhan Keperawatan Scabies...
Description
ASUHAN KEPERAWATAN SCABIES
DI SUSUN OLEH : 1. Iva Susanti (1611021) 2. Khusnul Arifianti (1611023) 3. Krista Maisari (1611024) 4. Leny Pramudya W (1611025) 5. Mufarikhatul Binti L (1611026)
PENDIDIKAN NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR Tahun 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ya yang ng telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana sarana pembahasan dan pemahaman dalam mata kuliah KMB 3, materi yang kami bahas mengenai Scabies. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa STIKES. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ulfa M.Kep.,Ns selaku dosen pengampu dalam mata kuliah KMB 3. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka kepada para pembaca kami mohon maaf yang sebesar besarnya. Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Blitar, 29 Maret 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1 1.3 Tujuan .............................................................................................................................1 BAB II. TINJAUAN TEORI
2.1 ANATOMI KULIT .........................................................................................................2 2.2 FISIOLOGI KULIT ........................................................................................................4 2.3 PENGERTIAN VARISELA ...........................................................................................6 2.4 ETIOLOGI ......................................................................................................................6 2.5 KLASIFIKASI ................................................................................................................7 2.6 MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................7 2.7 PATOFISIOLOGI ...........................................................................................................8 2.8 KOMPLIKASI ................................................................................................................10 2.9 PENCEGAHAN .............................................................................................................10 2.10 PENGOBATAN ...........................................................................................................11 2.11 PENATALAKSANAAN ..............................................................................................11 BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN ................................................................................................................12 3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................................12 ................................................... .................................12 3.3 INTERVENSI .................................................................................................................13 BAB IV. APLIKASI KASUS SEMU
4.1 KASUS ...........................................................................................................................16 4.2 PENGKAJIAN ................................................................................................................16 BAB V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ...............................................................................................................29 5.2 SARAN ...........................................................................................................................29 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit pen yakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang. Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama. Berdasarkan penjelasan diatas maka kelompok tertarik untuk membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Kulit karena Parasit (Skabies).
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Sistem Integumen berkenaan dengan penyakit Kulit karena Parasit (Skabies) 1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan gambaran tentang konsep penyakit scabies 2. Menjelaskan tentang pengkajian keperawatan pada klien dengan scabies 3. Menjelaskan tentang pembuatan diagnosa berdasarkan pengkajian 4. Menjelaskan keperawatan
tentang
pembuatan
rencana
keperawatan
berdasarkan
teorii
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi (bersifat menular) dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei varian Scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the icth, gudig, budukan, dan gatal agogo. (Handoko, 2007) 2007) Scabies (the (the icth, icth, gudig, budukan, dan gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi (bersifat menular) dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis dan produknya. ( Arief, M. Suproharta, Wahyu J.K Wlewik S. 2000) 2000) Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis (suatu infeksi atau infestasi yang dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host normal atau biasanya; sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber hewan) yang menyerang kulit. Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh seekor kutu (kutu/mite (kutu/mite)) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda Arthopoda,, kelas Arachnida Arachnida,, ordo Ackraina, superfamily Sarcoptes.. Pada manusia oleh Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, Sarcoptes Hominis, pada babi oleh Sarcoptes Scabiei Var. Suis, pada kambing oleh Sarcoptes oleh Sarcoptes Scabiei Var. Caprae, pada biri-biri oleh o leh Sarcoptes Scabiei Var. Ovis. (Sacharin, R.M, 2001) 2001) Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investas investasii dan sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan huminis dan produknya (Adhi Djuanda. 2007: 119-120). Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite Scabies ( mite)) yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei scabies scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008). Scabies adalah penyakit zoonosis Scabies zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite mite)) Sarcoptes scabiei scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes Scabiei Var. Hominis. Hominis. Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
2.2 Etiologi Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari ha ri dan pada suhu kamar 2 21 1̊ C dengan kelembaban relatif 40-80%. Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke dalam epidermis kemudian membentuk terowongan di dalam stratum korneum dan lucidum. Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan yang berkulit telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu mati diujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu penderita mengalami rasa gatal. Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas kulit atau sedang menggali
terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.
2.3 Epidemiologi Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit Pen yakit ini dapat dimasukkan d imasukkan dalam Penyakit akibat Hubungan Seksual (P.H.S).
2.4 Klasifikasi Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995): 2.3.1 Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. 2.3.2 Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain. 2.3.3 Skabies nodular Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies.Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan.Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid. 2.3.4 Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan.Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah.Kelainan ini bersifat sementara (4 – (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia. 2.3.5 Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata generalisata dan hyperkeratosis yang yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah. 2.3.6 Skabies pada bayi dan anak.
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.Pada bayi, lesi di muka.(Harahap.M, 2000). 2.3.7 Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.(Harahap.M, 2000).
2.5 Manifestasi Klinis Ada 4 tanda cardinal berikut: 1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, p enduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier). 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih p utih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae (wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah. 4. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
2.6 Patofisologi Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya han ya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
2.7 Cara Penularan 1. Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya m isalnya berjabat tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual. 2. Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadangkadang berbentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var, animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
2.8 Evaluasi Diagnostik Cara menemukan tungau: 1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan kaca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya 2. Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas d iatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. 3. Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya. 4. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
2.9 Komplikasi Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul de dermatitis rmatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering.
Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.
2.9 Penatalaksanaan Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama. Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Jenis obat topical : 1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi
dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi. 2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau lotion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian. 4. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia. 6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di
area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN Mengkaji identitas anak dan orang tua seperti nama, alamat untuk menentukan penyebab mengapa pasien terkena scabies karena apabila anak yang terkena scabies tinggal di tempat yang endemik scabies dan daerah tersebut padat penduduknya akan terjadi peningkatan resiko penularan scabies. Selain itu dikaji juga usia anak karena semakin muda, system imunnya rendah sehingga mudah sekali untuk masuknya S. scabiei dan S.scabiei senang dengan kulit yang tipis seperti pada kulit anak. Perawat juga harus mengkaji jenis kelamin, anak laki-laki banyak yang terkena scabies karena aktivitas anak laki-laki lebih banyak dibanding anak perempuan dan hygiene anak lakilaki kurang sehingga mudah terkena scabies.
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Pengkajian Umum a. K eluahan U Uta tama ma Pada anak penderita scabies terdapat lesi dikulit di seluruh tubuh terutama pada kulit yang tipis seperti kulit k ulit kepala, k epala, wajah, leher, l eher, telepak telep ak tangan dan kaki. Anak juga merasakan gatal terutama pada malam hari karena S.scabiei bekerja membuat terowongan pada malam hari dan S.scabiei senang dengan suhu yang lembab dan panas.
b. R i waya wayatt K ese sehat hatan an 1) R i waya wayatt K ese sehat hatan an S ekarang Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat. 2) R i wayat wayat K eseha sehata tan nS Se ebe belumnya lumnya. Pasien pernah masuk RS karena alergi
3) R i waya wayatt K ese sehat hatan an K eluar luargga Scabies merupakan penyakit menular, sehingga apabila ada anggota keluarga yang terkena scabies akan menularkan ke anggota an ggota keluarga yang lain.
2. Pem Peme er i ksa ksaa an F i sik B asic si c P Prr omoting P hys hysii olo logy gy of H ealth Pengkajian 11 Pola Gordon
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan Apabila sakit, anak biasa membeli obat di toko obat terdekat atau apabila tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat. 2) Pola Nutrisi dan Metabolik Pada pasien scabies tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya. 3) Pola Eliminasi
Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola eliminasinya. 4) Pola Latihan / Aktivitas Anak yang terkena scabies akan menjadi malas melakukan kegiatan seharihari seperti mandi, makan, bermain, dll karena anak focus terhadap rasa gatal dan nyeri yang dirasakan 5) Pola Istirahat Tidur Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari. 6) Pola Persepsi Kognitif Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola kognitif perceptualnya 7) Pola Persepsi Diri Pada anak yang terkena scabies akan menjadi kurang percaya diri akibat gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas 8) Pola Koping dan Toleransi stress Kehilangan atau perubahan yang terjadi pada penderita scabies adalah anak malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga masalah utama yang terjadi selama anak sakit, anak selalu merasa gatal, dan pasien menjadi malas untuk bermain, bersosialisasi. 9) Pola Hubungan Peran Pada anak yang terkena scabies membutuhkan dukungan dari orang tua atau orang terdekat karena kebanyakan penderita scabies kepercayaan dirinya kurang
akibat dari adanya gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas. Dukungan dari orang tua akan meningkatkan kepercayaan diri anak dan anak dapat cepat sembuh. 10) Pola Reproduksi Seksual Tidak terjadi gangguan 11) Pola Keyakinan Intensitas beribadahnya menjadi berkurang dan tidak bisa maksimal Pengkajian Persistem - Keadaan Umum : Baik - Tingkat kesadaran : Composmentis – tanda - Tanda Tanda – tanda vital :
TD : 110/90 mmHg
o
N : 72 x/mnt : 20 x/mnt o RR o S : 37,4 C 1) Sistem Integumen Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, keab u-abuan, berbentuk b erbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata rata -rata o
panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae (wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. - Kepala : Kadang ditemukan bula - Dada : Kadang ditemukan bula - Punggung : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus - Ekstremitas : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus 2) Sistem Kardiovaskuler Tidak terjadi gangguan 3) Sistem Pernapasan Tidak terjadi gangguan 4) Sistem Penginderaan 5) 6) 7) 8)
9)
Tidak terjadi gangguan Sistem Pencernaan Tidak terjadi gangguan Sistem Perkemihan Tidak terjadi gangguan Sistem Muskuluskeletal Tidak terjadi gangguan Sistem Reproduksi Tidak terjadi gangguan Sistem Neurobehaviour Tidak terjadi gangguan
3.1 DIAGNOSA KEPPERAWATAN
1. Kerusakan integritas jaringan 2. Nyeri akut 3. Resiko infeksi
3.3 INTERVENSI No
Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan
1.
Kerusakan
Integritas jaringan : kulit
integritas jaringan Ditingkatkan ke 4 kulit
Indikator: 1. Suhu kulit 2. Sensasi
Pemberian obat kulit Aktivitas: 1. Catat riwayat medis dan riwayat alergi. 2. Tentukan
pengetahuan
3. Elastisitas
pasien
4. Tekstur
medikasi
5. Integritas kulit
pemahaman
6. Pengelupasan kulit
mengenai
mengenai dan pasien pemberian
obat. 3. Tentukan kondisi kulit pasien
di
dimana
atas
area
obat
akan
sisa
obat
diberikan. 4. Buang
sebelumnya
dan
bersihkan kulit. 5. Berikan obat di atas kulit sesuai kebutuhan. 6. Monitor samping
adanya efek lokal
pemberian obat.
dari
1. Dokumentasikan pemberian obat dan respon pasien. 2.
Resiko infeksi
Kontrol Resiko: Proses Infeksi Perlindungan Infeksi Dipertahankan ke 4
Aktivitas:
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
dan
2. Mengidentifikasi strategi
untuk
lain
yang
terkena infeksi 3. Memonitor
gejala
infeksi
sistemik dan local.
melindungi diri dari orang
1. Monitor adanya tanda
2. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi. 3. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area
perilaku
yang mengalami infeksi.
diri yang berhubungan
4. Periksa kulit dan selaput
dengan resiko infeksi 4. Memonitor factor di lingkungan berhubungan
yang dengan
5. Mempraktikan strategi efektif
untuk
mengontrol infeksi 6. Memonitor perubahan status kesehatan
segera
untuk
adanya
kemerahan, kehangatan ekstrim, atau drainase. 5. Anjurkan istirahat . 6. Instruksikan
resiko infeksi
7. Melakukan
lendir
pasien
untuk minum antibiotic yang diresepkan. 7. Ajarkan
pasien
anggota
dan
keluarga
bagimana
tindakan untuk
mengurangi resiko
cara
menghindari infeksi. 8. Lapor
dukaan
infeksi
pada personil pengendali infeksi dari air, udara.
BAB IV APLIKASI KASUS SEMU 4.1 Kasus
Klien mengatakan 5 hari sebelum masuk RS mengalami gatal yang sangat hebat di bagian ketiak kanan dan kiri . dan gatalnya terjadi setiap malam saja sehingga pada malam hari pasien tidak bias tidur karena gatal-gatal. setelah 1 hari dirawat di RS dipastikan klien mengalami scabies akibat oleh kutu.dan lokasi gatal selalu melebar dan gatal secara terus menerus. klien mengatakan saat gatal klien langsung mengambil barang runcing/tajam untuk menggaruk A. IDENTITAS KLIEN
1) Pasien Inisial
: Tn .”K”
Umur
: 53 tahun
Pendidikan
: smp
Pekerjaan Status Pernikahan
: buruh : menikah
Alamat
: km 16 sebogor
Diagnosa Medis
: Scabies
No. Reg / Rm
: 215384
2) Identitas Penanggung Jawab Nama
: Ny”S”
Umur
: 48 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: turut suami
Status Pernikahan
: menikah
Alamat
: km 16 sebogor
B. PENGKAJIAN
1) Alasan utama datang ke rumah sakit : klien mengatakan gatal yang tidak sembuh-sembuh 2) Keluhan Utama ( Saat dikaji ) : klien mengeluh gatal pada ketiak 3) Riwayat perjalan penyakit saat ini ( P,Q,R,S,T ) Klien mengatakan 5 hari sebelum masuk RS mengalami gatal yang sangat hebat di bagian ketiak kanan dan kiri . dan gatalnya terjadi setiap malam saja . setelah 1 hari dirawat di RS dipastikan klien mengalami scabies akibat oleh kutu.dan lokasi gatal selalu melebar dan gatal secara terus menerus.
4) Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan tidak ada riwayat sakit masa lalu 5) Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita poenyakit ini 6) Riwayatan Pengobatan dan alergi :
a. Riwayat pengobatan :
Sebelum kerumah saki klien mengatkan pergi ke puskesmas terdekat
b. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi
:
C. PENGKAJIAN FISIK 1.
Kesadaran
Keadaan Umum
: GCS ; E; 4 M; 6 V; 3 = 1 , Compos mentis : klien dalam keadaan sadar penuh
Vital Sign : -
Tekanan Darah
: 120/90 mmHg
-
Tekanan Nadi
: 84 x/menit
-
RR
: 20 x/menit
-
Suhu Tubuh
: 36 °C
Sakit / Nyeri
: gatal pada daerah yang bermasalah
Status Gizi
: Berat badan klien dalam kondisi ideal
Sikap : klien mengatakan saat gatal klien langsung mengambil barang runcing/tajam untuk menggaruk Masalah Keperawatan : gatal pada daerah ketiak 2.
Pemeriksaan Khusus
Kulit Warna
: Warna kulit anemis
Tugor
: Tugor kulit elastis
Tekstur
: Tekstur kulit elastis
Kelembapan
: Kelembapan kulit basah
Memar/Luka
: terdepat luka akibat bekas garukan
Kebersihan : kebersihan kulit kurang Masalah keperawatan : kebersihan kulit kurang Ada luka bekas garuka Kepala Bentuk
: Bentuk kepala simetris kiri dan kanan
Warna Rambut
: Warna rambut hitam
Distribusi
: Distribusi rambut hitam merata
Tekstur
: Tekstur kulit halus
Kualitas
: Berbau dan Berminyak
Kebersihan
: Kebersihan rambut tidak bersih karna berminyak
Masalah Keperawatan : Timbul ketombe
Bentuk mata
: Mata tidak simetris, mata kanan mengalami kecacatan
Konjungtiva
: Konjungtiva tidak anemis (berwarna merah jambu)
Sklera
: Sklera mata putih
Reaksi cahaya
: Dapat berkedip bila ada rangsangan cahaya
Pupil Visus
: Pupil isokator : 6/6
Kebersihan
: kebersihan mata cukup bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah Hidung Bentuk
: Simetris,tidak ada kelainan
Kebersihan
: Cukup bersih di area hidung
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah Telinga Bentuk Pendengaran
: Simetris, telinga kanan kiri : Dapat mendengar dengan jelas
Kebersihan
: Cukup bersih pada area telinga
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah Mulut dan Tenggorokan Mukosa bibir
: Simetris antara bibir atas dan bawah
Bibir
: Bibir normal
Sakit menelan
: Sakit ketika menelan
Lidah
: Tidak dapat membedakan rasa ( campah )
Tonsil Kebersihan
: Normal ( tidak ada penyakit ) : Cukup bersih pada area mulut dan tenggorokan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah Leher Bentuk
: Simetris kiri dan kanan tampak seimbang
Kelenjar tiroid
: Normal ( Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid )
Vena jugularis
: Tidak ada peningkatan vena jugularis
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Dada Jantung Inpeksi
: Ictus cordis tampak terlihat
Palpasi
: Vocal premitus HR : 80 x/ menit
Perkusi
: Sonor Suara perkusi jaringan paru yang normal
Auskultasi
: Irama teratur, tidak ada suara tambahan
Paru-paru Paru -paru Inpeksi
: Simetris, tidak ada kelainan ( ) RR: 20 x/ menit
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: Sonor, suara perkusi jaringan paru yang normal
Auskultasi
: Vesikuler bunyi, pernapasan normal
Kebersihan
: bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan Abdomen Inpeksi Auskultasi
: Bentuk : semitris, tidak ada pembesaran : Peristaltik :4 x/menit
Palpasi
: ada nyeri tekan
Perkusi
: Timpani bunyi perkusi perut redup
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah Genetalia Penis
: Normal
Srotum dan testis
: Normal
Anus
: Tidak terdapat pelebaran pena
Kebersihan : Kebersihan pada genetalia bersih Masalah keperawatan : Tidak ada masalah Ekstremitas atas dan bawah Rentang gerak
: Tidak terdapat keterbatasan gerak
Kekuatan otot
: Skala 5 kekuatan utuh
Nyeri sendi
: Tidak ada nyeri sendi
Edema
: Tidak ada edema
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Rencana Keperawatan
No
Data penunjang
Etiologi
Masalah Keperawatan Kerusakan
1.
integritas jaringan kulit
2.
DS : Klien
Gatal hebat mengatakan
tidak
bisa tidur DO : Klien
↓
Gangguan pola tidur
menggaruk ↓
tampak
sering
menggaruk Klien tampak tidak bias
Tidak bias istirahat tenang ↓ Gangguan pola tidur
tidur TD : 120/90 mmHg Nadi : 84 x/menit RR : 20 T : 36 C 3.
Ds : Klien
Pendidikan rendah mengatakan
tidak
tahu jelas penyakit ini
↓ Informasi terbatas ↓
Do : Klien
Kurang pengetahuan tampak
ketika dikaji
bingung
Kurang pengetahuan
Intervensi
Masalah keperawatan Gangguan pola tidur
Kerusakan integritas jaringan kulit Kurang pengetahuan
NOC
NIC
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis (suatu infeksi atau infestasi yang dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host normal atau biasanya; sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber hewan) yang menyerang kulit. Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh seekor kutu (kutu/mite (kutu/ mite)) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda Arthopoda,, kelas Arachnida Arachnida,, ordo Ackraina, superfamily Sarcoptes.. Sarcoptes Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat. Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.Diduga epidemic scabies setiap siklus 30 tahun. Tanda gejala scabies antara lain. pruritus nokturna, Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi, adanya terowongan (kunikulus) Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Scabies dapat menular melalui Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual.Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
4.2 Saran Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca dan diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang scabies dan dapat menerapkan asuhan keperawatan tentang scabies scabies kepada masyarakat terutama bagi para nakes.
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman Joanne Mc Closkey C. 2000. Nursing 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). (NIC). USA Mosby Heather, T. Herdman. 2010. Diagnosis Keperawatan: Devinisi dan klasifikasi 20092011.. Jakarta EGC 2011 Moorheat, Sue, DKK. 2004 Nursing 2004 Nursing out Comes Classification (NIC). (NIC). USA USA Mosby Graham robin dan tony burns. 2002. Lecture 2002. Lecture Notes Dermatologi. Dermatologi. Surabaya: Erlangga
View more...
Comments