Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Tn
December 17, 2018 | Author: Ryan Eko Purnomo Siddik | Category: N/A
Short Description
Asuhan Keperawatan Perioperatif...
Description
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Tn.P DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA di INSTALASI BEDAH SENTRAL RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Tn.P DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA di INSTALASI BEDAH SENTRAL RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Guna Memenuhi Tugas Kuliah Peminatan Bedah Program Studi S1Keperawatan
Disusun Oleh: Indra Hermawan A11000608
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2014 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Tn.P DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA di INSTALASI BEDAH SENTRAL RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Telah disetujui pada Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing Akademik
(
Pembimbing Lahan
)
(
Mahasiswa
(Indra Hermawan)
)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia atau sering kita kenal dengan istilah “ turun bero”, merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek aau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Kita ambil contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isiperut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik (lapisan otot) dinding perut. Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong dan isi hernia. 75% dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha), yang lainnya terjadi di umbilicus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot–otot perut yang sudah mulai melemah. Hernia Ingualis Lateral adalah Hernia yang melalui Anulus Ingualis Internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inseriar, menyusuri Kanalis Ingualis dan kerongga perut melalui Anulus Ingualis Internus. (Kapita Selekta, Jilid II, 2000). Tindakan yang dilakukan untuk mengobati hernia ini bisa dilakukan hernioraphy, hal ini ditujukan untuk mngembalikan isi kantong hernia, selanjutnya mengikat defek atau celah agar hernia tidak terjadi lagi.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yan telah diuaraikan diatas, maka rumusan masalah yang muncul yaitu bagaimana melakukan asuhan keperawatan perioperatif kepada Tn. P dengan kasus Hernia Inguinalis Lateralis Dextra.
C. Ruang Lingkup Dalam penulisan asuhan keperawatan ini hanya akan membahas asuhan keperawatan perioperatif yang terdiri dari pre operasi, intra operasi, dan post operasi pada Tn.P dengan kasus Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
D. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui secara lengkap asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan fraktur clavicula. 2. Tujuan Khusus a.
Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan pre operatif pada pasien dengan hernia inguinalis lateralis dextra.
b. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan intra operatif pada pasien dengan hernia inguinalis lateralis dextra. c.
Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan post operatif pada pasien dengan hernia inguinalis lateralis dextra.
d. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan hernia inguinalis lateralis dextra. E. Manfaat Penulisan 1. Bagi individu Membandingkan teori yang diperoleh dengan praktik nyata di lapangan dalam melakukan asuhan keperawatan nyata pada pasien hernia inguinalis lateralis dextra. 2. Bagi rumah sakit Membantu memberikan informasi tentang asuhan keperawatan perioperatif dengan kasus hernia inguinalis lateralis dextra. 3. Bagi institusi Menambah kepustakaan mengenai asuhan keperawatan dengan hernia inguinalis lateralis dextra.sehingga bisa dikembangkan kembali oleh mahasiswa yang lain, sesuai dengan perkembangan ilmu yang semakin berkembang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut kedalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan
B. Klasifikasi 1.
Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya. 3.
Menurut terlibat / tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya). Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya. 5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulata. 6.
Nama penemunya : H. Petit (di daerah lumbosakral), H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral., H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7.
Beberapa hernia lainnya : H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior., H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap, H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.
C. Anatomi Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian proksimedial. Dalam keadaan relaksasi
otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis.
D. Etiologi 1. Kelemahan otot dinding abdomen. a.
Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal c.
Trauma
2. Peningkatan tekanan intra abdominal. a.
Obesitas
b. Mengangkat benda berat c.
Konstipasi – mengejan
d. Kehamilan e.
Batuk kronik
f.
Hipertropi prostat
3. Faktor resiko: kelainan congenital
E. Manifestasi Klinis Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara berangsur,angsur meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan yang progresif dan persisten yang progresif. Kadang hanya sedikit nyeri , sakit atau rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin didapatkan sebelum perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini memperjelas onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal tapi juga menyebar kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital.
Disebut "Reffered pain" gejala ketidaknyamanan ini dapat mempercepat keadaan yang berat dan menyusahkan. Gejala ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan durasi atau intensitas dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang dengan istirahat, meskipun tidak selalu.Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia selalu memburuk disenja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri lipat paha tanpa hernia yang dpat terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan mula timbulnya hernia
F. Pemeriksaan Fisik Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi , sering benjolan muncul dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk diletakkan disisi lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai annulus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk biasanya dapat diraba pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Hernia juga diindikasikan, bila seseorang meraba jaringan yang bergerak turun kedalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk. Walaupun tandatanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek atau direk, namun umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya memerlukan penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya dapat dibuat pada waktu operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya kedalam skrotum, yang sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia direk. Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada annulus inguinalis superfisialis dan massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas peritonealis, terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya pada jari tangan pemeriksa didalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung keujung jari tangan adalah khas dari hernia direk.
G. Penatalaksanaan 1. Konservatif Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi herniayangtelahdireposisi. 2. Reposisi Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. 3. Bantalan penyangga Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anakanak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada taki sperma yang mengandung pembuluh darah testis. 4. Operatif Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti a.
Herniotomi Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahitikat setinggi mungkin lalu dipotong
b. Hernioplasti Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkandenganherniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dangan jahitan terputus, menutupdan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan musculus oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis keligamentum cooper pada metode McVay Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
DAFTAR PUSTAKA Carpenito,J,L (1999). ”Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan “ Edisi 2 D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne (1991), ”Medical Surgical Nursing“, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelphia
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Engrand, Barbara (1999), Keperawatan Medikal Bedah, volume 4, Jakarta, EGC Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995), “Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis”, alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, EGC, Jakarta
BAB III TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN Hari
: Selasa
Tanggal
: 28 Januari 2014
Tempat
: IBS PKU Muhammadiyah Gombong
Jam
: 15 WIB
Metode
: Wawancara dan Studi Pustaka
Sumber
: Pasien, observasi RM
Oleh
: Indra Hermawan
1. Identitas Pasien Nama
: Tn.P
Umur
: 47 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Wagirpandan Rt.04 Rw.01 Rowokele
Pekerjaan
: Petani
Status
: Kawin
Diagnosa
: Hernia inguinalis lateralis dextra
No. RM
: 0259502
Tanggal Masuk
: 28 Januari 2014
2. Penanggung Jawab Nama
: Tn.J
Umur
: 54 Tahun
Alamat
: Wagirpandan Rt.04 Rw.01 Rowokele
Hub. dengan pasien
: Saudara Kandung
3. Riwayat kesehatan a.
Keluhan Utama Benjolan di selangkangan kanan disertai nyeri
it
b. Riwayat penyakit sekarang Ps. Datang ke dari poli pukul 15.00 WIB dengan keluhan ada benjolan di selangkangan, pasien terlihat gelisah dan cemas, disertai nyeri, belum terpasang DC, TD: 130/80mmHg, N: 88x/m, S: 36 0C, R: 20x/m.
c.
Riwayat Dahulu Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini, dan tidak punya riwayat HT, DM.
d. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit seperti ini, HT, DM.
4. Pola Fungsional menurut Virginia Handersoon 1. Pola Nafas : Sebelum sakit
: pasien mampu bernafas dengan normal dan adekuat.
: RR 20x/menit, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada cuping hidung. 2. Pola Nutrisi
m Sakit
: Pasien biasa makan sehari 3x / hari,minum 6 – 8 x /hari
kit
: terpasang RL 20tpm, dan sedang puasa untuk menjalani operasi 3. Pola Eliminasi
m Sakit
: pasien sulit BAB dan BAK 4-5x sehari.
kit
: pasien terpasang DC. 4. Pola Gerak dan Keseimbangan Tubuh
m Sakit
: pasien tidak memiliki kecacatan sehingga mampu bergerak dengan seimbang.
kit
: selama sakit ada gangguan pergerakan karena nyeri.
m sakit
it
m sakit
5. Pola Istirahat Tidur : pasien biasa tidur dari jam 21. 00 samapi 05. 30 WIB atau tidur siang 1- 2 jam. : pola tidur pasien kadang terganggu karena nyeri, sehingga klien gelisah 6. Pola Berpakaian : Pasien dapat mengenakan pakaian tanpa bantuan orang lain
kit
: pasien mampu berpakai sendiri. 7. Temperatur Tubuh
m sakit
: pasien mampu mempertahankan suhu tubuhnya, memakai jaket bila dingin dan memakai kaos kaki.
kit
: suhu badan pasien 36 0C, hanya memakai baju operasi dan terpasang infuse RL 20 tpm. 8. Personal Higiene
m Sakit
: pasien biasa mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan keramas 2x seminggu.
kit
: Pasien mandi sebelum ke rumah sakit. 9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
m Sakit
: pasien merasa nyaman saat badannya sehat.
kit
: pasien merasa tidak nyaman karena adanya benjolan dan gelisah karena akan menjalani operasi 10.
Pola Komunikasi
m Sakit
: pasien dapat berbicara dengan jelas dan baik.
kit
: pasien masih dapat diajak bicara, menjawab jika ditanya, dan suara jelas. 11.
Kebutuhan Spiritual
m Sakit
: Pasien selalu menjalankan ibadah sholat lima waktu dengan berdiri
kit
: Pasien menjalankan sholat lima waktu, dan berdoa sesuai agamanya
aji
12.
Kebutuhan Bekerja
Sebelum Sakit
: Pasien bekerja sebagai wiraswasta
Saat Sakit
: pasien tidak dapat mengerjakan pekerjaan.
13.
Pola Rekreasi
Sebelum Sakit
: Pasien jarang berekreasi
: Pasien berada di rumah sakit sehingga hanya menonton TV 14.
Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit
: pasien belajar dari televisi, radio, Koran, dll
Saat Sakit
: Pasien mendapatkan informasi dari dokter dan perawat
5. Keadaan Umum gelisah, menahan nyeri Suhu
: 36 0C
Nadi
: 80 x/menit
TD
: 130/80 mmHg
RR
: 20 x/menit
6. Pemeriksaan Fisik KU
: Baik
Kesadaran : Compos Metis (15)
Pemeriksaan fisik head to toe Kepala
: Mesocephal, simetris, rambut bersih
Mata
: Simetris, konjungtiva anemis,
Hidung
: Tidak terdapat polip, tidak ada penumpukan sekret
Telinga
: Tidak ada serumen fungsi pendengaran baik
Mulut
: Gigi bersih, mukosa bibir lembab
Leher
:Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks I
: tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
P
: tidak ada nyeri tekan
P
:-
A
:-
Abdomen I
: tak ada jejas, ada benjolan di area inguinalil dextra
A
:-
P
: suara tympani
P
: ada benjolan di area inguinal.
Genetalia : belum terpasang DC Ekstermitas - atas: terpasang IVFD RL 20tpm, akral hangat, tidak ada jejas - bawah: tak ada jejas, akral hangat, 7. Persiapan Pasien a. Cairan parenteral
: Infus RL 500cc
b. Jenis Anestesi
: Regional : Spinal Anestesi
c. Latihan d. Baju operasi e. Inform consent f. Kebersihan colon
:Pasien sudah diajari teknik nafas dalam : Sudah : Sudah : Sudah 6-7 jam
g. Persiapan mental
: Sudah
8. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 28 Januari 2014 Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
4.37
10^3 /uL
4.80- 10.80
Eritrosit
5.31
10^6/Ul
4.70-6.10
Hemoglobin
13.7
g/dL
14.0- 18.0
Hematokrit
42.2
%
42.0-52.0
MCV
79.5
Fl
79.00-99.0
MCH
25.8
Pg
27.0-31.0
MCHC
32.5
g/dl
33.0-37.0
Trombosit
216
10^3/uL
150-450
CT
4
Menit
BT
3
Menit
HBSAg
-
-
Negatif
B. ASKEP PRE OPERASI 1. Analisa Data No
Tanggal/jam
111
28
1
2014
Data Fokus
Etiologi
Januari DS: Jam Pasien
15.00 WIB
Problem
Perubahan status Ansietas mengatakan
takut kesehatan
akan dilakukan operasi DO: pasien tampak berdoa Vital sign TD : 120/70 N: 86x/m, S: 36,50 C, RR: 19 x/m
2. Diagnosa Keperawatan Ansietas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan 3. Intervensi Pree Operasi Dx Kep
NOC
NIC
Rasional
Ansietas
b.d Setelah
dilakukan
tindakan a.
Identifikasi
perubahan
keperawatan
selama 10 menit kecemasan
status
diharapkan
tidak
kesehatan
Ansietas dengan
tingkat c.
reaksi setres
mengalami b. Gunakan komunikasi ter d. peutik
Indikator
IR
ER
Menggunakan
2
4
Mengetahui adany
apasien
Mengembangkan ras
untuk percaya
memaksimalkan ventilasi
menurunkan takut.
teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
Keterangan : 1. Tidak pernah menunjukan 2. Jarang menunjukan 3. Kadang-kadang menunjukan 4. Sering menunjukan 5. Selalu menunjukan
4. Implementasi Pree Operasi No.
Tgl/jam
Implementsi
28
Mengidentifikasi tingkat kecemasan
Respon
dx 1
Januari a.
2014
a.
Jam
Klien penyebab
15.10 WIB b.
mengatakan cemas
karena
Menggunakan komunikasi ter peutik akan operasi pasien untuk memaksimalkan ventilasi b.
Klien menerima bahwa dirinya akan dioperasi
5. Evaluasi Pree Operasi No
Tgl/jam
Evaluasi
da
ras
Dx 1
28
Januari S : - Pasien mengatakan merasa nyaman tidak gugup untuk
2014
Jam operasi
15.10 WIB
O : - Pasien tampak tenang TD
: 130/70 mmHg
Suhu
: 36 0C
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
A : - Masalah Ansietas Teratasi P : - Hentikan intervensi, awasi terjadi perubahan status axiety. C. ASKEP INTRA OPERASI 1. Persiapan pasien di meja operasi a.
Posisi pasien
: Supinasi
b. TD
: 130/70mmHg
c.
: 80x/ menit
N
d. RR
: 20x/ menit
e.
Pemasangan
: Bed side monitor
f.
Waktu operasi
: 15.15 – 16.10 WIB pada tanggal 28-01-2014
g. Operator
: dr.Julian, Sp.B.
h. Anestesi
: dr.Agus
2. Analisa Data dan dx Keperawatan No
Tanggal/jam
Data fokus
Etiologi
Problem
Proses
Risiko perdarahan
dx 1
28 2014
Januari DS:Jam DO:
15.15 WIB
pembedahan
Adanya luka insisi sepanjang 10 cm di abdomen
inferior
dextra
3. Diagnosa Keperawatan Risiko perdarahan berhubungan dengan Proses pembedahan
4. Intervensi Keperawatan Dx kep
NOC
Risiko
NIC
Setelah
dilakukan a.
Monitor
Rasional perdarahan a.
perdarahan
tindakan
keperawatan pada
berhubungan
selama
dengan
diharapkan masalah risiko dilakukan insisi.
Proses
perdarahan tidak terjadi b. Monitor vital sign
pembedahan
dengan.
55
daerah perdarahan
menit pembedahan
setelah
b. Indikator
IR ER
. Tidak
3
5 c.
Mengetahui jumlah
Mengatahui kondisi Mengatahui
Monitor cairan
balance
cairan
terjadi c.
perdarahan
Mencegah kekurangan
Tidak
ada 3
5
cairan
peningkatan output cairan Kapasitas vital
3
5
sesuai
yang diharapkan Keterangan : 1.
Tidak
pernah
menunjukan 2. Jarang menunjukan 3.
Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan 5. Selalu menunjukan
5. Implementasi keperawatan Tanggal/ jam 28
Januari a.
Implementasi
Evaluasi
Memonitor perdarahan pada Perdarahan ± 150 cc
volume
2014
Jam daerah
15.15 WIB
pembedahan
setelah
dilakukan insisi. b. Monitor vital sign
Nadi : 81x/menit RR : 20x/menit TD: 130/80mmHg
c.
Monitor cairan
Pemberian
cairan
RL
untuk
mainternance cairan, tidak terjadi perdarahan
6. Evaluasi Keperawatan Dx kep
Tanggal/ jam
Evaluasi
Risiko
28 Januari 2014 Jam S: -
perdarahan
16.10 WIB
O: Perdarahan ± 150 cc,tampak pucat, akral
berhubungan
dingin.
dengan Proses
TD: 130/80 mmHg, N: 81x/m, S: 360 C, RR:
pembedahan
20x/m A: Masalah resiko kekurangan volume cairan tidak terjadi,di buktikan dengan Indikator
IR ER
. Tidak terjadi 3
5
perdarahan Tidak
ada 3
5
peningkatan output cairan Kapasitas vital
3
5
sesuai
yang diharapkan
Keterangan : 1. Tidak pernah menunjukan 2. Jarang menunjukan 3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan 5. Selalu menunjukan P: Hentikan intervensi dan berikan informasi tentang perawatan luka post op D. POST OPERASI 1. Analisa data No
Waktu
Data Fokus
Masalah
1.
28 Januari Subjektif: -
Resiko tinggi Proses
2014
cedera
Jam Objektif:
16.10 WIB-
Pasien
hanya
tiduran
Etiologi
pemindahan
saat
pasien
dipindahkan -
pasien dipindahkan ke ruang RR dengan brankar
-
Pasien dalam masa post lumbal anestesi,
masih
terdapat
efek
anestesi -
Nadi : 81x/menit RR : 20x/menit TD: 130/80mmHg
-
CRT < 2 detik
2. Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi cedera berhubungan dengan proses pemindahan pasien 3. Intervensi Post Operasi No
Diagnosa
1.
Resiko
NIC
NOC
tinggi Setelah dilakukan asuhan a.
cedera
b.d keperawatan
selama
Proses
menit
diharapkan
resiko
pemindahan
cedera tidak terjadi.
b.
pasien.
Dengan kriteria hasil:
IR
Tidak terjadi 2
Perhatikan
posisi a.
5 pasien
ER 4
Keamanaan
pasien
tetap terjaga b. Menjaga keamanan
Dekatkan
bed
samping pasien c.
Indikator
Rasional
di c.
Mencegah cedera
Lindungi organ vital pasien
d.
Mempermudah
d. Kolaborasi dengan 2-3 pengangkatan
perawat yang ada
abserasi kulit karena pemindahan pasien. Pasien dapat 2
e.
Angkat pasien secara e. bersamaan
4
f.
Mempermudah pengangkatan
Berikan penyangga di
dipindahkan
tempat tidur pasien. f.
dengan aman
Memberikan
nyaman pada pasien
dan nyaman. Keterangan : 1. Tidak pernah menunjukan 2. Jarang menunjukan 3.
Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan 5. Selalu menunjukan
4. Implementasi keperawatan No
Tanggal/ waktu
Implementasi
Respon
1
28 Januari 2014 a.
Memperhatikan posisi pasien
Pasien dalam keadaan tenang
Jam 16.10 WIB b.
Mendekatkan bed di samping Pasien tenang pasien
c.
Melindungi organ vital pasien
d.
Kolaborasi dengan 2-3 perawat
Pasien aman
yang ada e.
Proses
Mengakat
pasien
Pasien tampak tidur
Memberikan
penyangga
5. Evaluasi Keperawatan
Risiko
Tanggal/ jam tinggi 28
Evaluasi
Januari S
cedera
2014
Jam O
berhubungan
16.15 WIB a.
di Bed pasien pelindung
tempat tidur pasien.
Dx kep
pengangkatan
secara berjalan lancar
bersamaan f.
rasa
::
Pasien aman
terdapat
dengan proses
b. pasien tampak tidur
pemindahan
c.
pasien
pasien tenang A P
: masalah teratasi : pertahankan kondisi yang aman sampai
ada serah terima dengan perawat ruangan.
http://cinalole.blogspot.co.id/2014/03/asuhan-keperawatan-perioperatif-pada.html
View more...
Comments