Asuhan Kebidanan Bayi Baru LahirLabioskizis Dan Palatoskizis
September 12, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Asuhan Kebidanan Bayi Baru LahirLabioskizis Dan Palatoskizis...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakang Belakang
Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang masih menjadi masalah di tengah masyarakat. Antara Februari-Mei 1992, IKABI cabang Padang mengadakan pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50 Kota dan Solok berbentuk operasi bibir sumbing secara gratis. Dilakukan penelitian pada 126 penderita pende rita yag dilakukan operasi. Hardjowasito dengan kawan-kawan di Propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai November 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langitlangit pada bayi, anak maupun dewasa diantara 3 juta penduduk. Pa Pada da da dasa sarn rnya ya ke kela lain inan an bawaa bawaan n dapat dapat te terj rjad adii pa pada da mulu mulut, t, yang yang bi bias asaa di dise sebu butt labiopalatokisz. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu kehamilan TM I. Jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan mengalami banyak gangguan karena masih dapat diberi minum dengan dot biasa. Bayi dapat mengisap dot dengan baik asal dot diletakkan di bagian bibir yang tidak sumbing. Keelai Kee lainan nan biibir biibir ini dapat dapat segera segera diperb diperbaik aikii dengan dengan pembeda pembedahan. han. Bila Bila sumbin sumbing g mencak men cakup up palatu palatum m mole mole atau atau palatu palatum m durum, durum, bayi bayi akan akan mengal mengalami ami kesukar kesukaran an minum minum,, walaupun bayi dapat menghisap namun bahaya terdesak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan p ertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi. Keadaan umum yang kurang baik juga akan menunda tindakan untuk memperbaiki kelainan tersebut.
1.2 Tujuan Tujuan 1.2. 1.2.1 1 Umum Umum
Memaham Mem ahamii asuhan asuhan yang diberi diberikan kan pada neonat neonatus us dengan dengan kelain kelainan an bawaan bawaan dan penatalaksanaannya. 1.2.2
Khusus
Mengetahui salah satu kelainan bawaan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir yaitu Labioskizis dan labiopalatosskizis.
1.3 Teknik pengumpulan pengumpulan Data 1.3.1 1.3 .1 Obser Observa vasi si
Pengum Pen gumpul pulan an data data dengan dengan cara cara pengama pengamatan tan langsu langsung ng ter terhada hadap p peruba perubahan han dan perkembangan yang terjadi pada klien. 1.3.2 1.3. 2 Dokume Dokumentas ntasii
Pengambilan data diambil dari rekan medis klien.
1
1.3.3 1.3. 3 Studi Studi Pustaka Pustaka
Cara pengumpulan data menggunakan literatur tentang labio palatokisiz. 1.3.4 1.3. 4 Pemeri Pemeriksaa ksaan n Fisik Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi untuk mendapatkan data obyektif.
1.3.5 1.3. 5 Pemeri Pemeriksaa ksaan n Penunja Penunjang ng Pe Peme meri riks ksaa aan n ya yang ng dila dilaku kuka kan n untuk untuk memb memban antu tu mene menegak gakka kan n di diagn agnos osaa se seper perti ti
pemeriksaan lab/USG/RO.
2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah a dalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi. (sumber : Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita, 2010) Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. (sumber : ) 2.2 Klasifikasi
Jenis Jen is belaha belahan n pada pada labios labioskiz kizis is atau atau labiop labiopalat alatosk oskizi iziss dapat dapat sangat sangat bervar bervarias iasi, i, bisa bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut. 1. palatu palatum m primer primer meli meliput putii bibir, bibir, dasar dasar hidung, hidung, alveol alveolus, us, dan palatum palatum durum di belaha belahan n foramen insisivum. 2. pa pala latu tum m seku sekunde nderr meli melipu puti ti palat palatum um durum durum dan pa pala latu tum m moll mollee po post ster erio iorr te terh rhad adap ap foramen. 3. suatu suatu belahan belahan dapat mengena mengenaii salah salah satu atau keduanya keduanya,, palatu palatum m primer primer dan palatum palatum sekunder dan juga bisa berupa b erupa unilateral atau bilateral. 4. terkad terkadang ang terliha terlihatt suatu suatu belahan belahan submuk submukosa osa.. Dalam Dalam kasus ini mukosany mukosanyaa utuh utuh dengan dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum. 2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis adalah sebagai sebag ai berikut. •
Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
•
Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya sitostatika dan
radiasi. •
Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vitamin B6, asam folat, dan
vitamin C. •
3
Faktor keturunan.
•
Syndrom Synd romee atau atau malfor malformas masii yang yang disert disertai ai adanya adanya sumbin sumbing g bibir, bibir, sumbin sumbing g palatu palatum m atau atau
keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts. •
Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit 13,
18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin. •
Penyeba Peny ebab b non syndro syndromi mik k cleft cleftss dapat dapat bersif bersifat at multif multifakt aktori orial al sepert sepertii masala masalah h geneti genetik k dan
pengaruh lingkungan.
2.4 Faktor Resiko
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi belahan tersebut.
2.5 Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
2.6 Risiko Kejadian Sumbing Pada Keluarga Risiko sumbing pada anak berikutnya - bila ditemukan satu anak
Risiko labioskizis dengan
Risiko palatoskizis
atau tanpa palatoskizis (%)
(%)
2-3
2
4-9
3-7
14
13
12
13
menderita sumbing - Suami istri dan dalam keturunan tidak ada yang sumbing. - dalam keturunan ada yang sumbing - Bila ditemukan dua anak menderita sumbing - salah satu orangtuanya
4
menderita sumbing - Kedua orangtuanya
30
menderita sumbing.
20
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada kelainan ini adalah : •
Otitis media
•
Faringitis
•
Kekurangan gizi.
•
10% penderita palatoskizis akan Menderita masalah bicara, misalnya suara sengau.
2.8 Penatalaksanaan
Pada bayi bayi yang langit2n langit2nya ya sumbin sumbing g barri barrier er ini tidak ada sehing sehingga ga pada saat menelan bayi bisa tersedak.Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjad men jadii kurang kurang.. Untuk Untuk membant membantu u keadaan keadaan ini biasanya biasanya pada pada saat saat bayi bayi baru baru lahir lahir di pasang: 1.Pemasangan selang Nasogastric tube, adalah selang yang dimasukkan melalui hidung berfungsi untuk memasukkan susu langsung ke dalam lambung untuk memenuhi Intakemakanan. 2.Pemasangan Obturator yang terbuat dr bahan akrilik yg elastis, semacam gigi tiruan tapi lebih lunak, jd pembuatannya khusus dan memerlukan pencetakan di mulut bayi. Beberapa ahlii berang ahl beranggar garapa apan n obtura obturator tor mengha menghambat mbat pertum pertumbuha buhan n wajah wajah pasien pasien,, tp bebe beberap rapaa menganggap justru mengarahkan. Pada center2 cleft spt Harapan Kita di Jakarta dan Cleft Centre di Bandung, dilakukan pembuatan obturator, karena pasien rajin kontrol sehingga memungkinkan dilakukan penggerindaan oburator tiap satu atau dua minggu sekali kontrol da dan n tiap tiap be beber berap apaa bulan bulan dila dilakuk kukan an pe penc ncet etak akan an ul ulan ang, g, di dibu buat atka kan n yg baru baru se sesu suai ai dg pertumbuhan
pasien.
3.Pemberian dot khusus dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik2 besar. Dot ini bentuknya lebih panjang dan lubangnya lebih lebar daripada dot biasa; tujuannya dot yang panjang menutupi lubang di langit2 mulut; susu bisa langsung masuk ke kerongkongan; karena daya
hisap
operasi,
bayi
yang
dengan
rendah,
maka
beberapa
lubang tahap,
dibuat
sedikit
sebagai
lebih
besar.
berikut
:
1.Penjelasan\kepadaorangtuanya 2.Umur 2.U mur 3 bulan bulan (rule (rule over over ten) ten) : Operas Operasii bibir bibir dan alanas alanasi( i(hid hidung) ung),, evaluas evaluasii tel teling inga. a. 3. Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga. 4.Umur 4.U mur 1-4 tahun tahun : Evalua Evaluasi si bicara bicara,, speech speech therap theraphis histt setela setelah h 3 bulan bulan pasca pasca operasi operasi
5
5. 5.Um Umur ur
4
6.Umur
6
tahun ahun tahun
:
Dipe Diperrtim timbang bangka kan n :
Evaluasi
gigi
re repa pallator atorap aphy hy dan
rahang,
at atau au/d /dan an evaluasi
Phar Pharyn yngo gopl plas astty pendengaran.
7. Umur Umur 9-10 9-10 ta tahu hun n : Alve Alveol olar ar bo bone ne graf graftt (p (pen enam amba baha han n tu tula lang ng pa pada da ce cela lah h gu gusi si)) 8.
Umur
12-13
tahu hun n
:
Final
touc uch h,
perbaika kan n-p -peerba baiikan
bi billa
dipe perrluk ukaan.
9. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advancementosteotomy LeFORTI
2.9 Syarat Labioplasti (Rule of Ten) •
umur 3 bulan atau > 10 minggu. • Berat badan kira-kira 4,5 kg/10 pon •
Hemoglobin > 10 gram/dl
•
Hitung jenis leukosit < 10.000
2.10 Syarat Palatoplasti
Palatoskizis ini biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara, yang penting dalam operasi ini adalah harus memperbaiki lebih dulu bagian belakangnya agar anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan k esempurnaan suara, operasi dapat saja dilakukan berulang-ulang. Operasi dilakukan jika berat badan normal, penyakit lain tidak ada, serta memiliki kemampuan makan dan minum yang baik. Untuk mengetahui berhasil tidaknya operasi harus ditunggu sampai anak tersebut belajar bicara antara 1-2 th. 1. jika sengau harus dilakukan tetapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara) 2. jika terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus dilakukan faringoplasti saat anak berusia 8 tahun.
Faringoplasti ialah suatu pembebasan mukosa dan otot-otot yang kemudian didekatkan satu sama lain. Pada faringoplasti faringoplasti hubungan antara faring faring dan hidung dipersempit dipersempit dengan membuat membuat klep/memasang klep dari dinding belakang faring ke palatum molle. Tujuan pembedahan ini adalah untuk menyatukan celah segmen-segmen agar pembicaraan dapat dimengerti. Perawatan yang dilakukan pasca dilakukannya faringoplasti adalah sebagai berikut. •
•
•
menjaga agar garis-garis jahitan tetap bersih bayi diberi makan atau minum dengan alat penetes dengan menahan kedua tangannya. Makanan yang diberikan adalah makanan cair atau setengah cair atau bubur saring selama 3
minggu dengan menggunakan alat penetes atau sendok. •
6
Kedua tangan penderita maupun alat permainan harus dijauhkan.
BAB V PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Labioskizis Labios kizis dan labiopalat labiopalatoskizi oskiziss merupakan merupakan kelainan kelainan congenital congenital atau bawaan yang
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum septu m nasi. Gangguan palatum palatum durum dan palatum molle terjadi terjadi pada kehamilan kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12. Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan pen anganan selanjutnya. Penutupan labioskizis biasanya dilakukan pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya ditutup pada usia 9-12 9 -12 bulan menjelang anak belajar bicara.
3.2 Saran
Untuk Unt uk Labios Labioskiz kizis is dan Labiop Labiopala alatos toskiz kizis is sangat sangat penting penting diperl diperluka ukan n pendeka pendekatan tan kepada orang tua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk perawatan anaknya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti, M.Kes, Khoirunnisa Endang, SST.Keb, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
8
View more...
Comments