Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Kritis Atau Gawat Darurat
July 11, 2018 | Author: chusnul.laili | Category: N/A
Short Description
gerontik by chusnul laili...
Description
2012
ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIk KRITIS
DENGAN GANGGUAN
ATAU GAWAT
DARURAT
Chusnul Laili Toshiba 1/12/2012
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
Latar Belakang Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan
(impairment),
keterbatasan
fungsional
(functional
limitations),
ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan, 2009 dikutip dari . Keperawatan gerontik berkisar pada pengkajian kesehatan dan status fungsional lansia, diagnosa, perencanaan dan implementasi perawatan dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifikasi; dan mengevaluasi kekefektivan perawatan tersebut (Potter & Perry, 2005). Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia ke arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan pendekatan pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam kondisi sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama dalam menghadapi kematian (Bondan, 2009 dikutip dari . Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
2
(kliaen) dan sumber skunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien, sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan dijalankan pada pasien tersebut.
Penggunaan
format
pengkajian
standarisasi
dianjurkan,
karena
dapat
memberikan tanggung gugat minimal dari profesi keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian pada tingkat yang komprehensif (Potter & Perry, 2005).
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
3
DEFINISI Gerontik ® Gerontologi + Geriatrik Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas /
menangani ttg proses penuaan & masalah yang timbul pd orang yg berusia lanjut.
Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu &
kiat/tehnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual bio-psiko-sosial-spritual & kultural yang holistic yang di tujukan pd klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. M enua enua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Gawat adalah Suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong, apabila tidak segera di
tolong maka akan mengalami kecacatan atau kematian. Ex : gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi, perdarahan hebat. Darurat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera di tolong tetapi penundaan
pertolongan tidak akan menyebabkan kematian / kecacatan.Ex : Luka, Ca mamae, BPH, Fraktur tertutup Gawat darurat medik adalah Peristiwa yang menimpa seseorang dengan tiba-tiba yang
dapat membahayakan jiwa, sehingga memerlukan tindakan medik dengan segera dan tepat.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
4
KLASIFIKASI DepKes RI membagi Lansia sbb : 1. Kel. Menjelang Usia lanjut (45-54 th) sbg masa vibrilitas 2. Kel. Usia Lanjut (55-64 th) sbg Presenium 3. Kel. Usia Lanjut (65 th 90 th.
Prosedur pelayanan gadar meliputi rangkaian : 1. Fase pra RS : ditolong oleh 1. Orang awam 2. Polisi, SAR, Hansip, DPK 3. Ambulance 118 2. Fase RS, pertolongan di 1. IGD 2. ICU 3. Ruang rawat 3. Fase post RS : 1. Sembuh 2. Sembuh cacat 3. Meninggal dunia
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
5
PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD)
Tujuan 1. Mencegah kematian dan cacat (to save life and l imb) pada periderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya m estinya.. 2.Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih memadai. 3.Menanggulangi korban bencana.
Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami k erusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu : 1. Susunan saraf pusat pusat 2. Pernapasan 3. Kardiovaskuler 4. Hati 5. Ginjal 6. Pancreas Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh: 1. Trauma/cedera 2. lnfeksi 3. Keracunan (poisoning) 4. Degenerasi (failure) 5. Asfiksi 6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive (excessive loss of wafer and electrolie) 7. Dan lain-lain.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
6
Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Yang Bisa Terjadi Pada Lansia , Meliputi Gngguan : -
Pernafasan
-
Kardiovaskuler
-
Persyarafan
-
Pencernaan
-
Keracunan
Keperawatan Gawat Darurat Yang Terjadi Pada Lansia : a. Lingkup masalah kegawatan sistem pernafasan 1) Identifikasi gawat nafas 2) Peran perawat dalam tindakan pada klien gawat nafas 3) Pengembangan tehnik fisioterapi dada y
Latihan nafas
y
Menepuk
y
Melakukan vibrasi
y
Posisi drainase
y
Menghisap
y
Oksigenasi/nebulizer
b. Lingkup masalah kegawatan sistem kardiovaskuler 1) Identifikasi indikator gawat jantung 2) Peran perawat pada tindakan terhadap klien gawat jantung
BANTUAN HIDUP DASAR / BASIC LIFE SUPPORT Tujuan BLS : 1. Mencegah henti nafas dan henti jantung j antung 2. Membantu pernafasan dan atau sirkulasi dengan c ara resusitasi jantung dan paru dengan langkah A.B.C
Indikasi : 1. Henti nafas
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
7
Penyebab : tenggelam, stroke, sumbatan benda asing, inhalasi asap, keracunan obat, syock listrik, tercekik, trauma, AMI, tersambar petir, coma. 2. Henti jantung
LANGKAH LANGKAH BANTUAN HIDUP DASAR / BASIC LIFE SUPPORT A. Air Way Control Control (bebaskan (bebaskan jalan nafas) 1. Posisi telentang 2. Permukaan rata 3. Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala dengan mengangkat dagu (head tilt, chine lift manuver), kalau p erlu mengangkat mandibula (jaw trust manuver) dan ketiganya dikenal de ngan triple air way manuver . 4. Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan cara manual.
B. Breathing Support ( bantuan nafas ) 1. Menilai ada nafas/ tidak dengan cara : melihat, mendengar, dan merasakan. 2. Bila bernafas dan tidak sadar posisikan penderita stabil lateral dan pelihara jal an nafas nafas 3. Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai pernafasan buatan dengan meniup 2 kali secara la mbat 4. Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan 10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
8
Tindakan pada sumbatan jalan nafas : 1.
Manuver helmich
2.
C hest hest
(hentakan pada perut)
thrusts (hentakan dada): penderita gemuk,
hamil, bayi < 1 thn 3. Penyapuan dengan jari : hanya pada penderita tidak sadar
C. Circulation Support (bantuan sirkulasi ) 1. Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan nafas buatan buatan 10 - 12 kali per menit kalau perlu , jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung luar 2. Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, 1 00x/mnt, lokasi 1/3 bawah sternum (1 jari dibawah garis antara kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1 1. Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk dan tang ah dengan perbandingan 3:1 atau 5:1 2. RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2 3. RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1
c. Lingkup masalah masalah kegawatan sistem persarafan 1) Peran perawat pada monitor peningkatan tekanan TIK 2) Pearan perawat pada tindakan ganggguan g anggguan persarafan
d. Lingkup masalah masalah kegawatan sistem muskuloskeletal muskuloskeletal Pengembangan model penanganan penanganan kegawatan gangguan sistem muskuloskeletal muskuloskeletal (fraktur : melakukan tehnik pembidaian; melakukan tehnik pembalutan; serta mengenal; menyiapkan dan melaksanakan pprosedur pemasangan gips, osteopororsis, dll)
e. Lingkup masalah kegawatan terhadap intoksikasi Pengembangan model penanganan asuhan keperawatan kegawatan akibat intoksikasi : 1) Insektisida 2) NAPZA 3) Makan dan minuman ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
9
4) Obat obatan 5) Kimia 6) Sengatan serangga dan 7) Digigit ular
f. Lingkup masalah kegawatan jiwa 1) Peran perawat terhadap perawatan kegawatan psikiatri y
Mengamuk
y
Percobaan bunuh diri
2) Menyiapan, mekukan prosedur pengikatan
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
10
Konsep Asuhan Keperawatan ASKEP LANSIA Pengkajian dengan klien PPOM Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada kegiatan sehari hari. Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sa mpai 10. Dan juga mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan yang merupakan faktor pendukung terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi type dari gejala yang muncul antara lain, tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi lainnya antara l ain perjalanan penularan temperatur dan stress. Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk d an kesimetrisan dada, Respiratory Rate dan Pola pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan bau sputum. sputum. Palpasi dan perfusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan diafragma. Ketika mengauskultasi mengauskultasi dinding dada pada dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup waktu untuk kenyamanan dengan menarik nafas dalam tanpa adanya rasa pusing (dizzy) (Loukenaffe, M.A, 2000).
Hal-hal yang juga perlu dikaji adalah : 1.
Aktifitas / istirahat
Keletihan , kelemahan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas. 2. Sirkulasi Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan darah,takikardi. 3. Integritas ego Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan,peka rangsang 4. Makanan / cairan Mual / muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, turgor kulit buruk, b erkeringat. 5. Higiene Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari, ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
11
kebersihan buruk, bau badan. 6. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu pernafasan. 7. Keamanan Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor l ingkungan. 8. Seksualitas Penurunan libido. 9. Interaksi sosial Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan mobilitas fisik. (Doengoes, 2000 :152 ).
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang lazim pada lansia dengan PPOM, antara lain : 1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi. 2. Gangguan pertukaran gas g as berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen. 3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan primer dan sekunder, penyakit kronis. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disprisa, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah. 5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea. 6. Defisit pengetahuan tentang PPOM PP OM berhubungan dengan kurang informasi, salah mengerti tentang informasi, informasi, kurang mengingat m engingat / keterbatasan kognitif ( Doenges, 2000).
Evaluasi Fokus utama pada klien Lansia dengan COPD adalah untuk mengembalikan kemampuan dalam ADLS, mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan. Klien Lansia mungkin membutuhkan perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk memonitor kemampuan beradaptasi dan menggunakan tehnik energi conserving, untuk mengurangi sesak nafas, dan kecemasan yang diajarkan dal am rehabilitasi paru.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
12
Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik rehabilitasi yang diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka harus mempunyai pemahaman pemahaman yang baik b aik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya hidup mereka.(Leukenotte, mereka.(Leukenotte, M A, 2000 : 502)
Kesimpulan 1. PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan g angguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.PPOM terdiri dari kumpulan tiga penyakit yaitu Bronkitis kronik, Emfisema paru paru dan Asma. 2. Faktor resiko dari PPOM adalah : Merokok sigaret yang berlangsung lama, Polusi udara, Infeksi paru berulang, Umur, Jenis kelamin, Ras, Defisiensi alfa-1 antitripsin, Defisiensi anti ok sidan 3. Manifestasi klinik PPOM adalah pada Lansia, antara lain : Batuk yang sangat produktif, purulent, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalen, Sesak nafas, Hipoksia dan hiperkapnea, Takipnea, Di spnea yang menetap 4. Penatalaksanaan pada penderita PPOM : Meniadakan faktor etiologi dan presipitasi, Membersihkan sekresi Sputum, Memberantas Memberantas infeksi, Mengatasi Bronkospasme, Pengobatan Simtomatik, P enanganan terhadap komplikasi yang timbul, Pengobatan oksigen, Tindakan Rehabilitasi.
Saran 1. Untuk Lansia Menghindari faktor resiko : - Anjurkan klien untuk tidak merokok - Anjurkan klien untuk cukup istirahat - Anjurkan klien untuk menghindari alergen - Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas - Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup 2. Untuk keluarga Memberikan dukungan : - Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
13
- Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien - Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
Pengkajian klien dengan hipertensi hipe rtensi - Aktifitas/ istirahat Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
- Sirkulasi Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner. Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, dis arythmia.
- Integritas Ego Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress. Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
- Eliminasi Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
- Makanan/ cairan Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik. Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
- Neurosensori Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan. Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.
- Nyeri/ ketidaknyamanan Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, ny eri abdomen/ masssa. masssa.
- Pernafasan Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk d engan/ tanpa sputum, riwayat merokok. Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.
- Keamanan Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan. ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
14
2. Pemeriksaan Diagnostik sel-sel terhadap volume cairan (viskositas). - Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel
- BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal. - Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum - Kalium serum - Kolesterol dan trygli serid - Px tyroid - Urin analisa - Foto dada - CT Scan - EKG Prioritas keperawatan: Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler. - Mempertahankan/
- Mencegah komplikasi. - Kontrol aktif terhadap kondisi. - Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan. 3.
Diagnosa Keperawatan: Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2. Tujuan/ kriteria:
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ dip erlukan. - Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diu kur. Menunjukkan penurunan p enurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi. - Menunjukkan Intervensi:
- Kaji respon terhadap aktifitas. - Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat. - Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing. - Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut. ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
15
- Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan. - Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi.
- Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan. 4.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri (akut), sakit k epala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Hasil yang diharapkan: melapor m elapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang. Intervensi:
- Pertahankan tirah baring selama fase akut. - Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi. r elaksasi.
- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala,misal: membungkuk, membungkuk, mengejan saat buang air besar.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas. 5.
Diagnosa Keperawatan Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder terhadap kerusakan neuron motorik atas. Kriteria: Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas. mobilitas. Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit pada sedikitnya empat kali sehari. R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan. 2) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat kali sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan pada sendi dan jaringan. R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan. Kontraktur pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari ekstensor dan abduktor. ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
16
3) Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk m eluruskan postur tubuh. R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan kontraktur permanen. 4) Siapkan mobilisasi progresif. R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi perifer. Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan peningkatan tahanan. 5) Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif k e aktivitas fungsional sesuai indikasi. R/ Memberikan dorongan pada klien unt uk melakukan secara teratur. 6.
Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi. Kriteria hasil:
Mengidentifikasi faktor yang y ang meningkatkan resiko terhadap cedera. - Mengidentifikasi
- Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera. - Meminta bantuan bila dip erlukan. Intervensi: 1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya li ngkungan. R/ Membantu menurunkan cedera. 2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
- Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum di gunakan. t erhadap cedera yang tak terdeteksi. - Kaji ekstremitas setiap hari terhadap
- Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion. R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu. 3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
17
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh. 4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah. R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan 7.
Implementasi
a. Pencegahan Primer Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk: 1) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb. 2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok. 3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam. 4) Melakukan exercise untuk mengendalikan mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa: 1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer. 2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin. 3) Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol. 4) Batasi aktivitas. 8.
Evaluasi
1. Tanda-tanda Tanda-tanda vital dal am batas normal 2. Renspon klien terhadap aktivitas mulai membaik 3. Klien melapor nyeri/ ketidaknyamanan telah berkurang 4. Klien sudah mulai bisa melakukan aktivitas 5. Menunjukkan Menunjukkan penurunan p enurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi. ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
18
SARAN Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat b ersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini pada waktu selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA http://www.kapukonline.com/2011/10/triage-kegawatdaruratanemergency.html Nursalam, dkk.2003.Pendidikan dkk.2003.Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika. http://blog.unand.ac.id/ainicahayamata/downloadbahankeperawa http://blog.unand.ac.id/ainica hayamata/downloadbahankeperawatan/%E2%98%85kepera tan/%E2%98%85kepera watan-gawat-darurat/ http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/askep-ppom/ Nursalam.2008.Konsep Nursalam.2008.Konsep & Penerapan Metode Keperawatan (ed. 2). 2). Jakarta:Salemba Medika Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta Donges Marilyn E (2000), Rencana Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta Dr. Taufan nugroho. 2011. Asuhan keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN KRITIS ATAU GAWAT DARURAT
19
View more...
Comments