Askep Pada Anak Dan Remaja DGN Hiv
September 20, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Askep Pada Anak Dan Remaja DGN Hiv...
Description
BAB I PENDAHULUAN A. Lata Latarr Bel Belak akan ang g Polaa penula Pol penularan ran HIV pada pasang pasangan an seksua seksuall beruba berubah h pada pada saat
ditemukan kasus seorang ibu yang sedang hamil diketahui telah terinfeksi HIV. Bayi yang dilahirkan ternyata juga positif terinfeksi HIV. Ini menjadi awal dari penambahan pola penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Hal serupa digambarkan dari hasil survey pada tahun 2000 dikalangan ibu hamil di Provinsi Riau dan Papua yang memperoleh angka kejadian infeksi HIV 0,35% dan 0,25%. Sedangkan hasil tes sukarela pada ibu hamil di DKI Jakarta ditemukan infeksi HIV sebesar 2,86%. Berbagai data tersebut membuktik membuktikan an bahwa epidemi AIDS telah masuk kedalam keluarga kelua rga yang selama ini dianggap dianggap tidak mungkin mungkin tertular infeksi. infeksi. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2006) Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi terinfeksi HIV. HIV. Sampai Sampai tahun 2006, diprediksi 4.360 anak terkena HIV dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2320 anak yang terinfeksi HIV. Anak yang didiagnosis HIV juga akan menyebabkan terjadinya trauma emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam perawatan anak, pemberian kasih sayang, dan sebagainya dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Hal tersebut tersebut menyebabk menyebabkan an beban negara bertambah bertambah dikarenakan dikarenakan orang yang terinfeksi HIV telah masuk kedalam tahap AIDS, yang ditularkan akibat hubungan Hetero seksual sebesar 36,23%. Permasalahan bukan hanya sekeda sek edarr pada pada pember pemberian ian terapi terapi anti anti retrov retroviral iral (ART), (ART), tetapi tetapi juga juga harus harus memperhatikan permasalahan pencegahan penularan walaupun sudah mendapat ART (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2006). Berdasar uraian masalah di atas maka, perlu dilakukan pembahasan tentang penularan HIV/AIDS pada Anak, sehingga hal ini dapat menjadi upaya promotif dan preventif.
1
B. Tujuan Mahasiswa/i mampu : 1. Menjela Menjelaska skan n peng pengert ertian ian HIV/AID HIV/AIDS S 2. Menget Mengetahu ahuii anatomi anatomi fisio fisiolog logii dari HIV/ HIV/AID AIDS S 3. Menget Mengetahu ahuii etiolo etiologi gi dari dari HIV/AI HIV/AIDS DS 4. Menget Mengetahu ahuii patofisi patofisiolo ologi gi dari dari HIV/AID HIV/AIDS S 5. Menyebutk Menyebutkan an tanda tanda dan dan gejala gejala pada pada anak anak dengan dengan HIV/AIDS HIV/AIDS 6. Menjelaskan Menjelaskan penatalaksan penatalaksanaan aan pada anak dengan dengan HIV/AIDS HIV/AIDS 7. Menjelaskan Menjelaskan pemeriksaan pemeriksaan diagno diagnostik stik pada pada anak anak dengan dengan HIV/AID HIV/AIDS S 8. Membuat Membuat asuhan asuhan keperawatan keperawatan pada anak dengan dengan HIV/AIDS HIV/AIDS
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defini Definisi si HIV/A HIV/AIDS IDS penyakit yang diakiba diakibatkan tkan oleh Human Immunodeficiency Virus irus (HIV) penyakit
infeksi infek si virus HIV dimana dimana virus tersebut tersebut dapat menyebabkan menyebabkan AIDS dengan dengan caraa menyer car menyerang ang sel darah darah putih putih yang yang bernam bernamaa sel CD4 sehingga sehingga dapat dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Kerusakan system kekebalan tubuh ini akan menimbulkan kerentanan terhad ter hadap ap infeks infeksii penyak penyakit. it. Sedang Sedangkan kan AIDS AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome Syndrome merupakan sindrom defisiensi imun selular sebagai
akibat infeksi HIV. Kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV yang dapat menyebabka menyebabkan n acquired acquired immune immune deficiency deficiency syndrome syndrome (AIDA) (AIDA) (Barhe (Ba rhers, rs, 2008). 2008). Dalam Dalam bahasa bahasa Indone Indonesia sia dapat dapat dialih dialih kataka katakana na sebaga sebagaii Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Secara garis besar, AIDS yang memiliki makna yaitu: Acquired :Didapat, :Didapat, Bukan penyakit keturunan Immune :Sistem :Sistem kekebalan tubuh Deficiency :Kekurangan :Kekurangan Syndrome : Kumpulan : Kumpulan gejala-gejala penyakit AIDS adalah sekumpulan sekumpulan gejala yang menunjukkan menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar (bukan dibawa sejak lahir). AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human infeksi Human Immunodefciency Virus Virus.. AIDS sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pel bagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. Jadi, AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangka menera ngkan n tejadinya tejadinya defisiensi, defisiensi, tersebut tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya. B. Anatomi Anatomi Fisiologi Fisiologi 3
1. Sist Sistem em Li Lim mfoid foid Sist Sistem em limf limfoi oid d terd terdir irii da dari ri be berb rbag agai ai sel, sel, jarin jaringa gan n da dan n or orga gan n ya yang ng merupakan tempat prekursor dan turunan limfosit berasal, berdiferensiasi, mengal men galami ami pematan pematangan gan dan tersang tersangkut kut.. Semua Semua sel darah darah berasal berasal dari dari prekursor bersama, yaitu sel bakal pluripotensial. Sel bakal pluripotensial adalah sel-sel embrionik yang dapat membentuk bermacam-macam sel hemato hem atopoe poetik tik dan dapat dapat membel membelah ah diri. diri. Sel-sel Sel-sel ini ditemu ditemukan kan dalam dalam sumsum tulang dan jaringan hematopoetik lain serta menghasilkan semua komponen komp onen darah (misalnya, (misalnya, eritrosit, eritrosit, trombosit, trombosit, granulosit, granulosit, mono monosit sit dan limfosit). a. Organ Organ Limfoi Limfoid d Prime Primer r Walaupun terdapat di semua bagian tubuh, namun limfoid cenderung terkonsentrasi di beberapa organ limfoid, termasuk sumsum tulang, timus, limpa, kelenjar getah bening dan jaringan limfoid terkait organ. Sumsum tulang dan timus dianggap sebagai organ limfoid primer primer.. b. Organ Limfoid Sekunder Sekunder Organ limfoid sekunder mencakup limpa, kelenjar getah bening dan jaringan tidak berkapsul. Contoh-contoh jaringan tidak berkapsul adalah tonsil, adenoid dan bercak-bercak jaringan limfoid di lamina propria (jaringan ikat fibrosa yang terletak tepat di bawah epitel permukaan selaput lendir) dan di sub mukosa saluran cerna. 2. Imun Imunit itas as Se Selu lula lar r Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama yaitu fungsi regulator dan fungsi efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong penolong (CD4). Sel-sel CD4 mengeluarkan mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat molekul rendah yang dise disekr kresi esika kan n oleh oleh sel-se sel-sell si sist stem em imun imun)) un untu tuk k mela melaks ksan anak akan an fu fung ngsi si regulatornya. Sitokin dari sel CD4 mengendalikan proses imun seperti pembentukan imunoglobulin oleh sel B, pengaktivan sel T lain dan pengaktifan makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel se l T sitotoksik (sel CD8). Sel-sel CD8 ini mampu mematikan mematikan sel yang terinfeksi terinfeksi oleh virus, 4
sel tumor dan jaringan transplantasi dengan menyuntikkan zat kimia yang dise disebu butt pe perfo rfori rin n ke da dala lam m sa sasar saran an "a "asin sing" g".. Baik Baik sel CD4 CD4 da dan n CD8 CD8 menjalani menjal ani pendidikan pendidikan timus di kelenjar kelenjar timus untuk belajar mengenal fungsi. Fungsi utama imunitas selular adalah : a. Sel T CD8 memi memiliki liki fungsi sito sitotoksi toksik. k. b. Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saat menghasilkan berbagai limfokin yang menyebabkan peradangan. c. Sel T memiliki kemampuan untuk untuk mengingat. mengingat. d. Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi atau pengend pengendalian alian sel. 3. Imu Imunogl noglo obu buli lin n
Imunoglob Imunog lobuli ulin n (antib (antibodi odi)) , yang yang memben membentuk tuk sekita sekitarr 20% dari dari semua semua protein dalam plasma darah, adalah produk utama sel plasma. Selain di plasma darah, imunoglobulin juga ditemukan di dalam air mata, air liur, sekresi mukosa saluran napas, cerna dan kemih-kelamin, serta kolostrum. Fungsi imunoglobulin adalah : a. Menyebabkan Menyebabkan sitotoksi sitotoksisitas sitas yang diperantar diperantarai ai oleh sel yang dependen dependen antibodi. b. Memungkinkan terjadinya imunisasi pasif c. Meni Mening ngka katk tkan an op opso soni nisa sasi si (p (pen enge gend ndap apan an ko komp mplem lemen en pa pada da suatu suatu
4.
antigen antige n sehing sehingga ga kontak kontak lekat lekat dengan dengan sel fagosi fagositik tik menjad menjadii lebih lebih stabil). d. Mengaktifkan Mengaktifkan komplemen komplemen (kumpulan (kumpulan glikoprot glikoprotein ein serum) e. Menyeb Menyebabk abkan an anafila anafilaksi ksis. s. Imun Imunit itas as ( Ala Alami mi Dan Dan Did Didap apat at)) Adaa du Ad duaa tipe tipe umum umum imun imunit itas, as, ya yait itu u : alami alami (n (natu atural ral)) da dan n di dida dapa patt (akuisita). Imunitas alami yang merupakan kekebalan non spesifik sudah ditemukan pada saat lahir. Sedangkan imunitas di dapat atau imunitas spesifik terbentuk sesudah lahir. Imunitas alami akan memberikan respon nonspe non spesifi sifik k terhada terhadap p setiap setiap penyer penyerang ang asing asing tanpa tanpa memper memperhat hatika ikan n kompos kom posisi isi penyer penyerang ang terseb tersebut. ut. Dasar Dasar pertah pertahana anan n alami alami semata-m semata-mata ata berupa kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau 5
antara "diri sendiri" dan "bukan diri sendiri". Mekanisme alami semacam ini mencakup sawar (barier) fisik dan kimia, kerja sel-sel darah putih dan respon inflamasi. Imunitas di dapat biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau ata u mendap mendapatk atkan an imunis imunisasi asi yang yang mengha menghasil silkan kan respon respon imun imun yang yang bersifat protektif. Beberapa minggu atau bulan sesudah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi akan timbul respon imun yang yan g cukup cukup kuat kuat untuk untuk menceg mencegah ah terjad terjadiny inyaa penyak penyakit it atau jangki jangkitan tan ulan ulang. g. Ada du duaa tipe tipe imun imunit itas as ya yang ng di da dapa pat, t, ya yait itu u ak akti tiff da dan n pasif pasif.. Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan imunologi akan dibentuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini umumny umu mnyaa berlan berlangsu gsung ng selama selama bertah bertahunun-tah tahun un atau bahkan bahkan seumur seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang ditransmisik ditran smisikan an dari sumber lain yang sudah memiliki memiliki kekebalan kekebalan setelah menderita sakit atau menjalani imunisasi. C. Etiologi Etiologi HIV/AIDS HIV/AIDS Pe Peny nyeb ebab ab ad adal alah ah
golo golong ngan an
vi viru russ
re retr tro o
ya yang ng
di dise sebu butt
hu huma man n
immunodeficiency virus yaitu HTL II, LAV LAV, RAV RAV yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus ini ditransmisikan melalui kontak intim (seksual), darah atau produk darah yang terinfeksi (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberinama HIV-2. HIV-2 HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : 1. Periode Periode jendela : Lamanya Lamanya 4 minggu sampai sampai 6 bulan setelah infeksi. infeksi. Tidak Tidak ada gejala. 2. Fase Fase infeks infeksii HIV primer primer akut : Lamany Lamanyaa 1-2 minggu minggu dengan dengan gejala gejala flu likes illness. 3. Infeksi Infeksi asimtomatik asimtomatik : Lamanya 1-15 1-15 atau lebih tahun de dengan ngan gejala gejala tidak ada. 4. Supresi Supresi imun simtomatik simtomatik : Diatas 3 tahun tahun dengan gejala gejala demam, keringat keringat malamhari, diare, neuropati, lemah, rash, limfa denopati, lesi mulut.
6
5. AIDS : Lamanya Lamanya bervariasi bervariasi antara 1-5 tahun dari dari kondisi AIDS pertama pertama kali ditegakkan. ditegakkan. Didapatkan Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah : 1. Lelaki Lelaki homo homo seksual seksual atau biseks 2. Bayi dari ibu/bapak ibu/bapak terinfeksi. terinfeksi. 3. Orang yang ketagian ketagian obat obat intravena intravena 4. Partner Partner seks dari penderi penderita ta AIDS 5. Penerima Penerima darah atau produk produk darah darah (transfusi). (transfusi). D. Patof Patofisi isiolo ologi gi HIV/A HIV/AIDS IDS Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans( selimun ) adalah selsel sel yang ang teri terin nfe fek ksi Huma Human n Imm Immun unod odef efic icie ien ncy Virus irus ( HIV HIV ) da dan n terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sum-sum tulang. Human Immuno deficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Padaa saat Pad saat sel T4 terinfe terinfeksi ksi dan ikut ikut dalam dalam respon respon imun, imun, maka maka Human Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, penjamu, dalam usaha mengelimina mengeliminasi si virus dan sel yang terinfeksi. Virus irus HIV HIV de deng ngan an su suat atu u en enzim zim,, revers reversee tran transk skri ript ptase ase,, ya yang ng ak akan an melakukan pemograman ulang materi genetic dari sel T4 yang terinfeksi untuk untu k membuat membuat double-stran double-stranded ded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nucleus sel T4 sebagai sebuah pro virus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tida tidak k diha dihanc ncur urka kan n oleh oleh sel T4 he help lper er.. Keba Kebali lika kann nnya ya,, vi viru russ HIV HIV ya yang ng menghancurkan sel T4 helper. Fung Fu ngsi si da dari ri sel T4 he help lper er ad adal alah ah meng mengen enali ali an anti tige gen n ya yang ng asing asing,, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitoto sitotoksit, ksit, memproduk silimfokin, silimfokin, dan mempertahan mempertahankan kan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi meng invasi dan menyebabka menyebabkan n penyakit penyakit yang serius. Dengan Dengan menurunya menurunya 7
jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selamaa waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang Selam berkurang dari sekitar 1000 sel permldarah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai mencapai kadar ini, gejala-gejala gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamuroportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS. E. Tanda anda dan Geja Gejala la HIV/AI HIV/AIDS DS Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Disease n Control Control sebagai sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan kegagalan berkembang, hepatomegali dan splenomegali, limfa denopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau lebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare. Diantara semua anak yang terdiagnosis dengan infeksi HIV, HIV, sekitar 90% akan memunculkan gejala ini, kebergunaa kebergunaannya nnya sebagai tanda awal infeksi infeksi d icoba oleh studi the European Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Mereka menemukan bahwa dua pertiga bayi yang terinfeksi memperlihatkan tanda dan gejala yang tidak spesifik pada usia 3 bulan, dengan angka yang lebih rendah diantara bayi yang tidak terinfeksi. Kondisi yang didiskriminasi paling baik antara bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi terinf eksi
adalah
kandidiasis kandidiasiskroni kronik, k,
parotitis, parotitis,
limfadenop limfadenopatipersi atipersistem, stem,
hepatosplenomegali. Otitis media, tinitis, deman yang tidak jelas, dan diare kronik secara tidak nyata paling sering pada bayi yang terinfeksi dari pada bayi yang tidak terinfeksi. 1. Tanda anda pertam pertamaa infeksi infeksi tidak tidak n nyat yata. a. Pengalaman dari beberapa pusat penelitian menunjukkan bahwa sekitar 20% bayi yang terinfeksi secara cepat akan berkembang menjadi gangguan gangg uan imun dan AIDS. AIDS. Banyak Banyak dari bayi ini akan menampakkan menampakkan 8
gejala aneumonia Pneumocystis carinii (PCP) pada usia 3 sampai 6 bulan, atau menderita infeksi bakteri serius lain. Pada beberapa bayi, jumlah CD4 mungkin normal saat terjadinya PCP. PCP. 2. Dalam 2 tahun setelah setelah lahir lahir,, kebanyakan kebanyakan bayi bayi akan mengalami mengalami beberapa beberapa derajat
kegagalan
berkembang, berkembang,
demam
rekuren
atau
kronik, kronik,
keterlambatan perkembangan, adenopatipersisten, atau hepatosplemegali. Semua ini bukan keadaan kecacatan, dan konsisten dengan kelangsungan hidup yang lama. Melebihi ulang tahun pertama, sekitar 8% bayi ini akan berkembang menjadi AIDS terbatas CDC per tahun. Penunjukan “AIDS” merupakan kebergunaan yang sangat terbatas pada prognosis atau pada nosologi deskriptif infeksi HIV, tetapi penyakit indicator AIDS berperang sebagaii tanda tingginya sebaga tingginya perkembanga perkembangan n penyakit penyakit dan sebagai catalog catalog kondisi kond isi yang sering terlihat terlihat dengan dengan perkembang perkembangan an penyakit. penyakit. Masingmasing dibahas secara singkat dibawah: 3. Pneumo Pneumonia nia Pneum Pneumocy ocystis stis carin carinii ii (PCP). (PCP). PCP merupakan merupakan penyakit penyakit indicator indicator AIDS paling paling sering, sering, yang terjadi pada sekitar sepertiga anak dan bayi yang terinfeksi. Usia rata untuk munculnya penyakit adalah sekitar usia 9 bulan, meskipun puncaknya sampai usia 3 sampai 6 bulan diantara bayi-bayi yang berkembang sangat cepat. Tidak seperti reaksi PCP pada orang dewasa, infeksi ini biasanya merupa mer upakan kan infeksi infeksi primer primer pada pada anak anak yang yang terinf terinfeks eksii HIV, bergej bergejala ala subkutan atau mendadak dengan demam, batuk, takipnea, dan ronki. PCP sulit dibedakan dibedakan dengan infeksi paru lain atau usia ini, dan karena trimetoprim-sulfametoksasol dan kortikosteroidintravena diberikan pada awal perjalanan perjalanan penyakit penyakit menyebabka menyebabkan n perbaikan perbaikan yang signifikan, signifikan, lavesebronkoalveolar diagnostic harus dipikirkan secara serius pada bayi beresiko dengan gambaran klinis konsisten. PCP memberikan prognosis yang tidak baik pada awal penelitian dengan kelangsungan hidup media 1 bulan setelah diagnosis. Saat ini dikenali bahwa penyakit yang lebih ringan dapat terjadi dan konsisten dengan kelangsungan hidup yang lama. Profilaksin Profil aksin PCP dengan trimetoprim-s trimetoprim-sulfame ulfametoksas toksasol ol oral efektif, efektif, dan merupakan indikasi untuk bayi dengan kehilangan limfosit CD4 yang signif sig nifika ikan, n, sebelu sebelum m PCP, PCP, dan pada pada beberap beberapaa bayi bayi muda muda dengan dengan perkembangan gejala terkait HIV yang cepat. 9
4. Pneumo Pneumolit litis is Intersti Interstisial sial Limf Limfoid oid (LIP) (LIP).. Infiltrasi paru intersisial kronik telah ditentukan pada orang dewasa yang terinfeksi HIV dalam jumlah kecil, tetapi terjadi pada sekitar 20% anak yang terinfeksi HIV. Dianggap berhubungan dengan infeksi virus Epstein-Barr. Kondisi ini ditandai dengan perjalanan kronik eksaserbasiintermi serbasi intermiten ten (sering selama infeksrespira infeksrespirasi si yang terjadi di antara infeksi atau selama infeksi. Infiltra dada kronik yang terlihat pada sinar-X sering menunjukkan diagnosis, tetapi hanya biopsy paru terbuka yang dapat dipercaya untuk diagnosis definitive. Hipoksia jaran parah sampai terbawa terb awa
selama selama
beberap beberapaa
tahun, tahun,
dan
beberap beberapaa
perbai perbaikan kan
pada pada
kostikosteroid. LIP sebagai gejala yang timbul pada infeksi HIV dapat disertaii prognosis diserta prognosis yang lebih baik, dan sering terlihat terlihat pada kelompok kelompok gejala dengan hipergamaglobulinemia yang nyata dan parotitis. 5. In Infe feks ksii Bakter Bakterii Re Reku kuren ren.. Untuk criteria AIDS pediatric CDC, infeksi bakteri rekuren adalah dua atau lebih episode sepsis, meningitis, pneumonia, abses internal, atau infeksi tulang dan sendi; ini semua terlihat pada 15% anak-anak dengan AIDS pediatric. Infeksi bakteri yang lebih sedikit, seperti infeksi sinus rekuren rekure n atau kronik, otitis media, dan pioderma masih sering terjadi terjadi.. Streptococcus pneumonia merupakan isolate darah yang paling sering pada anak yang terinfeksi HIV, HIV, meskipun stafilokokal gram-negatif, dan bahkan bakteremia pseudomonal terjadi berlebihan. Penanganan episode demam pada anak yang terinfeksi HIV sama dengan penanganan anak dengan kondisi yang menganggu imunitas lain. Gangguan kemampuan untuk menjaga menjaga respons respons antibody antibody yang efektif efektif dan kurangnya kurangnya pajanan pajanan membuat membu at anak yang terinfeksi terinfeksi HIV rentang terhadap terhadap penyakit penyakit bakteri yang lebih serius. Profilaksis Profilaksis dengan dengan immunoglob immunoglobulin ulin intravena intravena dapat mengurangi frekuensi dan keparahan infeksi bakteri yang serius. 6. Penyak Penyakit it Neurol Neurolog ogii Prog Progres resif. if. Sampai 60% anak yang terinfeksi HIV dapat munculkan tanda infeksi system saraf pusat. Pada sekitar seperempatnya, infeksi ini dalam bentuk ensefalopati ensefal opati static yang biasanya bermanifestasi bermanifestasi pada tahun pertama pertama dengan keterlambatan perkembangan. Pada sekitar sepertiganya, terjadi ensefalopa ensefal opatip tiprog rogresi resif, f, dengan dengan kehila kehilanga ngan n kejadi kejadian an yang yang pentin penting g sebelumnya dan defisit motorik dan kognitif yang berat. Pencitraan saraf 10
dapat memperlihatkan memperlihatkan atrofi serebral, serebral, kelainan kelainan subtansi subtansi alba, atau klasifi kla sifikas kasii gangli ganglion on basal, basal, atau atau kesemu kesemuany anya, a, meskip meskipun un kepara keparahan han abnormalitas pencitraan sering tidak berkorelasi dengan gambaran klinis. Zidovudin IV kontinu ditemukan menyebabkan perbaikan yang dramatic pada beberapa anak dengan deficit perkembangan saraf; kostikosteroid juga menguntungkan pada pada laporanterisolasi. 7. Wastin asting g Synd Syndro rome me.. Kegagalan kronik untuk tumbuh pada infeksi HIV lanjut terjadi pada sekitar 10% bayi dan anak dengan AIDS dan hampir selalu multifaktorial. Deficit system saraf pusat dari latergi latergi sampai kelemahan kelemahan dalam mengunyah; abnormalitas neuroendokrin; malabsorpsi dan diare akibat infeksi HIV primer, infeksi usus sekunder, atau terapi; dan katabolisme ya yang ng
diin diindu duks ksii
infek infeksi si
se serin ring g
be berp rpera erang ng
pa pada da
masal masalah ah
ya yang ng
menjengkelkan ini. 8. In Infe feks ksii Opo Oportu rtuni nisti stik. k. Lebih dari satu lusin infeksi oportunistik spesifik memenuhi AIDS, mesk me skip ipun un setel setelah ah PCP PCP, pa pali ling ng se serin ring g pa pada da AIDS AIDS pe pedi diat atric ric ad adal alah ah esofagistis esofag istis kandida, terjadi pada sekitar sekitar 10%, dan infeksi infeksi kompleks, kompleks, Mycobakteri Mycob akterium um avium. avium. Diantara Diantara virus-virus, virus-virus, infeksi CMV diseminata dan lama pada saluran cerna, dan infeksi virus varisela zoster apitikal, rekuren dan ekstensif sering terjadi. Walaupun daftar panjang pathogen yang menyebabkan penyakit berat dan lama tidak lazim pada penjamu ini, virus respirasi respirasi yang lazim, mencakup mencakup virus sinsitial sinsitial respiratorius respiratorius,, jarang menyebabkan penyakit yang berkomplikasi. berkomplikasi. 9. Terkena erkenanya nya or organ ganic ic lain. lain. Terkenanya heparpadi infeksi HIV pediatric sering mengambil bentuk organ yang membesar sedang sampai berat, transaminitis berfluktuasi. Yang jarang adalah hepatitis kolestatik berat yang terjadi pada bayi yang terinfeksi pada tahun pertama, dengan prognosis buruk. Kelainan hati dapat disebabkan oleh infeksi yang bersama dengan CMV, HCV, atau HBV,, oleh infeksi HIV itu sendiri, HBV sendiri, atau banyak agen infeksi infeksi uslain. uslain. Penyak Pen yakit it ginjal ginjal yang yang sering sering terjad terjadi, i, paling paling sering sering berman bermanifes ifestasi tasi protenuria. Perubahan mesangial dan glomerulokslerosis fokal telah diindentifi diind entifikasi kasi sebagai patologi patologi yang paling paling sering terjadi pada anak dengan AIDS. Kelainan jantung dapat diperhatikan pada separuh anak 11
semua usia penyakit HIV, HIV, meskipun insiden kardio miopatisimtomatik hanya 12 sampai 20%; efusi pericardial dan gangguan fungsi ventrikel merupakan merup akan kelainan kelainan ekokardiog ekokardiografi rafi yang paling sering ditemukan. ditemukan. Meskipun frekuensi penyakit paru kronik pada pasien ini, terkenanya ter kenanya vertikel kiri beberapa kali lebih sering daripada yang kanan. T Tekanan ekanan HIV langsung, langsu ng, autoimunitas, autoimunitas, malnutrisi malnutrisi dan infeksi infeksi bersama bersama dengan dengan virus miotropik semuanya telah dihipotesis sebagai etiologi. Fenomena auto imun mencakup anemia hemolitik positif-coombs dan trombositopenia. Sarc Sarcom omaa Kapo Kaposi si da dan n ka kank nker er sekun sekunde derr lain lain ja jara rang ng pa pada da an anak ak ya yang ng terinfeksi HIV.
12
Pathways HIV/AIDS
13
F. Penat Penatala alaksa ksanaa naan n HIV/A HIV/AIDS IDS Penyakit AIDS belum di temukan cara penyembuhannya, yang perlu di
lakukan adalah pencegahan Human Immunodeficiency Virus irus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus irus (HIV (HIV), ), bi biasa asa dilakukan dengan: 1. Melakukan Melakukan hubung hubungan an kelamin/sex kelamin/sex dengan dengan pasanga pasangan n yang tidak tidak terinfeksi terinfeksi.. 2. Melaku Melakukan kan pemeri pemeriksa ksaan an 6 bulan bulan setelah setelah hubung hubungan an seks terakhir terakhir yang tidak terlindungi. 3. Menggunak Menggunakan an alat kontrasep kontrasepsi si atau pelindu pelindung ng jika berhub berhubungan ungan dengan dengan orang yang tidak jelas status HIV-nya. 4. Ti Tidak dak melakukan melakukan pertuk pertukaran aran jarum jarum suntik, suntik, jarum tato,da tato,dan n sebagainya. sebagainya. 5. Melakukan Melakukan penceg pencegahan ahan infeksi infeksi ke ke bayi baru lahir lahir atau atau janin. janin. Jika terinfeksi HIV, HIV, maka pengendaliannya yaitu :
1. Terapi Infeksi Infeksi Opurtuni Opurtunistik stik terapi terapi ini bertujuan bertujuan menghi menghilangk langkan, an, pemulihan pengendalian infeksi ,nasokomial, sepsis atau opurtunistik. Melakukan Melaku kan
pengendali pengendalian an
infeksi infeksi
yang
aman
untuk untuk
pencegahan pencegahan
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. 2. Terapi AZT (Azidotim (Azidotimidin) idin) Disetujui Disetujui FDA (1987) (1987) untuk pengguna penggunaan an obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral antivi ral Human Immunodeficienc Immunodeficiency y Virus (HIV) dengan dengan menghambat menghambat enzim pembalik traskriptase. traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 3. Ter erap apii Anti Antivi vira rall Baru Baru be bebe bera rapa pa an anti tivi viral ral ba baru ru ya yang ng meni mening ngka katk tkan an aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatiniadalah : a. Didanosine b. Ribavirin c. Di Died edox oxyc ycyt ytid idin inee d. Reco Recomb mbin inan antt CD 4 dap dapat at laru larutt e. Vaksin aksin dan dan Reko Rekonst nstruk ruksiV siViru iruss . Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti s eperti interfe int erferon ron,, maka maka perawa perawatt unit unit khusus khusus perawa perawatan tan kritis kritis dapat dapat 14
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. f. Pendid Pendidika ikan n untuk untuk menghind menghindari ari alcohol alcohol dan dan obat terlara terlarang, ng, makanmakanmakanan makan an sehat,hindar sehat,hindarii stress,gizi stress,gizi yang kurang,alcohol kurang,alcohol dan obatobatan yang mengganggu fungsi imun. g. Menghindar Menghindarii infeksi infeksi lain, karena karena infeksi infeksi itu itu dapat dapat mengaktifka mengaktifkan n sel T dan mempercepat reflikasi Human reflikasi Human Immunodeficiency Immunodeficiency Virus (HIV). Virus (HIV). G. Pemer Pemeriks iksaan aan Diagno Diagnosti stik k 1. Uji Uji Virol irolog ogis is Uji virolo virologis gis diguna digunakan kan untuk untuk menega menegakka kkan n diagno diagnosis sis klinik klinik (biasan (bi asanya ya setelah setelah umur umur 6 minggu minggu), ), dan harus harus memili memiliki ki sensit sensitivi ivitas tas minimal 98% dan spesifisitas 98% dengan cara yang sama seperti uji serolog sero logis. is. Uji virolo virologis gis direko direkomen mendas dasika ikan n untuk untuk mendia mendiagno gnosis sis anak anak berumur < 18 bulan. Uji virologis yang dianjurkan: HIV DNA kualitatif menggunakan darah plasma EDTA atau Dried Blood Spot (DBS), bila tidak tersedia HIV HI V DNA DNA da dapa patt digu diguna naka kan n HIV HIV RNA RNA ku kuan anti tita tatif tif (v (vira irall lo load ad,, VL) VL) mengunakan plasma EDTA. Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan untuk diperiksa dengan uji virologis pada umur 4 – 6 minggu atau waktu tercep ter cepat at yang yang mampu mampu laksan laksanaa sesudah sesudahnya nya.. Pada Pada kasus kasus bayi bayi dengan dengan pemeriksaan virologis pertama hasilnya positif maka terapi ARV ARV harus segera seg era dimula dimulai; i; pada pada saat yang yang sama sama dilaku dilakukan kan pengam pengambil bilan an sampel sampel darah kedua untuk pemeriksaan uji virologis kedua. Hasil pemeriksaan virologis harus segera diberikan pada tempat pelayanan, maksimal 4 minggu sejak sampel darah diambil. Hasil positif harus segera diikuti dengan inisiasi ARV.
15
2. Uji Se Serolo ologis gis Uji serologis yang digunakan harus memenuhi sensitivitas minimal
99% dan spesifisitas minimal 98% dengan pengawasan kualitas prosedur dan standar standardis disasi asi kondis kondisii labora laborator torium ium dengan dengan strateg strategii seperti seperti pada pada pemeriksaan serologis se rologis dewasa. Umur 18 >18 bu bula lan n – digunakan sebagai uji diagnostik konfirmasi Anak umur < 18 bulan terpajan HIV yang tampak sehat dan belum dilakukan uji virologis, dianjurkan untuk dilakukan uji serologis pada umur 9 bulan. Bila hasil uji tersebut positif harus segera diikuti dengan pemeriksaan
uji
virologis
untuk
mengidentifikasi
kasus
yang
memerlukan terapi ARV ARV. Jika uji serologis positif dan uji virologis belum tersedia, perlu dilakukan pemantauan klinis ketat dan uji serologis ulang pada usia 18 bulan. Anak umur < 18 bulan dengan gejala dan tanda diduga disebabkan oleh infeksi HIV harus menjalani uji serologis dan jika positif diikuti dengan uji virologis. Pada anak umur< 18 bulan yang sakit dan diduga disebabkan oleh infeksi HIV tetapi uji virologis tidak dapa dapatt
dila dilaku kuka kan, n,
diag diagno nosi siss
di dite tega gakk kkan an
meng menggu guna naka kan n
di diag agno nosi siss
presumtif. Pada anak umur < 18 bulan yang masih mendapat ASI, prosedur diagnostik dilakukan tanpa perlu menghentikan pemberian ASI. Anak yang berumur > 18 bulan menjalani tes HIV sebagaimana yang dilakukan pada orang dewasa. Agar pelaksana di lapangan tidak ragu, berikut ini skenario klinis dalam memilih perangkat diagnosis yang tepat.
Kategori
Bayi sehat,
Tes yang diperlukan Uji Virologi
Tujuan
Mendiagnosis HIV
ibu terinfeksi umur 6 minggu
Aksi
Mulai ARV ARV bila terinfeksi HIV
HIV Bayi-
Serologi ibu
Untuk identifikasi
Memerlukan tes
pajanan HIV
atau bayi
atau memastikan
virologi bila terpajan
pajanan HIV
HIV
tidak
16
diketahui Bayi sehat
Serologi pada
Untuk
Hasil positif harus
terpajan
imunisasi 9
mengidentifikasi bayi
diikuti dengan uji
HIV, umur 9
bulan
yang masih memiliki
virologi dan
antibodi ibu atau
pemantauan lanjut.
seroreversi
Hasil negatif, harus
bulan
dianggap tidak terinfeksi, ulangi test bila masih mendapat Bayi atau
Serologi
Memastikan infeksi
ASI Lakukan uji virologi bila umur < 18 bulan
anak dg gejala dan tanda sugestif infeksi HIV Bayi umur >
Uji virologi
Mendiagnosis HIV
Bila positif terinfeksi
9 - < 18
segera masuk ke
bulan
tatalaksana HIV dan
dengan uji
terapi ARV ARV
serologi positif Bayi yang
Ulangi uji
Untuk mengeksklusi
Anak < 5tahun
sudah
(serologi atau
infeksi HIV setelah
terinfeksi HIV harus
berhenti ASI ASI
virologi) setelah pajanan dihentikan
segera mendapat
berhenti minum
tatalaksana HIV
ASI 6 minggu
termasuk termas uk ARV ARV
Bagan 1. Diagnosis HIV pada bayi dan anak < 18 bulan pajanan HIV tidak diketahui.
17
Catatan: Id Ideal ealny nyaa dila dilaku kuka kan n pe peng ngul ulan anga gan n uj ujii vi viro rolo logi gi HIV HIV pa pada da spesimen spesim en yang berbeda untuk konfirmasi hasil positif positif yang pertama. Pada keadaan yang terbatas, uji antibodi HIV dapat dilakukan setelah usia 18 bulan untuk konfirmasi infeksi HIV. HIV.
18
Bagan 1. Alur diagnosis HIV pada bayi dan anak umur kurang dari 18 bulan idealnya dilakukan pengulangan uji virologis HIV pada spesimen yang berbeda untuk konfirmasi hasil positif yang pertama. 3. Diagnosis Diagnosis presumt presumtif if HIV HIV pada pada anak< anak< 18 bulan
Bila ada anak berumur < 18 bulan dan dipikirkan terinfeksi HIV, tetapi perangkat laboratorium untuk PCR HIV tidak tersedia, tenaga kesehatan diharapkan mampu menegakkan diagnosis dengan cara DIAGNOSIS PRESUMTIF.
Catatan:
1. Menurut defi defin nisi Integrated Management of Childhood Illness (IMCI): a. Ora Orall thrush adalah lapisan putih kekuningan di atas mukosa yang normal atau kemerahan (pseudomembran), atau bercak merah di lidah, langit-langit mulut atau tepi mulut, disertai rasa nyeri. nyeri. Tidak idak bereak bereaksi si dengan dengan pengob pengobatan atan antifu antifunga ngall topikal. b. Pneumonia adalah batuk atau sesak napas pada anak dengan gambar gam baran an chest indrawing , stridor atau tanda bahaya seperti letargik letar gik atau penurunan penurunan kesadaran, kesadaran, tidak dapat minum atau menyusu, muntah, dan adanya kejang selama episode sakit sekarang. Membaik dengan pengobatan antibiotik. c. Sepsis Sepsis adalah adalah demam demam atau hipo hipoterm termia ia pada pada bayi muda muda dengan dengan tanda tan da ya yang ng be bera ratt se sepe pert rtii be bern rnap apas as cepat cepat,, chest indrawing indrawing , ubun-ubun besar membonjol, letargi, gerakan berkurang, tidak mau minum atau menyusu, kejang, dan lain-lain.
19
2. Peme Pemerik riksaa saan n uji uji HIV HIV cep cepat at (rapid (rapid test ) deng dengan an hasil reaktif reaktif harus dilanjutkan dengan 2 tes serologi yang lain. 3. Bila Bila hasil pemerik pemeriksaan saan tes serolog serologii lanjutan lanjutan tetap tetap reaktif, reaktif, pasien pasien harus segera mendapat obat ARV.
4. Diagno Diagnosis sis HIV HIV pada pada anak anak > 18 18 bulan bulan
Diagnosis pada anak > 18 bulan memakai cara yang sama dengan uji HIV pada orang dewasa. Perhatian khusus untuk anak yang masih mendapat ASI pada saat tes dilakukan, uji HIV baru dapat diinte dii nterpr rpretas etasii dengan dengan baik baik bila bila ASI sudah sudah dihent dihentika ikan n selama selama > 6 minggu. Pada umur > 18 bulan ASI bukan lagi sumber nutrisi utama. Oleh karena itu cukup aman a man bila ibu diminta untuk menghentikan ASI sebelum dilakukan diagnosis HIV.
20
BAB IV PEMBAHASAN A. Peng Pengka kaji jian an
Menurut Wong (2004) hal-hal yang perlu dikaji pada anak dengan HIV antara lain : 1. Laku Lakuka kan n Anamn Anamnesa esa a. Data Subjektif, mencakup: 1) Pengetahuan klien tentang AIDS 2) Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun 3) Dispne Dispneu u (serangan (serangan)) 4) Ketidaknyam Ketidaknyamanan anan (lokasi, karakteristik karakteristik,, lamanya) b. Data Objektif, meliputi: 1) Kulit, Kulit, lesi, integrita integritass terganggu terganggu 2) Buny Bunyii nafa nafass 3) Kondisi Kondisi mulut mulut dan dan genetalia genetalia 4) BAB (frekuen (frekuensi si dan karaktern karakternya) ya) 5) Gejala cemas 2. Pemeriksaan Fisik a. Peng Penguk ukur uran an TTV TTV b. Pengkajian Kardiovaskuler c. Su Suhu hu tubu tubuh h meni mening ngka kat, t, na nadi di ce cepa pat, t, te teka kana nan n da darah rah meni mening ngka kat. t. Gagal jantung kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV. HIV. d. Pen Pengka gkajian jian Respi Respirato ratori ri e. Ba Batu tuk k lama lama de deng ngan an atau atau ta tanp npaa sput sputum um,, sesak sesak na napa pas, s, takip takipne nea, a, hipoksia, nyeri dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas. f. Pengkajian Neurologik g. Sak Sakit it kepala kepala,, somnol somnolen, en, sukar sukar ko konsen nsentras trasi, i, peruba perubahan han perila perilaku, ku, nyer nyerii
otot otot,,
penurunan
keja kejang ng-k -kej ejan ang, g, kesadaran,
en ense selo lofa fati ti,,
delirium,
ga gang nggu guan an
meningitis,
ps psik ikom omot otor or,, keterlambatan
perkembangan. h. Pengkajian Gastrointestinal i. Ber erat at bad badan men enur uru un, an anor orek eksi sia, a, ny nyer erii men menel elan an,, kes esul ulit itan an menelan, menel an, bercak putih kekuninga kekuningan n pada mukosa mulut, mulut, faringitis, faringitis, candidisiasi candi disiasiss esophagus, esophagus, candidisiasis candidisiasis mulut, mulut, selaput selaput lender kering, pembesaran
hati,
mual,
muntah,
colitis
akibat
diare
kronis,
pembesaran limfa. 21
j. Pengkajian Renal k. Pengkajaian Pengkajaian Muskuloske Muskuloskeletal letal l. Nyeri otot, nyeri nyeri persend persendian, ian, letih, letih, ganggu gangguan an gerak gerak (ataksia) (ataksia) m. Pengkajian Pengkajian Hematologik Hematologik n. Pen Pengka gkajian jian Endo Endokri krin n 3. Kaji Kaji stat status us nut nutri risi si a. Kaji adanya infeksi oportunistik b. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan 4. Dapatk Dapatkan an riway riwayat at imuni imunisasi sasi Seorang anak dengan infeksi HIV atau diduga dengan infeksi HIV tetapi tet api bel belum um men menunj unjukk ukkan an gej gejala ala,, har harus us dib diberi eri sem semua ua jen jenis is vak vaksin sin yang diperlukan (sesuai jadwal imunisasi nasional), termasuk BCG. Berhub Ber hubung ung seb sebagi agian an bes besar ar ana anak k den dengan gan HIV pos positi itiff mem mempun punyai yai respo res pons ns im imun un ya yang ng ef efek ekti tiff pa pada da ta tahu hun n pe pert rtam amaa ke kehi hidu dupa pann nnya ya,, imun im unis isas asii ha haru russ di dibe beri rika kan n se sedi dini ni mu mung ngki kin n se sesu suai ai um umur ur ya yang ng dianjurkan. Namun, jangan beri vaksin BCG pada anak dengan infeksi HIV HI V ya yang ng te tela lah h me menu nunj njuk ukka kan n ge geja jala. la. Be Berik rikan an pa pada da sem semua ua an anak ak deng de ngan an in infe feksi ksi HIV (ta (tanp npaa me mema mand ndan ang g ad adaa ge geja jala la at atau au ti tida dak) k) tamb ta mbah ahan an im imun unis isas asii Ca Camp mpak ak pa pada da um umur ur 6 bu bula lan, n, se sela lain in ya yang ng dianjurkan pada umur 9 bulan. 5. Dapatk Dapatkan an riwaya riwayatt yang yang berhub berhubung ungan an dengan dengan faktor faktor risiko risiko terhad terhadap ap AIDS pada anak-anak: a. Exposu Exposure re in utero utero to HIV HIV-inf -infecte ected d mother mother b. Pemajanan terhadap produk darah, khususnya anak dengan hemofilia c. Remaja Remaja yang yang menunj menunjukk ukkan an perila perilaku ku risiko risiko tingg tinggii 6. Observasi Observasi adanya adanya manifestasi manifestasi AIDS pada pada anak-anak: anak-anak: a. Gagal tu tumbuh b. Limfadenopati c. Hepa Hepato tosp sple leno nome mega gali li 7. Kajinya Kajinya adanya adanya infeksi infeksi bakteri bakteri berulang berulang 22
a.
Pen eny yakit akit par aru u khu husu susn sny ya pn pneu eum mon onia ia pne neum umoc ocy ystis stis cari carin nii
(pneum (pn eumoni onitys tys inter inter interst interstisi isial al limfosi limfositik tik,, dan hyperp hyperplas lasia ia limfoi limfoid d paru). b. Diare kronis
8. Gambar Gambaran an neurol neurologi ogis: s: a. Pela Pelamb mbata atan n perk perkem emba bang ngan an b. Kehilangan kemampuan motorik yang telah dicapai sebelumnya c. Kemu Kemung ngki kina nan n mik mikro rosef sefal alii d. Pemerik Pemeriksaan saan neurol neurologi ogiss abnor abnormal mal 9. Bantu prosedur prosedur diagnos diagnostik tik dan pengujian pengujian misalnya misalnya tes antibodi antibodi B. Diagno Diagnosa sa Kepera Keperawat watan an
Menurut Menur ut Wong (2004) (2004) diagnosa diagnosa keperawatan keperawatan yang dapat dirumuskan dirumuskan pada anak dengan HIV antara antara lain: 1. Bersihan Bersihan jalan nafas inefektif inefektif berhubungan berhubungan dengan dengan akumulasi akumulasi secret sekunder terhadap hipersekresi sputum karena proses inflamasi 2. Hipertermi Hipertermi berhubungan berhubungan dengan dengan pelepasan pyrogen pyrogen dari hipotalamu hipotalamuss sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody (Proses inflamasi) 3. Risi Risiko ko ting tinggi gi keku kekura rang ngan an vo volu lume me ca cair iran an be berh rhub ubun unga gan n de deng ngan an penurunan pemasukan dan pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare 4. Peruba Perubahan han elimin eliminasi asi (diare (diare)) yang yang berhub berhubun ungan gan dengan dengan pening peningkat katan an motilitas usus sekunder proses inflamasi system pencernaan 5. Perubahan Perubahan nutrisi nutrisi kurang dari kebutuhan kebutuhan tubuh berhubungan berhubungan dengan dengan kekambuhan kekam buhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, makan, kandidiasis kandidiasis oral C. Inter Interven vensi si Keperaw Keperawata atan n
23
Menurut Menur ut Wong (2004) (2004) intervensi intervensi keperawatan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan pada anak yang menderita HIV antara lain : 1. Bersih Bersihan an jal jalan an nafas nafas tidak tidak efektif efektif ber berhub hubung ungan an dengan dengan akumulasi akumulasi sekret Tujuan: Tuju an: Anak menunjukkan jalan nafas yang efektif Intervensi a.
Auskultas asii ar areea paru ru,, catat are area pen enu urunan/tidak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkhial dapat juga terjadi pada area konsolidasi.
b.
Mengkaji ulang tanda-tanda vital (irama dan frekuensi, serta gerakan dinding dada ) Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris simetr is terjadi terjadi karena ketidaknyaman ketidaknyaman gerakan dinding dada dan
c.
atau cairan paru-paru Bant Bantu u pasi pasien en lati latiha han n na napa pass se seri ring ng.. Tunju unjukk kkan an/b /ban antu tu pa pasi sien en mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi Rasio Ra siona nall : Napa Napass da dala lam m memu memuda dahk hkan an ek ekspa spans nsii maks maksim imum um paru/jalan
napas
pembersihan
jalan
lebih
kecil.
napas
Batuk
alami
adalah
membantu
mekanisme silia
untuk
memper mem pertah tahank ankan an jalan jalan napas napas paten. paten. Peneka Penekanan nan menuru menurunka nkan n ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya d.
napas lebih dalam dan lebih kuat Pe Peng nghi hisa sapa pan n sesua sesuaii indi indika kasi si Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk
e.
tidak efektif atau penurunan tingkat kesadaran Berika Berikan n cairan cairan sedikit sedikitnya nya 2500 2500 ml/ha ml/hari ri (kecual (kecualii kontrain kontraindik dikasi) asi).. Tawarkan air hangat dari pada dingin
24
Rasion Ras ional al : Cairan Cairan (khusu (khususny snyaa yang yang hangat hangat)) memobi memobilisa lisasi si dan f.
mengeluarkan sekret Member Memberika ikan n obat obat yang yang dapat dapat menin meningka gkatka tkan n efektif efektifnya nya jalan jalan nafa nafass (seperti bronchodilator) Rasion Ras ional al : alat alat untuk untuk menuru menurunka nkan n spasme spasme bronkh bronkhus us dengan dengan
memobi memo bili lisas sasii sekre sekret, t, ob obat at br bron onch chod odil ilat ator or da dapa patt memb memban antu tu mengencerkan sekret sehingga mudah untuk dikeluarkan 2. Hipertermi Hipertermi berhubungan berhubungan dengan dengan pelepasan pyrogen pyrogen dari hipotalamu hipotalamuss sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody Tujuan : Anak akan mempertahankan suhu tubuh kurang dari 37,5 oC Intervensi a. Pertah Pertahankan ankan lingkun lingkungan gan sejuk, dengan dengan menggunak menggunakan an piyama dan selimut seli mut yang yang tidak tidak tebal tebal serta serta pertah pertahank ankan an suhu suhu ruanga ruangan n antara antara 22o dan 24 oC Rasional : Lingkungan yang sejuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan cara radiasi b. Beri antipiretik sesuai petunjuk Rasion Ras ional al : Antipi Antipiret retik ik seperti seperti asetami asetaminof nofen en (Tyle (Tylenol nol), ), efektif efektif menurunkan demam c. Pan Pantau tau suhu tubuh tubuh anak setiap setiap 1-2 jam, jam, bila bila terjadi terjadi peningk peningkata atan n secara tiba-tiba Rasional : Peningkatan suhu secara tiba-tiba akan mengakibatkan kejang d. Beri antimik antimikroba/an roba/antibio tibiotik tik jira disarank disarankan an Rasion Ras ional al : Antimi Antimikro kroba ba mungki mungkin n disaran disarankan kan untuk untuk mengo mengobat batii organismo penyebab. e. Berik Berikan an kompres kompres dengan suhu suhu 37 oC pada anak anak untuk menurunk menurunkan an demam Rasional Rasion al : kompres kompres hangat hangat efektif efektif mendingin mendinginkan kan tubuh melalui cara konduksi
25
3. Risi Risiko ko ting tinggi gi keku kekura rang ngan an vo volu lume me ca cair iran an be berh rhub ubun unga gan n de deng ngan an pemasukan dan pengeluaran sekunder karena kare na kehilangan nafsu makan dan diare Tujuan : keseimbangan cairan tubuh adekuat dengan kriteria hasil : tidak ada ada tanda-tanda dehidrasi dehidrasi (tanda-tanda (tanda-tanda vital stabil, stabil, kualitas kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urine yang sesuai). Intervensi : a. Ukur dan catat pemasukan dan pengelua pengeluaran. ran. Tinjau Tinjau ulang catatan intra operasi. Rasi Ra sion onal al : do doku kume ment ntasi asi ya yang ng ak akur urat at ak akan an memb memban antu tu da dalam lam mengidenti mengi dentifikasi fikasi pengeluaran pengeluaran cairan/kebu cairan/kebutuhan tuhan penggantian penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi. intervensi. b. Pantau tanda-tanda vital. Rasi Ra sion onal al : hipo hipote tens nsi, i, ta taki kika kard rdia ia,,
pe peni ning ngka kata tan n
pe pern rnap apas asan an
mengindikasikan kekurangan kekurangan cairan. c. Letak Letakkan kan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung tergantung pada kekuatan pernapasan. Rasi Ra sion onal al : elev elevasi asi ke kepa pala la da dan n po posis sisii miri miring ng ak akan an menc menceg egah ah terjadinya aspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma. d. Pantau suhu ku kulit, lit, palpasi denyut perifer. perifer. Rasi Ra sion onal al :
kuli kulitt yang yang di ding ngin in/l /lem emba bab, b, de deny nyut ut ya yang ng le lema mah h
mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan. e. Ko Kolab labora orasi, si, berika berikan n cairan cairan parent parenteral eral,, produk produksi si darah darah dan atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan Tingkatkan kecepatan IV jika diperluakan. 26
Rasional
:
gantikan
kehilangan
cairan
yang
telah
didoku did okumen mentasi tasikan kan.. Catat Catat waktu waktu pengga penggangt ngtian ian volume volume sirkula sirkulasi si yang yan g potens potensial ial bagi bagi penuru penurunan nan kompli komplikas kasi, i, misaln misalnya ya ketida ketidak k seimbangan. 4. Peruba Perubahan han elimin eliminasi asi (diare (diare)) yang yang berhub berhubun ungan gan dengan dengan pening peningkat katan an motilitas usus sekunder proses inflamasi system pencernaan Tujuan : Orang tua melaporkan penurunan frekuensi defekasi dengan kriteri kri teria, a, konsist konsistens ensii feases feases kembal kembalii normal normal dan orang orang tua mampu mampu mengidentifikasi/menghindari faktor pemberat. Intervensi : a. Obs Observ ervasi asi dan catat frekue frekuensi nsi defekasi, defekasi, karakteris karakteristik tik,, jumlah jumlah dan faktor pencetus
Rasi Ra sion onal al : Memb Memban antu tu memb membed edak akan an pe peny nyak akit it in indi divi vidu du da dan n mengkaji beratnya episode. b. Tingkat Tingkat tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur Rasional : Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. c. Buang ffeses eses dengan dengan cepat dan berikan berikan pengha pengharum rum ruangan ruangan
Rasional : menurunkan bau tidak sedap untuk menghindari rasa malu pasien d. Identifikasi Identifikasi makanan makanan dan cairan yang mencetus mencetuskan kan diare (misalnya (misalnya sayuran segar, buah, sereal, bumbu, minuman karnonat, produks susu) Rasional : Menghindarkan irirtan meningkatkan istirahat usus e. Mul Mulai ai lagi pemasukan pemasukan cairan cairan per oral oral secara secara bertahap bertahap dan hindar hindarii minuman dingin
27
Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menuru men urunka nkan n rangsa rangsang ng makana makanan/c n/caira airan. n. Makan Makan kembal kembalii secara secara bertahap cairan mencegah kram dan diare berulang, namun cairan yang dingin dapat meningkatkan motilitas usus f. Berika Berikan n kolab kolabura urasi si antib antibiot iotik ik Rasional : Mengobati infeksi supuratif fokal 5. Perubahan Perubahan nutrisi nutrisi kurang dari kebutuhan kebutuhan tubuh berhubungan berhubungan dengan dengan kekambuhan kekam buhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, makan, kandidiasis kandidiasis oral Tujuan Tu juan : Pasien mendapatkan mendapatkan nutrisi yang optimal dengan kriteria kriteria hasil anak mengkonsumsi jumlah nutrien yang cukup Intervensi a.
Beri Berika kan n mak makan anan an dan dan kud kudap apan an ting tinggi gi ka kalo lori ri da dan n ttin ingg ggii p pro rote tein in Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk metabolisme dan pertumbuhan
b.
Beri makanan yang disukai anak
Rasional : Untuk mendorong agar anak mau makan c.
Perk rkaaya mak akaanan dengan sup suplemen nut nutris risi, misa isalnya sus susu bubuk atau suplemen yang dijual dijual bebas Rasional : Untuk memaksimalkan kualitas asupan makanan
d.
Beri Berika kan n mak makan anan an keti ketika ka an anak ak se seda dang ng mau mau mak makan an de deng ngan an ba baik ik Rasi Ra sion onal al : Keti Ketika ka an anak ak mau mau maka makan n ad adal alah ah ke kesem sempa pata tan n ya yang ng berharga bagi perawat maupun orang tua untuk memberikan makanan sehingga porsi yang disediakan dihabiskan 28
e.
Gunakan kr kreati ativita itas un untuk me mendoro ron ng an anak Ras asio ion nal : Dapat apat men enar arik ik min minat an anak ak un untu tuk k mak makan dan menghabiskan porsi makanan yang disediakan
f.
Pantau berat badan dan pertumbuhan Rasional Rasion al : Pemantauan Pemantauan berat badan dilakukan dilakukan sehingga sehingga intervensi intervensi nutrisi tambahan dapat diimplementasikan bila pertumbuhan mulai melambat atau berat badan turun
g.
Beri rik kan ob obat an anti ja jamur ses sesu uai in instru ruk ksi Rasional : Untuk mengobati kandidiasis oral
29
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan Human Immunodeficiency Virus (HIV) irus (HIV) penyakit penyakit yang diakibatk diakibatkan an oleh infeksi
viru viruss HIV HIV dima dimana na viru viruss ters terseb ebut ut dapa dapatt meny menyeb ebab abka kan n AIDS AIDS de deng ngan an ca cara ra menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar (bukan (buka n dibawa dibawa sejak lahir). AIDS AIDS diartikan diartikan sebagai bentuk bentuk paling erat dari keadaan keadaa n
sakit
terus
menerus menerus
yang
berkaitan berkaitan
dengan dengan
infeksi infeksi Human
Immunodefciency Virus. irus. Anatomi fisiologi yang berkaitan erat dengan Hiv ialah sistem limfoid, imunitas seluler, imunoglobulin, imunitas (didapat dan buatan). Penyebab HIV yaitu golongan virus retro (HTL II, LAV LAV, RAV) RAV) yang berupa agen viral vir al yang yang dikena dikenall dengan dengan retrov retroviru iruss yang yang ditula ditularka rkan n oleh oleh darah darah dan punya punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Human Immuno deficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Gejala yang sering dialami oleh ODHA biasanya demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan splenomegali, limfa denopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau lebih area tidak bilateral bilateral selama >2 bulan), bulan), parotitis, parotitis, dan diare. Penyakit Penyakit AIDS AIDS belum di temukan temukan cara penyembuhanny penyembuhannya, a, yang perlu di lakukan lakukan adalah pencegahan pencegahan Human Immunodeficiency Virus irus (HIV) untuk mencegah mencegah terpajannya terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus (HIV). HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. HIV. Tes ini meliputi melipu ti tes Elisa, latex agglutinati agglutination on dan western blot. Penilaian Penilaian Elisa dan latex agglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain
30
adalah dengan cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen P 24 ( polymerase ( polymerase chain reaction) reaction) atau PCR.
31
B. Saran Pemberian materi yang lebih mendalam dapat meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan disamping pengarahan dan bimbingan yang senantiasa diberikan sehingga keberhasilan dalam tugas dapat dicapai
32
DAFTAR PUSTAKA
1. (Kementrian (Kementrian Kesehatan Kesehatan Republik Republik Indonesia, Indonesia, 2014) 2014) 2. Bracher, Bracher, V.L. 2008. 2008. Aplikasi Aplikasi Klinis Patofisiologi pemeriksaan & manajemen. manajemen. Jakarta: EGC 3. Dep Depkes kes RI. 2006. 2006. Pedoman Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Indonesia. Jakarta: Jakarta: Depkes RI 4. Nursalam, Nursalam, dan dan Kurniawati Kurniawati,, N.D. 2007. 2007. Asuhan Keperawatan pada pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS . jakarta: Salemba Medika 5. Wong, D.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC 6. Hary Haryad adi, i, R. 20 201 11. Asuh Asuhan an Kepe Kepera rawa watan tan pa pada da Anak de deng ngan an HIV HIV / AIDS AIDS.. Makalah.https://www.academia.edu/34884395/ASUHAN_KEPERAWATAN _PADA_ANAK_DENGA _P ADA_ANAK_DENGAN_HIV_AIDS N_HIV_AIDS . Diakses 19 mei 2019
33
View more...
Comments