September 14, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Sabtu, 22 Juni 2013 askep fraktur basis cranii
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN Cedera kepala (fraktur basis cranii)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes BHAKTI MULIA PARE – KEDIRI 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................... JUDUL.............................. ...................... ...................... ...................... ..................... ...................... ................ .... KATA PENGANTAR................. PENGANTAR........................... .................... ...................... ........................ ...................... .................... ............... ..... DAFTAR ISI........................ ISI........... ......................... .......................... ............................ ............................. ............................ ....................... ..........
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ................... ............................. ...................... ....................... ...................... ..................... ..........
i ii iv
1.2
Rumusan Rumusa n Masalah................. Masalah .................................. .................................. ................................... ..................
1.3
Tujuan.......................................................................................
1.4
Manfaat .................... .............................. .................... ...................... ....................... ...................... ..................... ..........
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2
..................................................................................................
2.3
..................................................................................................
2.4
..................................................................................................
2.5
..................................................................................................
2.6
..................................................................................................
2.7
..................................................................................................
2.8
..................................................................................................
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan............... Kesimpulan......................... ...................... ....................... ..................... ..................... ...................... ........... 3.2 Saran................... Saran.............................. ...................... ...................... ...................... ....................... ....................... ............... ....
DAFTAR PUSTAKA
CEDERA KEPALA A. DEFINISI Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi) dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan per ubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pe rgerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Doenges, 1989). 198 9).
Kasan (2000) mengatakan cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala menurut Suriadi & Rita (2001) adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. Sedangkan menurut Satya (1998), cedera kepala adalah keadaan dimana struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak, durameter, pembuluh darah serta otaknya mengalami cidera baik yang trauma tumpul maupun trauma tembus. B.
KLASIFIKASI
Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan Mekanisme
a.
Trauma Tumpul
Trauma tumpul adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun cedera ce dera akibat kekerasaan (pukulan). b.
Trauma Tembus
Trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-benda tajam/runcing. 2.
Berdasarkan Beratnya Cidera
Cedera kepala berdasarkan beratnya cedera didasarkan pada penilaian Glasgow Scala Coma (GCS) dibagi menjadi 3, yaitu : a.
Cedera kepala ringan
Ø GCS 13 - 15 Ø Dapat terjadi kehilangan kesadaran a atau tau amnesia tetapi kurang dari 30 menit. Ø Tidak ada fraktur tengkorak, kkontusio ontusio serebral dan hematoma b.
Cedera kepala sedang
Ø GCS 9 - 12 Ø Saturasi oksigen > 90 % Ø Tekanan darah ssystole ystole > 100 mmHg Ø Lama kejadian < 8 jam Ø Kehilangan kesedaran dan atau amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam
Ø Dapat mengalami fraktur tengkorak c.
Cedera kepala berat
Ø GCS 3 – 8 Ø Kehilangan kesadaran dan atau a amnesia mnesia >24 jam Ø Meliputi hematoma serebral, kontusio serebral Pada penderita yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan misal oleh karena aphasia, maka reaksi verbal diberi tanda “X”, atau oleh karena kedua mata edema berat sehingga tidak dapat di nilai reaksi membuka matanya maka reaksi membuka mata diberi nilai “X”, sedangkan jika penderita dilakukan traheostomy ataupun dilakukan intubasi maka reaksi verbal diberi nilai “T”.
3.
Berdasarkan Morfologi
a.
Cedera kulit kepala
Cedera yang hanya mengenai kulit kepala. Cedera kulit kepala ke pala dapat menjadi pintu masuk infeksi intrakranial.
b.
Fraktur Tengkorak
Fraktur yang terjadi pada tulang tengkorak. Fraktur Fr aktur basis cranii secara anatomis ada perbedaan struktur didaerah basis cranii dan kalvaria yang meliputi pada basis caranii tulangnya lebih tipis dibandingkan daerah kalvaria, durameter daerah basis lebih tipis dibandingkan daerah kalvaria, durameter daerah basis lebih melekat erat pada tulang dibandingkan daerah kalvaria. Sehingga bila terjadi fraktur daerah basis mengakibatkan robekan durameter klinis ditandai dengan bloody otorrhea, bloody rhinorrhea, liquorrhea, brill hematom, batle’s sign, lesi nervus cranialis yang paling sering n i, nvii dan nviii (Kasan, 2000). Sedangkan penanganan dari fraktur basis cranii meliputi : 1.
Cegah peningkatan tekanan intrakranial yang mendadak, misal cegah batuk, batuk, mengejan, makanan makanan yang tidak
menyebabkan sembelit. 2.
Jaga kebersihan kebersihan sekitar sekitar lubang lubang h hidung idung dan lubang telinga, jika perlu dil dilakukan akukan tampon steril (cons (consul ul ahli ahli tht)
pada bloody otorrhea/otoliquorrhea. 3.
Pada penderita dengan tanda-tanda bloody otorrhea/otoliquorrhea penderita tidur dengan posisi terlentang
dan kepala miring keposisi yang sehat (Kasan : 2000). c.
Cedera Otak
1)
Commotio Cerebri (Gegar Otak)
Commotio Cerebri (Gegar Otak) adalah cidera otak ringan karena terkenanya benda tumpul berat ke kepala dimana terjadi pingsan < 10 menit. Dapat terjadi gangguan yang timbul dengan tiba-tiba dan cepat berupa sakit kepala, mual, muntah, dan pusing. Pada waktu sadar kembali, pada umumnya kejadian cidera tidak diingat (amnezia antegrad), tetapi biasanya korban/pasien tidak diingatnya pula sebelum dan sesudah cidera (amnezia retrograd dan antegrad). Menurut dokter ahli spesialis penyakit syaraf dan dokter ahli bedah syaraf, gegar otak terjadi jika coma berlangsung tidak lebih dari 1 jam. Kalau lebih dari 1 jam, dapat diperkirakan lebih berat dan mungkin terjadi komplikasi kerusakan jaringan otak yang berkepanjangan. 2)
Contusio Cerebri (Memar Otak)
Merupakan perdarahan kecil jaringan akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini terjadi bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf/otak di daerah sekitarnya. Di antara yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan N. Facialis atau N. Hypoglossus, gangguan bicara, yang tergantung pada lokalisasi kejadian cidera kepala. Contusio pada kepala adalah bentuk paling berat, disertai dengan gegar otak ot ak encephalon dengan timbulnya tanda-tanda koma, sindrom gegar otak pusat encephalon dengan tanda-tanda gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi paru - jantung yang mulai dengan bradikardia, kemudian takikardia, me meningginya ningginya suhu badan, muka merah, keringat profus, serta kekejangan kekej angan tengkuk yang tidak dapat dikendalikan (decebracio rigiditas). 3)
Perdarahan Intrakranial
a)
Epiduralis haematoma
adalah terjadinya perdarahan antara tengkorak dan durameter akibat robeknya arteri meningen media atau cabang-cabangnya. Epiduralis haematoma dapat juga terjadi di tempat lain, seperti pada frontal, parietal, occipital dan fossa posterior. b)
Subduralis haematoma
Subduralis haematoma adalah kejadian haematoma di antara durameter dan corteks, dimana pembuluh darah kecil vena pecah atau terjadi terj adi perdarahan. Kejadiannya keras dan cepat, karena tekanan jaringan otak ke arteri meninggia sehingga darah cepat tertuangkan dan memenuhi rongga antara durameter dan corteks. Kejadian dengan cepat memberi tanda-tanda meningginya tekanan dalam jaringan otak (TIK = Tekanan Intra Kranial). c)
ÿÿ0Subrachnoidalis Haematoma
Kejadiannya karena perdarahan pada pembuluh darah otak, yaitu perdarahan pada permukaan dalam duramater. Bentuk paling sering dan berarti pada praktik sehari-hari adalah perdarahan pada permukaan dasar jaringan otak, karena bawaan lahir aneurysna (pelebaran pembuluh darah). Ini sering menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak. d)
Intracerebralis Haematoma
Terjadi karena pukulan benda tumpul di daerah korteks dan subkorteks yang mengakibatkan pecahnya vena yang besar atau arteri pada jaringan otak. Paling sering terjadi dalam subkorteks. Selaput otak menjadi pecah juga karena tekanan pada durameter bagian bawah melebar sehingga terjadilah t erjadilah subduralis haematoma. 4.
Berdasarkan Patofisiologi
a.
Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi-decelerasi (acelerasi-deceler asi rotasi) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cedera primer dapat terjadi gegar kepala ringan, memar otak dan laserasi. b.
Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti hipotensi sistemik, hipoksia, hiperkapnea, edema otak, komplikasi pernapasan, dan infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain. C. ETIOLOGI 1.
Menurut Hudak dan Gallo (1996 : 108) mendiskripsikan bahwa penyebab cedera kepala adalah karena
adanya trauma yang dibedakan menjadi 2 faktor yaitu :
a.
Trauma primer
Terjadi karena benturan llangsung angsung atau tidak langsung (akselerasi dan dan deselerasi) b.
Trauma sekunder
Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi sistemik. 2. 3. 4.
Trauma akibat persalinan Kecelakaan, kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil, kecelakaan pada saat olahraga. Jatuh
5. Cedera akiba akibatt kekerasan. D. MANIFESTASI KLINIK 1.
Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2.
Kebingungan
3.
Iritabel
4.
Pucat
5.
Mual dan muntah
6.
Pusing
7.
Nyeri kepala hebat
8.
Terdapat hematoma
9.
Kecemasan
10. Sukar untuk dibangunkan dibangunkan 11. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrh (otorrhea) ea) bila fraktur tulang temporal. E.
PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala gej ala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml/menit/100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output dan akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi Menurut Long (1996) trauma kepala terjadi karena cidera kepala, kulit kepala, tulang kepala, jaringan otak. Trauma langsung bila kepala langsung terluka. Semua itu berakibat terjadinya akselerasi, deselerasi dan pembentukan rongga. Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya, kekuatan itu bisa seketika/menyusul rusaknya otak dan kompresi, goresan/tekanan. Cidera akselerasi terjadi bila kepala kena benturan dari obyek yang bergerak dan menimbulkan gerakan. Akibat dari akselerasi, kikisan/konstusio pada lobus oksipital dan frontal batang otak dan cerebellum dapat terjadi. Sedangkan cidera deselerasi terjadi bila kepala membentur bahan padat yang tidak bergerak dengan deselerasi deseler asi yang cepat dari tulang tengkorak. Pengaruh umum cidera kepala dari tengkorak ringan sampai tingkat berat ialah edema otak, deficit sensorik dan motorik. Peningkatan TIK terjadi dalam rongga tengkorak (TIK normal normal 4-15 mmHg). Kerusakan selanjutnya timbul masa lesi, pergeseran otot. Cedera primer, yang terjadi terj adi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat, cedera ceder a sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. cede ra. Konsekuensinya meliputi hiperemi
(peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan te kanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi. Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan “menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi terj adi dalam empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya. Sedangkan patofisiologi menurut Markum (1999). trauma pada kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang terjadi tergantung te rgantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin besar kerusakan ker usakan yang timbul, getaran dari benturan akan diteruskan menuju Galia aponeurotika sehingga banyak energi yang y ang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek sehingga akan menyebabkan haematoma epidural, subdural, maupun intracranial, perdarahan tersebut juga akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak menurun sehingga suplay oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan akan menyebabkan odema cerebral. Akibat dari haematoma diatas akan menyebabkan distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke arah yang berlawanan yang berakibat pada kenaikan T.I.K (Tekanan Intra Kranial) merangsang kelenjar pituitari dan steroid adrenal sehingga sekresi asam lambung meningkat akibatnya timbul rasa mual dan muntah dan anaroksia sehingga masukan nutrisi kurang (Satya, 1998).
F.
Pathway Kecelakaan, jatuh
Jaringan otak rusak (kontusio, laserasi)
Terputusnya kontinuitas aringan tulang
Terputusnya kontinuitas aringan kulit, otot dan vaskuler
Bersihan jalan napas tidak efektif
Nyeri
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1.
CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark/iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah se telah injuri. 2.
MRI
Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif. 3.
Cerebral Angiography
Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan per darahan dan trauma. 4.
EEG (Elektroencepalograf)
Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis 5.
X-Ray
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang. 6.
BAER
Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil 7.
PET
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak 8.
CSF, Lumbal Pungsi
Dapat dilakukan jika diduga terjadi ter jadi perdarahan subarachnoid dan untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan cairan serebrospinal. 9.
ABGs
Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi penin peningkatan gkatan tekanan intrakranial 10. Kadar Elektrolit Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial 11. Screen Toxicologi Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran. G. PENATALAKSANAAN Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut: 1.
Observasi 24 jam
2.
Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya terj adinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak. 3.
Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4.
Pada anak diistirahatkan atau tirah baring.
5.
Terapi obat-obatan.
a.
Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya
trauma. b.
Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurangi vasodilatasi.
c.
Pengobatan anti anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
d.
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidasol. e.
Pada trauma berat. karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan
cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP). 6.
Pembedahan bila ada indikasi.
H. KOMPLIKASI 1.
Hemorrhagie
2.
Infeksi
3.
Edema serebral dan herniasi
I.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN a.
Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat b.
Identitas Penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat. c.
Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris simetr is / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien. d.
Pengkajian persistem
1). Keadaan umum 2). Tingkat kesedaran : composmetis, composmetis, apatis, somnolen, sopor, koma 3). TTV
4). Sistem Pernapasan Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi, nafas bunyi ronchi. 5). Sistem Kardiovaskuler Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat, denyut nadi bradikardi kemudian takikardi. 6). Sistem Perkemihan Inkotenensia, distensi kandung kemih 7). Sistem Gastrointestinal Usus mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan mengalami perubahan selera 8). SistemMuskuloskeletal Kelemahan otot, deformasi 9). Sistem Persarafan Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope, tinitus, kehilangan kehilangan pendengaran, pendengaran, perubahan penglihatan, gangguan pengecapan . Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, pupil, kehilangan pengindraan, kejang, kehilangan sensasi sebagian tubuh. t ubuh. a.
Nervus cranial
N.I
:
penurunan daya penciuman
N.II
: pada trauma frontalis terjadi penurunan penglihatan
N.III, N.IV, N.VI
: penurunan lapang pandang, refleks cahaya menurun, perubahan ukuran pupil, bola mta
tidak dapat mengikuti perintah, anisokor. N.V N.VII, N.XII N.VIII
: gangguan mengunyah :lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pada 2/3 anterior anterior lidah : penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh
N.IX , N.X , N.XI jarang ditemukan
b.
Skala Koma glasgow (GCS)
NO
KOMPONEN
NILAI
HASIL
1
VERBAL
1
Tidak berespon
2
Suara tidak dapat dimengerti, rintihan
3
Bicara kacau/kata-kata tidak tepat/tidak nyambung dengan pertanyaan
2
3
MOTORIK
Reaksi membuka mata
4
Bicara membingungkan, jawaban tidak tepat
5
Orientasi baik
1
Tidak berespon
2
Ekstensi abnormal
3
Fleksi abnormal
4
Menarik area nyeri
5
Melokalisasi nyeri
6
Dengan perintah
1
Tidak berespon
2
Rangsang nyeri
3
Dengan perintah (rangsang suara/sentuh)
4
Spontan
(EYE)
c.
Fungsi motorik
Setiap ekstremitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut yang digunakan digunakan secara internasional : RESPON
SKALA
Kekuatan normal
5
Kelemahan sedang
4
Kelemahan berat (antigravity)
3
Kelemahan berat (not antigravity)
2
Gerakan trace
1
Tak ada gerakan
0
KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN a.
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi cairan
b.
Pola napas tidak efektif b.d kerusakan pusat pernapasan di medula oblongata
c.
Perubahan perfusi jaringan serebral b.d hiposksia
d.
Perubahan persepsi sensori b.d defisit neorologis.
e.
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan TIK.
f.
Kerusakan mobilitas fisik b.d imobilitas.
g.
Resti injury b.d kejang.
h.
Resti infeksi b.d kontinuitas yang rusak
i.
Resti gangguan intregritas fisik b.d imobilitas
j.
Resti kekurangan volume cairan b.d mual-muntah. mual-muntah.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam,
1. Kaji
- Ronki, mengi
diharapkan klien dapat mempertahanakan patensi napas dengan
kepatenen
menunjukan
kriteria hasil :
jalan napas
aktivitas sekret
a. Bunyi napas vesikuler
2. Beri posisi
O. a.
b. Tidak ada spuntum c. Masukan cairan adekuat.
semifowler.
yang dapat menimbulkan penggunaan otot-
3. Lakukan
otot asesoris dan
penghisapan
meningkatkan
lendir dengan
kerja pernapasan.
hati-hati selama 10-15 menit. Catat sifat-sifat, warna dan bau
- Membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.
sekret. Lakuka
- Pengisapan dan
n bila tidak
membersihkan
ada retak
jalan napas dan
pada tulang
akumulasi dari
basal dan
sekret. Dilakukan
robekan dural.
dengan hati-hati
4. Berikan
untuk menghindari terjadinya
posisi semi
iritasi saluran dan
pronelateral/
reflek vagal.
miring atau terlentang setiap dua jam.
- Posisi semi prone dapat membantu keluarnya sekret
5. Pertahanka
dan mencegah
n masukan
aspirasi.
cairan sesuai
Mengubah posisi
kemampuan
untuk merangsang
klien.
mobilisi sekret dari
6. Berikan bronkodilator
saluran pernapasan.
IV dan aerosol
- Membantu
sesuai
mengencerkan
indikasi.
sekret, meningkatkan pengeluaran sekret. - Meningkatkan ventilasi dan membuang sekret serta relaksasi otot halus/spsponsne bronkus.
b.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam,
1. Pantau
- Perubahan
diharapkan klien mempunyai pola pernapasan yang efektif dengan kriteria hasil:
frekuensi, irama dan
dapat menandakan
kedalaman
awitan komplikasi
pernapasan.
pulmo atau
Catat
menandakan
ketidakteratur
luasnya
an
keterlibatan otak.
pernapasan.
Pernapasan
a. Pola napas nomal (irama teratur, RR = 16-24 x/menit). b. Tidak ada pernapasan pernapasan cuping hidung. c. Pergerakan dada simetris. d. Nilai GDA normal. normal.
lambat, periode aprea dapat
PH darah = 7,35-7,45. PaO2 = 80-100 mmHg.
2. Catat
menandakan perlunya ventilasi
kompetensi reflek GAG
PaCO2 = 35-45 mmHg. HCO3- = 22-26 m.Eq/L
dan kemampuan untuk melindungi jalan napas sendiri.
mekanis. - Kemampuan mobilisasi penting untuk pemeliharaaan jalan napas.
3. Tinggikan
Kehilangan reflek
kepala tempat
batuk
tidur sesuai
menandakan
indikasi.
perlunya jalan
4. Anjurkan kllien untuk
napas buatan/intubasi.
bernapas
- Untuk
dalam dan
memudahkan
batuk efektif.
ekspansi paru dan
5. Beri terapi
menurunkan
O2 tambahan.
adanya kemugkinan lidah
6. Pantau
jatuh menutupi
analisa gas
jalan napas.
darah, tekanan oksimetri.
- Mencegah atau menurunkan atelektasis. - Memaksimalkan O2 pada darah arteri dan membantu dalam mencegah hipoksia. - Menentukan kecukupan pernapasan, keseimbangan asam basa.
c.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam,
1. Kaji status
- Hasil dari
diharapkan klien mempunyai perfusi jaringan adekuat dengan
neurologis
pengkajian dapat
kriteria hasil:
yang berhubungan
diketahui secara dini adanya tanda-
dengan tanda-
tanda peningkatan
tanda
TIK sehingga dapat
peningkatan
menentukn arah
(TD: 120/80 mmHg, suhu: 36,5-37,50C, Nadi: 80-100 x/menit, RR:
TIK, terutama
tindakan
16-24 x/m)
CGS.
selanjutnya serta
a. Tingkat kesadaran normal (composmetis). b. TTV Normal.
manfaat untuk 2. Monitor TTV; TD, denyut nadi, suhu, minimal setiap jam sampai klien stabil. 3. Tingggikan posisi kepala dengan sudut 15-45o tanpa
menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan keruskan SSP. - Dapat mendeteksi secara dini tanda-anda peningkatan TIK, misalnya hilangnya autoregulasidapat
bantal dan posisi netral.
mengikuti kerusakan
4. Monitor
vaskularisasi
suhu dan atur
selenral lokal.
suhu
Napas yang tidak
lingkungan
teratur dapat
sesuai
menunjukkan
indikasi.
lokasi adanya
Batasi pemak
gangguan serebral.
aian selimut dan kompres
- Posisi kepala dengan sudut 15-
bila de mam.
45o dari kaki akan
5. Monitor
meningkatkan dan
asupan dan
memperlancar
keluaran
aliran balik vena
setiap delapan
kepala sehingga
jam sekali.
mengurangi kongesti
6. Berikan
cerebrum, dan
O2 tambahan
mencegah
sesuai
penekanan pada
indikasi.
saraf medula
7. Berikan
spinalis yang
obat-obatan antiedema seperti manito, gliserol dan losix sesuai indikasi.
menambah TIK. - Deman menandakan adanya gangguan hipotalamus: peningkatan kebutuhan metabolik akan meningkatkan TIK. - Mencegah kelibahan cairan yang dapat menambah edema serebri sehingga terjadi peningkatan TIK. - Mengurangi hipokremia yang dapat meningkatkan vasoditoksi cerebri, volume darah dan TIK. - Manitol/gliserol merupakan cairan hipertonis yang berguna untuk menarik cairan dari intreseluler dan ekstraseluler. Lasix untuk meningkatkan ekskresi natrium dan air yang berguna untuk mengurangi edema otak.
d.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam,
1. Kaji respon
- Informasi yang
diharapkan klien mengalami perubahan persepsi sensori dengan
sensori
penting untuk
kriteria hasil:
terhadap
keamanan kllien ,
panas atau
semua sistem
dingin, raba
sensori dapat
atau
terpengaruh
sentuhan.
dengan adanya
Catat perubahan-
perubahan yang melibatkan
perubahan
kemampuan untuk
yang terjadi.
menerima dan
a. Tingkat kesadaran normal. E4 M6V5. b. Fungsi alat-alat indera baik. c. Klien kooperatif kembali dan dapat berorientasi pa pada da orang, waktu dan tempat.
2. Kaji persepsi klien,
berespon sesuai stimulus.
baik respon
- Hasil pengkajian
balik dan
dapat
koneksi
menginformasikan
kemampuan
susunan fungsi
klien
otak yang terkena
beroerientasi
dan membantu
terhadap
intervensi
orang, tempat
sempurna.
dan waktu.
- Merangsang
3. Berikan
kembali
stimulus yang
kemampuan
berarti saat
persepsi-sensori.
penurunan kesadaran.
- Gangguan persepsi sensori
4. Berikan
dan buruknya
keamanan klien dengan
keseimbangan dapat
pengamanan
meningkatkan
sisi tempat
resiko terjadinya
tidur, bantu
injury.
latihan jalan dan lindungi dari cidera. 5. Rujuk pada ahli fisioterapi , terapi deuposi,
- Pendekatan antar disiplin dapat menciptakan rencana
wicara, terapi
penatalaksanaan
kognitif.
terintregasi yang berfokus pada peningkatan evaluasi, dan fungsi fisik, kognitif dan ketrampilan perseptual.
e.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam, nyeri
1. Tentukan
- Informasi akan
berkurang atau terkendali dengan kriteria hasil:
riwayat nyeri,
memberikan data
lokasi,
dasar untuk
intensitas,
membantu dalam
keluhan dan
menentukan
durasi.
pilihan/keeferktifa
a. Pelaporan nyeri terkontrol. b. Pasien tenang, tidak gelisah. c. Pasien dapat cukup istirah istirahat. at.
2. Monitor TTV. 3. Buat posisi kepala lebih
n intervensi. - Perubahan TTV merupakan indikator nyeri.
tinggi (15-
- Meningkatkan
45o).
dan melancarkan
4. Ajarkan latihan teknik relaksasi seperti latihan napas dalam. 5. Kurangi stimulus yang tidak menyenangka n dari luas dan berikan
aliran balik darah vena dari kepala sehingga dapat mengurangi edema dan TIK. - Latihan napas dapat membantu pemasukan O2 kebih banyak , terutama untuk oksigenasi otot.
tindakan yang
- Respon yang
menyenangka
tidak menyenangk
n seperti
an menambah
masase.
ketegagngan saraf dan mamase akan mengalihkan reng
sang terhadap nyeri. f..
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam,
1. Periksa
- Mengidentifikasi
diharapkan klien mampu melakukan aktifitas fisik d dan an ADL dengan
kembali
kemungkinan
kriteria hasil:
kemampuan
kerusakan yang
a. Klien mampu pulih pulih kembali pasca akut dalam mempertahankan
dan keadaan secara
terjadi secara fungsional dan
fungsional
mempengaruhi
b. Tidak terjadi komplikasi , seperti dekubitus, bronkopnemonia bronkopnemonia
pada
pilihan intervensi
tromboplebitis dan kontraktur sendi.
kerusakan
yang akan
yang terjadi
dilakukan
fungsi gerak.
c. Mampu mempertahankan mempertahankan keseimbangan fungsi fungsi tubuh. - Seseorang dalam setiap kategori 2. Kaji tingkat
mempunyai resiko
kemampuan
kecelakaan,
mobilitas dengan
namun dengan kategori nilai 2-4
skala 0-4
menpunyai resiko yang terbesar
0: Klien tidak
untuk terjadinya
bergantung
bahaya.
orang lain. 1: Klien butuh sedikit bantuan. 2: Klien butuh bantuan sederhana. 3: Klien butuh bantuan atau peralatan yang banyak.
- Dapat meningkatkan sirkulasi seluruh
4: Klien butuh
tubuh dan
sangat
mencegah adanya
bergantung
tekanan pada
pada orang
organ yang
lain.
menonjol.
3. Atur posisi klien dan ubah posisi secara teratur tiap
Mempertahanka n fungsi fungsi sendi sendi dan mencegah resiko tromboplebitis.
dua jam sekali
- Meningkatkan
bila tidak ada
sirkulasi dan
kejang atau
meningkatkan
setelah empat
elastisitas kulit dan
jam pertama.
menurunkan
4. Bantu klien melakukan
resiko terjadinya ekskariasi kilit
gerakan sendi
-
secara teratur.
Mempertahanka n mobilisasi dan fungsi sendi/posisi
5. Pertahanka
normal
n linen tetap
ekstremitas dan
bersih dan
menurunkan
bebas kerutan
terjadinya vena statis - Meningkatkan kesembuhan dan membentuk kekuatan otot
6. Bantu untuk melalukan latihan rentang gerak aktif/pasif
7. Anjurkan klien untuk tetap ikut serta dalam pemenuhan kebutuhan ADL sesuai kemampuan
g
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam,
1. Observasi
- Mengetahui
diharapkan klien tidak mengalami cedera dengan kriteria hasil:
tanda-tanda
saat terjadinya
kejang, waktu
kejang untuk
a. Pernyataan pemahaman faktor yang yang trlibat dalam kkemungkinan emungkinan cedera. b. Menunjukkan perilaku , gaya hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi dari cedera c. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkatkan keamanan
antisipasi 2. Pertahanka
- Menurunkan
n penghalang
terjadinya trauma
tempat tidur terpasang 3. Jauhkan
- Menurunkan
benda-benda
terjadinya trauma
yang dapat melukai klien 4. Pertahanka
- Menurunkan
n agar lidah tidak tergigit
terjadinya trauma
5. Berikan
- Mengendalikan
obat sesuai
kejang
dengan indikasi, misal antikonvulsan
h
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam,
1. Pertahanka
- Menurunkan
diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
n teknik
resiko terjadinya
aseptik dan
infeksi dan
a. Tidak ada ada tand tanda-tanda a-tanda infeksi, infeksi, rubor, kalor, dolor. b. Suhu tubuh tubuh 36,5-37,5 oC c. Mencapai penyembuhan tepat waktu
teknik cuci
kontaminasi silang
tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung
d. Berpartisipasi dalam intervensi intervensi dalam pencegahan infeksi
maupun staf. 2. Pantau
- Peningkatan
suhu secara
suhu merupakan
teratur
salah satu indikator terjadinya infeksi
3. Ubah posisi
- Mencegah
klien dengan
kerusakan kulit
sering. Pertahankan linen tetap kering dan bebas dari kerutan. 4. Batasi/hind
- Menurunkan
ari prosedur
resiko kontaminasi
invansif
i..
5. Beri
-
antibiotik
Mengidentifikasi
sesuai indikasi
infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam,
1. Inspeksi
- Kulit biasanya
diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
seluruh area
cenderung rusak
kulit. Catat
karena perubahan
adanya
sirkulasi perifer,
b. Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan tindakan
kemerahan
tekanan
c. Berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk mencegah
2. Lakukan
- Meningkatkan
kerusakan kulit.
perubahan
sirkulasi pada kulit
posisi sesering
dan mengurangi
mungkin
tekanan pada
a. Mengidentifikasi faktor faktor resiko indiv individual. idual.
daerah tulang yang menonjol 3. P Pe ertahanka
-
n linen tetap
mengurangi/me
kering, bersih
ncegah adanya
dan bebas
iritasi kulit
kerutan 4. Tinggikan
- Meningkatkan
ekstremitas bawah secara
arus balik vena, mencegah/mengu
periodik
rangi pembentukan edema
5. Masase
- Meningkatkan
penonjolan
sirkulasi ke
tulang dengan
jaringan,
lembut
meningkatkan
menggunakan
tonus vaskuler dan
krim/lotion
mengurangi edema jaringan
j.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam,
1. Ukur
- Penurunan
diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
haluaran dan
haluaran urin dan
BJ urin. Catat
BJ akan
ketidakseimba
menyebabkan
ngan input
hipovolemia.
a. TTV dalam batas normal TD 120/80 mmHg, nadi 60-100x/menit, suhu 36,5-37,5 oC, RR 1624x/menit b. Nadi perifer perifer teraba kuat c. Haluaran urin adekuat adekuat
dan output. 2. Dorong
- Memperbaiki
masukan
kebutuhan cairan
cairan peroral sesuai toleransi 3. Pantau
- Pengurangan
tekanan darah
dalam sirkulasi
dan denyut
volume cairan
jantung
dapat mengurangi tekanan darah, mekanisme kompensasi awal takikardi untuk meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah sistemik 4. Palpasi
- Denyut yang
denyut perifer
lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemi
5. Kaji
- Merupakan
membran
indikator dari
mukosa,
kekurangan
turgor kulit,
volume cairan dan
dan rasa haus
sebagai pedoman untuk penatalaksaan rehidrasi
6. Berikan tambahan cairan parenteral sesuai indikasi
- Memperbaiki kebutuhan cairan
DAFTAR PUSTAKA Doenges, M. 1989. Nursing Care Plan, Guidlines G uidlines for Planning Patient Car. 2 nd ed. Philadelpia : F.A. Davis Company. Long; B and Phipps W. 1985. Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach. St. Louis : Cv. Mosby Company. Asikin, Z. 1991. Simposium Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas. Jakarta. Harsono. 1993. Kapita Selekta Neurologi. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press Saanin, S dalam Neurosurgeon. Neurosurgeon. mailto:%
[email protected] mailto:%
[email protected] Cecily, L & Linda A. 2000. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Hudak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta: EGC. Iskandar. 2004. Cedera Kepala. Jakarta Barat: PT. Bhuana B huana Ilmu Populer. Suriadi & Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: CV Sagung Seto Set o Suzanne CS & Brenda GB. 1999. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC Bajamal, A. 1999. Penatalaksanaan Cidera Otak Karena Trauma. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Bedah Saraf. Surabaya. Umar, K. 1998. Peran Ilmu Bedah Be dah Saraf Dalam Penanganan Cidera Kepala Surabaya : Airlangga Univ. Press. Umar, K. 2000. Penanganan Cidera Kepala Simposium. Tretes : IKABI. Vincent, J. 1996. Pharmacology of Oxygen and Effect of Hypoxi. Germany
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An H DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN Di RUANG BEDAH SARAF RSUP Dr. Dr . KARYADI SEMARANG I.
PENGKAJIAN
IDENTITAS 1.
Identitas Klien
Nama
: An H
Umur
: 7 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Semarang, 16 Desember 1999 Golongan Darah
: O
Pendidikan terakhir : TK Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Status perkawinan Pekerjaan
: Belum menikah : Pelajar
TB/BB
: 100 cm/36 Kg
Alamat
: Jl. Simongan RT 03/RW VII Manyaran Semarang barat
Tanggal masuk RS : 2 Desember 2007 Tanggal pengkajian pengkajian : 3 Desember 2007 jam 08.00 08.00 2.
Identitas Penanggung jawab
Nama
: Ny. E
Umur
: 32 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Hubungan dengan klien : Ibu Pendidikan Terakhir
: Sarjana
Pekerjaan
: Guru
Alamat B.
: Jl. Simongan RT 03/RW VII Manyaran Semarang barat Telepon : 08152238509
RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)
Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Klien - - - - - : Tinggal serumah C. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Tipe tempat tinggal
: Permanen
Jumlah kamar
: Lima
Kondisi tempat tinggal
: Nyaman, bersih
Jumlah orang yang yang tinggal di rumah : Laki-laki : 2 orang, perempuan : 4 orang
D. STATUS KESEHATAN 1.
Status Kesehatan saat ini
a. Alasan masuk RS Klien terjatuh saat bersepeda di komplek rumahnya dengan posisi miring ke kiri dan kepala membentur aspal.k Klien sempat pingsan dan kemudian dibawa keluarga ke rumah sakit Banyumanik dan akhirnya di rujuk ke RSUP Dr. Karyadi. Pada saat pengkajian, kondisi klien masih lemah dan mengeluh pusing dan sakit si tangan kirinya. b. Faktor pencetus
: Jatuh
c. Keluhan Utama
: Pusing
d. Faktor yang memperberat
: Terbentur aspal
e. Diagnosa medis : Cereda kepala grade 1 tanggal 2 Desember 2007 2.
Status kesehatan masa lalu
a.
Penyakit yang pernah dialami : Flu, batuk, demam
b.
Sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan
c.
Klien belum pernah di rawat rumah sakit dan belum pernah menjalani operasi
d.
Klien tidak memiliki alergi obat, makanan maupun lingkungan.
e.
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit asma, hepatitis, DM dan penyakit keturunan lainnya.
f.
Klien terakhir imunisasi umur 6 tahun, yaitu imunisasi TT
3.
Status kesehatan keluarga
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyalit asma, DM, hipertensi, hepatitis. E.
TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum
: Lemah
Tingkat Kesadaran
: Composmetis
Skala Koma Glasgo : E4V5M6 TTV
: TD 110/70 mmHg Nadi 104 x/mnt
1.
RR 24 x/mnt Suhu 39, 2 0C
Sistem Pernapasan
Ø Gejala (Subyektif) a.
Tidak Dispnea
b.
Tidak mempunyai riwayat penyakit system pernapasan, seperti bronkithis, asma, TBC, Emfisema,
Pneumonia c.
Tidak menggunakan alat bantu pernapasan
Ø Tanda (obyektif) a.
Pernapasan : Frekuensi 24x/mnt, cepat, dangkal
b.
Tidak menggunakan otot bantu napas
c.
Traktil fremitus teraba sama kanan kiri
d.
Bunyi napas vesikuler
e.
Tidak sianosis
f.
Klien tampak gelisah dan bicara kacau
2.
Sistem Kardiovaskuler
Ø Gejala (Subyektif) a.
Tidak mempunyai riwayat hipertensi/masalah jantung
b.
Tidak ada riwayat edema kaki, batuk darah maupun penyembuhan lambat
c.
Tidak ada nyeri dada
Ø Tanda (obyektif)
a.
TD
: TD 110/70 mmHg
b.
Nadi/pulsasi
1)
Karotis
2)
Temporalis
3)
Juguralis
: teraba
4)
Radialis
: teraba
5)
Femoralis
: teraba
6)
Popliteal
: teraba
7)
Posyibial
: teraba
8)
Dorsal pedis : teraba
c.
Bunyi jantung
: S1 dan 2 murni, frekuensi 22x/menit, ireguler, dangkal
d.
Ekstremitas
: Warna coklat, pengisisan kapiler < 2 detik, tidak ada varises maupun phlebitis
e.
Warna
: Membrane mukosa lembab, konjungtiva tidak anemis, bibir lembab, sklera putih
3.
Sistem Integumen
: teraba : teraba
Ø Gejala (Subyektif) a.
Tidak ada riwayat gangguan kulit
b.
Tidak ada keluhan
Ø Tanda (obyektif) Tidak ada lesi, kuku dan rambut normal. 4.
Sistem Perkemihan
Ø Gejala (Subyektif) a.
Tidak mempunyai riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
b.
Tidak ada riwayat penggunaan deuretik
c.
Tidak ada rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK
d.
Tidak ada kesulitan BAK
Ø Tanda (obyektif) a.
Pola BAK : 6-7x/hari, spontan, tidak ada retensi
b.
Tidak ada distensi kandung kemih
c.
Karakteristik urin : warna kuning, jumlah ± 2.000 ml/hari, bau khas
5.
Sistem Gastrointestinal
Ø Gejala (Subyektif) a.
Makan 3x/hari dengan komposisi nasi, sayur, lauk, buah, susu dan klien sering ngemil. Minum 6-8
gelas/hari. b.
Tidak ada ada ganguan nafsu makan, tidak mual muntah, muntah, tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada alergi makanan, tidak
ada masalah mengunyah/menelan
Ø Tanda (obyektif) a.
TB/BB
: 100cm/36 cm
b.
Turgor kulit
: baik
c.
Tidak ada asites
d.
Kondisi mulut
: gigi bersih, mukosa mulut lembab, lidah putih
e.
Inspeksi
: Datar
f.
Auskultasi
: Bising usus 15 x/ menit
g.
Perkusi
: Timpani
h.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan
6.
Sistem Eliminasi
Ø Gejala (Subyektif) a.
Klien mengatakan belum BAB selama 2 hari
b.
Tidak ada kesulutan BAB
c.
Tidak penggunaan laksantif
d.
Tidak ada riwayat perdarahan maupun inkontenensia alvi
Ø Tanda (obyektif) a.
Pola BAB
: dorongan spontan, frekuensi 2x/hari, tidak ada retensi
b.
Karakteristik feses
7.
Sistem Endokrin
: warna kuning kecoklatan, bau khas
Ø Gejala (Subyektif) Tidak ada keluhan Ø Tanda (obyektif) Tidak ada perbesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe 8.
SistemMuskuloskeletal
Ø Gejala (Subyektif) Klien mengeluhan tangan kiri sakit jika digerakkan
Ø Tanda (obyektif) a.
Kekuatan otot 5
: 5
3
5
b.
Kemampuan aktifitas
c.
Tidak terjadi deformitas
9.
Sistem Reproduksi
: Aktivitas dibantu keluarga
Ø Gejala (Subyektif) Tidak ada keluhan Ø Tanda (obyektif) Klien berjenis kelamin perempuan 10. Sistem Persarafan Ø Gejala (Subyektif) Klien mengeluh nyeri kepala
Ø Tanda (obyektif) a.
GCS E4V5M6 = 15
b.
Nervus cranial
N.I (olfaktorius) Tidak ada masalah penciuman N.II (optikus) Tidak ada gangguan penglihatan N.III (okulomotorius) Bola mata dapat digerakkan ke atas-bawah N.IV (troklearis) Bola mata dapat digerakkan ke kanan-kiri N.V (Trigeminus) Tidak ada gangguan mengunyah N.VI (abdusen) Bola mata dapat menyudut N.VII (fasialis) Klien dapat tersenyum, cemberut, dapat membedakan rasa manis, m anis, asam, asin N.VIII (auditoriusvestibularis) Tidak ada masalah pendengaran, ketika bejalan klien mau jatuh, tidak ada gangguan ga ngguan bicara N.IX (glasovaringeal) Klien membedakan rasa pahit N.X (vagus) Tidak ada gangguan menelan N.XI (asesori) Bahu kanan dapat diangkat dan bahu kiri tidak dapat diangkat
N.XII (hipoglasus) Klien dapat menggerakkan lidah 11. Sistem Penglihatan Ø Gejala (Subyektif) Tidak ada keluhan Ø Tanda (obyektif) a.
Visus : mata kanan dan kiri 6/6
b.
Lapang pandang : dapat melihat kesegala arah
c.
Konjungtiva : anemis
d.
Pupil : peka terhadap cahaya
e.
Sclera : putih
f.
Penampilan bola mata : baik
g.
Klien tampak mengangtuk, mata merah, terdapat kantung mata, klien sering menguap
12. Sistem Pendengaran Ø Gejala (Subyektif) Tidak ada keluhan Ø Tanda (Obyektif) a.
Daun telinga : warna coklat, simetris, tidak ada tanda peradangan
b.
Liang telinga : tidak ada serumen dan kotoran
c.
Membrane timpani : abu-abu
d.
Fungsi pendengaran : baik
13. Sistem Pengecapan Ø Gejala (Subyektif)
Tidak ada keluhan Ø Tanda (obyektif) a.
Klien dapat membedakan rasa manis, asam, asin, pahit
b.
Warna lidah putih
14. Sistem Penciuman Ø Gejala (Subyektif) Tidak ada keluhan Ø Tanda (obyektif) Membedakan bau minyak kayu putih dan parfum F.
DATA TAMBAHAN
1.
Pengkajian nyeri
P : Nyeri Kepala dalam keadaaan apapun, apapun, nyeri tangan kiri jika tersentuh atau digerakkan. Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk. R : Nyeri di bagian kepala dan tangan kiri S : Skala nyeri 8 T : Nyeri berlangsung terus-menerus 2.
Pola Aktivitas
a.
Sebelum di RS
Klien dapat melakukan aktivitas sendiri b.
Selama di RS
Aktivitas dibantu keluarga 3.
Pola tidur dan istirahat
a.
Sebelum di RS
Waktu
: 21.00-05.30
Lama tidur
: 8,5 jam
Kebiasaan pengantar tidur Kesulitan tidur b.
: nonton TV : tidak ada
Selama di RS
Waktu
: 20.00-06.00
Lama tidur
: tiap 5-10 menit terbangun karena pusing dan takut mendengar teriakan pasien lain
Kebiasaan pengantar tidur Kesulitan tidur
: tidak ada : sulit tidur dikarenakan pusing dan takut mendengar teriakan pasien lain
G. DATA PENUNJANG 1.
Laboratorium tanggal 2 Desember 2007
Hematologi Hemoglobin
11,4
gr%
13,00 – 16,00
Hematokrit
34,3
%
40,00 – 54,00
Eritrosit
4,26
juta/ mmk
4,50 – 6,50
MCH
26,80
pg
MCV
80,60
fL
MCHC
33,20
g/dL 9,00 – 36,00
Leukosit Trombosit
27,00 – 32,00 76,00 – 96,00
18,50
ribu/mmk
4,00 – 11,00
426
ribu/mmk
150,0 – 400,0
131
mg/dl 80 – 110
Kimia klinik Glukosa sewaktu Ureum
13
mg/dl 15 – 39
Creatinin
0,61
mg/dl 0,60 – 1,30
140
mmol/L
Elektrolit Natrium Kalium
3,5
mmol/L
136 - 145 3,5 5,1 –
Chlorida
111
mmol/L
98 – 107
Kalsium
2,37
mmol/L
2,12-2,52
2.
CT Scan tanggal 2 Desember 2007
Tidak ada perdarahan 3.
X- Foto Thorax tanggal 3 Desember 2007
COR & Pulmo dalam batas normal ; tak tampak fraktur kosta / klavikula 4.
Terapi tanggal 3 Desember 2007
a.
Infus RL 20 tetes/menit
b.
Parasetamol sirup 3xsendok takar
c.
Injeksi Cefotaxime 3x500 mg i.v
d.
Injeksi Asam mefenamat 3x250 mg i.v
e.
Diet biasa
H. ANALISA DATA No.
DATA FOKUS
ETIO
MAS
T
LOGI
ALAH
T D
1.
DS: - Klien mengatakan pusing pusing dan nyeri nyeri pada
Trau
Gang
ma
guan
Jarin
rasa
gan
nyam an :
tangan kiri dengan skala nyeri 8 DO:
nyeri P: Nyeri Kepala dalam keadaaan apapun, nyeri tangan kiri jika tersentuh atau digerakkan. Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk. R: Nyeri di bagian kepala dan tangan kiri T: Nyeri berlangsung terus-menerus. - Klien tampak mringis menahan sakit. - Klien tampak hatihati- hati hati dalam dalam melakukan melakukan
setiap gerakan. TTV:
TD: 110/70 mmHg RR: 24 x/menit Nadi: 104 x/menit Suhu 39,2oC
2.
DS: - Keluarga mengatakan dua hari ini klien panas tinggi.
Pros
Hiper
es
termi
Infek
a
si
DO: - Suhu : 39,2oC, TD : 110/70 mmHg Nadi : 104 x/menit, RR : 24x/menit - Leukosit : 18,5 ribu/mmk - Klien berbicara kacau - Klien tampak gelisah 3.
DS: - Klien mengatakan tidak bisa tidur tidur karena nyeri kepala. - Klien mengatakan sering terbangun
-
Peru
Ny
baha
eri
n
Sit uasi
dari tidur karena mendengar teriakan pasien
lingk
lainnya.
unga n
ÿÿ1033ÿÿgnp1ÿÿÿÿinÿÿsiÿÿ91ÿÿ28ÿÿharrsid8340306 ÿÿ1033ÿÿgnp1ÿÿÿÿinÿÿsiÿÿ91ÿÿ 28ÿÿharrsid8340306 ÿÿÿÿnd20ÿÿs22ÿÿÿs DO:
- Klien tampak mengantuk - Mata merah
pola tidur
- Terdapat kantung mata - Sering menguap 4
DS: - Klien mengatakan seluruh
Penurunan
Gangguan
kekuatan
mobilitas fisik.
otot.
badannya masih terasa sakit dan lemas. DO 5
3
5
5
- Kekuatan otot
- Nyeri pada tangan kiri - ADL dibantu keluarga. a.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d trauma jaringan Hipertermia b.d proses infeksi Perubahan pola tidur b.d nyeri, pengaruh situasi lingkungan. Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot. I.
III. Intervensi Keperawatan T
No. DP
TUJUAN
INTERVENSI
RASIO
T
NAL
D .
1.
Setelah dilakukan asuhan
1. Teliti keluhan keluhan nyeri. Catat
-
keperawatan selama tiga hari,
intensitas, karakteristik, lokasi,
Nyeri
nyeri hilang atau terkontrol.
lamanya, faktor yang
merup
memperburuk dan meredakan.
akan
KH: 1.
pengal Klien melaporkan nyeri
aman subjek
hilang atau terkontrol.
tif dan
2.
Klien menunjukkan postur
rileks dan mampu tidur.
harus dijelas kan oleh individ u. Identif ikasi karakt eristik nyeri dan faktor yang berhu bunga n merup kan satu hal yang amat pentin g untuk memili h interv ensi yang cocok dan untuk menge valuasi keefek tifan sari terapi yang
diberik an. 2. Observasi adanya tandatanda-
-
tanda nyeri non-verbal,
Mer
seperti
upaka
gelisah, ekspresi wajah, menangis, mringis, perubahan
n indikat
frekuensi jantung atau
or
pernapasan dan tekanan darah.
atau deraja t nyeri yang tidak langsu ng.
3. Berikan lingkungan lingkungan yang
-
tenang untuk istirahat.
Men urunk an stimul asi berlebi han yang dapat mengu rangi rasa nyeri.
4. Berikan kompres dingin pada
-
kepala.
Meni ngkatk an rasa nyama n dan menur unkan vasodil
atasi.
5. Gunakan teknik relaksasi, relaksasi,
-
seperti napas-napas panjang dan
Mem
visualisasi.
berika n pasien sejuml ah penge ndali nyeri dan atau dapat menu bah mekan isme sensas i nyeri dan mengu bah persep si nyeri.
6. Anjurkan pasien untuk
-
menggunakan pernyataan positif
Pemi
, seperti ”saya akan sembuh.”
kiran negatif dapat menin gkatka n ketega ngan yang menin gkatka
n nyeri dan sakit kepala . 7. Berikan analgesik, analgesik, seperti seperti asam mefenamat sesuai indikasi.
Men urunk an nyeri.
2.
Setelah dilakukan asuhan
8. Pantau suhu suhu pasien. pasien.
-
keperawatan selama tiga hari,
Perhatikan menggigil
Suhu
klien tidak mengalami
/diaforesisi.
38,941,1 o
hipertemi.
C KH:
menu
1.
Suhu tubuh 36,5-37,5oC.
njukka n
2.
Tidak menggigil.
proses inferks i akut. 9. Pantau suhu lingkungan,
-
batasi atau tambahkan linen
Suhu
tempat tidur sesuai indikasi.
ruanga n atau jumlah selimu t diubah untuk memp ertaha nkan suhu mende kati norma l.
10.
-
Men
Berikan kompres.
urunk an dema m. 11.
Berikan antipiretik.
Men gurang i dema m.
3.
Setalah dilakukan asuhan
1. Tentukan kebiasaan tidur
-
keperawatan selama tiga hari,
biasanya dan perubahan yang
Men
klien dapat tidur nyenyak.
terjadi.
gkaji perlun ya dan
KH: 1.
mengi
Melaporkan perbaikan
dentifi
dalam pola istirahat.
kasi 2.
Mengungkapkan
interv
peningkatan rasa sejahtera dan
ensi
sopan.
yang tepat. 2. Berikan atau letakkan
-
beberapa barang milik pribadi,
Meni
misal bantal, guling, boneka dsb.
ngkatk an kenya man tidur dan dukun gan fisiolo gis.
3. Tingkatkan regimen
-
kenyaman sebelum tidur,
Meni
misalnya masase, susu hangat.
ngkatk an efek relaks asi.
4. Instruksikan tindakan relaksasi.
Mem bantu mengi nduksi tidur.
5. Kurangi kebisingan dan
-
lampu.
Mem berika n situasi kondu sif untuk tidur.
6. Hindari mengganggu bila bila
-
mungkin (misal: untuk obat atau
Tidur
terapi.
tidak tergan ggu lebih menim bulkan rasa segar dan klien mungk in tidak bisa kemba li tidur setela h
terban gun. 4.
Setelah dilakukan asuhan
1. Periksa kembali kemampuan
-
keperawatan selama tiga hari,
dan keadaan secara fungsional
Men
klien tidak mengalami
pada kerusakan yang terjadi.
gidenti
gangguan mobilitasi fisik.
fikasi kemun
KH: 1.
gkinan kerusa
Kekuatan otot meningkat.
kan 2.
Klien dapat membedakan
secara
APL sesuai toleransi. 3.
fungsi onal
Melakukan kembali atau
dan
mempertahankan posisi fungsi
memp
optimal.
erngar uhi
4. Mempertahankan atau
pilih interv
meningkatkan kekuatan dan
ensi
fungsi tubuh tubuh pada bagian yang
yang
sakit.
akan dilaku kan. 2. Kaji ulang derajat mobilitasi mobilitasi
-
oasien menggunakan skala
Skala
ketergantungan (0-4)
0. Pasien mamp u mandi ri. Skala 1 Klien meme rlukan
bantu an atau perala tan mobili sasi yang minim al. Skala 2 Meme rlukan bantu an sedan g atau diajark an. Skala 3 Meme rlukan bantu an atau perala tan secara terusmener us dan alat khusus .
Skala 4 Tergan tung secara total pada permb eri asuha n. Seseor ang dalam skala 2 -4 memp unyai resiko yang besar bahay a sehub ungan denga n imobili sasi. 3. Berikan atau bantu
-
melakukan latihan tentang
Mem
gerak.
pertah ankan mobili sasi dan fungsi sendi
atau posisi norma l ekstre mik dan menur unkan terjadi nya vena statis 4. Pertahankan linen linen tetap
-
bersih, kering dan bebas dari
Meni
kerutan.
ngkatk an sirkula si dan elastisi tas kulit serta menur unkan resiko terjadi nya ekskor iasi kulit.
5. Anjurkan klien untuk melatih melatih
-
tangan kiri.
Stim ulus vena return dan mence gah tromb
us vena. 6. Berikan tindakan
-
pengamanan atau pasang
Men
pengaman tempat tidur.
cegah pasien cidera atau jatuh.
7. Anjurkan klien klien untuk tetap
-
ikut serta dalam ADL sesuai
Men
dengan kemampuan.
ngkatk an kesem buhan dan memb entuk kekuat an otot.
IV.CATATAN KEPERAWATAN. No. DP
HARI/TGL
IMPLEMENTA
RESPON
TT
/JAM
SI
HASIL
D
07:30
1.
SENIN, 3 DESEMBER 2007 2,4
Merapik
- Linen
an dan
bersih dan
membersihka
bebas
n linen atau
kerutan.
tempat tidur klien
- Klien merasa lebih nyaman.
4
07:35
2.
Memas
- Klien
ang
merasa
pengaman
terlindungi.
tempat tidur. 1
09:00
3.
Mengka
- Klien
ji
mengatakan
ulang riwaya
kepala sakit
t nyeri.
sekali, pusing terusmenerus. - Skala nyeri 8. - Tangan kiri sakit bila digerakkan. - Klien tampak merintih menahan sakit.
1
09:30
4.
Mengaj
- Klien
arkan klien
mengatakan
teknik
kepala masih
relaksasi
sakit, pusing.
napas dalam.
- Klien masih tampak tegang menahan sakit.
1
09.45
5.
Mengan
- Klien setuju
jurkan klien untuk menumbuhk an semangat sembuh dalam hati. 1
10:00
6.
Membe
rikan injeksi asam
- Obat asam mefenamat 250 mg dan
2
11:00
mefenamat
cefotaxime
250 mg,
500 mg
injeksi
masuk lewat
cefotaxime
selang
500 mg
infus/iv
7. Menguk ur TTV
TD: 110/70 mmHg, suhu: 39oC, nadi: 88 x/menit, RR: 22 x/menit.
2
11:10
8.
Membe
rikan
- Obat masuk.
parasetamol 2 sendok takar 2
11:15
9.
Memint
a keluarga untuk memberikan kompres dan air minum yang banyak.
- Keluarga setuju. - Klien dikompres dengan air biasa di leher dan ketiak. - Klien minum dua gelas air.
4
11:20
10. Mengkaji
- Tangan kiri
ulang
sakit bila
kemampuan
diangkat.
fungsional tangan kiri klien. 4
11:30
11. Mengkaji
- Klien
ulang derajat
termasuk
imobilitas
dalam
pasien
kategori 2,
dengan
yaitu
menggunaka
memerlukan
n skala
bantuan
ketergantung
sedang.
an. 4
11:45
12. Memban tu klien
- Tangan kanan dan
melakukan
kedua kaki
latihan rom
mampu fleksi
ROM aktif,
dan ekstensi,
yaitu
tangan kiri
meminta
tidak mampu
klien untuk
melakukan
melakukan
fleksi dan
fleksi,
ekstensi.
ekstensi. 4
12:00
13. Meminta
- Klien hanya
klien untuk
sedikit
melatih
mampu
tangan kiri
mengangkat
dengan cara
tangan kiri
mengangkat tangan kiri.
- Kien menolak untuk melakukan lagi karen sakit.
3
12:05
14. Menganj
- Klien
urkan klien
mengatakan
untuk
tidak bisa
istirahat.
tidur karena pusing dan suasana lingkungan ramai. - Mata merah, ada kantung
mata, sering menguap 3
3
12:10
12:15
15. Menanny
- Klien
akan
mengatakan
kebiasaan
menonton tv
tidur klien
dulu sebelum tidur.
16. Meletakk
- Klien
an bantal
merasa
kesayangan
nyaman.
klien didekatnya. 4
12:20
17. Menganj
- Kien dan
urkan klien dan keluarga
keluarga setuju.
untuk terus melatik tangan kiri klien SELASA, 4 DESEMBER 2007 2,4
07:30
1.
Merapik
- Linen
an dan
bersih dan
membersihka
bebas
n linen tempat tidur
kerutan.
klien. 4
07:40
2.
Memas
ang
- klien terlindungi.
pengaman tempat tidur. 3
07:45
3.
Menany
- Klien sudah
akan klien
bisa tidur
kualitas tidur
karena
semalam.
kemarin sore dibawakan tv
kecil oleh keluarga hingga bisa tidur seperti kebiasaan klien di rumah. - Klien tampak senang. 1
08:00
4.
Menany
- Klien
akan klien
mengatakan
tantang sakit
masih pusing
kepala dan
tetap sudah
pusingnya.
berkurang karena senang akan hiburan menonton tv sebelum tidur. - Klien mengatakan pasti sembuh.
4
08:15
5.
Memint
- Klien dapat
a klien utuk
mengangkat
mengangkat
tangan kiri
tangan kiri.
lebih tinggi dari hari kemarin. - Klien tampak merintih. - Keluarga mengatakan tiap waktu keluarga
meminta klien untuk latihan, klien bersedia melakukan latihan. - Klien mengatakan tangan kirinya masih sakit. 1,3
10:00
6.
Mlelaku
- Obat asam
kan injeksi
mefenamat
asam
250 mg dan
mefenamat
cefotaxime
250 mg dan
masuk lewat
cefotaxime
selang infus.
500 mg 2
11:30
7.
Menguk
ur TTV
TD: 110/70 mmHg, suhu: 37,7oC, nadi: 80 x/menit, RR: 22 x/menit.
4
12:00
8. Mengka ji ulang
- Klien termasuk
derajat
dalam
imobilitas
kategori skala
klien dengan
1,
menggunaka
memerlukan
n skala
bantuan mini
derajat
mal.
ketergantung an.
- Klien tampak mau makan sendiri.
3
12:15
9.
Membe
- Klien
rikan klien
tampak
susu hangat
senang minum susu.
3
12:30
3
12.35
10. Menganj
- Klien sudah
urkan klien untuk tidur
tampak letih.
11. Menganj
- Klien
urkan klien
setuju.
- Klien tidur.
untuk banyak minum, minimal enam gelas air/hari.
V. CATATAN PERKEMBANGAN N O. DP
HARI/TGL/ JAM
TT
EVALUASI
D
SENIN, 3 DESEMBER 2007 Jam 13.00 1
S:
- Klien mengatakan sakit kepala dan pusing terus-menerus - Klien mengatakan tangan kiri sakit bila digerakkan
O:
- Diberikan injeksi asam mefenamat
250 mg i.v - Wajah merintih. TD: 110/170 mmH G, Nadi: 88 x/menit
RR: 22 x/menit. Suhu: 39oC - Skala Nyeri 8 A:
- Masalah belum teratasi.
P:
- Lanjutkan intervensi 1-7.
2
S:
- Keluarga mengatakan klien masih demam.
O:
- Klien dikompres air biasa di leher dan ketiak. - Klien diberi parasetaamol sirup 2 sendok takar. - Suhu klien 39oC
A:
- Masalah belum teratasi.
P:
- Lanjutkan intervensi 1-4
3
S:
- Klien mengatakan tidak bisa tidur karena ramai dan pusing.
O:
- Mata merah - Sering menguap - Ada kantung mata
A:
- Masalah belum teratasi.
P:
- Lanjutkan intervensi 1-6.
4
S:
- Klien mengatakan tangan kiri dakit bila diangkat.
O:
- Klien dapat mengangkat tangan kiri sedikit. - Klien tampak kesakitan sewaktu mengangkat tangan kirinya. - Skala ketergantungan klien 2. - ADL dibantu keluarga.
A:
- Masalah belum teratasi.
P:
- Lanjutkan intervensi 1-7.
SELASA, 4 DESEMBER 2007 Jam 13.00 1
S:
- Klien mengatakan sakit kepala berkurang tetapi tangan kiri masih sakit bila digerakkan.
O:
- Skala nyeri 6 - Nyeri dibagian kepala.berkurang, sedangkan nyeri dibagian tangan kiri masih dan bertambah bila digerakkan. - Klien tampak rileks.
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Observasi adanya tanda-tanda nyeri - Beri analgesik
2
S:
- Keluarga mengatakan panas sudah turun.
O:
- Suhu: 37.7oC - Klien tidak menggigil.
A:
- Masalah teratasi.
P:
Pertahankan dan atau tingkatkan kondisi klien.
3
S:
- Klien mengatakan semalam dapat tidur nyenyak karena menonoton tv dahulu sebelum tidur.
O:
- Wajah klien tampak segar. - Mata klien tidak merah. - Tidak mengantuk. - Tidak ada kantuung mata.
A:
- Masalah teratasi.
P:
- Pertahankan dan atau tingkatkan kondisi klien
4
S:
- Keluarga mengatakan klien sering melatih tangan kirinya.
O:
- Tangan kiri klien dapat diangkat lebih tnggi dari sebelumnya. - Klien mau makan
sendiri. - Kekuatan otot A:
- Masalah belum teratasi.
P:
- Kaji ulang derajat imobilisasi klien. - Bantu latihan rentang gerak. - Anjurkan klien untuk melatih tangan kiri - Anjurkan klien untuk tetap ikut serta dalam pemenuhan ADL sesuai toleransi.