ASKEP JIWA KOMUNITAS

July 28, 2017 | Author: Ira | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ASKEP JIWA...

Description

LAPORAN HASIL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KELUARGA DI DUSUN III SUROGENEN II NOMPOREJO, GALUR, KULON PROGO YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta Stase Keperawatan Jiwa Komunitas

Disusun Oleh: Dina Cahyani 201010206022

PROGRAM PROFESI NERS-PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2011

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KELUARGA PADA TN. A DENGAN HALUSINASI, DAN HARGA DIRI RENDAH PADA SDR. S DI DUSUN III SUROGENEN II NOMPOREJO, GALUR, KULON PROGO YOGYAKARTA

Disusun Oleh: Dina Cahyani 201010206022

PROGRAM PROFESI NERS-PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga

memiliki

peranan

yang

sangat

penting

dalam

upaya

pengembangan kesehatan mental masing-masing anggota keluarga. Keluarga mempunyai peranan penting karena dipandang sebagai sumber pertama dalam proses sosialisasi. Keluarga juga di pandang sebagai instansi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insane (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya, dan mengembangkan ras manusia. Jika mengaitkan peranan keluarga

dengan

upaya

memenuhi

kebutuhan

individu,

keluarga

merupakanlembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa sangat dibutuhkan karena keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya, yang merupakan tempat pertama kali mendapat pendidikan untuk menguji perilakunya. Sehingga keluarga merupakan orang terdekat dan berarti bagi individu dan merupakan salah satu pendukung dalam upaya penyembuhan klien gangguan jiwa. Peran perawat adalah membantu keluarga melalui tahap dengan baik sehingga dengan keluarga dapat berperan secara optimal, baik keluarga maupun lingkuangannya. Mengikutsertakan orang tua ( keluarga) dalam proses perawatan dan pengurangan “ Racun Negatif” dalam lingkungan keluarga dapat memberi sambungan untuk pelaksanaan perawat yang lrebih baik. Kepemilikan keluarga, pemenuhan efektifitasan dan pemeliharaan tujuan. B. Tujuan 1. Melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada keluarga 2. Menganalisa dan menetapkan diagnosa keperawatan jiwa keluarga 3. Menentukan tujuan keperawatan keluarga 4. Merencanakan tindakan keperawatan keluarga 5. Melakukan implementasi tindakan keperawatan keluarga 6. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan jiwa pada keluarga 7. Membuat rencana tindak lanjut bagi keluarga terkait masalah kesehatan jiwa

BAB II TINJAUAN TEORI 1. Halusinasi A. Pengertian

Halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. B. Tanda dan Gejala Berbicara sendiri Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal Tertawa sendiri tanpa sebab Ketakutan Ekspresi wajah tegang Tidak mau mengurus diri Sikap curiga dan bermusuhan Menarik diri dan menghindari orang lain C. Jenis Halusinasi Halusinasi dibagi menjadi 7 jenis meliputi: 1. Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling suara orang. 2. Penglihatan Berbentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. 3. Penghidu Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. 4. Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. 5. Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati, atau orang lain. 6. Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan, atau pembentukan urin. 7. Kinesthetic Merasakan pergerakan yang sebenarnya berdiri tanpa bergerak.

    

D. TAHAPAN HALUSINASI 1. Tahap I: Halusinasi bersifat menyenangkan Tanda: Menyeringai/tertawa tidak sesuai Menggerakkan bibir tanpa bicara Gerakan mata cepat Bicara lambat Diam dan pikiran dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan 2. Tahap II: Halusinasi bersifat menjijikkan

3.

Tanda:  Cemas  Konsentrasi menurun  Ketidakmampuan membedakan yang nyata dan tidak nyata Tahap III : Halusinasi bersifat mengendalikan Tanda: 

Cenderung mengikluti halusinasi



Kesulitan berhubungan dengan orang lain



Perhatian atau konsentrasi menuru/ cepat berubah 

Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)

4. Tahap IV: Halusinasi bersifat menaklukkan Tanda: 

Pasien mengikuti perintah halusinasi



Tidak mampu mengendalikan diri



Tidak mampu mengikuti perintah nyata



Beresiko mencederai diri,orang lain, lingkungan. E. CARA MERAWAT HALUSINASI DI RUMAH OLEH KELUARGA a. Menyapa klien jika tampak berbicara sendiri. b. Bicara dengan klien secara sering dan singkat. c. Berikan kegiatan d. Jangan biarkan klien menyendiri. e. Ajak klien berbicara jika tampak sedang berhalusinasi. f. Terima halusiansi klien tanpa mendukung dan menyalahkan. Misal “Saya g. h. i. j.

percaya anda mendengar tetapi saya tidak mendengarnya”. Beri kesempatan untuk mengungkapkannya. Makan bersama Bepergian bersama Mencegah klien melukai diri sendiri dan orang lain.

2. Harga Diri Rendah (HDR) a. Pengertian

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ). Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung. b. Tanda dan gejala : 

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)



Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)



Gangguan hubungan sosial (menarik diri)



Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)



Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. ( Budi Anna Keliat, 1999)

c.

Penyebab dari harga diri rendah Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam

menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan. d. Tanda dan gejala : 

Rasa bersalah



Adanya penolakan



Marah, sedih dan menangis



Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas



Mengungkapkan tidak berdaya

e. Akibat dari harga diri rendah Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).

Tanda dan gejala : 

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul



Menghindar dari orang lain (menyendiri) 

Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat



Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk



Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas 

Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap



Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari. (Budi Anna Keliat, 1998).

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KELUARGA

A PENGKAJIAN I Identitas Keluarga Nama Kepala Keluarga Umur Jenis Kelamin Status Perkawinan Pendidikan Pekerjaan

: Tn. A : 58 tahun : Laki-laki : Menikah : SD : Petani

Alamat

:RT 02, RW 10, Dusun II Surogenen, Nomporejo III,

Angggota Keluarga

:

Galur, Kulonprogo

Umur L/P (tahun)

No

Nama

1 2

Ny. M Sdr. S

P L

3

Sdr. W

L

Pendidika n

Agama Pekerjaan

33

SD D3

Islam Islam

19

SMA

Islam

Petani Tidak bekerja Petani

Hub dengan KK Istri Anak Anak

Kondisi Kesehatan Sehat Gangguan Jiwa Sehat

2) Status Kesehatan jiwa 1. Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya, Sdr. S mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2007, Berawal ketika Sdr. S sudah wisuda D3 di Universitas Negeri Yogyakarta. Sdr S mengaku akan melamar seorang perempuan untuk dijadikan istrinya, Namun Sdr. S tidak berani karena belum memiliki pekerjaan. Sdr. S mengaku mendengar suara-suara bisikan yang mengatakan bahwa dirinya akan dibunuh. Perilaku yang ditunjukkan Sdr. S adalah berteriak-teriak, marah-marah dan merasa ketakutan karena merasa ada yang akan membunuhnya.

2. Riwayat pengobatan yang dilakukan dan keberhasilannya. Pada tahun 2007 Sdr. S menjalani rawat jalan Puskesmas galur II. Namun karena pengobatan tidak berhasil, Sdr. S berobat jalan di RSUD wates, pengobatan Sdr. S juga tidak berhasil. Kemudian Sdr. S berobat jalan ke RS Sarjito Yogyakarta. Namun pengobatan di RS Sarjito Yogyakarta juga kurang berhasil dan Sdr. S menunjukkan gejala dan perubahan tingkah laku kemudian menjalani rawat inap di RSJ Grhasia Yogyakarta selama 10 hari. Sampai saat ini Sdr. S masih menjalani rawat jalan di RSJ Grhasia Yogyakarta. 3. Apakah pernah mengalami masalah-masalah di bawah ini : Jika Ya, beri tanda cek / √

Komponen Kehilangan anggota keluarga/orang yang dicintai

Ya/Tidak -

Masalah ekonomi dan pekerjaan/menganggur/PHK



Kehilangan harta benda/barang berharga Kehilangan anggota tubuh akibat trauma Menderita penyakit menahun/kronik : TBC, Hipertensi, Jantung, gagal ginjal, dll Masalah pendidikan (tidak naik kelas/putus sekolah/dll)

-

Penolakan/kegagalan

Sejak wisuda Diploma Sdr. S tidak pernah bekerja dan sangat sulit mendapatkan pekerjaan.

-



Kekerasan dalam keluarga/masyarakat (aniaya fisik/psikologis/seksual) Tindakan criminal Memiliki peran yang baru Lain-lain : Sebutkan

Jelaskan

Sdr. S merasa akan ditolak saat melamar perempuan untuk dijadikan istrinya.

-

3) Pemeriksaan Fisik Nama

: Sdr. S

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pemeriksaan fisik a. Integumen b. System homopoitik c. Kepala

: kulit kotor, warna hitam, turgor kulit baik. : tidak mengalami kelainan darah : ukuran kepala normal, simetris, tidak ada luka, rambut

pendek beruban. d. Mata : penglihatan bagus, tidak menggunakan alat bantu kacamata e. Telinga : Pendengaran baik, tidak ada secret, tidak meradang f. Mulut dan tenggorokan : mulut kotor dan berbau, gigi sudah ada yang tanggal, tidak ada gangguan menelan g. Leher : Tidak terdapat masa pada leher h. Payudara : simetris, tidak ada keluhan i. System pernafasan : normal (pernafasan normal : 19x/menit), tidak sesak nafas

j. System kardiovaskuler : tidak ada riwayat penyakit jantung, TD = 110/80 mmHg. k. System gastrointestinal : tidak ada gangguan pencernaan, pola makan 2x/hari, BAB l. m. n. o. p.

II

1x/ hari System perkemihan : normal, masih mampu menahan BAK, BAK 3-4 x/ hari System genitoreproduksi : pasien belum pernah menikah System musakuloskeletal : tidak mengalami penurunan dan gangguan System saraf pusat : mengalami gangguan System endokrin : normal

Pengkajian Keluarga a Genogram

Keterangan : Dan

: Meninggal : Laki-laki : Perempuan : Gangguan jiwa : Tinggal dalam satu rumah : Hubungan pernikahan : Hubungan anak

b Tipe Keluarga Tipe keluarga adalah keluarga inti ( nuclear family) c Status sosial ekonomi keluarga Tn. A bekerja sebagai petani/ buruh dibantu istrinya Ny. M. Anak pertamanya (sdr. S) tidak bekerja dan hanya dirumah saja berternak beberapa ekor ayam dan anak bebek. Anak kedua ( Sdr. W) sekarang sedang mengikuti pendidikan pramugari. Keadaan sosial ekonomi keluarga Tn. A dalam katagori menengah

kebawah, dimana kebutuhan keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan kadang kekurangan. Biaya pengobatan Sdr. S untuk rawat jalan di RSJ Grhasia menggunakan Jamkesmas. d Perkembangan keluarga dan struktur keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan Tn. A berada pada tahap orang tua usia pertengahan (tahap VII) 2) Pencapaiantugas perkembangan keluarga No

Kemampuan

. Kemampuan klien 1. Penerimaan perubahan diri dan proses penerimaan 2. Menghargai diri sendiri, menikmati hidup, dan mandiri 3. Memiliki pekerjaan sebagai profesi yang disukai 4. Merasa nyaman dan menikmati hasil dari profesi pekerjaannya 5. Menyesuaikan diri dalam perubahan peran dalam kehidupannya. 6. Berinteraksi dengan pasangan hidup, berbagai aktifitas dan tanggung jawab rumah tangga 7. Membimbing, menyiapkan, dan membina generasi dibawah usianya. 8. Memperhatikan kebutuhan orang lain 9. Mengembangkan minat dan hobi 10. Menilai pencapaian dan tujuan 11. Menyesuaikan diri dengan orang tua dan lansia 12. Memiliki koping yang kontruktif bila mengalami stres Kemampuan Keluarga 1. Memfasilitasi perubahan peran dalam keluarga 2. Membantu individu mencapai tujuan jangka panjang 3. Menjadi role model dan sebagai teman diskusi individu 4. Mendukung individu dalam pengambilan keputusan bersama keluarga

Ya

Tidak

           

   

5.

e

Menyadari pentingnya pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat rujukan bagi masalah kesehatan yang dialami.



Struktur Keluarga 1) Pola komunikasi keluarga Bahasa yang digunakan oleh keluarga dalam berkomunikasidengan keluarga dan masyarakat adalah dengan menggunakan bahasa jawa 2) Struktur peran keluarga Tn. A sebagai kepala keluarga dan memenuhi kebutuhan keuangan dan kebutuhan sehari-hari keluarga. 3) System pendukung keluarga System pendukung keluarga adalah para tetangga yang tinggal disekitar rumah dan masyarakat sekitar desa.

f

Kondisi lingkungan fungsi keluarga 1) Karakteristik Rumah Rumah Tn. A berbentuk rumah kuno yang memiliki tipe rumah semi permanen. Ada beberapa bagian yang sudah di bangun dengan batu bata, namun ada beberapa bagian rumah yang hanya dibuat dengan menggunakan bambu. Kondisi rumah sangat kotor, gelap, berdebu, dan sangat berantakan. Pekarangan rumah sangat sempit dengan banyak ditanami banyak pohon pisang, sehingga sangat rimbun dengan kondisi pekarangan yang tidak teratur dan berantakan serta jarang/ tidak pernah dibersihkan. Lantai rumah masih dari tanah. Pencahayaan dalam rumah cenderung remang-remang bahkan ada beberapa bagian rumah yang sangat gelap. Tidak terdapat jendela rumah dan rumah sangat lembab. 2) Karakteristik tetangga dan komunitas Karakteristik komunitas adalah lingkungan pedesaan. Lingkungan tetangga dan komunitas baik, komunikasi dengan bahasa jawa. 3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan lingkungan masyarakat Interaksi keluarga Tn. A dengan tetangga dan lingkungan kurang harmonis. Selain itu, keluarga Tn. A juga sangat jarang dan hampir tidak pernah mengikuti kegiatan di masyarakat, seperti : kerja bakti, pengajian, dan kenduri. Sdr. S juga tidak pernah mengikuti kegiatan yang diadakan masyarakat karena malas.

g

Fungsi Keluarga

a. Fungsi Asertif Dalam keluarga Tn. A fungsi afektif sudah terpenuhi, Tn. A dan Ny. M bisa menerima keadaan Sdr. S meskipun Sdr. S mengalami gangguan jiwa, namun keluarga tetap nsaling menerima apa adanya. b. Fungsi sosialisasi Keluarga Tn. A kurang dapat bersosialisasi dengan baik, begitu pula dengan Sdr. S juga kurang bersosialisasi dengan baik. c. Fungsi Ekonomi Keluarga Tn. A hidup dengan pas-pasan bahkan terkadang kekurangan, karena hanya mengandalkan penghasilan dari bertani/ buruh yang tidak menentu. d. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga Tn. A mampu memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga, seperti pada saat Sdr. S harus membawa kepelayanan kesehatan sebagai upaya pengobatan, keluarga dapat memenuhinya. Selain itu, keluarga juga mampu mengenali permasalahan kesehatan yang dialami Sdr. S. h Stress dan mekanisme koping Keluarga Keluarga Tn. A dan Ny. M merasa pasrah dan sabar dengan keadaan yang dialami saat ini. Keluarga selalu memotivasi Sdr. S agar menjadi lebih baik dan bisa normal seperti dulu lagi dan berusaha melakukan upaya pengobatan untuk menunjang kesembuhan Sdr. S. i

Nilai dan Keyakinan Keluarga Tn. A menganut agama Islam, dan menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim.akan tetapi, Sdr. S belum bisa menunaikan sholat 5 waktu.

4) Tugas kesehatan keluarga a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Keluarga sudah mampu mengenal adanya masalah kesehatan, dimna pada saat Sdr. S menunjukkan adanya perubahan perilaku yang menyimpang, keluarga segera memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Selain itu, Sdr. S dan keluarga juga telah menyadari dan mengetahui bahwa Sdr. S mengalami gangguan jiwa dan harus kontrol secara rutin serta harus minum obat secara teratur. b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan oleh Tn. A dan Ny. M selain itu, keadaan Sdr. S tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga. c. Kemampuan keluarga melakukan perawatan kesehatan Keluarga Tn. A belum dapat melakukan perawatan kesehatan secara mandiri. d. Kemampuan keluarga melakukan modifikasi lingkungan Keluarga belum dapat melakukan modifikasi lingkungan. Lingkungan disekitar rumah keluarga sangat kotor dan tidak terawat. e. Pemanfaatan pelayanan kesehatan Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekitar rumah seperti Puskesmas Gallur II dan Dokter Edi ( Dokter Praktek Swasta). Keluarga hanya berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan saat merasa sakit. Sebagai upaya pengobatan gangguan jiwa yang di alami Sdr. S, keluarga telah memeriksakan ke RSUD Wates, RSUD Sarjito Yogyakarta dan RSJ Grhasia Yogyakarta. 5) Pengkajian Status mental klien a. Respon mental Adaptif 1 Kesadaran : Compos mentis 2 Orientasi Orang : Baik, Sdr. S dapat mengenali ibu dan ayahnya Waktu : Baik, Sdr. S dapat menyebutkan waktu yaitu sore hari jam 16.00 3

WIB. Sikap dan tingkah laku 4

5

: Kooperatif Penampilan

: Pakaian tidak sesuai

( Sdr. S hanya memakai

celama pendek

dan tidak memakai baju) Pembicaraan

: Koheren, Sdr. S

mampu berkomunikasi dengan baik, mau 6 Aktivitas motorik 7 Afek 8 Alam perasaan

berbicara dengan baik saat diajak ngobrol : Normo aktif : Labil : Sdr S merasa tenang, namun merasa sangat

ketakutan karena merasa ada seorang yang selalu mengawasi dan mau 9

membunuhnya. Interaksi selama wawancara : Sdr. S kooperatif  ada kontak mata selama wawancara dan klien dapat fokus dalam menjawab semua pertanyaan yang

diajukan. 10 Persepsi sensori



Jenis

: Sdr. S mengatakan kadang mendengar ada suara-suara

bisikan yang mengatakan dirinya akan dibunuh oleh seseorang  

(Halusinasi pendengaran) Isi : Ada seseorang yang akan membunuh klien Waktu munculnya halusinasi : Saat klien sendiri dan tidak ada orang



lain atau saat klien melamun Frekuensi Munculnya halusinasi : dalam satu hari halusinasi muncul tidak pasti, kadang-kadang 2-3 kali, kadang hanya sekali saja, namun

 

kadang dalam satu hari halusinasi tidak muncul sama sekali. Stressor pencetus : saat klien melamun Respon/ perasaan saat halusinasi muncul : klien merasa terganggu dengan halusinasinya dan klien merasa ketakutan dengan isi halusinasinya yang mengatakan bahwa ada seseorang yang akan



membunuhnya. Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan halusinasi : klien membiarkan saja ( cuek ) saat halusinasinya muncul dan pura-pura tidak



mendengae Keberhasilan tindakan yang dilakukan : berhasil, halusinasi kadang hilang.

11 Konsep diri  Gambaran diri 

: klien menganggap dirinya merasa bodoh dan orang

yang tidak punya/ miskin Identitas klien : klien

mengalami

ketidakpastian

menganggap

dirinya, klien merasa puas dengan jenis kelaminnya namun merasa puas  

karena dengan jenis kelamin kali-laki dia tidak bekerja Peran : Berunbah  Klien tidak bekerja Ideal diri : klien berharap agar dirinya bisa cepat sembuh dan dapat



mrencari pekerjaan yang menghasilkan banyak orang. Harga diri : klien mengalami gangguan hubungan sosial dan klien

terlihat kurang percaya diri serta lebih tenang menyendiri 12 Proses pikir : realistik, bicara koheren 13 Isi pikir : tidak mengalami gangguan isi pikir 14 Tingkat konsentrasi dan berhitung : klien mampu berkonsentrasi dan berhitung. 15 Daya ingat

: daya ingat jangka panjang klien masih bagus, dimana Sdr. S

dapat mengingingat dengan baik kejadian Sdr S belum sakit 16 Kemampuan penilaian : Gangguan penilaian berat

17 Insight ( daya tilik diri) : Baik, Sdr S menyadari jika dirinya mengalami gangguan jiwa dan harus menjalani pengobatan.

b. Tingkat kemampuan/ kemandirian klien No.

Aspek yang Dinilai

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Makan BAB/BAK Mandi Berpakaian/berhias Istirahat dan tidur Penggunaan obat Pemeliharaan kesehatan Kegiatan diluar rumah Lain-lain, jelaskan:

Tingkat Kemampuan Mandiri Bantuan Tergantung        

Klien membutuhkan bantuan dalam berpakaian/ berhias dam pemeliharaan kesehatan 6) Penentuan kategori pasien deangan gangguan jiwa Skrening awal : Apakah Sdr. S Punya keinginan/ide bunuh diri/ide pulang paksa dari pasien ? Ya/Tidak (Jika Ya, berarti pasien langsung masuk kategori IV/Krisi) Variabel : 1. Menciderai diri/orang lain : tidak ada (Skore =0) 2. Komunikasi : ada respon +, sesuai, lancar (skore =0) 3. Interaksi Sosial :Bersedia interaksi dengan>1 orang (Skore=5) 4. ADL a. Makan : Mandiri (Skore = 0) b. Mandi : Mandiri (Skore = 0) c. Berpakaian : Mandiri (Skore = 0) 5. Tidur Istirahat : Mandiri (Skore = 0) 6. Pengobatan oral/injeksi : Aktif berpartisipasi (Skore=0) 7. Aktivitas Terjadwal a. Makan : Mandiri (Skore=0) b. Mandi : Mandiri (Skore=0)

c. Berpakaian

: Mandiri (skore=0)

Hasil : Skor Total Pasien

: 5(Health Promotion/ peningkatan kesehatan)

a. b. c. d.

: Wellness/ kesejahteraan yang optimal : Kualitas hidup dan pekerjaan : inspirasi ide dan validasi : kualitas hidup yang optimal.

Tahap Penanganan Tujuan Perawatan Fokus Pengkajian Hasil yang diharapkan

B ANALISA DATA KELUARGA Tanggal/jam Data Fokus Masalah Keperawatan Senin, 25 Juli Data Subyektif: Gangguan persepsi 2011 Pukul 10.00  Klien mengatakan kadang-kadang sensori: halusinasi WIB mendengar suara bisikan. pendengaran  Klien mengatakan bisikannya akan membunuh dirinya  Klien mengatakan bisikan muncul saat klien sendiri/ melamun  Klien mengatakan dalam satu hari muncul halusinasinya tidak pasti, kadang 2-3 kali, kadang hanya sekali saja, kadang tidak muncul.  Klien mengatakan cuek saat halusinasimuncul dan pura-pura tidak mendengar halusinasi itu. Data Obyektif:  Klien ini tampak tenang  Emosi klien labil Data Subyektif: Senin, 25 Juli 2011 Pukul 10.20  WIB 

Defisit perawatan diri Klien mengatakan klien jarang mandi, mandi hanya 1 kali sehari Klien mengatakan kadang merasa gatalgatal di seluruh badannya.

Data Obyektif :   

Senin, 25 Juli 2011 Pukul 10.30 WIB

Badan klien bau Klien tampak kotor dan kusam. Kuku klien tampak panjang dan kotor.

Data Subyektif : Harga dri rendah  Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di masyarakat karena malu  Klien mengatakan sering di ejek jika keluar rumah  Klien mengatakan minder karena tidak bekerja. Data Obyektif :  Klien tampak menghabiskan waktu di rumah saja dan mengurusi merinya.  Klien bahkan tidak pernah keluar rumah  Klien sangat jarang berinteraksi dengan orang lain kecuali keluarga.  Klien tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.

C DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran 2 Defisit perawatan diri 3 Harga diri rendah D PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran 2 Defisit perawatan diri 3 Harga diri rendah

E INTERVENSI KEPERAWATAN 1 NO . 12 1.

2

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

8

3 TUJUAN TUPAN 9 TUPEN

13 Gangguan persepsi 14 Klien sensori : Halusinasi mampu pendengaran menetapkan dan menguji realita/ kenyataan serta menyingkirkan kesalahan persepsi sensori

15 Setelah dilakukan interaksi selama 3x klien nmampu mengatasi halusinasi dengan klriteria hasil : 16 1. Klien mampu menyebutkan isi, waktu, frekuensi munculnya halusinasi. 17 2. klien mampu menyebutkan waktu perilaku yang biasa

4

INTERVENSI

19 1. Bina hubungan saling percaya. 20 21 22 23 24 25 26 2. Observasi tingkah laku yang berhubungan dengan halusinasi. 27 28 29 3. Bantu klien mengenal halusinasi 30 31 32 4. Latih klien mengatasi halusinasi dengan menghardik, bercakapcakap denganorang lain

5

1

2

3

4

RASIONAL

Terciptanya rasa percaya dan terbuka antara klien, keluarga dengan perawat. Sehingga klien akan terbuka menceritakan keluhannya dan tercapai askep yang maksimal. 33 Mengidentifikasi halusinasi untuk menentukan jenis halusinasi yang dialami. 34 35 Meningkatkan pemahaman klien terhadap halusinasinya. 36 Agar klien dapat mengatasi halusinasi

38 2.

39

Harga diri rendah

40 Setelah dilakukan interaksi, klien mampu meningkatkan harga dirinya dan mempunyai sistem pendukung yang dapat membantu mengekspresika n perasaan dan pikirannya secara optimal

dilakukan saat atau keluarga, mengikuti secara mandiri. 37 halusinasi kegiatan (sosialisasi), muncul motivafi minum obat. 18 3. klien dapat menyebutkan cara pengendalian halusinasi 41 Se 1 1. Tingkatkan harga diri : -Untuk mengetahui perasaan tel 2 klien. a. Eksplor alasan klien -Untuk meningkatkan harga ah mengkritik diri. diri klien. me b. Mengidentifikasi 45 lak kelebihan/ hal positif yang uk dimiliki. an c. Eksplor keberhasilan yang int pernah dicapai. era d. Berikan reward positif ksi terhadap keberhasilan dan , kelebihan klien. kli e. Yakinkan klien bahwa en klien mampu menghadapi 1x situasi apapun. pe f. Evaluasi bersama klien rte perilaku yang dulu dan m sekarang.

ua n, kli en ma m pu me ng un gk ap ka n pe ras aa nn ya, de ng an in di kat

44

a.

b.

c.

d.

e.

or : Klien mampu BHSP dengan perawat. Klien mampu mengungkapk an penerimaan terhadap dirinya. Klien mampu mengungkapk an aspek positif dirinya. Klien mampu berpartisipasi dalam hubungan sosial. 42 Klien mampu minum obat teratur dan

46 3.

47 Defisit diri : Mandi

perawatan 48 Setelah dilakukan interaksi klien dapat memenuhi kebutuhan mandi.

kontrol sesuai jadwal yang di anjurkan. 43 49 Se 1. tel 2. ah dil ak uk 3 4 an pe rte m ua n 3x me nja ga ke be rsi ha n

Jelaskan pentingnya -Untuk memotivasi klien dan kebersihan diri. menambah pengetahuan Latih klien untuk klien. memasukkan dalam -Agar klien dapat melakukan jadwal kegiatan. aktivitas dengan teratur dan menghilangkan halusinasi serta meningkatkan harga diri klien. 51

dir in ya de ng an kri ter ia ha sil: 50 Ba da n kli en tid ak ba u. 52 53 54 55 56

57 58 F IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN 1

2

No 5 1

Hari/

3

tanggal 6

26/

Juli

2011 - Memperkenalkan nama dan tujuan berkunjung - Menanyakan perasaan dan masalah yang 10.00 dirasakan klien - Menunjukkan sikap jujur dan menepati janji

Jam WIB

7

Implementasi BHSP

setiap kali berinteraksi - Membuat kontrak waktu untuk pertemuan

4 10 11

Evaluasi

 

Selasa, 26 Juli 2011. 12.00 WIB. S: Klien memperkenalkan diri. Klien mengatakan keadaannya baik-baik saja tapi kadang



halusinasi masih muncul. Klien mengatakan akan datang pada terapi kerja di

12 O: selanjutnya.  - Menjelaskan pentingnya kebersihan diri  - Melatih klien untuk memasukkan dalam jadwal  kegiatan.  - Memotivasi klien untuk mengikuti terapi kerja di 13 A: Puskesmas.  8 14 

Puskesmas. Klien tampak kusam dan agak bau. Klien ramah, tenang dan sopan. Klien terlihat sabar Klien menerima kedatangan perawat Tujuan BHSP teratasi P: Dukung klien mengenali dan mendiskusikan tentang

9

  

perasaannya Anjurkan klien unuk mandi 2x sehari. Kaji halusinasi klien Kaji penilaian harga diri klien 15 16

Ttd

17 19 1.

20

Rabu/ 21 23 - Membina hubungan saling percaya. 24 27 Juli 2011 - Mengobservasi tingkah laku yang  jam 11.00  berhubungan dengan halusinasi  WIB - Membantu klien mengenal halusinasi - Melatih klien mengatasi halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakapdengan orang lain atau keluarga , mengikuti kegiatan (sosialisasi) dan motivasi minum obat 22

18 (Dina Cahyani ) Rabu/27 Juli 2011 jam 12.00 WIB S: Klien mengatakan halusinasinya kadang masih datang Klien mengatakan mau mengatasi halusinasinya. Klienmengatakan akanmemelihara dan mengembangkan pemeliharaan meri untuk kegiatannya. 25 O:

   

TD : 110/80 mmHg S : 36,2 oC Nadi 78x/menit Klien dapat mengenal dan menyebutkan cara mengatasi



halusinasi. Klien tampak antusias dengan informasi yang diberikan oleh perawat. 26 A: Masalah teratasi sebagian

27 P:   

Anjurkan untuk melakukan cara mengatasi halusinasi yang telah diajarkan bila halusinasi datang. Anjurkan klien mandi 2x sehari Kaji penilaian harga diri klien. 28 29

T

td 30 31 (Dina Cahyani) 32 33 34

35 s,

Kami 28

2011

Juli jam

-

Mengeksplor alasan klien mengkritik diri 36 Mengidentifikasi kelebihan/ hal positif 37

-

yang dimiliki Mengeksplor keberhasilan yang pernah

-

dicapai Memberikan

-

keberhasilan dan dan kelebihan klien. Menyakinkan klien bahwa klien mampu

-

menghadapi situasi apapun. Mengevaluasi bersama klien perilaku yang

10.00 WIB

dulu

dan

reward

sekarang.

positif

Motivasi

terhadap

untuk

 

Kamis, 28 Juli 2011 jam 10.30 WIB S: Klien mengatakan kelebihannya hanya memelihara meri. Klien mengatakan akan ikut bersosialisasi dengan



tetangganya. Klien akan melakukan cara mengatasi halusinasi yang telah diajarkan ketika halusinasi datang. 38 O:

 

Klien tampak ceria dan agak bersih Kuku klien tampak pendek dan bersih

-

memanfaatkan fasiilitas kesehatan (RSJ

39

atau

40 A: Masalah teratasi sebagian

peuskesmas)

dan

melakukan

manajemen obat Mengevaluasi cara perawatan Nn. S yang telah dilakukan keluarga

41 P :   

Anjurkan klien untuk mandi 2x sehari Anjurkan klien mengguanakan cara mengatasi halusinasi Anjurkan klien untuk mengembangkan potensi diri. 42 Ttd 43 (Dina Cahyani)

44 BAB IV 45

PENUTUP 46

A. Kesimpulan 47 Setelah dilakukan tindakan keperawatan jiwa pada keluarga selama 4 x 1

kunjungan, maka diperoleh hasil diagnosa : Gambaran persepsi sensori : halusinasi pendengaran dapat diatasi. Klien mampu menggunakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol dan

2

mencegah halusinasi, sehingga halusinasi klien berkurang. Defisit perawatan diri: Mandi dapat teratasi. Klien mau dan telah mandi 2x sehari. Klien menyadari bahwa dengan mandi 2x sehari, badan menjadi segar

3

dan fikiran fress. Harga diri rendah dapat teratasi. Klien yang sebelumnya tidak mau bersosialisasi dan tidak mau mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat karena malu, sekarang telah mau menciba untuk mengikuti kegiatan tersebut,

1

2

dengan mau mengikuti sholat berjamaah di Masjid. 48 B. Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor pendukung  Klien bersikap kooperatif dan aktif selama kunjungan keperawatan jiwa.  Klien telah mengukuti program pengobatan dri RSJ Grhasia dan kontrol secara rutin.  Klien telah minum obat secara teratur.  Klien mau bekerja membantu ayahnya di ladang.  Klien telah mampu menerima kondisi dan keadaannya. 49 Faktor penghambat  Klien belum mampu melakukan kegiatan yang positif.  Klien berasal dari keluarga yang tidak mampu dan kurang perhatian sehingga bantuan keluarga dalam upaya perawatan yang sangat minimal. 50 51 52 C. Rencana Tindak Lanjut  Mengobservasi perilaku klien terkait halusinasinya.  Melakukan kunjungan rumah secara berkala untuk mengetahui perkembangan klien



Melakukan asuhan keperawatan selanjutnya terkait gangguan persepsi sensori: halusinasi denganmanajemen halusinasi, melibatkan keluarga dalam perawatan diri dan harga rendah dengan peningkatan harga diri klien.

53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 DAFTAR PUSTAKA 73 74

Bidang Perawatan RS Grhasia Pemerintah Provinsi DIY. 2006. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Grhasia Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta : RS Grhasia

75

FKUI. 2006. Modul IC CMHN Manajemen Kasus Gangguan Jiwa Dalam Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta 76 Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. MODUL Model Praktik Keperawatan Jiwa Profesional. 77 Keliat, Budi Anna, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarata 78 Linda, Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Pedoman Klinis. EGC : Jakarta 79 Mary C. Townsend. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, edisi 1 80

EGC : Jakarta

81 Marlyn E. Dongoes, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri, edisi 3. 82

EGC : Jakarta

83 Stuart, Gail Wiscarzt. Buku Saku Keperawatan Jiwa ,edisi 3. 2002. Jakarta: EGC

84

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF