Askep Pasien Dengan DM Home Care

May 11, 2019 | Author: Haderian Syah | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

coba...

Description

MAKALAH HOME CARE ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KAKI DIABETES MELLITUS

OLEH : KELOMPOK 2 ( KAB.HST ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

GUSTI ABRIANSYAH / NIM P07120117350R HADERIANSYAH / NIM. P07120117351R HELMI NOOR / NIM. P07120117355R MAHYUDIN / NIM. P07120117375R M. RAHMAN / NIM. P07120117380R NURHIDAYAH / NIM. P07120117381R H. PARHANSYAH / NIM. P07120117383R H. SURIANSYAH / NIM. P07120117392R SYAHBANI / NIM. P07120117402R

POLTEKES KEMENKES BANJARMASIN PRODI D3 KEPERAWATAN JL. H.MISTAR COKROKUSUMO NO.1A BANJARBARU 70714

2

MAKALAH HOME CARE ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KAKI DIABETES MELLITUS

A. Konsep Dasar

1. Definisi Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda  –   tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak  pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000). Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya  jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ). Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitamhitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar ditungkai. ( Askandar, 2001).

2. Anatomi Fisiologi Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira  –  kira  kira 15 cm,lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratn ya rata

 –   rata 60  –   90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di  belakang lambung.Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan  bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.

3

Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel

yang

berasal

dari

lapisan

epitel

yang

membentuk

usus.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu : 1) Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum. 2) Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi

menyekresi

insulin

dan

glukagon

langsung

ke

darah.

Pulau  –   pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari  pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 –  3 % dari  berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 µ, sedangkan yang terbesar 300 µ, terbanyak adalah yang  besarnya 100  –   225 µ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 –  2 juta.

Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu : a) Sel  –   sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20  –   40 % ; memproduksi glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “anti insulin like activity “.  b) Sel –  sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 –  80 % , membuat insulin. c) Sel  –   sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5

 –   15 %, membuat

somatostatin. Masing  –   masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung  pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi. Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan

4

rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4  –  7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel. Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel  –   sel otot, fibroblas dan sel lemak.

3. Etiologi a. Diabetes Melitus DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik  biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu : 1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin. 2) Faktor  –   faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana  pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara  berlebihan, obesitas dan kehamilan. 3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel

 –   sel antibodi

antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel

5

 penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus. 4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

 b. Gangren Kaki Diabetik Faktor  –   faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetic dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen : 1) Genetik, metabolic 2) Angiopati diabetik 3)  Neuropati diabetic Faktor eksogen : 1) Trauma 2) Infeksi 3) Obat

4. Patofisiologis a. Diabetes Melitus Sebagian

besar

gambaran

patologik

dari

DM

dapat

dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: 1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel  –   sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300

 –  1200 mg/dl. 2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding  pembuluh darah.

6

3) Berkurangnya

protein

dalam

jaringan

tubuh.

Pasien  –   pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160  –   180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus  –   tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,  potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan  berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh  berkurangnya  berkurangnya

atau

hilangnya

penggunaan

protein

tubuh

karbohidrat

dan

untuk

juga

energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,  penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

 b. Gangren Kaki Diabetik Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi. 1) Teori Sorbitol Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa  pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi

habis

secara

normal

melalui

glikolisis,

tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel /

7

 jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi. 2) Teori Glikosilasi Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi  pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular. Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor  –   faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.

Neuropati

merupakan

faktor

penting

untuk

terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi  berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

8

5. Klasifikasi Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu : a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan

kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.  b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit. c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang. d. Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis. e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis. f.

Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai. Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 (dua) golongan : 1) Kaki

Diabetik

akibat

Iskemia

(

KDI

)

Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran klinis KDI : 

Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.



Pada perabaan terasa dingin.



Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.



Didapatkan ulkus sampai gangren.

2) Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN ) Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi  pembuluh darah kaki teraba baik.

6. Dampak Masalah Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi meliputi :

9

a. Pada Individu Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya  penyakit ini, Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tersebut yaitu : 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan  persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien. 2) Pola nutrisi dan metabolism. Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan,  banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan  penderita. 3) Pola eliminasi. Adanya

hiperglikemia

menyebabkan

terjadinya

diuresis

osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan  pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. 4) Pola tidur dan istirahat. Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat  penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan. 5) Pola aktivitas dan latihan.

10

Adanya luka gangren dan kelemahan otot  –   otot pada tungkai  bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan. 6) Pola hubungan dan peran. Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan  penderita malu dan menarik diri dari pergaulan. 7) Pola sensori dan kognitif. Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. 8) Pola persepsi dan konsep diri. Adanya

perubahan

fungsi

dan

struktur

tubuh

akan

menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya  biaya perawatan dan

pengobatan menyebabkan pasien

mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ). 9) Pola seksual dan reproduksi. Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada  proses ejakulasi serta orgasme. 10) Pola mekanisme stres dan koping. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,  perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain

 –   lain, dapat menyebabkan

 penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif. 11) Pola tata nilai dan kepercayaan Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta

11

luka

pada

kaki

tidak

menghambat

penderita

dalam

melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah  penderita.

 b. Dampak pada keluarga Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan muncul bermacam  – macam reaksi psikologis dari kelurga, karena masalah kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya yang banyak akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran  pada keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan perannya.

12

ASKEP HOMECARE DIABETES MELITUS FORMULIR PENGKAJIAN DATA DASAR KELUARGA

A. Identitas klien / keluarga:

 Nama

: Tn.P

Umur

: 56 th

Jenis kelamin

: laki-laki

Suku

: Banjar

Alamat

: Barabai

 No. Telpon

:-

B. Riwayat Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga dengan anak dewasa Tugas perkembangan keluarga : 1. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya. 2. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga. 3. Berperan sebagai suami istri, kakek nenek. Dapat dijalankan : √

tidak dapat dijalankan

Bila tidak dijalankan, sebutkan:

C. Struktur Keluarga

Pola komunikasi: baik √  Peran dalam keluarga: tidak ada masalah

Disfungsional



ada masalah

Pengambilan keputusan: tidak ada masalah √

ada masalah

 Nilai / norma keluarga: tidak ada konflik nilai √

ada konflik

13

D. Fungsi Keluarga

Fungsi afektif: berfungsi√

tidak berfungsi

Fungsi sosial: berfungsi√

tidak berfungsi

Fungsi ekonomi: baik



kurang baik

Fungsi keperawatan kesehatan: 

Pengetahuan tentang masalah kes : kurang baik



Pencegahan penyakit

: kurang baik



Perawatan penyakit

: kurang baik



Pemanfaatan layanan kesehatan : cukup baik

E. Pola koping keluarga

Efektif √

tidak efektif

Stessor yang dihadapi keluarga: Kondisi kesehatan Tn. P yang buruk Daftar anggota keluarga

 No

 Nama (inisial)

Umur

Gender

Hubungan

(L/P)

dg KK

Pendidikan

Pekerjaan

1

Tn. P

56 th

L

ayah

SMA

Tani

2

Ny. S

69 th

P

ibu

SR/SD

Tani

3

Sdr. MS

42 th

L

anak

SMA

Swasta

4

Sdr.I

34 th

P

menantu

SMA

IRT

5

An. I

13 th

P

cucu

SD

IOT

6.

An. A

6 th

P

cucu

SD

IOT

14

Tipe keluarga:

Keluarga inti Keluarga besar √ Keluarga campuran Single parent

F. Pola aktifitas sehari  –  sehari

Pola makan

baik

kurang

Pola minum

baik

√ 

kurang

Istirahat

baik

√ 

kurang

Pola BAK

baik

Pola BAB

baik

√ 

kurang

Pola Kebersihan diri

baik

√ 

kurang

Olahraga

baik

kurang

Tingkat kemandirian

baik

kurang

kurang





√ √

G. Perilaku Tidak Sehat

Merokok

ya

tidak



Minum kopi

ya

tidak



15

tidak



Mengkonsumsi garam berlebih

ya

Mengkonsumsi gula berlebih

ya

Minum beralkohol / obat

ya

tidak



Dan zat adiktif

ya

tidak



tidak



Sarana kesehatan yang digunakan : puskesmas pembantu Keluhan utama yang dirasakan : nyeri

H. Spiritual:

√  tidak

Taat beribadah

ya

Kepercayaan yang berlawanandengan kesehatan

ya

tidak



Distress spiritual

ya

tidak



I. Psikososial

Keadaan emosi pada saat ini:





Marah

ya

tidak



Sedih

ya

tidak





Ketakutan

ya

tidak





Putus asa

ya

tidak





Stres

ya

tidak





Kurang interaksi dengan orang lain

ya

tidak





Menarik diri dengan lingkungan

ya

tidak





Konflik dengan keluarga

ya

tidak





Penurunan harga diri

ya

tidak





Gangguan gambaran diri

ya

tidak



J. Faktor resiko masalah kesehatan: 

Tidak pernah / jarang periksa kesehatan

ya

tidak



16



Sosial ekonomi kurang

ya

tidak





Rumah / lingkungan tidak sehat

ya

tidak





Hubungan keluarga tidak harmonis

ya

tidak





Obesitas

ya

tidak





Status gizi kurang

ya

tidak



K. Pemeriksaan fisik 

Tanda vital:

 pemeriksaan laboratorium

TD: 130/80 mmHg

- gula darah / 2 jam pp / acak:

RR:20×/menit

Gula darah sewaktu 312 mg/dl

nadi: 80×/menit

Gula darah 2 JPP 264 mg/dl

suhu: 36,5°C

Gula darah puasa 152 mg/ dl

BB dan TB: 160 cm / 46 kg Keterangan: BB klien turun 4

Glukosa urine 2 JPP ++++ - Hb:-

kg sejak 30 hari yang lalu - kadar asam urat:Indeks masa tubuh: 19,8 - colesterol: 200mg/dl

 sistem kardiovaskuler 

Keadaan umum:

 baik

lemah



 Status mental

nyeri dada ×

Bingung √ 

Cemas √

Stres

Depresi×

×

Menarik diri×

aritmia ×

ditensi vena jugularis ×  jantung berdebar ×

17

Nyeri spesifik 

 sistem pernafasan

Lokasi : tumit kaki

stridor ×

Tipe

wheezing ×

: seperti ditusuk-tusuk

Durasi : ±10 menit

ronchi ×

Intensitas: sewaktu-waktu

akumulasi sputum ×

 Sistem integument 

 sistem perkemihan

Cianosi×

disuria ×

Akral dingin ×

hematuria ×

Diaporesis ×

frekuensi ± 6×/ hari

Jaundice ×

retensi ×

Luka



Mukosa mulut ×

inkontinensia ×

 sistem muskuloskletal tonus otot kurang ×  paralisis × hemiparesis × ROM kurang × gangg. Keseimbangan √

Lebih 2 dtk Kapiler refil time √

Keterangan: terdapat luka di bagian jempol kaki sebelah kiri dengan luas ±2 cm , kedalaman 1 cm, ulkus grade I, tampak jaringan nekrotik berwarna  putih

18

 Sistem pencernaan

 sistem persyarafan

Intake cairan kurang ×

nyeri kepala ×

Mual / muntah ×

 pusing ×

 Nyeri perut × Muntah darah ×

tremor × reflek pupil anisokor ×

Flatus √

 paralisis: lengan kiri / kanan / kaki

Distensi abdomen ×

Colostomy ×

Diare ×

Konstipasi ×

Bising usus ×

kiri / kaki kanan × anestesi daerah perifer ×

Terpasang sonde ×

Riwayat pengobatan Alergi obat ×

sebutkan: -

Jenis obat yang dikonsumsi: injeksi actrapid 8 u L. Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari  –  hari dengan memberikan

tanda √ pada kolom yang sesuai  No

Jenis kegiatan sehari - hari

mandiri

1

Makan & minum



2

Berpindah dari kursi ke tempat tidur dan



Dengan  bantuan

sebaliknya 3

Kebersihan diri, cuci muka, menyisir,



nebcukur, dan aktifitas kamar mandi 4

Berjalan dijalan yang datar



5

Naik turun tangga



6

Berpakaian termasuk mengenakan sepatu



7

Mengontrol buang air besar



19

8

Mengontrol buang air kecil

9

Olahraga / latihan fisik

√ √

M. Pengkajian lingkungan

1. Ventilasi: (1) < 10 % luas lantai

(2) 10 % luas lantau √

2. Pencahayaan: (!) baik √

(2) kurang (3) keramik √ (4) tanah

3. Lanati: (1) semen (2) tegel

(5)

lainnya 4. Kebersihan rumah: (1) baik



5. Jenis bangunan: (1) permanen

(2) kurang

√ (2) semi permanen

(3) non

 permanent

ANALISA DATA 1 DATA

MASALAH KEPERAWATAN

Ds :

Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis)

Keluarga

mengatakan

bingung

memikirkan Tn. P, karena sejak 3  bulan yang lalu Tn. P dinyatakan  positif menderita DM Keluarga mengatakan 3 minggu yang lalu tumit Tn. P sebelah kiri terdapat luka dan belum sembuh.

Do : terdapat luka di jempol kaki sebelah kiri dengan luas ±2 cm , kedalaman 1

 berhubungan

dengan kurangnya

 pengetahuan keluarga tentang cara  perawatan Diabetes Melitus.

20

cm, ulkus grade 1, tampak jaringan nekrotik berwarna putih Gula darah sewaktu 312 mg/dl Gula darah 2 JPP 264 mg/dl Gula darah puasa 152 mg/ dl Glukosa urine 2 JPP ++++

Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara perawatan anggota keluarga dengan Diabetes Melitus.

Kriteria

Bobot

Nilai

Pembenaran

Luka pada penderita DM bila tidak

Sifat masalah :

1

resiko

2/ 3 x 1= 2/3

dirawat dengan baik dan benar akan menjadi infeksi yang meluas

Kemungkinan

Keluarga punya keingintahuan yang

masalah

 besar tentang cara merawat anggota

dapat diiubah :

mudah

2

2 / 2 x 2= 2

keluarga

dengan

DM

dan

keluarga mempunyai sumber dana untuk perawatan DM Keingintahuan keluarga yang besar

Potensial masalah untuk dicegah :

Tinggi: 3

1

3/ 3 x 1= 1

untuk

mengetahui

cara

merawat anggota keluarga dengan DM

21

Keluarga menyadari

Menonjolnya masalah :

Masalah dirasakan dan harus

1

2/2 x 1 = 1

ditangani

adanya

masalah tetapi kurang menyadari dampak bila anggota keluarga yang sakit tidak dirawat dengan benar

Jumlah

NO DIAGNOSA

4 2/3

Tujuan umum khusus

dan Kriteria hasil

Rencana tindakan

22

1

Resiko tinggi Tujuan umum: terhadap

Setelah

infeksi

Keluarga

dilakukan

tindakan keperawatan,

(sepsis)

tidak terjadi perluasan

 berhubungan

dapat

Ajarkan pada

menyebutkan 5 tanda

keluarga dank

-tanda infeksi

lien tentang tanda-tanda

 Nyeri

infeksi

luka di kaki Tn. P

dengan deng

Rasa panas

an kurangnya

Bengkak

keluarga pasien

Kemerahan

 pada tindakan

 pengetahuan

Libatkan Tujuan khusus:

keluarga tentang

cara

 perawatan an ggota keluarga dengan Diabetes Melitus.

Keluarga dan

klien

dapat

menyebutkan

tanda

dan

gejala

rawat luka Perubahan  jringan,

jika

fungsi sudah

 parah akan disertai pus

meluasnya luka infeksi menyebutkan Keluarga menyebutkan  pencegahan

dapat cara infeksi

kepada pasien dan

Keluarga

di kaki Tn. P

Anjurkan

 pencegahan

dapat cara infeksi

 pada luka di kaki Tn. P

keluarga

untuk

selalu

menjaga kebersihan diri selama

 pada luka di kaki Tn. P Keluarga dapat merawat  perawatan. anggota keluarga Anjurkan Keluarga dapat dengan DM secara  pada keluarga memahami cara  benar dan klien merawat anggota keluarga dengan DM

untuk ganti  perban hari.

ANALISA DATA 2

tiap

23

DATA

MASALAH KEPERAWATAN

DS:

Perilaku

mencari

kesehatan

berhubungan

Tn. P mengatakan tidak mau  penyakitnya mengalami komplikasi

Keluarga Tn. P mengatakan ingin Tn. P segera sembuh Keluarga Tn. P ingin tahu cara menurunkan kadar gula darahnya yang tinggi DO: Keluarga Tn. P bertanya tentang diit untuk menurunkan kadar gula darah Keluarga Tn. P terlihat semangat mendengarkan

penjelasan

 petugas kesehatan Hasil cek gula darah Tn. P Gula darah sewaktu 312 mg/dl Gula darah 2 JPP 264 mg/dl Gula darah puasa 152 mg/ dl Glukosa urine 2 JPP ++++

dari

dengan

keinginan untuk mencapai kesehatan yang lebih baik

yang semakin parah

pertolongan

24

Perilaku mencari pertolongan kesehatan berhubungan dengan keinginan untuk mencapai kesehatan yang lebih baik 

 No 1.

Kriteria

Perhitungan

Sifat masalah

1/3 X 1

Skor

Rasional

1/3

Kemungkinan masalah

dan

Tn.S

ingin

keluarganya sehat

Potensial

2.

Keluarga

2/2 X 2

2

dapat

Karena kesadaran

diubah

keinginan dari

dan

keluarga

sendiri

mudah

3.

Potensi

3/3 X 1

1

 pencegahan

keluarga yang menginginkan  perubahan tanpa paksaan

Tinggi

4.

Menonjolnya

Masalah cepat teratasi karena

2/2 X 1

1

masalah

Masalah

harus

segera

tangani untuk itu keluarga menyadari

Segera di

untuk

cepat

mengambil keputusan untuk

tangani

 perubahan yang lebih baik Jumlah

di

4 1/3

25

NO DIAGNOSA

Tujuan umum

Kriteria hasil

Rencana tindakan

dan khusus

1

Perilaku mencari  pertolongan kesehatan  berhubungan dengan keinginan

Keluarga

Tujuan umum:

Setelah

dilakukan

tindakan

diharapkan

untuk

tentang program diet

penyakit

klien  bersedia

semakin baik

membawa

Tujuan khusus:

sakit

kesehatan

Keluarga dan klien

yang lebih

mematuhi diit untuk

 baik

 penyakit DM

anggota yang

ke

layanan

kesehatan

terdekat

secara rutin Kesehatan

Kadar gula darah

Keluarga

layanan terdekat

makan

 pasien

dan

 bandingkan

dengan

makanan yang dapat dihabiskan

oleh

 pasien. Libatkan keluarga

klien

pada

 perencanaan

makan

sesuai indikasi. Berikan  pengobatan

insulin

secara teratur sesuai

ataupun

indikasi dan ajarkan

keluarga makrovaskuler sakit

pola

rajin mikrovaskuler

memeriksakan

yang

keluarga

 pasien

semakin baik tidak

klien dalam batas mengalami normal
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF