Asuhan Keperawatan Cacat Ganda

May 7, 2019 | Author: Ema Kurnia Sari | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

cacat ganda...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CACAT GANDA

DISUSUN OLEH :

Nama

: Arum Wulandari Kesuma Lisa Triandini M.Tri Sutrisno

Tingkat

: 2A1

Kelompok

:7

DosenP DosenPeng engamp ampu u : Rehana, Rehana, S.Pd, S.Pd, M.Kes M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN 2012/2013

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pendengaran merupakan lintasan sensorik yang primer melalui anak, secara normal memperkembangkan kemampuan berbicara serta bahasa mereka. Gangguan  pendengaran pada usia berapapun dapat terjadi, kendati hanya merupakan gangguan  pendengaran dengan derajat yang ringan sekalipun, akan dapat mengakibatkan terjad terjadinya inya permas permasala alahan han pada kemampu kemampuan an berbic berbicara ara,, penguasa penguasaan an bahasa bahasa serta serta  belajar. Oleh karena itu merupakan sesuatu yang esensial bahwa terdapatnya kehi kehila lang ngan an

pend penden enga gara ran n

pada pada

anak anak

dapa dapatt

dike dikena nali li

sedi sedini ni

mung mungki kin n

sert sertaa

 pengelolahannya direncanakan dengan segera. Ketrampilan yang dimiliki oleh audiologist yang audiologist  yang bersangkutan bersangkutan adalah esensial esensial dalam mengenali terdapatnya derajat tipe gangguan pendengaran yang bersangkutan. Komunik Komunikasi asi merupak merupakan an kebutuh kebutuhan an dasar dasar manusia manusia sebagai sebagai suatu suatu sarana sarana untuk mengungkapkan konsep pikiran, perasaan dan emosi. Salah satu komponen utama utama dalam dalam berkomu berkomunik nikasi asi adalah adalah kemampu kemampuan an untuk untuk berbic berbicara ara dan berbahas berbahasa. a. Wicara Wicara merupak merupakan an salah salah satu satu kemampu kemampuan an yang diperol diperoleh eh melalui melalui suatu suatu proses proses  perkembangan yang rumit, dimulai segera setelah bayi b ayi lahir. Secara umum gangguan wicara diakibatkan oleh faktor organik, fungsional, ataupun keduanya. Wicara adalah kemampuan kemampuan berbahasa berbahasa vokal (motorik) dengan mengartikulas mengartikulasikan ikan bahasa. Untuk  dapat berbahasa membutuhkan membutuhkan kemahiran kemahiran reseptif reseptif (memahami (memahami bahasa), bahasa), mengelolah mengelolah infformasi yang diterima dan kemampuan ekspresif (mengemukakan ide/kehendak, gagasan, dan pengetahuan kepada orang lain). Ekspresi bahasa dapat disampaikan dalam bentuk wicara, mimik, isyarat, tulisan maupun bahasa tubuh. Gangguan wicara  pada anak erat kaitannya dalam proses tumbuh kembang. Ada tidaknya gangguan wicara wicara pada anak dapat dapat dinila dinilaii dan dieval dievaluas uasii dengan dengan memband membandingk ingkan an proses proses  pematangan dan kemampuan inividu normal.

2

Pada anak kemampuan berbahasa dan/atau wicara dapat normal, terlambat, terganggu

atau menyimpang dari pola normal.

Ketidaktahuan akan tahap

 perkembangan mendengar dan wicara menyebabkan kelambatan penemuan dini kasus-kasus gangguan wicara yang tentu saja berakibat pada terlambatnya  penanganan kasus. Saat ini di Indonesia beluam ada data pasti mengenai jumlah kasus anak  dengan gangguan wicara dan berbahasa. Data dari 808 anak yang datang dengan masalah gangguan wicara di Pusat Kesehatan Telinga dan Gangguan Komunikasi  bagian THT RSCM menunjukan 82.79 % disebabkan gangguan pendengaran, sedangkan 15.35 % anak dengan gangguan wicara tanpa masalah pendengaran.

I.2 Rumusan Masalah

Kemampuan berbicara daan mendengar pada manusia diperoleh melalui suatu proses tumbuh kembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk faktor  usia. Proses perkembangan dan pertumbuhan ini tentunya melalui berbagai tahapan yang harus dialalui oleh anak/bayi untuk dapat mencapai kemampuan berbicara dan mendengar secara baik. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka yang menjadi term of reference dalam makalah ini adalah : 

Apa yang dimaksudkan dengan cacat ganda ?



Bagaimana proses perkembangan mendengar dan berbicara pada anak ?



Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya (etiologi) gangguan bicara dan gangguan pendengaran ?



Bagaimana pathofisiologi, manifestasi klinis yang terjadi serta pemeriksaan  penunjang yang dapat dilakukan pada cacat ganda ?



Bagaimana penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien (anak) yang menderita cacat ganda ?

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Cacat ganda merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan atau disfungsi  perkembangan pendengaran yang bersifat sensorineural yang diikuti oleh kerusakan  perkembangan berbahasa atau komunikasi. Gangguan pendengaran pada usia  berapapun dapat terjadi, kendati hanya merupakan gangguan pendengaran dengan derajat ringan sekalipun akan dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan pada kemampuan berbicara, penguasaan bahasa serta belajar. Permasalahan yang paling utama dalam perkembangan anak-anak yang menderita kehilangan pendengaran yang parah sampai berat/mendalam, adalah kemampuan mereka untuk mengadakan komunikasi secara lisan dan bahasa yang mengalami gangguan. Anak yang tuli memang memperkembangkan suatu bahasa serta serta anak tuli, yang lahir pada orang tua yang tuli pulah mampu melakukan komunikasi satu sama lainnya serta serta dengan para orang tua mereka dengan efektif. 2.2 Proses Perkembangan Bicara dan Mendengar

1. Proses Perkembangan Mendengar  Kemampuan mendengar pada manusia diperoleh melalui suatu proses tumbuh kembang sehingga dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama faktor  usia. Pada bayi spektrum frekuensi suara masih terbatas dan umumnya lebih sensitif terhadap bunyi dengan nada inggi. Demikian pulah dengan reaksi yang diperlihatkan terhadap bunyi dipengaruhi oleh faaktor usia. Sampai  beberapa minggu setelah setelah lahir reaksi bayi terhadap bunyi masih  bersifat refleks, seperti menangis, terkejut, mengejapkan mata, membuka mata, gerakan menarik lengan kearah tubuh, dan bernapas cepat. Pada usia sekitar 4 bulan, saat otot-otot mata telah cukup kuat maka iaa akan berupaya mencari sumber bunyi dengan menggerakan bola matanya

4

dan bila otot-otot lehernya telah kuat bayi akan mampu mencari sumber   bunyi

dengan

menolehkan

kepalanya.

Reaksi

terhadap

bunyi

juga

dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh sebelumnya, baik berupa hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Kekerasan bunyi (intesitas) yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon juga dipengaruhi oleh faktor usia. Secara lebih terperinci tahap perkembangan fungsi pendengaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 1 Perkembangan Fungsi Pendengaran Usia (bulan) Lahir 

2–3 3–4 4–6

6–8

8 – 10 10 – 12

18 24 36 48

Perkembangan fungsi Pendengaran

- Berespon terhadap bunyi keras dengan refleks jejak  - Berespon terhadap suara manusia dibandingkan dengan suara lain - Menjadi tenang dengan bunyi bernada rendah, seperti ninabobok  atau denyut jantung. Memalingkan kepala kesamping bila bunyi dibuat setinggi telinga Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala ke samping melihat kearah yang sama. - Dapat melokalisasi bunyi yg dibuat dibawah telinga, diatas telinga, akan memalingkan muka keatas atau kebawah. - Mulai membuat bunyi tiruan - Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala kearah melengkung - Berespon terhadap nama sendiri Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala secara diagonal dan langsung kearah bunyi. - Mengetahui beberapa kata dan artinya seperti tidak atau nama anggota keluarga. - Belajar untuk mengendalikan dan menyesuaikan respon sendiri  pada bunyi. Mulai mendiskriminasikan antara bunyi yang sangat berbeda, seperti mendengarkan bunyi bel pintu dan telpon. Menyaring keterampilan diskriminatif kasar  Mulai membedakan perbedaan yang lebih halus dalam bunyi  bicara, seperti antara e dan er . Mulai membedakan b unyi serupa s eperti  f  dan th atau antara s dan f . Mendengarkan menjadi lebih halus Mampu untuk diuji dengan audiometer  

5

2. Proses Perkembangan Bicara Ada beberapa tahap perkembangan berbicara pada seorang anak. Pada bayi baru lahir kontak dengan lingkungan telah dimulai walaau hanya  berupa ekspresi wajah atau menangis. Tahap perkembangan berbicara paling awal adalah menangis (refleks vocalization), yang akan diikuti oleh tahap kedua yang berlangsung pada usia 5 – 6 bulan berupa ocehan ulang (babbling). Bunyi yang dihasilkan merupakan penggabungan konsonan atau huruf mati seperti p, m, b, g dengan huruf vokal yang diulang, misalnya:  papapa, mamama, atau gagaga seperti sedang berguman. Pada usia sekitar 6 – 7 bulan, penggulangan bunyi tidak lagi bersifat refleks namun karena bayi benar-benar mendengarkannya dan menyukaianya (lailing), bunyi yang diproduksi misalnya: pa..pa, ma..ma, mi..mi dan sebagainya. Pada usia 10 bulan suara yang dihasilkan merupakan peniruan terhadap sejumlah bunyi suara sendiri atau bunyi yang didengar dari lingkungannya (echolalia). Selanjutnya pada usia 12-18 bulan telah dapat memproduksi kelompok kjata atau kalimat pendek (true speech), anak sudah memperlihatkan kemampuan pemahaman bicara dan bahasa. Anak telah dapat mengerti pembicaraan orang lain sebatas pengalaman dengar yang telah dimilikinya. Apabila pada usia ini anak tidak mampu mengoceh atau meniru  pembicaraan orang lain maka perlu diwaspadai terhadap kemungkinan adanya gangguan berbicara. Secara lebih terperinci tahap perkembangan kemampuan berbicara serta berbahasa dapat dilihat pada tabel berikut :

6

Tabel. 2 Karakteristik utama perkembangan bahasa dan bicara Usia Perkembangan Perkembangan (tahun) bahasa normal bicara normal 1 Mengatakan 2 Mengabaikan  – 3 kata dengan arti. hampir semua Meniru bunyi- konsonan akhir dan  bunyi binatang.  beberapa konsonan awal.

-

Mengganti konsonan m, w, p, b, k, g, n, t, d, dan h dengan  bunyi yang lebih sulit.

2

Kejelasan

-

Biasanya tidak lebih dari 25% kejelasan untuk   pendengaran yang tidak di kenal. Ketinggian  bahasa tertentu yang tidak jelas  pada usia 18  bulan

-

Menggunakan frase 2 atau tiga kata. Menggunakan Pada usia 2 tahun Mempunyai kon-sonan diatas kejelasan 50%  perbenda-haraan kata dengan huruf hidup, dalam konteks. kira-kira 300 kata. tetapi secara tidak  Menggunakan konsisten dgn banyak  ‘saya’, ‘aku’ dan  penggan-tian. ‘kamu.’ Pengabaian konsonan akhir  Keterlambatan artiku-lasi dibelakang  perben-daharaan kata.

3 -

4–5

Mengatakan empat sampai lima kalimat. Mempunyai 900 per-bendaharaan kata. Menggunakan siapa, apa, dimana dalam bertanya. Menggunakan kata majemuk & kata ganti.

-

Menguasai ‘b, Pada usia 3 tahun, t, d, k dan g’, bunyi ‘r’ kejelasan 75%. dan ‘l’ mungkin masih tidak jelas, mengabaikan atau menambahkan ‘w’ Pengulangan dan keragu-raguan umum terjadi. -

Menguasai ‘f’ dan ‘v’ mungkin masih

Bicara jelas 100% meskipun bunyi

7

5–6

tidak jelas ‘r’, ‘l’, ‘s’, ma-sih Mempunyai ‘z’, ‘ch’, ‘y’, dan ‘th.’ sempurna. 1500 sa-mpai 2100 Sedikit atau  perbenda-haraan kata. tidak ada pengabaian Mampu dari konso-nan awal menggunakan bentuk  atau akhir. gramatik dgn benar  seperti kalimat masa lampau dari kata kerja ‘kemarin.’ Menggunakan kalimat lengkap dengan kata benda, kata kerja, predisposisi, kata sifat, Mengiasai r, l, dan th kata keterangan dan mungkin menyimpang  penghubung.  pada s, z, sh, dan j (biasanya dikuasai Mempunyai  pada usia 7,5 sampai 8  perbenda-haraan kata tahun) 3000 kata, memahami ‘jika’, ‘ka-rena’ dan ‘mengapa’

tidak  

2.3 Etiologi

Secara umum diketahui beberapa faktor yang diketahui menjadi faktor   penyebab terjadinya kerusakan pendengaran yang berdampak pada gangguan  berbicara (cacat ganda) yaitu sebagai berikut : 

Masa prenatal : 1) Genetik herediter  2) Non genetik, seperti gangguan pada masa kehamilan (infeksi oleh  bakteri atau virus: TORCH, campak, parotis), kelainan struktur  anatomik (misalnya akibat obat-obatan ototoksik, atresia liang telinga, aplasia koklea), dan kekurangan zat gizi.



Masa perinatal : Prematuritas, berat badan lahir rendah (< 2.500 gram), tindakan dengan alat  pada proses kelahiran (ekstraksi vacum, forcep), hiperbilirubinemia (> 20 mg/100ml), asfiksia, dan anoksia otak merupakan faktor resiko terjadinya cacat ganda.

8



Masa postnatal : Adanya infeksi bakterial atau virus seperti rubela, campak, parotis, infeksi otak,

perdarahan

pada

telinga

tengah

dan

trauma

temporal

dapat

menyebabkan tuli konduktif yang dapat mengakibatkan gangguan wicara.

2.4 Patofisiologi

Permasalahan yang paling utama dalam perkembangan anak-anak yang menderita kehilangan pendengaran yang parah sampai berat/mendalam, adalah kemampuan mereka untuk mengadakan komunikasi secara lisan dan bahasa yang mengalami gangguan. Untuk menghasilkan bunyi prosesnya juga tidak sederhana karena dibutuhkan kerjasama berbagai organ tubuh dimulai dari aliran udara  pernafasan yang berasal dari paru-paru, getaran pita suara (fonasi) yang dilewati aliran udara sehingga di hasilkan nada tertentu, pipa tenggorokan yang berperan sebagai tabung udara yang menimbulkan getaran pada saat dilalui udara (resonansi),  penutupan langit-langit lunak agar udara tidak memasuki rongga hidung dan  pengatupan bibir dengan maksud udara terkumpul di rongga mulut, yang akan membuka pada saat telah terjadi getaran pita suara. Proses ini masih diikuti dengan gerakan tertentu dari otot-otot lidah, rongga mulut dan gigi sehingga terjadi  penyusupan suara kedalam bentuk kata-kata yang akan menandai karakter artikulasi. Berbagai faktor penyebab seperti kelainan struktur anatomi, infeksi oleh mikroorganisme, atau penyebab lain akan menyebabkan kerusakan pada struktur  koklea dan nervus akustik berupa atrophi dan degererasi sel-sel rambut penunjang  pada organ dan reseptor corti disertai perubahan vasculer pada stria vaskularis. Hal ini akan menyebabkan gangguan penghantaran/transmisi impuls pada nuclei cochlearis (sebagai tempat untuk merespon frekuensi bunyi) dan nuclei olivaris  superior  (sebagai penentu ketepatan lokasi dan arah sumber bunyi) yang menyebabkan impuls ini tidak dapat dipersepsikan oleh nervus auditorius melalui serabut eferent.

9

Kerja berbagai organ tubuh ini dalam waktu yang hampir bersamaan dan terkoordinasi dimungkinkan oleh gerakan berbagai otot yang berada dalam kendali otak melalui syaraf-syaraf terkait. Berdasarkan keterangan tersebut di atas, sudah  jelas bahwa gangguan pendengaran bilateral pada anak (terutama derajat sedang dan  berat), yang terjadi didalam masa perkembangan wicara akan mengakibatkan gangguan wicara.

2.5 Manifestasi Klinik 

Manifestasi klinik yang timbul pada anak yang mengalami gangguan  pendengaran yang diikuti oleh gangguan berkomunikasi adalah : 

Pendengaran akan berkurang secara perlahan-lahan,  progresif dan simetris pada kedua telinga.



Telinga berdenging



Klien dapat mendengar suara tetapi sulit memahaminya



Dapat disertai oleh nyeri, tinitus, dan vertigo Berdasarkan perkembangan fungsi pendengaran diatas, ada beberapa

indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan pendengaran : 

 Respon Orientasi -

Kurangnya refleks beguman atau mengedip pada bunyi keras

-

Menetapnya refleks Moro diatas 4 bln (dihubungkan dengan retardasi mental)

-

Kegagalan untuk terbangun oleh kebisingan lingkungan yang keras selama masa bayi

-

Kegagalan untuk melokalisasi sumber bunyi pada usia 6 bln

-

Kesamaan umum pada bunyi

-

Kurangnya respon terhadap kata yang diucapkan, gagal untuk  mengikuti petunjuk verbal



Respon terhadap bising keras sebagai perlawanan terhadap bunyi Vokalisasi dan Produksi Bunyi

10

-

Kualitas monoton, bicara tidak jelas, kurang tertawa

-

Kualitas normal pada kehilangan auditorius pusat

-

Kurang pengalaman bermain bunyi dan menjerit

-

Penggunaan normal jargon selama awal masa bayi kehilangan auditorius pusat.

-

Tidak ada gumanan atau perubahan nada suara pada usia 7 tahun.

-

Kegagalan untuk mengembangkan bicara yang jelas pada usia 24  bulan.

-

Bermain vokal, membenturkan kepala, atau ketukan kaki untuk  sensasi

vibrasiBerteriak

atau

bunyi

melengking

untuk 

mengekspresikan kesenangan, kejengkelan, atau kebutuhan.  Perhatian Visual 



-

Menambah kesadaran visual dan perhatian

-

Berespon lebih banyak pada ekspresi wajah daripada penjelasan verbal.

-

Waspada pada sikap tubuh dan gerakan

-

Penggunaan sikap tubuh bukan verbalisasi untuk mengekspresikan keinginan, khususnya setelah 15 bulan



Hubungan Sosial dan Adaptasi: -

Kurang berminat dan kurang terlibat dalam permainan vokal  preokupasi terus-menerus dengan benda daripada orang

-

Menghindari interaksi sosial, sering bingung dan tidak bahagia dalam situasi tersebut

-

Ekspresi wajah bertanya, kadang bingung

-

Kesadaran

curiga,

kadang

diintepretasikan

sebagai

paranoia,

 bergantian dengan kerjasama -

Reaktivitas nyata terhadap pujian, perhatian, dan afeksi fisik 

-

Menunjukan kurang minat kepada teman sebaya dalam percakapan

11

-

Sering tidak memperhatikan kecuali jika lingkungan tenang dan  pembicara dekat dengan anak 

-

Lebih responsif pada gerakan darpada bunyi

-

Terus menerus memperhatikan kecuali wajah pembicara, berespon lebih terhdap ekspresi wajah daripada verbalisasi

-

Sering meminta pengulangan pertanyaan

-

Mungkin tidak mengikuti pengarahan dengan tepat  Perilaku Emosional 



-

Menggunakan kemarahan untuk memancing perhatian pada dirinya atau kebutuhannya

-

Sering keras kepala karena kurangnya pemahaman

-

Peka rangsang karena tidak memahami

-

Malu, takut dan menarik diri

-

Sering tampak bermimpi dalam dunianya sendiri atau tidak perhatian sama sekali.

Selain itu adapun petunjuk yang dapat dijadikan sebagai pedoman rujukan mengenai kerusakan komunikasi yaitu sebagai berikut : Tabel. Pedoman rujukan mengenai kerusakan komunikasi Usia

Temuan Pengkajian

2 tahun

-

Gagal untuk berbicara kata-kata bermakna secara spontan Penggunaan sikap tubuh yang konsisten bukan vokalisasi Kesulitan dalam mengikuti petunjuk verbal Gagal untuk berespon secara konsisten terhadap bunyi

3 tahun

-

Bicara sangat tidak jelas gagal untuk menggunakan kalimat dari tiga kata-kata atau lebih Sering mengabaikan konsosnan awal Penggunaan huruf hidup bukan konsonan

5 tahun

-

Gagap atau jenis ketidakfasihan yang lain Struktur kalimat secara nyata terganggu Mengganti suara-suara yang mudah dihasilkan dengan bunyi bunyi yang sulit Menghilangkan ujung kata (jamak, kalimat kerja, dan

12

sebagainya) Usia Sekolah -

Kualitas suara buruk (monoton, keras, atau hampir tidak   terdengar) Nada suara tidak jelas untuk usianya Adanya distorsi, pengabaian atau penambahan bunyi setelah 7 tahun Bicara yang berhubungan dicirikan dengan penggunaan konfusi yang tidak biasa atau kebalikan

Umum

-

Ada anak dengan tanda-tanda yang menunjukan kerusakan  pendengaran Ada anak yang malu atau terganggu oleh bicaranya sendiri Orang tua yang perhatiannya terlalu berlebihan atau yang terlalu menekan anak untuk bicara pada tingkat diatas usia yang seharusnya.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik 

Terdapat berbagai jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menilai kemampuan mendengar yang dapat merusak gangguan wicara anak/bayi yaitu : 1)

Pemeriksaan secara kualitatif dengan menggunakan garpu tala yang meliputi :  Tes penala  Tes Rinne  Tes Weber   Tes Schwabach

2)

Pemeriksaan secara kuantitatif yang meliputi : 

 Free field test  untuk menilai kemampuan anak dalam memberikan respon terhadap sumber bunyi.



 Behavioral observation, (0-6 bulan)



Conditioned test , (2-4 tahun)



 Audiometri nada murni (anak > 4 tahun yang kooperatif)

13



 BERA (brain evoked response audiometry), yang dapat memberikan informasi obyektif tentang fungsi pendengaran pada  bayi baru lahir.

2.7 Penatalaksanaan

Penemuan kasus gangguan pendengaran dan bicara serta berbahasa dalam  bentuk apapun harus dilakukan sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan  penanganan lebih cepat sehingga cacat bicara ataupun komunikasi ini dapat diatasi. Dengan memahami tahapan perkembangan bicara dan mendengar, diharapkan orang tua dapat segera membawa anak yang diduga mengalami keterlambatan atau gangguan berbicara dan mendengar tersebut pada ahlinya. Untuk memastikan bentuk gangguan bicara dan jenis kerusakan pendengaran serta upaya penanganan yang sesuai diperlukan kerjasama dengan sejumlah ahli dari  berbagai disiplin ilmu, antara lain: dokter THT, dokter syaraf anak, ahli psikologi, ahli jiwa, dan ahli terapi bicara.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK CACAT GANDA a.

Pengkajian : 

Pengkajian Fisik 



Anamnese, yang meliputi : 1. Riwayat Keluarga : -

Gangguan genetik yang berhubungan dengan kerusakan  pendengaran atau berbicara.

14

-

Anggota keluarga, khususnya saudara ataupun orang tua dengan gangguan pendengaran atau bicara.

2. Riwayat Prenatal : -

Keguguran/abortus

-

Penyakita

yang menyeratai kehamilan

(rubella,

sifilis,

diabetes) -

Pengobatan yang diperoleh selama kehamilan

-

Eklamsia

3. Riwayat Persalinan : -

Durasi persalinan, tipe persalinan

-

Gawat janin

-

Presentasi (terutama letak sungsang)

-

Pengobatan yang digunakan

-

Ketidakcocokan darah

4. Riwayat Kelahiran -

Berat badan lahir < 1500 g

-

Hiperbilirubinemia yang berlebihan merupakan indikasi untuk exchange transfusi

-

Asfiksia berat

-

Prematuritas

-

Infeksi virus perinatal kongenital (sitomegalivirus, rubela, herpes, sifilis, toksoplasmosis)

-

Anomali kongenital yang mengenai kepala dan leher 

5. Riwayat Kesehatan Masa lalu -

Immunisasi

-

Penyakit sistem syarat seperti meningitis bakterial

-

Kejang

-

Demam tinggi yang tidak diketahui penyebabnya

-

Obat ototoksik 

15

-

Pilek, infeksi telinga dan alergi

-

Kesulitan penglihatan

-

Terpapar bising yang berlebihan

6. Perkembangan Pendengaran -

Kekhawatiran orang tua mengenai kerusakan pendengan (apa  petunjuknya serta usia berapa)

-

Respon terhadap suara, bising yang keras, bunyi dengan frekuensi yang berbeda.

-

Akibat pengujian audiometrik sebelumnya

7. Perkembangan Bicara -

Usia berguman, kata pertama yang bermakna dan frase

-

Kejelasan bicara

-

Perbendaharaan kata terakhir 

8. Perkembangan Motorik  -

Usia duduk, berdiri dan berjalan

-

Tingkat kemandirian dalam perawatan diri, makan, toileting, dan berdandan

9. Perilaku Adaptif  -

Aktivitas bermain

-

Sosialisasi dengan anak lain

-

Perilaku; tempertranum, menyerang, self-vexation, stimulus fibrasi

-

Pencapaian pendidikan

-

Perilaku terbaru/atau perubahan kepribadian

b. Diagnosa Keperawatan :

1)

Perubahan

sensori/persepsi

(auditorius)

 berhubungan dengan kerusakan pendengaran.

16

2)

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mendengar petunjuk audiotorius.

3)

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kerusakan komunikasi.

4)

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan diagnosa ketulian pada anak.

5)

Resiko tinggi cedera berhubungan dengan  bahaya lingkungan, infeksi.

6)

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi/peradangan.

7)

Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang konisi anaknya.

c. Intervensi Keperawatan/Rasional

 Perubahan sensori/persepsi (auditorius) berhubungan dengan kerusakan  pendengaran. 

Sasaran : Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum.



Hasil yang diharapkan : -

Anak memerlukan dan menggunakan alat bantu dengar dengan tepat.



Anak tidak memakan/teraspirasi batere alat bantu dengar 

Intervensi : -

Bantu keluarga mencari penyalur alat bantu dengar.  Rasional : Untuk menentukan satu alat yang dapat dipercaya.

-

Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat.  Rasional : Untuk menjamin keuntungan yang lebih maksimum.

-

Tekankan pada keluarga pentingnya penyimpanan alat batu dengar  dan ajari anak untuk menggunakan dan mengatur alat bantu dengar  tersebut.

17

 Rasional : Untuk mencegah anak memakan alat bantu dan memanfaatkannya secara maksimum. -

Bantu anak berfokus pada semua bunyi dilingkungan dan mendiskusikan hal tersebut.  Rasional : Untuk memaksimalkan pendengaran.

-

Untuk anak yang lebih besar, diskusikan metode penyamaran alat  bantu  Rasional : Untuk membuatnya tidak menyolok dimata/dilihat.

 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk  mendengar petunjuk audiotorius. 



Sasaran : -

Pasien terlibat dalam proses komunikasi dalam batas kerusakan

-

Pasien menunjukan kemampuan membaca gerak bibir.

Hasil yang diharapkan : -

Klien terlibat dalam proses komunikasi dalam batas kerusakan.

-

Pasien menunjukan kemampuan untuk membaca gerak bibir.

-

Anak berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan.

-

Individu yang berkomunikasi denga anak menggunakan teknik  komunikasi yang baik.



Intervensi : -

Dorong keluarga untuk ikut dalam program rehabilitasi dengan mempelajari bahasa isyarat.  Rasional :

Melanjutkan pembelajaran dirumah dengan bahasa isyarat sebagai metode komunikasi.

-

Ajari bahasa untuk menyampaikan tujuan yang bermanfaat.  Rasional :

-

Membantu dalam proses komunikasi.

Dorong penggunaan bahasa dan buku dirumah.

18

 Rasional :

Merangsang komunikasi verbal dan meningkatkan  perkembangan normal.

-

Dorong klien untuk memperbaiki bicara dan menggunakan bahasa spontan.  Rasional :

-

Meningkatkan perkembangan bicara.

Melakukan tes untuk masalah penglihatan.  Rasional :

Mengidentifikasi masalah penglihatan yang dapat mengganggu pembelajaran membaca gerak bibir atau  penggunaan bahasa isyarat.

-

Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan anak tentang  perilaku yang memudahkan untuk membaca gerak bibir.  Rasional :

Meningkatkan proses komunikasi.

 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kerusakan komunikasi. 

Sasaran : -

Pasien mencapai kemandirian optimal sesuai dengan usia.

-

Pasien mendapatkan

kesempatan untuk berpartisipasi

dalam

aktivitas bermain dan sosialisasi. 

Pasien mendapat kesempatan pendidikan dikelas reguler.

Hasil yang diharapkan : -

Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat  perkembangan.



-

Anak mempunyai hubungan dan pengalaman dengan teman sebaya.

-

Anak masuk sekolah dengan teratur.

-

Anak berkomunikasi dengan orang lain dikelas.

Intervensi : -

Bantu keluarga mengalihkan praktik membesarkan anak normal  pada klien.

19

 Rasional : -

Meningkatkan perkembangan optimal.

Ajarkan anak untuk mandiri dalam perawatan diri dan berikan alatalat yang membantu kemandiriannya.  Rasional :

Membantu

meningkatkan

perkembangan

yang

optimal. -

Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya disiplin dan  penyusunan batasan-batasan.  Rasional :

-

Merangsang anak memenuhi kebutuhan ini.

Bantu keluarga dalam memilih mainan.  Rasional :

Memaksimalkan penggunaan indera penglihatan dan taktil, serta pendengaran residual.

-

Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas kelompok dan mengembangkan persahabatan dengan teman sebaya.  Rasional :

Membantu meningkatkan sosialisasi dan menciptakan kesenangan pada anak.

-

Bantu anak mengikuti diskusi kelompok dengan menunjuk   pembicara dan mengatur kelompok untuk duduk semi lingkaran.  Rasional :

Membantu dalam mendengar dan/atau membaca gerak bibir.

-

Anjurkan menggunakan televisi yang memakai tulisan.  Rasional :

-

meningkatkan kesenangan pada anak.

Diskusikan dengan guru dan anak tentang cara berkomunikasi efektif..  Rasional :

Memfasilitasi pendidikan anak 

 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan diagnosa ketulian pada anak . 

Sasaran : -

Pasien

(keluarga)

menyesuaikan

diri

terhadap

kehilangan

 pendengaran.

20



-

Pasien (keluarga) mendapat dukungan emosional.

-

Keluarga menunjukan kedekatan pada anak.

Hasil yang diharapkan : -

Keluarga mengekspresikan kekhawatirannya terhadap kehilangan  pendengaraan pada anak 

-

Keluarga menunjukan pemahaman tentaang implikasi kehilangan  pendengaran.

-

Keluarga terlibat dalam program yang tepat dan menyediakan diri menjadi sumber.



Keluarga menunjukan hubungan yang positif.

Intervensi : -

Beri kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan dan kekhawatirannya  Rasional :

-

Antisipasi

Meningkatkan penyesuaian. reaksi

berduka dan

bantu

keluarga

menghadapi

 perasaannya tentang respon sebelumnya terhadap anak.  Rasional :

Meminimalkan

perasaan

bersalah

dan

sebagai

 penyesuaian terhadap kehilangan. -

Diskusikan keuntungn dan batasan alat bantu dengan jenis kehilangan pendengaran yang berbeda.  Rasional :

Membantu

keluarga

untuk

membuat

keputusan

 berdasarkan informasi. -

Dorong rehabilitasi formal sesegera mungkin.  Rasional :

Membantu

mengembangkan

pertumbuhan

dan

 perkembangan normal anak. -

Bantu keluarga untuk bepartisipasi dan mendiskusikan perasaan mereka.  Rasional :

Meningkatkan koping dan membantu memberikan dukungan bagi klien.

21

-

Tekankan kemampuan anak bukan ketidakmampuannya.  Rasional :

-

Meningkatkan perkembangan optimal pada anak.

Bantu keluarga mengidentifikasi petunjuk-petunjuk verbal untuk  meningkatkan komunikasi anaknya.  Rasional :

Membantu meningkatkan kemampuan komunikasi sebagai bagian penting dari proses kedekatan.

-

Dorong keluarga untuk menstimuli anak dengan isyarat visual dan tekankan untuk terus berbicara dengan anak meskipun ia tidak  mendengar.  Rasional :

Meningkatkan

normalisasi

dan

membantu

anak 

memahami penggunaan bahasa isyarat.  Resiko tinggi cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan, infeksi. 

Sasaran : -





Pasien tidak mengalami kehilangan pendengaran yang lebih parah.

Hasil yang diharapkan : -

Anak tidak mengalami pendengaran.

-

Anak tidak terpapar pada tingkat kebisingan yang berlebihan.

-

Anak diimunisasi dengan cepat.

Intervensi : -

Bagi bayi, anjurkan untuk imunisasi pada usia yang tepat.  Rasional :

Mencegah kehilangan pendengaran sesorineural yang didapat karena penyakit masa anak-anak.

-

Minimalkan tingkat kebisingan  Rasional :

-

Cegah infeksi telinga dengan melakukan deteksi ini.  Rasional :

-

Mencegah kerusakan atau kehilangan pendengaran.

Mencegah kehilangan pendengaran sesorineural.

Tingkatkan kepatuhan terhadap terhadap program pengobatan terhadap otitis media.

22

 Rasional :

Mencegah terjadinya kerusakan pendengaran akibat otitis media dan membantu perbaikan.

-

Evaluasi kemampuan auditorius yang cenderung mengalami masalah telinga.  Rasional :

-

Mendeteksi dini kerusakan pendengaran.

Kaji sumber-sumber kebisingan yang berlebihan disekitar anak dan lakukan tindakan untuk mengurangi tingkat kebisingan.  Rasional :

Kebisingan yang berlebihan menyebabkan kehilangan  pendengaran sesorineural.

 Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi/peradangan . 

Hasil yang diharapkan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (37˚C)



Intervensi : -

Pantau suhu tubuh anak setiap 1-2 jam, perhatikan apakah anak  menggigil.  Rasional :

Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu 38,9˚C



41,1˚C

menunjukan

proses

infeksi.

Menggigil sering mendahului puncak peningkatan suhu. -

Pertahankan lingkungan yang sejuk.  Rasional :

Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan suhu mendekati normal.

-

Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.  Rasional :

Membantu mengurangi demam. Alkohol/air es dapat menyebabkan kedinginan dan mengeringkan kulit.

-

Beri antipiretik (asetaminofen, ibuprofen) esuai indikasi.  Rasional :

Mengurangi

demam

dengan

aksi

sentral

pada

hipotalamus.

23

 Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang  konisi anaknya. 

Hasil yang diharapkan : Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan memberi dukungan pada anak dengan menjelaskan kondisinya.



Intervensi : -

Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.  Rasional :

Informasi yang adekuat merupakan suatu apek   penting dalam membantu proses perawatan klien.

-

Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama hospitalisasi.  Rasional :

Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang kondisi anaknya.

-

Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran  perawatan.  Rasional :

Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua tentang konsi anaknya dan gambaran perawatan sehingga

dapat membantu

dalam

melaksanakan

intervensi selanjutnya. -

Jelaskan semua prosedur pada anak dan orang tua (keluarga).  Rasional :

Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap halhal yang tidak diketahui.

-

Beri dukungan emosional pada orang tua

selama anak masih

dirawat di RS.  Rasional :

Diharapkan

orang

tua

dapat

mengenal

dan

menghadapi rasa cemas dengan adanya dukungan dan konseling.

BAB III PENUTUP

24

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dismpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut : 1. Cacat ganda merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan / ketidakmampuan dalam proses pendengaran yang baik itu konduktif ataupun sensorineural, yang diikuti oleh gangguan dalam berbicara/berbahasa sebagai manifestasi dari kerusakan reseptor yang berfungsi sebagai transmisi impuls suara. 2. Gangguan pendengaran ini disebabkan oleh berbagai faktor terutama selama masa

pre-nataal,

perinatal

dan

post-natal.

Tidak

semua

gangguan

 pendengaran akan menyebabkan kerusakan/gangguan pada komunikasi. 3. Untuk memastikan bentuk gangguan bicara dan jenis kerusakan pendengaran serta upaya penanganan yang sesuai diperlukan kerjasama dengan sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karenya penting untuk mengenal sejak  dini tanda-tanda perkembangan pendengaran yang abnormal.

3.2 Saran

Makalah kecil ini mencoba mengupas konsep medis dan konsep keperawatan tentang cacat ganda. Kelompok menyadari bahwa apa yang disajikan masih jauh dari kesempurnaan, dan oleh karenya kelompok sangat mengharapkan masukan dari rekan-rekan mahasiswa dan terlebih kepada Ibu dosen pembimbing mata kuliah ini, sehingga apa yang dibahas diatas tidak hanya merupakan sesuatu yang sifatnya hanya merupakan sebuah konseptual, melainkan dapat menjadi pijakan bagi mahasiswa dalam konteks aplikatifnya.

25

DAFTAR PUSTAKA

 Nelson, Ilmu Kesehatan Anak , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1988. Suwanto R. Hendarmin,  Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Anak untuk  Optimalisasi Perkembangan Kecerdasan , Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1996. Roamadewi, Terapi Wicara pada Anak dengan Gangguan Keterlambatan Wicara dan Bahasa , Akademi Terapi Wicara – YBC, Jakarta, 2000. Donna L. Wong,  Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003. Arif Manjoer dkk., Kapita Selekta Kedokteran , Media Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2001. Internet.

26

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF