ASKEP POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

March 26, 2018 | Author: Dim'z Wahyu Nayteseira | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download ASKEP POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF...

Description

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fungsi system pernapasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Fisiologi jantung mencakup pengaliran darah yang membawa oksigen dan sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke system pulmonary. Fisiologi pernapasan oksigenasi tubuh melalui mekanisme ventilasi, perfusi dan transport gas pernapasan. Pengaturan saraf dan kimiawi mengontrol fluktuasi dalam frekwensi dan kedalaman pernapasan untuk memenuhi perubahan kebutuhan oksigen jaringan. (Perry & Potter,1551) B. Rumusan Masalah Dalam laporan pendahuluan ini akan dibahas mengenai Asuhan keperawatan Ketidakefektifan pola Pernafasan. C. Metode Penelitian Dalam pembuatan laporan pendahuluan ini, kami menggunakan metode study pustaka. D. Tujuan Mengetahui pola pernapasan yang tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek, lender, bronkonstruksi dan iritan jalan napas.

1

BAB II PEMBAHASAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA PERNAFASAN

A. Definisi Ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat. Keadaan ketika seorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang actual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernapasan. (Lynda Juall C, 383) B. Batasan Karakteristik Mayor (harus terdapat, satu atau lebih) a. Perubahan dalam frekuensi atau pola pernapasan (dari biasanya) b. Perubahan pada frekuensi, irama, dan kualitas pada nadi. Minor (mungkin terdapat) a. Ortopnea b. Takipnea, hipernea, hiperventilasi c. Pernafasan disritmik d. Pernafasan sukar atau berhati-hati (Lynda Juall C, 383) The main symptoms of pulmonary disease are the following a. Cough b. Sputum production c. Hemoptysis (coughing up blood) d. Dyspnea (shortness of breath) e. Wheezing f. Cyanosis (bluish discoloration of the skin) g. Chest pain h. Sleep apnea

2

Other symptoms In addition to the main symptoms of pulmonary disease, there are other, less common symptoms. These include the following a. Stridor (noisy breathing) b. Voice changes c. Swelling of the ankles (dependent edema) (Mark H Swartz) C. Faktor yang Berhubungan a. Patofisiologis Berhubungan dengan sekresi yang kental atau sekresi yang berlebihan sekunder akibat : infeksi, fibrosis kistik, atau influenza Berhubungan dengan imobilitas, statis sekresi, dan batuk takefektif sekunder akibat : Penyakit system pernapasan, depresi system syaraf pusat / trauma kepala, Cedera serebrovaskular (stroke), Quadriplegia. b. Tindakan yang berhubungan Berhubungan

dengan

imobilitas

sekunder

akibat

:

efek

sedative

dari

medikasin(sebutkan), anesthesia, umum atau spinal Berhubungan dengan supresi reflex batuk sekunder akibat (sebutkan) Berhubungan dengan penurunan oksigen dalam udara inspirasi. c. Situasional (Personal, Lingkungan) Berhubungan dengan immobilotas sekunder akibat : pembedahan, trauma, nyeri, ketakutan, ansietas, keletihan, kerusakan persepsi / kognitif. Berhubungan dengan kelembapan yang sangat tinggi atau kelembapan rendah, menangis, allergen, asap, tertawa. (Lynda Juall C, 371)

3

D. Patofisiologi Inflamasi saluran nafas dan spasme akut otot polos bronkiolus Produksi mucus yang berlebihan dan menumpuk Penyumbatan aliran udara Penurunan ventilasi alveolus Pengembangan paru tidak optimal P O2 menurun P CO2 meningkat Sesak napas Peningkatan Produksi secret Pola napas tidak efektif (Elizabeth J Corwin, 565-566)

4

PATOFISIOLOGI PADA PASIEN PENDERITA GANGGUAN FUNGSI PERNAFASAN (ASMA BRONCHIAL)

E. Penatalaksanaan Medis 1

Memberikan oksigen tambahan

2

Memberikan fisioterapi dada

3

Mempraktekan Postural Drainase

4

Pemberian obat

5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA PERNAPASAN 1.Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masa lalu.Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik dari keluhan utama,kejadian

yang

membuat

kondisi

sekarang

ini,riwayat

perawatan

dahulu,riwayat keluarga dan riwayat psikososial.Riwayat kesehatan dimulai dari boigrafi klien,diman aspek biografi yang sangat erat hubunganya dengan gangguan oksigaenasi mencakup usia,jenis kelamin,pekerjaan (terutama yang berhubungan dengan kondisi tempat tinggal serta apakah klien tinggal sendiri atau dengan orang lain yang nantinya berguna perencanaan pulang). a.1 Keluhan Utama Keluhan utama akan menentukan prioritas intervansi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini.Keluhan utama yang biasa muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk,peningkatan produksi sputum,dyspnea,chestpain. a.2 Riwayat Kesehatan Masa Lalu Perawat menanyakan tentang penyakit pernafasan klien.Secara umum perawat menanyakan tentang : Riwayat merokok→merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker paru-paru,emfisema dan bronchitis kronik.Amnesia harus mencakup hal-hal:  Usia mulainya merokok secara rutin.  Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari.  Usia melepas kebiasaan merokok.  Ppengobatan saat ini dan masa lalu.  Alergi.  Tempat tinggal. a.3 Riwayat Kesehatan Keluarga 6

Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan social pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada 3 yaitu : a) Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberculosis ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya.jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularanya. b) Kelainan alergis,seperti astma bronchial, menunjukan suatu prediposisi keturunan tertentu; selain itu serangan astma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat. c) Pasie bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi.Taoipolusi

udara

tidak

menimbulkan

bronchitis

kronik,hanya

memperburuk penyakit pasien tersebut.

b.Pemeriksaan Fisik (Head ToToe) 1) Inspeksi a) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior pada posisi duduk. b) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi ke yang lainya. c) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah. d) Inspeksi

thorax

posterior

terhadap

warna

kulit

dan

kondisinya

,skar,massa,gangguan tulang belakang seperti : khyposis,scoliosis dan lordosis. e) Catat jumlah,irama,kedalaman pernafasan dan kesimetrisan pergerakan dada. f) Observasi type pernafasan seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma dan penggunaan otot bantu pernafasan. g) Saat mengobservasi respirasi catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). h)

Kelainan pada bentuk dada : Barrel Chest,Funnel Chest, Pigeon Chest. Kiposis, Skoliosis.

i) Observasi kesimetrian pergerakan dada : Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit dada paru/pleura. 7

j) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas. 2) Palpasi Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi) palpasi thorax untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi.Kaji juga kelembutan kulit terutama jika klien mengeluh nyeri.Vocal premitus : Getaran dinding dada yang dihasilkan ketika bicara. 3) Perkusi Perkusi menentukan dinding dada dan struktur dibawahnya dalam gerakan menghasilkan vibrasi taktil dan dapat terdengar. Perkusi ini untuk menentukan apakah jaringan di bawahnya terisi oleh udara,cairan,bahan padat atau tidak. 4) Auskultasi Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,mencakup mendengarkan suara nafas normal,suara tambahan (abnormal)dan suara.Suara nafas normal di hasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,denagan sifat bersih. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan : - Menurunnya ekspansi paru - Infeksi paru - Kelemahan otot pernafasan 3. Intervensi a. Tujuan •

Mepertahankan pola pernafasan agar efektif



Memperbaiki perfusi jaringan



Mengeluarkan secret 8



Meningkatkan ekspansi paru

b. Kriteria Hasil •

Menunjukkan pernafasan yang efektif dan mengalami pertukaran gas pada paruparu



Menyatakan gejala berkurang



Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara-cara adaptif untuk mengatasi faktor-faktor tsb.

3.

Intervensi dan Rasional a. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan serak, dispnea, perubahan tanda vital. Rasional : distress pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan pendarahan. b. Auskultasi bunyi napas dan catat bunyi napas tambahan Rasional : Bunyi napas menurun / tak ada bila jalan napas abstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan, atau kolaps jalan napas kecil. c. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler Rasional : Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru d. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif dan napas dalam Rasional : Meningkatkan gerakan secret ke jalan nafas, sehingga mudah untuk dikeluarkan 9

e.

Berikan tambahan oksigen masker atau oksigen nasal sesuai indikasi Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya pada adanya penurunan/gangguan ventilasi.

f. Bantu pasien mengatasi takut Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan ketidakmampuan bernapas / terjadinya hipoksemia dan dapat secara actual meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan. g. Berikan fisioterapi dada. Rasional : Memberikan kelembapan pada membrane mukosa dan membantu pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan. h. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian expectoran Rasional : Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk dikeluarkan.

FISIOTERAPI DADA Pengertian Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan. Tujuan, Indikasi, dan kontra indikasi 10

Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : batuk efektif, postural drainage, perkusi, dan vibrasi Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang. Perlengkapan 1

Bantal untuk mengatur posisi

2

Baju klien atau handuk kecil

3

Tempat sputum dan tisu

Prosedur 1

Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien

2

Bantu klien mengatur posisi yang nyaman atau sesuai

3

Tutupi atau lapisi tubuh klien dengan baju atau handuk

4

Anjurkan klien untuk bernapas dalam dan lambat

5

Kuncupkan kedua tangan hingga membentuk mangkuk, rapatkan jari-jari dan lemaskan pergelangan tangan.

6

Tepuk-tepuk punggung klien mulai dari punggung kea rah bahu. Jika dilakukan dengan benar, tepukan itu akan berbunyi seperti letupan.

7

Lakukan selama 3-5 menit, masing masing segmen paru diperkusi selama 1-2 menit

8

Anjurkan klien untuk menarik napas dalam dan menghembuskannya melalui mulut (bentuk bibir mecucu atau seperti bersiul) secara perlahan

9

Letakkan tangan besilangan atau bersisian pada lokasi paru yang dikehendaki 11

10 Getarkan bagian tersebut dengan kekuatan dari bahu, lakukan dengan mengerutkan dan melemaskan tangan secara bergantian saat klien ekshalasi 11

Lakukan berturut-turut selama lima kali ekshalasi

12 Anjurkan klien untuk batuk dan membuang sputum ke tempat yang telah disediakan 13 Jadwalkan tindakan perkusi dan vibrasi secara teratur dalam sehari

POSTURAL DRAINAGE Pengertian Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. 12

PD dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating. Tujuan Dengan Postural Drainase dapat dilakukan pencegahan terkumpulnya secret dalam saluran nafas, disamping itu digunakan juga untuk mempercepat pengeluaran cairan patologik lainnya yang berasal dari saluran nafas.

Indikasi untuk Postural Drainase : 1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada : a.

Pasien yang memakai ventilasi

b.

Pasien yang melakukan tirah baring yang lama

c.

Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau

bronkiektasis d.

Pasien dengan batuk yang tidak efektif .

2. Mobilisasi sekret yang tertahan : a. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret b. Pasien dengan abses paru c. Pasien dengan pneumonia d. Pasien pre dan post operatif e. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk Kontra indikasi untuk postural drainase : 1

Tension pneumotoraks

2

Hemoptisis

3

Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd

infark dan aritmia. 4

Edema paru

5

Efusi pleura yang luas

6

Patah tulang rusuk

Perlengkapan 13

1

Bantal Bantal untuk mangatur posisi klien

2

Tempat sputum, tissue

Persiapan Pasien 1

Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pingangg

2

Terangkan cara pengobatan pasien secara ringkas tetapi lengkap

3

Periksa nadi dan tekanan darah

4

Apakah klien mempunyai reflek batuk atau memerlukan suction untuk mengeluarkan

secret.

PELAKSANAAN POSTURAL DRAINAGE

14

1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk Drainage kedua lobus atas dari segmen apical.

2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk Drainage lobus atas kanan segmen anterior dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen anterior.

3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior

15

4.

Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah

kanan dan lobus bawah kanan segmen anterior, kepala lebih bawah dari bagian tubuh

lainnya. 5.

Tidur pada sisi kanan dengan ¾ bagian tidur, untuk drainage lingua dan lobus

bawah kiri segmen anterior, letak sama seperti no. 4

6.

Tidur dengan satu bantal bawah lutut dengan letak kepala seperti no.4 untuk

Drainage kedua lobus bawah segmen anterior.

7.

Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah

kanan segmen lateral (gambar 9)

16

8.

Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage

lobus bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak.

9.

Tidur menelungkup dengan satu bantal di bawah perut dengan letak kepala sama

seperti no. 4 atau beberapa bantal bawah dibawah perut untuk drainage kedua lobus bawah.

10.

Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan miring, letak kepala sama seperti no.

4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen posterior

Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dialkukan pada beberapa posisi. Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5-10 menit. Keadaan ini bisa diperpanjang bila penderita tahan lama, secret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental sehingga memerlukan waktu untuk melakukan PD sebaiknya tidak lebih dari 40 menit supaya tidak melelahkan penderita. Setiap hari dapat dilakukan dua kali. Pada umumnya bila PD dilakukan untuk tujuan mengeluarkan secret yang tertampung, maka perkusi dan vibrasi dada serta latihan nafas termasuk didalamnya. 17

Perkusi atau lebih cocok dengan istilah penepukan dan vibrasi dilakukan pada dinding dada diatas daerah paru yang diharapkan terjadi drainage yang cepat. Penepukan dikerjakan dengan kedua telapak tangan yang dicekungkan (seperti sedang menampung air), dilakukan bergantian kiri dan kanan dengan kekuatan yang sama. Kekuatan diatur supaya tidak melelahkan dan tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita. Vibrasi dilakukan dengan menggetarkan telapak tangan yang diletakkan pada dinding dada, dilanjutkan dengan penekanan sewaktu penderita mengeluarkan nafas.

18

CLAPPING / PERKUSI Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok. Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat guna untuk mengeluarkan sekresi dengan cara menepuk nempuk dinding dada. Tujuan Mengeluarkan sekresi bronkus yang kental dan melekat dari bronkeolus ke bronkus lalu ke trackea, hanya di lakukan di post terior selama 3 samapai 5 menit hati-hati pada orang tua karena dpat mengalami osteophorosis. Persiapan pasien : 1. jelaskan prosedur pada pasien dan partisipasi pasien 2. berikan posisi yang nyaman Alat : 1. seputum pot 2. tissue 3. handuk kecil Langkah - langkah 1. Dilakukan dengan membentuk mangkok pada telapak tngan dan dengan ringgan di tepukan pada dinding dada dlam gerakan yang berirama di atas segmen paru yang akan di alirkan 2. Pergelangan tangan secara bergantian flexi dan extensi sehingga dada di pukul atau di tepuk dengan cara yang teidak menimbulkan nyeri 3. Hati-hati dilakukan pada lansia karena peningkatan insiden osteophorosis dan resiko fracture igga. 19

lndikasi untuk perkusi : Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi. Kontra indikasi perkusi : 1. Patah tulang rusuk 2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada 3. Skin graf yang baru 4. Luka bakar, infeksi kulit 5. Emboli paru 6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati Prosedur kerja : 1

Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi ketidaknyamanan

2

Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing

3

Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk mangkok

20

VIBRASI Pengertian adalah teknik memberikan kompresi dan getaran manual pada dinding dada selama pase ekhalasi pernapasan Tujuan Untuk meningkatkan verositas udara yang di ekpirasikan dari jalan napas yang kecil, dengan demikian akan membebaskan mucus Persiapan pasien : 1. jelaskan prosedur pada pasien dan partisipasi pasien 2. berikan posisi yang nyaman Alat : 1. seputum pot 2. tissue Langkah – langkah : 1

pergelanagan tangan dan siku di jaga agar tetap kaku dan gerakan memvibrasi di

lakukan ole otot-otot bahu 2

setelah 3-4 kali vibrasi pasien didorong untuk batuk dengan menggunakan otot-otot

abdomen. Indikasi Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar. 21

Kontra indikasi Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis. Prosedur kerja : 1

Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan

dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar 2

Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing

3

Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada pergelangan tangan

saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi 4

Istirahatkan pasien

5

Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk

22

BATUK EFEKTIF Pengertian Batuk efektif : merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Tujuan Batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan : a) Merangsang terbukanya system kolateral. b) Meningkatkan distribusi ventilasi. c) Meningkatkan volume paru d) Memfasilitasi pembersihan saluran napas ( Jenkins, 1996 ) Batuk Yang tidak efektif menyebabkan : 1) Kolaps saluran nafas 2) Ruptur dinding alveoli 3) Pneumothoraks Indikasi Dilakukan pada pasien seperti : COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection, pasien bedrest atau post Operasi Latihan Batuk/Batuk Efektif 1

Huff Coughing adalah tehnik mengontrol batuk yang dapat digunakan pada pasien

menderita penyakit paru-paru seperti COPD/PPOK, emphysema atau cystic fibrosis.Huff Coughing a. Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas secar perlahan selama 3 – 4 detik. 23

b. Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai overventilasi paru-paru. c. Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif. d. Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mucus. e. Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali. f. Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan g. Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/dahak 2. Postsurgical Deep Coughing Step 1 : a. Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dpat berbaring terlentang dengan lutut agak ditekukkan. b. Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi dengan kedua tangan c. Bernafaslah dengan normal Step 2 : a.

Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung.

b. Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, Ulangi untuk yang kedua kalinya. c. Untuk ketiga kalinya, Ambil nafas secara pelan dan dalam melalui hidung, Penuhi paru-paru sampai terasa sepenuh mungkin. Step 3 : a. Batukkan 2 – 3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk mengeluarkan udara dari paru-paru semaksimalkanmungkinketikabatuk. b. Relaxdanbernafassepertibiasa c. Ulangi tindakan diatas seperti yang diarahkan. Cara melatih batuk efektif : Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : a. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk. b. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) 24

c. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. d. Ulangi lagi sesuai kebutuhan.

25

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat. Keadaan ketika seorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang actual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernapasan. B. SARAN Dalam pembuatan makalah sebaiknya mencari sumber informasi sebanyak mungkin tentang isi makalah yang akan disusun, agar makalah ini lebih berisi.

26

DAFTAR PUSTAKA Doengoes, Marilynn E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia : Teori & Aplikasi dalam Praktik. Gresik : EGC. Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC. Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry.

2006. Fundamental Keperawatan : Konsep,

Praktik dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta : EGC Swartz, Mark H. 2006. Text Book Of Physicial Diagnosis : History and Examination. USA : Saunders Elsevier www.PmedicalOnline.com http://www.accessmylibrary.com/article-1G1-21269968/clinical-validation-ineffectivebreathing.html www.scribd.com

27

LAMPIRAN PERTANYAAN 1. Bagaimana mengatasi ketidakefektifan pola nafas pada pasien penyakit paru paru kronis? 2. Sebutkan gejala – gejala pola ketidakefektifan pola pernafasan? 3. Bagaimana pola pernafasan disritmik ? sebutkan contohnya? 4. Apabila ada masalah bronkus yang terkena tumor dan harus dioperasi, maka tindakan perawat sebelum dioperasi apa? 5. Bagaimana penanganan Postural Drainage jika pasien mengalami patah tulang? 6. Postural Drainage yang posisi bantal berada di bawah lutut berguna untuk penderita yang seperti apa? JAWABAN 1. Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage secret dan mengobati infeksi. Penatalaksanaan meliputi: •

Kaji kembali dan observasi frekuensi pernafasan, kedalaman pernafasan, dan

adanya tanda-tanda sesak nafas. •

Baringkan pasien dalam posisi fowler untuk meminimalkan kerja ekspansi

dada. •

Berikan oksigen pernasal sesuai order dokter.



Pengendalian infeksi akut maupun kronik → pemberian antibiotic dengan

spekrum luas (Ampisilin, Kotrimoksasol, atau amoksisilin)selama 5 – 7 hari pemberian •

Fisioterapi dada dan postural drainage dengan teknik ekspirasi paksa untuk

mengeluarkan secret •

Bronkodilator



Aerosal dengan garam faali atau beta agonis



Hidrasi yang adekuat untuk mencegah secret menjadi kental dan dilengkapi

dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan secret. •

Cortikosteroid bila ada bronchospasme yang hebat.



kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan : Kortikosteroid,

Bronkodilator, Antihistamin 2

Mayor (harus terdapat, satu atau lebih) 28

a. Perubahan dalam frekuensi atau pola pernapasan (dari biasanya) b. Perubahan pada frekuensi, irama, dan kualitas pada nadi. Minor (mungkin terdapat) a. Ortopnea b. Takipnea, hipernea, hiperventilasi c. Pernafasan disritmik d. Pernafasan sukar atau berhati-hati 3. Pola Pernafasan disritmik a. Suara Bronkho vesikuler / bronchial di paru yang seharusnya vesikuler (suara sedang, lebih kasar disbanding suara dari suara nafas vesikuler, inspirasi dan ekspirasi sama panjang) b. Bronkhofoni : suara terdengar jelas dan lebih keras dibandingkan dengan sisi lain. Ini disebabkan adanya proses pemadatan/konsulidasi paru c. Pectoriloquy : suara terdengar jauh dan tidak jelas d. Egophoni : suara bergema seperti suara sangau dan dekat e. Rales : bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat pernafasan berkembang pada waktu inspirasi dan ekspirasi f. Ronkhi : nada rendah, sangat kasar,terdengar selama ekspirasi, penyebabnya adalah karena adanya mucous pada trachea mengakibatkan turbulensi g. Wheezing : pernafasan berbunyi “ngiiiii…….ik”, terdengar saat inspirasi atau ekspirasi, bernada tinggi dan kontinyu h. Pleural friction rub : terdengar seperti gosokan amplas kayu. Suara ini terdengar bila ada peradangan pleura. 4. Penatalaksanaan Pertolongan Pertama a. Nilai pernapasan penderita apakan sudah mencukupi, berikan bantuan napas bila perlu. b. Jaga agar jalan napas selalu terbuka. c. Letakan penderita pada posisi yang paling nyaman biasanya duduk tegak. d. Bila ada berikan oksigen sesuai ketentuan. e. Tenangkan penderita. Akibat kurangnya udara penderita merasa sangat tidak nyaman dan ketakutan, jangan menganggap kasar perlakuannya. f. Bawa penderita segera ke RS/dokter/Puskesmas terdekat. 5. Kontra indikasi untuk postural drainase : a.

Tension pneumotoraks

b.

Hemoptisis 29

c.

Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard

akutrd infark dan aritmia. d.

Edema paru

e.

Efusi pleura yang luas

f.

Patah tulang rusuk

Nah, salah satu kontra indikasi dari postural drainage adalah adalah patah tulang rusuk, jadi bisa disimpulkan jika ada pasien mengalami hal tersebut, maka terapi postual drainage tidak bisa diberikan. 6.

Pada intinya, semua posisi postural drainage itu tujuannya sama, yaitu pencegahan

terkumpulnya secret dalam saluran nafas, disamping itu digunakan juga untuk mempercepat pengeluaran cairan patologik lainnya yang berasal dari saluran nafas. Jadi penggunaan terapi postural drainage paad berbagai posisi tergantung letak secret di saluran pernafasan.

30

Clinical validation of ineffective breathing pattern, ineffective airway clearance, and impaired gas exchange. (includes related article on multiple diagnoses and design of research)

Journal of Nursing Scholarship | September 22, 1998 | Carlson-Catalano, Judy; Lunney, Margaret; Paradiso, Catherine; Bruno, Joan; Luise, Barbara Kraynyak; Martin, Teri; Massoni, Margaret; Pachter, Susan |

Purpose: To describe the clinical validation of symptoms or defining characteristics of three respiratory diagnoses. The contributing factors or etiologies of the diagnoses were identified and the degree of importance of 30 nursing interventions, 15 direct care and 15 teaching, was rated for each diagnosis and each patient. Three nursing diagnoses--ineffective breathing pattern (IBP), ineffective airway clearance (IAC),and impaired gas exchange (IGE)--were among the most frequently used, yet no reported clinical studies validated the defining characteristics of these diagnoses. This study answers the research questions: What are the defining characteristics of IBP, IAC, and IGE? What are the etiologies of IBP, IAC, and IGE? What are the most important interventions for IBP, IAC, and IGE? Design: Standardized clinical validation using a convenience sample of 76 people hospitalized with medical and surgical diagnoses, in one U.S. city, and identified as having one of the three diagnoses. Data were collected in 1992-1993. Methods: A literature-based concept analysis generated 37 possible defining characteristics for the three diagnoses which were included in the instrument. The nurse experts conducted a health history and physical examination of each patient and decided (a) whether the 37 defining characteristics were present or absent, (b) the degree of importance of each possible defining characteristic for making one or more of the diagnoses, (c) the etiologies, and (d) which of the 30 nursing interventions were important for each diagnosis and patient. Findings: For each diagnosis, many of the 37 possible defining characteristics were judged as present but few reached the criterion of .50 as important for making one of the diagnoses. Two of the possible defining characteristics reached this criterion for IBP, seven for IAC, and two for IGE. In contrast to the defining characteristics approved by NANDA, the subjective cues of "expresses fatigue" and "expresses anxiety" were judged as important for making one or more of the diagnoses. 31

Conclusions:

Clinical

validation

methods

allow

discriminating

among

defining

characteristics. Data that are present are not necessarily characteristic of a diagnosis, and the subjective cues of expresses fatigue or anxiety may be important for making these diagnoses. Image: Journal of Nursing Scholarship, 1998; 30:3, 243-248. [C] 1998 Sigma Theta Tau International. [Key words: airway clearance, ineffective; breathing pattern, ineffective; gas exchange, impaired] Nurses have a responsibility to continuously develop knowledge for clinical practice including knowledge for the diagnosis of human responses (Haughey, 1995). Knowledge for accurate diagnosis of human responses is important because it (a) directs nursing interventions, (b) facilitates the achievement of positive outcomes, (c) ensures visibility of nursing at a time when the value of nursing services is being challenged, and (d) enables the incorporation of nursing data in computer-based patient records. With the emergence of the computer-based patient record, nursing diagnoses will be required as the basis of interventions and outcomes. The usefulness of diagnoses in the clinical record, however, depends on continuous knowledge development through clinical research. Three respiratory responses frequently seen in nursing practice and with all age groups are ineffective breathing pattern (IBP), ineffective airway clearance (IAC), and impaired gas exchange (IGE) (North American Nursing Diagnosis Association [NANDA], 1994). Background The diagnoses of IBP, IAC, and IGE were added to NANDA in 1980 (NANDA, 1994). Since then, research has demonstrated that these diagnoses are among the most frequent nursing diagnoses made in various settings and with various age groups (Gordon & Hiltunen, 1995; Hoskins, McFarlane, Rubenfeld, Schreier, & Walsh, 1986; Lutjens, 1993). The high prevalence of these diagnoses is expected because people with many varied medical and surgical problems are at risk for these responses. Other clinical conditions such as immobility also contribute to these respiratory problems. Each diagnosis has defining characteristics or cues that help to determine existence of a diagnosis in a patient. Thirty seven possible defining characteristics were identified by the authors through literature-based concept analysis, including, but not limited to, nurse validation studies (see Table 1). The diagnosis of

32

IAC was studied more often than the other two diagnoses, including international studies, because it is frequently used in clinical practice. Table 1: Possible Defining Characteristics of Ineffective Breathing Pattern (IBP),Ineffective Airway Clearance (IAC) and Impaired Gas Exchange (IGE) identified ThroUgh Concept Analysis and Validation Studies

Studies in which Defining Characteristics Were Validated Defining Characteristics 1 Abnormal blood gases 2 Adventitious breath sounds 3 Air hunger 4 Anteroposterior 5 Assumption of a three-point position 6 Bradypnea 7 Chest excursion, altered 8 Cough 9 Crepitus 10 Dyspnea/shortness of breath 11 Expresses difficulty with sputum 12 Expresses feeling of anxiety 13 Expresses feeling of pain rt respiratory 14 Expresses feeling of fatigue 15 Expresses perception of chest congestion 16 Fremitus, increased or decreased 17 Hypercapnia 18 Hyperventilation 19 Hypoventilation

IBP 1-3

IAC

IGE

1-7 7 1-3 1-3 2, 3 2 1-3

1-8 2-7 5,7 7 3 5

2 1-3

Article: Respiratory function and bronchial responsiveness among industrial workers exposed to different classes of occupational agents: a study from Algeria.(Research)

33

Article from: Journal of Occupational Medicine and Toxicology (London) Article date: October 8, 2007 Author: Ould-Kadi, Farid; Nawrot, Tim S.; Hoet, Peter H.; Nemery, Benoit

Nonin Complete Nonin www.PmedicalOnline.com

Pulse Product

Line

Great

34

prices

and

fast

Oximeters delivery

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF