Askep Teori Keluarga Dhf Dan Kasus

March 11, 2019 | Author: Yana Taryana | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

askep keluarga...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN ASUHAN KEPERAWAT KEPERAWATAN AN KELUARGA K ELUARGA PADA Sdr.E DI KELUARGA KELUARG A Tn.W DENGAN DE NGAN PENYAKIT DENGU PENYAKIT DENGUE E HAEMORAGIC HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN TASIKMALAYA  Diajukan Untuk Memenuhi Memenuhi Persyarata Persyaratan n Tugas Tugas Kelompok Kelompok Pada Mata Mata Kuliah Kuliah Keperawatan Keperawatan  Komunitas  Komunitas I 

Kelompok 2 :

Aap Palahwi Ervan Pardiansyah Maya Nurlela Ratih Nuriza Gusman

STIKes MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA Jl. Tamansari Gobras PO BOX 114 Tlp. (026523 50982)

2013 KONSEP DASAR D ASAR ASUHAN ASU HAN KEPERAWAT KEPERAWATAN AN KELUARGA KELUARG A PADA PADA YANG YANG MENGALAMI MENGAL AMI PENYAKIT DENGU PENYAKIT DENGUE E HAEMORAGIC HAEMORAGIC FEVER (DHF) A. Definisi

Beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut beberapa ahli : DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leucopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan. (Noer Sjaefullah, 2000 : 20) Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam mani manife fest stas asii

perd perdar arah ahan an

dan dan

bert berten ende dens nsii

meng mengak akib ibat atka kan n

renj renjat atan an

yang yang

dapa dapatt

menyebabkan kematian. (Arief Mansjoer, 2000 : 428) Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi tinggi,, manife manifesta stasi si perdar perdaraha ahan, n, hepatom hepatomega egali, li, dan tanda–t tanda–tand andaa kegagal kegagalan an sirku sirkulas lasii sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran  plasma yang dapat menyebabkan kematian. (Soegeng Soegijanto, 200 2 : 45) Dari beberapa pengertian pengertian DHF ( Dengue  Dengue Haemoragic Fever) diatas penulis dapat menyimpulkan dengue haemoragic fever adalah satu penyakit infeksi yang disebabkan

merupakan vektor yang kurang berperan berperan infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak  ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000: 420)  Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah  pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes  berkembang biak pada genangan Air bersih b ersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang  pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 2001 : 37) 3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2001 : 38) C. Patofisiologi

 puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat  berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke7. Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada hemos hemosta tasi siss yang yang menca mencaku kup p peru peruba baha han n

vask vaskul uler er,, trom trombo bosi sito tope peni niaa (trom (trombos bosit it <

100.0 100.000/ 00/mm mm3) 3),, menu menuru runn nnya ya fung fungsi si trom trombo bosi sitt dan menu menuru runny nnyaa fakt faktor or koag koagula ulasi si (pro (protr trom ombi bin, n, fakt faktor or V, IX, IX, X dan dan fibr fibrin inog ogen en). ). Pemb Pembek ekua uan n yang yang melu meluas as pada pada intrava intravasku skuler ler (DIC) (DIC) juga juga bias terjad terjadii saat saat renjat renjatan. an. Perdar Perdaraha ahan n yang yang terjad terjadii sepert sepertii  petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal. gastrointestinal. (Salmiyatun, 2004 : 18 dan Soegeng Soegijanto, 2002 : 48)

D. Manifestasi Klinik  1. Masa Inkubasi

Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit , terdapat masa laten yang berlangsung 4 – 5 hari diikuti oleh demam , sakit kepala dan malaise. 2. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya demam , gejala- gejala klinik yang tidak spesifik misalnya , anoreksia , nyeri punggung , nyeri

Permul Permulaan aan syok syok biasan biasanya ya terjad terjadii pada hari hari ketiga ketiga sejak sejak sakitn sakitnya ya penderi penderita, ta, dimulai dimulai dengan tanda–tanda tanda–tanda kegagalan sirkulasi sirkulasi yaitu kulit lembab , dingin dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat , kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg. 6. Gejala klinik lain

 Nyeri epigastrum , muntah-muntah , diare maupun obstipasi dan kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok. ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 ) E. Penatalaksanaan

Pemberantasa Pemberantasan n Dengue Haemoragic Haemoragic Fever (DHF) seperti seperti juga penyakit menular  menular  laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena Karena sampai sampai saat saat ini belum terdap terdapat at vaksin vaksin yang efekti efektiff terdap terdapat at virus virus itu itu maka maka  pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo, 2000 : 56) Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Soemarmo, 2000 : 57) Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh pengaruh alamiah alamiah dengan melaksanakan melaksanakan 1. Manfaatkan  pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS 2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat

rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia. 3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah dan

RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu  perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 2001 : 571) Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 2004 : 203) yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang–kejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan, Panas disertai renjatan. Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 2004 : 203 – 206 adalah. Belum atau tanpa renjatan: 1. Grade I dan II

Hiperpireks Hiperpireksia ia (suhu 400C atau lebih) diatasi diatasi dengan antipiretika antipiretika dan “surface “surface cooling”. cooling”. Antipi Antipiret retik ik yang dapat dapat diberi diberikan kan ialah ialah golonga golongan n asetam asetamino inofen fen,as ,aseto etosal sal tidak tidak boleh boleh diberikan Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari  Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari  Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari  Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari

TERAPI CAIRAN 1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan

BB< 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg  bersama-sama di berikan minuman oralit, air susu secukupnya 2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak – 

 banyaknya dan sesering mungkin.

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Ringer Laktat Laktat 10 mL/KgB mL/KgBB/1 B/1jam jam.. Jika Jika nadi dan tensi tensi stabil stabil lanjut lanjutkan kan infus infus terseb tersebut ut dengan dengan jumlah jumlah cairan cairan dihitu dihitung ng berdas berdasark arkan an kebutuh kebutuhan an cairan cairan dalam dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut :  100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg  75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan berat badan 26-30 Kg.  60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.  50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

1) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi

masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka  penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. 2) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam

keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, lemah, akral akral dingin dingin maka maka pender penderita ita terseb tersebut ut harus harus mempero memperoleh leh plasma plasma atau atau  plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

sirkulasi dan penurunan perfusi organ. Dengue Syock Syndrome juga disertai dengan kegagalan kegagalan homeostati homeostatiss mengakibatka mengakibatkan n aktifitas aktifitas dan integritas integritas sistem sistem kardiovaskul kardiovaskuler er,,  perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan iskemi  jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam waktu 12-24 jam. 3. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak  sel metrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibodi. 4. Efusi Pleura

Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan adanya cairan dalam rongga pleura  bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea. G. Pengkajian Fokus

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Utama DHF (Dengue Haemorragic Fever)

Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DHF menurut Friedman. 1. Identitas Data

a. Nama Kepala Keluarga :  b. Usia :

Asal suku, identifikasi budaya suku yang terkait dengan masalah kesehatan. i. Agama Agama yang dianut serta kepercayaan yang dapat berpengaruh pada persepsi keluarga dalam pengobatan atau perawatan pada penderita DHF.  j. Status sosial ekonomi keluarga Pendidikan yang rendah, didukung pendapatan yang rendah pula kan berpengaruh  pada keluarga dalam mengenal masalah DHF dalam pengambilan keputusan, dan keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan gizi pada  penderita DHF serta biaya pengobatannya. k. Latar Belakang Budaya 1) Kebiasaan fasilitas Kesehatan

Keluarga mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit, sumber   pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat merupakan tempat pertama yang dituju dalam rangka pengobatan. Contohnya Puskesmas. 2) Pengobatan Tradisional

Keluarga Keluarga biasanya biasanya hanya memberikan pengobatn tradisional tradisional,, misalnya misalnya untuk  mengurangi demam, keluarga menganjurkan penderita untuk istirahat dan jika masih demam hanya dibelikan obat di warung. l. Aktivitas di waktu senggang Kebiasa Kebiasaan an aktivit aktivitas as yang yang mempeng mempengaru aruhi hi penderi penderita ta DHF yaitu yaitu aktivi aktivitas tas yang yang

menderita DHF, sebab DHF merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. 3. Data Lingkungan a. Karakteristik Rumah

Karakte Karakteri risti stik k luas luas tipe, tipe, jumlah jumlah ruangan ruangan,, jumlah jumlah jendel jendela, a, pemanf pemanfaat aatan an ruangan, peletakan perabot, jarak sumber air dengan septic tank, sumber air yang digunakan, status kepemilikan dan denah rumah. Keadaan rumah yang kecil, sempit sempit,, kotor kotor,, ventil ventilasi asi yang yang kurang kurang,, perabot perabotan an rumah rumah berser berseraka akan, n, penataa penataan n ruangan atau kamar yang banyak baju bergantungan. Hal tersebut merupakan factor predisposisi timbulnya penyakit DHF. Di samping itu, tempat-tempat di luar rumah penderita DHF, misal : lingkungan dengan kondisi atau keadaan kotor,  pembuangan sampah terbuka, pembuangan air limbah tidak lancar. (Nelson, 2001) b. Karakteristik tetangga dan komunitas

Karakte Karakteri risti stik k fisik fisik tetangg tetanggaa dan masyar masyarakat akat yang berpeng berpengaru aruh h pada pada  penyakit DHF, DHF, misal : sanitasi jalan terlihat kumuh, rumah, pekerjaan, kelas sosial dan dan

kara karakt kter eris isti tik k

sosi sosial al

buda budaya ya

masy masyar arak akat at,,

sert sertaa

suli sulitn tnya ya

masy masyar arak akat at

menggunakan transportasi. c. Mobilitas geografis keluarga

Penderita Penderita DHF biasanya biasanya sering bertempat tinggal di daerah yang kumuh, kotor sehingga akan mempengaruhi pada penderita DHF. d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

mam mampu

menga engam mbil bil

kepu keputtusan usan

tepat epat

dala dalam m

meng mengat atas asiinya nya

maka aka

dapa dapatt

memperberat penyakit DHF. DHF. c. Struktur Peran

Peran Peran kepala kepala keluar keluarga ga adalah adalah memenu memenuhi hi kebutu kebutuhan han anggot anggotaa keluar keluargan ganya ya dan setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing dalam menaggulangi, mencegah serta merawat anggota keluarga yang sakit. d.  Nilai dan norma keluarga

Keluarga mempunyai persepsi bahwa suatu penyakit tidak dapat sembuh tanpa diobati seperti DHF tidak dapat sembuh tanpa pengobatan. 5. Fungsi Keluarga a. Fungsi Afektif 

Perhat Perhatian ian yang kurang kurang sehing sehingga ga penderi penderita ta DHF tidak tidak mendapa mendapatka tkan n perawa perawatan tan kesehatan yang dibutuhkan. b. Fungsi Sosialisasi

Tingk Tingkat at kependi kependidik dikan an dan pengeta pengetahua huan n masyara masyarakat kat rendah, rendah, sehing sehingga ga dalam dalam  proses sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang DHF dan penanganannya. c. Fungsi Kesehatan

Keluarga mampu melakukan lima tugas kesehatan keluarga k eluarga yaitu : 1) Mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DHF (pengertian, faktor penyebab,

Keluarga mempunyai fungsi dalam memenuhi kebutuhan ekonominya dan termasuk   pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 6. Stress dan Koping Keluarga a. Stressor jangka pendek 

Apabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada yang menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang menderita tersebut. b. Stressor jangka panjang

Kelua Keluarg rgaa mamp mampu u bert bertin inda dak k tena tenang ng dan sabar sabar dalam dalam pera perawa wata tan n DHF DHF dan dan  pengobatannya. c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor 

Keluar Keluarga ga begitu begitu peka peka terhada terhadap p situas situasii yang yang terjad terjadii dalam dalam anggot anggotaa keluar keluarga, ga, sehingga sehingga akan lebih cepat dalam mengambil mengambil keputusan sehingga tidak berakibat berakibat  buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF (Dengue Haemorragic Fever ). ). d. Strategi koping yang digunakan

Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan masalah masalah kesehatan kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa membawa anggota anggota keluarga keluarga yang yang sakit sakit ke pela pelayan yanan an kese keseha hata tan n cend cender erun ung g akan akan memp mempen engar garuh uhii ting tingka katt kesehatan keluarga. 7. Keluhan utama

Apabi Apabila la anak anak memp mempun unyai yai kekeb kekebal alan an yang yang baik baik,, maka maka kemu kemumg mgki kina nan n akan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan. 11. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada factor predisposisinya. Anak yang mender menderita ita DHF sering sering mengala mengalami mi keluhan keluhan mual, mual, muntah muntah,da ,dan n nafsu nafsu akan akan menuru menurun. n. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. 12. Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang  bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar). 13. Pola kebiasaan a)  Nutrisi dan metabolism

 Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun. b) Eliminasi BAB

Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena. c) Eliminasi BAK 

Eliminasi BAK: perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit

a) Kesadaran : Apatis b) Vital sign : TD : 110/70 mmHg c) Kepala : Bentuk mesochepal d) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis e) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran f) Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis g) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga

mulut, terjadi perdarahan gusi. h) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri

telan i) Dada

Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan Perkusi : Sonor  Palpasi : taktil fremitus normal  j) Abdomen

Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali) Auskultasi : bising usus 8x/menit

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi  perdarahan telingga (grade II, III, IV ). b) Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang  biasanya terdapat pada grade III dan IV. IV. c) Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang. 16. Diagnosa Keperawatan Keluarga 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A

dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF ( Dengue  Dengue Haemorragic Fever ). ). Kurang ngny nyaa volu volume me cair cairan an tubu tubuh h pada pada An. An. L dike dikelu luar arga ga Tn. Tn. A deng dengan an 2. Kura ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF ( Dengue  Dengue Haemorragic Fever ). ). 3. Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan

keluar keluarga ga dala dalam m menge mengenal nal masa masala lah h An. L yang yang meng mengal alam amii DHF DHF  Dengue  (Dengue  Haemorragic Fever ). ). 17. Fokus Intervensi

2) Pencegahan sekunder  -

Anjur Anjurka kan n untu untuk k sedi sediak akan an maka makanan nan dala dalam m venti ventila lasi si yang yang baik, baik, ling lingku kunga ngan n menyenangkan menyenangkan karena lingkungan lingkungan yang menyenangkan menyenangkan akan menurunkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.

-

Berika Berikan n kebersi kebersihan han oral oral karena karena mulut mulut yang bersih bersih dapat dapat mening meningkatk katkan an rasa rasa makanan.

3) Pencegahan tersier  -

Monitor mual dan muntah.

-

Monitor adanya penurunan BB.

-

Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.

-

Kolaborasi nutrisi perenteral total, terapi IV sesuai indikasi.

2. Diagnosa Keperawatan II a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak adanya tanda-tanda dehidrasi,

membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. b) Rencana tindakan 1) Pencegahan primer  -

Pantau status hidrasi (kelembaban membran, nadi aku rat).

-

Monitor masukan makanan/cairan.

2) Pencegahan sekunder 

-

Mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan.

-

Dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain.

2) Pencegahan sekunder  -

Diskusikan tentang proses penyakit (pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan komplikasi.

-

Jela Jelask skan an seca secara ra rasi rasion onal al tent tentan ang g peng pengel elol olaan aan tera terapi pi atau atau pera perawa wata tan n yang yang dianjurkan.

-

Ajarkan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.

3) Pencegahan tersier  -

Kaji ulang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit.

-

Rujuk kepelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin memburuk.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA SDR.E DI KELUARGA TN.W DENGAN PENYAKIT PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI KAMPUNG PANGADEGAN KEC. CIBEUREUM A. DATA UMUM 1.  Nama Kepala Keluarga

: Tn. W

2. Alamat Kepala Keluarga

: Kp. Pangadegan Rt/Rw 06/01 kel. Kota Baru, Kec. Cibeurem

3. Pendidikan Kepala Keluarga

: SMA

4. Komposisi Keluarga

 N  Nama

Hubungan

o 1 2 3 4

Umur

Jenis

Status

Pend Pendid idik ikan an

Peker Pekerja jaan an Kete Ketera rang ngan an

Dengan

Kelami

Perkawina

Ny.L Tn.H

KK  Istri Ank.kandu

52 th 30 th

n P L

n kawin kawin

SD SMK

Penjahit Buruh

lengkap lengkap

Sdr.E

ng Ank.

20 th

L

belum

SMA

Pelajar

lengkap

Ny.R

kandung menantu

29 th

P

kawin

SMA

IRT

lengkap

Imunisasi

Keterangan : : Laki-laki

: Perempuan

: Sudah Meninggal

: Klien : Menikah : Garis Keturunan : Tinggal Serumah 5. Tipe Keluarga

Keluarga Tn W termasuk keluarga besar (estended (estended family) family) yang terdiri dari Kepala Keluarga, istri, 2 anak, 1 orang menantu, 1 orang cucu. 6. Suku Bangsa

 Anak 1

: 900.000/bulan

Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari Dilihat Dilihat dari penghasilan masing-masing masing-masing anggota keluarga keluarga yang sudah bekerja, bekerja, keluarga keluarga mempunyai status social ekonomi menengah. Dengan pengeluaran perbulan mencapai untuk  Tn.W dengan Ny.L Ny.L sebesa sebesarr ± Rp. 1.500.0 1.500.000. 00. sedang sedangkan kan penghas penghasila ilan n anak pertam pertamaa di gunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya sebesar Rp. ±700.000.

9. Kebutuhan Rekreasi

Yang Digunakan Dalam Rumah 1) Rekreasi Yang Keluarga Tn. W tidak pernah pergi bersama untuk berekrasi, hanya saja bila ada kemauan dan waktu luangnya digunakan menonton TV dan membersihkan rumah bersama-sama anggota keluarga di saat hari libur. Yang Dilakukan Di Luar Rumah 2) Rekreasi Yang Keluarga Tn. W jarang berekreasi di luar di tempat rekreasi, hanya saja berkunjung ke rumah saudara terdekat. B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

3. Riwayat Keluarga Inti

Dalam keluarga, keluarga, tidak ada riwayat riwayat penyakit penyakit menular, menular, menahun, dan menurun. menurun. Riwayat Riwayat masing-masing anggota keluarga adalah sebagai berikut : 1) Kepala Keluarga, Tn. W pernah mengalami riwayat penyakit Vertigo, sehingga harus

dirawat inap selama 10 hari di Rumah Sakit dan sekarang dinyatakan belum sembuh total sehingga menyebabkan mobilisasinya terganggu. 2) Isteri, Ny. L tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat dan

rawat inap di Rumah Sakit. 3) Anak Pertama, Tn. H tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L

 berobat dan rawat inap di Rumah Sakit. 4) Anak Kedua, Sdr. E pernah mengalami riwayat penyakit DHF, sehingga harus dirawat

inap selama 10 hari di Rumah Sakit dan sekarang dinyatakan sudah sembuh . 5) Menantu, Ny. R tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat

dan rawat inap di Rumah Sakit. 6) Cucu , An. M tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat

dan rawat inap di Rumah Sakit.

4. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Dari keluarga Tn.W, Tn.W pernah mengidap penyakit vertigo. Akibat dari vertigo sendiri keseimbangan berjalan Tn.W tidak normal seperti semula. Sedangkan anggota keluarga yang lain hanya mengalami penyakit pusing biasa dan sembuh dengan membeli obat dari

6 5

1 2 3 3 4 3 utama

Keterangan : 1. Dapur Dapur 2. Kamar Kamar mandi mandi 3. Kamar Kamar tidur tidur 4. Ruang tamu 5. Ruang Ruang kerja 6. Parkir Parkir 7. halam halaman an

kamar tidur ketiga tidak ada jendela namun memiliki ventilasinya. An. L lebih sering tidur tidur di kamar kamar ketiga. ketiga. Dapur Dapur terlet terletak ak seruan seruangan gan dengan dengan ruang ruang makan makan terdapa terdapatt ventilasi. Lingkungan sekitar rumah jalan sudah dikeraskan atau di semen, posisi rumah dekat dengan rel kereta api dan tidak ada pembuangan sampah (bak sampah). d) Kebiasaan Keluarga dalam Perawatan Rumah

Kebersihan rumah adalah tanggung jawab semua anggota keluarga, dimana semua anggota anggota keluar keluarga ga mempuny mempunyai ai tugas tugas dan tanggun tanggung g jawab jawab masing masing-ma -masin sing g dalam dalam kebersihan rumah. Namun keluarga Tn. W dan Tn. H jarang untuk membersihkan atau merawat rumah karena kesibukan pekerjaan sehingga pekerjaan membersihkan rumah dilakukan oleh Ny.L dan Ny.R.

e) Sistem Pembuangan Sampah

Dalam keluarga Tn. W sampah keluarga di buang di belakang rumah di tampung dan di bakar. Karena tidak terjangkau mobil angkutan sampah sehingga sampah rumah di musnahkan dengan cara di bakar di belakang rumah sekitar 2 m dari rumah. f) System drainase air 

Sumber Sumber air yang yang digunak digunakan an Tn.W Tn.W menggu menggunaka nakan n air PDAM, PDAM, disedi disediakan akan tempat tempat  penampungan air dan memisahkan antara air buat memasak dan buat mencuci. Di samping rumah ada selokan dan dijadikan pembuangan air bekas. g) Kondisi air 

Kondisi air tidak berwarna, jernih dan tidak berasa. Air PDAM di gunakan untuk 

4. Perkunpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat a) Peran Serta Keluarga dalam Perkumpulan di Masyarakat

Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis. Walaupun Walaupun Ny. L tidak bisa mengikuti kegiatan ibu-ibu setempat karena sibuk kerja dari pagi sampai malam namun tetap menjaga hubungan hub ungan baik dengan warga sekitar. Tn.W mengkuti kegiatan perkumpulan tiap bulan sekali, sedangkan Tn.H suka pulang kerja tidak  menentu tetapi bila ada kgiatan dalam masyarakat selalu mengikuti b) Persepsi Keluarga Mengenai Perkumpulan di Masyarakat

Keluarga mengatakan perkumpulan di masyarakat sangat berguna memecahkan masalah-masalah yang ada lingkungan dan tempat berinteraksi antar tetangga (silaturahim). c) Adat dan Kebiasaan Komunitas Sekitar 

Selama Selama ini tetangg tetangga-t a-teta etangga ngganya nya mempuny mempunyai ai kebiasa kebiasaan an apabila apabila ada salah salah satu satu teta tetangg nggan anya ya yang yang saki sakitt mere mereka ka sali saling ng bantu bantu-m -mem emba bant ntu. u. Berg Bergot otong ong royo royong ng membersihkan kampung tiap dua minggu sekali.

5. System pendukung keluarga

Keluarga memiliki fasilitas kesehatan yang memadai misalnya: tersedia MCK, kotak obat  pribadi, motor sebagai sarana transportasi. Sedangkan fasilitas sosialnya berupa mengikuti  penyuluhan kesehatan misalnya : penyuluhan DBD, diadakannya imunisasi seperti tetanus, campak campak,, polio, polio, dan lain-l lain-lain. ain. Sedangk Sedangkan an dukungan dukungan psikol psikologi ogi dan spirit spiritual ual keluar keluarga ga

Peran formal : Tn.W tidak pernah menjadi pengurus dalam masyarakat, sekarang hanya menjadi anggota masyarakat Peran Peran inform informal al : menjadi menjadi kepala keluar keluarga, ga, suami, suami, ayah ayah kakek, kakek, mertua mertua,, dan menantu.   Ny.L:  Ny.L:

Peran formal : aktif sebagai anggota masyarakat, perkumpulan ibu-ibu pengajian, dan perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal. Peran informal : sebagai ibu rumah tangga, sitri, nenek, dan mertua.  Tn. H :

Peran formal : sebagai anggota masyarakat, anggota ketua karang taruna. Peran informal : aktif sebagai anggota keluarga, suami, anak, ayah.   Ny.R  Ny.R :

Peran Peran formal formal : sebagai sebagai anggot anggotaa perkum perkumpul pulan an ibu-ib ibu-ibu u di lingkun lingkungan gan tempat tempat tinggal Peran informal : sebagai ibu rumah tangga, ibu, istri, menantu di keluarga. Sdr.E : Peran formal : sebagai anggota ikatan mahasiswa Peran informal : anak, adik. sepupu An.M :

E. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif 

Perhatian yang kurang sehingga penderita DHF (Dengue Haemorragic Fever) tidak  mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan. 2. Fungsi Sosial

Tingka Tingkatt kependi kependidika dikan n dan pengeta pengetahua huan n masyara masyarakat kat rendah rendah,, sehing sehingga ga dalam dalam proses proses sosialisa sosialisasi si masyarakat, masyarakat, keluarga tidak tidak mendapatkan mendapatkan informasi informasi yang tepat tentang DHF dan penanganannya. 3. Fungsi perawatan keluarga 1. Mengenal Masalah

Saat pengkajian semua anggota keluarga dalam keadaan sehat, akan tetapi An. E yang sudah 10 hari di rawat di Rumah Sakit sudah sembuh dari penyakit DHF, namun masih mengalami mual tiap kali makan, BB menurun, keengganan untuk  makan, membran mukosa bibir kering, tampak masih lemah dan merasakan selalu haus. Keluarga tidak tahu tentang pengertian DHF, penyebab DHF, tanda dan gejala serta faktor penyebab yang mempengaruhi DHF. 2. Mengambil Keputusan

Keluarga Tn. W mengatakan saat Sdr. E demam tinggi dulu diberi obat dari warung.  Namun selama 2 hari demam tinggi Sdr S dr.E .E tidak mengalami penurunan suhu tubuh. Diduga Diduga Sdr. Sdr. E mengal mengalami ami penyaki penyakitt tipes tipes sehing sehingga ga keluar keluarga ga member memberika ikan n obat obat tradisional. Akan tetapi tidak sembuh-sembuh Sehingga keluarga Tn. W mendapat

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA 1. Stressor Jangka Pendek 

Apabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada yang menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang menderita tersebut. 2. Stressor jangka panjang  Kekambuhan penyakit vertigo pada Tn.W. Tn.W.

3. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Stressor 

Keluarga Tn. A begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota keluarga, sehingga akan lebih cepat dalam mengambil keputusan sehingga tidak berakibat  buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF. DHF. 4. Stressor Koping yang Digunakan

Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga. 5. Strategi adaftasi disfungsional

Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam terhadap anak,

n fisi k  TB

169 cm

160 cm

170 cm

165 cm

167 cm

75 cm

BB

65 65 kg

70 kg

65 kg

60 kg

55 kg

15 kg

TD

130/80 mmHg

130/80 mmHg

120/80 mmHg

110/80 mmHg

110/70 mmHg

-------

RR

25 x/menit

23 x/menit

25 x/menit

22 x/menit

25 x/menit

20 x/menit

 N

80 x/menit

84 x/menit

70 x/menit

75 x/menit

Ra

Bersih,

Bersih Bersih,, hitam, hitam, Bersih Bersih,, hitam, hitam, Bersih, hitam, Bersih, hitam, Bersih,

mb  beruban, lurus

80 x/menit

agak ikal

lurus

lurus

lurus

hitam, lurus

Tidak anemis

Tidak anemis

Tidak anemis

Tidak anemis

Masih pucat

Tidak anemis

Tidak ikhterik

Tidak ikhterik

Tidak ikhterik

Tidak ikhterik

Tidak ikhterik

Tidak 

ut ko nju ngt iva Scl era

ikhterik 

Hi

Simetris, Simetris, tidak  Simetris, Simetris, tidak  Simetris, Simetris, tidak  Simetris, tidak  Simetris, tidak  Simetris,

du

ada sekret,

ada sekret,

ada sekret,

ada sekret,

ng

tidak ada polip

tidak ada polip

tidak ada polip

tidak

ada tidak

 polip

 polip

ada sekret,

tidak

ada

ada sekret, tidak

ada

 polip Mu

Bers Bersih ih,,

tida tidak  k  Bers Bersih ih,,

lut

ada stomatitis

tida tidak  k  Bers Bersih ih,,

ada stomatitis

tida tidak  k  Bers Bersih ih,,

ada stomatitis

tida tidak  k  Sedikit Sedikit kotor, kotor, Bersih, Bersih, tidak 

ada stomatitis

mukosa

ada

n

teraba massa :

teraba massa

baik, Atas

:

teraba massa

baik, Atas

:

teraba massa

teraba massa

tidak

teraba

massa baik, Atas : baik, Atas : baik aik, Atas Atas : baik baik,,

Ek 

Atas

str 

tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak

ada tidak

ada tidak

ada

em

tekan, tekan, rentan rentang g tekan, tekan, rentan rentang g tekan, tekan, rentan rentang g nyer nyerii

teka tekan, n, nyer nyerii

teka tekan, n, nyer nyerii

tekan tekan,,

itas

gerak tangan

gerak tangan

gerak tangan

rentan rentang g gerak  gerak  rentan rentang g gerak  gerak  rentang gerak 

 baik.

 baik.

 baik.

tangan

Bawa Bawah h : tidak  tidak  Bawa Bawah h : baik, baik, Bawa Bawah h : baik, baik,  baik.  baik,

tidak ada nyeri

keseimbangan

tekan, tekan, rentan rentang g tekan, tekan, rentan rentang g tidak

 jalan

tidak ada nyeri

tidak  gerak

kaki gerak

 baik. tidak ada  baik.

 baik.

tangan

tangan

 baik.

 baik.

Bawah : baik, Bawah : baik, Bawah

kaki nyeri

ada tidak nyeri

tidak 

ada nyeri

tekan, rentang tekan, rentang tekan,

nyeri

gerak

kaki gerak

tekan, tekan, rentan rentang g

 baik.

 baik.

gerak

ada  baik,

:

kaki rentang gerak  kaki baik.

kaki

 baik.

1. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Anggota Keluarga a)  Nutrisi

Komposisi makanan pada keluarga Tn. W terdiri dari makanan pokok yaitu nasi, sayur mayur selalu ada, lauk pauk nabati selalu ada dan lauk pauk hewani kadang-

Tn. W minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih dan pagi hari the manis, Ny. L minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih, pagi hari teh manis. Tn.H minum 23 botol minum dan sering minum air suplemen dalam tiap mau kerja,Ny.R minum 67 gelas per hari air putih. Sdr.E suka minum 3-4 gelas per hari dan 1 botol minum air   putih. An. M minum kurang lebih 4-5 gelas per hari air putih,dan suka jajan minuman es. c) Eliminasi

Tn.W : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna kuning jernih.  Ny.L  Ny.L : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-6 kali sehari warna kuning jernih. Tn.H : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna kuning jernih.  Ny.H  Ny.H : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 4-5 kali sehari warna kuning jernih. Sdr.E : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-7 kali sehari warna kuning jernih. d) Mobilisasi

Tn. W beraktifitas dengan pekerjaannya sebagai buruh jasa di perusahaan, berangkat  bila masuk pagi pukul 07.30 WIB dengan menggunakan sepeda motor dan pulang sore hari sekitar pukul 17.30 WIB tergantung selesainya pekerjaan. Tn.H berangkat kerja menjadi supir angkut tidak menentu kadang dalam 1 bulan 3 minggu kerja dan  pulang tergantung pergantian kerja. Sdr.E Sdr.E suka berangkat sekolah memakai motor  dari pagi jam 07.00 dan pulang jam 03.00. untuk Ny.L dan Ny.R bekerja di rumah , apabila ada keperluan ke pasar, suka naik angkutan umum. e) Personal Hygiene

 N

Simptom

Etiologi

O 1

DS : Sdr E me mengeluh ba badannya Ketidakmampuan  panas sampai merasa sakit.

Problem

2

keluarga

suhu

keluarga keluarga untuk mengenal mengenal (hipertermi)

DO : Bila suhu badan Sdr. E tanda-t a-tanda naik,

Meni eningkat katnya

penyakit kit

hanya DHF.

mengompres Sdr. E. DS :

Perubahan nutrisi kurang

Ketidakmampuan

- Keluarga Tn. W mengatakan

dari kebutuhan tubuh

keluarga dalam

Sdr. E masih sering

 pada An. L dikeluarga

merawat anggota

mual tiap kali makan.

Tn. A

keluarga yang

- Keluarga mengatakan Sdr. E

mengalami DHF

nafsu makan berkurang, porsi

( Dengue  Dengue

makan tidak pernah habis.

 Haemorragic

DO :

 Fever ). ).

- BB Sdr. E (57 kg) - TB 165 cm - Usia 20 tahun - Mual tiap kali makan - Porsi makan tidak   pernah habis - Membran mukosa 3

kering. DS : Jika ge gejala ti timbul Sd Sdr. E Ketidakefektifan keluarga Kopi Koping ng kelua keluarg rgaa yang yang hanya

diam,

tidak

ada dal dalam

ber berkom komuni unikas kasi tidakefektif 

kesomunikasi dengan keluarga. dengan Sdr. E

 NO

Kriteria

Skor

Bobot

Penghitungan

Justifikasi

Sifat Masalah  Aktual

1

 Ancaman

3 2 1

2/3 x 1 = 2/3

Kesehatan  Keadaan

Sdr. E merasa sakit karena panas

1

Sejahtera Kemungkinan masalah dapat diubah Keluarga hanya 2

 Mudah

2

½x2=1

2

mampu menuntaskan sebagian

 Sebagian

1  Tidak dapat

0 Potensi masalah untuk dicegah

3

 Tinggi  Sedang  Rendah

Menonjolnya

3 2 1

1

1/3 x 1 = 1/3

Masih belum bias mencegah

 NO

Kriteria

Skor

Bobot

Penghitungan

Justifikasi

Sifat Masalah  Aktual

1

 Ancaman

3 2 1

2/3 x 1 = 2/3

Kesehatan  Keadaan

Sdr. Sdr. E terasa mual muntah

1

Sejahtera Kemungkinan masalah dapat diubah Keluarga menyatakan 2

 Mudah

2

½x2=1

2

 pemenuhan nutrisi Sdr. E masih kurang

 Sebagian

1  Tidak dapat

0 Potensi masalah untuk dicegah

3

 Tinggi  Sedang  Rendah

Menonjolnya

3 2 1

1

1/3 x 1 = 1/3

Masalah belum bias dicegah

 Aktual  Ancaman

2

Kesehatan  Keadaan

gejala timbul 1

Sejahtera Kemungkinan masalah dapat diubah 2

 Mudah

2

2/2 x 1 = 1

1

2/3 x 1 = 2/3

2

Keluarga kurang komunikasi

 Sebagian

1  Tidak dapat

0 Potensi masalah untuk dicegah

3

 Tinggi  Sedang  Rendah

3 2 1

Menonjolnya masalah  Masalah berat,

harus segera

2

Keluarga belum bias mencegah itu

Tujuan  No

Diagnosa masalah Umum

1

Kriteria evaluasi Khusus

1. Keluarga

Resiko terjadinya Setelah

Kriteria 1. Mengetahui

Hipe Hipert rter ermi mi

pada pada dilakukan

mampu

tanda

Sdr.

pada tindakan

mengenal

gejala.

E

kel keluarga Tn.

W selama

3

Standar  

dan

1. Lemah, panas

ata atau

(hipertermi),

tanda-tanda

saki sakitt

DHF

anoreksia,

 berhubungan

hari

dengan

diharapkan

nyeri

ketidakmampuan

keluarga

hat hati,

kel keluar uarga mnda-tanda menga mengata tasi si tanda DHF.

dal dalam mampu mengenali tand tandaa- tanda-tanda DHF.

demam

 pegal

kepal kepala, a,

hulu pegal galpada

seluruh seluruh tubuh dankosntipasi (sembelit).

2. Keluarga

1. Mengompres

mampu

sesu sesuai ai

suhu suhu

memutuskan

tubuh Sdr.E

tindakan yang

tepat

untuk  mengatasi hipertermi

3. Keluarga

mampu melakukan tindakan keperawatan untuk DHF 2

Perubahan nutrisi Setelah kurang

dari dilakukan

1. Keluarga

1. Keluarga

1. Memberikan

mampu

har harus

mengenal

memberikan

vitamin vitamin yang

akan

asupan nutrisi

cukup.

dike dikelu luar arga ga Tn. Tn. A hari

kebutuhan

sesuai

dengan

diharapkan

nutrisi

kebutuhan

ketidakmampuan

keluarga

kebut kebutuh uhan an  pada

tubu tubuh h tindakan

An.

L selama 3 x 1

2. Keluarga

tubuh

biasa

yang

asupan

3

Koping yang

keluarga Setelah

1. Keluarga

tidake tidakefekt fektif  if  dilakukan

yang berhubungan selama

3

1. Keluarga

mampu

harus

komunikasi

mengenal

mengungkap

yang baik 

dengan

hari

masalah

kan

keperawatan

diharapkan

dalam

maslahnya

dirumah

keluarga

keluarga

(perasaan

mampu membentuk  mekanisme koping yang adekuat.

1. Terjalinya

2. Keluarga

mampu

2.

sakit) 2. Keluarga

memutuskan

mampu

tindakan yang

mengidentifik 

tepat.

asi asi

3. Keluarga

mampu

kekua kekuata tan n

dirinya. 3. Keluarga

melakukan

mampu

tindakan

mengidentifik 

keperawatan

asi

koping

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF