askep pada sol
February 3, 2017 | Author: Restu Sulistiyo | Category: N/A
Short Description
Download askep pada sol...
Description
KELOMPOK III
TINJAUAN TEORI SOL (Space Occupying Lesion) merupakan
generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak (Butt ME, 2005). Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth, 2002).
WOC
TINJAUAN KASUS Pasien mengatakan sebelum masuk ke Rumah Sakit Arifin
Achmad kurang lebih tiga bulan yang lalu pasien sudah merasakan sakit kepala, tetapi sakit kepala yang dirasakn tidak berat, pasien meredakan sakit kepala dengan mengkonsumsi obat obatan yang ada di warung. Kemudian pasien merasakan sakit kepala yang berat pada 7 hari yang lalu langsung dibawa ke Rumah Sakit Arifin Achmad selama perjalanan ke puskesmas pasien tidak sadarkan diri sekitar 35 menit. Setelah sadar dan mendapat pengobatan dari Rumah Sakit Arifin Achmad dan di lakukan rawat inap. Sehari dirawat inap pasien mengeluh kepala bagian belakangnya sakit, kepala terasa pusing, muntah satu kali sehingga tanggal 13 April 2016 dilakukan CT Scan Kontras hasilnya terdapat space occupying lesion sehingga tanggal 18 April 2016 dilakukan operasi kraniotomi.
PENGKAJIAN PRIMER
PENGKAJIAN SEKUNDER
LAPORAN PENGKAJIAN OK PRE OP
Airway : Jalan nafas paten Breating : Pernafasan spontan, suara nafas vesikuler, RR=20x/menit Circulation : TD: 130/80 mmHg, HR: 92 x/menit, CRT: 1 detik Disability : Kesadaran compos mentis, GCS: 15 (E4, V5, M6)
LAPORAN PENGKAJIAN OK INTRA OP
Airway : Terpasang ETT ukuran 7,5, batuk (-) Breating : Pernafasan selama operasi 14x/menit, suara nafas vesikuler Circulation : TD: 90/65 mmHg, HR: 77 x/menit, CRT: 1 detik, SPO2 99% Disability : Pasien dalam pengaruh anestesi
LAPORAN PENGKAJIAN OK POST OP Airway : Pasien terpasang oropharyngeal tube (OPA), terdapat penumpukan skret/slem dimulut Breating : Pasien menggunakan NRM dengan O2 8L/menit, RR 18x/menit, pernafasan spontan, suara nafas vesikuler Circulation : TD: 120/70 mmHg, HR: 92 x/menit, CRT: 1 detik, SPO2 95%, drain tertamping darah 3cc darah. Disability : Pasien dalam pengaruh anestesi
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE OPERASI Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
craniotomy.
INTRA OPERASI Resiko gangguan pola nafas berhubungan dengan penurunan kerja otot-otot pernafasan karena efek anestesi. POST OPERASI Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penurunan kerja otot-otot pernafasan karena efek anestesi. Resiko tinggi cidera (jatuh) berhubungan dengan kondisi post operasi (DPO). Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
RENCANA KEPERAWATAN POST OP 1
(Post Operasi) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
Setelah 1. diberikan 2. asuhan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan bersihan jalan nafas efektif.
Bebas aspirasi 1. Menunjukakan perilaku untuk mempertahan kan jalan 1. nafas bersih dalam tingkat kemampuan 2.
1. 1. 2.
Pantau saturasi oksigen
1.
2. Pantau frekuensi/ke dalaman nafas Dorong 1. batuk efektif dan nafas dalam 2. Dorong pasien untuk meludah 3. Ekstensikan kepala pasien 1. Berikan O2 sesuai indikasi
Mendeteksi pasien hipoksia Mendeteksi dini perubahan pola nafas Mencegah penumpukan secret untuk membersihka n jalan nafas Mobilisasi seckret untuk membersihka n jalan nafas Membuka jalan nafas Membantu pernafasan dan mencukupi kebutuhan akan oksigen
2
Gangguan
pola Setelah 1. diberikan nafas asuhan berhubungan keperawatan 2. selama 1x15 dengan menit penurunan kerja diharapkan gangguan pola otot-otot nafas teratasi. pernafasan karena
efek
anestesi.
Pola nafas pasien normal (16-24 x/menit) TTV dalam batas normal (TD : < 140/90 mmHg, S : 36’ – 37,5’ C. N : 60-90 x/menit dan RR : 16-24 x/menit)
1. 1. 1.
2.
Kaji pola nafas 1. pasien (dalam, dangkal) Monitor TTV 2. Beri posisi kaki pasien lebih rendah dari kepala 3. Beri terapi O2
4.
3
Resiko tinggi cidera Setelah diberikan 1. asuhan (jatuh) keperawatan 2. berhubungan selama 1x15 menit diharapkan dengan kondisi post cidera (jatuh) operasi (DPO). tidak terjadi.
Pasien tidak jatuh 1. dari bed. Pasien dalam posisi yang nyaman. 2. 1. 1. 1.
Memasang 1. safety bed tambahan dikanan dan kiri pasien. 2. Memasang sabuk safety bed. Pantau pasien Ciptakan suasana tenang. Ajarkan relasasi.
posisi 3. 4. yang teknik 5.
Untuk mengetahui suplai oksigen sesuai kebutuhan Untuk mengetahui adanya tandatanda kegawatan Agar obat anestesi tidak mengalir ke otak, jantung, paru-paru Memenuhi kebutuhan pasien akan O2 Untuk mencegah dan menahan pasien jatuh dari bed. Untuk mencegah pergerakan pasien yang tidak diinginkan. Untuk menjaga posisi pasien yang diinginkan. Memberikan ketengangan pada pasien post operasi. Memberikan ketengangan pada pasien post operasi.
4
Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
Setelah 1. diberikan asuhan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan perfusi 2. jaringan baik.
Membuka mata sesuai perintah, menggunakan kata-kata yang dikenal, bicara normal. Mematuhi perintah dengan respon motorik yang tepat.
1. 1. 1.
2. 1.
Kaji TTV
1.
Ubah posisi pasien tiap dua jam. 2. Kaji tandatanda peningkatan TIC 3. Kaji tempat insisi. 4. Anjurkan pada pasien untuk menghindari batuk, hernia, atau 5. meniup hidung.
Mengkaji tingkat kesadaran dan responnya. Mencegah gangguan pada sistem pemantau TIC. Menentukan tindakan keperawatan yang tepat. Mengetahui adanya kemerahan, nyeri tekan, bau yang menyengat. Dapat menyebabkan (dengan menciptakan takanan pada tempat operasi).
TERIMAKASIH
14
View more...
Comments