Asuhan Keperawatan ASD Dan VSD
December 18, 2017 | Author: dola | Category: N/A
Short Description
asuhan keperawatan pada pasien ASD dan VSD pada anak...
Description
LAPORAN MAKALAH KELOMPOK II “Asuhan Keperawatan Anak VSD dan ASD”
Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Arde Sandri N. Dola Ulti Sari Enggi Inglian Dani Esti Lestari Afrila Bella sari Ferina Oetami M. Lia Racmita Sari
: 12031006 : 12031009 : 12031014 : 12031015 : 12031001 : 12031018 : 12031025
8. Wulan Khairini 9. Wella herliyanti 10. Yulia Nelfiza 11. Uci Verdina 12. Ibnu Agus S. 13. M. Dzulfikar 14. Trisna
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH PEKANBARU 2014 KATA PENGANTAR
: 12031053 : 12031050 : 12031055 : 12031046 : 12031020 : 12031032 : 10031045
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Laporan Makalah
yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Anak VSD dan ASD” tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Ns. Dian Roza Ardila, S.Kep dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Pekanbaru, 20 Desember 2014 Penyusun
(Kelompok V)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1 DAFTAR ISI........................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4 1.2 Tujuan .....................................................................................................................4 1.3 Manfaat....................................................................................................................4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian VSD dan ASD........................................................................................5 2.2 Etiologi VSD dan ASD............................................................................................5 2.3 Klasifikasi VSD dan ASD.......................................................................................6 2.4 Manifestasi Klinis VSD dan ASD...........................................................................7 2.5 Komplikasi VSD dan ASD......................................................................................7 2.6 Patofisiologi VSD dan ASD....................................................................................7 2.7 Pemeriksaan Diagnostik VSD dan ASD..................................................................8 2.8 Penatalaksanaan VSD dan ASD..............................................................................9
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Asuhan Keperawatan VSD dan ASD......................................................................12 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan .............................................................................................................21 4.2 Saran........................................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat kedudukan social ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16%. Penyakit Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebagian besar dari kematian bayi akibat kecacatan kelahiran disebabkan oleh keabnormalan jantung. Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung merupakan 31.4% dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun mendapat kecacatan jantung. Presentase kematian akibat kecacatan kelahiran adalah 8 - 13% menghidap Septum Atrium terbuka (ASD), 6 - 11% menghidap Duktus Arteriosus terbuka (PDA), 20 - 25% menghidap Septum Ventrikel berlubang (VSD). Perkembangan jantung fetus terjadi pada usia kehamilan antara 3 dan 8 minggu. Pembentukan septum yang tidak sempurna menyebabkan ASD dan VSD yang bervariasi. Dari 6 cabang arkus aorta, hanya cabang ke 4 dan ke-6 yang tetap ada. Mereka berturut-turut menjadi arkus aorta dan duktus arteriosus. Sisa-sisa dari cabang arkus aorta yang lain membentuk malformasi cincin vaskuler. 1.2 Tujuan 1. Mengetahui dan memahami konsep VSD dan ASD 2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan VSD dan ASD 1.3 Manfaat Dengan adanya makalah ini. Diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni: 1. Untuk penulis dan pembaca Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan dan informasi atau wawasan mengenai asuhan keperawatan VSD dan ASD. 2. Untuk pihak lain Sebagai sumber data dan acuan dalam melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian VSD dan ASD VSD (Ventrikular Septal Defect)
Secara harfiah VSD berarti terdapat lubang pada sekat bilik jantung. VSD merupakan PJB yang paling sering di jumpai. VSD yang besar menyebabkan lebih banyak darah yang bocor dari bilik kiri ke kanan sehingga akan meningkatkan aliran serta tekanan pada sirkulasi paru-paru. ASD (Atrial Septal Defect) ASD adalah adanya lubang pada sekat serambi jantung. Akibatnya terjadilah kebocoran darah “bersih” dari serambi kiri ke kanan sehingga bilik kanan membesar dan aliran darah ke paru paru meningkat. Dilihat dari prognosis Atrium defek Septum tanpa operasi pasien dengan defek fosa ovalis dan defek sinus venosus rata-rata dapat hidup sampai 40 tahun. (Ngastiyah, 2005: 98)
2.2 Etiologi VSD dan ASD Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu : 1. Faktor prenatal (faktor eksogen) - Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela - Ibu alkoholisme - Umur ibu lebih dari 40 tahun - Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin - Ibu meminum obat-obatan penenang 2. Faktor genetic (faktor endogen) - Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB - Ayah/ibu menderita PJB - Kelainan kromosom misalnya sindrom down - Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
2.3 Klasifikasi VSD dan ASD Klasifikasi Defek Septum Ventrikel (DSV) 1. DSV kecil Defek berdiameter sekitar 1-5 mm. pertumbuhan anak normal walaupun ada kecendrungan terjadi infeksi saluran pernapasan. Toleransi latihan normal; hanya pada latihan yang lama dan berat pasien lebih cendrung lelah dibandingkan dengan teman sebayanya. DVS kecil tidak memerlukan tindakan bedah karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik, dan risiko operasi lebih besar daripada resiko terjadi endokarditis. Anak dengan DSV kecil mempunyai prognosis baik, dan dapat hidup normal. Tidak perlu pengobatan. Bahaya yang mungkin timbul adalah endokarditis infektif. Operasi penutup dapat dilakukan bila dikehendaki orang tua. Pasien dengan DSV kecil diperlukan seperti anak normal dengan pengecualian bahwa kepada pasien harus diberikan pencegahan terhadap endokarditis. Pasien tidak memiliki gejala dan murmur jantung didapatkan pada pemeriksaan rutin. 75% menutup pada 10 tahun pertama (mayoritas pada 2 tahun) namun penutupan juga bisa terjadi pada masa dewasa. terdapat resiko endokaarditis bakteri. 2. Defek sedang Defek dengan ukuran sedang menyebabkan timbulnya gejala pada bayi. gagal jantung akan anak sulit makan dan berat badang sulit naik. gejala mulai muncul pada bulan pertama kehidupan, seringkali dicetuskan oleh infeksi dada. perbaikan terjadi dengan pemberian terapi medis. defek relatif mengecil bersamaan dengan pertumbuhan anak, gejala berkurang, dan terjadi peningkatan berat badan. biasanya terjadi penutupan. 3. Defek besar Gejala mulai muncul pada minggu pertama kehidupan. gagal jantung sulit dikontrol dan dibutuhkan pemberian makanan dengan menggunakan selang. sebagian kecil menutup namun sebagian besar membutuhkan operasi. pada bayi, aliran darah pulmonal yang tetap tinggi menyebabkan peningkatan resistenssi pembuluh darah pulmonal. volume pirau kiri ke kanan berkurang dan gagal jantung membaik. namun jangan terkecoh oleh perbaikan ini karena bila defek tidak menutup usia 2 tahun, perubahan pada pembuluh darah pulmonal menjadi permanen. tenpa pembedahan, penyakit pembuluh darah pulmonal memburuk, pirau kembali terjadi, pasien menjadi sianotik dan sesak, dan meninggal pada dekade kedua atau ketiga. satu-satunya penatalaksanaan penyakit pembuluh darah pulmonal adalah pencegahan dengan pembedahan dini.
Klasifikasi Defek Septum Atrium (DSA) Kelainan ini dibedakan dalam tiga bentuk anatomis sebagai berikut: Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe : 1. Ostium secundum : merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang terjadi terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis. Sekitar 8 dari 10 bayi lahir dengan ASD ostium secundum. Sekitar setengahnya ASD menutup dengan sendirinya. Keadaan ini jarang terjadi pada kelainan yang besar. Tipe kerusakan ini perlu dibedakan dengan patent foramen ovale. Foramen ovale normalnya akan menutup segera setelah kelahiran, namun pada beberapa orang hal ini tidak terjadi hal ini disebut paten foramen ovale. ASD merupakan defisiensi septum atrial yang sejati. 2. Ostium primum : kerusakan terjadi pada bagian bawah septum atrial. Biasanya disertai dengan berbagai kelainan seperti katup atrioventrikuler dan septum ventrikel bagian atas. Kerusakan primum jarang terjadi dan tidak menutup dengan sendirinya. 3. Sinus venosus : Kerusakan terjadi pada bagian atas septum atrial, didekat vena besar (vena cava superior) membawa darah miskin oksigen ke atrium kanan. Sering disertai dengan kelainan aliran balik vena pulmonal, dimana vena pulmonal dapat berhubungan dengan vena cava superior maupun atrium kanan. Defek sekat primum dikenal dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan ASD II. (Ngastiyah, 2005: 98) 2.4 Manifestasi Klinis VSD dan ASD Gambaran klinis Defek Septum Ventrikal (DSV), pada pemeriksaan selain didapatkan pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak seringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat penonjolan dada kiri. Tanda yang m,enonjol ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakosta, dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik. Selain kelainan tersebut pada palpasi dan auskultasi masih terdapat kelainan-kelainan yang menunjukkan adanya DVS besar seperti terdapatnya tekanan arteria pulmonalis yang tinggi, dan penutupan katup pulmonalis teraba jelas pada sela iga III kiri dekat sternum, dan mungkin teraba getaran bising pada dinding dada. (Ngastiyah, 2005: 95) Manifestasi klinik Defek Septum Atrium, secara klinik ketiga jenis defek tersebut serupa. Biasanya anak dengan DSA tidak terlihat menderita kelainan jantung karena pertumbuhan dan perkembangannya biasa seperti anak lain yang tidak ada kelainan. Hanya pada pirau kiri ke kanan yang sangat besar pada stress anak cepat lelah dan mengeluh dispnea, dan sering
mendapat infeksi saluran napas. Pada pemeriksaan palpasi terdapat kelainan ventrikal kanan hiperdinamik di parasternal kiri. Pada pemeriksaan auskultasi, foto toraks dan EKG dapat lebih jelas adanya kelainan DSA ini. Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan ekokardiografi. (Ngastiyah, 2005: 98) 2.5 Komplikasi VSD dan ASD Komplikasi yang bisa terjadi pada Ventrikel Septum Defek adalah pada VSD besar dapat terjadi gagal jantung, begitu juga Atrium Septum Defek (ASD), sedangkan komplikasi pada Atrium Septum Depek (ASD) bisa juga terjadi ketika penatalaksanaannya dapat terjadi komplikasi hipertensi pulmonal (walaupun lambat). 2.6 Patofisiologi VSD dan ASD Defek Septum Ventrikel (DVS) terjadi bila sekat septum ventrikel tidak terbentuk sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole. Besarnya defek bervariasi dari hanya beberapa mm sampai beberapa cm. pada defek dengan resistensi vascular paru meninggi tekanan balik kanan akan samadengan bilik kiri sehingga pirau kiri ke kanan hanya sedikit. Bila makin besar defek dan makin tinggi tekanan bilik kanan akan terjadi pirau kanan ke kiri. Berkurangnya darah yang beredar ke dalam tubuh menyebabkan pertumbuhan anak akan terhambat. Aliran darah ke paru bertambah yang menyebabkan anak sering menderita infeksi saluran pernapasan. Pada DSV kecil pertumbuhan anak tidak terganggu; sedangkan pada DSV besar dapat terjadi gagal hantung dini yang memerlukan pengobatan medis yang intensif atau bahkan operasi. (Ngastiyah, 2005: 94) Pada kasus Atrial Septal Defect (ASD) yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigendari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak
sebaliknya.
Aliran yang melaluidefek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang berkurang. Hal ini juga
menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan
berakibat volume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan
meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan biasa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa
berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis. 2.7 Pemeriksaan Diagnostik VSD dan ASD 1. Elektrokardiografi Menilai irama, heart rate, gangguan konduksindan perubahan pola 2. Radiologi Rontgen thorak untuk mengetahui gambaran paru dan jantung 3. Ekokardiograf Dari pemeriksaan ini maka akan dapat dilihat adanyan kebocoran aliran darah dari atrium kiri ke atrium kanan. 4. Kateterisasi Prosedur diagnostik dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sample darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan. 2.8 Penatalaksanaan VSD dan ASD Penatalaksanaan pada Ventrikel Septum Defek terbagi atas 2 yaitu : 1) Penatalaksanaan medis Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan deuretik, misalnya Lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernapasan dan pertambahan berat badan, maka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong; karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan medis untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil. 2) Penatalaksanaan keperawatan Pasien DSV baru dirawat dirumah sakit bila sedang mendapat infeksi saluran napas, karena biasanya sangat dispnea dan sianosis sehingga pasien terlihat payah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya terjadinya gagl jantung, resiko terjadi infeksi saluran nafas, kebutuhan nutrisi, gangguan rasaaman dan nyaman, kurangnya pengetahuian orang tua mengenai penyakit. 1. Bahaya terjadinya gagal jantung Dengan adanya pirau kiri ke kanan darah yang mengalir ke bilik kanan menjadi lebih banyak. Ini berarti beban arteria pulmonalis dan otot bilik kanan yang ototnya tidak
setebal nilik kiri akan menjadi lebih berat dan akibatnya akan terjadi gagal jantung. Bayi memerlukan perawatan yang baik dengan pengawasan medis teratur agar bila terjadi sesuatu lekas dapat diambil tindakan; karena itu bayi harus secara teratur control dibagian kardiologi atau dokter yang menanganinya. 2. Resiko terjadi infeksi saluran pernafasan Pasien dengan pirau kiri ke kanan mudah mendapat infeksi saluran napas karena darah di dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaran O 2 tidak adekuat. Gejala infeksi ialah demam, bentuk dan nafas pendek-pedek, bayi sukar jika diberi minum atau makan keadaan ini biasanya mendorong orang tua untuk membawa anaknya berobat. Dlam perawatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Ruangan harus cukup ventilasi, tetap tidak boleh terlalu dingin b. Baringkan dengan kepala lebih tinggi (semi-Fowler) c. Jika banyak lender baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan member ganjal dibawah bagian bahunya (untuk memudahkan lender keluar) d. Sering isap lendirnya: bila terlihatnya banyak lender di dalam mulut, bila akan member minum, atau bila akan mengubah sikap berbaringnya. e. Ubah sikap berbaringnya setiap 2 jam. Lap dengan air hangat bagian yang berkas tertekan dan beri bedak. f. Observasi tanda vital, terutama pernapasan, suhu dan nadi, catat dalam catatan perawatan. 3. Kebutuhan nutrisi Karena bayi susah makan/ minum susu maka masukkan nutrisi tidak mencukupi kebutuhannya untuk pertumbuhan. Kecukupan makanan sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan bayi sebelum operasi. Makanan terbaik adalah ASI; bila tidak ada ASI diganti dengan susu formula yang cocok. Berikan makanan tambahan sesuai dengan umurnya misalnya buah dan biscuit, bubuk susu atau tim saring. Karena bayi sukar makan, berikan 2 kali setiap porsinya. 4. Gangguan rasa aman dan nyaman Gangguan rasa aman dan nyaman sama dengan pasien yang lain. Yang perlu lebih diperhatikan, dhindarkan pasien kedinginan terutama malam hari atau pada uadar dingin. Bila dapat sekeliling tempat tidurnya dipasang selubung agar hangat atau dapat dengan cara meletakkan bantal pada kanan dan kiri pasien dan selimut. Pakaikan kaos kaki hangat. Jangan mandikan pasien sebelum pukul 06.00, lebih agar kaki siang, juga sore hari. Untuk mengurangi gangguan rasa aman dan nyaman orang tua diizinkan menunggu anaknya.
5. Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit Orang tua pasien perlu diberitahu bahwa pengobatan anaknya hanya dengan dengan jalan operasi. Selama operasi belum dilakukan anak akan selalu menderita infeksi saluran pernapasan berulang; sedangkan untuk operasi diperlukan kesehatan tubuh yang baik. (Ngastiyah, 2005: 95-97) Penalaksanaan pada Atrium Septum Defek terbagi atas 2 yaitu: 1) Penatalaksanaan medic DSA kecil tidak perlu operasi karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik atau bahaya endokarditis infektif. DSA besar perlu tindakan bedah yang dianjurkan dilakukan dibawah umur 6 tahun (prasekolah). Komplikasi yang dapat terjadi ialah hi[pertensi pulmonal (walaupun lambat). 2) Penalaksaan keperawatan Tidak terdapat masalah yang khusus, tetapi nila telah diketahui adanya kelainan DSA orang tua/ pasien harus tetap waspada dan secara teratur control ke bagian kardiologi/ dokter. Pasien harus tetap dijaga kesehatan umumnya. (Ngastiyah, 2005: 99)
BAB III PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Ventrikel Septal Defek (VDS) Kardiovaskular a. Ringan : terdengan murmur holosistolik pada batas sternum bawah kiri. b. Sedang sampai berat : murmur holosistolik (sama seperti terdapat kelainan ringan), tanda gagal jantung(takipnea, takikardia, kegelisahan, peningkatan tekanan vena sentral, peningkatan berat badan, penurunan haluaran urin, diaphoresis), kegagalan untuk berkembang, pembesaran hati, penurunan energy, kesulitan makan, dan berat badan meningkat akibat retensi cairan. Paru : Berat : edema paru. Atrium Septal Defek (ASD) Kardiovaskular a. Terdengar murmur sistolik ejeksi (sangat baik didengar oleh praktisi yang sangat terlatih) b. Pembesaran jantung Pernapasan : peningkatan insidensi infeksi saluran pernapasan atas Muskuloskeletal : intoleransi aktivitas 2. Diagnosa 1) Intoleransi aktivias berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2 2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur 3) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrisi pada jaringan; isolasi sosial 4) Kerusakkan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
5) 6) 7) 8) 9)
Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan kelainan jantung congenital pada anak Deficit pengetahuan berhubungan dengan rencana pembedahan Resiko cidera berhubungan dengan pengaturan posisi, alat elektrik yang digunakan, pengeluaran darah dan prosedur invasive. Resiko infeksi (endokarditis bakteri) yang berhubungan dengan pirau beraliran tinggi (pada anak yang mengalami VSD) Ansietas anak berhubungan dengan lingkungan ICU, berpisah dari orang tua, kecemasan orang tua, pembedahan dan
imobilisasi. 10) Deficit pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah 3. Intervensi 1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan dan kebutuhan oksigen Kriteria hasil : klien mempertahankan tingkat energy yang adekuat tanpa stress tambahan. TINDAKAN/INTERVENSI Kaji taksiran tingkat, kelelahan, kemampuan untuk melakukan ADL
RASIONAL Untuk memberikan informasi tentang energi cadangan danrespon untuk beraktivitas.
Berikan periode dan istirahat dantidur yang cukup
Untuk meningkatkan istirahat dan menghemat energy.
Hindari suhu lingkungan yang ekstrim
Karena hipertemia/ hipoterma dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur Kriteria hasil : klien memperlihatkan peningkatan curah jantung; denyut jantung kuat, teratur, dan dalam batas normal. TINDAKAN/INTERVENSI Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung.
Biasanya
Catat bunyi jantung.
kontraktilitas jantung.
terjadi
RASIONAL tachycardia untuk mengkompensasi
penurunan
S1 dan S2 lemah,karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai aliran kedalam serambi Palpasi nadi perifer. Untuk mengetahui fungsi pompa jantungyang sangat dipengaruhi
yaitu distensi. S4 menunjukkan inkopetensi atau stenosis katup.
oleh CO dan pengisisan jantung.
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan
Pantau tekanan darah.
pengisisan jantung. Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah keginjal yang
juga
mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi pada proses
Pantau keluaran urine, catatpenurunan keluaran, dan kepekatanatau konsentrasi urine.
pengeluaran urine.
Kaji perubahan pada sensori contoh:letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi.
Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi.
Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
Serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung. Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen dan
Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat diuretic dan cairan.
penurunan venous return. Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.
3) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrient pada jaringan; isolasi sosial. Kriteria hasil : memberikan support untuk tumbuh kembang; anak mencapai pertumbuhan yang adekuat, anak melakukan aktivitas sesuai usia, anak tidak mengalami isolasi sosial. TINDAKAN/INTERVENSI Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang.
RASIONAL Diharapkan dengan konsumsi diet tinggi nutrisi pertumbuhan yang adekuat tercapai.
Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan
Untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.
Dorong aktivitas yang sesuai usia.
Melalui aktivitas yang sesuai misalnya bermain, diharapkan klien dapat tumbuh dan berkembang semampunya.
Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap
Sosialisasi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
sosialisasi seperti anak yang lain.
perkembangan anak.
Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas
Memberikan kesempatan anak berkreativitas dalam melakukan aktivitas
karena anak akan beristirahat bila lelah.
sesuai usia.
4) Kerusakkan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru Kriteria hasil : melaporkan penurunan dispnea, menunjukkan perbaikan dalam laju aliran ekpirasi. TINDAKAN/INTERVENSI Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan.
RASIONAL Bronkodilatormendilatasi jalan napas dan membantu melawan edema
mukosa bronchial dan spasme muscular. Dapat diberikan peroral, IV,inhalasi
Mengkombinasikan
medikasi
dengan
aerosolized
bronkodilator
nebulisasi biasanya digunakan untuk mengendalikanbronko konstriksi Observasi efek samping: takikardi, disritmia, eksitasi sistem saraf pusat,
Teknik ini memperbaiki ventilasi dengan membuka jalan napas dan
mual, muntah.
membersihkan jalan napas dari sputum.
Berikan oksigen dg metoda yang diharuskan.
Oksigen akan memperbaiki hipoksemia. Diperlukan observasi yang
Lakukan oksimetri nadi untuk memanitau saturasi oksigen.
cermat terhadap aliran atau presentase yang diberikan dan efeknya pada
Jelaskan bahwa tidak merokok dianjurkan pada pasien atau pengunjung
pasien. jika pasien mengalami retensi CO2 kronis, maka ada perangsangan bernapas
5) Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan kelainan jantung congenital pada anak Kriteria hasil : orang tua mengalami penurunan kecemasan yang ditandai oleh kemampuan mengekspresikan perasaannya, mejawab dengan tepat pertanyaan tentang kondisi anak, dan berinteraksi dengan anak. TINDAKAN/INTERVENSI Jelaskan kelainan jantung dengan menggunakan ilustrasi, dan jawab
RASIONAL Penjelasan tentang kelainan jantung dan member jawaban pertanyaan
pertanyaan orang tuanya, bila mungkin diskusikan berbagai komponen
terhadap pertanyaan orang tua memabantu mengurangi kecemasan
genetic dari kelainan.
dengan memungkinkan mereka melihat dan memahami secara lebih baik kelainan tersebut; beberapa kelainan memiliki komponen factor genetic
Beri informasi terkini tentang kondisi anak.
Memberikan
informasi
mempertahankan
kontak
terkini
memungkinkan
orang
dengan
anak
mengurangi
sehingga
tua
kecemasannya. Izinkan orang tua mengangkat atau menggendong bayinya sesegera dan
Mengangkat dan mengendong anak meningkatkan pelekatan dan
sesering mungkin.
perasaan aman sehingga mengurangi kecemasan.
6) Deficit pengetahuan berhubungan dengan rencana pembedahan
Kriteria hasil : orang tua dan anak (jika mungkin) akan mendemonstrasikan pemahaman tentang rencana pembedahan yang ditandai dengan kemampuannya menjelaskan tujuan pembedahan dan menjawab pertanyaan dengan tepat. TINDAKAN/INTERVENSI Kaji pengetahuan orang tua dan anak tentang pembedahan yang akan
RASIONAL Pengkajian ini member dasar untuk memulai penyuluhan dasar.
dihadapi, dan tingkat perkembangan anak. Jelaskan anak dan orang tua tentang peristiwa perioperatif yang
Anak dan orang tua perlu mengantisipasi situasi dan kondisi sekitar
memerlukan partisipasi langsung.
lingungan pembedahan. Dokter ahli bedah akan menjelaskan prosedur yang actual dan risiko yang dihadapi oleh orang tua.
Ajarkan batuk, napas dalam, dan teknik pembelatan pada anak jika
Batuk, nafas dalam, dan teknik pembelatan membantu menghilangkan
memungkinkan.
dan mengeluarkan sekresi dari saluran pernapasan, serta meningkatkan oksigenisasi. Pengnalan yang baik teknik ini akan meningkatkan komplian paru setelah pembedahan.
7) Resiko cidera berhubungan dengan pengaturan posisi, alat elektrik yang digunakan, pengeluaran darah dan prosedur invasive. Kriteria hasil : anak tidak akan mengalami cedera selama prosedur pembedahan TINDAKAN/INTERVENSI Kaji daerah yang tertekan setiap jam selama prosedur pembedahan
RASIONAL Kerusakkan kulit yang terjadi saat 1 jam mulainya pembedahan,
untuk adanya kerusakkan kulit. Lihat bila ada daerah yang kemerahan,
menempatkan anak pada resiko mengalami infeksi.
kulit yang memucat, luka lecet, dan luka terbuka. Hitung volume total cairan anak, berdasarkan pada asupan cairan dan
Penggantian cairan yang adekuat diperlukan untuk mempertahan- kan
pengeluaran darah yang terjadi.
curah jantung.
Jika anak mengalami pembedahan untuk memperbaiki koarktasio aorta,
Selama pembedahan bertujuan memperbaiki koarktasio, dipasang klem
pantau tekanan darah pada tungkai selama pembedahan.
penjepit aorta. Pemantauan tekanan darah pada tungkai membantu menjamin aliran darah balik memadai, pada tubuh bagian bawah.
Pantau irama jantung anak. Untuk kasus gawat darurat, dapat dilakukan
Pemantauan irama jantung penting, sebab prosedur pembedahan
pasangan kabel alat pemacu dan alat pacu jantung sementara.
memutuskan konduksi normal jantung, yang bersifat sementara atau
menetap. Pantau electrical ground pad dan lokasi elektroda EKG untuk adanya
Electrical grounding pad pada tempat ini dapat menyebabkan luka
luka bakar.
bakar tingkat pertama.
8) Resiko infeksi (endokarditis bakteri) yang berhubungan dengan pirau beraliran tinggi (pada anak yang mengalami VSD) Kriteria hasil : anak akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda endokarditis bakteri dan baktremia. TINDAKAN/INTERVENSI Jelaskan pada orang tua penyebab dari endokarditis bakteri, terutama
RASIONAL Pemahaman peyebab endokarditis akan meningkatkan kepatuhan
yang berhubungan dengan prosedur pembedahan. Penjelasan ini untuk
terhadap pengobatan antibiotic yang diberikan.
mencegah infesi, secara khusus pada anak yang menerima terapi antibiotic profilaksis. Beri orang tua instruksi tertulis tentang prosedur khusus dalam
Memiliki informasi seperti ini akan meningkatkan kepatuhan terhadap
pemberian pengobatan antibiotic.
penatalaksanaan pengobatan.
9) Ansietas anak berhubungan dengan lingkungan ICU, berpisah dari orang tua, kecemasan orang tua, pembedahan dan imobilisasi. Kriteria Hasil : anak akan berkurang kecemasannya ditandai dengan dapat bekerja sama dalam prosedur, pengobatan dan mau bermain sesuai tingkat usia. TINDAKAN/INTERVENSI Anjurkan orang tua untuk mengunjungi anak dan berpartisipasi dalam
RASIONAL Kontak dengan orang tua akan member anak perasaan nyaman dan
perawatan sesering mungkin
aman.
Jelaskan pada anak dan orang tua setiap tahap perawatan pascabedah.
Menegnali lebih dalam tentang prosedur dan tindakan keperawatan mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama.
Konsultasi dengan ahli terapi anak atau terapis bermain tentang
Permainan dan aktivitas membatu untuk mengalihkan perhatian anak
permainan anak, dan aktivitas tepat yang sesuai dengan tingkat
pada lingkungannya dan member stimulasi perkembangannya.
perkembangannya.
10) Deficit pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah Kriteria hasil : orang tua akan mengekspresikan pemahaman terhadap instruksi perawatan dirumah dan akan mendemonstrasikan prosedur perawatan dirumah. TINDAKAN/INTERVENSI Ajarkan orang tua tanda-tanda infeksi luka, termasuk adanya drainase
RASIONAL Oleh karena infeksi dapat terjadi di atas 3 minggu setelah pembedahan,
purulen dari luka, demam, dan bau menyengat dari luka.
orang tua perlu mengetahui tanda-tanda yang harus dilaporkan.
Ajarkan orang tua bagaimana member obat saat anak masih dirawat di
Dengan melakukan praktik sendiri meningkatkan kenyamanan bagi
rumah sakit.
orang tua untuk memahami prosedur lebih jauh dan menjamin terpenuhinya kepatuhan terhadap pengobatan. Praktik member obat sendiri memungkinkan perawat mengenali kemampuan orang tua dalam member pengobatan secara benar.
Ajarkan orang tua begaimana memantau frekuensi nadi anak, dan
Mengetahui
bagaimana
memantau
frekuensi
nadi
anak,
akan
ajarkan bagaimana ia melaporkan bila terjadi penyimpangan yang
memungkinkan orang tua mendeteksi, dan melaporkan berbagai
persisten 15-20 denyutan, di atas atau dibawah garis batas normal.
perubahan bermakana yang merupakan indikasi terjadinya komplikasi.
Jelaskan pada orang tua untuk member makan pada anak dalam jumlah
Makan dalam jumlah sedikit dan frekuensi sering, akan mengurangi
yang sedikit dan dengan frekuensi sering.
beban kerja jantung, namun tetap mempertahankan asupan kalori adekuat
Jelaskan pada orang tua tentang tanda dan gejala sindrom
Sindrom pascaperikardiotomi merupakan keadaan yang berpotensi
pascaperikardiotomi, termasuk demam, nyeri dada, dan dispnea
mengancam kehidupan, dapat terjadi di atas 3 minggu setelah pembedahan jantung mayor. Orang tua perlu mengetahui tanda dan gejala yang harus dilaporkan dalam kasus gawat darurat.
11) Evaluasi
Selama perawatan di rumah sakit, catatan berikut telah dibuat: a. b. c. d. e. f.
Keadaan anak dan temuan pengkajian yang dilakukan saat masuk rumah sakit, perubahan status anak Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic yang relevan Asupan dan haluaran cairan, status pertumbuhan dan perkembangan Respons pengobatan pada anak, reaksi anak dan orang tua terhadap penyakit dan hospitalisasi Pedoman penyuluhan pasien dan keluarga Pedoman rencana pemulangan.
BAB IV PENUTUP 3.1 Kesimpulan Secara harfiah VSD berarti terdapat lubang pada sekat bilik jantung. VSD merupakan PJB yang paling sering di jumpai. VSD yang besar menyebabkan lebih banyak darah yang bocor dari bilik kiri ke kanan sehingga akan meningkatkan aliran serta tekanan pada sirkulasi paru-paru. Hal ini akan menimbulkan beban kerja pada jantung sehingga terjadi gejala-gejala gagal jantung pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam. Pembedahan merupakan cara pengobatan yang terbaik, dan biasanya dilakukan pada usia 3 atau 4 bulan. VSD ukuran sedang dapat diobati dan diamati sampai beberapa tahun, dengan harapan dapat mengecil atau menutup spontan. Operasi perlu dilakukan apabila VSD tetap ada, biasanya pada usia prasekolah yaitu 3-5 tahun. ASD adalah adanya lubang pada sekat serambi jantung. Akibatnya terjadilah kebocoran darah “bersih” dari serambi kiri ke kanan sehingga bilik kanan membesar dan aliran darah ke paru paru meningkat. ASD biasanya tidak menimbulkan masalah pada masa kanak-kanak, tetapi akan terjadi gagal jantung dikemudian hari pada dekade ke 2 atau 3, terutama bila lubangnya cukup besar. Operasi biasanya dianjurkan pada usia prasekolah, kecuali apabila lubangnya besar sehingga menimbulkan gejala gagal jantung lebih dini. Selain operasi ASD yang kecil dapat ditutup dengan intervensi non bedah dengan menggunakan ASO (Atrial septal occluder). 3.2 Saran Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan pembaca terutama perawat dan orang tua untuk lebih mengerti cara merawat anak dengan VSD dan ASD.
DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Meadow, Roy & Simon Newell. 2005. Pedriatika. Jakarta: Erlangga. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Pathway. Jakarta: EGC. Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
View more...
Comments