Asuhan Keperawatan Pada Tinea Corporis

October 11, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Asuhan Keperawatan Pada Tinea Corporis...

Description

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT TINEA KORPORIS

1.

Konsep medik Kadas alias kurap atau lebih kerennya tinea corporis. Ini dia, salah satu penyakit kulit oleh jamur ( dermatophitosis) yang mudah dikenali karena bentuknya yang khas atau berpulaupulau mirip kepulauan ndonesia raya. Kadas atau kurap bisa menimpa siapa saja, terutama orang-orang didaerah tropis, lembah, panas, gerah dan orang-orang yang mudah berkeringat. Bahkan orang yang mandi lebih 2 kali seharipun atau yang sehari-hari bekerja ditempat berAC, masih dapat terkena kadas. Sebagian penderita kadas (tinea corporis) cenderung mengabaikan penyakitnya kecuali ketika ada anggota keluarga atau teman dekat atau pihak yang mengingatnya. Tak jarang kadas dibiarkan hingga bertahun-tahun sampai memenuhi pinggang dan bokong.

2.

Pengertian Tinea corporis adalah infeksi umum yang sering terlihat pada daerah dengan iklim yang panas dan lembab. Seperti infeksi jamur yang lain, kondisi yang hangat dan lembab membantu penyebaran infeksi ini. Oleh karena itu, daerah tropis dan subtropis memiliki insien yang tinggi terhadap tinea corporis. Tinea corporis dapat terjadi pada semua usia. Bisa didapatkan pada orang yang bekerja yang berhubungan dengan hewan-hewan.5,6 Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain. 7 Pada tinea cruris, onsetnya biasanya pada orang dewasa, laki-laki lebih sering terjangkiti daripada wanita. Faktor predisposisinya antara lain lingkungan yang hangat dan lembab, pakaian yang ketat, kegemukan dan penggunaan obat glukokortikoid.

3.

Insident

4.

Etiologi

Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Walaupun semua dermatofita bisa menyebabkan tinea corporis, penyebab yang paling umum adalah T. rubrum,

T.

mentagrophytes,

T.

canis

dan

T.

tonsurans.1,2,3,5

Pada tinea cruris penyebabnya hampir sama dengan tinea corporis. Penyebab tinea cruris yang tersering yaitu: T. rubrum, T. mentagrophytes, atau E. Floccosum. Infeksi jamur pada kondisi ini disebabkan oleh mikroorganisme yang menjadi parasit pada tubuh. Jamur (dermatofit) tinggal di sel di lapisan luar kulit. Kondisi ini dapat menular dan dapat menyebar dengan cara berikut: 1. Manusia ke manusia 2. Hewan ke manusia 3. Objek ke manusia 4. Tanah ke manusia

5.

Patofisiologi Tinea korporis menjangkit bagian muka, leher, batang tubuh dan ekstremitas, pada bagian yang terinfeksi akan tampak lesi berbentuk cincin atau lingkaran yang khas. Varietas hewan diketahui menyebabkan reaksi inflamasi yang hebat pada manusia karena jamur ini normalnya tidak beradaptasi dengan kehidupan dalam tubuh hospes manusia. Manusia tertular jamur varietas – hewan melalui kontak dengan binatang peliharaan atau dengan subjek yang pernah bersentuhan dengan binatang.

6.

Manifestasi klinik Predileksi tinea ini adalah di daerah leher, ekstremitas dan badan, lesi dapat berupa lesi anular bulat atau bulat lanjong, berbatas tegas karena terjadi konfluensi beberapa lesi, pinggir lesi polisiklik dan agak meninggi. Tinea imbrikata (tokleau) mulai dengan papul berwarna coklat, perlahan tahan membesar. Tineafavosa atau favus biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil dibawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Bentuk lebih berat dapat berupa granuloma (granuloma majochi) dapat terjadi pada gangguan fungsi imun selular lokal atau sistemik granuloma dapat kecil hanya disekitar folikel rambut tetapi dapat meluat dan membentuk vegetasi, dapat terjadi pada wanita yang biasa mencukur rambut kaki.

7.

Diagnostik

Diagnosis dibuat berdasarkan gambaran klinis, hasil pemeriksaan sediaan langsung yang positif dan biakan. Kadang – kadang diperlukan pemeriksaan dengan lampu Wood, yang mengeluarkan sinar ultraviolet dengan gelombang 3650 Ao. Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20% bila positif memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa Sabouraud. Biakan memberikan hasil lebih cukup lengkap, akan tetapi lebih sulit dikerjakan, lebih mahal biayanya, hasil diperoleh dalam waktu lebih lama dan sensitivitasnya kurang (± 60%) bila dibandingkan dengan cara pemeriksaan sediaan langsung. Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan ruam yang diderita pasien. Dari gambaran klinis didapatkan lesi di leher, lengan, tungkai, dada, perut atau punggung. Infeksi dapat terjadi setelah kontak dengan orang yang terinfeksi atau hewan atau objek yang baru terinfeksi.

8.

Pengobatan a. Pengobatan topikal - Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat (6-12%) dalam bentuk salep ( Salep Whitfield). - Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk salep (salep 2-4, salep 3-10) - Derivat azol : mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1% dll. b. Pengobatan sistemik  Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25 mg/kgBB sehari. Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan topikal tidak ada perbaikan.  Ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi hari setelah makan  Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder. Pada kasus yang resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan deriivat azol seperti itrakonazol, flukonazol dll.

9. Asuhan keperawatan 1. Pengkajian Kulit merupakan organ tubuh yang paling terlihat, kalau timbul gangguan dermatologik, pasien sulit untuk mengbaikan atau menyembunyikannya dari orang lain. Riwayat kesehatan dan observasi langsung akan memberikan informasi mengenai persepsi pasien terhadap dermatosis,

bagaimana kelainan kulit dimulai, apa yang memicu kelaianan kulit tersebut, apa yang meredakan gejala dan masalah risik atau emosional pasien yang dialami pasien.

2. Diagnosa Keperawatan 1. Keperluan integritas kulit berhubungan dengan infeksi jamur ditandai dengan lesi kulit. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritur ditandai dengan pernyataan gangguan tidur, tidak merasa segar setelah tidur. 3. Gangguan citra tubuh (harga diri) berhubungan dengan faktor psikososial seperti pandangan masyarakat terhadap ini ditandai dengan pernyataan perasaan negatif tentang ini. 4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi informasi ditandai dengan pertanyaan / permintaan informasi, pernyataan salah konsepsi.

3. Pengkajian Secara Teoritis 1. Keperluan integritas kulit berhubungan dengan infeksi jamur ditandai dengan lesi kulit. Tujuan

: Mencapai penyembuhan tepat waktu

K/H

: Menunjukkan regenerasi jaringan

Intervensi

:

-

Kaji kulit setiap hari, catat warna turgor, sirkulasi, sensori, gambarkan lesi dan amati perubahan.

-

Tutupi luka, tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier prolektif.

-

Pertahankan higiene kulit.

Rasionalisasi -

Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.

-

Dapat mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan.

-

Mempertahankan kebersihan karena kulit yang sering dapat menjadi barrier infeksi.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritur ditandai dengan pernyataan gangguan tidur, tidak merasa segar setelah tidur. Tujuan

: Tidur/istirahat dapat terpenuhi

K/H

: Tidur / istirahat diantara gangguan

Intervensi : -

Menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar tetapi memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.

-

Menjaga agar kulit selalu lembab

Rasionalasasi -

Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.

-

Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikembalaikan.

3. Gangguan citra tubuh (harga diri) berhubungan dengan faktor psikososial seperti pandangan masyarakat terhadap ini ditandai dengan pernyataan perasaan negatif tentang ini. Tujuan

: Citra tubuh/hrga diri kembali

K/H

: Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi.

Intervensi : -

Yakinkan untuk memberi privasi selama aktivitas perawatan.

-

Tingkatkan komunikasi terbuka menghindari tiritik / penularan tetang perilaku pasien.

Rasionalasasi -

Padangan mental termasuk ideal kita dan biasanya tidak terbuka

-

Meningkatkan keingingan untuk mendiskusikan kesulitan / menyusun ulang dan mengatasi masalah.

10.

Daftar pustaka

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF