Askepmcmpuran Trauma Kandung Kemih
April 18, 2018 | Author: Mega Yuliansyah | Category: N/A
Short Description
Download Askepmcmpuran Trauma Kandung Kemih...
Description
BAB II ISI
2.1 2. 1 De Defi fini nisi si
Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan memerlukan penatalaksana penatalaksanaan an segera, bila tidak ditanggulangi ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti pedarahaan hebat, peritonitis dan sepsis secara anatom anatomic ic buli-bu buli-buli li terleta terletak k didalam didalam rongga rongga pelvis pelvis terlind terlindung ung oleh oleh tulang tulang pelvis pelvis sehingga jarang mengalami cedera. Cede Cedera ra kend kendun ung g kemi kemih h dise diseba babk bkan an oleh oleh trau trauma ma tump tumpul ul atau atau pene penetr tras asi. i. Kemu Kemung ngki kina nan n cede cedera ra kand kandun ung g kemi kemih h berv bervar aria iasi si menu menuru rutt isi kand kandun ung g kemi kemih h , sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada saat kosong. (Arif muttaqin : 211) 2.2 2. 2 Et Etio iolo logi gi
Ruptur Ruptur kandun kandung g kemih kemih terutam terutamaa terjadi terjadi akibat akibat trauma trauma trauma trauma tumpul tumpul pada pada panggul, tetapi bisa juga karena trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh senjata tajam, dan cedera dari luar, cedera iatrogenik dan patah tulang panggul. Pecahan-pecahan tulang panggul yang berasal dari fraktur dapat menusuk kandung kemih kemih tetapi tetapi ruptur rupturee kandun kandung g kemih kemih yang yang khas khas ialah ialah akibat akibat taruma taruma tumpul tumpul pada pada panggul atas kandung terisi penuh. Tenaga mendadak atas masa urinaria yang terbendung di dalam kandung kemih yang mnyebabkan rupture. Penyebab iatrogenic termasuk pasca intervensi bedah dari ginekologi, urologi, dan operasi ortopedi di deka dekatt kand kandun ung g kemi kemih. h. Peny Penyeba ebab b lain lain meli meliba batk tkan an trau trauma ma obst obstetr etric ic pada pada saat saat melahirkan. Kandung kemih yang penuh dengan urine dapat mengalami rupture oleh tekanan yang kuat pada perut bagian bawah. Cidera ini umumnya terjadi karena pemakaian sabuk pengaman pada klitis. 2.3 Manifesta Manifestasi si klinis klinis
Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika Jika klie klien n memp mempun unya yaii riwa riwaya yatt trau trauma ma pada pada abdo abdome men, n, itu itu meru merupa paka kan n fakt faktor or
predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih. Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat blader kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai disrupsi tersebut teratasi. 2.4 Patofisiologi
Trauma vesika urinaria terbanyak karena kecelakaan lalu lintas / kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli. Trauma vesika urinaria tumpul dapat menyebabkan rupture buli-buli terutama bila kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patelegik seperti tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga menyebabkan rupture. Trauma vesika urinaria tajam akibat luka tusuk atau luka tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat melalui daerah suprapubik ataupun transperineal dan penyebab lain adalah instrumentasi urologic. Fractur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau rupture kandung kemih, pada ontusio buli-buli hanya terjadi memar pada dinding buli-bui dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin. Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Rupture kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Peda kejadian ini terjadi ekstravasasi urin dari rongga perivesikal. Cedera kandung kemih tidak lengkap atau sebagian akan menyebabkan robekan mukosa kandung kemih. Segmen dari dinding kandung kemih mengalami memar, mengakibatkan cedera lokal dan hematoma. Memar atau kontusi memberikan manifestasi klinis hematuria setelah trauma tumpul atau setelah melakukan aktivitas fisik yang ekstrem (contohnya: lari jarak jauh). Ruptur ekstraperitoneal kandung kemih. Ruptur ekstraperitoneal biasanya berhubungan dengan fraktur pinggul (89%-100%). Sebelumnya mekanisme cedera diyakini dari perforasi langsung oleh fragmen tulang pinggul. Tingkat cedera kandung kemih secara langsung berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur. Beberapa kasus mungkin terjadi dengan mekanisme yang mirip dengan pecahnya kandung kemih intraperitoneal, yang merupakan kombinasi dari trauma dan overdistension kandung kemih. Temuan cystographic classic adalah ekstravasasi kontras sekitar dasar kandung kemih. Dengan cedera yang lebih kompleks, bahan
kontras meluas ke paha, ke penis, perineum, atau kedalam dinding anterior abdomen. Ekstravasasi akan mencapai skrotun ketika vasia superior diagfragma urogenital atau diagfragma urogenital sendiri menjadi terganggu. Ruptur kandung kemih intraperitoneal. Ruptur kandung kemih intraperitoneal digambarkan sebagai masuknya urine secara horizontal kedalam kompartemen kandung kemih. Mekanisme cedera adalah peningkatan tekanan intrvesikal secara tiba-tiba ke kandung kemih yang penuh. Kekuatan dari trauma tidak mampu ditahan oleh keammpuan dinding kandung kemih sehingga terjadi perforasi dan urine masuk kedalam peritoneal Kombinasi ruptur intraperitoneal dan ekstraperitoneal. Mekanisme cedera penetrasi memungkinkan cedera menembus kandung kemih seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdomial bawah. Hal tersebut akan menyebutkan intraperitoneal ekstraperitoneal, cedera atau gabungan kandung kemih.
Ruptur kandung kemih Intraperitoneal ekstraperitoneal
Spasme otot destrusor Peregangan saraf infravesika
Respons Pendarahan arteri panggul
Respons masuknya Urine ke dalam peritoneum
Hematuria Penurunan urine Output Anuria
Nyeri
Aktual/resiko syok hipovolemik
Sespis peritonitis
Gangguan Pemenuhan Eliminasi urine
Asuhan keperawatan perioperatif
Tindakan pembedahan Respons psikologis: koping maladaptif kecemasan Kecemasan
Gambar 9.6
Patofisiologi cedera kandung kemih ke masalah keperawatan
2.5 Tanda dan Gejala
a. Fraktur tulang pelvis disertai pendarahan hebat b. Abdomen bagian tempat jejas / hemato c. Tidak bisa buang air kecil, kadang keluar darah dari uretra d. Nyeri suprapubik e. Ketegangan otot dinding perut bawah f. Trauma tulang panggul
2.6 Klasifikasi
a. Rupture ekstraperitoneal kandung kemih. Rupture ekstraperitoneal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul ( 89% - 100% ). Sebelumnya, mekanisme cidera diyakini dari perforasi langsung oleh fragmen tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemihsecara langsung berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur. b. Rupture
kandung
kemih
intraperitoneal.
Rupture
kandung
kemih
intraperitoneal digambarka sebagai masuknyaurine secara horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanismecidera adalah peningkatan tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tibakekandung kemih yang penuh. Kekuatan daya trauma tidak mampu ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih sehingga terjadiperforasi dan urine masuk kedalam peritoneum. c. Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal. Meknaisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandungkemih seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdominal bawah. Hal itu akan menyebabkan intraperitoneal,ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung kemih ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih sehingga terja di perforasi dan urine masuk kedalam peritoneum. 2.7 Komplikasi
a. Urosepsis.Keracunan septic dari penahanan dan absorbs substansi urin. b. Klien lemah akibat anemia.
2.8 Pemeriksaan Laboratorium / Diagnostik
a. Hematokrit menurun. b. Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapatpindah atau tertekan. 2.9 Penatalaksanaan
a. Atasi syok dan perdarahan. b. Istirahat baring sampai hematuri hilang c. bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruptur vesika urinaria intraperitoneal dilakukan sectio alta yang dilamjutkan dengan laparatomi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH TRAUMA VESIKA URINARIA
1.
Pengkajian
Pada dasarnya pengkajian yang dilakukan menganut konsep perawatan secara holistic. Pengkajian dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pada kasus ini akan dibahas khusus pada sistim tubuh yang terpengaruh yaitu:
a. Data Subyektif •
Rasa nyeri pada kandung kemih (nyeri abdomen bawah atau nyeri di daerah
suprapubik) dapat disebabkan oleh distensi yang berlebihan atau infeksi kandung kemih. Perasaan ingin kencing, tenesmus nyeri ketika mengejan) dan disuria terminal (nyeri pada akhir urinary) sering dijumpai. •
Ginjal (Renal): Kemungkinan Data yang diperoleh : Oliguria (produksi urine
kurang dari 400 cc/ 24jam), Anuria (100 cc / 24 Jam, Infeksi (WBCs , Bacterimia), Sediment urine mengandung : RBC. •
Pasien mengatakan kadang tidak bisa buang air kecil dan keluar darah dari
uretra. •
Pasien selalu menanyakan tindakan yang akan dilakukan.
b. Riwayat sakitnya dahulu. •
Sejak kapan muncul keluhan
•
Berapa lama terjadinya hipertensi
•
Riwayat kebiasaan, alkohol,kopi, obat-obatan, jamu
•
Waktu kapan terjadinya nyeri kuduk dan pinggang
c. Penanganan selama ada gejala •
Kalau dirasa lemah atau sakit apa yang dilakukan
•
Kalau kencing berkurang apa yang dilakukan
•
Penggunaan koping mekanisme bila sakit .
d. Pola :
Makan, tidur, eliminasi, aktifitas, dan kerja.
Pengkajian terhadap integritas saluran kemih merupakan bagian evaluasi yang dilakukan pada individu yang mengalami trauma di tubuh bagian bawah, trauma yang terkait terutama saluran kemih, antara lain fraktur pelvis,trauma akibat benda tumpul dan tusukan benda tajam atau peluru. Fraktur dapat mengakibtkan perforasi kandung kemih atau robeknya uretra. Pukulan keras pada tubuh bagian bawah dapat mengakibatkan kontusio, robekan atau ruptur ginjal. e. Data Obyektif
Pada saat urin dipantau kadang terdapat darah dan hematuria/perdarahan segar
•
bisa terjadi •
Gelisah, cemas
•
Espresi wajah ketakutan
•
Takikardi
•
Tekanan darah meningkat .
f. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Kandung Kemih Teknik Temuan :
Inspeksi: Perhatikan abdomen bagian bawah, kandung kemih adalah organ
•
berongga yang mampu membesar u/ mengumpulkan dan mengeluarkan urin yang dibuat ginjal Perkusi:
•
•
•
−
Pasien dalam posisi terlentang
−
Perkusi dilakukan dari arah depan
−
Lakukan pengetukan pada daerah kandung kemih, daerah s uprapubis Palpasi Lakukan palpasi kandung kemih pada daerah suprapubis
Normalnya kandung kemih terletak di bawah simfibis pubis tetapi setelah
membesar meregang ini dapat terlihat distensi pada area suprapubis •
Bila kandung kemih penuh akan terdengar dullness atau redup
•
Pada kondisi yang berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap pada kandung
kemih. Kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstruksi urin normal maka urin tidak dapat dikeluarkan dari kandung kemih maka akan terkumpul. Hal ini mengakibatkan distensi kandung kemih yang biasa di palpasi di daerah suprapubis.
Pemeriksaan fisik •
Peningkatan vena jugularis
•
Adanya edema pada papelbra dan ekstremitas
•
Anemia dan kelainan jantung
•
Hiperpigmentasi pada kulit
•
Pernapasan
•
Mulut dan bibir kering
•
Adanya kejang-kejang
•
Gangguan kesadaran
•
Pembesaran ginjal
•
Adanya neuropati perifer
Test Diagnostik
Pemeriksaan fungsi ginjal, kreatinin dan ureum darah
•
Menyiapkan pasien yang akan dilakukan Clearens Creatinin Test (CCT) adalah: −
Timbang Berat badan dan mengukur tinggi badan
−
Menanmpung urine 24 jam
−
Mengambil darah vena sebanyak 3 cc (untuk mengetahui kreatinin
darah) −
Mengambil urine 50 cc.
−
Lakukan pemeriksaan CCT dengan rumus :
Vol. Urine {cc/menit x Konsentrasi kreatinin urine (mg %)} Kreatinin Plasma (mg %) −
Persiapan Intra Venous Pyelography
−
Puasakan pasien selama 8 jam
−
Bila perlu lakukan lavemen/klisma.
g. Pemeriksaan pembantu Tes buli-buli : •
Buli-buli dikosongkan dengan kateter, lalu dimasukkan 500 ml larutan garam
faal yang sedikit melebihi kapasitas buli-buli. •
Kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, bila selisihnya cukup besar
mungkin terdapat rupture buli-buli.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan terdir dari : a) Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) s/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah
bladder, ditandai dengan : -Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bawah yang terkena. -Adanya nyeri tekan pada daerah bladder yang terkena. -Ekspresi wajah meringis / tegang. 2) Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder ditandai dengan hematuria. 3) Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik sekunder terhadap trauma, ditandai dengan : -Klien tampak lemah. -Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga. 4) Potensial syok hipovolemia s/d pemutusan pembuluh darah. INTERVENSI KEPERATAN Diagnosa pertma Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b.d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah bladder Intervensi : 1)Kaji skala nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dankarakteristiknya.Rasional : Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umumtetapi dapat menunjukkan adanya komplikasi 2).Atur posisi sesuai indikasi, misalnya semi fowler. Rasional : Mmemudahkan drainase cairan / luka karena gravitasidan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan. 3)Berikan tindakan kenyamanan, misalnya nafas dalam, tekhnikrelaksasi / visualisasi. Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dengan memfokuskan perhatian pasien.
4)Kolaborasi untuk pemberian analgesik. Rasional : Menurunkan laju metabolisme yang membantu menghilangkan nyeri dan penyembuhan. Diagnosa ke 2 Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder ditandai dengan hematuria. Intervensi : 1.Kaji pola berkemih seperti frekwensi dan jumlahnya. Rasional : Mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi ginjal dan keseimbangan cair an. 2.Observasi adanya darah dalam urine. Rasional : Tanda-tanda infeksi saluran perkemihan / ginjal dapat menyebabkan sepsis. 3.Istirahat baring sekurang-kurangnya seminggu sampai hematuri hilang. Rasional : Menurunkan metabolisme tubuh agar energi yang tersedia difokuskan untuk proses penyembuhan pada ginjal. 4.Lakukan tindakan pembedahan bila perdarahan terus berlangsung. Rasional : Tindakan yang cepat / tepat dapat meminimalkan kecacatan Diagnosa ke 3. Gangguan pemenuhan aktifitas b.d kelemahan fisik sekunder terhadap trauma, ditandai dengan : -Klien tampak lemah. -Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga. Intervensi : 1.Kaji kemampuan fungsional dengan skala 0 – 4. Rasional : Untuk menentukan tingkat aktifitas dan bantuan yangdiberikan 2.Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali. Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah seluruh tubuh dan mencegah penekanan pada daerah tubuh yang menonjol 3.Lakukan rentang gerak aktif dan pasif. Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan mempertahankan fungsi sendi dan mencegah penurunan tonus 4.Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL.Rasional : Bantuan yang memberikan sangat bermanfaat untuk menghemat energi yang dapat digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka
Diagnosa ke 4. Potensial syok hipovolemia b.d pemutusan pembuluh darah. Intervensi : 1.Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan tingkat kesadaranpasien. Rasional : Terjadinya perubahan tanda vital merupakan manifestasi awal sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan curah jantung. 2.Berikan cairan IV sesuai kebutuhan. Rasional : Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat memperbaiki curah jantung. 3.Berikan O2 sesuai kebutuhan. Rasional : Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung 4.Kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan. Rasional : Untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan yang sedang berlangsung 5.Bila perdarahan tetap berlangsung dan KU memburuk pikirkan tindakan bedah. Rasional : Tindakan yang segera dapat menghindarkan keadaan yang lebih memburuk. IMPLEMENTASI
Evaluasi Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan adalah sebagai berikut : 1. Tidak mengalami syok hipovolemik. 2. Penurunan skala nyeri. 3. Pola miksi opotimal. 4. Kecemasan berkurang.
View more...
Comments