asuhan keperawatan anestesi pada cholesistektomy
August 12, 2019 | Author: webmasterx | Category: N/A
Short Description
Download asuhan keperawatan anestesi pada cholesistektomy...
Description
asuhan keperawatan anestesi pada cholesistektomy BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi sebagai suatu pendidikan tinggi mengemban tugas untuk membentuk peserta didik yang berkualitas. Pembentukan kualitas tersebut ditempuh tidak hanya melalui proses belajar mengajar secara klasikal dengan pemberian teori, namun juga ditunjang dengan kegiatan praktek laboratorium dan klinik. Kurikulum Pendidikan D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi menuntun proses belajar mengajar untuk memcapai kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa, adapun kompetensinya yaitu mampu memberikan asuhan keperawatan klien pre, intra, post anestesi. Uji kompetensi bagi Mahasiswa Program Studi D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi merupakan satu kesatuan uji kompetensi dari keseluruhan yang harus ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar selama dua semester. Bentuk uji kompetensi dapat berupa test tertulis dan tes keterampilan yang dilaksanakan baik di laboratorium maupun di klinik. Uji kompetensi di klinik memungkinkan mahasiswa diuji pada beberapa kompetensi sekaligus yang menggambarkan integrasi dari aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor. B. Tujuan A. Tujuan umum Setelah dilaksakan uji kompetensi utama mahasiswa D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi Program A Poltekes Depkes Yogyakarta dinyatakan kompeten secara akademik pada kompetensi yang diujikan. B. Tujuan khusus 1. Terlaksananya uji kompetensi praktik mahasiswa Prodi D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi. 2. Mengevaluasi kemampuan/kompetensi mahasiswa dalam bidang Keperawatan Anestesi Reanimasi 3. Diketahuinya pencapaian kompetensi mahasiswa yang diuji C. Ruang lingkup Ujian kompetensi praktek klinik yang dilaksanakan oleh Mahasiswa D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi Program A Poltekes Depkes Yogyakarta pada pasien dengan kategori ASA I-II, tidak termasuk pasien ”one day care”, mencakup asuhan pre, intra dan post anestesi di Ranap Lantai III (Bangsal Bedah) dengan pelaksanaan anestesi di IBS RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten pada pasien dengan diagnosa medis Cholelitiasis, waktu Senin, 3 Agutus 2009. BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian a. Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada sal. empedu (Duktus Koledocus ). b. Batu Empedu(kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu. c. Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu. d. Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu. B. Penyebab Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen - pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein. Macam - macam batu yang ter-bentuk: 1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu. Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu empedu yaitu : • Infeksi kandung empedu • Usia yang bertambah • Obesitas • Wanita • Kurang makan sayur • Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol 2. Batu pigmen empedu , ada dua macam ; • Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik / sirosis hati tanpa infeksi. • Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis – lapis, ditemukan di sepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi. 3. Batu saluran empedu. Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermi ten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbul nya infeksi dan pembentukan batu. C. Pathofisiologi : Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya. Faktor predisposisi yang penting adalah : • Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu • Statis empedu • Infeksi kandung empedu Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang pa- ling penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersatura si progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebab kan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagi an pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus.
Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu. D. Perjalanan Batu Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empe- du ( duktus sistikus ) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik. Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doude- num atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif. E. Gejala Klinis Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut. GEJALA AKUT GEJALA KRONIS TANDA : 1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme 2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas 3. Kandung empedu membesar dan nyeri 4. Ikterus ringan TANDA: 1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen 2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas GEJALA: 1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang Menetap 2. Mual dan muntah 3. Febris (38,5) GEJALA: 1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan 2. Nausea dan muntah 3. Intoleransi dengan makanan berlemak 4. Flatulensi 5. Eruktasi (bersendawa) E. Pemeriksaan penunjang Tes laboratorium : 1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu). 2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl). 3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml). 4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
5. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik) 6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum. 7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pan kreas. 8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar. 9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice. 10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.
A. General Anestesi (GA) 1. Batasan Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesi yang ideal terdiri dari : (1). Hipnotik, (2). Analgesia, (3). Relaksasi otot. 2. Persiapan Alat : Sarung tangan steril 1 pasang Spuit 3 cc 2 buah Spuit 5 cc 2 buah Spuit 10 cc 1 buah Intubasi set 1 set ETT Dewasa 3 ukuran Stilet mandarin dewasa 1 buah Mayo 3 ukuran Kateter suction 1 buah Plester dan gunting Ambubag yang tersambung oksigen Bengkok 1 buah Stetoskop 1 buah Suction unit 1 buah Monitor pasien 1 set Mesin anestesi Obat : Obat anti emetic (Metoclopramide) 1 ampul Aqua for injection 2 fls Cairan infus kiristaloid 5 fls
Cairan infus koloid 1 fls Analgetik non narkotik Obat emergensi Obat anti kolinergik - SA Obat induksi - Propofol - Ketamin - Thiopenthal Obat Musrelaksan - S. Colin - Atracurium Obat anti depresan - midazolam - diazepam Gas anestesi 3. Prosedur Intubasi dengan pernapasan control Teknik ini dilakukan agar tidak terjadi peningkatan tekanan intra abdominal dan didapatkan rileksasi organ - organ intra abdominal sehingga memudahkan tindakan pembedahan a. Induksi anastesi dengan thiopental/Recofol dosis tidur b. Lakukan oksigenisasi dengan oksigen berkonsentrasi tinggi dalam waktu minimal 1- 3 menit atau minimal 10 kali pernapasan dengan aliran oksigen 10 Lt/menit menggunakan masker wajah. Pemberian oksigen dengan cara ini untuk mempertahankan pasien supaya tetap teroksigenisasi dengan baik, bahkan jika intubasi membutuhkan waktu beberapa menit. c. Lakukan intubasi setelah pemberian relaksan otot dengan atracurium, lakukan ventilasi dengan 02 5 lt bisa ditambahkan N2O dan gas anestesi (sevo/iso/halothane) sampai rileksasi didapatkan,bila memakai eter secara bertahap penurunan konsentrasi eter sampai 6%, cara ini bertujuan untuk memberikan eter sewaktu relaxant masih bekerja,sehingga pasien tidak batuk atau tidak terjadi tahanan waktu pernapasan kembali. d. pertahankan control pernafasan pasien secara baik dengan halotan 1,5% ditambah dengan oksigen 1,5 liter dan N2O 3,5 (low flow) atau eter 6% dalam udara. e. Pada akhir operasi, lakukan ektubasi baik pada saat pasien dalam keadaan anestesi dalam (naikan konsentrasi anestetik pada gas inspirasi menjadi 10% eter atau 3% halotan selama 2 menit sebelum ekstibasi) atau pada saat pasien bangun. Selalu lakukan penghisapan secret dari mulut dan faring. B. Konsep Asuhan Keperawatan Dalam mendukung/memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien yang akan dilakukan tindakan cholesistektomy, maka sangat diperlukan peran serta perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan perioperatif secara komprehensif dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi ; (1), Pengkajian (2), Perumusan diagnose (3), Perencanaan dan Pelaksanan tindakan (3), Evaluasi, serta Dokumentasi keperawatan. 1. Pengkajian a. Kebutuhan Dasar
AKTIVITAS/ISTIRAHAT Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan SIRKULASI Gejala Palpitasi, angina/nyeri dada Tanda Takikardia, disritmia. Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang) Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut) Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam. INTEGRITAS EGO Gejala Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja. Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada keluarga. Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif ELIMINASI Gejala Perubahan karakteristik urine dan atau feses. Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal) Tanda Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali) Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali) Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal). Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut) MAKANAN/CAIRAN Gejala Anoreksia/kehilangna nafsu makan Disfagia (tekanan pada easofagus) Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet. Tanda Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa) Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin) Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa intraabdominal) NEUROSENSORI Gejala Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa
pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral Kelemahan otot, parestesia. Tanda Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar. Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal) NYERI/KENYAMANAN Gejala Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus). Nyeri segera pada area yang terkena setelaah minum alkohol. Tanda Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati. PERNAPASAN Gejala Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada. Tanda Dispnea, takikardia Batuk kering non-produktif Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis. Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal). KEAMANAN Gejala Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial) Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus EpsteinBarr). Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster. Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil. Kemerahan/pruritus umum Tanda Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi. Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal) Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan. Pembesaran tosil Pruritus umum. Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo) SEKSUALITAS Gejala Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi) Penurunan libido. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN Gejala Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari pada populasi umum) Pekerjaan terpajang pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
Pertimbangan Rencana pemulangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat 3,9 hari, dengan intervensi bedah 10,1 hari. Dapat memerlukan bantuan terapi medik/suplai, aktivitas perawatan diri dan ataupekerjaan rumah/transportasi, belanja. Rencana Keperawatan PRIORITAS KEPERAWATAN 1. Memberikan dukungan fisik dan psikologi selama tes diagnostik dan program pengobatan. 2. Mencegah komplikasi 3. Menghilangkan nyeri 4. Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan TUJUAN PEMULANGAN 1. Komplikasi dicegah/menurun 2. Menerima situasi dengan nyata. 3. Nyeri hilang/terkontrol 4. Proses penyakit/prognosis, kemungkinan komplikasi dan program pengobatan di pahami. Diagnosa Keperawatan Pola Pernapasan/Bersihkan Jalan Napas, Tak Efektif Resiko Tinggi Terhadap Faktor resiko meliputi Obstruksi trakeobronkial, pembesaran nodus mediastinal dan atau edema jalan jalan napas (hodgkin dan non-hodgkin), sindromvena kava superior (non-hodgkin) Kemungkinan dibuktikan oleh (tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual) Hasil Yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi Pasien Akan Mempertahankan Pola Pernapasan Normal/Efektif Bebas Dispnea, Sianosis Atau Tanda Lain Distres Pernapasan INTERVENSI RASIONAL Mandiri Kaji/awasi prekuensi pernapasan, kedalaman, irama. Perhatikan laporan dispnea dan/atau penggunaan otot bantu pernapasan cuping hidung, gangguan pengembangan dada Perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesori) dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/ pengaruh pernapasan yang membutuhkan upaya intervensi Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman, biasanya dengan kepala tempt tidur yang tinggi atau duduk tegak kedepan (beban berat pada tangan) kaki digantung Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi Beri posisi dan bantu ubah posisi secara periodik Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan memobilisasikaan sekresi Anjurkan/bantu dengan tehnik napas dalam dan/atau pernapasan bibiratau pernapasan diagfragmatik abdomen bila diindikasikan Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil, memberikan pasien beberapa kontrol terhadap pernapasan, membantu menurunkan ansietas Awasi/evaluasi warna kulit, perhatikan pucat, terjadinya sianosis (khususnya pada dasar kulit,
daun telinga,dan bibir) Proliferasi SDP dapat menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah, menimbulkan hipoksemia. Kaji respon pernapasan terhadap aktivitas. Perhatikan keluhan dispnea/lapar udara meningkatkan kelelahan. Jadwalkaan periode istirahat antara aktivitas Penurunan oksigen seluler menurunkan toleransi aktivitas. Istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan mencegah kelelahandan dispnea Identifikasi/dorong tehnik penghematan energi mis : periode istirahat sebelum dan setelah makan, gunakan mandi dengan kursi, duduk sebelum perawatan Membantu menurunkan kelelahan dan dispnea dan menyimpan energi untuk regenerasi selulerdan fungsi pernapasan Tingkatkan tirah baring dan berikan perawatan sesuai indikasi selama eksaserbasi akut/panjang Memburuknya keterlibatan pernapasan/ hipoksia dapat mengindikasikan penghentian aktivitas untuk mencegah pengaruh pernapasan lebih serius Dorong ekspresi perasaan, terima kenyataan situasi dan perasaan normal. Ansietas meningkatkan kebutuhan oksigen dan hipoksemia mempotensialkan distres pernapasan/gejala jantung yang meningkatkan ansietas Berikan lingkungan tenang Meningkatkan relaksasi, penyimpanan energi dan menurunkan kebutuhan oksigen Observasi distensi vena leher, sakit kepala, pusing, edema periorbital/fasial, dispnea,dan stridor Pasien non-Hodgkin pada resiko sindrom vena kava superior dan obstruksi jalan napas, menunjukkan kedaruratan onkologis. Kolaborasi Berikan tambahan oksigen Memaksimalkan ketersediaan untuk untuk kebutuhan sirkulasi, membantu menurunkan hipoksemia Awasi pemeriksaan laboratorium, mis : GDA, oksimetri Mengukur keadekuatan fungsi pernapasan dan keefektifan terapi Bantu pengobatan pernaapasan/tambahan, mis : IPPB, spirometri insentif. Meningkatkan aerasi maksimal pada semua segmen paru mencegah aetelektasis Berikan analgesik dan tranquilizer sesuai indikasi Menurunkan respon fisiologis terhadap nyeri/ansietas menurunkan kebutuhan oksigen dan membatasi pengaruh terhadap pernapasan. Bantu intubasi dan ventilasi mekanik Dapat diperlukan untuk dukungan fungsi pernapasan sampai edema jalan napaas teratasi. Siapkan untuk terapi radiasi darurat bila diindikasikan Pengobatan pilihan untuk sindrom vena kava superior BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Berdasarkan dari pemaparan yang penulis tulis didepan dalam laporan ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Colelithiasis adalah adanya batu yang terdapat pada kandung empedu. 2. Dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien khususnya pada kasus pasien Colelithiasis ini, anestetis selaku pemberi pelayanan yang baik, harus dapat melaksanakan asuhan keperawatan perioperatif secara komprehensif dengan menggunakan proses perawatan yang meliputi:(1) pengkajian, (2) perumusan diagnose, (3) perencanaan dan pelaksanaan tindakan, (4) evaluasi serta dokumentasi keperawatan. B. Saran
1. Bagi perawat anestesi Dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai petugas anestesi diharapkan selalu menerapkan Asuhan Keperawatan Perioperatif (Pre, Intra dan Post Operatif) secara Komprehensif agar pasien mendapatkan pelayanaan yang maksimal. 2. Bagi rumah sakit . Sebagai bahan masukan dalam penerapan asuhan Keperawatan Perioperatif pada pasien dengan Colelithiasis yang dilakukan operasi. DAFTAR PUSTAKA Baughman, diane C, joan CHackley,” Keperawatan Medikal Bedah,” Brunner and suddarth, Edisi 8, Jakarta ; EGC, 2001. Carpenito, Lynda Juall, “Buku Saku Diagnosa Keperawatan”, Edisi 8, Jakarta, EGC, 2000. Doengoes, Marillyn E,” Rencana Asuhan Keperwatan”, jakarta: EGC,1999. Juwono. T, ”Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek”, Jakarta, EGC, 1996. Michael B. Dobson, ”Penuntun Praktis Anestesi”, Alih bahasa : Adji Dharma, Jakarta, EGC, 1994.
View more...
Comments