Askep Post Operasi Cabg

May 27, 2018 | Author: adins | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

cabg...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab tunggal terbesar kematian di negara maju dan di negara berkembang. Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner (WHO, 2013). Pada tahun 2004, diperkirakan 17,1 juta orang meninggal karena PJK. Angka ini merupakan 29% dari penyebab kematian global dengan perincian 7,2 juta meninggal karena PJK dan sekitar 5,7 juta orang meninggal karena stroke (Kulick, 2011). Sedangkan Kemenkes RI menyatakan bahwa pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun. Kematian dini yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah (Riskesdas, 2013). Menurut data register Unit ICU surgikal dewasa di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita kasus CABG tahun 2016 terdapat kasus CABG sebanyak 748 orang dari 1510 kasus yang dioperasi. Sedangkan pada bulan Januari 2017 terdapat kasus CABG sebanyak 57 orang. Dari data tersebut diperkirakan angka kasus CABG tiap bulannya akan terjadi peningkatan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengangkat judul studi kasus

ini yaitu “ASUHAN KEPERAWATAN PASCA OPERASI CORONARY ARTERI BYPASS GRAFT (CABG) DI RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA“.

1

1.2

Tujuan Studi Kasus

1.2.1. Untuk mengetahui dan memahami konsep Coronary Arteri Bypass

Graft (CABG). 1.2.2. Untuk mengetahui dan memahami konsep pasca operasi pada pasein dengan Coronary Arteri Bypass Graft (CABG). 1.2.3. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan pasca operasi Coronary Arteri Bypass Graft (CABG).

1.3

Manfaat Studi Kasus

1.3.1

Bagi penulis Dapat lebih memahami tentang konsep dan praktik asuhan keperawatan pada pasien dengan pasca operasi Coronary Arteri Bypass Graft (CABG).

1.3.2

Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi tambahan referensi dalam pembelajaran mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan pasca operasi Coronary Arteri

Bypass Graft (CABG).

2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1

Konsep Dasar Coronary Artery Bypass Graft (CABG)

2.1.1 Definisi CABG CABG adalah operasi jantung untuk revaskularisasi aliran arteri koroner dengan pembuluh pintas baru yaitu arteri atau vena yang diambil dari kaki, lengan dan dada pasien pembuluh darah tersebut disambungkan ke pembuluh darah yang mengalami sumbatan sehingga aliran darah kembali normal dan miokard kembali mendapat suplai oksigen yang adekuat (Smeltzer & Bare, 2008). CABG merupakan prosedur revaskularisasi untuk memperbaiki dan meningkatkan aliran darah ke jantung yang dilakukan untuk mengurangi angina pada pasien yang telah gagal terapi medis dengan obat atau angioplasty (PTCI) (Kulick & Shiel, 2011).

2.1.2 Tujuan Tujuan CABG adalah untuk revaskularisasi aliran arteri koroner akibat adanya penyempitan atau sumbatan ke otot jantung (Arif Muttaqin, 2010).

2.1.3 Indikasi Menurut Arif Muttaqin (2009), pasien penyakit jantung koroner yang dianjurkan untuk bedah CABG adalah pasien yang hasil kateterisasi jantung ditemukan adanya: 1. Penyempitan >50% dari left main disease atau left mainquivelant yaitu penyempitan menyerupai left main arteri misalnya ada penyempitan bagian proximal dari arteri anterior desenden dan arteri circumflex. 2. Penderita dengan three vessel disease yaitu tiga arteri koroner semuanya mengalami penyempitan bermakna yang fungsi jantung mulai menurun (EF75 tahun menurut WHO) 2. Pasien dengan penyakit pembuluh darah koroner kronik akibat diabetes mellitus dan EF yang sangat rendah 0,5

Kolaborasi:

• Pemberian terapi sesuai program.

• Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

• Berikan cairan intravena sesuai instruksi.

• Pasang hemodinamik

cc/kg/jam

monitoring invasive.

• Berikan inotropik sesuai instruksi dokter 3

Nyeri

Setelah dilakukan

berhubungan

asuhan keperawatan

• Kaji tanda-tanda Nyeri.

dengan trauma

selama 3 x24 jam

• Observasi keluhan nyeri, catat

operasi dan

klien dapat:

pemasangan alat

• Pasien menyatakan

invasif tubuh.

Mandiri:

lokasi dan intensitas.

nyeri berkurang secara verbal.

• Pasien terlihat 36

• Beri posisi yang nyaman untuk pasien.

• Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.

• Beri lingkungan yang nyaman

tenang.

• Tanda Vital dalam batas normal

Kolaborasi: Berikan medikasi analgesik sesuai instruksi dokter.

4

Resiko perdarahan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

berhubungan

selama 3x24 jam,

dengan prosedur

tidak ada tanda-tanda

operasi CABG.

perdarahan dengan

sebelum dan sesudah terjadi

kriteria hasil

perdarahan.

• Parameter

Bleeding precautions :

• Monitor ketat tanda-tanda perdarahan.

• Catat nilai Hb dan Ht

• Monitor tanda-tanda vital.

hemodinamik dalam batas normal.

• Drainase dada melalui selang pada 4-6 jam pertama kurang dari 300 ml/jam.

• Monitor nilai lab meliputi: PT, INR, APTT dan trombosit.

• Kolaborasi dalam pemberian produk darah.

• Lindungi pasien dari trauma yang dapat menimbulkan

• Tanda-tanda vital

perdarahan.

• Monitor trend tekanan darah

stabil

dan parameter hemodinamik (CVP, Pulmonary Capilary/ Arteri Wedge pressure).

• Monitor status cairan yang meliputi intake dan output.

• Pertahankan patensi IV line. • Monitor ukuran dan karekteristik hematoma.

• Monitor status nutrisi pasien. 5

Resiko infeksi

Setelah dilakukan

Infection control (6540)

berhubungan

asuhan keperawatan

Fasilitasi lingkungan sekitar

dengan

selama 2x24 jam klien

pasien tetap bersih.

37

pemasangan alat

dapat:

Pisahkan peralatan pasien satu

invasif tubuh.

Meningkatkan

dengan pasien lain untuk

pertahanan tubuh

meminimalisir infeksi.

dengan kriteria :

Batasi jumlah pengunjung.

• Status gastrointestinal Ajarkan teknik cuci tangan dalam rentang

yang benar kepada pasien dan

normal.

keluarga.

• Status respirasi dalam Lakukan teknik cuci tangan rentang normal.

• Status genitourinari

pada setiap petugas yang bersentuhan langsung dengan

dalam rentang

pasien sesuai dengan prinsip 5

normal.

moments.

• Suhu tubuh dalam rentang normal.

• Integritas kulit,

Gunakan teknik aseptik untuk tindakan-tindakan tertentu, seperti pengambilan spesimen

membran mukosa

darah, rawat luka, dll.

normal.

Kolaborasi untuk pemberian

• Nilai sel darah putih dalam batas normal.

• Tidak ada infeksi ulang

antibiotik. Wound Care (3660) dan Wound Care ; Closed Drainage (36620)

Pengetahuan klien dan

Monitor karakteristik dari

keluarga tentang

luka, termasuk drainase,

kontrol infeksi

ukuran, warna, dan tanda-

meningkat, dengan

tanda infeksi.

kriteria :

Jaga kebersihan luka dengan

• Keluarga mengetahui

menggunakan normal salin dan

cara penyebaran

clorhexidine.

infeksi.

Gunakan dressing sesuai

• Keluarga mengetahui

dengan karakteristik luka post

faktor yang berperan

op.

dalam penyebaran

Ajarkan pasien dan keluarga

38

infeksi.

untuk mengenal tanda-tanda

• Keluarga memahami tanda-tanda infeksi

infeksi. Kaji volume dan karakteristik drainase.

3.5.

Implementasi keperawatan

Tanggal/jam 30/03/2017

No.

Implementasi

Dx. 1,2,5

08.00

Evaluasi

Cuci tangan sebelum

S: -

menyentuh pasien,

O:

memposisikan semifowler dan

• akral hangat, pulsasi

melakukan rewarming pasien

teraba kuat.

• Suhu penghangat disetting 360C menyesuaikan secara bertahap proses

rewarming.

1

Mengukur Cardiac Output dan

S: -

Cardiac Indeks

O:

• Cardiac Output: 3.0 • Cardiac Indeks: 1.9 • SVR: 2315 • CVP:7 cmH2O 08.30

1,2

Memonitor hemodinamik,

S: -

modus ventilator, SpO2, pola

O:

nafas.

• Kesadaran pasien masih dalam pengaruh anestesi.

• SpO2 100% dengan ventilator mode VC, FiO2 50%, RR 12 39

x/menit, volume tidal 500 cc, PEEP 5.

• Tekanan darah 140/70 mmHg, HR: 64 x/menit, 0

suhu: 36 C. • Pola nafas reguler. 09.00

5

Menginformasikan kembali

S:

pentingnya cuci tangan dan

• Istri pasien mengatakan

membatasi pengunjung.

sudah memahami aturan untuk pembatasan pengunjung dan jam kunjungan. O:

• Istri pasien sudah bisa cuci tangan 6 langkah, dibuktikan dengan melakukan cuci tangan didepan perawat. 09.30

1

Mengevaluasi suara nafas dan

S:

memonitor hemodinamik.

O:

• suara vesikuler, tidak ada ronkhi dan weezing.

• Tekanan darah 130/70 mmHg, HR: 70 x/menit, RR: 12 x/menit, suhu 360C, SpO2: 100%. 10.00

1,2,3

Melakukan perekaman EKG

S: -

dan mengukur hemodinamik

O:

• kesadaran pasien: DPO • EKG Sinus rythm dengan iskemik anterolateral. 40

• Hemodinamik: • TD:128/78 mmHG, HR: 78x/menit, RR: 12x/menit, akral hangat, 0

suhu tubuh: 37 C pulsasi teraba kuat.

11.00

1,2,4

Melakukan pengambilan

- Hb : 11,7 g/dL

sample darah untuk

- HCT : 33,2 %

melakukan monitoring AGD,

- pH : 7,530

elektrolit dan enzim jantung

- PCO2: 38,0 mmHg - pO2 : 230mmHg - HCO3:24,5 mmol/L - tCO2: 23,0 mmol/L - BE : -8,4 mmol/L - Asam Laktat: 5,6 mmol/L - Glukosa Darah : 271 mg/dL - Natrium: 140 mmol/dl - kalium: 4,7 mmol/dl

Cardiac: CK:1321 U/L CKMB: 52 U/L

Hematologi: Hb: 11,7 g/dl Leukosit: 14.260/Ul Hematokrit: 33,2/Ul

1 41

11.20

Kolaborasi untuk melakukan

S:

rontgen dada

O:

• Tampak ETT terpasang dijalan nafas, ujungnya terletak di ICS 2-3, CTR 50%, tidak terdapat efusi pleura dan edema paru. 1,2,3

Memonitor status pernafasan

S: -

dan hemodinamik pasien

O:

setelah pasien kembali

• Efek sedasi tampak

composmentis.

sudah hilang, pasien kembali composmentis, GCS: E4 M6 VETT, RR: 12 kali/menit.

• Pola nafas reguler • Terpasang ventilator dengan modus VC

• FiO2 50% • Volume tidal 500 cc • PEEP 5 • SPO2 100% • Hemodinamik; TD: 127/65 mmHg, HR: 78x/menit, RR: 12x/menit, suhu: 36,5 celcius. 12.00

2,4

Melakukan balance cairan

S: O:

• Intake : 546 cc • Output: urine + drain = 880 cc. 42

• Balance cairan = 546 – 880 = -334 cc 30/03/2017

1,2

12.05

Memonitor hemodinamik,

S:

status pernafasan

O:

• Pasien tampak Composmentis.

• Hemodinamik: TD: 148/78 mmHg, HR: 104 x/menit, RR:12x/menit, akral hangat, suhu tubuh: 36,70C pulsasi teraba kuat.

• CVP: 12 • CO: 4.19 • CI: 2.7 • SVR :1393 12.15

1

Melakukan suction

S: O:

• Jumlah suction: sedang Warna sekret: warna



dahak, putih.

• Konsistensi: kental 12.20

1

Memonitor modus ventilator,

S:

pola nafas

O:

• Pasien tampak Composmentis

• SpO2 100%dengan ventilator mode PS 6, FiO2 40%, RR 20 x/menit, volume tidal 43

460 cc, PEEP 5%.

• Pola nafas reguler. 1

Mempersiapkan ekstubasi dan

S:

Memonitor hemodinamik

O:

pasien post ekstubasi.

• Ektubasi dilakukan setelah kondisi pernafasan pasien stabil tanpa bantuan ventilator. Ventilator dalam keadaan stanby, pasien menggunakan Tpiece dengan FiO2: 60%, RR: 20 x/menit, SpO2: 99%.

• Pasca ekstubasi pasien menggunakan simple mask dengan konsentrasi O2: 52%, RR:22 x/menit, SpO2: 99%. 1

Memberikan O2 tambahan

S:

menggunakan nasal kanul.

pasien mengatakan



merasa lebih nyaman.

O:

• Pasien menggunakan nasal kanul dengan konsentrasi O2: 32%, RR: 20 x/menit, SpO2: 99%. 1

Melakukan pengambilan

S:

sampel darah arteri.

• Pasien mengatakan bersedia untuk diambil

44

darah. O:

• pH: 7,39 • PaO2: 153 • PaCO2: 31,1 • HCO3: 19,1 • BE: -4,4 • SaO2: 99,7% • Kalium: 4,9 • Natrium: 139 • Clorida: 101 • Calsium: 1,02 • Magnesium: 0,44 • GDS: 224 12.00

2

Melakukan pengukuran

S:

hemodinamik, Cardiac Output

O:

dan Cardiac Indeks.

• CO: 3.88 • CI: 2.5 • CVP: 12 • SVR: 1443

3.6.

Evaluasi keperawatan Diagnosa Tanggal/jam Keperawatan

30/03/2017 13.00

Evaluasi SOAP

Bersihan jalan nafas

S:

Tifdak efektif

Pasien mengatakan masih ada dahak di

berhubungan dengan

tenggorokannya.

pemakaian sedative

O:

dan relaxan.

Pasien tampak batuk spontan dan mengeluarkan dahak. Konsistensi dahak kental, warna putih, jumlah sedikit. A: 45

Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi. P: Lanjutkan intervensi: anjurkan pasien

30/03/2017 13.05

Penurunan curah

batuk efektif. S:

jantung berhubungan

pasien mengatakan badannya terasa

dengan penurunan

lemas.

kontraktilitas miokard,

O:

peningkatan afterload.

• Kesadaran composmentis • TD: 142/80 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 22 x/menit.

• CO: 3.88 • CI: 2.5 • SVR: 1443 • CVP:12 • Urine output: 900 cc/ 8 jam. (0,5cc/kgBB/jam)

• EF: 32% A: Masalah penurunan curah jantung belum teratasi. P: Lanjutkan intervensi

• Pantau kondisi hemodinamik pasien. • Edukasi untuk pembatasan aktivitas agar tidak membebani kerja jantung. 30/03/2017 13.10

Nyeri berhubungan

S:

dengan trauma operasi

Pasien mengatakan nyeri pada daerah

dan pemasangan alat

luka post operasi.

invasif tubuh.

Pengkajian PQRST: P: saat bergerak. 46

Q: perih, nyeri. R: daerah luka post operasi S: skala nyeri 3-4/10 T: setiap kali bergerak. O:

• Kesadaran composmentis. • pasien tampak meringis saat bergerak.

A: Masalah Nyeri belum teratasi P: Lanjutkan intervensi

• Kaji nyeri secara komprehensif. • Ajarkan teknik relaksasi saat nyeri timbul. 30/03/2017 13.15

Resiko perdarahan

S: -

berhubungan dengan

O:

prosedur operasi

• Pasien post op CABG.

CABG.

• Produksi drain : • Warna produk drain serous. • TD:136/82 mmHg, HR: 88 x/menit, RR:20 x/menit.

• HB: 8,2 mg/dl A: Masalah resiko perdarahan tidak terjadi. P: Lanjutkan intervensi : Observasi perdarahan 30/03/2017 15.00

Penurunan curah

S:

jantung berhubungan

pasien mengatakan badannya terasa

dengan penurunan

lemas.

kontraktilitas miokard,

O:

47

peningkatan afterload.

• Kesadaran composmentis • TD: 142/80 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 22 x/menit.

• CO: 3.88 • CI: 2.5 • SVR: 1443 • CVP:12 • Urine output: 900 cc/ 8 jam. (0,5cc/kgBB/jam)

• EF: 32% A: Masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi

• Pantau kondisi hemodinamik pasien. • Edukasi untuk pembatasan aktivitas agar tidak membebani kerja jantung.

48

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kesesuaian antara landasan teori dan tinjauan kasus pada pasien pasca operasi CABG di ruang ICU Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Tindakan CABG dilakukan pada Tn.A.S (55 tahun) dengan tujuan perbaikan aliran darah ke koroner dapat kembali normal. Pada saat pasien datang dari kamar operasi, tindakan pertama yang dilakukan mengikuti prosedur yang ada di ICU RSJPD Harapan kita. Prosedur yang terlebih dahulu dilakukan di ruangan ICU diantaranya adalah observasi terhadap tanda-tanda vital pasien, pemasangan alat-alat seperti ventilator, monitor jantung, pemasangan selang Water Seal Drainage dan pemasangan alat invasif lainnya. Kemudian perawat melakukan serah terima pasien yang meliputi pengkajian masalah selama intra operasi, tanda-tanda vital, jumlah urine output dan drain dari ruang operasi serta obat-obatan yang telah diberikan, Selanjutnya dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk mengkaji masalah yang terjadi pada pasien dan melakukan intervensi keperawatan. Pasien atas nama Tn.A.S, pengkajian di ruang ICU yang baru datang dari kamar operasi pada tanggal 29-03-2017 pukul 21.00 WIB setelah dilakukan operasi CABG 3X ON PUMP. CORONARI ARTERI BYPASS GRAFT (CABG) merupakan salah satu metode revaskularisasi yang umum dilakukan pada pasien yang mengalami atherosclerosis dengan 3 atau lebih penyumbatan pada arteri koroner atau penyumbatan yang signifikan pada Left Main Arteri Coroner (Chulay & Burn,2006). Berdasarkan teori tersebut, pada kasus Tn.A.S dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus. Asuhan Keperawatan bedah meliputi asuhan keperawatan yang diberikan saat pra bedah, intra bedah, dan pasca bedah. Pembedahan ini memperbaiki aliran darah miokard melalui BYPASS ARTERY CORONER (Handbook of Medical surgical Nursing, 2006). Pemberian asuhan keperawatan pasca bedah ini bertujuan untuk 49

membantu memulihkan pasien dalam memenuhi aktivitas yang berguna dalam mempertahankan hidup, kesejahtraan dan kesehatan (Wilkinson & Ahern, 2013).

4.1. Pengkajian Keperawan Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dari proses keperawatan. Kegiatan yang dilakukan pada saat pengkajian yakni mengumpulkan data, memvalidasi data, mengorganisasi data dan mencatat data yang diperoleh. Pengkajian pada Tn.A.S (55 tahun) dilakukan tanggal 30-032017 pukul 08.00 WIB. Pengkajian didapat melalui anamneses, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium dan hemodinamik pasien. Hasil yang di dapat adalah pasien baru datang dari OK pada tanggal 29-032017 jam 21.00 WIB, kesadaran pasien masih dalam pengaruh obat sedasi, monitor EKG : Sinus rythem, terpasang ETT no.8 batas bibir 21 cm, dengan modus ventilator volume control, TV 500, FIO2 50%, RR 12 x/menit, PEEP 5 cmH2O, terpasang CVP di vena subclavia sinistra, sheath port di vena jugular interna dextra, terpasang kateter swans ganz di vena jugularis interna dextra, terpasang arteri line di arteri brachialis sinistra, WSD di substernal dan intra pleura sinistra, terpasang syring pump dengan NTG 0.5 mcg/kg/jam dan Morfin 20 mcg/kg/jam.

4.2. Diagnosa keperawatan Dalam pembahasan diagnosa keperawatan kami membandingkan antara diagnosa keperawatan pada teori

NANDA

(2015-2017)

dan Nursing

Intervention classification dengan diagnosa keperawatan pada Tn.A.S dengan post operasi CABG. Adapun masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn.A.S (55 Tahun) antara lain: a. penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard. b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penggunaan alat ventilasi mekanik. c. Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan pemasangan alat invasif tubuh. 50

d. Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur operasi CABG. e. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat invasif tubuh. Diagnosa pertama yang kelompok angkat adalah penurunan curah jantung,dimana jantung mempunyai fungsi sebagai organ vital. Organ yang memompakan darah, dengan pompa jantung adekuat maka kebutuhan jaringan akan terpenuhi dengan baik,tanpa mengesampingkan kebutuhan jantung itu sendiri. Efektifitas dari pompa jantung salah satunya dipengaruhi oleh afterload (tahanan) yang akan dihadapi saat ventrikel kiri jantung berkontraksi. Sesuai dengan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, komplikasi pada pasien yang menjalani bedah jantung adalah hipotermia. Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada TN.A.S. pada teknik operasi CABG, suhu akan diturunkan yang bertujuan untuk menurunkan kebutuhan jaringan akan oksigen. Hipotermia yang terjadi jika tidak segera ditangani akan menyebabkan vasokonstriksi sehingga Sistemic

Vascular Resistance (SVR) akan meningkat. Jika SVR meningkat maka akan menyebabkan peningkatan afterload sehingga dapat menyebabkan penurunan curah

jantung.

dingin,penunjang

Berdasarkan

pengkajian

echocardiografi

dengan

TN.A.S EF

diperoleh

50%,

TAPSE

data

akral

2,1

cm,

o

TD:140/70mmHg, HR : 64 x/menit, suhu :36 C, SV:34, CO:3,0, CI:1,9, SVR:2315, CVP:12cmH2O. Diagnosa kedua ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penggunaan alat ventilasi mekanik, dimana produksi secret pasien pasca operasi jantung yang menggunakan ventilator akan meningkat karena pemberian obat-obatan sedasi dan relaksasi selama proses intra operasi. Diagnosa ketiga, nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan, dimana pada pengkajian nyeri didapati nyeri dengan skala 4/12, adanya luka operasi dan pemasangan alat-alat infasif pada pasien pasca pembedahan. Kelompok mengangkat diagnosa nyeri karena aktual pasien mengungkapkan rasa nyerinya dan nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan harus ditangani sesegera mungkin karena dapat mempengaruhi tanda-tanda vital. Diagnosa keempat resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur operasi CABG dan pemberian koagulopati intravaskuler.

51

Diagnosa kelima, resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat invasif. Alat-alat invasif yang terpasang ditubuh pasien merupakan port de entry kuman dan bakteri. Pada TN.A.S terdapat beberapa alat yang beresiko terjadinya infeksi yaitu terpasang side port di vena jugularis internal dextra, terpasang CVP di vena subclavia kiri, terpasang IV line di vena dorsumanul dextra, Dower chateter no.14 fr, WSD di sub sterna, selain itu juga terdapat luka operasi di bagian midsternum, dan ekstremitas bawah kanan.

4.3. Intervensi keperawatan Sebelum

menentukan

perencanaan

keperawatan,

terlebih

dahulu

menentukan masalah keperawatan pada pasien, kemudian menentukan prioritas berdasarkan kegawatan. Pada penentuan prioritas masalah, diagnosa pertama tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Menurut teori, prioritas diagnosa keperawatan pada klien dengan koronari artery disease pasca operasi CABG adalah penurunan curah jantung. Sementara pada kasus, diagnosa prioritas pada pasien adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard. Dimana di dukung dari pengkajian dan pengumpulan data yaitu akral dingin, penunjang echocardiografi EF 50%, TD:140/70mmHg,

suhu:360C,

HR:64x/menit,

SV:34,

CO:3,0,

CI:1,9,

SVR:2315, CVP :12cmH2O. Faktor pendukung pada tahap perencanaan yaitu data yang menunjang serta tersedianya literatur sehingga memudahkan untuk menetapakan rencana tindakan dan kriteria hasil. Faktor penghambat adalah keterbatasan kami dan terbatasnya waktu dalam pelaksanaan keperawatan.

4.4. Implementasi keperawatan Implementasi

merupakan

proses

keperawatan

yang

terdiri

dari

serangkaian aktifitas keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat. Pada tahap ini perawat harus melakukan tindakan kepeawatan yang ada dalam rencana keperawatan (Dinarti 2009). Pelaksanaan keperawatan pada TN.A.S telah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun sesuai dengan masalah pasien.

52

Dalam melaksanakan rencana tindakan keperawatan mengacu pada teori yaitu melalui tahap-tahap pelaksanaan yang terdiri dari 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi. Tahap persiapan terdiri dari menganalisa dan menggali kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan. Mengetahui komplikasi yang timbul pada kasus dan persiapan pencatatan atau pendokumentasian, Seluruh rencana tindakan dapat dilakukan, tetapi tidak dalam 24 jam karena keterbatasan waktu, sehingga kami mendelegasikan kepada perawat ruangan.

4.5. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Hasil evaluasi dari kelima diagnosa keperawatan yang kami angkat pada kasus yakni, diagnosa pertama penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard, masalah teratasi sebagian ditandai dengan pasien mengatakan badannya terasa lemah, TD:140/70mmHg, HR:64x/menit, RR:12x/menit, CO:3,88, CI:2,5, SVR:1443, CVP:12, EF: 50%. Diagnosa kedua, nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan pemasangan alat invasive, masalah belum teratasi ditandai dengan pasien mengatakan masih nyeri pada daerah luka post operasi. Pengkajian PQRST, P:saat bergerak, Q:perih,nyeri, R:midsternum, S:skala nyeri 3-4/10, T:Setiap kali

bergerak.

Diagnosa

ketiga,

resiko

infeksi

berhubungan

dengan

pemasangan alat invasive, masalah tidak terjadi ditandai dengan luka operasi tampak bersih tertutup kassa steril dan tidak ada rembesan, tidak ada tandatanda infeksi pada luka post operasi. Diagnosa keempat, resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur operasi CABG, masalah belum teratasi ditandai dengan produksi drain:280 cc dalam 8 jam. Faktor pendukung dalam pelaksanaan adalah pendokumentasian yang dilakukan cukup lengkap sehingga kami dapat mengevaluasi tindakan yang berpedoman pada implementasi yang sudah dilakukan

53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Asuhan keperawatan pasca bedah Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan hal yang sangat penting karena menentukan keberhasilan pasien dalam melewati masa-masa kritis pasca pembedahan. Keberhasilan ini akan dapat dicapai apabila perawat dapat melakukan pengkajian yang spesifik hingga implementasi yang tepat pada pasien. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. A.S. setelah menjalani pembedahan, didapatkan beberapa diagnosa keperawatan. Adapun diagnose keperawatan pada Tn. A.S. yaitu: a.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard.

b.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penggunaan alat ventilasi mekanik.

c.

Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan pemasangan alat invasive.

d.

Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan operasi CABG.

e.

Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat invasive. Pada asuhan keperawatan yang telah diberikan terdapat beberapa

pencapaian yang telah dilalui oleh pasien ditandai dengan perubahan fungsi kardiovaskuler yang stabil dan tidak terjadinya penurunan curah jantung, bersihan jalan nafas sudah mulai efektif, perdarahan serta infeksi tidak terjadi.

5.2. Saran

Dalam

rangka

perbaikan

dan

peningkatan

kualiatas

pelayanan

keperawatan pada pasien dengan post operasi CABG, maka penulis ingin menyampaikan beberapa pemikiran/saran sebagai berikut: 54

-

Untuk pasien pasca operasi CABG Sebaiknya pasien yang telah melakukan operasi CABG agar dapat menjaga

kesehatan

untuk

mencegah

faktor

resiko

yang

dapat

menyebabkan kejadian aterosklerosis kembali, seperti gaya hidup yang dijelaskan pada BAB II. Pembatasan aktivitas post operasi di bulan-bulan pertama sangat perlu diperhatikan, sebaiknya pasien post operasi CABG mengurangi aktivitas agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi post pembedahan seperti terjadinya perdarahan, serta diharapkan pasien mengikuti rehabilitasi sesuai program sehingga fungsi secara fisik, mental, dan spritual kembali optimal. -

Untuk keluarga pasien pasca operasi CABG Keluarga dapat memberikan dukungan baik secara moril maupun spritual kepada pasien. Support dari keluarga sangat membantu dalam pemulihan pasca operasi CABG.

-

Untuk teman sejawat perawat Sebagai perawat yang profesional diharapkan mampu memahami konsep dan dapat melakukan perawatan post bedah CABG. Untuk itu perawat harus dapat memahami defenisi, indikasi, komplikasi, dan asuhan keperawatan dalam merawat pasien pasca operasi CABG, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan pada pasien pasca operasi CABG.

55

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF