Askep Sindrom Nefrotik Pada Anak

September 7, 2018 | Author: Muhammad Hasnul Fahmy | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

NF...

Description

ASKEP SINDROM NEFROTIK PADA ANAK

BAB I KONSEP MEDIS A. Defenisi

Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004). Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular  yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001). Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif  (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002). Sindro Sin drom m nef nefrot rotik  ik  meru merupa paka kan n kead keadaa aan n klin klinis is yang yang dita ditand ndai ai deng dengan an prot protei einu nuri ria, a, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus Berdasar Berdasarkan kan penger pengertia tian n diatas diatas maka maka penuli penuliss dapat dapat mengam mengambil bil kesimp kesimpula ulan n bahwa bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik karakteristik proteinuria proteinuria massif hipoalbuminemi hipoalbuminemia, a, hiperlipide hiperlipidemia mia yang disertai atau tidak  disertai edema dan hiperkolestrolemia. B. Insiden

Menurut Cecily L Betz, 2002 : 

Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.



Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas luas keru kerusak sakan an ginj ginjal al,, usia usia anak anak,, kond kondisi isi yang yang mend mendasa asari, ri, dan dan resp respon onny nyaa trer trerha hada dap p  pengobatan





Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun Sindro Sindrom m nefrot nefrotik ik peruba perubahan han minimal minimal (SNPM) (SNPM) menaca menacakup kup 60 – 90 % dari dari semua semua kasus kasus sindrom nefrotik pada anak 



Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid.



Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal.

C. Anatomi & Fisiologi 1. Anatomi

Ginjal Ginjal merupa merupakan kan salah salah satu satu bagian bagian saluran saluran kemih kemih yang yang terleta terletak k retrop retroperit eritone oneal al dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar  dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III. Pada Pada fetus fetus dan infan, infan, ginjal ginjal berlob berlobula ulasi. si. Makin Makin bertam bertambah bah umur, umur, lobula lobulasi si makin makin kurang sehingga waktu dewasa menghilang. Parenkim Parenkim ginjal ginjal terdiri terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri terdiri atas piramid-piramid piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolu kolumn mnaa bert bertin ini. i. Dasar Dasar piram piramid id ini ini ditu ditutu tup p oleh oleh kort kortek eks, s, sedan sedang g punc puncak akny nyaa (pap (papil illa la marginalis) marginalis) menonjol menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.



Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas luas keru kerusak sakan an ginj ginjal al,, usia usia anak anak,, kond kondisi isi yang yang mend mendasa asari, ri, dan dan resp respon onny nyaa trer trerha hada dap p  pengobatan





Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun Sindro Sindrom m nefrot nefrotik ik peruba perubahan han minimal minimal (SNPM) (SNPM) menaca menacakup kup 60 – 90 % dari dari semua semua kasus kasus sindrom nefrotik pada anak 



Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid.



Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal.

C. Anatomi & Fisiologi 1. Anatomi

Ginjal Ginjal merupa merupakan kan salah salah satu satu bagian bagian saluran saluran kemih kemih yang yang terleta terletak k retrop retroperit eritone oneal al dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar  dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III. Pada Pada fetus fetus dan infan, infan, ginjal ginjal berlob berlobula ulasi. si. Makin Makin bertam bertambah bah umur, umur, lobula lobulasi si makin makin kurang sehingga waktu dewasa menghilang. Parenkim Parenkim ginjal ginjal terdiri terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri terdiri atas piramid-piramid piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolu kolumn mnaa bert bertin ini. i. Dasar Dasar piram piramid id ini ini ditu ditutu tup p oleh oleh kort kortek eks, s, sedan sedang g punc puncak akny nyaa (pap (papil illa la marginalis) marginalis) menonjol menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.

Kortek Kortekss sendiri sendiri terdir terdirii atas glomer glomeruli uli dan tubili tubili,, sedangk sedangkan an pada pada medula medula hanya hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan  pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih

kurang

1,5-2

juta

glomeruli.

Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infilt infiltrat rat berger bergerak ak ke bawah bawah melalu melaluii bagian bagian desend desenden en lengku lengkung ng henle, henle, konsen konsentra trasi si filtra filtratt  bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price,2001 : 785). 2. Fisiologi

Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat  penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat sangat dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh sirkula sirkulasi si ginjal ginjal yang yang mendap mendapat at darah darah 20% dari dari seluru seluruh h cardiac cardiac output. a.  Faal glomerolus Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas  pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak. b.  Faal Tubulus

Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya 100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa). Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur : 

1-2 hari : 30-60 ml



3-10 hari : 100-300 ml



10 hari-2 bulan : 250-450 ml



2 bulan-1 tahun : 400-500 ml



1-3 tahun : 500-600 ml



3-5 tahun : 600-700 ml



5-8 tahun : 650-800 ml



8-14 tahun : 800-1400 ml

c.  Faal Tubulus Proksimal  Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan reabsorbsi yaitu ± 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa organik. d.  Faal loop of henle Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih hipotonik. e.  Faal tubulus distalis dan duktus koligentes.

Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara reabsorbsi  Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen. D. Etiologi

Menurut Arif Mansjoer,2000 :488, sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi : 

Sindrom nefrotik bawaan Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal



Sindrom nefrotik sekunder  Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.



Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)

E. Patofisiologi

Menurut Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217 : 

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein  plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.



Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang  produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.



Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi  produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma



.Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)



Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng.

F. Manifestasi Klinis

Menurut Betz, Cecily L.2002 : 335 

Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk  ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.



Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa



Pucat



Hematuri



Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.



Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.



Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)

G. Penatalaksanaan



Istirahat sampai edema tinggal sedikit





Diet protein 3 – 4 gram/kg BB/hari Diuretikum : furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon  pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/helama  pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.



Kortikosteroid : Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas  permukaan

badan

(1bp)

dengan

maksimum

80

mg/hari.

Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu 

Antibiotika bila ada infeksi



Digitalis bila ada gagal jantung.

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Betz, Cecily L, 2002 : 335 : 1. Uji urine 

Protein urin – meningkat



Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria



Dipstick urin – positif untuk protein dan darah



Berat jenis urin – meningkat

2. Uji darah 

Albumin serum – menurun



Kolesterol serum – meningkat



Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)



Laju endap darah (LED) – meningkat



Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.

3. Uji diagnostik  Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin

I.

Komplikasi

Menurut Rauf, .2002 : .27-28 : 

Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.



Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.



Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.



Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal. BAB II KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Identitas.

Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak  terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik. 2. Riwayat Kesehatan.

a.

Keluhan utama. Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun

 b. Riwayat penyakit dahulu. Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia. c.

Riwayat penyakit sekarang. Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran. 4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Tidak ada hubungan. 5. Riwayat kesehatan lingkungan.

Endemik malaria sering terjadi kasus NS. 6. Imunisasi.

Tidak ada hubungan. 7. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan. 

Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8



Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.



Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak   berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.



Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.



Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.



Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.



Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.

8. Riwayat Nutrisi.

Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik). 9. Pengkajian Persistem. 

Sistem pernapasan. Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen



Sistem kardiovaskuler.

 Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai. 

Sistem persarafan. Dalam batas normal.



Sistem perkemihan. Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.



Sistem pencernaan. Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.



Sistem muskuloskeletal. Dalam batas normal.



Sistem integumen. Edema periorbital, ascites.



Sistem endokrin Dalam batas normal



Sistem reproduksi Dalam batas normal.



Persepsi orang tua Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

B. Diagnosa Keperawatan

1.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap  peningkatan permiabilitas glomerulus.

2. Perubahan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun. 4.

Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak  hospitalisasi).

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius. 6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan. 7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan 8.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh.

9.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan  protein dan cairan, edema.

No

1

Diagnosa

Tujuan &

Keperawatan Kriteria Hasil Kelebihan volume Tujuan :

Intervensi Mandiri :

Rasional

Perlu untuk menentukan

cairan

Pasien tidak 

Kaji masukan yang relatif  fungsi ginjal, kebutuhan

 berhubungan

menunjukkan

terhadap keluaran secara  penggantian cairan dan

dengan kehilangan bukti-bukti

akurat.

 penurunan resiko

 protein sekunder  akumulasi cairan Timbang berat badan setiap kelebihan cairan. terhadap

(pasien

hari (ataui lebih sering jikaMengkaji retensi cairan

 peningkatan

mendapatkan

diindikasikan).

 permiabilitas

volume cairan yangKaji perubahan edema :

dan karena merupakan

glomerulus.

tepat)

sisi umum edema.

Kriteria hasil:

ukur lingkar abdomen

Untuk mengkaji ascites

 pada umbilicus serta

Agar tidak mendapatkan

 pantau edema sekitar 

lebih dari jumlah yang

mata.

dibutuhkan

Penurunan edema, Atur masukan cairan

Untuk mempertahankan

ascites

dengan cermat.

Kadar protein darahPantau infus intra vena meningkat Output urine

masukan yang diresepkan Untuk menurunkan

Kolaborasi :

ekskresi proteinuria

adekuat 600 – 700 Berikan kortikosteroid

Untuk memberikan

ml/hari

 penghilangan sementara

sesuai ketentuan.

Tekanan darah dan Berikan diuretik bila nadi dalam batas normal. 2 Perubahan nutrisi Tujuan :

diinstruksikan. Mandiri :

kuruang dari

Kebutuhan nutrisi Catat intake dan output

kebutuhan

akan terpenuhi

 berhubungan

makanan secara akurat Kaji adanya anoreksia,

dengan malnutrisi Kriteria Hasil :

dari edema.

hipoproteinemia, diare.

sekunder terhadap Napsu makan baik  Pastikan anak mendapat

Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal

kehilangan proteinTidak terjadi

makanan dengan diet yangMencegah status nutrisi

dan penurunan

cukup.

napsu makan.

hipoprtoeinemia

Porsi makan yang Beri diet yang bergizi dihidangkan dihabiskan Edema dan ascites tidak ada.

Batasi natrium selama

menjadi lebih buruk. membantu pemenuhan nutrisi anak dan

edema dan trerapi

meningkatkan daya

kortikosteroid

tahan tubuh anak 

Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih,

asupan natrium dapat memperberat edema

dan rileks pada saat makan usus yang menyebabkan Beri makanan dalam porsi hilangnya nafsu makan sedikit pada awalnya

anak 

Beri makanan spesial dan agar anak lebih mungkin disukai anak 

untuk makan

Beri makanan dengan cara untuk merangsang nafsu yang menarik 

makan anak  untuk mendorong agar  anak mau makan untuk menrangsang nafsu

3 Resiko tinggi

Tujuan :

Mandiri :

makan anak  Meminimalkan

infeksi

Tidak terjadi

 berhubungan

infeksi

orang yang terkena infeksiMencegah terjadinya

dengan imunitas

Kriteria hasil :

melalui pembatasan

tubuh yang menurun.

Lindungi anak dari orang- masuknya organisme.

Tanda-tanda infeksi  pengunjung. tidak ada Tanda vital dalam  batas normal Ada perubahan

infeksi nosokomial. Mencegah terjadinya

Tempatkan anak di ruangan infeksi nosokomial. non infeksi.

Membatasi masuknya

Cuci tangan sebelum dan  bakteri ke dalam tubuh. sesudah tindakan.

Deteksi dini adanya

 perilaku keluarga Lakukan tindakan invasif  infeksi dapat mencegah dalam melakukan secara aseptik   perawatan.

sepsis.

Gunakan teknik mencuci Untuk meminimalkan tangan yang baik 

 pajanan pada organisme

Jaga agar anak tetap hangat infektif  dan kering

Untuk memutus mata

Pantau suhu.

rantai penyebar5an

Ajari orang tua tentang

infeksi

tanda dan gejala infeksi

Karena kerentanan terhadap infeksi  pernafasan Indikasi awal adanya tanda infeksi Memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan

4 Kecemasan anak  Tujuan :  berhubungan

Kecemasan anak 

dengan

menurun atau

lingkungan

hilang

 perawatan yang

Kriteria hasil :

asing (dampak 

Kooperatif pada

hospitalisasi).

tindakan

Validasi perasaan takut atau cemas.

gejala infeksi Perasaan adalah nyata dan membantu pasien

Pertahankan kontak dengan untuk tebuka sehingga klien. Upayakan ada keluarga yang menunggu

dapat menghadapinya. Memantapkan hubungan, meningkatan ekspresi

Anjurkan orang tua untuk   perasaan.

keperawatan Komunikatif pada

membawakan mainan atauDukungan yang terus foto keluarga

menerus mengurangi

 perawat

ketakutan atau

Secara verbal

kecemasan yang dihadapi.

mengatakan tidak  takur.

Meminimalkan dampak  hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.

5 Perubahan proses Tujuan :

Kenali masalah keluarga Mengidentifikasi

keluarga

Pasien (keluarga)

dan kebutuhan akan

kebuutuhan yang

 berhubungan

mendapat

informasi, dukungan

dibutuhkan keluarga

dengan anak yang dukungan yang

Kaji pemahaman keluarga Keluarga akan

menderita

adekuat

tentang diagnosa dan

 beradaptasi terhadap

 penyakit serius.

Kriteria hasil :

rencana perawatan

segala tindakan

Tekankan dan jelaskan

keperawatan yang

 profesional kesehatan

dilakukan

tentang kondisi anak,

Agar keluarga juga

 prosedur dan terapi yang mengetahui masalah dianjurkan, serta  prognosanya

kesehatan anaknya Mengoptimalisasi

Gunakan setiap kesempatan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan  pemahaman keluarga

terhadap Untuk memfasilitasi

Keluarga tentang penyakit pemahaman dan terapinya

Keluarga dapat

Ulangi informasi sesering mengidentifikasi mungkin Bantu keluarga mengintrepetasikan  perilaku anak serta responnya Jangan tampak terburu-

 perilaku anak sebagai orang yang terdekat dengan anak  Mempermantap rencana yang telah disusun sebelumnya

 buru, bila waktunya tidak  6 Intoleransi

Tujuan :

tepat Pertahankan tirah baring

aktifitas

Anak dapat

 berhubungan

melakukan aktifitas hebat

dengan

sesuai dengan

kelemahan.

kemampuan dan mendapatkan

awal bila terjadi edema

tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan edema

Seimbangkan istirahat dan ambulasi menyebabkan aktifitas bila ambulasi Rencanakan dan berikan

kelelahan aktivitas yang tenang

istirahat dan tidur  aktivitas tenang

mengurangi penggunaan

yang adekuat

energi yang dapat

Instruksikan istirahat bila anak mulai merasa lelah Berikan periode istirahat

Kriteria hasil :

tanpa gangguan

menyebabkan kelelahan mengadekuatkan fase istirahat anak  anak dapat menikmati masa istirahatnya

7 Gangguan citra

Tujuan :

tubuh

Agar dapat

 berhubungan

mengespresikan

Gali masalah dan perasaan Untuk memudahkan mengenai penampilan Tunjukkan aspek positif 

koping Meningkatkan harga diri

dengan perubahan  perasaan dan

dari penampilan dan bukti klien dan mendorong

 penampilan

masalah dengan

 penurunan edema

mengikutin

Dorong sosialisasi dengan kondisinya

 penerimaan terhadap

aktivitas yang

individu tanpa infeksi aktif  Agar anak tidak merasa

sesuai dengan

Beri umpan balik posisitf  sendirian dan terisolasi

minat dan

Agar anak merasa

kemampuan anak.

diterima

Kriteria hasil : 8 Resiko tinggi

Tujuan :

Mandiri :

memberikan kenyamanan

kerusakan

Kulit anak tidak  Berikan perawatan kulit

 pada anak dan

integritas kulit

menunjukkan

mencegah kerusakan

 berhubungan

adanya kerusakan Bersihkan dan bedaki

Hindari pakaian ketat

kulit

dengan edema,

integritas :

 permukaan kulit beberapadapat mengakibatkan

 penurunan

kemerahan atau

kali sehari

 pertahanan tubuh. iritasi

Topang organ edema, seperti skrotum

area yang menonjol tertekan untuk mencegah

Ubah posisi dengan sering ; terjadinya iritasi pada Kriteria hasil:

 pertahankan kesejajaran

kulit karena gesekan

tubuh dengan baik 

dengan alat tenun

Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun

unjtuk menghilangkan aea tekanan karena anak dengan

tekanan sesuai kebutuhan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja untuk mencegah terjadinya ulkus

9 Resiko tinggi

Tujuan :

Mandiri :

Untuk mendeteksi bukti

kekurangan

Klien tidak 

Pantau tanda vital

volume cairan

menunjukkan

Kaji kualitas dan frekwensiUntuk tanda shock 

(intravaskuler)

kehilangan cairan nadi

 berhubungan

intravaskuler atau Ukur tekanan darah

fisik penipisan cairan

hipovolemik  Untuk mendeteksi shock 

dengan kehilangan shock hipovolemik  hipovolemik  Laporkan adanya  protein dan cairan, yang diyunjukkan  penyimpangan dari normalAgar pengobatan segera edema.  pasien minimum dapat dilakukan atau tidak ada Kriteria hasil :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria masif, hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per  tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun, dengan  perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak  FKUI/RSCM Jakarta, sindrom nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar   pasien di Poliklinik Khusus Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak  yang dirawat antara tahun 1995-2000. Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti pada  purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun  pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan kelainan kongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk. Pada tulisan ini hanya akan dibicarakan SN idiopatik.

B. Tujuan Penulisan Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan penyakit sindrom nefrotik pada anak  Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu: 1. Mengetahui pengertian sindrom nefrotik  2. Mengetahui etiologi sindrom nefrotik 

3. Mengetahui patofisologi sindrom nefrotik  4. Mengetahui manifestasi klinis sindrom nefrotik  5. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang sindrom nefrotik 

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar A. Pengertian Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif  adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia.

B. Gambaran Klinis Sebagai sebuah sindroma (kumpulan gejala), tanda / gejala penyakit sindroma nefrotik  meliputi : - Proteinuria - Hipoalbuminemia - Hiperkolesterolemia/hiperlipidemi - Oedema Beberapa gejala yang mungkin muncul antara lain hematuria, azotemia dan hipertensi ringan. Proteinuria (85-95%) terjadi sejumlah 10 –15 gram/hari (dalam pemeriksaan Esbach) . Selama terjadi oedema biasanya BJ Urine meningkat. Mungkin juga terjadi  penurunan faktor IX, Laju endap darah meningkat dan rendahnya kadar kalsium serta hiperglikemia. C. Etiologi

Penyebab umum penyakit tidak diketahui; akhir-akhir ini sering dianggap sebagi suatu  bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi. Umumnya dibagi menjadi 4 kelompok : 1. Sindroma nefrotik bawaan 2. Sindroma nefrotik sekunder  3. Sindroma nefrotik idiopati

4. Glumerulosklerosis fokal segmental D. Patofisiologi

Penyakit nefrotik sindoma biasanya menyerang pada anak-anak pra sekolah. Hingga saat sebab pasti penyakit tidak ditemukan, tetapi berdasarkan klinis dan onset gejala yang muncul dapat terbagi menjadi sindroma nefrotik bawaan yang biasanya jarang terjadi; Bentuk idiopati yang tidak jelas penyebabnya maupun sekunder dari penyakit lainnya yang dapat ditentukan faktor predisposisinya; seperti pada penyakit malaria kuartana, Lupus Eritematous Diseminata, Purpura Anafilaktoid, Grumeluronefritis (akut/kronis) atau sebagai reaksi terhadap

hipersensitifitas

(terhadap

obat)

 Nefrotik sindroma idiopatik yang sering juga disebut Minimal Change Nefrotic Syndrome (MCNS) merupakan bentuk penyakit yang paling umum (90%). Patogenesis penyakit ini tidak diketahui, tetapi adanya perubahan pada membran glumerolus menyebabkan peningkatan permeabilitas, yang memungkinkan protein (terutama albumin) keluar melalui urine (albuminuria). Perpindahan protein keluar sistem vaskular  menyebabkan cairan plasma pindh ke ruang interstitisel, yang menghasilkan oedema dan hipovolemia. Penurunan volume vaskuler menstimulasi sistem renin angiotensin, yang memungkinkan sekresi aldosteron dan hormon antidiuretik (ADH). Aldosteron merangsang  peninkatan reabsorbsi tubulus distal terhadap Natrium dan Air, yang menyebabkan  bertambahnya oedema. Hiperlipidemia dapat terjadi karena lipoprotein memiliki molekul yang lebih berat dibandingkan albumin sehingga tidak akan hilang dalam urine. E. Evaluasi Diagnostik 

Urinalisis menunjukkan haemturia mikroskopik, sedimen urine, dan abnormalitas lain. Jarum biopsi ginjal mungkin dilakukan untuk pemriksaan histology terhadap jaringan renal untuk memperkuat diagnosis. Terdapat proteinuri terutama albumin (85 – 95%) sebanyak 10 –15 gr/hari. Ini dapat ditemukan dengan pemeriksaan Essbach. Selama edema banyak, diuresis berkurang, berat  jenis urine meninggi. Sedimen dapat normal atau berupa toraks hialin, dan granula lipoid, terdapat pula sel darah putih. Dalam urine ditemukan double refractile bodies. Pada fase nonnefritis tes fungsi ginjal seperti : glomerular fitration rate, renal plasma flowtetap normal atau meninggi . Sedangkan maximal konsentrating ability dan acidification kencing normal . Kemudian timbul perubahan pada fungsi ginjal pada fase nefrotik akibat perubahan yang  progresif pada glomerulus.

Kimia darah menunjukkan hipoalbuminemia, kadar globulin normal atau meninggi sehingga terdapat rasio Albumin-globulin yang terbalik, hiperkolesterolemia, fibrinogen meninggi. Sedangkan kadar ureum normal. Anak dapat menderita defisiensi Fe karena  banyak transferin ke luar melalui urine. Laju endap darah tinggi, kadar kalsium darah sering rendah dalam keadaan lanjut kadang-kadang glukosuria tanpa hiperglikemia. F. Penatalaksanaan

a. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak   berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.  b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang  persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat c. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak  menimbulkan kontriksi, d. hindarkan menggosok kulit. e. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat. f.

Kemoterapi:

g. Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai efek  samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek  samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis, ulkus  peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan hipertensi

h. Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat cairan  berlebihan, misalnya obat-abatan spironolakton dan sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid. i.

Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri abdomen dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan infus plasma intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.

 j.

Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan siklofosfamid.

k. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus. l.

Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali tergangu dengan  penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang berta pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka mereka dapat mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka karena mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumahn sakit.

G. Prognosis

Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut : 1. Menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun. 2. Disertai oleh hipertensi. 3. Disertai hematuria. 4. Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder. 5. Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal. Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi respons yang baik  terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% di antaranya akan relapse  berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi dengan pengobatan steroid. H. Komplikasi

Penyulit (komplikasi) Sindrom Nefrotik tergantung dari beberapa faktor : -

Kelainan histopatologis

-

Lamanya sakit

-

Usia pasien

a)

Malnutrisi, akibat hipolabuminemia berat.

 b)

Infeksi sekunder, disebabkan gangguan mekanisme pertahanan humoral, penurunan

gamma globulin serum. c)

Gangguan koagulasi, berhubungan dengan kenaikan beberapa faktor pembekuan yang

menyebabkan keadaan hiperkoagulasi. d)

Akselerasi aterosklerosis, akibat dari hipelipidemia yang lama.

e)

Kolap hipovolemia, akibat proteinuria yang berat.

f)

Efek samping obat-obatan : diuretik, antibiotik, kortikosteroid, antihipertensi, sitostatika

yang sering digunakan pada pasien sindrom nefrotik. g)

Gagal ginjal.

B. ASUHAN KEPERAWATAN 1.

Pengkajian

a. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.  b.Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya peningkatan berat  badan dan kegagalan fungsi ginjal. c. Observasi adanya manifestasi dari Sindrom nefrotik : Kenaikan berat badan, edema, bengkak   pada wajah ( khususnya di sekitar mata yang timbul pada saat bangun pagi , berkurang di siang hari ), pembengkakan abdomen (asites), kesulitan nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudah lelah, perubahan pada urin ( peningkatan volum, urin berbusa ). d.

Pengkajian diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah

merah, analisa darah untuk serum protein ( total albumin/globulin ratio, kolesterol ) jumlah darah, serum sodium 2.

Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma. ( Wong, Donna L, 2004 : 550)  b.

Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000: 177)

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. (Carpenito,1999: 204) d. Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif (Carpenito, 1999:204). e. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550) f.

Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550)

g.

Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna, 2004:553).

h.

Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi

3. Intervensi

Perencanaan KeperawatanKelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic  plasma. ( Wong, Donna L, 2004 : 550) Tujuan: tidak terjadi akumulasi cairan dan dapat mempertahankan keseimbangan intake dan output. KH: menunjukkan keseimbangan dan haluaran, tidak terjadi peningkatan berat badan, tidak terjadi edema. • Intervensi: • Pantau, ukur dan catat intake dan output caira • Observasi perubahan edema • Batasi intake garam • Ukur lingkar perut • timbang berat badan setiap hari Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000: 177) kolaborasi  pemberian obat-obatan sesuai program dan monitor efeknya Tujuan: Pola nafas adekuat KH: frekuensi dan kedalaman nafas dalam batas normal • Intervensi:  – 

auskultasi bidang paru

 –   pantau adanya gangguan bunyi nafas  –   berikan posisi semi fowler   – 

observasi tanda-tanda vital

 – 

kolaborasi pemberian obat diuretic Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. (Carpenito,1999: 204) Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi KH: tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang adekuat, mempertahankan berat badan Intervensi: • tanyakan makanan kesukaan pasien • anjurkan keluarga untuk mrndampingi anak pada saat makan • pantau adanya mual dan muntah

• bantu pasien untuk makan • berikan makanan sedikit tapi sering • berikan informasi pada keluarga tentang diet klien Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif. (Carpenito, 1999:204). Tujuan: tidak terjadi infeksi KH: tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vitl dalam batas normal, leukosit dalam batas normal. Intervensi: • cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan • pantau adanya tanda-tanda infeksi • lakukan perawatan pada daerah yang dilakukan prosedur invasive • anjurkan keluarga untuk mrnjaga kebersihan pasien • kolaborasi pemberian antibiotic Intoleransi Tujuan:

aktivitas pasien

b.d.

dapat

kelelahan. mentolerir

(Wong, aktivitas

Donna dan

L,

2004:550)

mrnghemat

energi

KH: menunjukkan kemampuan aktivitas sesuai dengan kemampuan, mendemonstrasikan  peningkatan toleransi aktivitas • Intervensi: • pantau tingkat kemampuan pasien dalan beraktivitas • rencanakan dan sediakan aktivitas secara bertahap • anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien • berikan informasi pentingnya aktivitas bagi pasien Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550) Tujuan: tidak terjadi kerusakan integritas kulit KH:

integritas

kulit

terpelihara,

tidak

terjadi

kerusakan

kulit

Intervensi: • inspeksi seluruh permukaan kulit dari kerusakan kulit dan iritasi • berikan bedak/ talk untuk melindungi kulit • ubah posisi tidur setiap 4 jam • gunakan alas yang lunak untuk mengurangi penekanan pada kulit. Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna, 2004:553). Tujuan: tidak terjadi gangguan boby image KH: menytakan penerimaan situasi diri, memasukkan perubahan konsep diri tanpa harga diri negative

Intervensi: • gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya •

dukung

sosialisasi

dengan

orang-orang

yang

tidak

terkena

infeksi

• berikan umpan balik posotif terhadap perasaan anak  » Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi. Tujuan: tidak terjadi diare KH: pola fungsi usus normal, mengeluarkan feses lunak  Intervensi: • observasi frekuensi, karakteristik dan warna feses • identifikasi makanan yang menyebabkan diare pada pasien • berikan makanan yang mudah diserap dan tinggi serap

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Sindroma Nefrotic (SN) adalah gambaran klinis dengan ciri khusus proteinuri masif  lebih dari 3,5 gram per 1,73 m2 luas permukaan tubuh per hari (dalam praktek, cukup > 3,03,5 gr per 24 jam) disertai hipoalbuminemi kurang dari 3,0 gram per ml. Pada SN didapatkan  pula lipiduria, kenaikan serum lipid lipoprotein, globulin, kolesterol total dan trigliserida, serta adanya sembab sebagai akibat dari proteinuri masif dan hipoproteinemi. Beberapa ahli  penyakit ginjal menambahkan kriteria lain : 1.Lipiduria yang terlihat sebagai oval fat bodies atau maltase cross bodies. 2.Kenaikan serum lipid, lipoprotein, globulin, kolesterol total dan trigliserida 3.Sembab. B. Saran 1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa

keperawatan 2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan. 3. semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum terbuka.

DAFTAR PUSTAKA 1. Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.

2. Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC. 3. Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan: Guidelines for Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta: EGC. 4.

Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.

5.

Husein A Latas. 2002. Buku Ajar Nefrologi. Jakarta: EGC.

6. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. 7.

Price A & Wilson L. 1995. Pathofisiology Clinical Concept of Disease Process (Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit), alih bahasa: Dr. Peter Anugrah. Jakarta: EGC

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF